Cinderella’s Story

  No comments
Author : SkyLee
Tittle: Cinderella’s Story
Cast: - Liza
- Erric
Other Cast: Look In Story
Leight : Oneshoot
Genre: Look In Story
Rating: General ( Semua Umur )
Disclamer: Jika ada kesamaan dalam penulisan nama tokoh saya meminta maaf.
Don’t be plagiator.
Summary : “ Tidak ada sihir di dunia ini, sihir itu hanya ada di dalam sebuah dongeng, dan dongeng itu tidak nyata.” - SkyLee

#Bukit
Seorang gadis duduk di atas rumput hijau di bawah pohon rindang, gadis dengan rambut pirang gelombang berponi. Mata bulan sabit, bibir mungil dengan pipi cukup tembam menambahkan kesan imut padanya. Dia menutup matanya sambil menengadahkan kepalanya ke atas, menghirup O2 sebanyak-banyaknya seperti orang yang sesak nafas tak menunggu lama dia tersenyum, dengan mata yang masih tertutup. Senyum manis terpampang disana,senyum manis yang sangat jarang dia perlihatkan. Pakaian casual lusuh yang seadanya tidak mengubur wajah cantiknya.
“ Liza!”
Sebuah suara membuyarkan semuanya, senyum manis itu hilang begitu saja, seperti buih di lautan yang akan hilang saat gelombang itu mendekati tepi. Suara yang tidak ingin dia dengar sekarang dia mendengarnya, sang pemilik suara menghampirinya. Kesal, benci, jijik dan tidak suka terpampang jelas diwajahnya.
Liza menoleh dan mendapati ibu tiri kejamnya. Ya, itu adalah ibu tirinya. Ibu tiri yang ayahnya nikahi setelah ibunya meninggal, ibu tiri yang notabenya teman ibunya. Dia bercerai dengan suaminya dan menikah dengan ayahnya. Ayahnya pergi bekerja dan tidak pernah kembali. Gadis malang dengan keadaan yang menghawatirkan, tidak ada orang yang menyayanginya kecuali ibunya yang telah meninggal.
“ Apa yang kau lakukan disini ? Dasar gadis malas. Pulang sekarang dan kerjakan semua pekerjaan rumah.”
Liza bangun dari duduknya, dia menunduk dan tanpa membalas suruhan ibu tirinya dia berjalan dan meninggalkannya sendiri.
“ Gadis sialan, seharusnya dulu aku membunuhnya juga.”
Dengan wajah yang menahan amarah ia pergi dari tempat itu. Berjalan dengan tatapan tajam yang menatap Liza.

#Rumah
Liza masuk ke dalam rumahnya. Ya, itu adalah rumahnya. Rumah miliknya yang direbut oleh ibu tirinya bersama kakak tirinya, seharusnya dia menjadi tuan rumah tapi tidak, dia malah menjadi babu di rumahnya sendiri. Mengkhawatirkan bahkan sangat.
Dia berjalan kearah dapur kemudian mengambil alat-alat untuk mengepel lantai, sebelum melakukannya dia menyapu lantai tersebut. Tidak terlalu luas memang tapi mengepel rumah itu menguras tenaga, butuh tenaga yang lebih untuk melakukannya apalagi seluruh tugas rumah dia yang melakukannya.
“ Liza!”
Suara cempreng milik kakak tirinya bergema di rumahnya. “ Ya.” Balasan yang diberikan Liza untuk suara itu, dia menunda acara mengepelnya yang kemudian berjalan ke suara yang memanggilnya tadi.
“ Ada apa ?”
Nada cukup ketus yang diberikan Liza padanya, Cukup berani memang tapi si kakak tidak memperdulikannya.
“ Belikan aku makanan ringan, aku lapar.”
“ Beli saja sendiri, aku sedang melakukan pekerjaanku. Jika aku membelinya kau harus mengerjakan pekerjaanku. Setuju ?”
“ Berani sekali kau padaku, ku laporkan pada ibu.”
“ Dasar tukang mengadu.”
Tatapan marah terpampang di wajah sang kakak tapi wajah datar Liza keluarkan. Tanpa takut sedikitpun. “ Ibu!” Si kakak berteriak memanggil ibunya, tidak menunggu lama sang ibu datang sambil membawa sebuah kayu kecil panjang yang biasa dia guanakan untuk memukul Liza. Ya, setiap Liza tidak menuruti perintah mereka sebuah kayu kecil panjang itu akan mendarat di kedua betisnya.
“ Ada apa Krystal sayang ? apa dia membuat ulah lagi ?”
“ Aku lapar, aku menyuruh Liza untuk membelikan makanan tapi dia malah menolaknya dengan alasan dia sedang mengepel dan tidak bisa melakukannya.”
Dengan wajah yang dibuat sedih dia menjawab sang ibu. “ Wajah menjijikan.” Monolog Liza
“ Apa ? berani sekali kau.”
Si ibu membelakangi si kakak dan menatap Liza, ia dapat melihat kakak tirinya memeletkan lidah menandakan ia mengejeknya.
“ Berani sekali kau, angkat celana jeansmu dan balik badan.”
Terdapat bekas panjang yang tersambung diantara betisnya dan ibu tiri itu akan membuatnya lagi. Sebuah tanda panjang baru saja terbuat dengan warna merah menyala. Tanda kedua dibuatnya lagi yang membuat tanda itu manjadi lecet dan akhirnya tanda ketiga di buat di tempat yang sama dengan darah yang mengalir. Sakit ? tentusaja, tapi dia harus menahannya agar ia tidak terlihat menyedihkan. Untuk setiap tanda yang di buat ia harus menutup mata sambil menggigit bibir bawahnya, kaenapa ? ia bukan anak kecil yang harus menangis hanya karena luka-luka itu. Luka yang di buat oleh kayu tidak sebanding dengan luka yang di buat ayahnya karena menikah lagi. Liza menurunkan jeansnya lagi tanpa mencuci darah yang keluar dari lukanya ataupun menutupnya dengan kapas.
“ Sekarang, pergi ke supermarket dan beli apa yang kakakmu inginkan.”
“ Cuih, kakak apanya ? tidak ada kakak yang seperti itu. Aku tidak mempunyai kakak, aku anak tunggal.”
“ Apa kau ingin aku menyiksamu lagi ?”
“ Berikan uangnya!”
“ Ini.”
Selembar uang 100.000 diberikan sang ibu padanya. “ Belikan aku makanan ringan favoritku. Jika itu kurang pakai uangmu dulu.” Tanpa membalas yang Krystal, Liza pergi begitu saja, ia berjalan tertatih-tatih akibat luka yang ibu dan kakak tirinya buat.
Ibu dan kakak tirinya tersenyum penuh kemenangan.
“ Jika ibu tidak menikah dengan ayah anak bodoh itu, mungkin kita tidak akan sesenang ini.”
“ Kau benar sayang, jika ibu tidak bercerai dengan ayahmu dan menikah lagi mungkin kita akan jadi gelandanga.”
“ Aku tidak menyesal punya ibu seperti ibu.”
Sang anak memeluk ibunya dengan sayang, tidak ada penyesalan sedikitpun di wajah keduanya. Hanya wajah bahagia yang ia tampakan.

#Supermarket
Liza mengambil beberapa makanan ringan yang diinginkan Krystal, Liza mengambil Perlengkapan untuk kakinya, setelah membayar dia duduk di depan supermarket itu dan mengobati lukanya.
Liza berjalan cukup lambat untuk ke rumahnya, hampir 30 menit dia berjalan untuk berangkat dan pulang. Dia menembungkan pipinya dan angin kecil keluar dari mulutnya.
Seorang pria tampan dengan kamera menggantung di lehernya duduk di dekat sebuah supermarket. Dia melihat seorang gadis gadis cantik dengan pakaian casual seadanya tapi tetep cantik, gadis itu Liza. Ya, Liza yang sedang mengobati lukanya sendiri. Dia mengarahkan kameranya kearah liza dan memotretnya. “ Sempurna.” Kata itu keluar begitu saja dari mulutnya, entah apa yang membuat foto itu terlihat bagus, kamera ataupun liza yang memang cantik tidak ada yang tahu.
Pria itu menikuti Liza, setiap langkah Liza pria itu tidak lepas dari kamera dan dia terus saja memotretnya. Liza merasa ada seseorang yang terus mengikutinya dan kemudian dia merbalik, pria itu tanpa sengaja memotretnya dan entah sihir apa yang keluar dari wajah Liza, wajahnya polo situ terlihat cantik. Natural, kata itulah yang harus di katakana olehnya, si pria diam mematung dan kemudian berpura-pura memfoto tempat-tempat di sekitarnya. Liza menaikkan bahunya kemudian berjalan lagi. Beberapa menit kemudian dia memasuki rumahnya.
“ Jadi ini rumahnya.”

Keesokan paginya

Sebuah suara dari ponsel berbunyi menandakan telepon masuk. Seorang pria bangun dari tidurnya dan mulai mencari sumber bunyi itu. Tanpa melihat siapa yang menelepon dia menggeser layar yang menandakan dia menjawab telepon tersebut.
“ Siapa kau berani-berani sekali menganggu tidurku ?”
Suara serak khas orang bangun tidur dan amarah akibat tidur yang diganggu. Siapa yang suka jika tidurnya di ganggu orang lain, tidak ada yang menyukai hal itu.
“ Erric, Berani sekali kau.”
“ Bos ?” Dia menutup layar ponselnya dan membuka tangannya secara perlahan. Ya bensr, di layar ponsel itu tertulis ‘Bos’. Dia bangun dari segera tidurnya dan berlari untuk segera memakai pakaiannya.
“ Mampus aku.”
“ Maafkan aku bos, maafkan aku. Aku sudah menemukan modelnya.” Dengan langkah terburu buru dan ponsel yang menempel di telinganya dan diapit oleh pundaknya, dia memakai sepatunya.
“ Siapa dia ? apa dia cantik ? jangan mengarang, jika model itu tidak cantik aku akan mmemecatmu akibat itu dan apa yang baru saja kau lakukan padaku.” Jawab sang bos di seberang
“ Aku akan berangkat ke kantor sekarang dan memperlihatkannya padamu.”

Dia berlari menuju mobilnya dengan kamera di tangannya. Dia mencari kunci mobil di setia saku yang ada.
“ Kunci mobilku, dimana kunciku ?”
“ Ahhh, kunciku masih di dalam.”
Dia berlari lagi ke dalam rumahnya dan mengambil kunci mobil yang ada di nakas tempat tidurnya. Ia mengambilnya dan berlari ke mobilnya. Dia masuk dan kemudian menjalankannya.

#Agensy

Erric memasuki tempatnya bekerja, dia mengetuk pintu sang bos kemudian masuk.
“ Bos.”
“ Mana gadis itu ?”
“ Di dalam sini.”
“ Apa maksudmu ?”
“ Lihat saja dulu.”
Erric memperlihatkan semua foto Liza yang kemarin ia ambil. Tanpa di sangka si Bos tersenyum menandakan dia suka dengan apa yang Erric dapatkan.
“ Dapatkan gadis itu, dan berikan apapun yang ia inginkan. Termasuk nyawamu.”
“ Jika dia minta nyawaku, bagaimana dia bisa dipotret jika aku mati.”
“ Masih banyak potografer yang ahli, bukan kau saja.”
“ Berhenti bercanda bos, ini tidak lucu.”
“ Kalau begitu cepat bawa dia kemari.”
“ Baik bos.”
Erric pergi dari ruangan bosnya dan pergi menju rumah Liza.

#Liza’s House
Seperti biasa, Liza mengerjakan pekerjaan rumahnya. Luka yang didapatnya kemarin tidak mengharuskannya istirahat. Hari ini dia sedang mencabut rumput pengganggu di depan rumahnya. Krystal duduk bersama ibunya di teras dengan cemilan di antara mereka seperti seorang mandor yang mengawasi pekerjanya, mereka menyuruh Liza untuk malakukan ini itu. Erric melihat Liza di celah gerbang rumah Liza. Ada rasa kasihan yang muncul akibat itu. “ Aku harus membantunya, ya harus”.
“ Siapa mereka yang duduk dan bersantai ? kenapa hanya gadis itu yang bekerja ? bukankan kakinya terluka kemarin ?” Beberpa pertanyaan itu yang ingin dia tanyakan. Tidak menunggu lama Liza keluar dan mendapati Erric yang sedan berdiri di samping gerbang rumahnya.
“ Hallo.”
Erric menyapa Liza, Liza hanya diam dan berjalan meninggalkannya.
“ Kau akan kemana ?”
“ Siapa kau ?”
“ Aku Erric”
“ Aku tidak ingin tahu namamu dan aku tidak pernah ingin tahu.”
“ Eiyy jangan begitu, ayo berteman denganku.”
“ Aku tidak butuh teman.”
“ Hidup tanpa teman itu tidak menyengkan.”
“ Aku senang.”
“ Berhenti menggangguku dan pergilah.”
Erric berhenti dan menatap bagaimana Liza berjalan. Masih sama, ya masih terpincang-pincang.
“ Apa kakimu belum sembuh ?”
“ Tentu saja.”
“ Berhenti keras kepala, aku tau kakimu tidak baik-baik saja.”
“ Luka di kakiku tidak sebanding dengan lubang besar yang bersarang di benakku.”
“ Siapa kedua wanita yang ada di rumahmu ?”
“Untuk apa kau menanyakannya ? berhentilah kau bukan wartawan dan berhenti mengikutiku. Jangan menambahkan beban padaku.”
“ Apa maksudmu ?”
“ Pergi.”
“ Baiklah aku pergi dulu, senang bertemu denganmu.”
Liza hanya diam dan menatap kepergian Erric. Liza melanjutan apa yang akan dia beli, dia pergi ke supermarket dan membeli beberapa bahan untuk dimasak hari ini. Liza membayarnya dan kemudian pulang. Liza masuk ke dapur dan memulai acara memasaknya, ibu dan anak itu hanya diam di meja makan menunggu makanan datang.
“ Liza cepat ibu sudah lapar.”
“ Ya.”
Liza bergumam “ Cih ibu apanya, nenek sihir baru benar.”
Tidak menunggu lama makanan yang Liza masak selesai, ia kemudian menyajikannya. Setelah menyajikannya Liza pergi ke bukit seperti biasa. Liza duduk di tempat yang sama, dia berdiri, berjalan menuju pohon di dekat jurang tebing dan menagis disana. Sebuah abu tertanam di bawah pohon itu, abu itu adalah abu ibunya yang mati akibat menyayat nadinya sendiri.
“ Ibu kanapa aku harus seperti ini ?, Ibu kenapa kau meinggalkanku ? Ibu beritahu aku kenapa aku harus seperti ini ?, Ibu apa benar kau bunuh diri atau ada seseorang yang membunuhmu ? Ibu kumohon bantu aku ? Apapun yang terjadi aku akan mencari tahu yang sebenarnya. Aku akan melakukan apapun untuk tahu yang sebenarnya. Mereka terlalu kejam Ibu, kakak dan ibu tiriku terlalu kejam. Aku sudah berusaha untuk tegar di hadapan mereka tapi di sini kenapa aku tidak bisa tegar ? kenapa jika aku mengunjungimu aku selalu menangis ? kenapa aku seperti ini ? Ibu berikan aku sedikit kekuatan untuk melakukan semuanya, aku membutuhkanmu.”
“ Aku akan membantumu.” Liza berhenti menangis dan menghapus air matanua dengan kasar. Suara pria yang beberapa jam tadi bergema di telinganya kini harus dia dengar lagi.
“ Aku tidak membutuhkan bantuanmu.”
“ Aku tahu kau membutuhkan seseorang untuk mendukungmu, aku akan mendukungmu. Aku akan membantumu, aku janji. Aku akan menjadi penolong mu, jika di cerita Cinderella ibu peri membantunya agar dia bisa pergi ke pesta dansa maka aku akan membantumu agar kau bisa menemukan alasan kenapa ibumu bisa menginggal.” Liza diam, dia tidak tahu apa yang harus dia katakana. Dia menunduk dan kemudian mengangguk menyerah.
“ Baiklah kalau begitu, jadilah temanku ?”
“ oke.”
“ Siapa namamu ?”
“ Liza. Bagaimana kau bisa tau tempat ini ?”
“ Tentu saja mengikutimu.”
“ Bukankah kau sudah pergi ?”
“ Tidak.”
“ Liza, apa kau ingin meninggalkan semuanya ?”
“ Tentu saja siapa yang ingin dengan semua penderitaan ini, kau piker enak menjadi babu di rumahmu sendiri.”
“ Kalau begitu, bekerjalah untukku. Jadilah model untuk majalahku agar aku dan kau bisa hidup, agar aku dan kau bisa menemukan siapa yang bertanggung jawab untuk kematian ibumu.”
“ Model ? jangan bercanda, itu sulit. Aku menolak.”
“ Ayolah, aku mohon.”
“ Bukankah ibu peri yang menolong Cinderella kenap di sini haris aku yang menolongmu ?”
“ Eiyy, ini kehidupan nyata bukan dongeng. Ayolah.”
“ Oke, oke. Jangan menyalahkanku jika aku buruk dalam berpose.”
“ Pose natural saja, kau bagus dalam pose itu.”
“ Darimana kau tau ?”
“ Aku sudah punya fotomu, kemarin aku melakukannya.”
“ Stalker.”
“ Tidak bukan begtu.”
Seharian itu mereka berbincang, saling melemparkan senyum dan tertawa. Ini adalah pertama kalinya Liza tertawa setelah ibunya meninggal dan ayahnya pergi.
Setelah kejadian di bukit itu Liza dan Erric menjadi dekat. Liza akan pergi ke luar rumah dan melakukan pemotretan secara sembunyi-sembunyi dari ibu dan kakak tirinya. Pada suatu hari Krystal melihat foto Liza di dalam sebuah majalah.
“ Ibu!”
“ Ibu!” Krystal berteriak memanggil ibunya seperti orang kesetanan
“ Ada apa ? sebentar.”
“ Lihat ini.”
“ Apa ? bagamana bisa anak bodoh itu menjadi model ? ini tidak mungkin. Panggil dia sekarang Krys.”
“ Liza!”
“ Ya, ada apa.”
Liza menjawab santai, tanpa beban.
“ Bagaimana bisa kau menjadi model ?”
“ Untuk apa kau tahu ?, Itu bukan urusan kalian.”
“ Jawab saja.”
“ Aku tidak ingin menjawabnya.”
“ Kenapa kau sama berengseknya seperti ibumu, kenapa dulu hanya ibumu yang mati ? kenapa dia tidak mengajakmu juga.”
“ Apa maksudmu Krys ?”
“ Ibuku menghasut ibumu untuk bunuh diri. Dia berpura-pura melihat ayahmu bersama perempuan lain tapi pada kenyataannya tidak.”
“ Jadi secara tidak langsung ibumu yang membunuh ibuku.”
“ Ya kau benar, dan sekarang aku akan membunuhmu juga.”
“ Krys ambilkan ibu tali, cepat.”
Krystal berlari ke gudang dan mengambil tali. San ibu menyiksa Liza dengang memukulinya. Kayu kecil panjang itu salalu ia bawa, dia memukuli Liza tanpa habis. Liza tetap kokoh sambil menatap ibu tirinya detik berikutnya dia memukul ibu tirinya itu dangan sekali pukulan sang ibu tergeletak. Tidak menunggu lama Krystal datang, Liza melakukan hal yang sama Krystalpun tergeletak tak berdaya. Liza mengambil tali yang dibawa Krystal dan mengikat ibu dan anak itu. Dengan menghiraukan semua luka baru yang dibuat sang ibu, Liza mengambil ponselnya dan kemudian menelpon Erric.
“ Aku tahu siapa yang membunuh ibuku.”
“ Siapa mereka ?”
“ Mereka..”
Sebelum Liza meneruskan perkataannya dia terjatuh dan tak sadarkan diri.
“ Liza!”
“Liza!”
Erric terus memanggil Liza tapi sayang tidak ada yang menjawabnya. Erric memutuskan untuk ke rumah Liza dan melihatnya.
Erric masuk kedalam rumahnya dan melihat ibu dan kakak tiri Liza, ia menemukan Liza di samping ibu dan anak itu dengan luka yang cukup menghawatirkan. Erric menggendong dan membawa Liza ke rumah sakit dan menghiraukan ibu dan anak itu.
Beberapa menit kemudian mereka sampai dan Liza langsung dibawa ke UGD. Beberapa lukanya sudah diobati, Liza perlahan-lahan membuka matanya dan menlihat erik ada di sampingnya.
“ Erric.”
“ Kau sudah sadar.”
“ Ya, yang membunuh ibuku adalah mereka.”
“ Siapa ? ibu dan kakak tirimu ?”
“ Ya, kau benar.”
“ Aku akan memanggil polisi ke rumahmu. Tunggu sebentar.”
Liza hanya diam dan menatap Erric yang sedang menelpon.
“ Aku sudah melapokan semuanya dan beberapa polisi mungkin akan ke rumahmu untuk menangkap mereka.”
“ Terimakasih Erric.”
“ Untuk apa ? tidak apa-apa bukankah kita teman. Teman akan membantu temannya jika dia dalam kesusahan.”
Erric tersenyum dan Liza membalasnya
“ Terimakasih sudah menjadi ibu periku dan terimakasih telah menolongku. Aku tahu di kehidupan nyata ini tidak ada sihir seperti yang dilakukan ibu peri Cinderella kepada Cinderella di dunia nyata tapi ibu periku tahu bagaimana cara menolongku.”