Judul : Ma Daddy Is Superstar
Author : Adelia Tania Sari
Genre : Romance, AU, Novela
Ratting : PG-16
FF ini bukan ide orisinil dari aku. Mungkin, jalan ceritanya banyak yang sama tapi setiap diksi dan alur yang dibuat itu punya aku sendiri. Terimakasih buat yang udah baca. Enjoy ya guys.
Sorry for typo
Kilat cahaya yang berasal dari kamera para wartawan membuat ruangan itu terasa semakin silau saja. Acara memang belum dimulai, kursi yang berada di panggung juga masih kosong. Tapi semua para wartawan itu datang lebih awal dari jam yang sudah ditentukan. Mereka tak ingin melewatkan sebuah berita yang menjadi topik paling hangat di dunia hiburan Korea saat ini. Poster film terpasang sangat besar di atas panggung. Seorang aktor baru saja menyelesaikan film Box Office-nya dan menggelar konfrensi pers untuk kepulangannya dari negara dimana film itu di produksi. Hal ini menambah catatan bahwa sudah kesekian kalinya si aktor ini bermain film yang laku keras di masyarakat. Bukan hanya karena film yang ia perankan. Tapi hubungan timbal balik untuk negaranya sendiri. Aktor itu berhasil membuat relasi antara negara itu terjalin semakin solid. Khususnya dalam dunia hiburan.
Suara riuh rendah dari para wartawan itu terhenti begitu pintu terbuka. masing-masing dari mereka sudah siap dengan kamera dan peralatan canggih perekam lainnya. ketika sang aktor berjalan santai sambil melambaikan tangan, suara klik kamera terdengar saling bersambut bahkan sampai sang aktor duduk pada jejeran kursi kedua yang telah diatur, sisanya ditempati oleh seorang produser dan manager management.
Seorang pembawa acara yang ditunjuk segera menaiki panggung dan mengambil alih isi ruangan. Ia berdiri disamping meja diatas panggung. Seketika ruangan kembali terkendali dan tak ada lagi kilat cahaya kamera. Seperti diberi isyarat, semua rekan wartawan itu berganti memegang kertas dan pena.
“Terimakasih untuk kehadiran semua teman-teman wartawan yang telah kami undang pada acara konfrensi pers malam ini. Perkenalkan nama saya Byun Joong Hoon selaku pembawa acara pada kesempatan konferensi pers pada malam hari ini. Baiklah, tak perlu berlama-lama. Kami akan membuka empat sesi pertanyaan. Sesi pertama akan kami mulai dengan tiga orang penanya. Silahkan yang ingin mengajukan pertanyaan,” suara pembawa acara tadi terdengar dari pengeras suara yang ia pegang.
Para wartawan itu begitu antusias. Hampir dari mereka semua yang mengacungkan tangan. Dari semua itu, pembawa acara memilih seorang pria botak dengan kameranya yang tergantung di leher. “Saya Kim Kwang Gyu dari media Seoul Morning. Saya ingin bertanya kepada Cho Kyu Hyun, sang aktor utama. Apakah anda pernah mengalami kendala pada saat syuting Fate Of The Past?” tanya wartawan tadi.
Cho Kyu Hyun memberikan senyum bersahabat miliknya untuk sebuah pertanyaan yang diajukan kepadanya. Tubuh Kyu Hyun maju kedepan untuk meraih mic diatas meja.
“Selama syuting berlangsung aku sama sekali tidak merasakan adanya kendala. Lokasi dimana kami melaksanakan syuting sangatlah nyaman. Teknologi yang canggih membuatku tidak harus berpikir tentang keselamatan. Semuanya sangat tersusun rapi dan matang. Ah, sepertinya aku hanya terkendala pada adegan kiss scene. Seharusnya itu dibuat lebih lama dan panjang.” jawab Kyu Hyun asal yang menggundang gelak tawa semua orang yang berada diruangan. Termasuk sang produser yang tertawa geli, perut tambunnya bergoyang karena itu.
Pembawa acara kembali memilih untuk pertanyaan kedua. Kali ini seorang wanita muda dengan pakaian formalnya yang tetap fashionable. “Terimakasih untuk kesempatannya. Perkenalkan nama saya, Chou Yong Mi dari Asian Magazine. Apa ada alasan khusus untuk tidak mengganti nama tokoh pria? Kenapa harus menggunakan nama asli dari Cho Kyu Hyun?” tanya wanita itu lalu duduk kembali di kursinya.
“Karena namaku sudah sangat bagus.” Kyu Hyun menjawabnya cepat-cepat, ia memandang produser film itu. “Bukan begitu, Mr. Carl?” meminta persetujuan dari sang produser yang langsung mendapatkan anggukan.
Dan untuk pertanyaan terakhir pada sesi pertama, pembawa acara memilih seorang pria lagi yang duduk pada barisan dua kebelakang. “Nama saya Jun Ji Hoon dari Dream Magazine. Kami dengar anda terlibat cinta lokasi dengan Delfelia Clinton yang berperan sebagai Kate. Apa itu benar?”
Kali ini Kyu Hyun memiliki jeda yang cukup lama sebelum menjawab. “Aku selalu dipasangkan dengan wanita cantik setiap kali berperan dalam sebuah film, dan entah kenapa pertanyaan ini selalu sama untuk ditanyakan. Well, Delfia Clinton adalah lawan main yang menarik. Ia cantik dan pintar. Orang akan berpikiran bahwa aku sangat tidak normal jika tidak menyukainya. Tapi tidak, kami tidak terlibat cinta. Hanya hubungan profesional kerja dan sahabat.”.
Sang pembawa acara maju kedepan untuk menutup sesi pertama. “Oke, sudah tiga pertanyaan untuk sesi pertama ini dan untuk sesi kedua saya akan memilih empat orang penanya. Baiklah, bagi yang ingin bertanya silahkan ancungkan tangan…”
***
Cho Kyu Hyun sukses dengan karirnya sebagai pemain peran. Semenjak masuk kedalam dunia hiburan tujuh tahun silam, Kyu Hyun merasa jalan hidupnya ditakdirkan untuk dikenal sebagai seorang aktor. Kyu Hyun menyukai pekerjaannya. Ia juga menyukai dunia hiburan yang membesarkan namanya. Banyaknya tawaran bermain film membuat Kyu Hyun bahkan kewalahan untuk menerima. Kyu Hyun bukan hanya pandai berlakon berbagai macam karakter, ia juga diberkahi dengan suara yang dapat menggetarkan hati siapapun yang mendengarnya. Dijuluki dengan suara dari surga, Kyu Hyun baru saja mengeluarkan album solo pertamanya sebulan sebelum ia terbang ke Jerman untuk syuting film.
Kyu Hyun merenggangkan otot-otonya yang kaku. Ia baru saja sampai dirumah setelah mengikuti jalannya konfrensi pers selama dua jam. Waktu yang cukup lama dari perkiraan sebelumnya. Tadi pagi ia baru saja tiba di Korea setelah menyelesaikan syuting dan dilanjutan dengan jadwalnya yang padat.
Kyu Hyun melihat sekeliling rumahnya. Sepi. Tak ada suara ribut-ribut yang Kyu Hyun rindukan. Ia pasti sudah tertidur pulas dikamarnya, pikir Kyu Hyun. Bangkit dari sofa, Kyu Hyun berjalan menaiki tangga. Ada satu pintu yang berbeda dari dua pintu lainnya. Pintu itu di cat dengan warna pink cerah dan bergambar karakter animasi Hello Kitty didepannya. Kyu Hyun memutar pegangan pintu itu hingga terbuka. Tak ingin membangunkan dia, Kyu Hyun membukanya pelan-pelan sampai sebesar tubuhnya dan menyelinap masuk sebelum menutup pintu hati-hati.
Kamar ini masih sama dari sebulan yang lalu Kyu Hyun tinggalkan. Tanpa terkecuali kertas-kertas bergambar yang tertempel pada dinding kamar. Kyu Hyun mencabut salah satu kertas itu dan tersenyum. Itu gambar dirinya. Ada namanya diatas kepala gambar itu. Kyu Hyun sedikit terhenyak bahwa gambar yang dinamai sepertinya itu memiliki rambut berwarna putih, itu model rambutnya dulu dan sekarang Kyu Hyun mulai menggantinya dengan warna rambut aslinya yang kehitaman. Kyu Hyun melekatkan kembali gambar itu di dinding semula.
Di balik cahaya lampu tidur yang redup Kyu Hyun melihatnya diatas ranjang.
Gadis kecil berumur enam tahun tidur damai dibawah selimut pink bergambar Hello Kitty. Kunciran kedua rambutnya terjatuh pada salah satu sisi bantal. Ia meringkuk tidur memeluk boneka dan sebuah foto pada genggaman tangan kecilnya. Lucu sekali.
Kyu Hyun memperhatikannya dari samping ranjang. Boneka itu Kyu Hyun yang berikan. Katanya sebagai peneman tidur dan penangkal mimpi buruk yang membuat gadis kecil itu percaya bahwa selama Kyu Hyun pergi, dia harus selalu memeluk boneka itu.
Kyu Hyun berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan ketinggian ranjang. Mengelus rambutnya lalu megecup pipi mungil gadis kecil itu. Kyu Hyun menarik pelan selembar foto dari tangannya berharap gerakannya tetap membuat gadis kecil itu terjaga. Ia terharu betapa gadis kecil ini merindukannya. Tak ingin meninggalkannya sendirian. Kyu Hyun membuka jasnya dan berjalan mengitari ranjang. Kyu Hyun membuka selimut itu untuk ikut bergabung dibawahnya. Menggeser tubuhnya lebih dekat dan memeluk gadis kecil itu erat-erat.
“Selamat tidur, sayang. Appa, pulang.” Bisik Kyu Hyun sebelum ikut bergabung bersama mimpi disamping putri kecilnya.
***
Suara ribut-ribut itu lagi. Kyu Hyun belum membuka matanya tapi ia sudah tertawa. Wajahya dihadiahi ciuma bertubi-tubi. Suara tawa riang itu yang Kyu Hyun rindukan. Ia tau siapa melakukannya jadi Kyu Hyu tidak perlu terkejut saat ia membuka mata dan menemukan seorang gadis kecil menduduki perutnya.
“Appa…” Ji Hyun memeluk tubuh Kyu Hyun. “Cepat buka matanya. Lihat, aku.” celoteh Ji Hyun sembari bermain-main membuka kedua mata Kyu Hyun dengan jarinya.
Kyu Hyun menuruti kemauan putrinya. Ia bersandar pada kepala tempat tidur beerbentuk Hello Kitty dan membuka mata. “Hai, cantikku. Selamat pagi.” Sapa Kyu Hyun lalu mengecup ujung hidung Ji Hyun.
“Kenapa pulangnya lama sekali? Appa tidak merindukanku?” Ji Hyun merajuk. Ia menutup kedua matanya dengan lengan khas anak kecil.
Kyu Hyun tersenyum maklum. Putrinya akan sangat manja jika bertemu dengannya. Ia memainkan rambut panjang Ji Hyun yang berawarna kecoklatan. “Ada banyak tugas yang harus selesaikan, sayang. Bukankah kau yang mengatakan bahwa Appa akan sangat tampan jika bermain film sebagai salah satu super hero?”
Ji Hyun mengintip dari lengannya yang sedikit ia turunkan dari mata. Bibirnya mencibir. “Benarkah?”
“Tentu saja. Apakah selama ini Appapernah berbohong padamu?”
Ji Hyun bercekak pinggang. “Pernah. Appa bilang, akan menemaniku selama liburan musim panas tahun lalu dan ternyata Appa harus pergi selama musim panas untuk bekerja di Paris. Dan yang kedua, ketika Appamenjanjikan padaku untuk jalan-jalan ke pulau Jeju yang juga harus batal karena ada acara tv yang sama sekali tidak penting itu sehingga aku harus menghabiskan waktu liburan hanya bersama nenek. Dan yang ketiga…”
Kyu Hyun menempelkan jari telunjuknya pada bibir Ji Hyun yang sudah siap membuka daftar keburukannya dan membuat Kyu Hyun meringis. “Baiklah, Appa mengaku salah untuk itu. Bisakah kau melupakannya?” Ji Hyun mendengus dan memalingkan wajah. Oh, ya, jangan salahkan Ji Hyun kalau ia pandai melakukan itu. Sifat Kyu Hyun sunguh mendominasi pada gadis kecilnya itu. Kyu Hyun mengangkat tangan menyerah. Ji Hyun yang merajuk bukanlah tandingannya. “Baiklah, sayang, baiklah. Katakan apa maumu dan Appa akan memberikannya apapun itu.”
Ji Hyun masih tak ingin menjawab. Ia masih memikirkannya. Bibir kecilnya mengkerucut, kedua bola matanya melirik keatas yang ditambah dengan jari telunjuknya menekan ke dagu. Gadis kecil itu berpikir keras.
Kyu Hyun tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa kecil dan mencium pipi putrinya. “Jadi?” pancing Kyu Hyun.
“Sebenarnya ada satu hal yang aku inginkan.”
Kyu Hyun membelai rambut Ji Hyun sayang. “Apa itu?”
Ji Hyun melepaskan dirinya dari pelukan Kyu Hyun dan berdiri di tepi ranjang. Kening Kyu Hyun berkerut ketika melihat Hyun Ji yang menarik napas dan memejamkan mata sebelum berkata, “Appa, bisakah kau memberiku seorang Eomma.”
***
Selain hari yang ditentukan, Kyu Hyun sama sekali tidak pernah menginjakkan kaki di kantor agensinya jika memang tidak memiliki jadwal. Ia akan lebih memilih bersenang-senang diluar dan mendapatkan kebebasan untuk bersama Ji Hyun. Dan hari ini Kyu Hyun harus merelakan satu lagi minggunya untuk bertemu dengan direktur agensinya beserta beberapa orang penting untuk membicarakan projek baru.
Semua orang di gedung ini mengenali Kyu Hyun. Ia adalah artis senior yang cukup menyokong nama agensinya menjadi besar. Kyu Hyun mendapatkan pengakuan terbaik ditempatnya. Selama perjalananan menyusuri kantor, Kyu Hyun melewati dua orang artis pendatang baru yang membungkuk hormat, Ia juga berjalan melewati segerombolan boy band yang baru memulai debut dan bercakap-cakap sebentar. Sebenarnya Kyu Hyun tidak terlalu berharap dia dikenal oleh banyak orang. Ia merasa sedikit kurang nyaman mendapatkan perlakuan yang selalu baik. Satu atau dua orang dapat Kyu Hyun liat ketulusannya, namun lebih dari itu banyak sekali yang berputa-pura.
Semua orang telah berkumpul diruang rapat. Kyu Hyun menjadi satu-satunya orang yang ditunggu. Mereka duduk melingkar di meja bundar yang menjadi tempat untuk membahas sesuatu seperti film atau rapat biasa.
Kyu Hyun menarik kursinya dan duduk disamping Kang Ji Woon, direktur agensinya yang kebetulan bukanlah orang asing bagi Kyu Hyun karena usia mereka yang tidak berbeda. “Maaf aku terlambat,” ucap Kyu Hyun tak terlihat sesal.
Ji Woon mengendus dan meletakan sesuatu dihadapan Kyu Hyun. “Kami baru saja membahasnya. Ini adalah kontrak film baru. Kau bisa mempelajarinya. Film ini akan tayang di musim dingin tahun depan. Jika kau setuju untuk memerankan film ini, syuting akan dimulai dua bulan lagi.”
Kyu Hyun menarik ujung lembar proposal dan membacanya. Ia duduk bersandar, memutarkan kursinya ke kanan-kiri. “Jadi, aku kebagian menjadi pemeran utama lagi?”
Kali ini sang sutradara yang ikut menghadiri rapat menjawab. “Tentu saja, Cho Kyu Hyun-ssi. Peran itu hanya cocok untukmu.” Jawabnya menyanjung Kyu Hyun.
Kyu Hyun tertawa setengah. Pria itu jelas memuji hanya agar Kyu Hyun mau menerima film mereka. “Aku tidak yakin.” Ia lalu meletakan proposal itu diatas meja dan mencondongkan tubuhnya kedepan. “Aku akan mengajukan cuti selama sebulan sebelum kembali aktif bermain film. Mungkin aku akan lebih detail membacanya sebelum mengatakan ke kalian apakah aku bersedia atau tidak.”
Semua orang diruangan itu terkejut. Mungkin, Ji Woon tampak lebih terkejut. ia memutar kursinya kasar menghadap Kyu Hyun. “Cuti? Astaga, Cho Kyu Hyun kau tidak bisa melakukan itu!”
“Kenapa tidak? Aku bisa saja melakukannya.” Kyu Hyun mulai membangkang.
“Tapi, kau sudah menandatangani beberapa iklan dan photoshootbeberapa majalah unutk edisi bulan ini. Kau tidak bisa membatalkannya.”
“Maafkan aku Ji Woon-ah, aku tau kau tentu bisa membatalkan itu semua. Aku percaya kau punya cara ampuh untuk dikatakan kepada mereka. Buatlah kebohongan kecil untukku, maka aku akan sangat berterimakasih.”
“Cho Kyu Hyun, kau…”
“Aku akan menunggumu di ruanganmu dan kita akan bicara,” Kyu Hyun melirik sang sutradara sebentar sebelum melanjutkannya, “Secara rahasia.”
Kyu Hyun memundurkan kursinya, berdiri, memasang kaca mata hitamnya dan keluar dari ruangan itu dengan senyuman menggantung diwajahnya yang membuat semua orang didalam ruangan itu semakin kesal.
***
Pintu ruangan itu ditutup kasar. Kyu Hyun membuka mata dan menegakan kepalanya dari sandaran kursi. Ia bisa melihat Ji Woon melepaskan jasnya dan melemparkannya ke sofa berukuran sedang didepannya lalu berjalan kearah lemari pendingin untuk mengambil sesuatu.
Sial, pria itu marah padanya. Sayangnya, Kyu Hyun tidak takut. Ia melipat kedua tangannya diatas meja dan mengetuk meja itu dengan jarinya. “Kemana pergi temanku dengan setelan jas-nya yang rapi?” goda Kyu Hyun semakin membuat jengkel. Ji Woon meliriknya. Melemparkan sekaleng bir dari lemari pendingin dengan sangat kuat sehingga Kyu Hyun terdorong kebelakang saat menangkapnya dengan tepat. “Nice Shoot.”
“Kau bajingan,” maki Ji Woon terang-terangan.
Kyu Hyun tertawa. “Aku tidak bisa memungkiri itu tapi ya, aku bajingan sama sepertimu.”
“Sebaiknya kau memberikan alasan yang bagus kenapa kau ingin mengambil cuti. Kalau tidak, aku akan benar-benar memenggal kepalamu begitu kita keluar dari sini.”
Kyu Hyun mengayunkan kaleng minumannya pada Ji Woon yang duduk didepannya. “Kau boleh mencoba. Jika kau memang ingin kuingatkan, semenjak kuliah kau tidak pernah menang melawanku diatas ring.”
“Seriuslah, Kyu.”
“Well, aku cuti untuk Hyun Ji.”
“Hyun Ji?”
“Ya. Sudah setengah tahun ini aku meninggalkannya. Dia mengeluh tentang sibuknya aku dan waktu yang banyak tidak kami habiskan bersama.” Kyu Hyun mendesah. “Dia sudah semakin besar dan menjawabku dengan kalimat yang sering membuatku diam.”
Kyu Hyun melirik kearah Ji Woon yang jauh lebih tenang. Pria itu menyandarkan tubuhnya kekursi. “Jadi, kau ingin membawanya kemana selama sebulan? Aku ingatkan untuk berhati-hati dengan pers, Kyu. Jejakmu akan tercium jika kau ceroboh. Mereka akan mengungkap pada dunia bahwa kau memiliki putri.”
Kyu Hyun mendelik. Dia tidak suka jika Ji Woon mengingatkan itu padanya. “Aku tau.”
“Jangan marah. Aku mengingatkanmu demi Hyun Ji, Kyu. Aku juga menyayangi anakmu dan sudah menganggapnya seperti putriku sendiri. Wartawan akan berubah menjadi kejam dan berbalik menjadi musuhmu. Penulis kolom berita akan mengungkap hal-hal buruk yang bersangkutan dengan kalian berdua. Ingat berapa harga yang harus kubayar ketika seorang bertemu denganmu yang menyamar bersama Hyun Ji di kebun binatang?”
Kyu Hyun memalingkan wajah. Ji Woon benar, Kyu Hyun harus lebih berhati-hati. Selama ini ia memang tidak pernah mengatakan secara terbuka tentang kehidupan pribadinya kepada semua orang. Kyu Hyun tidak pernah mengatakan bahwa ia memiliki putri. Tidak banyak yang tau akan hal itu, hanya keluarganya dan Ji Woon lah yang tau.
Kyu Hyun berusaha keras untuk menutupi Hyun Ji dari berita buruk yang akan menyakiti gadis kecil itu. oleh karena itu seluruh dunia begitu penasaran dengan kehidupannya. Banyak sekali wartawan yang secara diam-diam membuntuti kehidupan Kyu Hyun, beberapa diantaranya berhasil ditangkap dan mendapatkan hukuman dibalik jeruji besi. Kyu Hyun sendiri pernah mengancam salah seorang wartawan yang mencoba menerobos masuk kehalaman rumahnya untuk mengambil gambar dan berita itu menjadi gosip pertama selama kehidupan selebritinya.
Dan yang terakhir terjadi pada setahun yang lalu. Kyu Hyun ingat bahwa ia hampir membuat Ji Hyun terluka oleh sebuah telepon anonim yang mengancam akan menyebarkan foto-foto Kyu Hyun yang sedang bersama Hyun Ji. Masalah itu membuat Ji Woon turun tangan dan menyewa agen rahasia untuk menyelidiki identitas si penelpon yang ternyata hanyalah seorang penulis kolom berita murahan didunia maya yang haus akan uang.
Kyu Hyun meletakan kembali minumannya diatas meja. “Kau benar, aku akan berhati-hati. Hyun Ji sudah lama tidak pergi keluar rumah. Aku akan membawanya ke Jeju. Bisakah kau membuatnya menjadi mudah dengan merahasiakan kepergian kami berdua?”
Ji Woon mengangguk setuju. “Aku akan mengurus semuanya. Jangan khawatir. Oh, ya aku akan menyuruh Ki Jae untuk ikut mendampingimu, dia satu-satunya asisten manager yang kupercaya dapat melayanimu dengan baik.”
Suasana telah mencair. Permintaannya telah diterima, Kyu Hyun akan mengambil cuti yang cukup panjang sementara Ji Woon akan mengurus semua masalahnya disini. Kyu Hyun menyungingkan senyumnya yang jahil. “Well, sekembalinya aku dari bersenang-senang, seseorang akan bertambah tua dan berkerut karena menerima banyak masalah.”
“Ya, tentu saja. Berkat kau, sialan.”
Kyu Hyun tertawa tanpa belas kasihan. “Kau kelihatan mulai kacau.”
“Aku bukan kacau. Aku butuh minuman dan bercinta.” Ji Woon melemparkan tatapan usil pada Kyu Hyun. “Bagaimana dengan Delfelia Clinton? Apkah dia hebat?”
“Apa?” tanya Kyu Hyun acuh.
“Jangan pura-pura bodoh. Dia wanita seksi dan tertarik padamu.” Ji Woon menyenggol lutut Kyu Hyun dengan ujung sepatunya. “Berapakali kau naik ke ranjangnya?”
Kyu Hyun melotot. “Kau ini bicara apa?”
Ji Woon mengerang. “Aku berbicara dengan pria gua.” Katanya mengejek Kyu Hyun. “Aku akan mengubah pertanyaannya, berapakali Delfelia Clinton menaiki ranjangmu?”
“Aku tidak pernah melakukan itu dengannya.” Kyu Hyun membela diri.
“Pantas saja kau menjalani hidup seperti ini. Kau bung,” ia menunjuk Kyu Hyun. “Pria arogan yang kekeringan karena sudah terlalu lama tidak merasakan dada wanita.”
Kyu Hyun mungkin akan berakhir dengan memukuli satu-satunya teman yang bisa dia ajak berbicara jika Kyu Hyun bersikeras untuk duduk berlama-lama diruangan yang sama. Kang Ji Woon dan pembahasannya tentang hubungan intim membuat Kyu Hyun berdoa semoga pria itu tidak terkena penyakit menular.
Kyu Hyun menggeleng berkali-kali, melemparkan botol bir-nya yang kosong dan keluar dari ruangan tanpa menghiraukan Ji Woon yang terus memanggilnya untuk tetap tinggal.
No comments :
Post a Comment