NEORAGO Chapter 4
Author : DiraKimra17
Tittle : Neorago Chapter 4
Category : NC21, Yadong, Romance / Kekerasan, Chapter.
Cast :
Cho Kyuhyun
Shin Kim Ra
Other cast : Other Super Junior member
Gomawo (
WARNING! GA TYPO, GA GAUL!
Selamat menikmati…
WARNING! GA TYPO, GA GAUL!
Selamat menikmati…
*Kim Ra POV*
Aku melangkah cepat menyusul Kyuhyun yang kemungkinan besar ke ruang kerjanya. Aku menghembuskan nafas dalam di depan pintu kokoh yang tertutup rapat ini. Aku berharap setidaknya dengan pasokan oksigen yang cukup bisa membuat kerja jantungku sedikit lebih tenang. Aku memejamkan mata sesaat sebelum membuka pintu yang ada di depanku. Masih dengan gerakan perlahan.
“Yesung-ah. Siapkan satu wanita untukku. Aku tunggu di hotel biasa. Sekarang!”
DEG!
Itu suara Kyuhyun. Apa dia bilang? Wanita? Hotel biasa? Sekarang? Aku menggigit bibir bawahku yang masih terasa nyeri bekas gigitan Kyuhyun tadi. Tidak! Jangan! Aku mohon jangan! Yaa Tuhan, aku merasa semua oksigen menjadi karbondioksida. Sesak.
Kyuhyun membalikkan badannya. Sepertinya dia tidak menyadari keberadaanku tadi. Terlihat dia melebarkan matanya sesaat saat mata kami bertemu. Demi Tuhan, pandanganku mengabur sekarang. Aku ingin menangis. Bolehkah?
“Maaf mengganggu.” Kataku pelan. Aku berbalik untuk kembali ke kamar. Tapi kutahan langkahku sesaat. “Kalau mau pergi, hati – hati menyetirnya. Ini sudah malam.” Aku tidak sadar, kalimat lirih nyaris seperti isakan itu keluar dari mulutku.
Aku melanjutkan langkahku tanpa menunggu bagaimana reaksinya. Aku berjalan setengah berlari ke kamar. Sesampainya di kamar, aku mengambil koperku. Lemari pakaian sudah terbuka lebar dihadapanku, segera aku mengambil acak pakaian yang bisa aku bawa. Ya Tuhan, tanganku bergetar.
Tapi aku tak sanggup. Sungguh. Harus pergi kemana? Pulang kerumah? Dengan Siwon Oppa di dalamnya? Aku yakin dia akan langsung mengurus perceraian kami. Aku benci Kyuhyun sekarang, tapi entah kenapa bercerai pun aku tidak rela.
Yesung?
Ahh, Sialan. Yesung bahkan terlibat langsung untuk mendukung kebrengsekan Kyuhyun.
Ini menyakitkan sekali. Aku berjalan ke jendela dan membuka jendela lebar. Aku berharap angin malam membuat sesak di dadaku sedikit berkurang. Aku meremas dadaku, menangis sejadi – jadinya. Tanpa suara.
Apa yang aku katakan? Seharusnya aku memakinya ‘kan? Menjerit tidak terima, marah, atau bahkan mengamuk. Tapi apa? aku malah mengucapkan hati – hati pada seorang suami yang akan pergi keluar rumah untuk meniduri seorang jalang.
Cho Kyuhyun, bolehkah aku membunuhmu?
-000-
*Author PoV*
Kyuhyun kini berada di sebuah Suite room di sebuah hotel mewah. Tidur telentang di sebuah ranjang king size. Rambutnya berantakan. Dua kancing kemejanya sudah terbuka. Matanya memandang lurus ke atas. Menatap langit – langit kamar itu lekat. Seperti mencari sesuatu.
Cklek..
Pintu kamar terbuka. Memunculkan seseorang dengan wine di tangan kirinya. Kyuhyun memejamkan matanya meresapi derap langkah yang semakin mendekat kearahnya. Saat matanya terbuka lagi, ia menoleh kearah pintu. Kemudian tersenyum sekilas menyambut. Senyum pesakitan.
“Apa yang terjadi? Kenapa mengusirnya sebelum kau memakannya?” Tanya Yesung sambil meletakkan wine yang di bawanya ke atas meja.
“Tidak berselera.” Jawab Kyuhyun berat.
“Memangnya sejak kapan kau punya selera pada mereka?” Yesung tersenyum mengejek. “Wanita itu masih di lobi kalau berubah pikiran.”
“Untukmu saja.”
“Dan sejak kapan aku berselera pada pelacur?” Yesung mengendikkan bahunya. “Kenapa tiba – tiba?”
“Bagaimana aku bisa melakukannya di saat kepalaku hanya dipenuhi bayangan Nonamu dengan wajah pucat seperti mayat dan hampir menangis berkata ‘hati – hati saat menyetir’ padaku. Dia bahkan mendengar aku meminta wanita padamu.” Kyuhyun tersenyum kecut.
“Yaa.. istrimu memang sangat mengejutkan. Aku bahkan tak berani percaya dia masih mau melihatmu setelah dia tahu kau ini bajingan gila, bahkan kau mempraktekkan langsung padanya.” Yesung ikut membaringkan tubuhnya di samping Kyuhyun.
“Yaa.” Kyuhyun menyahut singkat.
“Kenapa kau tidak dengan istrimu saja?”
“Kau gila!” Desis Kyuhyun. Melirik Yesung dengan pandangan garang.
“Hei, jangan lihat aku seperti itu! aku hanya menyuruhmu meniduri istrimu. Bukan memintamu untuk mengecat langit menjadi warna pink.”
“Sekali aku melakukannya. Dia menangis. Dia terluka.”
‘Dia sekarat.’ Tambah Yesung dalam hati.
“Apa kau tahu bagaimana rasanya, setiap hari harus melihat wanita yang paling kucintai berkeliaran dirumahku, di kamarku, bahkan di tempat tidurku. Terlebih sialan lagi, dia milikku. Dia bahkan pernah dengan rela dan pasrah dibawah kuasaku.” Kyuhyun menghela nafas. “Aku benci melihat dia menangis. Tapi justru aku yang membuat dia menangis. Penyesalan itu tidak pernah hilang. Justru semakin bertambah setiap harinya.”
“Cintamu memang sangat menakutkan. Kau bahkan sadar kalau kau tidak cukup baik untuknya. Tapi kau melakukan segalanya untuk membuat dia ada di sisimu.”
“Pernahkah kau membayangkan, betapa mengerikannya jadi aku?” Kyuhyun memejamkan matanya. Lelah.
“Aku tak mau jadi kau.” Yesung bangun dari posisinya. “Ayo kita minum saja.”
-000-
Pagi menjelang. Kim Ra masih di tempatnya semalam. Meringkuk di depan jendela besar dengan keadaan yang mengenaskan. Dia bahkan tidak tidur semalam. Dan belum ada tanda – tanda Kyuhyun sudah pulang. Kosong. Sebuah koper bahkan masih teronggok berantakan di depan lemari.
Kim Ra bangkit dari posisinya. Dia tahu apa yang akan dia lakukan. Pertama, membersihkan diri sebelum Kyuhyun pulang. Mengumpulkan seluruh tenaganya. Dia masih hidup sekarang. Itu adalah kenyataan yang harus dia hadapi. Dan dia tahu siapa yang harus dia bunuh setelah ini. Supir mahal sialan itu.
Selesai membersihkan diri, Kim ra duduk di tangga terbawah rumahnya. Han Ahjuma belum terlihat pagi ini. Mungkin ke pasar. Seperti biasa. Kim Ra memainkan ujung rok seragam sekolahnya sambil menunggu Kyuhyun.
Jam 7 kurang, Kyuhyun membuka pintu besar yang sedari tadi ditatap Kim Ra. Kyuhyun berdiri gagah dengaan Yesung di belakangnya. Gadis itu langsung bangkit dari duduknya. Berdiri dengan tegang. Mata mereka bertemu. Wajah Kim Ra yang pucat menjadi pemandangan mengenaskan Kyuhyun pagi ini.
“Aku berangkat.” Kata Kim Ra pelan pada Kyuhyun. Sinis.
-000-
“Jadi kau yang mencarikan wanita untuk Kyuhyun?” Cecar Kim Ra begitu mereka sampai di sebuah Cafe.
“Ya Tuhan, pantatku saja belum menempel dengan benar di kursi ini. Tidak bisakah kita sedikit bersantai, Nona?” Sewot Yesung. Kim Ra mendengus sebal, membuang pandangannya ke luar jendela.
“Cepatlah kau letakkan pantat berhargamu itu. Aku ingin bertanya.” Desak Kim Ra.
“Kyuhyun? Kau mau bertanya tentang Kyuhyun, bukan?”
“Aku akan bersalto, kalau sampai rela membolos hanya untuk menanyakan tentangmu atau keluargamu.”
Yesung merengut. Dengan gaya ala boss, Yesung memanggil seorang pelayan untuk datang. Yesung memesan minuman dan beberapa camilan. Ia berani bertaruh kalau meladeni wawancara Nonanya ini akan menghabiskan energi.
“Kau mau tanya apa?”
“Banyak.” Kim Ra mendesah. “Seperti yang kau tahu. Aku dan Kyuhyun memang pasangan. Tapi hubungan kami terasa aneh. Aku harus menanyaimu dulu baru aku tahu tentang dia. Aku yakin dia juga begitu. Dia bahkan membayarmu untuk memata – mataiku.”
“Lalu?”
“Aku yakin kalau kau mati mendadak karena tersambar petir, maka aku dan Kyuhyun akan menjadi dua orang asing yang tidak saling mengenal.”
“Apa di kepalamu itu aku tidak bisa mati dengan cara yang lebih tampan?”
“Apa itu penting?”
“Intromu terlalu panjang. Kau mau tanya apa?”
“Kau yang mencarikan dia wanita.” Kali ini bukan pertanyaan tapi pernyataan.
“Ya.”
DAMN!
Suasana hening menyelimuti dua manusia itu. Kim Ra dengan segudang perasaannya yang campur aduk dan Yesung yang hanya bisa diam. Menanti bagaimana reaksi Nonanya. Kim Ra menghela nafas dalam – dalam. Mencoba untuk bersabar, mungkin. Dia membasahi bibirnya yang kering dengan sapuan lidah basahnya. Mencoba untuk bicara lagi.
“Sejak kapan?”
“Entahlah.” Yesung melemaskan bahunya. “Tapi saat aku tahu, waktu itu kami masih muda. Lulus SMA. Ketika aku, Kyuhyun dan Oppa-mu mulai berani meniduri wanita.”
“Dia meniduri wanita setelah lulus SMA?” Kim Ra melotot.
“Kecilkan matamu! Kau bahkan tidur dengan seorang pria sebelum lulus SMA.”
“Jangan bahas yang itu! Lanjutkan ceritamu.” Kim Ra merona malu.
“Kyuhyun selalu mengeluh tentang mimpi yang mengganggu. Aku tidak tahu tentang mimpi itu. Setelahnya, dia mencoba dengan beberapa wanita. Hingga suatu malam, dia menemuiku. Dan berkata ‘Aku memukulinya lagi’. Dan begitu setiap malamnya.”
“Apa tidak bisa di sembuhkan? Apa tidak ada obatnya?”
“Mungkin ya, mungkin tidak.” Jawab Yesung ringan sambil mengendikkan bahu.
“Apa dia tidak pernah memeriksakan dirinya? Kenapa kau tidak berusaha membantunya?” sedikit emosi, Kim Ra terdengar seperti menyalahkan Yesung.
“Apa?” Yesung menoleh cepat menghadap Kim Ra. “Kau berharap aku membawa Kyuhyun ke Klinik Tong Fang?”
“Aku serius!”
“Dia memeriksakan dirinya. Dia berusaha mengobatinya dengan menggunakan uangnya yang banyak itu, kau tahu? Semalam itu dia mengobati penyakitnya. Tapi batal hanya karena bayangan seorang istri yang mengatakan hati – hati saat menyetir padanya. Kyuhyun tidak jadi menelan obatnya hidup – hidup.”
“Apa maksudmu?”
“Aku tidak yakin, kau mau mendengar ini.”
“katakan!”
“Jangan menyesal karena mendengar ini.” Yesung membenarkan posisi duduknya. Serius. “Wanita – wanita itu obatnya. Kyuhyun menjadikan mereka therapist-nya. Objek untuk belajar mengendalikan rasa ‘Khilaf tingkat nerakanya’-nya itu.”
“Bagaimana mungkin?”
“Dia kelainan seks, Nona. Bukan sakit flu. Itu penyakit kejiwaan, yang bisa disembuhkan dengan terapi, latihan dan tekat.” Yesung meilirik tangan Kim Ra yang saling meremas di atas meja. “Dia perlu mengendalikan emosi dan nafsunya. Dia cenderung menyukai pasangannya menderita. Sadism. Dan latihan itu hanya bisa di lakukan saat dia melakukan seks.”
“Apa dia sadar saat melakukannya?”
“Dia bilang ya, tapi dengan nafsunya. Bukan dengan akal sehatnya. Dia pernah mengatakan padaku, tangannya seperti bergerak sendiri. Setelah dia memeriksakan dirinya, dia mulai rutin berhubungan dengan wanita malam. Setiap dia melakukan hubungan seksual, bukan kenikmatan atau kepuasan yang dia kejar. Tapi belajar. Dia belajar mengendalikan diri.”
“Dan itu berhasil?”
“Melihat beberapa wanita terakhirnya termasuk dirimu, hanya babak belur. Aku rasa ada kemajuan.”
“Hanya kau bilang?” Kim Ra memandang Yesung tak suka.
“Sebelumnya, mereka selalu berakhir dengan tak sadarkan diri.”
Wajah Kim Ra menegang. Sorot matanya memancarkan kengerian. Jadi Kyuhyun menyiksa pasangannya sampai tak sadarkan diri sebelumnya. Pasangan? Oh, sial! Membayangkan Kyuhyun bercinta dengan wanita lain membuat Kim Ra meremang. Marah. Nyeri sekali hatinya.
“Sudah berapa lama? Berapa banyak?” pertanyaan Kim Ra keluar semakin lirih.
“Kau akan terkejut!” Kim Ra melotot. “baiklah.. baiklah.. kalau kau mengumpulkan sepuluh orang. Dan meminjam jari tangan mereka untuk menghitung itu masih belum cukup.”
“Jangan bercanda!”
“Apa aku terlihat bercanda?”
“Sebanyak itu?”
“Ya. Dia sangat merepotkan kau tahu? Menelponku sesuka hatinya memesan wanita yang menjadi kriterianya seperti memesan makanan cepat saji.”
“Kriteria?”
“Bersih, sehat, tidak berisik, dan gila uang sehingga tidak akan mempermasalahkan luka dan sakit yang dideritanya. Berpostur mungil sepertimu sebagai tambahan plus. Dan wanita itu harus yang belum pernah ditidurinya. Kyuhyun tidak pernah mau dengan wanita yang sama.”
“Astaga!” lirih Kim Ra pedih. Matanya mulai berkaca – kaca. “Kenapa dia bisa seperti itu?”
“Tanyakan sendiri padanya.” Yesung meraih cangkir kopinya. Menyesap pelan. “Sekarang kau mau bagaimana?”
“Aku tidak tahu.” Kim Ra menggeleng. “Ini terlalu sulit.”
“Aku benar – benar penasaran dengan apa yang kau rasakan. Bagaimana perasaanmu?”
“Tadinya aku tidak pernah berfikir terlalu jauh. Tadinya aku tidak terlalu mempermasalahkan hal yang salah tentang Kyuhyun. Tapi aku tidak tahu ternyata sudah separah ini.” Kim Ra menatap langit – langit cafe. Menahan laju air matanya.
“Kau berfikir sangat simple. Aku yakin, wanita dewasa akan lebih memilih lari dari Kyuhyun.” Timpal yesung.
“Aku bahkan tidak bisa lari darinya.”
“Kau menyukai Kyuhyun?”
“Ya.” Kim Ra menggigit bibirnya sejenak. “Sekarang, aku ingin, dia berhenti meniduri wanita jalang diluar sana. Itu membuatku sakit. Sangat sakit. Tapi…” Kim Ra menggeleng ragu. “Kau bilang itu obatnya. Itu adalah latihannya untuk sembuh. Caranya belajar untuk mengendalikan diri. Dan aku tidak yakin akan sanggup menggantikan wanita – wanitanya. Aku sakit waktu itu.”
“Kau benar.” Yesung berdiri lalu duduk di samping Kim Ra. “Jadi bagaimana?”
“Marah dan mengamuk, lalu minta pulang kerumah orang tuaku? Bagaimana?”
“Yaa.. Dan kau benar – benar tahu bagaimana cara membuatku mati muda”
“Kenapa?”.
“Kau pergi denganku setelah itu kau marah, mengamuk dan meminta pulang kerumah orang tuamu. Kau kira apa yang akan Kyuhyun lakukan pada pria setampan aku?”
“Senang mendengarnya.”
“Sudah.” Tiba – tiba Yesung memeluk Kim Ra. Tubuh Kim Ra menegang. Tapi seperti biasa, ia tak dapat menolak. “Kau boleh menangis.”
Tanpa menunggu detik ketiga, Kim Ra langsung sesenggukan di dada Yesung. Berusaha melepas semua sesaknya. Bisakah ia bertahan? bisakah ia menerima Kyuhyun dengan jiwanya yang tidak normal? Ia ingin jadi satu – satunya. Tapi bisakah ia menjadi satu – satunya Kyuhyun? Mungkin Kyuhyun bisa. Tapi Kim Ra justru ragu pada dirinya. Seorang diri menjadi obat Kyuhyun? Menanggung sakit itu sendiri? Sanggupkah?
‘Sekarang aku tahu kenapa Kyuhyun menikahimu diusia semuda ini. Dia ingin mengarahkanmu untuk menerimanya dengan pikiran sederhanamu. Dia benar – benar mengenalmu.’ Kata Yesung dalam hati.
“Tanyakan padanya langsung tentang ini. Kalian butuh bicara berdua. Ayo kita pulang. Kau bisa bilang kalau kau membolos karena sakit. Lagipula wajahmu sangat pucat.” Yesung menepuk bahu Kim Ra pelan setelah merasa gadis itu sedikit tenang. Kim Ra menjauh dari Yesung, sementara pria itu merogoh sakunya. “Astaga!” teriak Yesung spontan.
“Ada apa?”
“Kalau kau bisa memilih, kau mau mati tenggelam di sungai Han atau mati di tangan Kyuhyun?” Kim Ra mengernyitkan alisnya tidak mengerti. “34 panggilan tak terjawab. Kyuhyun.” Kim Ra mengikuti apa yang di lakukan Yesung.
“Sepertinya lebih baik mati tenggelam saja. 76 panggilan tak terjawab. Kyuhyun.” Kim Ra memamerkan layar ponselnya pada Yesung yang disambut ekspresi ngeri laki – laki itu.
-000-
Kim Ra berjalan cepat ke depan Cafe. Ia bahkan tidak menunggu Yesung yang sedang membayar pesanan mereka. Kim Ra sudah berdiri dengan gugup di samping mobil. Mengira – ngira apa yang akan Kyuhyun lakukan. Mengingat bagaimana pria itu mengamuk benar – benar mengerikan.
“Kim Ra…” panggil seseorang dari arah belakang. Seorang namja yang baru keluar dari mobilnya.
“Oh, Donghae Ssaem.” Kim Ra membungkuk hormat.
“Senang melihatmu. Kau sedang apa?”
“Tadi hanya mampir sebentar. Apa yang…”
“Apa yang kau lakukan di sini?” Kim Ra menoleh ke asal suara yang memotong bicaranya. Yesung.
“Kau!” Desis Donghae dengan nada menuduh. Yesung dan Donghae saling menatap.
“Sejak kapan kau kembali?” Yesung bertanya dengan mata menusuk.
“Apa pedulimu?”
“Masuk, Nona!” Perintah Yesung. Kim Ra masih berdiri dengan kikuk. Dia bingung. “Aku bilang masuk, Shin Kim Ra!” Yesung meninggikan suaranya. Membuat Kim Ra tersentak lalu cepat – cepat masuk kedalam mobil.
Kim Ra tak tahu apa yang mereka bicarakan, yang pasti sesuatu yang buruk. Terlihat jelas dari ekspresi mereka. Tak bersahabat. Saling mengancam. Sampai beberapa menit kemudian, Yesung masuk ke dalam mobil.
“Apa hubunganmu dengan Donghae?” cecarnya.
“Tak Ada.” Kim Ra mendengus. Pria konyol ini ternyata sama mengerikannya kalau sedang marah. “Dia guru disekolahku. Kau mengenal Donghae Ssaem?”
“Astaga! Sejak kapan?” desah Yesung dengan frustasi. “Apa yang dia lakukan padamu?”
“Tidak ada.” Kim Ra menggeleng takut. Yesung berusaha keras untuk melotot dengan matanya yang sipit itu. Ingin tertawa sebenarnya, Tapi Kim Ra lebih memilih menahannya. “Dia hanya guru. Yaa, mungkin karena umurnya yang masih relatif muda, jadi kami berteman.”
“Berteman? Kau yakin?”
“Hanya berteman. Kami mengobrol dan… mmm tidak ada.”
“Apa?”
“Dia… Dia memang pernah mencoba untuk menciumku.” Yesung menganga. “Tapi tidak jadi. Sungguh. Jangan bilang pada Kyuhyun, yaa. Aku mohon.”
“Kau menyukai Donghae?”
“Tidak!” Sentak Kim Ra. “Memang kenapa? Ada apa dengan Donghae? Kyuhyun mengenal Donghae?” Kim Ra merengek, minta penjelasan.
“Tidak sekarang.” Yesung menggeleng tegas. “tapi…” Yesung menatap Kim Ra serius. “Mau mendengar sebuah ancaman?”
“Apa?”
“Kyuhyun mungkin akan memberimu Home Schooling kalau dia tahu Donghae ada di sekolahmu.
Mengangalah mulutmu, Kim Ra!
Satu misteri lagi.
-000-
Kyuhyun berdiri tegak di ruang tamu dengan kedua tangan terkepal yang disembunyikan di dalam saku celana. Nafasnya memburu. Emosi sudah di ujung kepalanya. Tinggal menunggu waktu untuk meledak. Entah dia akan memarahi Kim Ra habis – habisan lalu mengurungnya di dalam kamar atau memukuli Yesung sampai wajah sahabatnya itu compang – camping.
Tadinya ia ingin beristirahat sejenak. Menunggu Kim Ra. Ia sadar gadis itu butuh waktu. Ia tahu, kejadian semalam pasti membuat kesalah pahaman. Setidaknya Kyuhyun ingin Kim Ra tenang terlebih dahulu. Tapi, saat dia masuk ke dalam kamar dan melihat pemandangan pertamanya adalah sebuah koper yang tergeletak dengan pakaian Kim Ra yang bertumpuk berantakan, darahnya serasa mengalir deras ke kepalanya.
Ditambah lagi saat dia menelepon kepala sekolah Kim Ra. memastikan keberadaan gadis itu. benar – benar menyulut amarahnya saat kepala sekolah mengatakan Kim Ra tidak masuk sekolah. Kemana mereka? Apa Kim Ra mencoba kabur? Bahkan ponsel keduanya tidak bisa dihubungi. Membuat Kyuhyun mengerahka penjaganya untuk mencari Kim Ra dan Yesung.
Pintu terbuka, menampilkan sesosok gadisnya dengan laki – laki yang paling dibencinya –untuk saat ini-. Kim Ra berjalan pelan menghampiri Kyuhyun. Kakinya gemetar sebenarnya. Dia melihat muka Kyuhyun bahkan sudah merah padam. Kim Ra berdiri di depan Kyuhyun yang menjulang.
Sesaat sebelum Kyuhyun memuntahkan amarahnya, Kim Ra lebih dulu mengulurkan tangan kirinya. Menyentuh tangan Kyuhyun. Lalu menggenggam jemari itu lembut. Sesekali mengusap. Berusaha meredakan emosi Kyuhyun.
“Aku pulang. Aku tidak sekolah. Aku sakit.” Bisik Kim Ra sambil menunduk. Yaa, marah pada Kyuhyun tidak artinya. Kim Ra hanya perlu berbicara berdua dengan Kyuhyun.
Bukan hanya Kyuhyun, Yesung juga terkejut bukan main melihat apa yang dilakukan Kim Ra. setidaknya Yesung mengira, akan terjadi percekcokan sengit diantara Kyuhyun dan Kim Ra. oh! Benar – benar wanita yang tidak bisa ditebak.
Kyuhyun memejamkan matanya. Menghirup udara sebanyak – banyaknya untuk masuk ke dalam paru – paru. 17 detik, Kyuhyun membuka matanya lagi. Kali ini dengan tatapan mata yang sedikit melembut.
“Koper sialan itu. Jelaskan padaku!” Tegas Kyuhyun dengan nada rendah andalannya.
“Tadi malam ingin kabur. Tapi tidak jadi.” Jawab Kim Ra polos sambil mengerucutkan bibirnya.
“Masuk kamar. Istirahat!”
-000-
*Kim Ra POV*
Sore hari setelah aku meyakinkan Kyuhyun kalau aku baik – baik saja, Aku, Kyuhyun dan Yesung segera pergi ke bandara. Hari ini Siwon Oppa akan kembali ke London. Sebenarnya hal ini membuat aku sedih. Aku masih sangat merindukannya. Seandainya Kyuhyun mengizinkan, aku pasti akan ikut ke London untuk beberapa hari. Tapi kalian tahu itu semua adalah mustahil.
Dengan perjalanan yang hening, akhirnys kami sampai di bandara. Kuputar bola matakau untuk mencari sesosok namja tinggi berbadan tegap yang rupawan itu. Ahh.. Itu dia. Siwon Oppa sudah terlebih dulu melihatku. Dia berdiri dari duduknya saat aku melangkah mendekatinya.
“Sudah datang?” Sapa siwon Oppa hangat.
“Eo.” Aku membalas senyumnya. Tapi hanya sekejap. Aku mengembungkan pipiku untuk menunjang terciptanya pout di bibirku. “Haruskah pergi hari ini? Aku masih ingin bersamamu.”
“Heisshh.. gojitmal.” Siwon Oppa tertawa meledek.
“Sungguh!”
“Kalau kau masih merindukanku, kenapa saat aku pulang kau malah pindah kerumah Kyuhyun?” Siwon Oppa mengacak rambutku.
“Apa aku harus bilang kalau faktanya aku dipaksa? Oppa seperti tidak tahu saja seperti apa sifat temanmu itu.” Aku berusaha membela diri.
“Seperti apa?” Bibir Siwon Oppa tertutup rapat saat suara itu mengudara. Dalam sekejap suasana menjadi mencekam dan terasa mistis.
“Kyuhyun-ssi kau tidak lupakan kalau kau yang memaksaku unutk tinggal?” Lawanku berusaha mencairkan suasana. Aku tak mau Siwon tahu yang terjadi di antara kami.
“Kau masih memanggil Kyuhyun tanpa kata –Oppa-?” Siwon mendelik.
“Jeoldae. (tidak pernah)” Jawabku pelan.
“Hahahhahahhahaha…” itu suara Yesung!
“Sebenarnya jam berapa kau berangkat? Haruskah kau menyita waktuku sebanyak ini? Tidak bisakah kita saling melambaikan tangan, lalu kau pergi?” Kyuhyun bertanya pada Siwon.
“Aishhh, jinjja mulutmu itu! Baru semalam kau memanggilku Hyung dan sekarang kau berkata seperti itu padaku?” Sinis Siwon Oppa.
“Hyung????” Yesung mengulang? Berharap dia salah dengar. Lihat! Yesung bahkan melongo tak percaya. “Kau memanggil Siwon dengan Hyung? Apa Dunia akan kiamat sebentar lagi?”
“Seharusnya aku merekamnya semalam.” Goda Siwon.
“Diam kau Sialan!” kata Kyuhyun kesal.
“Mulutmu itu benar – benar! Apa kau bicara dengan Kim Ra seperti itu juga?” Protes Siwon Oppa. aku mengangguk cepat. Membenarkan dugaan Siwon Oppa.
“Jangan terlalu khawatir! Karena faktanya adikmu juga sangat terlatih untuk membalas kata – kataku.” Kyuhyun melirik tajam ke arahku. Ingin sekali aku menjambak rambutnya. Sampai botak!
“Geurae, ini sudah waktunya aku naik pesawat.” Jawab Siwon sambil melihat jam tangannya. “Kyu, tolong jaga Kim Ra baik – baik. Aku percaya padamu.” Siwon Oppa meninju dada kiri Kyuhyun pelan
‘Kau menitipkan aku pada orang yang salah.’ Rintihku dalam hati.
“Arasseo.” Kyuhyun mengangguk.
“Kim Ra-ya.. jaga dirimu baik – baik. Belajar yang benar karena kau adalah penerus Shin-gyu Group. Menurutlah pada suamimu. Geurigo, sesekali perhatikan namja sebatangkara itu.” Mata Siwon menunjuk Yesung. “Aku titip mereka.” Siwon memelukku. Hangat. Sebelum menikah dengan Kyuhyun, pelukan inilah yang menjadi favoritku. Sekarang tidak lagi.
“Kenapa kau menitipkan orang tua itu pada Kim Ra? Kau kira istriku panti jompo?” sindir Kyuhyun. Kalian sudah tahu ‘kan, kalau Kyuhyun paling hebat dalam merusak suasana? Kalimatnya Dibalas dengan pukulan ringan Yesung yang mendarat di lengan Kyuhyun.
“Arayo.. Arayo.. aku akan jaga diri baik – baik, belajar dengan benar, menurut pada suamiku dan akan memperhatikan paman berambut pirang itu sesekali waktu.”
“Bilang padaku, kalau Kyuhyun menyakitimu.” Bisik Siwon Oppa.
‘Dia menyakiti aku. Banyak.’ Aku menjawab dalam hati sambil menggeleng pelan pada Siwon Oppa. Berbohong.
“Geurae, na ganda! Jeonhwa halke! (baiklah, aku pergi! Aku akan meneleponmu.)” pamit Siwon Oppa.
Aku, Kyuhyun dan Yesung masih melihat Siwon Oppa yang semakin menjauh. Aish, kenapa aku jadi cengeng begini. Ingin sekali aku menangis. Air mata sudah menggenang tapi masih aku tahan kuat – kuat. Seperti tahu dengan apa yang aku rasakan, tangan kiri Kyuhyun merambat ke pundakku. Semakin memangkas jarak kami. Ia mengelus pundakku lembut, sesekali mengusap rambutku.
Ya Tuhan, Kyuhyun merengkuhku dalam pelukannya. Membuat sengatan listrik mengalir dalam darahku.
Aku bahkan tidak sadar, apakah kami sudah baikan dari pertengkaran kami? Kyuhyun bersikap seakan tingkah brengseknya semalam tidak pernah terjadi.
“Kalau aku sudah tidak terlalu sibuk, kita bisa menjenguknya di London.” Bisik Kyuhyun. Aku tidak tahu kapan itu akan terjadi, atau dia hanya menghiburku. Tapi aku akui, aku sedikit tenang mendengar kalimatnya.
-000-
-000-
*Author POV*
Hari ini pekerjaan yang menumpuk sungguh melelahkan bagi Kyuhyun. Dari pagi sampai sore menjelang malam, dia masih terlihat begelut dengan berkas – berkas penting yang menyangkut dengan proyek baru yang akan di kembangkan di Amerika.
Beberapa kali Kyuhyun melihat kamera CCTV yang sengaja di pasangnya. Kemarin saat mereka di bandara, Kyuhyun memang meminta Eunhyuk, sekretarisnya untuk memasang beberapa Kamera CCTV di rumahnya. Termasuk kamarnya. Setelah Kim Ra dengan polosnya bilang ingin kabur, dia tidak mungkin diam saja kan?
Dan disinilah Kyuhyun berada. Duduk di kursi besarnya di kantor sambil memandangi layar canggihnya yang menampilkan kegiatan seorang gadis belia. Kim Ra yang sedang duduk di karpet berbulu. Membaca sebuah buku tebal dengan di kelilingi peralatan sekolahnya.
Senyum Kyuhyun terukir perlahan sampai sebuah ketukan pintu menginterupsi kegiatannya. Kyuhyun mematikan layar canggihnya. Menegakkan badan saat mengizinkan Eunhyuk masuk ke ruangannya.
“Ada apa?” Tanya Kyuhyun dingin.
“Ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda. Dia tidak mempunyai janji dengan anda sebelumnya. Tapi, dia bilang anda pasti mau menemuinya.”
“Siapa?”
“Namanya Lee Donghae.” Mendengar sebuah nama dari bibir Eunhyuk membuar rahang Kyuhyun mengeras.
“Suruh dia masuk!” Perintah Kyuhyun tegas. Marah. Kyuhyun melepaskan kaca matanya.
Tidak sampai dua menit setelah Eunhyuk pergi, pintu ruangan Kyuhyun kembali terbuka. Dengan langkah mantap, sang tamu memasuki ruangan dingin ber-aura panas milik Kyuhyun. Pria itu Lee Donghae. Dengan senyum mengejeknya kini berdiri tegak di hadapan Kyuhyun.
“Sudah lama tak bertemu.” Donghae berbasa – basi.
“Apa maumu?”
“Berhubung kau tak menyukaiku dan aku juga begitu, jadi aku akan langsung ke intinya.” Donghae memasukkan tangannya kedalam saku celana. “Aku tahu kau menikahinya. Dan aku mendekatinya beberapa bulan ini. Aku yakin sahabat sekaligus budakmu itu sudah melaporkannya padamu. Aku bertemu dengannya kemarin.”
“Apa yang kau lakukan pada istriku?” Geram Kyuhyun sambil mengepalkan tangan. Menahan emosi.
“Tidak ada.” Donghae menggeleng sambil tersenyum. “Aku gagal menciumnya waktu itu. tapi aku akui, pelukan istrimu benar – benar hangat.”
Bugh!
Entah bagaimana prosesnya. Kyuhyun dengan gerakan cepatnya segera berdiri, menghampiri Donghae dan melayangkan tinjunya di wajah rupawan Donghae. Satu kali pukulan, membuat Donghae terhuyung dan jatuh.
“JANGAN SENTUH WANITAKU!” Teriak Kyuhyun murka.
-000-
BRAAAKK!!!
Kim Ra tersentak saat pintu kamar tiba – tiba terbuka kasar. Kyuhyun berdiri di depan pintu dengan aura kemarahan yang sangat jelas. Bahaya. Kim Ra tahu itu. pasti ada yang tidak beres. Kyuhyun berjalan cepat menghampiri Kim Ra. Menarik paksa Kim Ra hingga gadis itu berdiri. Lalu melemparkan tubuh mungil itu ke ranjang mereka.
SRAAAK!!
Kini rak buku Kim Ra yang menjadi korban selanjutnya. Kyuhyun merubuhkannya tanpa ragu. Melihat itu Kim Ra langsung berdiri. Ia berjalan mundur beberapa langkah . Ada apa dengan Kyuhyunnya?
“APA HUBUNGANMU DENGAN LEE DONGHAE? SIALAN! KAU BERMAIN DI BELAKANGKU!” Teriak Kyuhyun, memuntahkan amarahnya.
BRAK!
Lagi, Kyuhyun membanting pintu kamar mereka setelah ia memutuskan untuk pergi keluar kamar. Meninggalkan Kim Ra yang masih terkejut dengan apa yang barusan Kyuhyun katakan. Lee Donghae? Siapa? Apa Kyuhyun sedang membicarakan gurunya? Lee Donghae? Nah, Kim Ra ingat sesuatu. Ancaman. Lee Donghae. Home Schooling. Ini yang di maksud Yesung.
Suara gaduh, barang pecah dan suara amukan Kyuhyun menyadarkan Kim Ra dari lamunannya. Astaga, Kyuhyun! Kim Ra segera berlari menuju ruangan kerja Kyuhyun. Sesampainya di sana, Kim Ra membelalakkan kedua matanya. Ruangan itu seperti kapal pecah. Kyuhyun berhasil menghancurkannya dalam hitungan kurang dari 5 menit.
“Kyuhyun berhenti! Dengarkan aku dulu.” Teriak Kim Ra takut.
“Brengsek! Pergi dari sini atau aku akan memukulimu!” Ancam Kyuhyun. “PERGI!” bentak Kyuhyun. Kamudian ‘Praaang!’ Kyuhyun melempar salah satu kursinya ke arah jendela. Menghantam kaca dan berhasil membuat kursi itu terjun bebas ke lantai satu. Tak lama, Kim Ra bahkan bisa dengan jelas mendengar suara kayu yang remuk dari bawah sana.
“Berhenti, aku mohon!” Isak Kim Ra. gadis itu bahkan tidak sadar kapan ia mulai menangis.
Bukannya berhenti, Kyuhyun justru malah melanjutkan kegiatannya menghancurkan ruang kerjanya. Membanting barang – barang yang terjangkau olehnya. Dia terlihat seperti setan bertanduk sekarang. Kim Ra sudah tidak tahan. Ini tidak akan selesai kalau Kyuhyun hanya mengamuk tanpa bicara.
GREP!
Setelah mengumpulkan keberaniannya, Kim Ra menghampiri Kyuhyun dan memeluk laki – laki itu. Dengan tangan yang gemetar, Kim Ra berusaha mengokohkan pelukannya. Kyuhyun menegang. Kim Ra memeluknya dengan suka rela. Pelukan pertamanya.
“Aku mohon, hentikan Oppa!” Kim Ra masih terisak. “Hentikan, Oppa!” Kyuhyun tersentak. Oppa? Hati Kyuhyun menghangat beberapa detik sebelum ia mengingat sesuatu.
“Apa kau memeluknya seperti ini?” Desis Kyuhyun kembali dengan amarahnya.
“Memeluk siapa?”
“KAU MEMELUKNYA! BRENGSEK!” Kyuhyun membentak.
“SIAPA?” Kim Ra ikut berteriak.
Bukannya menjawab, Kyuhyun malah mendorong tubuh Kim Ra sampai gadis itu terlentang di meja kerja Kyuhyun yang kosong karena semua alat kerjanya sudah berserakan di lantai. Dalam hitungan detik, Kyuhyun sudah menciumi Kim Ra dengan kasar. Kali ini emosi dan amarah ikut andil dalam menghilangkan logika Kyuhyun.
Kyuhyun mengangkat wajahnya. Melihat wajah merah dengan air mata itu pasrah dibawahnya. Dan wajah itu berhasil menggoda gairahnya. Benar – benar sialan. Lama Kyuhyun memandangi Kim Ra sembari menunggu gadis itu mendapatkan asupan oksigen yang cukup.
‘Maaf’ dalam hati Kyuhyun.
Kyuhyun merobek kemeja krem yang dipakai Kim Ra. Kyuhyun merambatkan tangannya di tengkuk Kim Ra dan menekan kepala gadis itu. Membuat mereka berciuman secara intens. Ciuman yang dalam dan panjang. Tekanan tangan Kyuhyun di tengkuk Kim Ra memaksa Kim Ra meladeni gaya ciuman Kyuhyun yang kadang menyebalkan menurut Gadis itu. Ciuman yang lama dan sering kali membuat Kim Ra benar – benar kehabisan stock udara di paru – parunya. Nafas namja ini terlalu panjang saat berciuman. Itu yang menyebalkan.
Kyuhyun memulai permainannya.
*Kim Ra POV*
Dan malam ini terjadi lagi. Aku tidak tahu bagaimana kami memulainya. Aku seperti kehilangan otakku. Sapuan bibir tebal yang ia berikan pada setiap inci kulitku benar – benar membuatku lupa segalanya. Dan seperti inilah kami sekarang. Seperti inilah keadaanku, setelah hampir 1 jam bercinta dengan Kyuhyun. Bercinta? Melakukan seks mungkin lebih tepat. Mengingat Kyuhyun tidak mencintaiku.
Kepalaku sakit karena Kyuhyun beberapa kali menjambak rambutku. Seperti biasa. Jangan tanya berapa memar yang aku dapatkan di tubuhku! Tapi aku merasakan sesuatu yang berbeda dari malam pertama kami dulu.
Kyuhyun seperti menahan dirinya untuk tidak melukai wajahku. Hanya bibir yang bengkak dan sedikit berdarah akibat ciuman kami yang tercetak di wajahku. Malam ini tidak ada tamparan.
Sebagai gantinya, Kyuhyun menguatkan cengkraman tangannya pada lenganku yang selalu berhasil membuatku meringis menahan sakit. Selebihnya, beberapa kali aku melihat kyuhyun meremas pinggiran meja sebagai pelampiasan. Sesekali dia meninju meja di samping kepalaku. Membuatku sedikit takut.
Dugh!
Keras. Kyuhyun membenturkan kepalanya dengan meja saat ia mengarahkan wajahnya untuk menciumi leherku. Demi Tuhan itu keras sekali. Dan lagi. Masih sama seperti tadi. Saat Kyuhyun berpindah ke sisi kanan leherku.
“Kyuhyun…” Lirihku saat Kyuhyun mengangkat wajahnya. “Kau berdarah!”
Astaga! darah segar mengalir dari dahinya. Aku yakin itu akibat benturan yang ia ciptakan barusan. Aku menangkup wajahnya dengan kedua tanganku. Melihat wajahnya dengan teliti. Aku menangis lagi.
“Aahhg..” Kyuhyun masih terus bergerak tanpa memperdulikan air mataku. “Kau berdarah… hiks.. Kau berdaraaah!!!” Isakku histeris. Nyaris seperti teriakan.
“Diam! Jangan menangis!” Kyuhyun melayangkan tinjunya.
Bugh! Bugh!
Dua kali. Tak ada yang mengenaiku. Dia menghantamkan tinjunya pada meja. Tepat di samping wajahku. Dan setiap dia melakukan itu, aku pasti berteriak histeris. Seakan tinjunya itu menghantam wajahku. Entahlah, hatiku sakit melihat Kyuhyun terluka.
“Jangan pernah menghianatiku!” Kyuhyun menarik rambutku. Aku tidak bisa menjawab dan hanya menggeleng kuat.
Aku melihatnya. Tangan Kyuhyun yang terluka karena beberapa kali meninju meja. Memar dan berdarah. Kenapa dia melukai dirinya sendiri?
Kyuhyun memelukku erat. Menciumi seluruh permukaan wajahku yang basah karena keringat. Nafas kami tersenggal bersama. Kyuhyun menyingkir dari tubuhku, melepas penyatuan kami. Aku melihat kearahnya. Dia sedang memejamkan matanya. Mulutnya sedikit terbuka untuk mengambil nafas.
Kesempatan ini aku gunakan untuk membuka kancing kemejanya. Menelanjangi tubuh atasnya. Sambil mendengus sebal, aku mengucapkan sumpah serapah dalam hati. Ini sudah kedua kali. Dan aku selalu menjadi satu – satunya yang bulat tanpa busana, sedangkan dia?
Kyuhyun membuka matanya saat aku melepaskan kemeja dari tubuhnya dan memakainya di tubuhku. Aku bergerak pelan. Dia membantu aku turun dari meja sambil menatapku lekat. Aku membalas tatapannya sekilas. Lalu meraih kotak tissue yang tergeletak di lantai tidak jauh dari kami.
“Ck.. Shhhhh…” Aku mendengus sebal. Merasakan cairan yang berjumlah TIDAK SEDIKIT meleleh dari pahaku. Milik siapa lagi kalau bukan Presdir Cho Sialan itu. Dengan tissue, aku mengelap cairan itu. Sebanyak inikah?
Kyuhyun masih memandangi aku yang sibuk dengan kegiatanku. Sesekali dia tersenyum seakan – akan kegiatanku ini adalah pemandangan indah. Aku bisa melihat senyuman bangganya tersemat sempurna di wajahnya yang berbinar. Bangga karena memenuhi rahimku dengan jutaan benihnya, begitu?
“Ayo ke kamar. Aku obati lukamu. Di sini terlalu mengerikan.” Kataku pelan.
“Ini tidak apa – apa.” suaranya serak. Hey, kemana perginya Cho Kyuhyun yang seperti singa mengamuk tadi?
“Kau berdarah.” Bantahku. Mengarah pada luka di dahi dan kedua tengannya. Luka yang cukup parah mengingat betapa keras ia menghantamkan diri pada meja kayu kokohnya. Berkali – kali.
Kyuhyun meraih pinggangku dan menuntunku keluar dari ruang kerja yang sedang menjelma menjadi kapal pecah itu. Di luar ruangan, hal yang pertama kami lihat adalah Han Ahjumma yang berdiri mondar – mandir. Terlihat gusar.
“Ahjumma!” Teguran Kyuhyun membuat Han Ahjumma menoleh. Dia membelalakkan mata.
Astaga! Demi lubang – lubang yang ada di pipi Kyuhyun, aku tahu kemana arah mata Han Ahjumma. Penampilan kami. Aku yang memakai kemeja kebesaran Kyuhyun dan Kyuhyun yang bahkan hanya memakai celana panjang hitamnya. Tanpa atasan. Topless. Dengan luka ditubuhnya.
“Tuan muda baik – baik saja?” Tanya Han Ahjumma sedikit panik.
“Yaa.” Jawab Kyuhyun santai.
“Aku obati, Tuan.”
“Biar aku saja.” kataku cepat. “biar aku yang mengobatinya.”
-000-
*Author PoV*
Kim Ra dan Kyuhyun duduk berhadap – hadapan di tempat tidur mereka. Kim Ra dengan teliti mengobati luka Kyuhyun. Sambil sesekali meringis saat mengusap luka itu dengan alkohol. Berbanding terbalik dengan ekspresi wajah Kyuhyun yang datar saja. padahal dia yang mempunyai luka itu.
“Apa kau selalu mengamuk saat marah? Kita kan bisa bicara.” Kim Ra bertanya dengan nada lembut.
“Karena itu kau harus membiasakan diri.”
“Apa?”
“Karena tanganku bertindak lebih cepat dari mulutku.” Jawab Kyuhyun sambil menaikkan sebelah alisnya.
“Kenapa kau melukai dirimu sendiri?” Tanya Kim Ra hati – hati.
“Lebih baik dari pada melukaimu.” Gumam Kyuhyun.
‘Ya Tuhan, jadi Kyuhyun sengaja melukai dirinya sendiri karena tidak mau melukaiku. Dia seolah – olah menyakitiku. Padahal dia menyakiti dirinya sendiri. Entah kenapa aku ingin menangis sekarang.’ Rintih Kim Ra dalam hati.
“Kau baik?”
“Aku baik – baik saja.” Kim Ra mengangguk. Merona.
Mengingatkan kembali pada kegiatan mereka beberapa saat lalu. Kim Ra tersanjung karena Kyuhyun lebih memilih melukai dirinya sendiri dari pada melukai Kim Ra. walaupun yaa, bukan berarti Kim Ra luput dari rasa sakit. Ia masih merasa sedikit nyeri di beberapa bagian tubuhnya dan sakit di kepalanya karena Kyuhyun menarik rambutnya seperti bermain layang – layang. Tapi ini tidak separah saat pertama. Kyuhyun bahkan tidak memukul atau menamparnya. Sebagai gantinya dia menghantamkan tangannya pada meja kayunya.
Untuk bagian wajah, Kim Ra hanya merasa bibirnya bengkak dan sedikit lecet karena ciuman panasnya dengan Kyuhyun. Nah, merona lagi.
“Masalah Donghae Ssaem…” Kim Ra ragu untuk melanjutkannya.
“Ssaem?” Kyuhyun terkejut.
“Ssaem! Dia guru di sekolahku. Aku tidak tahu kalau kalian saling mengenal. Tapi aku berani bersumpah, aku tidak ada hubungan apa – apa dengannya. Aku tidak memeluknya seperti yang kau teriakkan tadi.”
“Sudah! Jangan di bahas lagi. Aku sudah cukup.” Sial, Donghae sudah berani mempermainkan raja iblis.
“Yaa..”
“Jadi, apa aku harus mengamuk dulu, baru kau mau memanggilku Oppa?” Kim Ra tersentak dan mendadak gugup. Iya. Dia ingat tadi dia memanggil Kyuhyun dengan Oppa.
“Sudah selesai. Aku mau tidur.”
Cepat – cepat Kim Ra berguling kesamping Kyuhyun. Menenggelamkan tubuh mungilnya ke dalam selimut. Tidur memunggungi laki – laki itu. ‘Sreet!’ Kim Ra merasa sebuah tangan melingkar di perutnya menarik kebelakang. Sehingga punggung Kim Ra menyatu dengan dada Kyuhyun.
“Maaf.” Bisik Kyuhyun.
“Hmm.” Gumam Kim Ra sambil mengangguk pelan.
-000-
Pagi menjelang dengan indah. Suara burung – burung menyambut matahari. Udara segar berhembus dengan sejuk. Sinar – sinar mentari bersinar cerah. Menerobos ke kamar utama bangunan megah milik Presiden Direktur Cho Corps. Menyinari sepasang manusia yang masih bergelung selimut yang hangat.
Gadis itu bergerak pelan saat sinar matahari menembus kelopak matanya. Dan saat membuka mata, pemandangan yang pertama ia lihat adalah dada telanjang prianya. Dengan gerakan super slow-motion Kim Ra mengadahkan kepalanya. Menatap wajah tidur Kyuhyun. Dan mulai menyadari, posisi tidur mereka. Saling berpeluk dengan kepala Kim Ra yang bersandar di dada bidang Kyuhyun. Astaga! Dia ingat sekali, semalam bukan seperti ini posisi mereka.
Merona. Lagi. Kim Ra.
‘Cup!’
Kim Ra membelalakan kedua matanya saat menerima ciuman kilat Kyuhyun. Prianya sudah bangun? Kapan? Kim Ra menarik tangannya yang melingkar di perut Kyuhyun. Menjauhkan diri.
“Selamat pagi.” Sapa Kyuhyun lembut. Tanpa senyuman. Masih seorang Kyuhyun.
“Pagi.”
-000-
Setelah membersihkan diri, Kyuhyun dan Kim Ra berama – sama berjalan menuruni tangga untuk sarapan. Tapi langkah kaki Kim Ra memelan di belakang Kyuhyun saat melihat pemandangan menakjubkan di ruang makan. Ini mimpi atau nyata?
Yesung sedang menyantap sarapannya. Ya Tuhan, pemilik rumahnya saja bahkan belum keluar kamarnya. Tapi apa yang dilakukan Supir mahal sialan itu? menikmati sarapan di rumah orang pagi –pagi begini?
Kim Ra boleh terkejut dengan kenyataan betapa kurang ajar supirnya. Tapi, saat Yesung menyadari kehadiran pemilik rumah dan mulai mengarahkan matanya untuk melihat sepasang suami istri itu, Yesung langsung menyemburkan air mineral yang nyaris di telannya.
Mulutnya menganga sempurna.
Hanya seperti itu sampai Kyuhyun dan Kim Ra duduk bergabung dengan dirinya di meja makan. Kim Ra memasang ekspresi hati – hati melihat Yesung yang seperti meneliti dirinya. Sedangkan Kyuhyun bersikap acuh seakan di ruangan ini hanya ada dirinya dan makanan.
“Kau menularkan ‘Khilaf tingkat neraka-mu’ pada Nona?” tanya Yesung retoris. “Kau yang memukulinya?” gantian pertanyaan itu tertuju untuk Kim Ra.
BRUKK!
Kyuhyun memukul kepala Yesung dengan Koran yang ada di mejanya. Sedangkan Kim Ra menjangkau kotak tissue dan langsung melayangkannya ke arah kepala Yesung. Tepat sasaran. Well done! Tentu saja pertanyaan Yesung mengarah pada penampilan Kyuhyun dengan plester di kepala dan perban yang membalut kedua telapak tangannya.
“Yak! Aku kan hanya bertanya. Pecat saja aku! Pecat!” Yesung tak terima. “PECAT!” teriaknya sekali lagi sebelum pergi meninggalkan meja makan.
Sepeninggalan Yesung, keheningan menyelimuti Kyuhyun dan Kim Ra. sampai beberapa manit kemudian, Han Ahjumma datang dengan membawa nampan. Dengan gerakan sopan, Han Ahjumma memindahkan sarapan Yesung ke atas nampan.
“Mau diapakan, Ahjumma?” tanya Kim Ra.
“Tuan Yesung ingin memakan sarapannya di kamar. Dia bilang tidak mau sarapan dengan Tuan Kyuhyun.”
“MWO?”
-000-
*Kim Ra POV*
Oh, jadi begitu. Pantas saja dulu saat malam pertama kami, Kyuhyun memilih tidur di sofa ruang tengah. Padahal seingatku di rumahnya ada kamar tamu. Jadi kamar tamu itu milik Yesung. Dan hari ini aku mendengar sendiri dari Kyuhyun. Yesung bukanlah sekedar supirnya.
Yesung adalah sahabat. Keluarga. Penjagaku. Sekaligus petugas pencari wanita? Nah, yang terakhir sialan sekali. Dan aku tahu sekarang, di luar urusan pekerjaan, Yesung adalah orang terdekat Kyuhyun. Selain aku.
Setelah selesai sarapan dan merayu Yesung agar berhenti merajuk, aku dan Kyuhyun berjalan beriringan menuju sebuah mobil yang terparkir di depan rumah. Yesung di belakang kami. Tentu, masih dengan bibir manyunnya.
Yesung sudah masuk ke dalam mobil saat Kyuhyun membukakan pintu penumpang untukku. Dia meraih pinggangku mendekat kearahnya lalu memberiku sebuah kecupan singkat di puncak kepalaku.
Ya. Merona. Lagi. Untuk kesekian kali.
Aku sudah duduk manis di bangku belakang dan Kyuhyun baru saja menutup pintu di sampingku saat sebuah mobil berwarna hitam memasuki halaman rumah. berhenti di samping mobil Yesung. Pintu belakang mobil itu terbuka. Seorang wanita cantik dengan tinggi semampai dan wajah polos yang luar biasa. Ia berjalan anggun mendekati mobil kami. Nah, ke arah Kyuhyun yang masih berdiri di sambing mobil lebih tepatnya.
“Seohyun?” Gumam Yesung.
“Oppa! Aku merindukanmu.” Gadis itu memeluk Kyuhyun. Kyuhyun-ku.
-000-
TBC
No comments :
Post a Comment