NEORAGO part 6 END

  No comments

NEORAGO part 6 END


image
NEORAGO part 6
Author : DiraKimra17
Tittle : Neorago part 6
Category : NC21, Yadong, Romance / Kekerasan, Chapter.
Cast :
Cho Kyuhyun
Shin Kim Ra
Other cast : Other Super Junior member
Author’s Note :
Ga typo! Ga gaul!
Selamat menikmati.
-000-
Setelah Dokter dan para pekerjanya pergi, Kyuhyun memasuki kamarnya lagi. Dia melihat Kim Ra sedang duduk di ranjang. Pandangan gadis itu kosong menatap keluar jendela. Tangannya mengelus perutnya pelan. Kyuhyun sadar, Ada bayinya di dalam perut Kim Ra.
Kim Ra menoleh saat Kyuhyun mulai mendekat. Kyuhyun dengan penampilan sedikit kacau. Kemejanya sudah keluar dari lingkar celana. Lengan yang di gulung asal sampai siku. Dan dasi yang longgar di lehernya. Berdiri di depan Kim Ra, tangan Kyuhyun yang hangat memegang bahu gadis itu. Meremas sesaat. Menyalurkan kekuatan.
“Gugurkan saja dia.” Bisik Kyuhyun yang tertangkap indera pendengaran Kim Ra. Setelah itu Kyuhyun berjalan menjauh. Meninggalkan Kim Ra dalam kamar. Dalam neraka yang ia buat untuk istrinya.
‘Setelah semua yang manimpaku. Ini pertama kalinya dalam hidupku. Aku ingin mati saja, Tuhan!’ Kim Ra. Dalam hati.
-000-
Duniamu kiamat. Shin Kim Ra.
Hujan deras hanya menambah beban dalam hati Kim Ra. Bimbang dan kebencian menumpuk sesak di dadanya. Cho Kyuhyun. Menyebut nama pria itu saja membuatnya berkali – kali merasakan sesak nafas. Pusing bukan main. Ia seperti mengidap sakit jantung akut yang alergi pada nama Cho Kyuhyun. Sekali ia mengingat nama itu, jantungnya terasa nyeri. Sakit di dadanya. Tidak habis pikir. Bagaimana bisa Kyuhyun melakukan hal sejauh itu? Pertanyaan itu yang selalu muncul dibenak Kim Ra. Walaupun nyatanya Kim Ra sudah mempunyai jawaban versinya sendiri. Apa lagi?
Kyuhyun tidak menginginkan bayi mereka.
Tapi Kyuhyun mencintai Kim Ra, kan?
PERSETAN!
Kim Ra memejamkan mata. Muak mengingatnya. Apa itu cinta? Bisakah disebut cinta saat Kyuhyun meminta dirinya untuk membunuh bayi mereka? Itu seorang bayi! Tanda cinta mereka. Kim Ra menggeleng. Menggigit bibirnya kuat. Dia sudah menangis. Seharian. Sejak Kyuhyun meninggalkanya siang tadi. Setelah perintah brengseknya itu, Kim Ra tidak beranjak dari ranjangnya.
Tidak makan. Tidak mandi. Tidak melakukan apapun.
Kim Ra membuka matanya saat mendengar pintunya diketuk. Itu bukan Kyuhyun. Kim Ra hanya menajamkan pendengaran saat pintu mulai terbuka. Siapapun itu, Kim Ra malas untuk menemuinya. Seperti pelayan yang mondar – mandir beberapa kali dengan makanan.
“Nona..” Itu Yesung. Malaikat penolong Kim Ra. Bisakah dia menolong Kim Ra kali ini?
Kim Ra menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Ia berusaha duduk. Menatap yesung. Dengan kesedihan dan permohonan di matanya. Kim Ra meneteskan air mata lagi. Tanpa perintah. Air asin itu mengalir begitu saja.
“Ada apa? Bicaralah! Kyuhyun mengurung diri di ruang kerjanya seharian. Kalian bertengkar?”
Kim Ra menelan ludahnya. Susah payah. Ia bingung harus memulai dari mana. Semoga Yesung bisa membantu. Semoga Yesung punya jalan keluar. Membujuk Kyuhyun agar menerima bayi mereka, mungkin?
“Aku hamil.” Kim Ra menunduk. Suaranya nyaris hilang. “Kyuhyun memintaku untuk menggugurkannya…” Kim Ra menutup mulut. Isak tangisnya muncul lagi. Kau berubah menjadi gadis cengeng sekarang, Kim Ra!
Yesung membulatkan mata. Menganga. Apa?
“Aku akan bicara dengannya.” Yesung pergi dengan warna merah di mata. Dengan tangan terkepal.
Astaga! Yesung mau apa?
Di ruangan lain, Kyuhyun duduk di sofa dengan bersandar. Tangan kanannya meremas – remas rambutnya. Seakan ingin mencabut sampai ke akar. Sedangkan tangan kirinya menggenggam gelas yang berisi minuman keras. Cairan berakhohol sekelas tequila. Masih. Sejak tadi siang. Pusing. Mual. Berputar. Kyuhyun mulai akan roboh. Bajingan mana yang tahan dengan 4 botol?
BRAAK!
Yesung datang dengan mendobrak pintu. Nyaris menghancurkan. Tangannya terkepal. Berjalan cepat ke arah Kyuhyun. Meraih kerah kemeja biru tua pria setengah mabuk itu. Mengangkatnya. Hingga Kyuhyun berdiri lalu melempar Bos besarnya itu ke lantai.
“Brengsek sialan!” Teriak Yesung. Mengangkangi Kyuhyun yang setengah sadar. Mencengkeram kerah kemeja Kyuhyun kuat dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya meninju Kyuhyun. Bertubi – tubi.
Oh! Wajah tampan itu akan hancur.
Setiap detik jam dinding di ruangan Kyuhyun menjadi saksi betapa beringas Yesung menghajar Kyuhyun. Yesung yang selalu patuh. Yesung yang biasa kekanakan. Yesung yang selalu setia kawan. Yesung yang selalu ada di pihaknya. Yesung yang sangat menyayanginya.
Yesung menghajar Kyuhyun dengan air mata yang mengalir deras.
Kyuhyun merasakannya. Yesung terluka bersamanya. Dengan rasa kecewa yang seakan mencekik. Bersamaan dengan air mata Yesung yang menyatu dengan darah di wajah Kyuhyun. Ini keajaiban. Percayalah!
“Apa yang kau lakukan, sialan?” lirih Yesung. Ikut berbaring di lantai. Di samping Kyuhyun. Nafas mereka menderu bersama. Kyuhyun yang tersenggal dengan darah yang muncrat dari mulutnya. Bibir, pipi dan pelipis yang robek. Good Job, Yesung!
“Aku tidak ingin.” Kyuhyun mulai bicara saat nafasnya mulai kembali. “Dia tidak bisa mengandung dengan sehat. Dokter bicara padaku. Rahimnya lemah. Bermasalah. Dia terlalu muda.” Kyuhyun bernafas sebentar. “Tubuhnya belum siap dengan bayi. Itu berbahaya untuknya.”
Mereka terdiam, menatap langit – langit ruangan Kyuhyun serius. Seperti menonton film di atas mereka. Pikiran keduanya melayang. Kyuhyun meletakkan lengannya di mata. Menutupi pandangan. Menyembunyikan air mata yang akan keluar.
“Aku tidak mau mengambil resiko kehilangan keduanya. Aku memilih merelakah bayiku untuk saat ini.” mengalir sudah.
Silahkan tepuk tangan!
Seorang monster yang hobi berteriak. Seorang iblis tampan yang tangannya lebih cepat dari mulutnya. Seorang ditaktor dengan segudang aturan. Seorang pria es yang hemat kata. Seorang Mr. Sadismacocism.
Dia menangis. Untuk janin berusia 4 minggu.
“Aku menyayangi dia, Demi Tuhan. Tapi aku tidak bisa kehilangan Kim Ra.”
Yesung bangkit. Mengelap peluh yang mampir di wajah imutnya. Dia menatap Kyuhyun lama, sebelum akhirnya membersihkan bekas air mata dengan lengan kemeja yang dipakainya. Seperti bocah 6 tahun yang di marahi. Lalu menangis.
“Ini pertama kali aku memukulmu, kan?” Yesung melangkahi Kyuhyun. Mengambil botol minuman keras yang masih tersisa setengah. Kemudian meletakkan botol itu di samping kepala Kyuhyun. “Mati sajalah kau.”
Yesung pergi meninggalkan Kyuhyun.
-000-
Yesung menuju kamar Kyuhyun, berniat menemui Kim Ra. Kosong? Kemana gadis itu? Yesung menuruni anak tangga cepat. Kemungkinan – kemungkinan buruk berkeliaran di kepalanya. Yesung menuju ruang tengah. Tidak ada. Di ruang tamu, sepi. Yesung menuju dapur. Astaga! Yesung menahan nafas. Sebelum menghembuskan kelegaannya.
Di sana!
Kim Ra duduk di meja makan. Dengan piring penuh nasi. Dan mulut yang mengunyah. Rakus. Dia kelaparan. Perutnya berdemo. Mungkin, anaknya juga ikut berpartisipasi dalam demo itu. Kim Ra menoleh ke arah Yesung yang berjalan kearahnya. Duduk di hadapan Kim Ra.
“Kau kenapa?” Kim Ra terkejut. Mata Yesung merah. Masih lembab. Baru menangis. Keadaan yang sama persis dengan dirinya. Ahh, tidak. Kau lebih mengenaskan Kim Ra.
“Kau tidak ingin bicara dengan Kyuhyun?”
“Tidak.”
“Kau tidak ingin tahu apa alasannya memin..”
“Tidak.” Kim Ra memotong cepat. Menggeleng. “Aku tidak peduli apa maunya. Apa alasannya. Aku yang akan memutuskan hidupku. Ini anakku. Aku sudah berfikir seharian. Aku akan mempertahankannya. Dengan atau tanpa Kyuhyun. Kalau Kyuhyun tidak mau menerima bayiku, dia..” Kim Ra menelan ludah. Mulutnya mendadak kering. Sakit. Ditenggorokan. Di hatinya juga. “Dia bisa berpisah dariku.” Ragu – ragu. Dalam hati terlantun doa. Semoga tidak. Jangan!
Kim Ra mencoba menguatkan dirinya. Walau itu sulit. Ini bukan pertama kalinya dia tersakiti, kan?
Kim Ra sudah tidak berselera pada makanan setelah kalimat pahit yang keluar dari mulutnya sendiri. Kim Ra bangkit, ingin kembali ke kamar. Tapi saat dia berbalik, dia merasa dirinya di tendang kejurang. Memisahkan jantung dengan tubuhnya. Kyuhyun berdiri disana. Tidak jauh dari mereka.
Kim Ra panik. Itu spontan. Naluri.
Bukan pada kemungkinan Kyuhyun mendengar omongannya. Ini tentang barang berharga milik Kim Ra. Yang seputih susu. Yang selalu tegas. Yang biasanya tampan. Kini babak belur di depannya. Lebam dan luka di mana – mana. Lebih parah dari malam kedua mereka. Di ruang kerja yang porak poranda. Ya Ampun Kim Ra, apa kau ingat telah menikahi pria dengan wajah hancur seperti itu dulu? Tidak, kan?
Kyuhyun kenapa?
Kim Ra menoleh ke arah Yesung. Tidak ada jawaban dari wajah itu. Yesung membuang pandangannya. Mengerti Kim Ra yang sedang meneliti dirinya. Ya, ada disana! Jawabannya ada di sana. Di punggung tangan kanan Yesung yang memerah. Yesung memukuli Kyuhyun.
Kim Ra berjalan. Bukan berniat mendekat, tapi melewati. Mengabaikan bagaimana cemasnya dia pada Kyuhyun. ‘Pria Brengsek ini memintaku untuk menggugurkan bayiku.’ Kalimat yang di tekankan Kim Ra. Sebagai pagar pertahanan, agar Kim Ra tidak melompat ke pelukan Kyuhyun dan mengusap luka – luka itu.
Berhenti sejenak di hadapan Kyuhyun.
“Aku ingin kamar untukku sendiri.” Kim Ra mememinta dangan nada memerintah.
“Kau mendapatkannya.” Kyuhyun berjalan meninggalkan Kim Ra. Kemudian berteriak pada Han ahjumma. “Ahjumma, berikan aku sesuatu. Aku mulai mual.” Itu karena Alkohol. Kim Ra tahu. Baunya menyengat saat mereka berdekatan. Itu bukan Kyuhyunnya. Atau memang sejak awal Kyuhyun tidak pernah jadi miliknya? Oh sialan, hati Kim Ra nyeri lagi.
Dan akhir sore ini. Mereka pisah ranjang. Dimulai nanti malam.
“Kau tidak mau menjelaskan apapun padanya? Tentang kebenarannya?” Yesung berkata sinis.
“Menjelaskan apa?” Suara Kyuhyun pelan. Duduk di samping Yesung.
“Oh! Tuhan, ampuni aku! Sejak kapan kau jadi tolol seperti ini?” Yesung berteriak. Putus asa.
“Hyun…” Suara Han Ahjumma. Kalau dia sudah memanggil nama kesayangan, itu artinya Han Ahjumma akan berperan menjadi seorang ibu. “Aku tahu kau adalah orang yang tertutup. Tidak mudah untukmu terbuka. Kau bahkan jarang membagi bebanmu pada orang lain. Aku tahu kau sulit untuk menyelesaikan masalah dengan berbicara. Tapi Nak, ini adalah masalah yang harus kalian bicarakan. Tolong, bicaralah pada Kim Ra. Dia membutuhkanmu sekarang. Katakan semuanya.” Han ahjumma meletakkan Sup didepan Kyuhyun. Sup hangat untuk mengurangi perut bergejolak Kyuhyun.
“Harus bicara?” Kyuhyun masih sulit untuk memutuskan.
“Hyun, pria dan wanita itu berbeda. Pria bisa menggunakan otaknya. Tapi wanita selalu dengan perasaannya. Kau tidak sedang menghadapi Yesung. Kau melawan Kim Ra. Yesung mungkin tahu kalau semua tindakanmu adalah kasih sayang. Tapi Kim Ra tidak akan tahu, tanpa kau menjelaskan. cobalah bicara.” Han Ahjumma mengelus lengan Kyuhyun sayang. Yesung menggeser mangkuk Sup di depan Kyuhyun tanpa suara.
“Akan aku coba. Nanti. Setelah dia memiliki waktunya sendiri.” Kyuhyun mengalah.
“Jangan terlalu lama, dia bisa kabur dan kau akan tahu rasa. Aku tidak mau merawat bos yang gila karena kehilangan istrinya. Catat itu!” Yesung mengomel sambil memakan sup yang dibuat Han Ahjumma untuk Kyuhyun.
“Dan kau! Berhenti mencuri makananku!” Kyuhyun mendesis.
“Ambil.” Yesung mendorong mangkuk dengan sup yang tinggal setengah. “Ambil! Makan sepuasmu. Habiskan juga mangkuknya. Kau selalu mendapatkan yang kau inginkan!” Yesung mengambil sebuah piring besar di depannya. “Kau juga bisa menelan habis ini. Kau memiliki segalanya untuk kau makan Sajangnim.” Yesung mendengus. Meninggalkan Kyuhyun.
Seorang Cho Kyuhyun yang tidak bisa bicara. Selalu bermasalah dengan kejujuran lewat mulut. Kyuhyun yang selalu memilih diam. Berbicara dengan mata dan sikapnya. Apa Cho Kyuhyun yang seperti ini bisa meluruskan salah pahamnya dengan Kim Ra yang keras kepala?
Hanya bicara, Cho! Ayo bicaralah!
-000-
Waktu berjalan begitu cepat. Sangat cepat. Malam sudah datang begitu saja. Dan sekarang udara dingin telah menyapa. Di kamar Utama, jam dinding menunjukkan pukul 10 malam. Kim Ra masih duduk terdiam di atas karpet bulunya. Setelah bertemu Kyuhyun di ruang makan tadi, Kim Ra sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya. Dari sejak matahari menenggelamkan diri di peraduannya tadi sore, sampai detik ini. Kim Ra benar – benar sangat tertekan. Hari ini adalah hari paling terkutuk dalam hidupnya.
 
            Dengan mata yang sembab, Kim Ra lemas terkulai sambil memeluk dirinya. Dia hanya terdiam. Sesenggukan. Yang dia lakukan hanya menangis saja. Tidak ada makan malam. Kim Ra tidak menyadari, bersamaan dengan dia menyakiti dirinya sendiri, dia juga menyiksa bayi yang dikandungnya.
Kim Ra bahkan tidak bisa berfikir lagi tentang pertunangan Kyuhyun, tentang rencana pernikahan sialan mereka. Kim Ra terlalu buntu. Terlalu sakit. Hanya ada dirinya dan bayinya dalam kepala Kim Ra. Mencoba melupakan Kyuhyun.
Bisakah?
Dan Kyuhyun melihat kepiluan itu. Melihatnya lewat layar canggih kesayangannya. Layar yang menjadi mata Kyuhyun untuk tetap bisa melihat Kim Ra-nya.
Mereka sudah tidak berada dalam satu kamar lagi mulai malam ini. Mereka kehilangan kehangatan.
-000-
Kim Ra menegarkan hatinya. Pagi sudah datang, 8 jam yang lalu. Kim Ra berniat memeriksakan kandungannya setelah pulang sekolah. Terserah Kyuhyun akan menerima atau tidak. Kim Ra akan tetap menjadi seorang ibu. Keputusannya sudah bulat.
Sekarang Kim Ra berdiri di sebuah rak yang berisi bermacam – macam susu untuk ibu hamil. Di salah satu supermarket. Kim Ra sibuk memilih. Kira – kira susu mana yang bagus untuknya. Sedangkan Yesung ada di belakangnya, dengan keranjang belanja. Berdiam diri. Kim Ra merasakannya. Yesung berbeda. Pria sinting yang suka mengoceh itu mendadak pendiam seperti orang patah hati sejak kehamilan Kim Ra.
Benar – benar pendiam. Kim Ra juga tidak tertarik untuk bertanya atau membahas masalah diantara dirinya dan Kyuhyun. Kepalanya sendiri nyaris pecah kalau teringat kalimat jahat Kyuhyun pada dirinya. Kini perjalanan pulangnya bersama Yesung sangat tidak menyenangkan. Tidak ada lagi karaoke berjalan saat mereka berada dalam mobil yang sama.
Perbedaan yang menyedihkan.
“Aku ingin ke dokter.” Kim Ra bersuara.
“Setelah pulang dan berganti pakaian. Apa tidak cukup membuat dirimu jadi bahan tontonan saat membeli susu ibu hamil dengan seragam sekolah, Nona?”
Damn! Kim Ra melupakan itu. Tolol sekali, Shin!
Mobil Yesung sudah terparkir manis di halaman depan. Kim Ra mengernyitkan keningnya saat melihat sebuah mobil mewah berwarna merah menyala terparkir di dekat garasi. Mobil siapa? mobil itu mirip seperti mobil Kyuhyun dulu. Sebelum berganti dengan yang baru, berwarna putih.
Kim Ra ingin bertanya pada Yesung, tapi ia urungkan. Melihat Yesung yang menyipitkan mata sampai mata itu nyaris terpejam, pria itu pasti tidak tahu apa – apa. Kim Ra melangkahkan kakinya menuju ke dalam rumah.
*Kim Ra POV*
Saat aku sudah tiba di ruang tamu, yang aku lihat adalah seorang wanita tua yang berdandan glamour. Wanita yang duduk di kursi tengah. Nenek Kyuhun, yang sering dipanggil Madam Young. Wanita tua yang dengan gilanya menyuruh suamiku menikahi wanita lain.
Kami saling menatap satu sama lain. Pandanganku datar saja.
Sampai beberapa saat dia hanya melihatku. Meneliti dari bawah sampai ke atas. Jujur saja, aku merasa asing dengan wanita tua ini. Dia bahkan tidak hadir saat pernikahanku dengan Kyuhyun. Aku hanya mendengar semua tentang dia dari ibu mertuaku atau dari Siwon Oppa yang beberapa kali menghadiri rapat bersamanya. Dan apa ini? Dia Menatap detail diriku seperti aku ini seorang yang baru saja mencuri. Menyebalkan!
“Jadi kau adalah Shin Kim Ra?” suaranya tajamnya terdengar indra pendengaranku. Ahh, sekarang aku tau darimana Kyuhyun mewarisi nada bicara seperti itu. Lembut, pelan dengan nada rendah tapi sarat akan penekanan dan menusuk. Membangunkan seluruh bulu yang ada ditubuhku.
“Ye.” Aku membalas tatapannya.
“Putraku memang sangat bodoh, kenapa dia bisa merestui begitu saja saat Kyuhyun memilih gadis sepertimu untuk mendampinginya? Kyuhyun adalah Putra tunggal sekaligus pewaris perusahaan besar. Kau benar – benar tak pantas.”
Deg!
Merestui? Apa maksudnya merestui? Jadi pernikahanku bukan kehendak orang tua Kyuhyun? Jadi kami menikah bukan karena dijodohkan? Tapi dulu Siwon Oppa bilang aku akan dijodohkan. Ya Tuhan, ada apa lagi ini?
“Lalu bagaimana kabar kakak laki – lakimu? Siapa namanya? CHOI Siwon?” Sial! Dia bahkan menekankan nama CHOI. Dia tahu kalau kami berbeda ayah sehingga memiliki marga yang berbeda. “Dan Orang tuamu? Apakah mereka masih hidup dalam kekacauan? Ibumu yang menghamburkan uang untuk kekasih muda yang menjijikkan dan ayahmu, seorang pengusaha besar yang lebih banyak menghabiskan waktu di kamar hotel dari pada di kantor?” Aku benar – benar ingin merobek mulutnya yang di lapisi warna merah itu.
Tuhan tolong kuatkan aku! Bantu aku menahan air mata ini. Tidak! Aku tidak bisa menahannya lagi. Aku mengepalkan tanganku. Ini sudah cukup! Untuk apa lebih lama disini? Perutku bahkan terasa bergejolak setelah apa yang wanita kaya ini katakan tentang keluargaku.
“Lalu apa yang anda inginkan?” Aku berusaha menantang.
“Biarkan Kyuhyun menikah lagi. Aku tak memaksa kalian berpisah. Tapi setidaknya jangan biarkan dunia tahu kalau keluarga kami berhubungan dengan keluargamu. Aku punya calonku sendiri untuk cucuku.”
“Apa salah keluargaku pada keluarga anda?” Aku mulai bergetar. Berapa lama lagi Aku sanggup berdiri?
“Karena kau menjadi bagian keluargaku. Itu salah. Seharusnya saat Kyuhyun melamarmu, kalian tidak menerimanya. Kalian tidak cukup pantas untuk kami. Kau tahu apa yang keluargamu tidak miliki?” Wanita tua itu bangun dari duduknya. Berjalan pelan mendekat kearahku. “Martabat dan kehormatan!” Sentaknya di depanku. “Keluargamu tidak punya itu. Pernikahanmu dengan Kyuhyun adalah penghinaan untukku.”
“Madam!” Yesung berteriak. Aku bahkan melupakan keberadaan pria itu.
“Diam kau! Kau bahkan hanya pria miskin benalu yang menempel pada cucuku.” Bentak Madam Young pada Yesung.
Byurrr…! Entah ide dari mana, aku menyiram wajah keriput itu dengan segelas air.
“Kau!”
PLAK!
Apa? wanita tua sialan ini menamparku.
“Dasar jalang! Kau pikir kau siapa? Dan aku peringatkan! Kalau kau tidak membiarkan Kyuhyun untuk menikah lagi, maka menyingkirlah! Atau aku yang akan menyingkirkanmu.”
Madam Young keluar dari ruang tamu, meninggalkan rumah kami. Dan tepat saat pintu tertutup setelah kepergian nenek Kyuhyun, air mataku langsung mengalir. Aku meremas rokku dan berusaha menahan tangisku. Aku berjalan pelan dengan air mata yang masih deras. Menuju kamar. Aku akan menangis disana.
“Nona…” Aku mengabaikan panggilan Yesung.
Hatiku yang sudah lama retak, kini hancur berkeping – keping.
*Author POV*
Yesung merogoh sakunya. Mengambil ponsel dengan layar yang memajang gambar wajahnya. Memenuhi full screen. Mencari kontak Kyuhyun. Ini dia namanya.
Talk less do more- Sajangnim.
“Kyuhyun… tadi nenekmu datang dan membuat kekacauan.”
-000-
“Kau mau kemana?” Kyuhyun sudah berdiri di kamar mereka.
Setelah Kyuhyun menerima telepon dari Yesung, Kyuhyun langsung melihat Kim Ra dengan CCTV-nya. Kyuhyun menyambar kunci mobil saat yang di lihat di monitornya adalah Kim Ra yang mengepak pakaian ke dalam koper besar.
Disinilah dia sekarang. Berdiri di belakang Kim Ra.
“Aku mau pulang.” Kim Ra membalas tatapan Kyuhyun.
“Kau tidak akan kemana – mana.”
“Lalu untuk apa aku disini? Kau tidak benar – benar menginginkan aku. Kau bahkan tidak menginginkan bayiku.” Kim Ra berteriak pada Kyuhyun. Mengeluarkan amarahnya lebih baik daripada mengeluarkan air matanya di depan pria brengsek ini. Kim Ra berfikir seperti itu.
“Jangan berteriak padaku!” Kyuhyun balas berteriak. Kim Ra mengambil ponselnya.
“Yesung Oppa… Tolong antar ak..”
“AKU AKAN MEMBUNUHMU KALAU KAU DATANG PADA ISTRIKU!!!” Bentak Kyuhyun pada Yesung setelah merebut ponsel dari tangan Kim Ra.
“Cho Ky-”
“DIAM!!!” Kemudian ‘brakkk’. Kyuhyun menghantamkan ponsel yang digenggamnya pada lemari yang ada di samping Kim Ra. Dengan kekuatan maksimalnya. Ponsel itu pecah menjadi beberapa kepingan. Tidak heran kalau ada serpihan yang mengenai wajah Kim Ra. Pipinya mengeluarkan sedikit darah.
Kim Ra terdiam. Tentu saja. Yeoja lemah dan sepolos Kim Ra, mana mungkin bisa melawan Kyuhyun. Suaminya yang dia sendiri tidak tahu benar bagaimana jalan pikirannya. Kim Ra memalingkan pandangannya. Menyembunyikan wajahnya dari pengelihatan Kyuhyun. Dan kini Kim Ra menyerah untuk menahan air matanya. Ia menggigit bibirnya sekuat mungkin untuk meredam suara tangisnya. Bibirnya sakit, pipinya perih, dan hatinya sangat sesak.
Bugh!
Kim Ra tersentak. Terkejut bukan main. Namja yang barusan memukul Kyuhyun ini berpakaian rapi. Memakai kemeja abu – abu tua berlengan panjang yang ia gulung sampai siku. Pakaian yang sangat pas pada tubuhnya. Dia juga memakai celana Jeans belel kesayangannya sebagai bawahan.
Siwon.
Secepat kilat tanpa kata, pria yang kartu identitasnya bertuliskan nama Choi Siwon itu meraih tangan Kim Ra. menyambar koper Kim Ra. Menariknya pergi. Menggandeng Kim Ra, sepanjang mereka berjalan. Menggenggam erat.
Kyuhyun tidak pernah memperkirakan kehadiran Siwon. Sejak kapan pria itu ada di Korea? Sekarang, Kyuhyun hanya bisa mematung membiarkan Siwon membawa Kim Ra pergi darinya. Kenyataan sialan kalau dia telah menyakiti Kim Ra dan Siwon mempunyai hak atas gadis itu membuat Kyuhyun tidak bisa berbuat apa – apa. Ya, setidaknya untuk sekarang. Nanti, Kim Ra akan kembali padanya. Kyuhyun akan mengusahakan itu. Dengan apapun. Nanti. Hibur Kyuhyun dalam hati.
Dan Kyuhyun melihatnya. Mata yang merah, wajah pucat yang basah dengan air mata, pipi berdarah, bibirnya bengkak dan terluka. Ahh, satu lagi. Tubuh yang bergetar hebat. Itu adalah bagaimana keadaan gadisnya yang tertangkap oleh ekor mata Kyuhyun. Tanpa kata – kata, Kim Ra hanya patuh pada kakak laki – lakinya.
“Oppaaaa.. Appooo… Siwon Oppa…” Rengek Kim Ra yang merasa tangannya akan hancur dalam genggaman Siwon.
Siwon melepaskan tangan Kim Ra dengan ekspresi menyesal. Tapi urat ketegangan masih belum lenyap dari wajahnya. Tangan mereka memang sudah tidak saling bergandengan. Tapi kini Siwon merambatkan tangannya merangkul pundak gadis itu. Posesif. Seakan takut seseorang akan mengambil gadis kecil itu darinya.
Begitu terus sampai Siwon menemukan mobilnya. Membawa Kim Ra pergi.
Mobil Yesung mengikuti mereka dari belakang.
Setibanya di rumah, Siwon segera membawa Kim Ra masuk ke kamarnya. Tetap dalam rangkulannya. Sementara gadis itu sedikit berlari karena mengimbangi langkah Siwon yang cepat.
“Mulai sekarang aku akan di sini bersamamu.” Tegas Siwon sambil terus berjalan.
“Tolong koperku. Aku ingin sendirian dulu, Oppa.”
Siwon menurut. Ia pergi dengan Yesung yang hanya berdiri di depan pintu. Kim Ra membaringkan tubuhnya di ranjangnya. Ranjang yang terasa dingin. Tidak sehangat ranjangnya bersama Kyuhyun.
Semoga ini hanya mimpi. Doa gadis itu.
-000-
Keesokan hari, Yesung kembali ke rumah besar Kyuhyun. Menemui Pria itu di kamarnya. Ya Tuhan, apa yang terjadi padanya? Kyuhyun terlihat kacau. Sangat. penampilannya bahkan nyaris seperti gelandangan tampan yang tak pernah mengurus diri. Dan pada saat itu, Yesung melihat kesakitan Kyuhyun. Pria itu berdiri bersandar di dinding dekat jendela dengan penderitaan di matanya.
“Sekarang apa yang akan kau lakukan?” Yesung duduk di tepi ranjang.
“Membuatnya kembali padaku.” Yakin Kyuhyun.
“Kau yakin? Sekarang dia bersama Siwon. Aku tidak yakin Siwon menyerahkan Kim Ra padamu dengan mudah. Siwon tahu tentang pertunanganmu.” Yesung berkata serius.
“Dari mana dia tahu?”
“Aku yang bicara. Aku yang meminta Siwon kembali setelah kau meminta Kim Ra menggugurkan kandungannya. Kim Ra butuh seseorang di sampingnya. Bukan aku. Dia selalu mengira aku selalu ada di pihakmu.”
“Aku akan berbicara dengan Seohyun.”
“Bicaralah! Sekarang waktunya kau memilih antara Seohyun atau Kim Ra.”
“Kim Ra adalah milikku. Aku tidak memilih yang lain. Aku hanya harus bicara dengan Halmoni.” Kyuhyun membalik badannya. Memunggungi Yesung. Melihat langit.
“Ya. Dan Madam Young benar – benar mengerikan. Mulutnya mengerikan. Dia tidak seperti orang sakit jantung yang sekarat dan akan mati.” Yesung merebahkan dirinya di ranjang. “Kau yakin dia sakit jantung? Dia memaksamu bertunangan dengan Seohyun dengan alasan penyakitnya. Tapi dia terlihat sangat sehat saat memaki Kim Ra.”
“Yaa.” Jawaban Kyuhyun menggantung. Ragu – ragu. Dia harus memastikan hal ini..
“Dan perlu kau tahu. Saat pertunanganmu dengan Seohyun, saat itulah Donghae muncul di sekolah Kim Ra. Dia tahu kau bertunangan dengan wanita pujaannya.”
“Aku juga akan membereskan bajingan itu.”
“Bicaralah pada Siwon juga.”
“Aku akan datang padanya.”
-000-
Malam hari, Kim Ra masih hanya berdiam diri di kamarnya. Sama seperti di rumah Kyuhyun, di rumahnya pun Kim Ra tetap mengurung diri. Meratapi nasibnya yang sangat menyedihkan. Ia baru berusia 17 tahun. Ia masih sekolah. Ia memiliki keluarga yang tidak sempurna. Orang tua yang tidak peduli padanya. Kakaknya yang jauh darinya. Suami yang meiliki kelainan. Suami yang tidak menginginkan bayi mereka. Suami yang menghianatinya.
Semua terasa pahit.
Kim Ra bangun dari ranjangnya saat mendengar suara berisik dari luar. Kim ra beranjak keluar kamarnya. Melihat beberapa pelayan berkerumun di depan pintu kamar Siwon. Saat Kim Ra semakin mendekat, beberapa pelayannya terlihat menegang. Satu diantara mereka berusaha bicara pada Kim Ra.
“Nona, sebaiknya anda istirahat. Apa Nona membutuhkan sesuatu?” Kim Ra mengabaikan. Gadis itu malah semakin mendekati pintu kamar Siwon. Mendengar semakin jelas suara Siwon. Berteiak. Memaki. Ada apa?
Cklek.
Kim Ra membuka pintu kamar Siwon. Kim Ra membeku. Menutup mulut dengan tangan kirinya. Matanya membulat penuh, nyaris melotot. Meluruskan pandangannya pada apa yang dia lihat.
Kim Ra melihat neraka ada di depannya. Sangat dekat dengan dirinya.
Siwon bediri dengan pakaian kacau sedang menendang perut Kyuhyun berkali – kali. Kyuhyun tidak berdaya di lantai. Meringkuk memegangi perutnya yang masih menjadi sasaran tendangan Siwon. Tubuhnya sudah babak belur. Ini lebih parah dari Yesung yang menghajarnya. Kali ini Kyuhyun terluka dimana – mana. Dia berdarah lebih banyak. Siwon benar – benar tanpa ampun.
“DIA BUKAN PELACUR! DIA ADIKKU, BRENGSEK!!” Siwon berteriak.
Dan di dekat ranjang Siwon, Yesung berdiri. Hanya menonton Kyuhyun habis di tangan Siwon. Menonton dengan air mata yang menggenang. Matanya berwarna merah. Tapi dia tidak menangis. Kim Ra merasa semua tulang pergi dari tubuhnya. Dia merosot dari berdirinya. Menangis dengan isak yang menyedihkan. Meremas kuat kemejanya. Kim Ra bahkan sesekali menjerit.
Oh Tuhan Kyuhyun.
Sejak kapan Kyuhyun di sini? Kapan Kyuhyun datang? Kenapa kim Ra tidak tahu apa – apa? Gadis itu sekarang menyesali tindakannya mengurung diri. Seandainya dia tahu Kyuhyun datang, mengusir pria itu jauh lebih baik daripada harus melihatnya babak belur di hajar Siwon.
Walaupun Kyuhyun adalah bajingan gila yang memukulinya, walaupun Kyuhyun adalah pria brengsek yang menghianatinya. Monster sinting yang menginginkan kematian anaknya. Kyuhyun, tetaplah suami yang dicintainya. Dan pria itu sedang di hajar habis – habisan oleh kakaknya.
Kyuhyunnya.
Kim Ra hanya menangis. Tidak melerai. Dia bahkan tidak bisa meminta Siwon untuk berhenti. Kim Ra tahu, Siwon terlalu murka pada adik iparnya itu. Sampai akhirnya, Yesung menghampiri Kim Ra. Memeluk gadis itu. Membantunya bangkit dan membawanya kembali ke kamar. Sedikit menyeret karena Kim Ra benar – benar lemas. Atau, dia tidak ingin meninggalkan Kyuhyun?
Kim Ra terlalu rapuh untuk semua ini.
“Nona…” Yesung menegur lembut saat mereka sudah di kamar Kim Ra.
“Tolong dia, Oppa. Hiks.. tolong dia…” Kim Ra merintih. Menangis. Memohon. Yesung menggeleng.
“Dia akan baik – baik saja. Percayalah.” Yesung menenangkan.
Suara pintu terbuka. Kim Ra dan Yesung sama – sama menoleh. Choi Siwon.
“Yesung-ah.. Tolong bawa Kyuhyun ke rumah sakit. Dia tidak sadarkan diri.” Kim Ra tersentak. Jantungnya hilang. Kyuhyun tidak sadarkan diri?
“Oppaaa!!” Kim Ra menjerit dalam tangisnya.
Yesung langsung berdiri. Melangkah keluar kamar dengan cepat. Meninggalkan Siwon dan Kim Ra. Siwon berjalan pelan mendekati Kim Ra yang duduk di tepian ranjangnya. Setelah jarak mereka hanya satu langkah, Siwon berlutut di depan Kim Ra. Menunduk. Seperti seorang penjahat yang memohon ampunan.
“Apa yang kau lakukan, Oppa?” Kim Ra terkejut.
“Maafkan aku.” Lirih Siwon. Matanya mulai berair. “Aku mohon maafkan aku, karena aku mengampuninya.” Siwon terisak. Menangis juga akhirnya. Dia sudah menahannya selama memukuli Kyuhyun.
“Oppa…” Kim Ra menangis lagi.
“Aku menghajarnya karena aku memaafkan semua kesalahannya padamu. Aku memaafkannya.” Siwon memelas pada Kim Ra. “Tolong, maafkan aku.”
Kim Ra langsung bangkit dan memeluk Siwon. Menangis bersama kakaknya. Mencoba melepas semua luka yang membelenggunya. Mencoba melepas rasa sakit hatinya. “Tak apa. aku mengerti, dia sahabatmu. Aku mungkin juga akan memaafkannya. Tapi tidak sekarang.” Bisik Kim Ra di telinga Siwon.
-000-
Kim Ra memahami keputusan Siwon yang memaafkan Kyuhyun. Mereka bersahabat sejak lama. Lagipula, entah untuk alasan apa. Kim Ra juga tidak ingin persahabatan mereka hancur. Ini sudah hampir seminggu. Kemarin Kyuhyun keluar dari rumah sakit. Selama itu, Kim Ra sama sekali tidak menjenguk Kyuhyun. Kim Ra hanya perlu mendengar kalau keadaan Kyuhyun baik – baik saja. selebihnya, Kim Ra akan melihat foto Kyuhyun yang sedang terbaring di rumah sakit. Tidur. Yesung yang mengambil fotonya.
“Kau sibuk?” Siwon tiba – tiba muncul di kamar Kim Ra. Kim Ra mengangkat kepalanya dari bantal.
“Ketuk pintu dulu Oppa!” Kesal Kim Ra. Siwon terkekeh usil.
“Kau selalu muntah beberapa hari ini. Kau baik – baik saja?”
“Hmm.. hanya mual. Tidak benar – benar muntah.”
“Kau mau makan apa? Ayo kita makan siang di luar.”
“Hmm… bagaimana kalau di restaurant Italia?”
“Baiklah.” Siwon terlihat sedang berfikir sebentar. “Tapi, kita akan makan bersama dengan Kyuhyun dan Yesung. Bagaimana?”
“Aku tidak ikut.” Kim Ra menggeleng cepat.
“Ayolah. Lupakan sebentar! Anggap saja kalau dia itu bukan suamimu yang brengsek. Anggaplah dia temanku. Kau tidak perlu menyapanya. Anggap dia tidak ada. Lagi pula aku ingin mengenalkan seseorang padamu.” Kim Ra masih diam. “Ayolah, Baby-ya!”
“Baiklah.” Kim Ra malas.
Akhirnya dia menuruti keinginan Siwon. Mereka pergi makan siang bersama.
Kim Ra, Siwon, Yesung dan Kyuhyun. Mereka berkumpul di salah satu meja di sebuah restaurant Italia. Sesuai keinginan Kim Ra. Keinginan bayinya. Kim Ra yang tampak lebih berisi dari sebelumnya menjadi pemandangan manis di mata Kyuhyun. Tapi tidak sebaliknya. Kyuhyun yang kehilangan berat badannya. Kyuhyun yang sediki pucat. Kyuhyun yang bahkan membiarkan saja bulu – bulu halus di dagunya mulai tumbuh. Kyuhyunnya yang menyedihkan.
Memesan makanan, Kim Ra mencoba tidak menganggap Kyuhyun ada di antara mereka. Melupakan kenyataan kalau sekarang ia bersama lelaki yang paling di benci sekaligus dirindukannya. Kim Ra antusias dengan buku menu yang di pegangnya. Dan ketika itu, ponsel Siwon berbunyi.
“Ya.. kau sudah sampai? Kau dimana? Baiklah.” Siwon menutup teleponnya. “Aku akan menjemput seseorang. Aku akan kembali.” Siwon bangun dari duduknya. Berjalan menjauh dari teman – temannya.
“Jangan lama – lama! Di sini terlalu panas!” Teriak Yesung pada Siwon. Tapi pandangan Yesung terarah pada Kyuhyun dan Kim Ra. “Panas… panas…!!” Yesung mengipaskan buku menu ke wajahnya.
“Oh.. Tuan Kim.” Tiba – tiba seoarang wanita menyapa Yesung.
Kim Ra dan Kyuhyun ikut menoleh pada wanita itu. Seksi. Berkulit sedikit coklat. Montok disana – sini. Wanita yang pembawaannya sedikit centil dan memakai pakaian yang ketat di tubuhnya. Wanita berambut hampir sepinggang terurai itu tersenyum nakal pada Yesung.
“Anda masih mengingatku? Kita bertemu di Hotel Insadong.” Wanita itu mencoba mengingatkan. Yesung tertegun. Dia berdehem sebentar sebelum balas menyapa.
“Nona Stella?” Yesung mencoba mengingat. Gadis itu menggeleng. “Hyejin?”
“Bukan, Tuan.”
“Ahhh. Yuri!” Yesung berteriak mantap.
“Salah.” Wanita itu tertawa. “ Sepertinya bos mu bersama dengan banyak wanita, ya? Aku Hyorin.”
Yesung salah tingkah. Wajahnya memanas. Kyuhyun mendengus dengan kata ‘sialan’ terucap dari bibirnya. Membuang pandangannya ke arah lain. Kim Ra melotot sempurna. Hotel Insadong dan bos adalah kata kunci yang mengarah pada satu fakta. Wanita yang mengaku bernama Hyorin ini adalah salah satu wanita Kyuhyun. Tidak salah lagi. Jangan heran kalau Kyuhyun dan mantan pelacurnya ini tidak saling mengenal. Mereka memang tidak pernah saling melihat, bukan?
“Bagaimana kabar bosmu?” Celoteh Hyorin membuat Kim Ra melihat ke arah Kyuhyun dengan spontan.
“Aku sudah tidak bekerja untuknya lagi.” Jawab Yesung cepat.
“Ohh sayang sekali. Padalah aku ingin bertemu dengannya lagi. Walaupun aku harus tinggal di rumah sakit selama tiga hari, tapi uangnya bisa aku gunakan untuk 4 bulan.”
Oh! Dasar mulut sialan! Apa dia tidak malu mengatakan hal itu di depan orang lain?
“Tapi sekarang aku bahkan tidak tahu dia dimana. Dan maaf Nona Hye.. mhh, Hyorin. Aku sedang bersama dangan keluargaku.” Yesung berusaha mengusir, setelah mendapatkan Kyuhyun yang melotot kesal padanya.
“Oh, maaf aku mengganggu.” Hyorin tampak menyesal. “Baiklah aku akan pamit kalau begitu.”
Hyorin menunduk pada Yesung sengaja menyodorkan dadanya yang sebesar buah melon pada pria sinting itu. Lalu menyelipkan selembar kartu nama di saku kemeja Yesung. Hanya dengan gerakan bibir, Kim Ra bisa tahu apa yang Hyorin bisikkan pada Yesung. “Hubungi aku, kalau dia mencariku.”
Astaga, jadi Kyuhyun pernah memasuki wanita semacam ini? Kyuhyun pernah berada di dalam wanita ini.
SIALAN!
SIALAN!
SIALAN!
Yesung mengacak rambutnya frustasi. Hawa neraka diantara mereka semakin memanas. Dalam hati Yesung berdoa, agar Tuhan melindunginya. Nah ini sudah di mulai. Kim Ra menatap Yesung dengan tatapan membunuh.
“Aku rasa kau berbohong mengenai point tentang berpostur sepertiku. Wanita itu terlihat lebih bisa memuaskan bosmu dari pada gadis 17 tahun dengan tubuh yang rata.” Kata Kim Ra sinis.
“Oh Tuhan! Kenapa kau melotot padaku? Yang meniduri wanita tadi bukan aku, tapi dia.” Yesung menunjuk Kyuhyun tanpa ragu. “Dia disini! Kalau kau ingin marah, marah padanya!”
Kim Ra melihat ke arah Kyuhyun. Sedangkan Kyuhyun membalas tatapan Kim Ra seakan matanya bertanya ‘Apa?’ pada Kim Ra. Gadis itu memilih bungkam. Ia cemberut. Satu kenyataan lagi. Kyuhyun ternyata tidur dengan wanita – wanita seksi di luar sana. Yang tadi itu, benar – benar sangat seksi.
“Jauh – jauhlah dari sifatnya itu.” Bisik Kim Ra lirih yang terdengar Kyuhyun. Dan pria itu cemberut kesal saat melihat tangan Kim Ra bergerak di bawah meja. Mengelus perutnya.
“Maaf membuat menunggu.” Siwon datang. Memecah aksi saling diam diantara Kyuhyun, Kim Ra dan Yesung. “Kenalkan ini Hye-ko.” Siwon mengenalkan seorang gadis.
Namanya Hye-ko. Wanita yang bekerja di depan camera. Benar. Dia adalah seorang foto model terkenal. Kim Ra bahkan sering melihat foto Hye-ko menghiasi cover majalah internasional. Dan sekarang Siwon mengenalkan wanita ini pada mereka. Ini Hebat.
Mereka serasi.
“Annyeonghaseyo. Hye-ko imnida.” Wanita itu menyapa lembut. Kyuhyun yang sedari tadi bersikap dingin mulai menghangat menanggapi Hye-ko. Kim Ra merengut. Wanita ini terlalu sempurna untuk di abaikan. Dan Kim Ra mengutuk ‘mata lelaki’ Kyuhyun yang menangkap sinyal itu.
Mengabaikan kacau di hatinya, Kim Ra tersenyum lembut. Ini wanita Siwon. Kim Ra masih punya sopan santun.
Mereka makan siang sambil mengobrol. Tepatnya hanya Siwon, Hye-ko dan Yesung yang asyik dalam pembicaraan. Sedangkan Kyuhyun dan Kim Ra lebih sering diam. Salah tingkah saat mata mereka tidak sengaja bertemu. Mereka? Ahh, hanya Kim Ra yang salah tingkah. Kyuhyun terlihat lebih santai. Menikmati Kim Ra-nya. Merindukannya rengekkannya, manjanya, merajuknya, cemburunya, pelukannya, senyumnya dan semuanya. Merindukan Kim Ra yang pasrah di bawahnya.
Cho Kyuhyun! Perhatikan otak mesummu!
Mengenai Hye-ko, Siwon mengenalkan gadis itu sebagai kekasihnya. Mereka bahkan merencanakan sebuah pertunangan. Kim Ra bernafas lega. Kakaknya akan segera mendapat pendamping. Dalam hatinya terselip doa, agar mereka bisa bahagia. Tidak seperti dirinya dan Kyuhyun.
-000-
Malam datang membawa semua kegelapannya. Setelah makan siang tadi, Siwon sengaja mengundang Kyuhyun dan Yesung untuk mampir kerumahnya. Tadinya Siwon berniat mengenalkan Hye-ko pada kedua orang tuanya. Tapi sayang, Tuan dan Nyonya Shin masih belum pulang dari beberapa hari yang lalu. Lagipula Hye-ko ada jadwal mendadak yang menharuskannya pergi ke Jepang.
Saatnya menjalankan misi. Yesung dan Siwon adalah dalang setiap pertemuan Kyuhyun dan Kim Ra.
Dan Suasana malam ini sangat heboh. Siwon di ruang keluarga sedang bermain game bersama Yesung. Entah apa yang terjadi, setiap beberapa menit berselang teriakan Si tampan itu menggelegar mengatai Yesung bodoh. Bodoh. Bodoh.
“Kau yang bodoh, Siwon! Kau tahu Yesung buta game. Kau masih saja menantangnya. Kau seperti bermain dengan anak 3 tahun.” Kyuhyun mengatai Yesung.
“Yak! Yang benar saja mulutmu itu. Aku hanya kurang belatih. Aku tidak bodoh.” Yesung berteriak tidak terima. Disusul Siwon yang berteriak tidak kalah lantang.
 “YAK YESONG!!! Kalau kau marah, bunuh saja adik ipar sialanku itu. Jangan membanting Stick Playstation-ku!!!! Aku baru saja membelinya tadi siang!!” Mendengar kalimat Siwon, Yesung tak bersuara lagi. Kyuhyun tersenyum iblis mendengar Siwon mengomel pada Yesung.
Kim Ra yang berada di kamar mencoba untuk menutup kedua telinganya saat mendengar teriakan – teriakan itu. Tapi tetap saja, ocehan mereka itu masih nyaring terdengar. Karena tidak tahan, Kim Ra memutuskan untuk keluar kamar.
“Baby-ya!” Siwon menyapa Kim Ra.
“Kalian berisik sekali! Aku mau tidur.” Teriak Kim Ra.
 
“Oups, mianhae.” Yesung memamerkan senyum lebarnya.
“Aah, Kim Ra kemarilah! Ayo kita bermain sebentar.” Siwon melambai pada Kim Ra.
“Aku bukan anak kecil.” Kim Ra menolak.
“Tapi kau adalah satu – satunya yang terkecil disini. Sudah, ayo kita main…” Yesung menggantungkan kalimatnya. Saling menatap dengan Siwon. Penuh arti. “Permainan Truth Or Dare!”
Setelah mengerahkan keahlian merayunya, Yesung berhasil menyeret Kim Ra dan Kyuhyun kedalam permainan. Siwon, Yesung, Kyuhyun dan Kim Ra duduk mengelilingi sebuah meja. Dan di atasnya, sebuah botol telah di putar.
Botol berhenti.
Untuk Yesung.
‘Oh, Shit! Aku berniat menjebak kenapa malah aku yang terjebak?’ gerutu Yesung dalam hati.
“Oke. Truth or dare? Tantanganmu adalah Shirtless.”
“Yang benar saja!” Kim Ra berteriak.
“Kau gila!” bentak Yesung. “Aku mau truth kalau begitu.”
“Aku akan bertanya.” Siwon mengangkat tangannya. “Kau tidak pernah membawa pasangan. Kau tidak punya kekasih?”
“Tidak. Aku tidak punya, kalian puas?” Yesung cemberut.
“Kau benar – benar tidak punya seseorang yang kau sukai?” Siwon bertanya lagi.
“Oh sialan! Dari zaman Joseon sampai zaman bonaman, kenapa selalu masalah itu yang kau tanyakan?” Yesung frustasi. “Baiklah. Baiklah. Ada. Aku punya seseorang yang aku sukai. Tetapi aku tidak bisa bersamanya karena dia sudah memiliki orang yang dicintainya.” Yesung melihat Kim Ra, dibalas dengan tatapan iba Kim Ra untuknya.
“Jadi cinta yang tak terbalas. Kau menyedihkan sekali.” Siwon menyindir. Kyuhyun membuat smirk di bibirnya.
Botol berputar lagi. Kini giliran Kyuhyun.
“Truth or dare?” Tanya Siwon.
“Tantangannya adalah mencium gadis manis yang ada di sebelahmu.” Yesung antusias. Ini dia jebakannya. Gadis itu Kim Ra. siapa lagi?
“Truth.” Kyuhyun menjawab mantap. Tanpa disadari, Kim Ra merasakan kecewa. Kyuhyun tidak mau mencimnya. Oh, kau merindukan bibir Kyuhyun, Kim Ra?
“Baiklah.” Yesung mengangguk – angguk beberapa kali. “Nona, kau punya pertanyaan untuknya?”
Kim Ra diam beberapa saat. Berfikir. Sampai akhirnya Kim Ra memberanikan diri untuk menatap Kyuhyun. Langsung ke mata pria itu. Ini pertanyaan dari hati terdalamnya.
“Kau memintaku untuk aborsi. Seandainya bayiku mati seperti yang kau inginkan, apa kau benar – benar merasa bahagia?”
Kyuhyun dialiri listrik ribuan volt. Menegang. Terkejut luar biasa. Pertanyaan Kim Ra diluar prediksinya. Dan akhirnya Kyuhyun lebih memilih melakukan satu hal dari pada bicara.
‘Cup’
Cepat. Kyuhyun menarik Kim Ra dalam pelukannya. Menempelkan bibir tebalnya pada bibir mungil Kim Ra. Menyatu. Pada akhirnya Kyuhyun memilih dare, daripada truth. Benar – benar seorang Cho Kyuhyun. Tidak pandai bicara tapi sangat ahli dalam bertindak.
Tidak ada perlawanan. Kyuhyun dan Kim Ra memejamkan matanya. Saling melumat. Dalam. Emosi, kekecewaan, kesakitan, kerinduan, cinta dan rasa saling membutuhkan menjadi satu di dalam ciuman mereka. Dan Kyuhyun menyelipkan satu rasa lagi di dalamnya. Kejujuran. Bukan dengan kata.
Kim Ra, semoga kau mengerti. Amin.
“Aku lapar. Aku akan mencari sesuatu untuk dimakan.” Siwon pergi dari ruang keluarga.
“Oh! Demi Tuhan, aku masih belum cukup umur untuk melihat ini.” Yesung menggerutu. Tapi dalam hatinya, dengan ketulusan dia berdoa. Pasangan sialan ini harus kembali bersama. Tak peduli kalau mungkin di masa depan mereka akan semakin merecoki hidup Yesung dan semakin merepotkan.
6 menit itu waktu yang lama. Ciuman bibir panas Kyuhyun baru terlepas dari bibir Kim Ra yang sekarang sama panasnya. Selesai melepas rindu sejenak. Nafas mereka memburu. Kyuhyun menarik wajahnya menjauh. Brengsek! Kenapa Kim Ra-nya basah? Bukan di bibir. Tapi diseluruh wajah.
Kim Ra menangis. Terisak.
“Kalau aku memohon padamu, apa ada kemungkinan kau akan mengizinkan aku untuk melahirkannya? Ku mohon, berfikirlah lagi. Dia milikmu juga.” Terisak pedih. Kim Ra berdiri dan meninggalkan Kyuhyuh. Tahu, prianya itu tidak akan menjawab.
-000-
 
Selasa siang yang cerah. Kim Ra melenggang dari pagar sekolah. Harinya semakin baik. Harapan ada di setiap detiknya. Doa di setiap nafasnya. Dua nyawa berada dalam tubuhnya. Dia takut tapi dia terlalu bahagia. Permohonannya pada Kyuhyun, belum ada jawaban. Semoga pria itu memikirkannya dan bersikap bijaksana. Kim Ra baru akan memutuskan untuk kembali ke rumah besar Kyuhyun atau tidak, setelah keputusan laki – laki itu. 
Wah! Kejutan.
Kim Ra yang melangkah dengan ringannya tiba – tiba berhenti. Ini hari apa? Ada angin apa? Apa sebentar lagi kiamat datang? Kyuhyun yang menjemputnya. Kim Ra mendekat. Perlahan. Selangkah demi selangkah. Ia terlalu takjub! Ini seperti keajaiban dunia. Lebih aneh daripada menara Pisa yang miring di Roma sana.
“Kehamilanmu membuat kau berjalan semakin lamban.” Kyuhyun mendengus saat Kim Ra ada di sekitarnya. Di dekatnya.
“Kau di sini?” Kim Ra menyipitkan matanya.
“Kita akan ke dokter kandungan. Dokter Park menunggu.” Kyuhyun berhati – hati.
“APA?” Kim Ra berteriak. “Tidak!”
“Kenapa?”
“Kenapa?” Kim Ra balik bertanya. Memeluk dirinya sendiri.
“Kita akan memeriksa bayinya.” HAH???
“Tidak yang lain?” Kim Ra mundur dua langkah menjauhi Kyuhyun.
“Apa?”
“Kau akan menyeretku ke ruang operasi misalnya. Aborsi.” Kim Ra Ketakutan.
Kyuhyun memejamkan mata. Melemaskan bahunya yang selalu tegap. Dia lelah. Saat matanya terbuka lagi, Kyuhyun menatap Kim Ra dalam. Tatapan dengan luka. Ya Tuhan, dia benar – benar menjadi pria brengsek di mata gadisnya saat ini. Dalam hati Kyuhyun mengeluh. Kyuhyun memang tidak bisa ‘bicara’ dengan benar. Tapi Kyuhyun sudah mantap kali ini. Membawa Kim Ra ke dokter. Kim Ra akan mendengar kebenaran tentangnya. Tentang bayi mereka.
“Tidak.” Kyuhyun menggeleng tegas.
“Oke.” Lega. Kim Ra ikut dengan Kyuhyun.
Di dalam perjalanan yang canggung. Kim Ra hanya duduk manis. Berdebar. Apa yang sedang di pikirkan Kyuhyun? Kenapa dia membawa Kim Ra menemui Dokter Park? Sungguh. Di hatinya, Kim Ra berdoa. Semoga ada keajaiban. Seperti Kyuhyun yang tiba – tiba datang padanya hari ini. Semoga Kyuhyun bisa menerima bayinya.
“Jangan tegang! Dokter Park tidak memakanmu.” Kyuhyun melihat tangan Kim Ra yang saling meremas.
“Aku lebih takut kau akan memakan bayiku.” Kalimat yang ambigu. Kyuhyun bukan orang tolol yang tidak mengerti apa maknanya.
“Biarkan aku menyentuhmu!” Kyuhyun menoleh singkat.
“DISINI???” Berteriak lagi, Kim Ra? Lihat! Kyuhyunmu bahkan kaget dengan suaramu!
“Bukan kau tepatnya. Dia. Biarkan aku menyentuhnya.” Kyuhyun mengulurkan tangannya mengarah pada perut Kim Ra.
Nah kan, otak gadis berseragam yang mesum kemana – mana. Kau tidak lebih waras dari Kyuhyun ternyata.
Dengan wajah merah seperti biasa, Kim Ra menahan nafas saat tangan Kyuhyun merambat pelan. Meraba perutnya. Tidak terasa apapun. Dia masih 4 minggu, lebih sedikit. Tapi pertemuan tangan Kyuhyun dengan perut Kim Ra menggetarkan hati keduanya. Menggetarkan tangan kiri Kyuhyun yang masih memegang kemudi. Fokus Kyuhyun! Kau sedang menyetir.
Bayi empat minggumu ada di dalam, Kyu.
“Jadi… tidak ada aborsi?” Kim Ra lirih. Suaranya tenggelam dalam harapan.
“Tidak.” Kyuhyun bernafas. “Tidak hari ini.”
Oh bajingan! Kim Ra menepis kasar tangan Kyuhyun di perutnya. Ia mual seketika. Pucat. Jantungnya menghilang lagi. Hatinya pecah. Tidak hari ini? Berarti di hari lain? Kim Ra ketakutan lagi.
Kyuhyun menoleh dengan penyesalannya. Tidak bermaksud seperti itu. Aborsi bukan rencananya. Setelah Kim Ra tahu kebenarannya. Itu akan menjadi rencana mereka berdua. Kau terlalu terburu – buru. Mulut sialanmu Cho Kyuhyun!
 
Merelakan bayi empat minggu mereka, menggantinya dengan bayi lain yang bisa tumbuh dengan sehat di masa depan. Tentu dengan Kim Ra yang sehat juga. Itu maksud Kyuhyun.
“Aku tidak bermaksud seperti..” ponsel Kyuhyun berbunyi. Memotong kejujuran Kyuhyun. “APA?” bentak Kyuhyun saat menjawab melalui handsfree. Tentu setelah dia tahu, itu adalah Kangin. Orang kepercayaan neneknya.
“Bagaimana bisa?… Dimana sekarang? …. aku akan kesana!” Kyuhyun emosi. Meledak. “Kita akan mampir kerumahku sebentar.” Kyuhyun memutar kemudinya.
Kim Ra tidak pernah membayangkan akan datang kerumah ini. Dia belum pernah. Kediaman keluarga Cho. Kim Ra beberapa kali bertemu dangan kedua mertuanya. Tapi tidak di rumah ini. Lebih sering di restaurant mewah atau hotel ternama.
“Tunggu di sini!” perintah Kyuhyun, meninggalkan Kim Ra di ruang tamu. Sedangkan Kyuhyun naik ke lantai dua. Tapi bukan Kim Ra kalau dia tidak keras kepala. Dia mengikuti Kyuhyun dengan perlahan.
Kamar di ujung lorong. Lantai dua. Kamar yang dituju Kyuhyun. Kim Ra mengintip. Di dalam sana, Madam Young terbaring di ranjang. Di sekitarnya ada tuan dan nyonya besar Cho, mertuanya. Seorang doker. Kyuhyun dan … seorang wanita yang Kim Ra tahu bernama Seohyun.
“Inikah yang kau maksud dengan keadaan darurat?” Kyuhyun membangun antisipasi setinggi – tingginya.
“Berhentilah bermain!” Sentak Madam Young. “Cepatlah kalian menikah!” Kalimat terkutuk itu lagi.
“Kau tahu itu tidak akan terjadi.” Kyuhyun menggeram.
“Kenapa? Istri jalangmu itu melarang? Seohyun bahkan jauh lebih baik dalam segala hal dari istrimu itu. Seohyun bahkan pernah menolongku. Aku berhutang nyawa padanya. Lebih dari itu dia lebih pantas bersamamu.”
“Kau yang berhutang padanya. Jadi bayarlah! Jangan menggunakan aku.” Desis Kyuhyun.
“Aku menginginkan Seohyun.” Madam keras kepala.
“Kau akan mendapatkannya, Madam.” Kim Ra berbicara. Di depan pintu. Tubuhnya bergetar hebat. Semua orang terkejut. Terlebih Kyuhyun. “Kau akan mendapatkannya menjadi menantumu. Aku akan menyingkir seperti yang kau inginkan.”
“APA – APAAN KAU?!!” Kyuhyun berteriak. Membentak.
“Ini semua sudah cukup untukku.” Kim Ra berbalik. Berlari menuruni tangga.
“Sialan!” Kyuhyun mengumpat. Menyusul Kim Ra. “Berhenti di situ Kim Ra!”
Tidak menghiraukan, Kim Ra terus berlari. Sampai di halaman depan, Kyuhyun mencekal tangan Kim Ra. Ya Tuhan, bayi empat minggu itu masih di dalam dan Kim Ra berlari seperti orang kerasukan. Rahang Kyuhyun mengeras.
“Dengar dulu!” Sentak Kyuhyun.
“Dengar apa? Kau dan Seohyun? Aku sudah tahu semuanya. Kau pria brengsek. Pergi saja dangan tunanganmu itu. Aku dan anakku tidak membutuhkanmu. Aku bisa merawatnya tanpamu. Aku benci padamu!” Kim Ra berteriak di depan wajah kyuhyun. Menangis keras.
Kyuhyun terkejut bukan main. Dan dia lengah. Kim Ra meringis. Memegang perutnya. Kim Ra melihat Kyuhyun. Berusaha mengadu pada Kyuhyun lewat matanya. Kim Ra meremas setelan Kyuhyun. Kyuhyun membeku. Pemandangan di depannya terlihat seperti malaikat pencabut nyawa baginya. Ini lebih dari mengerikan.
“Sakiitttt…”
“Apa? Sakit di mana?” Kyuhyun panik bukan main. Kim Ra meringis lagi. “KATAKAN!”
“Perutku… perutku sakiiiitttt… Eommaaaaaaa…” Kim Ra menangis. Terisak semakin kencang.
“Ya Tuhan kau berdarah.” Darah mengalir deras dari sela paha kesayangan Kyuhyun. Pria itu membawa Kim Ra dalam gendongannya.
Selamatlah sayang. Ku mohon selamat.
-000-
Kyuhyun masih berdiri di depan ruang perawatan Kim Ra. Setelah 2 jam berada dibawah tangan para dokter, Kim Ra baru sadarkan diri ketika hari mulai malam. Gadisnya di dalam sana dan Kyuhyun masih belum menemuinya.
Kyuhyun termenung sejenak. Perlahan, membuka pintu kamar rawat Kim Ra.
Kyuhyun melihat malaikat maut lagi. Kyuhyun terasa seperti akan mati. Kim Ra duduk di ranjangnya dengan pakaian rumah sakit yang kebesaran untuk badan mungilnya. Tatapannya lurus. Kosong. Wajahnya pucat. Matanya memerah dan basah. Dia pasti sudah tahu semuanya.
“Cho Kyuhyun-Ssi…” Lirih Kim Ra. Yang pertama menyapa, saat ia menyadari kehadiran Kyuhyun. “Bayiku telah mati seperti yang kau inginkan. Hari ini ada operasi. Bukan di hari lain.” Kim Ra terisak lagi. Suaranya pedih. Matanya berisi kesedihan dan kehilangan.
Kyuhyun tercekat. Tidak bisa bernafas dengan benar. Dia ingin memeluknya.
“Permintaanmu sudah terpenuhi. Sekarang giliran aku yang meminta.” Kim Ra bergetar dalam suaranya. Dia tidak mendengar hatinya. Dia tidak sejalan dengan logikanya. Dia menjauh dari akal sehatnya. “Ayo, kita bercerai.”
Giliran duniamu yang kiamat Cho Kyuhyun.
Gadismu menginginkan perpisahan.
“ Ya.” Kyuhyun menjawab begitu. Cho Kyuhyun berjalan menjauh dari seluruh kesadarannya
-000-
Kyuhyun keluar dari ruangan itu, setelah menyetujui permintaan Kim Ra. Kyuhyun setuju? Bahkan Kyuhyun sendiri tidak yakin. Apa dia memang setuju? Kyuhyun bersandar di pintu ruang perawatan Kim Ra. Pandangannya tak fokus. Dengan gerakan pelan, Kyuhyun merogoh saku kemejanya. Dia mendapatkan sesuatu dari dalam.
Selembar hitam putih. Foto bayi empat minggunya.
“Maafkan aku, Sayang. Maafkan Appa, Kim Kyu-ah.” Kyuhyun menangis dalam diamnya. Dalam sakitnya. Bersama Kim Ra yang terisak dengan suara yang bisa di dengar bahkan di tempat Kyuhyun berdiri sekarang.
Kim Kyu?
Kim Kyu. Iya, Kyuhyun menamainya Kim Kyu. Cho Kim Kyu. Itu nama bayi empat minggunya. Bayi pertamanya. Bayi yang menemani Kyuhyun saat Kim Ra pergi dari rumah besarnya. Menemani Kyuhyun tidur setiap malamnya. Bahkan saat Kyuhyun di rumah sakit pasca ‘disentuh’ Siwon di seluruh tubuhnya. Bayinya yang telah tiada.
Kim Kyu menemaninya, walau hanya berwujud selembar hitam putih.
“Kau terlalu cepat pergi. Aku bahkan baru sekali menyentuhmu.”
Demi Tuhan, kan? Kyuhyun benar – benar mencintai bayi empat minggunya.
-000-
Rainy days. Hujan yang turun membuat seluruh kota menjadi dingin. Banyak orang yang menyukai hujan. Banyak orang yang bersenang – senang di bawah rintik hujan. Tapi tidak untuk Shin Kim Ra. Gadis ini tidak menyukai hujan. Setiap tetes air yang jatuh dari langit, selalu ia syukuri. Tetapi hal itu juga tidak mampu untuk membuatnya menyukai hujan. Hujan membuat seluruh kota basah. Hujan membuat semua yang ada di sekitarnya menjadi dingin. Ia benar – benar benci dingin. Karena itu Kim Ra selalu membutuhkan kehangatan.
Kim Ra berdiri di depan jendela kamarnya sambil melihat keluar. Air terus berjatuhan dari langit. Ia mengeratkan jaket yang membalut tubuhnya. Sinar matanya tidak bersemangat. Senyumnya sudah memudar sejak tetes pertama air hujan mulai menyatu dengan tanah. Bibirnya terus bergerak pelan. Mengucapkan satu kata yang sama dan berulang – ulang.
“Chubta… Chubta… Chubta…” (-dingin)
Ini sudah hampir satu bulan sejak kepergian bayinya. Ini sudah hampir satu bulan proses perceraiannya berjalan. Kim Ra bahkan tak mau tahu. Semua Siwon Oppa yang mengurus. Dan dua hari yang lalu, ujian terakhirnya selesai. 4 hari lagi adalah 17 Juninya.
Hari ulang tahunnya.
Delapan belas tahunnya.
Pintu kamar terbuka pelan. Sudah bisa dipastikan itu adalah Siwon. Pria itu benar – benar menepati janji untuk tetap tinggal bersamanya. Setidaknya Kim Ra tidak sendirian pasca perpisahan terkutuknya dengan Kyuhyun. Kim Ra menoleh kearah Siwon.
“Oppa…”
“Aku kira kau tidur.” Siwon berdiri di samping Kim Ra.
“Ini masih sore.”
“Itu.. tentang perceraianmu…” Siwon ragu – ragu. “Aku sudah mengurusnya. Tapi, kenapa kau…”
“Terima kasih Oppa.” Potong Kim Ra cepat. Kim Ra sudah menjadi janda.
Janda bekas Cho Kyuhyun.
Oh double shit! Status itu tidak ada bagus – bagusnya.
“Dengarkan aku dulu.” Siwon tidak ingin di potong. Kim Ra menggeleng tegas.
“Apa aku menganggu?” Yesung berdiri di depan kamar dengan senyum lebarnya.
“Tidak. Masuklah Yesung Oppa. Dan Siwon Oppa lebih baik kau keluar. Aku ingin dengan Yesung Oppa sekarang.” Kim Ra mendorong Siwon sampai ke pintu lalu mengunci dari dalam.
Yesung mengambil tempat di sebuah sofa yang mengarah pada televisi. Mengambil remote control. Memilih channel yang menurutnya menarik. Selalu sesuka hatinya kan?
“Kau tidak ingin bertanya tentangnya?” Kalimat Yesung mengarah pada Kyuhyun.
“Tidak.”
“Dia sedang sakit.”
“Aku tidak ingin tahu.” Kim Ra cemberut.
“Akhirnya setelah semua perjuangannya, dia melepasmu juga.”
“Perjuangan apa? Kau kira dia itu pahlawan.”
“Perjuangan mendapatkan cinta pertama.”
“Cinta pertama? Itu kutukan.” Kim Ra dikutuk tidak bia melupakan cinta pertamanya. Suami pertamanya.
“Cinta pertama Cho Kyuhyun itu saat dia masih Sekolah dulu.” Ya Tuhan, Yesung mempunyai indikasi akan membakar hati Kim Ra. “Dia itu raja, raja, raja, dari rajanya orang gila. Cinta pertamanya pada seorang gadis, hanya karena gadis itu terjatuh di depannya. Rok gadis itu terangkat. Dan Kyuhyun melihat celana dalamnya. Kemudian jatuh cinta. Si keparat mesum!” Yesung tertawa geli. “Gadis itu bahkan berusia 9 tahun waktu itu.”
“Jadi dia benar – benar pedofilia?” Pekik Kim Ra. Informasi yang luar biasa brengsek.
“Dan gadis 9 tahun itu adalah dirimu.” Yesung memasang wajah serius. Menatap Kim Ra, Seperti gadis itu adalah soal matematika yang harus di selesaikan.
“Bagaimana mungkin?” Kim Ra lirih. Entah ada perapian dari mana? Hatinya tiba – tiba menghangat.
“Dia mencintaimu sejak lama. Kau cinta pertamanya.”
“Kami menikah karena perjodohan.”
“Perjodohan kepalamu!”
“Siwon Oppa bilang begitu.”
“Ya, karena terlalu konyol menikahkan anak sekolahan dengan ahjussi mesum. Hanya perjodohan karena bisnis yang menjadi satu – satunya alasan tepat saat itu. Siwon menerima lamaran Kyuhyun karena Siwon memang tahu Kyuhyun mencintaimu. Sesaat setelah adegan celana dalam itu. Kyuhyun langsung bilang pada Siwon. Kalau dia menginginkanmu. Jadilah kalian menikah setelah Kyuhyun menjadi CEO Cho Corps.”
“Oh Tuhan! Celana dalamku?” Kim Ra benar – benar seperti punya sayap untuk terbang ke naraka.
“Hahaha. Sudah ku bilang dia itu keparat gila.”
Setelah Yesung pergi dengan semua mulut besarnya. Kim Ra meringkuk di ranjang. Tak habis pikir Kyuhyun mencintainya hanya karena pernah melihat celana dalamnya. Itu konyol. Memalukan. Satu kenyataan lagi yang Kim Ra dapat. Mereka tidak di jodohkan. Kyuhyun menikahi Kim Ra karena menginginkan gadis itu. Dan Kim Ra dengar dari Yesung, Kyuhyun bertunangan dengan Seohyun karena Madam Young yang memaksanya.
Kim Ra merindukan Kyuhyun.
Mantan Kyuhyunnya.
Kim Ra langsung bangkit dari tidurnya. Berlari ke arah lemari. Di dalam lemari ketiga ada kopernya saat dia pulang dari rumah kyuhyun. Kim Ra membongkar isi kopernya. Iya, baru dibongkar sekarang. Karena segala keperluan Kim Ra sudah terpenuhi tanpa harus membuka koper itu. Ini rumahnya sendiri.
Ini dia. Kim Ra menemukannya.
Kemeja hitam Kyuhyun. Kemeja kotor yang ia curi dari gantungan di kamar mandi. Benda ini bekas di pakai oleh pemiliknya. Aroma sisa wewangian yang tercampur keringat Kyuhyun masih melekat di kemeja ini. Kemeja kesayangan Kyuhyun.
Kim Ra melepas semua pakaiannya. Sampai bulat. Lalu dengan perlahan sambil menutup mata, memakai kemeja Kyuhyun. Membalut tubuhnya. Kim Ra menangis. Merindukan mantannya. Ini menyiksa. Kim Ra kembali ke ranjangnya. Meringkuk. Memeluk dirinya sendiri. Mencari ke dalam memorinya. Mengobrak – abrik otaknya. Dimana? Dimana dia menyimpan memorinya tentang Kyuhyun? Kyuhyun yang memeluknya. Kyuhyun yang menciumnya. Kyuhyun yang bercinta dengannya. Dimana?
Isaknya semakin keras di bawah bantal. Aroma Kyuhyun memeluknya.
-000-
Suara deru mobil terdengar di telinga Kim Ra. Suara mobil yang sangat akrab di telinganya. Mobil Kyuhyun. Benarkah? Kim Ra langsung bangkit. Memakai hot pantsnya. Tetap memakai kemeja Kyuhyun. Mau apa pria itu?
Kim Ra mondar – mandir di kamarnya saat suara pintu di ketuk.
“Apa?” Kim Ra menemukan seorang pelayan di depan kamarnya.
“Tuan Siwon meminta anda untuk makan malam bersama.”
“Ada Kyuhyun?”
“Tuan Cho? Iya, beliau ada di ruang makan.”
Kim Ra turun dengan bar – bar. Dia memang merindukan. Dia memang memuja barusan. Tapi dia perlu menegaskan. Hubungan mereka telah berakhir. Kim Ra hanya perlu menangis satu atau dua bulan. Setelah itu semua, mereka hanyalah masa lalu.
“Mau apa kau kemari?” Tanya Kim Ra sinis pada Kyuhyun.
“Kim Ra… duduklah. Kita makan setelah itu kita bicara.” Tegur Siwon.
“Aku tidak mau makan. Aku akan pergi.” Mata Kim Ra masih menyalang.
“Kemana? Malam – malam begini?” Yesung ikut bersuara.
“Pergi dengan teman – temanku. Bersenang – senang.” Kim Ra sengaja mengingatkan pada Kyuhyun, bahwa saat mereka bersama Kim Ra tidak pernah bersenang – senang. Dengan teman – temannya.
“Kau tidak boleh pergi.” Siwon mendesis.
“Kenapa? Aku hanya ingin bersenang – senang. Aku masih 17 tahun dan aku sudah sangat menyedihkan sekarang. Setidaknya pergi bersenang – senang bisa membuatku lupa bahwa aku adalah seorang janda yang nyaris mempunyai anak.” Teriak Kim Ra emosi.
“Nona..” Yesung berdiri. Menghampiri Kim Ra. Menarik ke dalam pelukannya.
Kyuhyun berdiam diri. Matanya fokus pada piring di depannya. Dia mendengar.
“Kim Ra dengarkan dulu.” Siwon meninggikan suaranya.
“Tidak ada yang perlu di dengar.” Kim Ra keras kepala. Selalu.
“ Kim Ra, selesaikan dulu masalah kalian!” Siwon berbicara tegas.
“Apa lagi? Kami sudah berpisah. Kami selesai!!” Kim Ra keras kepala. Lagi.
“Kim Ra… belum.” Siwon menggeleng pelas. Menyesal.
“Bagaimana? Apa maksudnya?” Kim Ra tahu. Ada yang salah.
“Maaf. Tapi…” Siwon diam. Melirik Kyuhyun sebentar. “Kau bukan seorang janda. Kalian masih belum bercerai.”
“Apa?? Omong kosong apa yang sedang Oppa bicarakan?!” Suara Kim Ra naik beberapa oktaf..
“Kau masih sah istri Kyuhyun. Aku memang mengurusnya, tapi Kyuhyun menolak menandatangani berkasnya. Selama ini, kyuhyun masih memenuhi kewajibannya untuk menanggung hidupmu. Maafkan aku, tapi Kyuhyun masih membiayai semua keperluanmu sebulan ini. Uang sekolah, uang jajan dan semua keperluanmu.”
“Kenapa kau lakukan ini padaku?” Kim Ra mengambil nafas. Siap memaki Kyuhyun. “Belum cukupkah kau menyakitiku?”
Kyuhyun menatap Kim Ra. Matanya memohon.
“Beri aku kesempatan.” Suara Kyuhyun.
“Kesempatan? Sudah berulang kali. Setelah semua sikapmu. Kelainanmu. Kekacauanmu dengan para pelacurmu. Perselingkuhanmu. Pertunangan sialanmu. Semua penghianatanmu. Aku masih bersamamu Cho Kyuhyun!” Kim Ra meledak.
“Nona…” Yesung berusaha merangkul. Kim Ra menepis.
“Tapi tidak setelah kau memintaku membunuh bayiku. Tidak setelah aku kehilangannya. Aku ingin semua ini berakhir.” Kim Ra memejamkan mata. Air mata turun menganak sungai di pipinya. “Kita Juga.”
Kim Ra memandang Siwon sejenak lalu melihat Kyuhyun lagi. Pria itu masih diam di tempat. Tentu saja dia sangat terkejut. Tercengang mendengar apa yang barusan diucapkan gadisnya. Kalau kalian menempelkan telinga kalian di dada Kyuhyun, kalian akan tahu betapa cepat detak jantung pria itu berdetak. Bahkan saat ini, Kyuhyun seperti lupa bagaimana cara berkedip.
“Kau lebih brengsek dari seorang bajingan gila. Kau monster. Kau membunuh bayi. Binatang saja tidak membunuh bayinya sendiri. Kau bahkan bukan seorang pria, kecuali di atas ranjang. Kau pengecut. Iya, aku menyalahkanmu atas semuanya. Seandainya kau bertanggung jawab. Seandainya kau menginginkannya juga. Seandainya kau menjagaku. Dia tidak akan mati.” Kim Ra masih meledak. Memuntahkan semua kesakitan di hatinya.
Kim Ra lari menuju tangga. Ke kamarnya.
“Aku akan menyusulnya.” Yesung mengejar Kim Ra.
Kim Ra hampir saja membanting pintunya ketika Yesung menahan daun pintu itu agar tetap terbuka. Kim Ra sesenggukan. Melihat sedih pada Yesung. Pria itu menggemgam tangan Kim Ra. membawa gadis itu masuk kamanya.
“Aku tak akan memaksamu. Semua keputusan ada di tangan kalian. Hanya satu. Lihat ini dulu.” Yesung mengambil laptop Kim Ra di meja belajarnya. Menyalakan. Memasang sebuah flasdisk yang diambilnya dari saku.
Kim Ra melihat laptopnya. Melihat videonya.
Video itu.
Yesung yang menghajar Kyuhyun. Kyuhyun yang mengaku. Kyuhyun yang menangis. Kyuhyun yang ternyata mencintai bayi empat minggunya. Bayi mereka.
Kyuhyun yang mengutamakan keselamatannya.
“Dia tidak pernah menginginkan kematian bayi kalian. Dia hanya terlalu mencintaimu.”
Kim Ra menutup mulutnya erat. Sialan. Seandainya bisa, dia ingin memisahkan mulut kurang ajarnya dari wajahnya. Dia bahkan memaki Kyuhyun. Siapa yang biadab sekarang?
“Kenapa Kyuhyun tidak bicara padaku?”
“Kau tahu persis Kyuhyun seperti apa. “
Kim Ra berlari keluar kamar. Dia ingin bicara dengan Kyuhyun.
Diruang makan, Siwon hanya sendiri. menekuk wajahnya. Kaki Kim Ra gemetar. Kemana Kyuhyunnya? Siwon mengangkat kepalanya. Matanya bertemu dengan Kim Ra. Siwon memasang wajahnya yang paling menyesal. Seandainya dulu dia tidak menyetujui ide gila Kyuhyun untuk menikahi Kim Ra. Kyuhyun dan Kim Ra tidak akan sesakit ini.
“Dia pulang.”
Kim Ra berbalik. Dia bahkan tidak menjawab Siwon. Dia ingin Kyuhyunnya. Kim Ra ingin pulang ke pelukan Kyuhyun. Kakinya berhenti di halaman depan. Malamnya terasa cerah. Secerah siang. Kyuhyun masih di sini. Berdiri memunggunginya. Badannya yang menjulang. Bahunya yang tegap. Kyuhyun yang berdiri dengan kedua tangan yang tersimpan di saku. Kim Ra ingin prianya.
“Kyuhyun…” Kim Ra memanggil dengan suara lirih. Tapi dia memastikan Kyuhyun mendengarnya.
Kyuhyun tetap diam. Tak merespon.
Kim Ra sudah tidak tahan. Persetan dangan harga diri. Dia berlari mendekap Kyuhyun. Kyuhyun masih tidak bergerak. Tubuhnya kaku menerima pelukan Kim Ra. Gadis itu bernafas di punggung Kyuhyun. Meminta kembali kebahagiaan yang dulu di berikan Kyuhyun.
Kim Ra menggeser tubuhnya. Melihat Kyuhyun.
Demi Tuhan, Kim Ra seperti tenggelam di lautan. Kim Ra tidak pernah merasakan ini. Tidak pernah melihat ini. Pertama kali melihat. Kyuhyun dengan wajah basah air mata. Benar – benar basah. Bahkan hidungnya berair. Wajahnya merah. Matanya merah. Tidak ada suara. Dia kesakitan Kim Ra.
“Aku yang membunuhnya, ya?” Lirih Kyuhyun.
“Tidak. Tidak. Itu semua salahku. Bukan salahmu.” Kim Ra memeluk Kyuhyun lagi. Kali ini Kyuhyun menyambut. Menangis bersama. “Aku yang membunuhnya, Cho. Aku. Aku yang ceroboh. Aku yang tidak pecus menjaganya. Maafkan aku.” Kim Ra berteriak dalam tangisnya. Dalam pelukan Kyuhyun. Malam saksinya. Siwon yang di belakang mereka. Juga Yesung yang mengintip dari jendela kamar Kim Ra.
Kyuhyun memeluk Kim Ra sampai tangisnya mereka mereda.
Kehangatan mereka kembali.
“Aku mencari kemeja ini di seluruh penjuru rumah. Aku bahkan memaki Yesung.”
“Aku membawanya.” Kim Ra melepaskan diri dari Kyuhyun. Menunduk.
Merona. Setelah sekian lama.
“Ayo pulang.”
-000-
Ini sudah tengah malam. Sesampainya di rumah besar , Kyuhyun dan Kim Ra langsung ke kamar mereka. Berguling di atas ranjang. Saling berpelukan. Melepas kerinduan. Kyuhyun memeluk Kim Ra posesif. Mereka hanya saling berdiam sejak berada di kamar ini. Terlalu bahagia.
“Aku ingin memasukimu.” Bisik Kyuhyun di telinga Kim Ra. Akhirnya. Gadisnya menegang.
“Kalau begitu masuklah.” Kim Ra balas membisik. Wajahnya? Tentu saja semerah tomat.
“Tapi aku belum sembuh.” Nada ragu terdengar di telinga Kim Ra.
Kim Ra menarik dirinya. Duduk menghadap Kyuhyun.
“Kau tidak menyakitiku saat terakhir.” Kim Ra menunduk. Malu. “Di kaca.”
“Itu saat aku di luarmu. Aku tidak yakin bisa bertahan saat di dalammu.” Wajah Kyuhyun menyiratkan kesedihan.
“Kalau begitu, dengan cara ini saja.”
Kim Ra bangkit menuju lemari besar Kyuhyun. Mengambil sebuah dasi dari sana. Dasi berwarna hitam pekat. Kim Ra membawanya pada Kyuhyun. Pria itu mengerutkan kening. Untuk apa?
“Aku akan mengikat tanganmu.”
“Kau mau menunggangiku?” Kyuhyun melotot pada Kim Ra.
“Me-nung-ga-ngi?” Kim Ra mengulang. Mengeja. Istilah itu terlalu asing. Aneh. “Aku hanya akan mengikatmu. Aku bisa di atasmu.” Kim Ra merasa dirinya seperti gadis nakal.
“Dari mana kau belajar tentang itu?” Kyuhyun dengan aura tidak sukanya.
“Aku hanya berfikir begitu.” Kim Ra.. Kim Ra.. Mana mungkin kau bilang pada Kyuhyun kalau kau pernah melihat film dewasa yang ada di komputer Siwon.
“Kemari kau!” Kyuhyun sudah mulai memerintah.
Kyuhyun langsung meraih pinggang Kim Ra. Satu tangan kanannya mampu membawa gadis itu kepelukannya. Kim Ra melebarkan matanya. Ada yang mengalir deras di sekujur tubuhnya saat ia bersentuhan langsung dengan Kyuhyun. Hidungnya mencium aroma feromon namja yang sedang memeluknya ini. Dan ia menatap wajah tampan nan memukau itu dalam jarak yang sangat dekat. Cukup untuk menjadi alasan, kenapa jantungnya seperti hampir lompat dari dadanya.
“Apa?” Tanpa rasa berdosa, Kyuhyun bertanya sambil menyunggingkan senyumnnya.
“Kau… wangi.” Jawab Kim Ra tertahan sambil menundukkan wajahnya.
“Apa kau baru tahu kalau aroma seorang Cho Kyuhyun memang seperti ini?”
Kim Ra tidak bisa menjawab pertanyaan konyol Kyuhyun. Tentu saja ia tahu. Ia tahu benar bagaimana aroma tubuh dari laki – laki yang berstatus suaminya itu. tapi Kim Ra tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun.
Menyadari Kim Ra yang masih sibuk dengan lamunannya sendiri, Kyuhyun semakin mempererat pelukannya. Bahkan sekarang, tangan kirinya sudah ikut andil dalam mengurung tubuh mungil itu. Kyuhyun memulai serangannya dengan meletakkan dagunya di bahu Kim Ra. Menempelkan bibirnya untuk mengecup leher Kim Ra. Tak ketinggalan hidungnya yang mancung mulai mengendus tengkuk Kim Ra.
Skak!
Kim Ra kontan memejamkan matanya dan bibirnya mengeluarkan lenguhan kecil. Tentu saja. Itu adalah salah satu titik kelemahannya. Kyuhyun mungkin sudah sangat ahli dibidang ini. Bagaimana tidak? Pergerakannya sangat cepat. Keterampilannya dalam membius Kim Ra memang pantas diacungi jempol. Kim Ra masih belum tersadar dari menikmati ciuman Kyuhyun di lehernya saat jari – jari lentik nan panjang milik Tuan Cho itu mulai melepas satu – persatu kancing kemeja yang dipakai gadis itu.
Tumben sekali Kyuhyun tidak merobeknya.
Ahh, kemeja hitam yang dipakai Kim Ra adalah kemeja kesayangan Kyuhyun.
-000-
Kyuhyun ambruk di atas Kim Ra. Menciumi seluruh permukaan wajah cantik itu yang basah karena keringat. Beberapa kali dia melumat lembut bibir Kim Ra. Dia seperti tak pernah puas pada tubuh gadis itu.
Nafas mereka tersenggal bersama. Kyuhyun menyingkir dari tubuh Kim Ra dan menyelimuti tubuh telanjang istrinya. Kim Ra melihat Kyuhyun. Dia sedang memejamkan matanya. Mulutnya sedikit terbuka untuk mengambil nafas. Seperti biasa.
“Maaf menamparmu.” Kyuhyun duduk di depan Kim Ra.
“Aku baik – baik saja. Ini lebih baik dari yang sebelumnya.” Iya, hanya tamparan di pantat dan kyuhyun menjambaknya. Ini karena Kyuhyun sudah di siksa dengan sesi ikat – mengikat tadi. Dia hanya menyelesaikan puncaknya. Tak perlu banyak kekerasan.
‘Tapi sebenarnya itu juga sakit!’ Kim Ra menjerit dalam hati.
“Apa?” Kyuhyun melihat tanda tanya di mata Kim Ra.
“Kau tak melepas bajumu.” Kim Ra berbisik.
“Tidak pernah. Tidak dengan siapapun .”
“Kenapa?” Kim Ra melihat mata Kyuhyun penuh luka lagi.
“Saat pelacur keparat itu memakaiku, dia menelanjangi tubuhku. Sejak itu, aku merasa jijik melihat tubuh telanjangku sendiri. Kau tidak tahu? Aku mandi dengan berpakaian. Dan berganti pakaian adalah waktu yang aku benci.”
“Kyuhyun..” Kim Ra mengelus pipi Kyuhyun. Iba luar biasa. “Bagaimana kata doktermu?”
“Dokter?” Kyuhyun menaikkan alisnya.
“Kau mempunyai dokter untuk masalahmu ini ‘kan?” Kyuhyun menggeleng lalu menunduk. Apa?
“Tidak ada?” Kim Ra terkejut. “Kenapa?”
“Aku… malu.” Kyuhyun cemberut pada Kim Ra. Wajahnya muram. Ya Tuhan, rasanya Kim Ra ingin membelikan sebuah lolipop untuk pria yang menjelma menjadi anak 5 tahun yang ada di depannya ini.
Kim Ra mengangguk. Paham! Tentu saja. Seorang Cho Kyuhyun dengan gengsi dan harga diri yang setinggi langit. Mana mungkin dia mau menemui seorang dokter kejiwaan. Dan mengatakan kalau dia kelaian? Kelainan seks?
Harga dirinya pasti melarang keras.
“Jadi dari mana ide meniduri ratusan pelacur bisa menyembuhkanmu?” Terselip nada tidak suka dari suara Kim Ra. Kesal. Cemburu.
“Aku hanya berfikir begitu.” Kyuhyun masih menunduk. “Aku belajar menahannya.”
“Kita akan menemukan jalanya. Aku ada disini.” Kim Ra meraih tangan Kyuhyun.
“Besok kita akan bertemu dokter Park.”
“Untuk?”
“Kontrasepsi.” Mata Kyuhyun menyala. Kim Ra terdiam kemudian merengut.
“Tidak menginginkan anak lagi, ya?” Kim Ra murung.
“Tidak ada anak sampai kau berusia 25 tahun. Aku tak mau mengambil resiko apapun.” Kyuhyun tidak bisa dibantah. Kim Ra masih tampak berfikir. “Aku masih mampu menghamilimu bahkan di usai 34, Kim Ra.”
“Baiklah.” Kim Ra patuh. Selalu begitu.
Kim Ra kembali pada tempat ternyamannya. Di pelukan Kyuhyun.
‘Kyuhyun-ku yang tampan. Kyuhyun-ku yang malang. Kyuhyun-ku yang berwajah dewa setengah iblis. Kyuhyun-ku yang kaya raya. Kyuhyun-ku yang kasar. Kyuhyun-ku yang tidak normal. Kyuhyun-ku yang tidak sempurna. Aku memeluknya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dia bersamaku.’
-000-
Saat pagi menjelang dengan kehangatannya, Kim Ra menyusul Kyuhyun yang sudah di meja makan. Kyuhyun dengan tampan membaca koran paginya. Kim Ra mendekati pria luar biasa itu. Kyuhyun menoleh. Matanya melembut. Tidak ada senyuman. Ya Tuhan, Cho Kyuhyun! Tersenyum itu mudah.
Kyuhyun mengulurkan tangannya pada Kim Ra. Dengan senyuman cerahnya, Kim Ra menyambut. Duduk bersampingan dengan nasi goreng sebagai sarapan pagi. Mereka terlihat seperti tidak pernah bertengkar hebat sebelumnya.
“Setelah ini, kita akan pergi. Bersiaplah!”
“Oke Boss!”
Kim Ra bersiap dan ikut bersama Kyuhyun.
Kembali menempati tempatnya di sambing Kyuhyun. Di mobil Kyuhyun.
Ternyata tempat itu adalah rumah besar keluar Cho. Kim Ra merinding ngeri. Terakhir dia kemari, dia kehilangan bayinya. Kyuhyun menggenggam erat tangan Kim Ra. melangkah masuk rumah dengan mantap.
“Apa – apaan kau?” Madam Young mendesis tajam saat Kyuhyun dan Kim Ra mengahadap keluarga Cho yang sedang sarapan.
Keluarga Cho serta calon menantu mereka. Seohyun ada disana.
“Aku hanya akan menegaskan. Aku memutuskan pertunangan dengan Seohyun.” Suara Kyuhyun lantang.
“Oppa…” Seohyun bersuara. Sial! Suaranya merdu sekali di telinga Kim Ra. “Jangan begini. Kita perlu bicara.”
“Tidak. Maafkan aku Seohyun-ah. Aku tidak bisa. Aku sudah menikah. Dan hanya sekali.”
“Oppa aku mohon. Ayo bicara. Berdua.”
“Kita adalah teman Seohyun. Jangan merubahnya! Aku tak mau memusuhimu.”
“ Jadi kau menginginkan kematianku?” Madam Young berdiri dari duduknya. Melotot pada Kyuhyun. Kim Ra menegang. Bicara apa mereka? Kematian?
“Aku akan merelakan kematianmu, seperti aku merelakan kematian bayiku.” Kyuhyun tanpa emosi. Berbicara pada neneknya. Tentu setelah tahu, Penyakit jantung neneknya adalah akal – akalan untuk mengendalikannya. “Aku menyayangimu, Halmoni. Tapi kau tak pernah menyadari itu.”
“Pergilah, Nak.” Cho Hana menghampiri Kyuhyun dan Kim Ra. “Biarkan halmoni bersama kami. Kalian juga harus bahagia.” Hana, ibu Kyuhyun mengelus pipi Kim Ra. “Aku titip Kyuhyun padamu.” Kim Ra mengangguk. “Menantu di rumah ini hanya Shin Kim Ra. Aku janjikan itu padamu.”
“Terima kasih Eomonim.” Kim Ra tersenyum. Haru.
“Terima kasih, Eomma. Kami pergi.” Kyuhyun membawa Kim Ra bersamanya.
-000-
Akhirnya!!
Hari kelulusan sebentar lagi tiba. Di sekolahnya, Kim Ra sudah harus memilih akan melanjutkan pendidikannya di Universitas. Dia mengisinya hari ini. Kim Ra pulang dengan riang. Iya, kembali lagi kerumah besar Kyuhyun. Rumah masa depan mereka.
Turun dari mobil, Kim Ra langsung berlari memasuki rumah. Naik ke lantai dua. Bukan ke kamar mereka. Tapi ke ruang kerja Kyuhyun. Kim Ra meletakkan sebuah berkas di meja besar Kyuhyun. Formulir yang berisi tentang pendidikan Kim Ra selanjutnya.
Fakultas kedokteran. Spesialis kejiwaan.
Kim Ra yang akan menyembuhkan Kyuhyun. Dengan cara yang benar. Kim Ra mendengus mengingat cara yang di tempuh Kyuhyun selama ini. Sangat – sangat sialan!
Kim Ra baru saja akan pergi saat matanya tertarik pada sesuatu. Sebuah frame yang terpajang di meja kerja Kyuhyun. Frame berwana abu – abu gelap. Berbentuk minimalis. Cho Kyuhyun sekali. Kim Ra meneliti. Ini foto hitam putih yang tidak jelas. Tapi Kim Ra bukan orang bodoh yang tidak tahu apa itu. Di bawah frame, ada tulisan tangan Kyuhyun. Kim Ra hafal tulisan tangan Kyuhyun yang seperti gambar rumput ilalang.
‘Cho Kim Kyu. Bayi empat minggu-ku. Kesayanganku.’
Kim Ra tersenyum dengan air mata penuh di matanya.
“Jadi namamu Cho Kim Kyu?” Kim Ra tersenyum. “Hai, ini Eomma.”
Satu tetes air mata turun saat Kim Ra mengembalikan frame itu di atas meja. Ini sudah sore. Sebentar lagi Kyuhyun akan pulang. Kim Ra menghapus jejak air mata di pipinya. Kim Ra keluar dari ruangan Kyuhyun. Menuju ke balkon. Ada Yesung di sana.
*Shin Kim Ra POV*
“Aku senang kau pulang. Rumah ini terasa lebih hangat. Kyuhyun juga lebih menjadi manusia.” Yesung menyambut aku yang berdiri di sampingnya. Tersenyum.
“Dan aku sangat berterima kasih padamu. Untuk semuanya. Kau benar – benar setia kawan.” Aku tertawa. “Aku jadi penasaran, alasanmu tahan kerja dengan orang seperti Kyuhyun.”
“Teman, setia dan cinta.”
“Yaa, kau benar. Dia juga pernah bilang padaku. Dia menyayangimu. Kau lebih dari sekedar karyawan atau sahabat. Kau adalah keluarga.” Aku menatap Yesung. Dia sedang tersenyum penuh arti. Dia menatapku.
Yesung terdiam cukup lama.
“Aku mencintainya.”
APA?????
Sial! Kenapa dengan jantungku? Apa maksudnya? Jangan – jangan …
“Kau…” Aku bahkan tidak bisa berkata apapun. Semua berhenti di tenggorokanku.
“Maaf..” Jadi benar? Aku melolot ke arah Yesung. Bukan, ini bukan marah. Aku terkejut. Sangat! Rasanya seperti ada gunung meletus di hadapanku.
“Kyuhyun tahu?” Aku berdiri menghadap Yesung.
“Yaa.”
“Dan dia..” Ya Tuhan, sebenarnya aku ini ingin bicara apa? Otakku mendadak tumpul. Tak bisa berfikir. Bagaimana bisa? Mereka?
“Dia hanya tahu. Hanya sekedar tahu. Kami tidak melakukan apapun. Kau bisa percaya itu. Dia hanya membiarkan aku bahagia.”
“Bahagia?” Lirih. Aku mulai gemetar.
“Aku bahagia melihatnya. Dan dia mengizinkan itu. Seperti ini. Menjadi karyawan, sahabat dan keluarga.”
“Kau tidak cemburu padaku?” Bodoh! Pertanyaan macam apa itu?
“Cemburu padamu?” Yesung tertawa geli. “Aku bahkan ratusan kali melihat dia bercinta dengan wanita. Aku baik, selama dia bahagia.”
Aku menutup mulutku rapat. Bingung dengan keadaan ini. Demi Tuhan, tidak ada rasa marah atau kecewa. Aku hanya terkejut. Tidak menyangka dan… ini luar biasa membuat jantungku berdebar. Aku dan Yesung hanya diam, beberapa saat. Sampai Kyuhyun berjalan ke arah kami. Dia berjalan sambil mambuka jasnya.
Yesung tersenyum ke arahnya. Senyuman penuh arti. Tidak biasa. Dan itu menggetarkan jantungku. Ya Tuhan apa mereka selalu seperti itu? Dan apa aku benar – benar tidak pernah menyadari ini?
Yesung yang tidak pernah dengan wanita. Yesung yang selalu menempel pada Kyuhyun. Yesung yang… Oh! Astaga.
Kyuhyun menyampirkan jasnya pada pagar balkon di sampingku. Lalu tangannya yang hangat melingkar sempurna di pinggangku. Memeluk erat. Tapi entah kenapa aku tak tenang sama sekali dengan kehangatan pelukan Kyuhyun kali ini. Lalu?
Kyuhyun menopangkan dagunya di puncak kepalaku. Dia bisa melakukan itu? Yaa, jangan tanya berapa tinggi badanku! Kyuhyun menikmati keterbatasanku yang satu ini, aku tahu. Dan dia masih sibuk melihat kedepan sesekali mencium kepalaku. Aku menatap Yesung. Dia terlihat tenang.
Kyuhyun merunduk, bibirnya ada ditelingaku. Berbisik.
“Dia tidak akan mengambil aku darimu. Dia mungkin mencintaiku. Tapi dia sangat, sangat menyayangimu. Bisakah dia tetap bersama kita?”
Tuhan, bisakah dunia kiamat sekarang saja?
Aku masih menatap Yesung. Dia memandang lurus ke depan. Tatapannya ragu – ragu dan… Takut? Aku berfikir. Ya, aku sudah berfikir. Aku mengingat semua yang Yesung lakukan untuk Kyuhyun, untukku, untuk kami. Semuanya. Aku menghirup nafas dalam. Ini tidak salah.
Aku mengangguk pelan. Kyuhyun mempererat pelukannya padaku.
Aku meraih tangan Yesung. Menggenggamnya. Membuat Yesung menoleh padaku.
Aku diam. Dia Tersenyum.
“Aku mencintaimu.” Bisik Kyuhyun lagi. Entah kenapa hatiku jadi luar biasa hangat.
Aku mempererat genggaman tanganku pada Yesung. Dia membalas. Dan saat itu, aku mendengar hatiku bersuara. Tidak akan terjadi apa – apa, Kim Ra. Kyuhyun akan tetap menjadi milikmu. Yesung akan selalu ada untuk kalian. Yesung menyayaimu, Kim Ra.
Benar.
Kami akan selalu seperti ini. Hidup bersama dengan rahasia besar yang tersimpan rapi diantara kami. Hanya aku, Kyuhyun dan Yesung yang tahu tentang semua ini. Kami akan selalu saling melindungi. Yesung akan selalu bersama kami. Sebagai karyawan, sahabat dan keluarga. Sekarang aku tahu, alasan kenapa Kyuhyun tidak pernah benar – benar cemburu pada Yesung.
Dan disinilah kami, di balkon lantai dua rumah besar Kyuhyun. Menatap mentari jingga yang akan tenggelam. Dengan Kyuhyun yang memelukku dari belakang dan sesekali mencium rambutku. Dengan aku dan Yesung yang berpegangan tangan. Saling menggengam erat.
Aku dan Yesung mungkin mencintai Kyuhyun. Tak bisa aku pungkiri, Aku dan Kyuhyun juga sangat menyayangi Yesung. Tapi satu hal yang tidak boleh terlupakan adalah, Kyuhyun mencintai aku.
Kami ingin bahagia, Tuhan.
END

No comments :

Post a Comment