Judul : Mr.Arrogant
Author : Adelia Tania Sari
Genre : Romance, AU, Merried Life and Little Comedy
Ratting :NC-21
Cast : – Kim Hyun Hae
– Cho Kyuhyun
– Cho Kyuhyun
Warning : Hati-hati buat yang di bawah 17 tahun. FF ini mungkin saja, akan mengkontaminasi pikiran kalian. So, sebelum di baca lebih lanjut, silahkan tekan tombol merah pada pojok kanan layar komputer anda Mungkin FF ini masih banyak kekurangan bahkan cenderung membosankan. Untuk itu mohon bimbingannya ^_^
Sorry for typo
Sorry for typo
“Tidak! aku tidak akan menikahi Lyra dan aku tidak setuju,” Kyu Hyun menggerutu. Ia memasang jasnya dalam sekali gerakan sembari berjalan melewati wanita paruh baya yang duduk anggun di sofa unggu muda miliknya untuk berdiri di depan kaca. Mengamati penampilannya yang akan berangkat kesalah satu gedung tertinggi di kota Seoul yang merupakan miliknya.
Wanita itu berdiri perlahan dan menunjukan sedikit emosi dibalik garis-garis tipis penuannya yang terawat sempurna. “Apa kau menunggu kematian menjemputku terlebih dahulu baru terlintas dibenakmu untuk menikah? Kyunnie, ibumu ini sudah cukup tua untuk mendapat jatah hidup lebih lama dari Tuhan. Jika aku mati sebelum melihatmu menikah, maka aku tidak akan pernah tidur dengan tenang.”
Kyu Hyun membenarkan dasinya dan berbalik. Ia tidak terlihat senang dengan kata-kata itu.
“Jangan memulainya, eomma, kau yang paling mengerti apa yang terjadi jika aku marah,” ucapnya dibalik giginya yang terkatup. “Aku tegaskan sekali lagi. Aku tidak ingin menikahi Lyra dan tidak akan menikah.” Bentaknya marah dan berjalan keluar dari kamar.
Akan selalu ada engsel pintu yang rusak setiap ia marah. Dan Kyu Hyun telah memanggil tukang pintu lebih dari dua kali dalam waktu seminggu ini hanya untuk mengganti pintu kamarnya yang rusak semenjak kedatangan ibunya dirumah.
Menikah? Ah, Sial!
***
Cho Kyu Hyun patut berbangga diri dengan keberhasilan yang ia raih. Menjadi salah satu pengusaha muda terkaya di Seoul membuatnya cukup mudah untuk mendapatkan apa yang ia inginkan dengan hanya menjetikkan jari, semuanya terasa seperti sihir. Ketika ia meminta sim salabim, woosh…semuanya akan terkabulkan. Ia memiliki beberapa kekuasan dalam genggamannya dan jangan coba-coba untuk menghitung kekayaannya jika tak ingin pingsan dan menelan ludah karena iri.
Apalah artinya uang tanpa ada penampilan yang menunjang. Kyu Hyun benar-benar akan membuat semua wanita menggeliat di kursi hanya dengan menatapnya.rambut hitam gelap dengan bola mata coklat tua yang tajam, itu menjadi modal awalnya yang selalu menjadi sorotan majalah fashion bisnis asing. tidak ada tubuh yang proposional. Dibagian perut terdapat beberapa lemak yang anehnya berada pada tempat yang sesuai. Tinggi tubuh yang benar-benar membuat para pria seksi gigit jari ketika melihatnya. Dan siapa yang dapat memerintah dengan suara paling merdu yang pernah ada? Cho Kyu Hyun orangnya, dengan segala kelebihan yang ia punya.
Gambaran yang sempurna.
Oh, tidak. Dia tidak sempurna.
Semua orang akan memandangnya kagum hanya dengan tampilan luarnya yang begitu luar biasa, siapa yang akan menyangka bahwa orang yang begitu kagum padanya akan segera melempar kursi dan memaki jika memulai percakapan dengannya. Dan saran terbaik yang pernah ada adalah, jangan pernah berdebat dengannya.
Miris, ketika ia tak ingin berdekatan secara seksual dengan seorang wanita membuat sebuah rumor tak sedap berkembang pesat. Terlebih ketika Lee Jang Wook, terus menerus mengunjungi Kyu Hyun setiap hari. Itu semakin terasa tak wajar. Kyu Hyun tau bahwa para karyawannya senang sekali berbisik tentang orientasi seks-nya, namun Kyu Hyun tak begitu peduli. Kyu Hyun hanya perlu bukti, ketika mereka berani berbicara dan mencemooh dirinya maka mereka harus memiliki kinerja yang bagus untuk dapat dipertahankan. Kyu Hyun tak suka omong kosong dan ia bukanlah bos yang suka beramah tamah dengan karyawan. Kesalahan satu kali akan berakibat fatal. Kyu Hyun juga tak akan menerima adanya kesempatan kedua. Bagi Kyu Hyun ketika orang tak memiliki kesempatan kedua, maka ia akan terus berusaha untuk tidak berbuat kesalahan bahkan hingga yang terkecil sekalipun. Kyu Hyun menuntut kesempurnaan.
Cho Kyu Hyun. Pria arogan. Dingin.
Dan sayangnya, begitu sangat tampan.
Penyebab kemarahannya pagi ini adalah ibunya yang terus memaksa untuk menikah. Ada apa dengan pernikahan? Apakah seseorang akan mati jika ia tidak menikah? Kyu Hyun membuat dirinya bepikir begitu keras selama perjalanan menuju kantor dan satu emosi yang siap meledak muncul di dalam benaknya. Well, ia butuh kopi. Biasanya ia akan menghabiskan beberapa gelas asupan kafein untuk membuatnya lebih rileks.
Kyu Hyun berjalan menuju meja kerjanya dan menekan dua digit angka pada telepon. Terdengar bunyi beep satu kali sebelum jaringan itu tersambung dengan seseorang. “Aku butuh kopi dengan creamer. Segera!” tak menunggu sebuah balasan, Kyu Hyun mematikan sambungan dan menghempaskan tubuhnya pada kursi kerjanya.
Ia perlu merenggangkan otot kepalanya. Bersandar kebelakang, Kyu Hyun membiarkan matanya terpejam beberapa menit.
***
Kim Hyun Hae terus menerus mengutuk dirinya ketika jam weker yang seharusnya mengeluarkan suara ayam dipagi hari tiba-tiba tak berfungsi dengan baik. Sialan, terlambat bukanlah ide yang bagus untuk hari pertama di mana ia diterima bekerja. Tentunya itu harus dirayakan dengan mentraktir dua orang teman dekatnya beberapa botol soju dan cemilan ringan.
Hyun Hae tak ingin mengingat bagaimana ia berlari mengejar bis, membuat sepatunya tertinggal sebelah dihalte dan menabrak pintu kaca kantor yang belum sepenuhnya terbuka.
Uh, memalukan!
Semalam ia terlalu bersemangat merayakan betapa gembiranya ia menjadi salah satu karyawan di Cho’s Grup Inc. Sebuah perusahaan ternama di Seoul yang memiliki karyawan dengan potensi luar biasa tinggi. Bukan orang sembarangan yang diterima bekerja di perusahaan itu. ada kriteria khusus, misalnya dilarang memakai pakaian seksi khus karyawan wanita selama berada di kantor. Dan, suprise, kalian hanya akan menemukan pakaian kantor dengan model-model terdahulu yang akan berlalu lalang sepanjang hari dan Hyun Hae yakin tak ada satupun toko yang memproduksi lagi baju yang seperti mereka kenakan.
Hyun Hae beruntung ketika ia baru saja sampai pada mejanya dan telepon sambungannya berbunyi. Ia menekan tombol putih dan suara pria tukang perintah keluar dari sana. “Aku butuh kopi dengan creamer. Segera!” lalu ditutup dengan cepat.
Melongo. Hyun Hae terdiam sejenak dikursinya untuk bernapas dengan benar. Apa-apan ini? apa ia baru saja disuruh membuat kopi? Seingatnya, ia diterima di bagian karyawan, bukannya menjadi office girl.
“Heii~” sebuah suara dari samping mengejutkannya.
Hyun Hae membuat kursinya bergerak ke samping dan memblas. “Heii~,” pada seorang wanita yang bersebelahan meja dengannya.
Wanita itu mengulurkan tangannya untuk berkenalan. “Lee Seung Mi, aku yang akan menjadi teman seruanganmu.”
Wanita itu mengulurkan tangannya untuk berkenalan. “Lee Seung Mi, aku yang akan menjadi teman seruanganmu.”
Hyun Hae membalas tersenyum dan mengangkat tangannya untuk berjabat. “Kim Hyun Hae, semoga kita bisa bekerja sama.”
“Apa kau terlambat?” dia bertanya sambil tersenyum. Mungkin mencoba basa-basi.
Bukankah sudah terlihat jelas?
“Ya, aku terlambat,” Hyun Hae menjawab bertentangan dengan hatinya demi kesopanan sesama karyawan.
Seung Mi mengangguk. “Kau sangat beruntung karena si pemarah itu tidak melakukan pemeriksaan pegawai dadakan,” katanya menghela napas lega.
Alis Hyun Hae bertaut bingung. “Si pemarah?”
“Ya. Bos super cerewet yang saat ini sedang marah seperti seseorang yang bokongnya terpanggang api,” cecarnya. “Ia akan membuatmu jauh merasa lebih tua selama berada di kantor.”
Hyun Hae menahan dirinya untuk tidak tertawa atau membuka mulut. Jika dilihat penampilan Seung Mi tidak begitu sesuai dengan perkatannya. Rok dengan bawahan kembang super norak yang dipadukan baju panjang abu-abu kebesaran. Ia seperti baru saja keluar dari majalah fashion 90-an. Baiklah, pujian itu hanya akan Hyun Hae simpan dalam hati.
Hyun Hae masih melayang-layang dengan pikirannya ketika lamunan itu buyar oleh suara ingatan.
Astaga, kopi dengan creamer?
“Di mana aku bisa mendapatkan kopi?” Hyun Hae bertanya panik.
Seung Mi menunjuk kearah lift. “Pergi ke lantai bawah dan berbeloklah kelorong kiri. Di sana ada dapur umum dan kau…hei, aku belum selesai berbicara.” Protes Seung Mi ketika Hyun Hae sudah melesat menuju lift dan menekan tombolnya berulang-ulang agar pintu itu terbuka segera.
***
Kyu Hyun membuka matanya dan membuang napas kasar ketika suara pintu yang diketuk mengganggunya. “Masuk,” ia berkata sambil membenarkan posisi duduknya jauh lebih tegak.
Pintu terbuka perlahan-lahan dengan bagian belakang tubuh seorang wanita sebelum ia berbalik kearah yang benar, membawa kopi dengan hati-hati sembari mengawasi Kyu Hyun yang sedang tidak bersahabat duduk dikursi kerjanya.
Kyu Hyun tak mengulas senyum ataupun mengucapkan kalimat terima kasih ketika wanita itu meletakan cangkir kopi dihadapannya. Ia hanya peduli dengan mengangkat kopi itu dan menyesapnya perlahan. ya, dia melakukannya tapi dengan segera memuntah kopi itu sebisa yang ia lakukan dan memaki ketika rasa itu tertinggal dilidah.
Mengerang marah, Kyu Hyun melotot. “Apa kau tidak pernah diajarkan membuat kopi, hah?!” Bentak Kyu Hyun.
Hyun Hae meringis ketika suara Kyu Hyun begitu memekakkan telinganya. Sialan, ia harus membenarkan kata-kata Seung Mi soal pria ini.
“Saya belajar selama tiga tahun untuk menggolah data keuangan dengan baik, bukannya membuat kopi. Itulah yang saya pelajari selama kuliah, Mr.Cho,” bantah Hyun Hae pelan.
“Kau menentangku?”
Hyun Hae mengangkat wajahnya siap menjawab. Ia tidak takut dengan pria ini hanya karena jabatannya. Tapi ia sedang membutuhkan pekerjaan, untuk itu Hyun Hae kembali menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang juga memerah.
“Tidak,” jawabnya kalah.
Kyu Hyun meletakan cangkir itu diatas meja dan kembali bersandar pada kursi. Kedua tangannya bertaut bebas. Ia sedang mengamati karyawan yang tidak sopan dengannya saat ini. Well, semua orang tau Cho Kyu Hyun bukanlah orang yang memiliki tingkat kesabaran tinggi untuk dibantah, maka dari itu tak akan ada yang berani melawan ataupun mengungkapkan satu kata yang bertentangan dengannya. Tapi wanita ini sedikit berbeda. Ia memang tak membantah, tapi raut wajahnya menantang Kyu Hyun untuk melakukan apa yang ia bisa.
Sesuatu yang terjadi sekali dan sangat…segar.
Tidak, jangan berpikir Kyu Hyun tertarik karena jawabannya akan sia-sia. Ia tidak pernah tertarik dengan seorang wanita sejak lama.
Kyu Hyun menyoroti Hyun Hae dengan tatapan paling intens yang membunuh. Jika saja seseorang mengatakan dia normal, maka tatapan itu kelihatan seperti mengajak seorang wanita untuk naik keatas tempat tidurnya, tapi bukan itu yang Kyu Hyun inginkan. Seingatnya, ia sudah memberi perintah kepada bagian personalia untuk menerima karyawan dengan persyaratan tidak ada baju seksi selama berada di kantor, tapi rasanya sia-sia saja ketika Hyun Hae mengenakan rok pensil berwarna hitam selutut dan kemeja biru lautnya, ia benar-benar cocok dengan warna itu.
Kyu Hyun berdeham dan memiringkan wajahnya kesamping. “Kau si karyawan baru?”
Hyun Hae menarik napas panjang dan mengangguk. “Ya, Mr.Cho.” katanya.
“ Bagian apa yang personalia berikan padamu?”
“Mengelola data investor dan memantau harga saham.”
Kyu Hyun bergumam tak jelas. Ia berpikir untuk mengisi sejumlah kekosongan di bagian pekerjaan dan membuka lowongan untuk itu. Menurut data yang personalia berikan kepadanya, ada lebih dari 200 orang yang mendaftar untuk mengisi kekosongan kursi pegawai di Cho’s Group Inc. Angka yang tinggi untuk bersaing yang hanya merebutkan satu buah kursi. Dan sepertinya Kyu Hyun akan memberikan kabar gembira untuk para pencari pekerjaan diluar sana, karena ia akan kembali membuka lowongan pekerjaan lagi.
Kyu Hyun berdiri dari kursinya dan mengitari meja. Ia berhenti pada sudut meja dan menyandarkan beban tubuhnya disana. “Kau bisa mengakses data?” tanya Kyu Hyun.
“Ya.”
“Menggunakan komputer?”
“Tentu saja, bisa.”
Kyu Hyun diam sejenak dan kembali berjalan memutari meja dan duduk dikursinya. Ia menatap Hyun Hae sekali lagi sebelum memutuskan dirinya untuk berbicara. “Baiklah, pindahkan barang-barangmu dari sana dan segera tempati meja yang berada tepat di depan ruanganku,” Kyu Hyun berkata santai. “Jangan khawatir dengan gaji yang akan aku berikan. Aku bisa menjamin kau akan puas dengan uang yang mengalir pada tabunganmu.”
Hyun Hae hanya berharap dirinya tidak tampak bodoh dengan mulut yang menganga dan mata yang membelalak. Apa yang baru saja pria gila ini bicarakan dengannya?
Hyun Hae meremas kedua tangannya pelan. tiba-tiba ia menjadi gugup. “Maaf, Mr Cho, sepertinya ada kekeliruan di sini, bagian personalia meminta saya untuk mengisi kursi…”
“Kau bekerja denganku, nona. Persetan dengan mereka dan akulah yang akhirnya akan menggajimu. Jadi sekarang aku perintahkan kau untuk segera pindah ke meja depan dalam waktu sepuluh menit. Aku sedang membutuhkan seorang sekertaris saat ini dan juga, aku benci penolakan!” geram Kyu Hyun.
Hyun Hae memejamkan mata untuk mengekang dirinya yang bisa saja melemparkan cangkir berisi kopi itu ke wajah Kyu Hyun yang tampan. “Baiklah, Mr. Cho. saya permisi,” pamit Hyun Hae dan cepat-cepat meninggalkan ruangan itu sebelum ia benar-benar ikutan gila karenanya.
***
Hyun Hae mengambi kardus besar dari bawah meja kerjanya dan kembali memasukan satu persatu barang yang sudah ia tata rapi diatas meja kerjanya yang lama. Ia akan pindah dan pria itu hanya memberikannya waktu sepuluh menit untuk membawa barang-barang ini ke meja sekertaris yang berada tepat didepan ruangannya.
Ini akan sedikit gila, Hyun Hae tak menyangka bahwa ia akan berganti tempat menjadi sekertaris. Bayangan akan wajah pria itu yang marah-marah karena sebuah kesalahan kecil yang bisa saja Hyun Hae lakukan membuatnya bergidik ngeri. Ia tidak suka dengan suara teriakan. Dan pria itu sudah membentaknya lebih dari dua kali selama pertemuan pertama mereka yang singkat untuk mengantar kopi.
Hyun Hae menggeleng. Sejak kapan keluarga Kim menjadi pengecut. Ia sudah berjanji kepada orang tuanya untuk mendapatkan hidup layak setelah lulus menjadi sarjana tinggi. Tidak, ia tidak akan mengeluh. Seberapa besar amarah Kyu Hyun, ia akan menghadapinya.
“Semangat!” pekik Hyun Hae sendirian dengan mengangkat tangan kanannya yang mengepal keudara untuk membuat dirinya sendiri yakin.
“Astaga, Kim Hyun Hae, apa kau dipecat?” tanya Seung Mi yang baru saja masuk dengan memegang segelas air ditangannya dan terkejut ketika meja Hyun Hae bersih dengan barang-barang.
Hyun Hae tertawa kecil dan menggeleng. “Tidak, aku hanya akan pindah meja di depan ruangan Mr. Cho.”
“Apa?” Seung Mi menutup mulutnya. Ia lebih terkejut dengan fakta itu ketimbang dengan asumsinya tentang Hyun Hae yang dipecat. “Maafkan aku jika ini terdengar berlebihan tapi, Kim Hyun Hae, aku menaruh simpati padamu.”
Hyun Hae menautkan alis, kebingungan melandanya. “Kenapa?” ia bertanya.
Seung Mi mengambil kursi dari meja sebrang dan menariknya di dekat Hyun Hae sebelum duduk di sana. ia meletakan gelasnya di atas meja milik Hyun Hae dan memaksa wanita itu untuk duduk berhadapan dengannya.
“Kau perlu pembekalan ini sebelum menghadapi Cho Kyu Hyun,” Seung Mi melirik kanan-kiri sebelum mencondongkan tubuhnya kedepan untuk berbisik, “Kau harus tau, Cho Kyu Hyun adalah pecinta sesama jenis.”
Tak ada yang dapat menahan suara jeritan tertahan Hyun Hae begitu ia terkejut. Seung Mi menaruh telunjuknya didepan bibir untuk membuat Hyun Hae diam. Seseorang akan mendengarnya dan ia akan mendapatkan masalah.
“Diamlah,” kata Seung Mi. Ia kembali berubah serius. “Jadi, kau tidak boleh jatuh cinta dengannya jika tak ingin sakit hati. Dia sudah memiliki pacar pria yang bernama, Jang Wook. Kau harus tau bahwa Kyu Hyun tak pernah memperkejakan seorang sekertaris untuk membantunya selama dua tahun belakang ini karena ia benci itu. Menurut rumor yang beredar wanita terakhir yang menjadi sekertarisnya harus berakhir dengan nasib yang mengerikan karena bertindak ceroboh, jatuh cinta kepada Cho Kyu Hyun adalah kesalahan.” Lanjut Seung Mi mengakhiri cerita.
Hyun Hae sepertinya tak terlalu ambil pusing akan itu. ia yakin bahwa ia bisa menahan dirinya untuk tidak jatuh cinta dengan si Mr. Arrogant itu. Hanya saja ia takut dengan kemungkinan terburuk yang akan terjadi padanya.
Mendadak bahu Hyun Hae lemas, ia menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi dan mengerang.
***
Seminggu telah berlalu dan Hyun Hae merasakan setiap paginya ia dilanda kecemasan. Kyu Hyun adalah bos yang memiliki banyak kemauan. Ia juga tidak suka ketika Hyun Hae melakukan hal yang berlainan dengan perintahnya. Salah satu contoh yang terjadi pada dua hari lalu, ketika Kyu Hyun memerintahkan Hyun Hae untuk membuat sebuah laporan keuangan yang mewajibkannya memiliki jam kerja lebih lama, Kyu Hyun terus menekan Hyun Hae untuk menyelesaikannya malam itu juga dan menolak gagasan Hyun Hae untuk melanjutkan keesokan paginya.
Pagi ini Hyun Hae duduk di mejanya lebih awal karena tak ingin pria itu kembali marah-marah jika ia terlambat. Kyu Hyun memiliki penyimpanan suara yang tak akan habis untuk terus memerintah setiap hari. Dan anehnya, walaupun Hyun Hae untuk datang ke kantor lebih pagi lagi, maka Kyu Hyun sudah berada lebih dulu di ruangannya.
Hyun Hae menghela napas lega, hari ini tidak akan terlalu berat karena tak ada lagi dokumen yang harus diketik. Tidak ada nominal uang yang harus ia kelola. Ia sudah menyelesaikan lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Jadi, hari ini waktunya sedikit bersantai. Walaupun bersantai yang dimaksud dengan Hyun Hae bukanlah makna dari kata bersantai sesungguhnya. Ia hanya akan memiliki waktu satu atau dua jam untuk bebas dari pekerjaan ini dan menikmatinya dengan duduk didepan layar komputer sambil memantau perkembangan apa saja yang sedang terjadi pada dunia maya.
Suara ketukan dua kali pada mejanya membuat pandangan Hyun Hae beralih kearah pria tampan yang sedang berdiri di depannya. Tersenyum, pria itu memperhaikan Hyun Hae seolah-olah Hyun Hae adalah mahluk yang tak pernah ia lihat.
“Sekertaris barunya?” pria itu bertanya.
Hyun Hae mengangguk walaupun agak sedikit tidak yakin dengan datangnya pria ini. Kyu Hyun tidak ada memberi pemberitahuan bahwa akan ada seseorang yang datang ke ruangannya. “Ya. Apa ada yang bisa saya bantu?”
Pria itu mengangguk namun tidak melepaskan senyumannya yang manis. “Aku memiliki janji dengan Cho Kyu Hyun hari ini. Bisakah kau memberitaunya bahwa aku ingin menemuinya.”
Hyun Hae tersenyum mencoba profesional dengan pekerjaannya. Ia mengangguk dan bertanya sebelum mengangkat gagang telpon untuk menekan dua digit angka yang akan menyambungkannya dengan telpon di dalam ruangan Kyu Hyun. “Bisa saya tau siapa nama anda?”
Pria itu mengangkat sedikit dagunya pertanda setuju. “Katakan saja bahwa Jang Wook ingin bertemu dengannya.”
Dia sudah memiliki pacar pria yang bernama, Lee Jang Wook.
Sialan, kata-kata Seung Mi waktu itu berputar layaknya sebuah sirine peringatan di otak Hyun Hae.
Ia memandang wajah Lee Jang Wook lekat dan tak percaya dengan fakta ini. Jang Wook mmerupakan pria tampan. Hyun Hae meringis membayangkan bahwa pria-pria tampan ini adalah seorang…gay.
Tangan Hyun Hae masih berada pada gagang telpon yang belum terangkat. Tangannya gemetar. Entah apa yang menyebabkannya, ia terlihat begitu terkejut.
Jang Wook memperhatikannya dan terkekeh. “Mengenal namaku, nona?”
Hyun Hae terdiam, detik berikutnya ia salah tingkah dan menggeleng. “M..maafkan saya, Jang Wook-ssi. Saya hanya terkejut.”
Sayangnya, Jang Wook tak begitu terkejut. Ia tertawa kecil. “Ya, semua orang selalu terkejut dengan kehadiranku di kantor ini. Sepertinya namaku sudah sangat populer, ya. Aku akan sering berkunjung jika begitu.”
Hyun Hae tak menanggapi perkataan Jang Wook. Kali ini ia benar-benar mengangkat telpon untuk menghubungi Kyu Hyun yang entah sedang melakukan apa di dalam sana. “Selamat pagi, Mr.Cho. seseorang beranama Jang Wook ingin menemui anda,” Hyun Hae melirik Jang Wook dari sudut matanya. “Ya. Baiklah,” lalu Hyun Hae menutup telpon. “Mr.Chomempersilahkan anda….”
“Wookie!” Kyu Hyun berseru.
Hyun Hae belum selesai berbicara ketika Kyu Hyun keluar dari ruangannya dan memeluk Jang Wook erat. Mereka saling melingkarkan lengan ketubuh masing-masing dan membuat tepukan kecil di punggung. Sejenak Hyun Hae merasa dia dalah orang ketiga yang tak pernah diundang untuk melihat adegan cinta antar pria semacam ini. Bayangkan, Kyu Hyun sedang memeluk pacar prianya. Hyun Hae mengerjap beberapa kali.
Apa? wokkie? Panggilan menjijikan apa itu?!
Kyu Hyun melirik Hyun Hae yang menganga di balik mejanya. Ia melepaskan pelukan diri dari Jang Wook dan berusaha kembali bersikap normal. Ia berdeham. “Kau tidak seperti biasanya, berbicara pada sekertarisku untuk bertanya? Hoho, sepertinya Paris membuatmu belajar banyak tentang kesopanan ya?”
Jang Wook mengulas senyum jahil dan beralih melihat Hyun Hae. “Aku hanya ingin memberi kejutan pada sekertaris barumu. Ya, memperkenalkan diri dan sayangnya, aku terlalu banyak membuat sekertarismu terkejut bahkan pada saat aku menyebutkan nama.”
Hyun Hae tau apa yang mereka bicarakan dan bergerak tak nyaman. Ia hanya menunduk sopan sebelum kembali duduk dan berpura-pura menyibukan diri dengan sekumpulan map tidak penting.
Kyu Hyun mengusap bagian kepalanya bingung. Ia sesekali melihat Hyun Hae untuk memastikan setiap ekspresi yang wanita itu perlihatkan.
Jang Wook seperti sengaja bergelayut manja pada lengan Kyu Hyun dan menyeretnya untuk masuk keruangan dan menutup pintu perlahan. mempertegas Hyun Hae bahwa mereka tidak ingin diganggu selama beberapa menit karena ada kencan.
Oh, Hyun Hae merasakan kepalanya pening. Dan ia berjalan menuju tempat kopi untuk mendapatkan apa saja yang bisa membuat dirinya lebih tenang. Rasanya ia ingin muntah.
***
Kyu Hyun menggeleng ketika pintu itu tertutup dan tak protes sama sekali ketika Jang Wook melempar lengannya sehingga membuatnya terhuyung kedepan. “Kau benar-benar membuatnya sangat-sangat terkejut,” cecar Kyu Hyun namun dia tak bisa menahan bibirnya untuk tidak ikut tertawa geli.
Jang Wook memegangi perutnya dan berusaha berjalan tertatih kearah sofa dan jatuh tertawa disana. ia berguling ke kanan dan ke kiri. “Aku selalu suka membuat para krayawan atau sekertarismu terkejut. Perasaan seperti ini sudah lama tidak terjadi. Kau harus sering-sering mempekerjakan sekertarismu.” Kata Jang Wook tanpa berhenti tertawa.
Kyu Hyun membuka kulkas kecilnya dan mengambil dua kaleng soda.
Berjalan mendekati Jang Wook, ia meletakan salah satu soda itu keatas meja. “Jadi ceritakan bagaimana pengalamanmu selama di paris?”
Jang Wook mengangkat bahu. “Tak ada yang spesial terkecuali tagihan kartu kreditku yang meningkat.”
Kyu Hyun tertawa tanpa iba. Dia meneguk soda miliknya dan mendesah lega.
Jang Wook lebih dari tertarik untuk membahas ini. dia menaikan sebelah alisnya keatas. “Kau biasanya tidak terlalu suka berdekatan dengan wanita. Ada apa denganmu? Seorang sekertaris setelah empat tahun? Wow, sepertinya sebuah kemajuan terjadi tanpa aku sadari.”
Kyu Hyun tersenyum kecil. Entah membayangkan apa, hanya saja ini terasa aneh. Bahkan ia tak tau alasan apa yang membuatnya mempekerjakan Hyun Hae sebagi sekertaris barunya setelah empat tahun terakhir. “Mencoba hal yang baru. Aku butuh penyegaran di depan ruangan.” Hanya itu jawabannya.
Jang Wook bersiul senang. “Jadi, dia hanyalah sebuah pajangan?”
Kyu Hyun ingin menegak minumannya dan segera berhenti, Ia kembali membangun dinding dan melihat Jang Wook dengan sorot mata yang mengancam. “Kau tidak boleh mendekatinya. Mengerti?”
Jang Wook mengangkat kedua tangannya di udara dan menggeleng. “Dia bukan tipeku. Lagi pula aku sudah mendapatkan pria tampan pemilik Cho’s Grup Inc,” goda Jang Wook berpura-pura mengerlingkan matanya yang nakal yang membuat Kyu Hyun ingin menanggalkan satu giginya.
Kyu Hyun menggeleng dan tertawa keras. “Terus bicarakan omong kosongmu dan aku bersumpah bahwa aku akan benar-benar membuat kekasihmu mendengar apa yang baru saja kau katakan.”
***
Hyun Hae kembali ke mejanya sebelum Cho Kyu Hyun berteriak mencarinya. Jam untuk makan siang sudah habis ia gunakan mengobrol dengan Seung Mi yang juga antusias mendengar kabar terbaru tentang Kyu Hyun. Hyun Hae tidak tau apakah pacar Kyu Hyun masih berada didalam atau sudah pergi. Yang jelas ia sangat ingin tau.
Pintu terbuka, Cho Kyu Hyun dan Jang Wook keluar sembari merangkul satu sama lain dan tertawa membahas sesuatu. Mereka berhenti berbicara sebentar, melihat Hyun Hae yang langsung berdiri dari kursinya dan kembali memasang wajah seribu tanya.
Jang Wook menepuk pelan lengan Kyu Hyun. “Baiklah, aku akan pergi dan kembali pada rutinitas yang menyebalkan. Semoga harimu menyenangkan,” Jang Wook membalik tubuhnya dan melihat Hyun Hae sebentar untuk mengatakan, “kau juga.” kemudian berlalu dengan suara tawa yang khas.
Ada apa dengan pria itu? ia benar-benar aneh. Hyun Hae tak tau apa yang pria itu tertawakan tapi nyatanya pria itu banyak membuatnya terkejut.
Kyu Hyun memasukan kedua tangannya pada saku dan berdiri menghadap Hyun Hae yang tak mau lepas memandang Jang Wook hingga pria itu masuk kedalam lift dan menghilang.
Sebelah alis Kyu Hyun terangkat. “Apa aku memiliki jadwal penting hari ini?” tanyanya.
Hyun Hae kehilangan sedikit kata-katanya dan menoleh pada Kyu Hyun cepat untuk merespon. “Ada, Mr Cho. Anda mempunyai janji meeting dengan para investor cina hari ini pukul satu siang.”
Kyu Hyun mengangguk. “Baiklah. Tolong kau sambungkan dengan supirku dibawah, katakan kepadanya bahwa kita akan siap dalam sepuluh menit lagi. Dan, Hyun Hae-ssi,” Panggil Kyu Hyun. Ia berubah dingin. “Jangan berani untuk jatuh cinta denganya. Kau hanya akan merasa sakit hati jika tau kebenarannya,” lalu dia ikut-ikutan pergi dan menghilang dari balik pintu ruangannya.
Hyun Hae terperanjat. “Apakah ia baru saja mengingatkan aku untuk tidak jatuh cinta pada pacar prianya? Hah, yang benar sajalah.” bisik Hyun Hae sendiri lalu memandang pintu ruangan Kyu Hyun sengit.
***
Cho Kyu Hyun terlihat jauh lebih muda dan santai ketika ia berbicara tentang bisnis dengan para investor yang berminat menanamkan modal di perusahaanya. Kata-katanya sungguh menarik perhatian dan membuat para investor itu mengangguk setuju. Ia bahkan jauh lebih tampan ketika tertawa. Hyun Hae tak pernah Kyu Hyun tertawa selama di kantor. Ya, walaupun kehadiran Jang Wook beberapa jam lalu membuat bibirnya terbentuk sedikit.
Hyun Hae duduk tak berada jauh dengan Kyu Hyun. ia juga harus berprilaku semanis mungkin. Walaupun Hyun Hae tak terlalu paham apa yang mereka bicarakan tapi ia terus memegang dokumen-dokumen penting yang selalu Kyu Hyun minta untuk ia tunjukan pada para investor itu. pertemuan hari ini jauh lebih cepat selesainya dari perkiraan. Kyu Hyun tidak harus melakukan banyak jurus untuk membujuk para investor yang ingin mengalirkan dana mereka. Perusahaan yang ia kelola sudah terkenal akan kualitas kinerja yang bukan sembarangan, hal itu merupakan point plus bagi Kyu Hyun untuk mengajukan proposal kerja sama.
“Saya harap kita bisa berkontribusi dengan baik didalam pekerjaan ini,” kata Kyu Hyun dengan bahasa cina yang fasih.
Pria tua dengan rambut putihnya itu mengangguk. “Baiklah, Mr.Cho Saya akan sangat senang jika proyek yang kita tangani ini berhasil,” ia berjabat tangan dengan Kyu Hyun. “Semoga berhasil.”
Kyu Hyun membungkuk hormat. “Ya. Terimakasih, Mr. Cheng.” Kemudian para investor lainnya keluar dari restoran.
Kyu Hyun masih tetap duduk disana dan menghela napas lega. Semua berjalan sesuai dengan rencana dan sempurna. Kembali ia menuai sukses. Kini ia melirik Hyun Hae yang duduk disebelahnya dan masih sibuk menyusun dokumen-dokumen itu untuk ia kerjakan.
“Kau, sudah makan siang?” tegur Kyu Hyun. terasa aneh di ucapkan. Tapi, ya, Kyu Hyun mencoba bersikp santai.
Hyun Hae agak sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. Apa ini bentuk perhatian?
Hyun Hae mengangguk sopan. “Terimakasih, Mr.Cho tapi saya sudah memanfaatkan waktu makan siang di kantin kantor.”
“Maukah kau menemaniku makan siang? Ya, sejujurnya ada satu tempat makanan dari beberapa minggu yang lalu ingin aku kunjungi.”
Hyun Hae tak berniat menolak. Maka ia menjawab, “Baiklah,” dengan seulas senyum dan mengikuti Kyu Hyun ketika pria itu membukakan pintu restoran dan mempersilahkannya lewat.
Oh, itu prilaku yang manis.
***
Mobil audi hitam Kyu Hyun berhenti didepan salah satu kedai makanan tepi jalan. Tidak ada yang mewah. Tempat makan itu dibangun dari tenda yang disanggah oleh dua batang kayu. Meja yang digunakan juga sebuah meja makan panjang bergabung. Hyun Hae sekilas terkejut bukan main ketika Kyu Hyun mengajaknya turun dan mengambil tempat di sana. Bukan, Hyun Hae bukannya tidak pernah kesini. Ia hanya merasa janggal bahwa Cho Kyu Hyun mengetahui tempat ini.
“Ahjumma, aku ingin dua kimbap dan tteobokki,” kata Kyu Hyun berteriak memesan kepada si penjual sembari melepaskan jas kerjanya dan melonggarkan dasi abu-abu miliknya. Kyu Hyun bertanya pada Hyun Hae. “Kau ingin memesan sesuatu?”
Hyun Hae menaruh tas tangannya di meja dan menggeleng. “Tidak. terimakasih, Mr.Cho.”
“Bisakah kau tidak terlalu formal saat bicara denganku?” pinta Kyu Hyun.
“Maaf?”
“Ya, ini diluar jam kantor. Kau mungkin bisa memanggilku hanya dengan sebutan nama. Lagi pula setiap kau memanggilku dengan sebutan Mr.Cho, aku selalu merasa kau memanggil nama ayahku.”
Hyun Hae terperangah, matanya mengerjap-ngerjap berulang kali untuk membuatnya kembali sadar bahwa sekarang Kyu Hyun sedang memintanya untuk berbicara tanpa banmal.
Apa pria ini terkena benturan? Karena seingat Hyun Hae, Kyu Hyun pernah mengatakan bahwa ia tidak akan membiarkan orang yang tidak berprilaku sopan dengannya dapat hidup tenang. Oke, sepertinya ini jebakan. Hyun Hae menyapu semua pandangan keseluruh tenda untuk mencari-cari kamera tersembunyi.
Kyu Hyun memundurkan wajahnya dan menatap Hyun Hae aneh. “Apa yang kau lakukan?”
Hyun Hae membuang napas kasar. “Apa saya sedang dijebak? Sepertinya anda sedang memancing saya untuk tidak bersikap sopan dan memecat saya setelahnya,” akui Hyun Hae jujur.
Tak ada yang lebih indah ketika tawa mengalir begitu lepas dari Kyu Hyun. lihatlah, dia jauh tampak seperti manusia dari pada batu sekarang.
Kyu Hyun masih menyisakan tawanya dan menggeleng. “Tidak. Aku selalu profesional dalam bekerja. Aku hanya ingin kita menjalin komunikasi yang baik, karena sebagian besar waktumu akan dihabiskan denganku.” Kyu Hyun mengangkat sudut bibirnya. “Well, panggil saja aku dengan nama.”
Hyun Hae masih tak percaya tapi ia berusaha menurut saja. “Baiklah, Kyu Hyun-ah.”
Wanita penjual itu datang dengan dua pesanan di tangannya. Kyu Hyun begitu bersemangat mengenakan alat makan dan mengambil salah satu kimbab dari piring dan memakannya sekali suapan. Mulut nya penuh dengan mengunyah.
“Makanlah pelan-pelan, makanan itu tak akan lari dari piringnya,” tegur Hyun Hae lalu tertawa kecil.
Kyu Hyun berhenti mengunyah. Sumpit masih tergantung di tangannya. Apa ia baru saja mendengar suara Hyun Hae yang tertawa? Jika, iya, Kyu Hyun berharap ia mendengarnya lebih banyak.
Dahi Hyun Hae berkerut ketika Kyu Hyun menatapnya lama. “Apa ada sesuatu di wajahku?” sebuah pertanyaan bodoh. Hyun Hae menggerakan jemarinya ke wajah, ia tidak ingin sesuatu dari remah-remah makan yang mungkin tertinggal disana dan membuatnya menjadi bahan tertawaan yang lucu bagi Kyu Hyun.
Kyu Hyun tersadar dari lamunannya dan menggeleng. “Tidak, Hanya….” ia mencoba mencari satu alasan.
Hyun Hae memiringkan kepalanya, memaksanya untuk berbicara. “Hanya?”
“Hanya,” Kyu Hyun meletakan alat makannya di atas meja dan melihat Hyun Hae tepat dimatanya. “aku hanya sangat suka mendengar suara tawamu. Bisakah kau lebih banyak tertawa jika bersamaku?”
Bagaimana bisa angin musim semi seakan berhembus menyentuh kulit hangat mereka di cuaca yang dingin? Satu kalimat itu membuat tatapan mereka lembut dan pikiran mereka berdesir. Dan untuk pertama kalinya dalam seumur hidupnya, gunung es di dalam hati Kyu Hyun perlahan mencair.
Hyun Hae mengusap belakang tengkuknya untuk menyadarkan bahwa ini bukan semacam ilusi.
Tak tau harus menanggapi seperti apa, Hyun Hae hanya mengeluarkan kekehannya dan mengambil sepotong kimbap. “Kau biasa pergi ketempat ini?” tanya Hyun Hae mulai terbiasa.
“Tidak terlalu. Tempat ini menjadi favoritku ketika sekolah menengah. Aku sangat suka kimbap dan beberapa jajanan disini.” Kyu Hyun berbisik jahil. “Aku membawa seseorang yang kusukai untuk pertama kali disini, di tempat ini,” Kata Kyu Hyun.
Hyun Hae bersusah payah untuk menelan semua kimbap yang ada dimulutnya tanpa tersedak. Kyu Hyun sedang berbicara tentang kekasihnya? Apa sekarang Kyu Hyun sedang menegaskan bahwa ia menyatakan cinta pada pacar pertama prianya disini?
Hyun Hae bersusah payah untuk menelan semua kimbap yang ada dimulutnya tanpa tersedak. Kyu Hyun sedang berbicara tentang kekasihnya? Apa sekarang Kyu Hyun sedang menegaskan bahwa ia menyatakan cinta pada pacar pertama prianya disini?
“Kekasih priamu?” ucapan itu lolos begitu saja dan membuatnya segera menutup mulut. “Maafkan aku, Kyu Hyun-ssi. Aku, tidak bermaksud untuk…” kini Hyun Hae lah yang harus merasa bersalah. Ketika raut wajah Kyu Hyun kembali berubah tidak bersahabat, ia menunduk. “Maafkan aku,” bisiknya pelan.
Kyu Hyun terlihat marah beberapa detik yang lalu, sebelum Hyun Hae menunduk dan terlihat pucat di depannya. Dan suprise Kyu Hyun tertawa lagi sekarang. “Aku hanya berharap kau memiliki sesuatu untuk menutup mulut pintarmu yang manis, Hyun Hae-ssi,” ucap Kyu Hyun bercanda di sela-sela tawanya.
Hyun Hae merengut. “Cara bercandamu benar-benar membuat seseorang bergetar duduk dikursinya. Bagaimana bisa wajahmu berubah sedingin itu dan menghilang dengan secepat kilat. Kau ahli ber-akting.”
Kyu Hyun mendekatkan dirinya pada Hyun Hae untuk berbisik, “Kau akan sangat terkejut jika mengetahui apa saja keahlianku,” katanya pamer.
“Oh, ya, ya, ya. Aku sama sekali tak meragukannya,” Hyun Hae menjulurkan lidah untuk mengejeknya yang hanya ditanggapi oleh Kyu Hyun dengan seulas senyum simpul. “Jadi, kekasih pertamamu?”
“Apa ini sesi tanya-jawab?”
Hyun Hae tertawa dan menggeleng. “Hanya sedikit penasaran. Kehidupanmu jarang sekali terekspos, saat mendapatkan kesempatan untuk bertanya, yaa aku tidak ingin melewatinya.”
“Well, aku tak ingin membuatmu terkejut di sela ceritaku.”
Hyun Hae menggeleng. “Tidak akan. Lagi pula aku terlalu banyak menerima shock therapy darimu, jadi kurasa kali ini aku juga bisa melewatinya.” Kali ini Hyun Hae tertarik untuk mengambil sepotong tteobokki.
Kyu Hyun menaikan kedua alisnya dan ia berhenti makan. Memiringkan wajahnya, Kyu Hyun melihat Hyun Hae lurus. “Aku bukan gay”
***
Siapa yang akan mengira bahwa hubungan itu akan menjadi semakin lebih baik semakin harinya. Hyun Hae merasa sudah sangat terbiasa diganggu oleh Kyu Hyun ketika ia sedang merapikan dokumen penting ataupun berbicara dengan Seung Mi di jam istirahat. Kyu Hyun akan menelpon mejanya lebih dari sekali hanya untuk membahas sesuatu, ya, bisa dibilang tidak terlalu penting. Pernah suatu waktu Kyu Hyun menelponnya hanya untuk menanyakan beberapa hal yang ia suka dan tidak sukai. Memikirkannya saja sudah membuat Hyun Hae tertawa sepanjang hari.
Hyun Hae merasa tidak ada yang aneh ketika Kyu Hyun mendekatinya. Walaupun sindiran sinis Sung Mi untuk tidak jatuh cinta pada pria itu terus saja menghantui Hyun Hae.
Tidak, ia tidak jatuh cinta pada Kyu Hyun. mungkin iya hanya sedikit tersanjung dan terlalu terlarut dalam prilaku manis pria itu. Hyun Hae ingat betul bahwa Kyu Hyun adalah seorang gay. Ia ingat bagaimana lengan Kyu Hyun membungkus tubuh Jang Wook saat berpelukan. Terlalu erat.
Aku bukan gay
Kyu Hyun pernah bicara itu padanya dan berhenti untuk menjelaskan ketika Hyun Hae memaksanya untuk berbicara lebih banyak. Ia hanya memberikan senyuman penuh tanda tanya dan mengantarkan Hyun Hae kembali ke kantor untuk bekerja. Hyun Hae tau dari situlah pembicaraan tentang itu sudah ditutup dan tak perlu dibahas.
Duduk dikursinya, Kyu Hyun membaca setiap lembar kertas itu dengan teliti. “Besok siang tolong atur pertemuan keduaku dengan Mr.Cheng, pastikan semuanya berjalan dengan lanacar dan siapkan beberapa dokumen untuk ia tandatangani,” kata Kyu Hyun namun tak mengalihkan pandangannya.
“Baiklah, apa lagi yang kau butuhkan?”
Kyu Hyun menutup dokumen itu dan meletakannya diatas meja. “Tidak. Kau bisa pulang lebih cepat hari ini. Hm, apa kau memiliki janji malam ini?” Kyu Hyun bertanya.
Hyun Hae menggeleng. “Tidak. Aku hanya akan pulang dan beristirahat. Kenapa?”
“Keberatan jika aku menganggu waktu istirahatmu dan menggantikannya menjadi makan malam?” tawar Kyu Hyun. ia bersandar pada kursinya untuk menunggu jawaban.
“Apa kau bisa menerima jika aku mengatakan tidak untuk ajakanmu?”
“Oh, sayangnya kau sangat tau kalo aku benci kata penolakan.”
Hyun Hae tersenyum simpul dan menarik berkas itu dari meja. “Well, berarti itu sebuah perintah dan syukurnya aku tak terlalu keberatan.” Kata Hyun Hae, membalikan badannya lalu pergi keluar ruangan itu dan secepatnya meninggalkan Kyu Hyun yang setengah tertawa sendirian.
***
Kyu Hyun mengemudi menembus ribuan rintik hujan dan dinginnya malam. Jalanan selalu ramai setiap malam minggu dan ia harus lebih ekstra hati-hati ketika menginjak pedal gas. Sedikit kecerobohan akan membuatnya memasuki dua tempat, rumah sakit dan penjara bukanlah tempat yang ia favoritkan.
Kim Hyun Hae, duduk disampingnya dengan tenang. Matanya memandang lurus kedepan entah apa yang dilihat. Mungkin jalanan yang dipenuhi dengan mobil-mobil. Atau mungkin jajanan yang dijual mengunakan gerobak disepanjang jalan. Mereka akan pergi melihat sungai Han seperti yang Kyu Hyun janjikan untuk menjadi rangkaian penutup hari mereka malam ini. Wajar saja jika kedai makanan ringan berjejer menarik perhatian.
Kyu Hyun menyenggol lengan Hyun Hae dengan sikunya yang bebas. “Ingin mencoba sesuatu dari kedai-kedai itu?” ia bertanya dan siap untuk menepikan mobil dan berhenti pada area khusus mobil. Ini salah satu fasilitas terbaik ketika hujan. Mereka tidak perlu repot-repot keluar dari mobil untuk melihat pertunjukan kembang api dengan banyak warna. Jok mobil akan menjadi kursi terbaik untuk mereka saat ini.
Hyun Hae menoleh ketika Kyu Hyun memajukan wajahnya untuk memberi isyarat dengan kedai makanan yang tak bisa ia abaikan. Mungkin Hyun Hae menginginkan sesuatu. Seperti roti ikan ataupun bindteok hangat barangkali.
“Kau mengingkan sesuatu?” Hyun Hae balik bertanya.
Kyu Hyun mendengus. “Kau mengulangi pertanyaanku.”
Hyun Hae mengambil sesuatu dari dalam tas. “Aku punya semacam cemilan potato chese jika kau lapar. kita akan berbagi. Setuju?” tawar Hyun Hae.
Kyu Hyun menaikan kedua alisnya dan menyeringai. “Well, aku setuju.”
Jadi disinilah mereka. Menunggu hujan sedikit reda hingga orang-orang itu dapat menyulut kembang api dan membuat pertunjukan yang indah sambil menikmati potato chesse yang Hyun Hae beli di salah satu restoran cepat saji siang tadi.
Hyun Hae tau ini bukan semacam hubungan biasa antara bos dan karyawan. Kyu Hyun memperlakukannya berbeda ketika ia berhadapan dengan staf yang lain. Hyun Hae, bisa dibilang sedikit dimanja. Seung Mi bahkan mendengus iri ketika ia bercerita ajakan Kyu Hyun malam ini. beriringan dengan rasa hangat, ketakutan muncul dalam diri Hyun Hae. Ia takut jika semua perlakuan Kyu Hyun kepadanya membuat otaknya mencerna satu kalimat yang mustahil terjadi. Untuk itu Hyun Hae menyiapkan hatinya dengan lapisan baja. Sayangnya, mata Kyu Hyun memancarkan timah panas yang siap menghancur baja.
Oh, sial, rasanya itu semua sia-sia saja jika Kyu Hyun menatapnya penuh…tidak, ia tidak akan mengucapkan kata itu.
Kyu Hyun duduk diam tak ingin berbicara. Ia bisa melirik Hyun Hae dari sudut matanya hanya untuk melihat bahwa wanita itu begitu konsentrasi ke sungai Han yang diselimuti kegelapan malam. Kyu Hyun merasa dirinya diliputi rasa canggung dan sekeras mungkin berusaha ia tutupi.
Kyu Hyun duduk diam tak ingin berbicara. Ia bisa melirik Hyun Hae dari sudut matanya hanya untuk melihat bahwa wanita itu begitu konsentrasi ke sungai Han yang diselimuti kegelapan malam. Kyu Hyun merasa dirinya diliputi rasa canggung dan sekeras mungkin berusaha ia tutupi.
“Aku masih sangat penasaran dengan pengakuan terakhirmu,” kata Hyun Hae memulai.
Kyu Hyun tak terlalu mendengarnya. Ia ingin pertanyaan iu di ulang dengan menjawab, “Apa?”
“Tentang gay, kau mengatakan kau bukanlah salah satu dari mereka. Aku penasaran.”
Kyu Hyun berubah sekeras batu. Garis wajahnya menyiratkan rasa sakit ketika otaknya memutar bagian-bagian dari ingatan yang sejujurnya ingin ia musnahkan.
Ketika Kyu Hyun menarik napas panjang dan berat, Hyun Hae tau ia sudah sangat kelewatan. Menanyakan hal itu kepada Kyu Hyun sama saja memotong dirinya menjadi dua bagian. Hyun Hae menyesal setengah mati ketika mata Kyu Hyun menutup dan kepalanya bersandar. Ia sudah ingin mengatakan ucapan-ucapan penyesalan ketika secara bersamaan Kyu Hyun memulai pembicaraannya.
“Terlahir dari keluarga kecil yang sederhana, ayahku bekerja keras untuk membuat perusahaan baru miliknya berkembang dan ibuku akan menjadi seorang penyihir pelepas lelah ketika ayah pulang. Mereka saling bekerjasama untuk memperbaiki kehidupan perekonomian kami. Semua kerja keras ayahku terbayar, perusahaan tertinggi di kota ini adalah miliknya. Aku terus melihat adanya cinta di mata mereka terus begitu hingga suatu hari, untuk pertama kalinya aku melihat semua barang-barang di rumah pecah dan berserakan di lantai. Aku masih terlalu muda untuk memahami apa saja yang terjadi di antara hubungan ayah dan ibuku. Yang jelas mereka selalu melakukan gencatan senjata setiap kali bertatap muka,” Kyu Hyun menutup matanya. Merasakan ada sesuatu yang membuat luka di hatinya menganga. Ketika ia sadar itu bukanlah akhir dari segalanya, Kyu Hyun melanjutkan. “sampai pada akhirnya aku tau bahwa ayahku lah yang bersalah. Saat itu masih siang hari dan aku baru saja pulang dan memasuki rumah. Aku berhenti ketika melihat ayahku sedang bersama seseorang di sofa. Kupikir itu ibuku dan ternyata bukan. Ia sedang bersama wanita…dan…”
“Oh tidak,” Hyun Hae menutup mulutnya. Ia tidak bisa menerka tapi sepertinya ia tau lanjutan dari cerita itu walaupun Kyu Hyun tak menjelaskannya. Kyu Hyun kecil yang malang.
“Aku benci mengingat bagian yang ini. wanita itu melihatku memasuki pintu tapi ia tak berhenti melancarkan gerakan tubuhnya. Ia mengedipkan mata kearahku dengan wajah yang terengah-engah menjijikan. Ia sama sekali tak malu dengan tubuhnya yang terbuka. Dan ayah, ia duduk membelakangiku tanpa tau bahwa aku menyaksikan semuanya,” suara Kyu Hyun tercekat. “aku mengatakannya pada ibuku dan saat itu juga dan ibuku menjerit sambil memelukku. Ibu terus menangis sampai akhirnya membawaku pergi dari rumah. Kami pergi, meninggalkan ayah selama 4 tahun sebelum akhirnya kami kembali ketika ayahku meninggal dan menulis surat wasiat untuk seluruh harta benda yang ia miliki atas namaku. Dia akhirnya memberikan semuanya, tapi itu tak mengubah apa yang sudah terjadi padaku bertahun-tahun. Selama beberapa bulan sejak kejadian itu aku selalu bermimipi bagaimana gerakan wanita itu menggerayangi tubuh ayah. Aku tumbuh dengan penuh kebencian terhadap wanita. Aku menutup diri dan tak ingin banyak berbagi. Ketika anak-anak lelaki akan bermain keluar dan melakukan sesuatu, aku lebih memilih membaca buku dikamar dan berdiam diri. Sejenak aku berpikiran bahwa aku tidak tumbuh normal seperti pria pada umumnya.”
Hyun Hae tau ia akan menangis lebih banyak lagi ketika Kyu Hyun mengakhiri ceritanya. Tragedi, bagi Hyun Hae, Kyu Hyun adalah korban dari semua pelecehan yang ia terima. Batin kecil Kyu Hyun terluka . Hyun Hae mengerti dari mana asalnya sikap dingin dan arogan yang Kyu Hyun jadikan tameng untuk menutupi sisinya yang lemah. Dia masih terlalu kecil untuk tau bagaimana peliknya kehidupan. Terselip perasaan marah pada pelacur murahan yang menyebabkan Kyu Hyun banyak melewati kesusahan dalam hidupnya.
Oh, tidak, Hyun Hae akan membantunya. Kyu Hyun tak lagi harus membuat dirinya tertahan dalam bayang-bayang gelap. ia ingin membantu Kyu Hyun menyingkirkan ingatan itu. Kyu Hyun tak pantas memiliki memori akan hal itu.
Sebelah tangan Hyun Hae terangkat untuk memberi Kyu Hyun sentuhan pada pipinya. “Kau tidak benar-benar membenci wanita. Buktinya, saat ini kau sedang bersama denganku, dengan jarak yang dekat.”
Kyu Hyun mendapati dirnya tersenyum. “Karena kau pengecualian dari itu semua. Kau sederhana dan tidak membuatku terintimidasi. Cara berpakaian dan bicaramu membuatku bisa mentoleransi itu semua. Kau…berbeda dari yang pernah ada. Satu-satu wanita yang bisa berdekatan denganku tentunya selain ibuku.”
Siapa yang pernah mendengar kalimat dari mata turun ke hati? Kali ini Hyun Hae akan mengakui hal itu dan memberikan selamat kepada si pengarang. Ia benar-benar membuat dirinya sadar bahwa ia benar-benar jatuh cinta pada Kyu Hyun dengan segala kekurangannya.
Tatapan mata yang intens membuat aura yang meningkat. Mata Kyu Hyun memancarkan gairah yang panas dan keinginan yang mendamba. Kyu Hyun menggeser tubuhnya untuk membuat wajah mereka mendekat, dan ia bersyukur Hyun Hae tak melakukan penolakan.
Ragu-ragu Hyun Hae membuat dirinya sedikit lebih maju, dan ketika bibir Kyu Hyun benar-benar memilikinya ia hanyut dan menyambut dengan suka cita. Ini akan menjadi ciuman terbaik yang pernah Hyun Hae miliki. Kyu Hyun akan ia nobatkan menjadi sang ahli dalam mencium. Ketika kepala mereka berputar liar hanya untuk membuat ciuman itu semakin panas, Kyu Hyun menggunakan kesempatan itu untuk membuat Hyun Hae mengetahui bagaimana dirinya sangat menginginkan Hyun Hae. Membuat dirinya terbuka.
Hyun Hae benar-benar akan kehabisan napas jika Kyu Hyun tidak menjauh dari bibirnya. Memuji Kyu Hyun yang memiliki napas panjang, Hyun Hae menatapnya kagum. Napas Hyun Hae masih tak stabil ketika Kyu Hyun kembali memulai dan membuatnya tak bisa menolak. Bahkan ketika Kyu Hyun dengan entengnya, mengangkat tubuh Hyun Hae dan membawanya duduk di pangkuang Kyu Hyun, Hyun Hae juga tak menjerit. Ia hanya mengigit pelan bibir Kyu Hyun dan menciumnya sekali lagi.
Ini benar-benar seperti ajaib. Ketika mereka berdua berhenti, dahi mereka menempel dengan mata yang terpejam dan dada naik-turun membutuhkan oksigen lebih banyak.
“Aku menyayangi ayahku,” bisik Kyu Hyun mengaku. Ia tak jauh berbeda dengan anak kecil yang sedang mengadu.
Hyun Hae membuat gerakan mengusap pada punggung Kyu Hyun untuk menenangkannya. “Aku tau.”
Kali Ini Kyu Hyun terisak. “Ayah selalu mengajariku memancing.”
“Aku tau.”
Dan untuk kali ini Hyun Hae menuruti kemauan setan didalam hatinya. Otaknya memaki untuk membuatnya berhenti tapi tubuh Hyun Hae mengkhianatinya sejauh yang ia bisa. Ketika tangannya berpindah kesalah satu kancing kemeja Kyu Hyun dan membuat kancing itu terlepas, Hyun Hae tau dirinya akan jatuh dalam sebuah kesalahan. Tapi, siapa yang peduli. Saat ini ia akan membantu Kyu Hyun meskipun setelah ini hatinya akan terbelah menjadi dua.
Kyu Hyun memejamkan mata untuk mempertajam penciumannya. Hyun Hae berbau manis seperti permen. Tak ada yang pernah membuatnya candu untuk terus mencium. Tapi dengan Hyun Hae segalanya menjadi berbeda. Hyun Hae membuatnya begitu ketagihan untuk membuat banyak tanda pada tubuhnya. Kyu Hyun membiarkan naluri alamiahnya bergerak menyusuri leher Hyun Hae yang membuatnya betah berada disana, mengecupnya berkali-kali dan menyesapnya sebelum pindah kebagian yang lain.
Ini semakin menjadi liar ketika tangan mereka berebut untuk saling membuktikan siapa yang cepat. Kyu Hyun membuat kemeja putih milik Hyun Hae yang baginya menganggu itu terlepas dengan cara yang tak utuh, merobeknya dalam sekali tarikan. Sementara Hyun Hae membuang dasi Kyu Hyun yang membuatnya frustasi kebelakang mobil.
Tak ada yang mau mengalah. Ketika bibir Kyu Hyun bergerak ditempat yang lain, Hyun Hae berusaha menahan dirinya untuk menjerit dan mengaku betapa ia sangat menyukai itu. ia mengigit bibirnya karena tak ingin membuat seseorang mengetuk kaca mobil dan menyangka adanya kasus penculikan. Oh, tidak, ia tidak akan membuat ini berhenti. hyun Hae harus menghabiskan waktu yang lama untuk tau bagaimana rasanya. Ketika para teman wanita membicarakan tentang menggeliat diatas ranjang dan memuji pasangannya, Hyun Hae hanya akan menjadi pendengar yang baik. Ia tidak memiliki satu kisah tentang tidur dengan pria yang bisa ia ceritakan. Dan seandainya pun ada dia tak akan bercerita. Tentu ini akan menjadi pengalaman pertama yang tak terlupakan.
Kyu Hyun bersandar pada jok mobil dan berkeringat. Semua kancing kemejanya telah terbuka. Bibirnya merah dan sedikit bengkak karena intensitas ciuman yang mereka lakukan. Rambutnya tak lagi rapi. hyun Hae benar-benar sudah mengacak-acaknya.
“Di mobil? Apa aku seperti seorang bajingan sekarang?” ia bertanya dan terkekeh. Ia menyelipkan sehelai rambut Hyun Hae yang menutupi wajahnya. “suruh aku berhenti sekarang juga maka aku akan menghentikannya.”
Hyun Hae mengerutkan hidunya dan cemberut. “Kau ingin berhenti?”
“Jika kau ingin, maka jawabannya adalah, ya.” Kyu Hyun mengecup kedua mata Hyun Hae. “Membuatmu terluka artinya membunuhku. Aku hanya akan menuruti kemauanmu.”
Hyun Hae membawa kepala Kyu Hyun pada dadanya dan berbisik, “Kalau begitu lakukanlah.”
Tak perlu diperintahkan kedua kalinya. Kyu Hyun menyambut hal itu seperti jawaban atas doa-doa agar Hyun Hae tak menghentikan niatnya. Dan benar saja, ini berjalan sangat erotis sesaat Kyu Hyun benar-benar membuat tubuh mereka hanya bersentuhan langsung dengan kulit.
Kyu Hyun tak pernah begitu terobsesi dengan tubuh wanita dan saat ini ia benar-benar menikmati bagaimana dada Hyun Hae begitu pas pada tangannya, ia menggantikan itu dengan mulutnya dan membuat Hyun Hae tak duduk diam di pangkuannya.
Hyun Hae mengigit bibirnya lebih kuat sampai ia yakin bahwa akan ada tanda kebiruan bekas gigitan pada bibirnya. Sungguh, sekarang Hyun Hae benar-benar paham bagaimana berhubungan intim menjadi sebuah candu bagi teman-temannya. Ini lebih dari sekedar nikmat. Bahkan Hyun Hae tak menemukan satu kata pas yang bisa menggambarkan perasaan yang terselip didalamnya. Luar biasa, ketika ia menerima banyak perlakuan manis oleh bibir Kyu Hyun ditubuhnya.
Kyu Hyun menggantikan Hyun Hae yang mengigit bibirnya sendiri. “Jangan menahannya. Keluarkan saja,” kata Kyu Hyun ketika bibir mereka tak benar-benar menjauh.
Hyun hae memejamkan mata, merasakan tangan Kyu Hyun pada tubuhnya. Ia menahan napas ketika Kyu Hyun benar-benar menyentuhnya di tempat yang paling nikmat dibawah sana. “Seseorang akan mendengarnya dan..akh,” Hyun Hae menjerit ketika Kyu Hyun melakukannya lebih keras dan segera menutup mulutnya cepat. Sebelah tangannya memukul pelan dada Kyu Hyun.
Kyu Hyun tertawa, ia mencium dahi Hyun Hae lalu memainkan salah satu musik yang terpasang pada ponselnya. “Di luar sedang turun hujan dan aku memutar musik. Tak ada yang mendengarnya kecuali kita. Tak apa, keluarkan saja.”
Dan Hyun Hae menurut. ia menjerit sesuka hati. Ia benar-benar telah lepas kendali ketika tangan Kyu Hyun melakukan olahraga jari yang membuat Hyun Hae menghempaskan tubuhnya kebelakang beberapa kali. ketika perasan itu semakin dekat, Hyun Hae merasakan pandangannya buram, tubuhnya menegang dan ketika ia benar-benar di tepi jurang kepuasan, bibrnya memanggil nama Kyu Hyun hingga tubuhnya lemas dan bersandar pada Kyu Hyun.
Kyu Hyun membiarkan itu terjadi sampai Hyun Hae benar-benar tenang dalam pelukannya. Ia mengelus rambut Hyun Hae sayang. “Kau sangat cantik ketika wajahmu memerah,” ia tersenyum simpul. “dan aku bertambah senang karena aku yang membuatnya begitu.”
Hyun Hae mengangkat kepalanya dan melipat tangan di dada. “Hoho, kau tidak seperti seorang amatiran.”
Kyu Hyun terkekeh. “Naluri alamiah, semua orang pandai melakukannya. Aku hanya melakukannya menurut insting. Tak perlu banyak praktek untuk membuatnya menjadi ahli bercinta yang sempurna. Kau mendapatkan perjaka, sayang.” Hyun Hae tertawa ketika Kyu Hyun membuatnya terasa aneh di dengar. Kyu Hyun menatapnya bingung. “apa yang membuatmu tertawa begitu senangnya?”
Hyun Hae menggeleng dan masih tertawa. “Apa ini yang kita lakukan sekarang? bercakap-cakap sebelum bercinta? Aku tak banyak mendengar bagian ini ketika teman-temanku bercerita tentang kehidupan seks mereka yang panas.”
Kyu Hyun memundurkan wajahnya. “Apa kalian, maksudku para wanita, membicarakan kehidupan seks mereka?” katanya kaget.
“Kebanyakan dari yang ada. Tapi tidak semuanya. Mereka hanya akan berbagi bagian-bagian yang menurut mereka pantas dibagi.”
“Aku harap kau bukan salah satu diantara mereka yang suka berbagi pengalaman seks.”
Hyun Hae tertawa lagi tapi kali ini ia menggeleng dan membuat Kyu Hyun lega. “aku tak punya pengalaman untuk dibagi,” ia mendekatkan dirinya pada Kyu Hyun untuk berbisik. “Kau mendapatkan perawan, sayang.” Balasnya.
“Oh, beruntungnya aku.”
Dan tak ada kesempatan lagi bagi Hyun Hae untuk menjawab ketika Kyu Hyun memutuskan untuk menghentikan sesi bercakap-cakap dengan ciuman panas dan sentuhan-sentuhan erotis lagi.
Kyu Hyun menolak halus ketika Hyun Hae berusaha menyenangkannya sebagaimana ia menyenangkan Hyun Hae dengan tangannya. Ia bukannya tak mau, hanya saja ia ingin memiliki Hyun Hae dulu didalamnya. Akan ada kesempatan untuk membuatnya puas tanpa pemanasan. Melihat Hyun Hae dengan wajah kenikmatannya saja sudah membuat Kyu Hyun begitu panas dan siap.
Kyu Hyun memposisikan dirinya yang tegang dan siap dibawah sana. Membantu Hyun Hae mengangkat pinggulnya dan menurunkannya perlahan. Ini pertama kali. Baginya dan juga Hyun Hae, ia akan benar-benar membuatnya menjadi kenangan yang tak terlupakan dengan perlahan-lahan. Kesakitan untuk yang pertama kali membuat Kyu Hyun sempat berpikir menghentikannya bahkan pada saat Hyun Hae meringis. Namun Hyun Hae tak mengijinkannya. Dan ketika mereka meneruskannya Kyu Hyun tau ia sudah membuat sesuatu penghalang didalam sana hilang dan Hyun Hae merintih.
Kerongkongan Kyu Hyun tercekat. Ada darah di bawahnya. Pucat dan takut jika ia menyakiti Hyun Hae lebih banyak maka ia bertanya cemas, “Kau…baik-baik saja?” Kyu Hyun bersumpah jika ia menyakiti Hyun Hae maka ia akan melepaskan kontak tubuh mereka dan memukuli dirinya sendiri.
Hyun Hae menggeleng. Ia memejamkan mata dan memeluk Kyu Hyun erat. “Aku baik-baik saja, hanya beri aku waktu satu menit untuk menyesuaikan.”
Itulah yang Kyu Hyun lakukan, memberikan Hyun Hae waktu untuk menyesuaikan penyatuan diri mereka. Kyu Hyun tak bergerak, walaupun ia ingin. Dia hanya bisa menahan diri ketika ia semakin membesar dibawah sana.
Hyun Hae memberikan sinyal dengan menepuk pelan bahu Kyu Hyun bahwa ia sudah bisa bergerak sekarang. kyu Hyun tak yakin awalnya, namun Hyun Hae bergerak sedikit untuk memancing dan ya, ia bergerak. Dengan ritme yang perlahan tanpa melepaskan diri mereka sepenuhnya hingga pada titik dimana mobil ikut bergerak dan Kyu Hyun tak sangup menahan diri lebih lama. Ini seperti bom, mereka meledak pada kenikmatan di waktu yang sama.
Masih terengah-engah, Hyun Hae mengecup pipi Kyu Hyun. “Sudah lebih baik?”
Kyu Hyun masih sama dengannya, ia mengangguk. “Lebih dari baik., ini luar biasaa”
Mereka tertawa.
Hyun Hae melihat keluar jendela dan hujan telah berhenti. Kyu Hyun memberikan senyuman kecil dan menunjuk kearah sungai Han yang ia punggungi. Letusan-letusan kembang api membuat Hyun Hae membalikan tubuhnya dan bersandar pada dada Kyu Hyun. percikan-percikan api dengan banyak warna itu sangat indah. bahkan lebih indah ketika Kyu Hyun memeluk tubuhnya, dan membuat diri mereka semakin dekat. Hyun Hae bisa merasakan dirinya hampir menangis lagi. Dan untuk kali ini ia berdoa, semoga Kyu Hyun dapat berbahagia lebih dari hari ini.
***
Cho’s Grup Inc dapat menobatkan hari senin menjadi hari yang sangat melelahkan untuk para karyawannya. Mereka sudah disibukkan sejak pagi dengan beberapa jadwal pertemuan dan jumlah uang yang siap masuk ke perusahaan mereka. Sama sepeti yang Hyun Hae lakukan disini, ia begitu berhati-hati mengerjakan dua laporan yang terselip dalam dokumen merah. Tentunya dokumen ini akan datang lebih banyak lagi dan membuat pekerjaannya bertambah. Tapi Hyun Hae berusaha menyelesaikannya lebih cepat agar Kyu Hyun dapat segera membacanya.
Berbicara soal Kyu Hyun, pria itu begitu romantis dengan mengantar Hyun Hae pulang setelah melihat pertunjukan kembang api. Ia benar-benar menunggu Hyun Hae masuk kedalam apartemennya sebelum kembali mengemudi dan menghilang dari jangkauan pandangan.
Manis sekali.
Sayangnya itu hanya bertahan tidak lebih dari satu hari. Kecemasan muncul ketika Kyu Hyun tak menghubunginya di hari minggu. Mungkin ini sedikit berlebihan, tapi Hyun Hae terus saja mengumpat ketika ponselnya bergetar dan bukan nama Kyu Hyun lah yang tertera. Ia mengabaikan segala macam panggilan dan begitu gelisah sampai pada hari ini. Kyu Hyun tak memberikan kabarnya. Beberapa spekulasi mulai muncul di otaknya yang terus berpikir.
Tangan Hyun Hae berhenti membuka lembar selanjutnya ketika ponselnya yang berada diatas meja berbunyi. Ia melihatnya malas, dan ketika tau siapa yang menelpon, secepat yang ia bisa, telpon itu sudah berada pada telinganya.
“Hallo, Kyu, kau…”
Terpotong Kyu Hyun berbicara lebih dulu darinya. “Batalkan pertemuan hari ini dan buatkan aku janji ulang untuk esok hari, lakukan itu segera dan beri aku laporan secepatnya,” katanya dingin tak seperti kemarin.
Hyun Hae mencengkram erat ponselnya dan menggigit bibir. Well, ketakutannya terjadi. Saatnya untuk bersikap profesional. Satu tarikan napas, ia mengangguk walaupun Kyu Hyun tak melihatnya.
“Baiklah, Mr.Cho, jadwal pertemuan anda akan saya kirimkan via email.”
Saluran telpon terputus.
Hyun Hae mendapati tubuhnya lemas dan anehnya tak bisa bergerak. Pandangannya tertuju pada lantai kantor yang dingin.
Jangan pernah jatuh cinta padanya.
Seharusnya ia mengingat semua perkataan Seung Mi, kan? Kenapa sekarang ia begitu bodohnya mengakui bahwa ia mencintai Kyu Hyun.
Di balik semua kepiluannya itu, Jang Wook keluar dari lift dan menatapnya geli. Ia sedang tak ingin berbicara banyak dengan orang, tapi siapa yang dapat menolak Jang Wook dan menyuruhnya pulang jikalau ia juga merupakan bagian terpenting bagi Kyu Hyun. jadi, Hyun Hae membiarkan jemarinya menyisir rambutnya dan mengusap air matanya yang syukurnya tidak terjatuh pada sudut matanya.
Jang Wook mengangkat tangannya untuk menyapa. “Haiii~”
Hyun Hae memasang senyum. Walaupun tak terlalu lebar, ia berharap dapat menutupi rasa sakitnya. “Ada yang bisa saya bantu Mr.Jang?”
Jang Wook menggaruk-garuk jangutnya yang baru tumbuh. “Aku ingin bertemu Kyu Hyun. apa ia ada di tempat?”
“Maaf, Mr.Jang . Saat ini, Mr.Chosedang tidak berada di ruangannya.”
Jang Wook menarik sebelah alisnya. “Lantas dimana bokong besarnya berada?”
Hyun Hae tercekat. Jang Wook sedang membicarakan bagian tubuh Kyu Hyun yang membuat ingatannya begitu refleks memutar ulang kejadian malam minggu lalu. hyun Hae hanya berharap satu, pipinya tak bersemu merah dan membuatnya terlihat jelas dimata Jang Wook.
Hyun Hae menggeleng. “Saya tidak tau, Mr. Jang. Beliau sedang sibuk melakukan sesuatu diluar kantor.”
Jang Wook nampaknya tengah menimbang sesuatu ketika ia memajukan bibir bawahnya dan bergumam. Senyum simpul langsung menghiasi wajahnya begitu ia beralih melihat Hyun Hae. “Apa kau sedang free sekarang?” ia bertanya.
Hyun Hae melirik pintu ruangan Kyu Hyun, tapi ia sudah mengerjakan laporannya. “Ya.”
Jang Wook melihat jam tangan bermerek mahal miliknya yang melingkar pada tangan sebelah kiri. “Mungkin kita bisa makan siang bersama. Mengingat ini sudah hampir melewati jam makan siang,” ia memasang tampang memohon. “ayolah, jangan buat aku merasa datang ke kantor ini dengan sia-sia.”
Hyun Hae tak yakin, tapi ia juga ingin membuat dirinya mengkonsumsi sesuatu. Mungkin ia tak perlu menolak ajakan Jang Wook.
Hyun Hae menumpuk dokumen-dokumen itu menjadi satu dan menarik tas tangannya yang berada diatas meja lalu berdiri. “Aku siap.”
Jang Wook menyeringai. Sebelah matanya mengedip dan bersiul. “Baiklah, ada restoran di ujung jalan. Aku yakin kau belum merasakan fettucini buatan mereka. Percayalah, lidahmu akan bergoyang jika merasakannya.”
***
Restoran italia menjadi pilhan Jang Wook. Mereka mendapatkan meja terbaik yang tak jauh dari pemusik. Karena Jang Wook tak lagi harus memesan meja, ia hanya perlu membisikkan nama Kyu Hyun pada sang manager restoran dan ya, mereka tak perlu menunggu terlalu lama untuk mendapatkan pelayanan cepat dengan makanan terbaik yang silih berganti terhidang di atas meja.
Setiap menunya membuat Hyun Hae meneteskan air liur karena lapar. terlebih ketika escargot menjadi makanan yang terakhir dibawa oleh pelayan, hidangan siput yang dimasak dalam bumbu bawang putih. Rasa daging yang kenyal benar-benar memanjakan lidah Hyun Hae. Ia terus mengambil satu dan satu, ketika di piring tersisa tiga. Karena itu ia harus menahan diri untuk tak mengambil satu dan membiarkan Jang Wook menikmatinya.
Mengelap mulutnya dengan serbet berwarna emas, Hyun Hae meminum sedikit air dari gelasnya dan bersandar. “Sangat lezat. Terimakasih.”
Jang Wook mengangkat garpunya dan melakukan hal yang sama dengan Hyun Hae. “Kembali, nona. Kyu Hyun dan aku menjadi pelanggan tetap disini. Dia menyukai escargot sebagaimana kau menyukai siput itu.”
“Kebetulan sekali, aku menyanjung siapapun yang memasak ini,” kata Hyun Hae menunjuk escargot yang tersisa dua di piring.
“Kau akan terkejut siapa yang menemukan resep rahasianya,” ucap Jang Wook penuh misteri.
“Memangnya siapa?”
Jang Wook tersenyum simpul. “Ibu kami,” katanya ringan.
Tunggu dulu, ibu kami? apa yang dimaksudnya dengan ibu kami?
Hyun Hae mengernyit dan memundurkan wajahnya tak mengerti. “Maksudmu restoran ini milik ibumu?”
Jang Wook membenarkan. “Ya, ibuku yang juga merupakan ibunya Kyu Hyun.”
Satu lagi rahasia kehidupan Kyu Hyun yang membuat Hyun Hae bertanya-tanya, seberapa banyak rahasia yang di sembunyikan oleh pria itu.
Jang Wook benar-benar sudah membuatnya sangat terkejut lebih ketika mereka pertamakali bertemu. dan ia benar-benar terkejut sekali lagi karena berita ini.
Hyun Hae memajukan wajahnya begitu antusias, ia harus mendengar apa yang Jang Wook bicarakan secara dekat jika ingin yakin.
“Kalian bersaudara? Bukankah kau kekasihnya?” tanya Hyun Hae begitu cepatnya.
“Kalian bersaudara? Bukankah kau kekasihnya?” tanya Hyun Hae begitu cepatnya.
Jang Wook mengelap tangannya dan menaikan sebelah alis. “Kupikir si bodoh itu sudah memberitaumu, nyatanya tidak, ya?” Jang Wook melipat kedua tangannya diatas meja. “Ibunya menikah dengan ayahku pada saat kami berusia 5 tahun. Jika kau bertanya siapa yang paling tua maka aku akan menjawab, pria arogan yang menjadi bos mu itu adalah kakak ku. Setelah mempertimbangkan bagaimana sikapnya, kau tentu bisa melihat jelas kenapa dia tak pernah mengekspos kehidupan pribadinya terutama keluarga kami. Mungkin kau sudah banyak mendengar rumor yang beredar di kantor, tapi percayalah, aku sudah pernah menasehatinya untuk mengklarifikasi itu semua dan yang kudaptkan hanyalah pukulan di kepala. Dia tak pernah mempermasalahkan bagaimana orang menilainya sebagai gay. Dan kau satu-satunya yang tau akan hal ini selain keluarga. Hanya kau.”
“Kenapa aku?”
“Karena kau istimewa.”
Oke, sepertinya ini ada kesalahan. Sejak kapan Hyun Hae menjadi orang yang sangat istimewa bagi Kyu Hyun. jika diingat, Kyu Hyun sudah lebih dari 24 jam tidak menghubunginya dan itu sudah lebih dari cukup untuk mematahkan ucapan Jang Wook.
“Tidak, aku tidak akan menjadi orang yang seperti itu.”
Jang Wook mendengus. “Kau hanya menyangkalnya, Nona. Kenyataannya saudaraku yang bodoh itu sudah jatuh hati padamu.”
Oh, apakah ada sesuatu yang bisa membuat mulut Hyun Hae berhenti menganga? Nyatanya, mata coklatnya ikut-ikutan melebar karena itu.
“Tidak mungkin,” bisik Hyun Hae tak yakin.
“Mungkin saja. pikirkan apa yang terjadi di mobil. Bukankah itu tanda cinta? oh, ayolah, kau tidak berharap dia jujur dengan perasaannya untuk membuatmu percaya, kan? Karena kakak ku terlalu kaku untuk membuat bibirnya bergerak mengucapkan kata cinta. kau hanya perlu melihat dan menilai gerak-geriknya.”
Hyun Hae sekarang gugup. Jang Wook sedang memberitaunya tentang kejadian di mobil. Oh, sial, tidak bisakah ini tidak lebih memalukan lagi? Hyun Hae merasa udara panas di musim semi menyapu wajahnya hingga memerah.
“Apa Kyu Hyun menceritakannya?”
“Tentang apa? bercinta di mobil? Tidak, aku meletakan kamera tersembunyi di mobil Kyu Hyun dan melihatnya diam-diam kemarin malam.”
“APA?!” teriak Hyun Hae refleks. Ia membuat dirinya sendiri menjadi pusat perhatian semua orang dan dia sama sekali tak peduli. Tentang kamera sialan itu. sungguh, akan sangat memalukan jika Jang Wook melihatnya dengan tubuh yang…
Jang Wook tertawa memegang perutnya dan menggeleng keras-keras. “Aku hanya bercanda, sayangku,” ucapnya di sela-sela tawa.
Hyun Hae bernapas lega. Ia mengurut dada. “Sialan, bercandamu sama sekali tidak lucu!”
“Well, maafkan aku. Hanya saja ini yang pertama kalinya bagi Kyu Hyun. kami tak terlalu sering berbagi cerita tentang kehidupan seks kilat. Aku meminjam mobilnya malam ketika ia pulang di hari sabtu. Ia tak sepenuhnya mengakui itu ketika aku memaksanya untuk berbicara tapi aroma seks kilat benar-benar memenuhi mobilnya, dan aku harus membawa mobil itu ke salon mobil untuk dicuci.”
Rasanya asing ketika mengetahui hal yang baru tentang Kyu Hyun. Begitu sejuk dan penuh. Hyun Hae tak bisa menjelaskan dengan benar bagaimana perasaanya ketika Jang Wook begitu serius membeberkan masalah-masalah Kyu Hyun dan apa yang pria itu sembunyikan. Ia hanya bisa menyangkal seribu kali otaknya memaksa untuk berbicara akan hal yang berlawanan dengan hatinya. Ini seperti tersiksa didalam kenikmatan.
Jang Wook menyadarkan lamunan bingungnya itu dengan sebelah tangan yang berada di udara. Membuat Hyun Hae menggeleng dua kali.
“Waktunya kembali, Haeya-ssi. Sungguh firasatku mengatakan bahwa bosmu sudah kembali ke kantor dan kebakaran jenggot.”
***
Jang Wook hanya mengantarkannya sampai pada lobi depan dan tak berniat untuk mampir. Celotehan-celotehan anehnya membuat Hyun Hae tertawa sepanjang waktu sampai pada pria itu harus meninggalkannya sendiri karena ada pekerjaan. Well, Hyun Hae tersadar untuk tidak pernah memandang remeh orang lain dari penampilannya. Dibalik gaya khas dari Jang Wook terselip profesi yang benar membuat Hyun Hae menggeleng tak percaya.
Siapa yang akan mengira jika Jang Wook adalah seorang Psikolog dengan jam terbang tinggi. Ia menunjukkan itu tanpa pamer hingga Hyun Hae benar-benar percaya. Sikap ramahnya berbanding terbalik dengan saudaranya yang ada disalah satu ruangan pada gedung tinggi berkaca itu.
Hyun Hae baru saja melewati pitu kaca ketika Seung Mi berlari-lari kecil dan terlihat marah sekali. Hyun Hae membantu jarak mereka mendekat dengan ikut berjalan menghampirinya. “Ada apa?”
Seung Mi mengangkat kedua tangannya keatas kepala dan mengerang frustasi. “Sialan, Haeya, kemana saja kau? Kau benar-benar ingin membunuhku, ya?”
“Jika kau tidak terlalu sibuk marah-marah, cobalah liat jam ditanganmu dan simpulkan sendiri kemana aku berkeliaran. Ada apa?”
“Temui bosmu, dia sudah berteriak seperti orang gila sejak setengah jam yang lalu sesaat menemukan mejamu bersih dan kau tidak disana.”
Hyun Hae membeku. Kyu Hyun mencarinya. Jang Wook benar, Kyu Hyun berada di kantor dan sepertinya benar-benar sedang tidak bersahabat.
Berlari kecil Hyun Hae menuju lift dan menekan tombol hingga terbuka. seung Mi tidak mengikutinya, mungkin wanita itu takut menjadi sasaran Kyu Hyun yang mengamuk, untuk itu ia pergi ke lobi untuk menemukan sesuatu yang dapat membuatnya reda dari shock.
Pintu lift terbuka membawa Hyun Hae pada lantai dimana ia bekerja. Ia berhenti pada pintu ruangan Kyu Hyun sejenak. Menarik napas panjang dan menekan engselnya kebawah untuk melihat Kyu Hyun yang sedang…duduk dengan seorang wanita diatasnya.
Oh, sialan!
***
Kyu Hyun tau ia sudah sangat kelewatan ketika pagi tadi mengangkat telponnya dan berbicara dengan Hyun Hae. Tapi ia benar-benar sedang dalam kondisi yang tidak siap untu berbicara ramah. Ibunya pagi ini datang dan mencoba membuatnya berubah pikiran dengan menikahi seorang kenalannya.
Kyu Hyun marah. ia tak bisa menghentikan ucapan ibunya untuk kabur bekerja sementara ibunya sudah menyiapkan seribu kalimat yang dapat membuat kuping Kyu Hyun memerah karena terlalu panasnya. Untuk itu ia menelpon Hyun hae. Mengatakan pada gadis itu untuk mengatur ulang jadwalnya dengan nada yang terdengar memaki. Saat itu Kyu Hyun tau , ia sudah bersikap layaknya seorang bajingan.
Tidak menghubungi Hyun Hae sama saja dengan neraka. Ketika ia hanya menceritakan sedikit pada Jang Wook, pria itu berusaha untuk membuatnya memandang semua ini dengan jelas. Jang Wook mengambil ponselnya sehingga ia tak lagi bisa menghubungi Hyun hae terhitung malam dimana ia pulang. Jang Wook juga melarangnya bertemu dengan Hyun Hae seharian penuh meskipun Kyu Hyun siap menerjang pintu dan mengemudi lepas kendali untuk sampai tepat didepan pintu rumah Hyun Hae. Ia terus membuat Kyu Hyun menyadari bagaimana perasaanya, dan Kyu Hyun rasa semua itu berhasil. Ia sudah melihat semua ini lebih jelas dan nyata. Hyun Hae bukanlah sesuatu yang dapat ia abaikan.
Ketika sampai di kantor, Kyu Hyun mendapati meja Hyun Hae sudah bersih dan ia tak terlihat disana. frustasi semakin membuat Kyu Hyun naik darah. Ia berlari kearah sambungan informasi di depan untuk bertanya, dan jawaban bahwa Hyun Hae pergi bersama seorang pria berhasil menghancurkan pengendalian diri Kyu Hyun. Ia berteriak pada seluruh staf untuk mencari Hyun Hae dan kembali keruangannya dengan pintu yang tertutup keras.
Kini Kyu Hyun sedang berdiri menatap jendela kacanya. Melihat mobil yang keluar dan masuk parkiran. Ia berharap dari jarak setinggi ini ia bisa menemukan rambut coklat gelap milik Hyun Hae.
Menutup mata, Kyu Hyun mendesah penuh penyesalan. Ia sudah melewatkan pagi yang menyebalkan dan ia butuh Hyun Hae untuk membuat segalanya lebih baik.
Suara pintu terbuka dan langkah kaki terdengar mendekat. kyu Hyun sudah setengah tersenyum dan berharap ketika ia membalik tubuh namun semua itu luntur begitu satu-satunya orang yang tidak ia harapkan untuk pernah ada, datang keruangannya.
“Apa yang kau lakukan disini, Lyra?” tanya Kyu Hyun dingin.
Lyra tersenyum, ia membuang tas tangannya ke sofa Kyu Hyun dan berjalan mendekat dan memainkan kerah kemejanya. “Pria dewasa seharusnya tau apa yang wanita inginkan,” katanya manja.
Kyu Hyun menahan dirinya untuk tidak mendorong wanita itu kelantai yang dingin. “Sayangnya aku tidak seperti pria dewasa kebanyakan. Kau tau, gay?” Kyu Hyun berusaha memancing. Berharap Lyra dapat melepaskannya atau ia dapat melepaskan diri dari sini.
Lyra terkejut sebentar, tapi ia tak beraksi seperti yang Kyu Hyun inginkan. Ia mendekatkan mulutnya pada telinga Kyu Hyun untuk berbisik, “Aku yang terbaik untuk mengobatimu, sayang.” Lalu ia mendorong Kyu Hyun ke kursi dan duduk berpangku diatasnya.
Kyu Hyun belum sempat bergerak ketika pintu terbuka dan Hyun Hae melihatnya.
Oh, tidak, tidak. tidak seperti yang ia pikirkan.
Kyu Hyun tak lagi peduli jika ia membuat punggung Lyra yang terbentur dengan lantai marmer menjerit kesakitan. Ia hanya akan mengejar Hyun Hae yang kini berlari kedalam lift dan pergi sebelum ia bisa menjangkaunya.
Kyu Hyun menggeram. Menendang udara, ia mengumpat.”Sialan!”
***
Hyun Hae hanya merasa bahwa saat ini ia membutuhkan tissue yang sangat banyak dan beberapa gelas es krim ataupun coklat. Duduk menangis diatas ranjang membuatnya merasa sangat kelelahan. Anehnya, ia tidak bisa berhenti menangis. Tidak, ia memang tak berniat untuk berhenti menangis jika mengingat bagaimana Kyu dan wanita yang tidak jelek itu.
Hyun Hae bersyukur ia masih bisa menemukan taksi ketika ia berlari dari Kyu Hyun yang ingin mengejarnya. Tujuannya hanyalah cepat sampai dirumah dan membasahi semua yang akan ia gigit, bantal salah satunya.
Hyun Hae bersyukur ia masih bisa menemukan taksi ketika ia berlari dari Kyu Hyun yang ingin mengejarnya. Tujuannya hanyalah cepat sampai dirumah dan membasahi semua yang akan ia gigit, bantal salah satunya.
Pintu di gedor keras yang disusul dengan suara seseorang dari luar sana. “Kim Hyun Hae, buka pintunya!”
Hyun Hae terkesiap, turun dari ranjang ia tersandung oleh selimut pinknya dan mengaduh sakit sebelum kembali berjalan kearah pintu. Hyun Hae tak membukakannya, ia hanya bersandar pada belakang pintu dan memejamkan mata.
Suara Kyu Hyun terdengar lagi. “Oh, aku mohon buka pintu sialan ini. kita harus bicara.”
Suara Kyu Hyun terdengar lagi. “Oh, aku mohon buka pintu sialan ini. kita harus bicara.”
Menambah rasa sakit setiap Hyun Hae mendengar suara Kyu Hyun. mereka hanya terhalang pintu kayu untuk bisa bertemu. hyun Hae bisa saja membukakan pintu dan mendengar apa yang ingin Kyu Hyun katakan, tapi nyatanya ia tidak bisa melakuka itu, sisi keegoisan wanitanya sedang mempengaruhinya untuk bertahan sedikit lebih lama, mungkin setelah Kyu Hyun menggedor pintu itu lebih dari 10 kali untuk itu dia hanya diam.
Kyu Hyun memukul keras pintu itu dengan kepalan tangannya dan menempelkan dahi disana. “Aku mencintaimu, Haeya.”
Pintu bergerak terbuka, Hyun Hae berdiri disana tegang. “Kau bilang apa?”
Pintu bergerak terbuka, Hyun Hae berdiri disana tegang. “Kau bilang apa?”
Gurat lelah tersirat pada wajah Kyu Hyun. ia melangkah masuk, membuat Hyun Hae terhuyung kebelakang lalu ia menutup pintu dengan kakinya. Tak peduli jika Hyun Hae akan berteriak atau memakinya, Kyu Hyun melingkarkan lengannya pada pinggang Hyun Hae untuk memeluknya. “Aku mencintaimu,” bisik Kyu Hyun.
Pelapis baja pada hati Hyun Hae pecah berkeping-keping. Pra dihadapannya ini berbicara tentang cinta yang membuatnya merasa tak lagi mengerti dimana ia sekarang. Kyu Hyun membuat Hyun Hae kehilangan sebagian dari kesadarannya untuk berpikir jernih. Otaknya hanya merekam apa yang Kyu Hyun bicarakan dan memutarnya berkali-kali.
Kyu Hyun memundurkan tubuhnya. “Kau percaya padaku?” Hyun Hae menggeleng namun ia tidak menjawab. Mulutnya sedang terkatup rapat. Kyu Hyun menghela. “Aku dalam kondisi yang tidak baik pagi ini. kau lihat wanita tadi? Ya, walaupun aku sangat berharap kau tidak melihatnya tapi itulah Lyra, wanita yang ibuku puja untuk menjadi istriku. Tapi, aku berani bersumpah demi apapun bahwa kami tidak melakukan apa-apa. percayalah, aku bahkan ingin menghapus setiap sel kulitnya yang menempel pada kulitku,” jelas Kyu Hyun.
Hyun Hae mengelap air matanya dengan punggung tangan dan mundur satu langkah menjauh. “Kenapa aku harus tau? Secara teknis kita tak memiliki hubungan apa-pun.”
Kyu Hyun menunduk dan menggeleng pelan. “Kau tak akan mengerti. Tapi,” ia mendongak. “Aku mencintaimu, Kim Hyun Hae.”
“Kau tak menghubungiku?” tanya Hyun Hae tajam.
“Apa?”
“Kau bahkan membiarkanku bingung seharian karena tak mendapatkan kabar.”
“Apa? oh, kau, salah paham, kau…” Kyu Hyun maju satu langkah dan Hyun Hae bergerak mundur. Kyu Hyun frustasi, dia hanya menyapukan tangannya kerambut. “Jang Wook begitu memaksa untuk membuatku mengerti apa arti dirimu untukku, dia mengambil ponsel, mencuri mobilku dan menyembunyikan seluruh kunci mobil yang berada di garasi hanya agar aku tidak menemuimu. Dan bajingan kecil itu berhasil, ia membuatku mengerti bagaimana rasanya beraktivitas tanpa melihatmu walaupun itu hanya sehari. Rasanya sangat gila.” akui Kyu Hyun memelas.
Hyun Hae mendapatkan abnyak informasi langsung darinya. Dan jujur saja, ia percaya. Ia tak akan lagi menghindar. Bahkan pada saat Kyu Hyun berjalan ragu-ragu kearahnya. Hyun Hae membuat tubuhnya membentur dada Kyu Hyun pelan dan bersembunyi disana. rasanya hangat.
Kyu Hyun tak bisa melukiskan betapa bahagianya dia saat ini. menyesap harumnya rambut Hyun Hae, ia lalu mengecupnya.
“Kupikir aku akan kehilanganmu. Mereka bilang kau pergi dengan seorang pria,” Kyu Hyun menarik napas tertahan. “Aku sepeti orang gila yang butuh obat penenang ketika mendengar itu,” kata Kyu Hyun merajuk.
Hyun Hae tersenyum. “Jang Wook datang setelah kau selesai menelpon. Dia mengajakku makan siang dan ya, disitulah kami. di restoran ibumu. Escargotnya lezat, Jang Wook bilang itu makanan favoritmu.”
Tubuh Kyu Hyun menegang sesaat dan seketika rileks kembali ketika Hyun Hae mengusapkan pipinya disana. “Apa dia menganggumu dengan pertanyaan-pertanyaan usil? Karena jika iya, aku akan memukuli kepalanya dengan tongkat golf.”
Hyun Hae tertawa. “Tidak. ia berprilaku manis” masih memeluk pinggang Kyu Hyun, Hyun Hae mendongak. “kalian saudara yang sangat manis.”ucapnya jujur.
Hyun Hae tertawa. “Tidak. ia berprilaku manis” masih memeluk pinggang Kyu Hyun, Hyun Hae mendongak. “kalian saudara yang sangat manis.”ucapnya jujur.
Kyu Hyun mendengus tak percaya tapi ia begitu lega. Jang Wook, ia akan sangat berterimakasih kepada saudaranya itu setelah ini. mungkin, setelah satu hal yang ingin Kyu Hyun lakukan.
Dengan sebelah tangan Kyu Hyun menahan seluruh beban tubuh Hyun Hae dan membawa birbinya larut dalam bibir merah Hyun Hae yang ia rindukan. Terakhir kali Kyu Hyun menciumnya, Hyun Hae tak sebegitu menggebu-gebu seperti sata ini. wdibalik ciumannya Kyu Hyun terkekeh, Hyun Hae sudah lebih banyak belajar dan siap menandinginya.
“Kamar tidur?” kata Kyu Hyun memundurkan wajahnya dan memerlukan banyak oksigen.
Hyun Hae merapikan rambutnya dan barulah ia sadar bahwa kakinya tak lagi menginjak lantai. Terkadang, kekuatan Kyu Hyun membuatnya sangat terkesan. Terkekeh pelan, Hyun Hae membimbing Kyu Hyun kekamarnya dan berniat menyekap Kyu Hyun untuk berlama-lama.
Tak ada yang sabar menunggu. Ketika sampai di kamar, Kyu Hyun menarik pinggang Hyun hae dan membuat tubuh mereka terhempas pada ranjang milik Hyun Hae. Kyu Hyun tak terlalu banyak memperhatikan ketika matanya hanya terpejam nikmat. Sesaat matanya terbuka, barulah ia tau bahwa semua kamar ini berwarna pink.
Bertumpu dengan kedua tangan yang berada disisi tubuh Hyun Hae, Kyu Hyun menggeleng tak percaya. “Pink? Uh, sedikit norak. Biru mungkin lebih baik,” komentarnya tajam.
Hyun Hae menyipit. Berpura-pura marah, ia melipat kedua tangannya di depan dada. “Maaf, kau ingin berkomentar tentang warna kesukaanku atau kau ingin bercinta denganku? Pilih opsi pertama maka aku akan menendang bokongmu keluar dari pintu.”
Kyu Hyun tak percaya Hyun Hae mengucapkan kata-kat nakal seperti itu. matanya membola dan Hyun Hae sangat suka melihatnya. “Kau berbakat dengan mulut pintarmu itu, sayang.”
Hyun Hae tertawa, ia menarik belakang kepala Kyu Hyun mendekat ke bibirnya. “Dan mulut pintarku akan semakin pintar jika berada pada tempat-tempat yang diinginkan,” bisiknya serak.
Demi sepotong coklat. Kyu Hyun rasa dia akan meleleh jika Hyun Hae terus mengucapkan kata-kata semacam itu padanya. Ia tak ingin membuat dirinya menjadi pertama yang terkuras tenaganya. Tapi, jika Hyun Hae terus berbuat seperti itu maka besar kemungkinan Kyu Hyun lah yang akan meraih kenikmatan pertama.
Untuk membungkam Hyun hae, Kyu Hyun memilih menciumnya dengan keras dan liar. Menciptakan ritme erotis dari setiap suara bibir yang beradu. Selalu melibakan lidah yang ingin menunjukan siapa yang akan menjadi pemenangnya.
Kyu Hyun memperoleh banyak keuntungan ketika Hyun Hae masih mengenakan setelan formalnya untuk berkerja. Ia menyingkap rok milik Hyun Hae keatas dan menelusuri kulit Hyun Hae dengan tangannya. Mendadak ia ingat sesuatu, dan sesuatu itu mengundang tawa Kyu Hyun keras-keras.
Hyun Hae memegang kedua bahu Kyu Hyun untuk melihatnya. “Ada apa?”
Kyu Hyun masih tertawa. Ia memberi isyarat dengan dagunya untuk melihat posisi mereka dan baju yang mereka kenakan. “Kita seperti akan syuting video porno berjudul seorang bos memperkosa asistennya.” Dan ia tertawa lagi.
Tawa Kyu Hyun menular, Hyun Hae mengiyakan dengan mengangguk.
Well, cukup dengan tertawa. Kini tangan Kyu Hyun kembali beraksi untuk memenuhi obsesinya. Melihat Hyun Hae tanpa sehelai kain yang menutupi tubuhnya.
Tangan Kyu Hyun masih berada di bawah Hyun Hae ketika ia menggerakan jarinya sedikit lebih keatas, menggoda Hyun Hae dengan jari-jarinya yang panjang dan panas. Melakukan gerakan tangan yang Hyun Hae tak tau bagaimana bisa Kyu Hyun lakukan. lekukkan jemari Kyu Hyun serasa memanggil kenikmatannya untuk datang. Dan ketika Hyun Hae berteriak dan memohon untuk jarinya bergerak dengan cepat, ia sadar bahwa diirnya melihat lampu diatas menjadi dua atau lebih dari dua. Berkeringat dan lemas, Hyun Hae terengah-engah disana.
Kyu Hyun melepaskan celananya sendiri dan mendorong dengan kaki hingga terjatuh d lantai kamar. Kebutuhan akan Hyun Hae sudah pasti akan menjadi suatu kebutuhan bagi Kyu Hyun. jadi pada saat dirinya menegang dan panas, Kyu Hyun hanya bisa mencoba untuk perlahan dan tidak menyakiti Hyun Hae pada saat ia direnggang kan.
Mereka bergerak. Saling menyesuaikan. Saling menghangatkan. Ketika Kyu Hyun bergerak lebih pelan maka Hyun Hae akan membuatnya bergerak lebih cepat. tidak seperti pertama kali, Hyun Hae lebih berani mengeluarkan suara tertahannya dan jeritan nikmat yang dapat mengundang iri siapapun yang mendengarnya.
Kyu Hyun tak jauh berbeda, ia memejamkan mata untuk merasakan setiap inti terkecil didalam dirinya menguap dan siap melebur bersama Hyun Hae didalam sana. Saat perasaan nikmat itu kembali tercipta, Kyu Hyun membuat dirinya bergerak semakin cepat dan lebih cepat lagi hingga urat pada lehernya tercetak jelas. Tertahan beberapa menit sebelum ia menimpa tubuh Hyun Hae pelan dan lemas.
Mereka diam beberapa saat hanya mendengarkan suara kelelahan mereka.
Kyu Hyun teringat sesuatu, ia menggeser tubuhnya tanpa melepaskan kontak intim mereka, pergerakan itu membuat sesuatu dibawah sana ikut mendaptkan kejutan kecil dan Hyun Hae mengeluh. “Beritau aku jika ingin bergerak,” kata Hyun Hae sewot.
Kyu Hyun tersenyum simpul sembari mengelus-elus sebelah lengan Hyun Hae. Sementara sebelah tangannya meraih kotak berwarna biru shappire yang ada pada kantong celananya. Ia membuka benda itu tepat didepan wajah Hyun Hae yang bersemu merah. Sebuah cincin dengan satu berlian sederhana berukuran sedang melekat pada bagian depan cincin yang ada didalam kotak. Mata berlian itu diikat oleh emas putih yang membentuk lekukan rumit di bagian lingkarannya.
Satu tarikan napas panjang, Kyu Hyun berbicara serius. “Kim Hyun Hae, maukah kau menjadi yang pertama sekaligus yang terakhir menemaniku. Menjagaku dan memiliki banyak anak denganku. Merawatku ketika aku sakit. Memarahiku ketika aku salah. Mengomentari penampilanku ketika aku memakai pakaian norak. Memprotes seiap kelakuanku ketika aku bertindak berlebihan. Menyuapiku ketika aku malas makan. Memandikanku ketika aku kotor. Dan..”
Hyun Hae tak bisa menahan tawanya. Ia menjepit bibir Kyu Hyun dengan kedua jarinya. “Kau sedang melamarku untuk menikahimu atau melamarku untuk menjadi pembantumu? Memandikanmu disaat kau kotor? Oh, kata-kata semacam apa itu?”
Kyu Hyun mengambil jemari Hyun Hae dan mengecupnya. “Intinya, maukah kau menikah denganku?”
Hyun Hae merasa matanya memanas dan siap memproduksi lebih banyak air mta saat ini juga. ia tersentuh, sangat. Bahkan ketika Kyu Hyun melamarnya dengan konyol dan dalam keadaan telanjang dengan tubuh yang masih terhubung. Mencoba bermain-main, Hyun Hae membuat bibirnya cemberut. “Apa aku bisa berkata tidak?”
Kyu Hyun menegang, wajahnya berubah dingin. “Ini perintah, Haeya-ssi. Jadi kau harus menerimanya?”
Hyun Hae tertawa, ia mengangkat kepalanya dan mencium kecil ujung hidung Kyu Hyun. “Baiklah, Mr.Arrogant, aku bersedia.”
Ada suatu momen dimana seseorang begitu berharap bahwa waktu dapat terhenti dan mengabadikan suatu kejadian mengesankan lebih lama. Sama dengan Hyun Hae, ia hanya berharap waktu bisa berhenti dan membiarkannya merasakan kebahagian ini lebih lama lagi.
***
Berita menyebar layaknya virus. Kabar Kyu Hyun dan Hyun Hae yang akan melangsungkan pernikahan membuat keduanya menjadi topik terpanas di kantor dan beberapa majalah bisnis. Dan kabar itu sekaligus mematahkan tuduhan gay pada Kyu Hyun. awalnya Kyu Hyun sama sekali tak peduli, tetapi ketika Hyun Hae geram karena ia terus mendengar tentang Kyu Hyun yang menyukai pria, akhirnya Kyu Hyun mengambil tindakan. Mencium Hyun Hae tepat didepan seluruh karyawan ketika rapat sedang berlangsung.
See, Kyu Hyun sangat gila!
Hyun Hae sedang melihat pantulan dirinya di cermin. Ia tak sepenuhnya percaya bahwa wanita yang dibalut dengan gaun putih selutut itu adalah dirinya. Hyun hae membuat rambut panjangnya yang bergelombang tergerai hingga sebatas punggung. Kepalanya dihiasi mahkota kecil bertata berlian. Itu ibu Kyu Hyun yang memilihkannya. Wanita paruh baya itu ikut bersuka cita ketika Kyu Hyun mengatakan dirinya akan menikah. Untuk menyambut rasa bahagia, pesat pernikahan itu akan diatur meriah oleh ibunya dan Kyu Hyun tak bisa menolak.
Tersenyum, Hyun Hae melihat cincin yang ada pada kedua tangannya. Tangan kanan pada jemari manisnya melingkar cincin yang Kyu Hyun berikan untuk melamarnya, sedangkan tangan kiri pada jemari manisnya melingkar cincin yang Kyu Hyun pakaiakan setelah upacara pernikahan yang telah selesai mereka ucapkan. Kebahagiaan bertubi-tubi yang ia terima membuat relung hatinya menghangat. Bagaimana dia merasakan saat berjalan menuju altar yang didampingi ayahnya. Melihat para tamu dan keluarga yang memenuhi seluruh ruangan dan ikut merasakan bahagia. Ketika Kyu Hyun menciumnya di atas altar dan mencoba menggodanya lebih. Ini seperti magic, Hyun Hae bahkan tak pernah bermimpi untuk bisa menikah dan menerima kebahagiaan sebanyak ini.
“Semua orang sedang mencari pengantin wanita yang kabur,” kata Kyu Hyun yang entah kapan datangnya dan langsung memeluk Hyun Hae dari belakang. Ia memandangnya mata Hyun Hae dari pantulan kaca dengan seulas senyum tipis. “dan jika kau berniat untuk kabur mungkin kau bisa mengajakku, kamar di hotel ini cukup bagus dan nyaman.”
Hyun Hae menyandarkan tubuhnya pada dada Kyu Hyun dan menggeleng pelan. “Tidak sekarang, Kyu. Ibumu akan menggedor kamar kita bahkan ketika kita belum selesai melecuti pakaian masing-masing,” ucap Hyun Hae melucu.
Kyu Hyun tertawa. “Jadi, apa yang sedang kau lakukan?”
“Tidak ada. Hanya sedikit heran kenapa aku berubah lebih gendut bahkan mendekati hari pernikahan kita. Gaun ini terasa sedikit sempit.”
Kyu Hyun menujuk-nunjuk pipi Hyun Hae dengan jari telunjuknya. “Tidak perlu cemas. Aku sangat senang dengan kau yang bertubuh tidak ramping. Kau hangat jika dipeluk.”
Hyun Hae menjulurkan lidah untuk mengejeknya lewat kaca. “Rayuanmu sedikit klasik, sayang.”
Kyu Hyun merengut. “Well, aku hanya mencoba merayu. Nyatanya tidak berhasil, ya?” melepaskan pelukannya, Kyu Hyun menggengam tangan Hyun Hae. “Ayo, keluar dan aku akan menunjukan betapa bahagianya aku hari ini,” lalu mereka keluar dari pintu itu menunju ruangan pesta.
Ada Jang Wook, Seung Mi dan beberapa keluarga dekat Kyu Hyun sedang berbicra dalam bentuk setengah lingkaran. Jika dilihat dari cara mereka tertawa dan mengacungkan gelas keatas wajah untuk saling beradu pelan sebelum diminum pastinya mereka sedang terlibat obrolan seru,. Kyu Hyun membawanya kesana, untuk ikut bergabung dan berbicara banyak basa-basi.
Seung Mi menejerit kecil ketika Hyun Hae berjalan dan berdiri disampingnya. Ia menggoyangkan lengan Hyun Hae. “Kau pengantin wanita tercantik yang pernah aku lihat,” pujinya bukan main-main.
Hyun Hae tertawa, ia ingin mengucapkan sesuatu ketika ibu Kyu Hyun datang membawa sepiring beef rolls untuk dicicipi. “Silahkan,” kata ibu Kyu Hyun bersemangat dengan menyodorkan piring itu kedepan mereka.
Hyun Hae merasa dia akan tercekik oleh rasa mual yang bergejolak di perutnya. Sedikit limbung, Hyun Hae berusaha untuk tidak membuatnya bodoh dengan pingsan dilantai. Dan ketika dorongan untuk muntah tak lagi dapat ditahan, Hyun Hae membekap mulutnya dengan sebelah tangan hingga menimbulkan suara tertahan. “Heuk...”
Semuanya terdiam. Mereka berhenti berbicara dan terfokus pada Hyun Hae.
Hyun Hae juga diam. Ia menyapu seluruh pandangannya ke mereka dan, “Heuk…” suara itu keluar lagi.
“Oh, tidak.”
“Asataga.”
“Kim Hyun Hae.”
Mereka berbicara serempak dan juga kaget.
Kyu Hyun seperti suami siap siaga, ia terlihat cemas dan melingkarkan lengannya untuk membantu Hyun Hae menahan beban tubuhnya. Guratan kekhawatiran terlihat jelas ketika ia bertanya, “Kau tidak apa-apa?”
Hyun Hae menggeleng.
Jang Wook terkekeh dan menepuk pelan bahu Kyu Hyun sebelum berbisik. “Berapa kali kalian melakukannya? Sialan, Kyunnie, kau akan menjadi pabrik pembuat bayi.”
Kyu Hyun dan Hyun Hae merasa diri mereka tak lagi dapat mengerti apa yang terjadi. Tapi ketika Ibu Kyu Hyun mengusap air matanya dan maju memeluk Hyun Hae, mereka tau satu hal.
Dalam waktu sembilan bulan kedepan akan ada tangisan bayi didalam keluarga kecil ini.
No comments :
Post a Comment