Litle Thing Called Love

  No comments
Litle Thing Called Love “Romance Twilight” [HAESICA FF]


Title          : Litle Thing Called Love “Romance Twilight”
Author  : Www.Facebook.Com/Tatikafransmorona Follow Juga @Tha_Tika29
Cast           : Lee Dong Hae, Jessica Jung
Genre       : Romance
Type         : Oneshoot
Disclaimer : Cuma mau ngomong... maap kalo gaje, ranjau typo masih bertebaran menyiksa mata para readers semua... dan lain-lain... jangan lupa UNTUK LIKE AND COMMENT #capslockjebol... bantu like page ini ya... www.facebook.com/gorjesso jebal... T.T
Happy reading!!!!!!!!!!!!!!!! ^ ^
Langit mulai berubah kemerahan sejak bebarapa menit yang lalu. Membawakan kabar pada dunia bahwa matahari telah selesai dengan pekerjaannya hari ini. Membawa pula kabar pada bulan untuk segera muncul dari tidurnya siang tadi. Namun, setengah tubuh dari matahari itu masih nampak,  sengaja membuat pergantian jamnya tak terasa begitu cepat karena dengan ini matahari akan membawa sebuah pesan kerinduan dan memancarkan kehangatan yang menghanyutkan bagi siapapun yang memandangnya.
Matahari itu juga masih enggan pergi, karena sibuk bercengkrama dengan dua insan yang duduk di tepi pantai ini, dengan bibir yang sama-sama tertutup. Kaki mereka dibiarkan tersentuh hangatnya gelombang air laut yang menyentuh lembut kulit mereka. Senja ini membawa mereka terhanyut dengan argumen dan persepsi mereka yang masih bertolak belakang supaya bisa untuk direnungkan kembali. Tak berani untuk sekedar berucap dalam kehangatan sisa-sisa sinar matahari yang menengangkan ini.
Kelembutan angin musim semi mengabarkan mereka tentang sebuah arti perdamaian. Bagaimana kesejukan sebenarnya tak terlalu susah untuk dibentuk sempurna. Hanya tinggal keeogisan mereka yang harus mereka tepis jauh-jauh untuk menciptakannya. Namun, begitu sulit jika itu yang harus mereka lakukan.
“hahhhh.....”
Gadis ini pun hanya menghela nafasnya panjang. Mencoba mereset ulang pikirannya supaya lebih segar, setidaknya untuk berpikir jernih tentang masa depannya dengan pria ini sekarang. Gadis ini menekuk lututnya dan memandang jauh kearah matahari yang belum berpindah diujung lautan sana. Seolah matahari masih betah mendengar pertanyaan-pertanyaan egois mereka, mendengar keluh kesah mereka, dan mencoba menemani merka yang haus akan kehangatan sebuah perdamaian, untuk beberapa hari ini.
Pria disebelahnya hanya diam tak bereaksi apapun dengan helaan nafas gusar gadis disebelahnya. Ia sendiri masih berputar dengn pertanyaan-pertanyaan egoisnya. Apa dirinya salah memiliki pertanyaan-pertanyaan egois ini?
Tentu saja tidak! Namun, jika ini diteruskan, mungkin tak ada lagi yang bisa diselamatkan. Dan hanya akan ada sisa-sisa penyesalan yang harus mereka temui nantinya.
“ya! Kau mau kemana?” tanya pria ini, menahan gerak gadis disebelahnya yang hendak beranjak dari duduknya.
“ada ombak besar, oppa..” jawab gadis itu, masih mencoba melepas tangan kekar pria ini dilengannya.
“biarkan saja.” Ujar pria ini pelan, namun tangannya masih kuat menahan lengan gadis itu hingga gadis itu tak dapat beranjak sedikitpun dari posisi duduknya kini.
“ya! Kita bisa basah, oppa...” jelas gadis ini, meminta sedikit keringanan atas keegoisan pria ini mengajaknya bertahan didepan ombak besar yang mulai datang.
BYURRRR...
“ya! Oppa, kau lihat ini...kita basah kuyup...!” pekik gadis ini, berhasil ia berdiri dari posisi duduknya. Namun tentu saja setelah ombak besar itu berhasil menghantam baju keringnya. Sedangkan pria ini hanya terkekeh geli melihat gadis itu hanya bisa menggeleng frustasi saat ini.
Bibir mungil gadis itu tak henti-hentinya mengumpat kesal atas kelakuan pria itu. tangannya msih sibuk membersihkan butiran-butiran pasir yang menempel dibajunya.
“ini semua gara-gara kau, oppa!” umpat gadis ini. ia mendorong kecil bahu kekar pria ini. namun tak berpengaruh sedikit pun pada pria ini. malah sekarang, gadis itu yang kewalahan karena tangannya berhasil ditahan oleh tangan kekar pria ini lagi. Dan juga membuat hati gadis ini kalang kabut menerima perlakuan pria ini yang tiba-tiba.
“wa..wae?” tanya gadis ini gugup. Bagaimana tidak, jarak mereka akhirnya kini semakin sempit karena pria ini sengaja menggeser posisi duduknya. Apa lagi kini pria itu menatap sendu dirinya. membuat hatinya bergemuruh tak tenang.
“berjanjilah..” ucap pria ini. mengelus lembut kedua tangan gadis ini. dan membuat semacam aliran listrik yang merangsak cepat menyalur kedalam tubuh gadis ini.
“ber...berjanji untuk?” tanya gadis ini, sialnya ia benar-benar payah. Bibirnya pun harus ikut bergetar menahan gugup.
Tak cepat pria itu menjawabnya. Ingin sedikit mempermainkan gadis didepannya ini. memandangi wajah gadis ini. mulai dari dahinya, yang membuat ia harus menahan nafsu supaya tidak mengecupnya beberapa hari ini. hidungnya, yang membuat pria ini selalu bersusah payah menahan rindu helaan nafas setiap melam ketika gadis ini tidur didalam pelukannya. Lalu bibirnya, yang juga harus membuatnya nyaris mati karena menahan rindu ciuman selamat pagi dari gadis ini.
“berjanjilah bahwa ini adalah pertengkaran terakhir kita...” tutur pria ini. semakin menatap sendu mata indah gadisnya.
“andwe! aku tak akan berjanji untuk ini....” ujar gadis ini. menatap garang pria didepannya yang kini terperangah tak percaya mendengar ujaran gadis ini.
“ya! Kenapa begitu, eoh?” protes pria ini.
“memangnya kau ini siapa, beraninya mengaturku untuk mengucapkan janji seperti itu, hem?” tanya gadis itu, tanganya kini ia lipat didepan daadanya. Matanya seolah mengintimidasi pria didepannya yang terlihat frustasi.
“hmmm...ayolah...aku tahu, aku salah...tapi haruskah kita bertengkar terus seperti ini?” pinta pria ini. wajahnya memelas menandakan pria ini sudah menyerah dengan pertengkarannya dengan gadis ini yang sudah beberapa hari ini berlangsung.
Gadis ini pun mati-matian menahan tawanya yang hampir meledak melihat wajah pria ini yang tengah memohon maaf padanya. Ia juga ingin melihat seberapa bersalahkan pria ini mengakuinya. Dan ternyata gadis ini malah terlanjur ingin mengerjai pria ini. ckckck..
“aku memafkanmu oppa...” ucap gadis ini akhirnya. dan sontak membuat pria ini mendongakkan kepalanya cepat. Mencerna ucapan gadis ini yang hampir hilang terbawa angin.
Sedetik kemudian pria ini sudah menarik tubuh mungil gadis ini kedalm pelukannya. Memaksa gadis itu merasakan kebahagiaan yang sudah sejak tadi tertahan didalam dirinya. dan juga merasakan kelegaan bisa mendengar ucapan gadis ini.
ya, benar-benar lega. Pikirnya.
Pria ini melepaskan pelukannya karena gadis ini sudah memberontak kehabisan nafas. Tangan pria ini, kini menangkup kedua sisi wajah gadis ini. membuat mereka saling memandang satu sama lain dengan hangat. Dari pandangan itu, seolah pria ini tengah berkata bahwa ia sangat senag bisa dimaafkan oleh gadis ini. dan bersedia melanjutkan hubungan mereka hingga akhir hayat nanti.
“gomawo, saranghae...” ujar pria ini pelan namun penuh tekanan disetiap katanya. Manyiratkan pesan bahwa ia serius dengan ucapannya.
“nado saranghae...” jawab gadis ini. dengan senyum sumringah yang tercetak diwajah cantiknya itu.
Dibawah sisa-sisa langit merah itu. sebuah pertautan cinta akhirnya terjadi juga. Setelah beberapa hari ini mereka harus terperangkap oleh ego masing-masing. Membuat mereka tak bisa berpikir jernih apa yang harusnya mereka lakukan untuk menyelesaikan masalah mereka itu. dan hampir saja, semua itu berakhir dengan kata perceraian, yang sebelumnya tak pernah sedikitpun terbanyangkan. Dan setelah ini mereka telah mantap berjanji, untuk tetap bersatu apapun yang terjadi sesuai janji suci mereka didepan pendeta 1 tahun yang lalu.
Senja telah menghangatkan hati mereka yang membeku. Dan mereka berterimakasih untuk ini. berterimakasih pada tuhan yang masih mengizinkan mereka berjalan kembali pada jalan yang sebenarnya. Sebuah jalan yang dinamakan “cinta”.
Romance Twilight  | Gorjesso
“trimakasih atas kerja baimu hari ini, donghae-ssi..”
Ucapan inilah yang sedari tadi donghae dengar dari setiap orang yang berlalu lalang disekitar sofa yang didudukinya. Ia tengah berrsantai setelah seharian menjalani pekerjaannya. Dilihatnya kesekelilling, diujung sana masih beberapa orang sibuk membereskan kamera-kamera yang seharian ini dipakai untuk merekamnya. Lalu disisi lainnya, donghae melihat seorang gadis tengah duduk didepan meja rias yang cerminnya dikelilingi lampu-lampu oranye ditepinya. Gadis itu tengah sibuk dengan kapas ditangganya yang ia gunakan untuk menghapus make-up yang menempel diwajah cantiknya. Walau sebenarnya, menurut donghae, gadis itu tetap sama saja cantiknya tanpa make up sekalipun. Ya, dia telah terpesona dengan gadis ini.
Gadis dengan postur tubuh mungil. Rambut pirang yang terurai panjang hingga punggunya. Dan namanya adalah jessica jung. Wanita yang sudah membuatnya jatuh hati saat pertama kali sutradara  hong memperkenalkan lawan mainnya dalam filmnya kali ini. ya, film.
Hari ini adalah hari terakhir donghae dan jesica memerankannya. Ya, adegan dipantai itu adalah scene terakhir mereka, scene yang sangat romantis, bukan? Betapa inginnya donghae jika semua ini bukanlah sebuah cerita hasil imajinasi penulis scenarionya. Tapi hasil dari catatn tuhan untuknya. Ya, ia ingin tetap jessica berada disampingnya. Setidaknya jessica bertanggung jawab atas sebuah perasaan yang sudah membuncah hebat didalam dada donghae sebulan ini.  menjalani 1 bulan memerankan sebuah tokoh sebagai suami jessica. Ya, andai ia benar-benar menjadi suami jessica.
Sebelum langkahnya ia lanjutkan, seseorang telah datang lebih dulu menghampiri jessica yang telah selesai dengan kapas-kapas itu. membicarakan sesuatu yang tentu saja didengar oleh donghae karena posisi berdirinya tak jauh dari mereka. ia mendengar bahwa seseorang telah menjemput jessica.
Kenapa bisa tepat sekali ia datang menjemput jessica. Batinya, dengan senyuman miris sebagai expressi hatinya saat ini.
Dan hal itu benar-benar meruntuhkan sudah keberanian donghae yang sekedar ingin mengantarkan jessica pulang bersamanya. Ya, karena mana mungkin gadis secantik jessica akan dibiarkan pulang sendirian. Dan tentu saja kekasih jessica pun tak membiarkan itu terjadi. Bahkan sangatlah tepat waktu, diamana donghae akan menawarkan bantuan itu. sungguh miris memang, ia mencintai gadis yang telah dimiliki oleh orang lain, bahkan jauh sebelum donghae mengenal jessica.
“eoh...donghae-ssi...” ucap jessica saat menyadari donghae berada dibelakangnya.
Donghae hanya tersenyum menjawabnya.
Jessica menghampiri donghae, dan segera mengulurkan tangannya. Donghae membalas uluran tangan itu. tangan yang setengah jam yang lalu masih ia genggam sebagai istrinya, dalam scenario.
“trimaksih atas kerjasamamu selama sebulan ini, kau benar-benar hebat, donghae-ssi... aku banyak belajar ber-akting darimu... dan maaf karena aku tak bisa ikut berpesta merayakan film kita... aku harus segera pergi karena kyuhyun telah menjemputku...” jelas jessica, diakhir kalimatnya terdengar nada penyesalan.
“ne, gwechana...” ujar donghae, berpura-pura semua baik-baik saja.
“baiklah, aku pergi dulu. Anyeong...” ucap jessica, ia melambaikan tangannya pada donghae dan berlari menjauh dengan raut gembira. Berbeda dengan donghae yang masih berdiri mematung ditempatnya, melihat wajah gembira jessica yang telah pergi dengan seorang bernama kyuhyun, cho kyuhyun. Ya, itu nama kekasih jessica.
Sebagai pria, tentu saja ia merasa kesal dan cemburu.  Merasa iri karena jessica benar-benar mencintai kyuhyun, mungkin jika sejak dulu ia mengenal jessica, mungkin ia adalah pria paling beruntung yang mendapatkan jessica. Dan lagi-lagi itu hanya “andai”.
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
Semburat merah masih tersisa untuk Donghae tetap melanjutkan perjalanannya. Duduk sendirian didalam mobil audi hitamnya, yang melesat dengan kecepatan sedang menyusuri jalanan sepi pantai  ini. sisa-sisa warna merah itu akan mengantarnya menuju seoul dan meninggalkan pulau jeju yang penuh kenangan ini. kenangan 1 bulan bersama jessica adalah hal yang pasti akan membuatnya terkenang dengan tempat ini. walau itu tak lebih dari sebuah tuntutan skenario dari penulisnya. namun, setidaknya selama sebulan ini juga ia telah merasakan bagaimana menjadi suami jessica. Merasakan bertengkar denggannya, dan bahkan merasakan hal manis dari gadis itu. contohnya seperti di scene terakhir mereka tadi. Itu adalah adegan dimana ia mencium bibir jessica, dan itu lumayan lama.
Hah...seharusnya ia dapat berakting buruk saat itu, sehingga adegan itu bisa diulang-ulang. Pikirnya.
Namun sekali lagi, ia hanyalah sebuah tokoh dari imajinasi penulis untuk berperan sebagai suami jessica, yang menawarkan penjagaan, kasih sayang, dan cinta. Walau didunia nyata pun ia juga sudah siap menawarkan  semua itu pada jessica, bahkan rela mati sekalipun.
Cukup bersyukur ia pernah mengenal gadis ini, seorang gadis ang telah membuat hatinya terbolak-balik saat ini. dan disaat ini pula, tak ada keputusan yang tepat untuk hatinya yang tetap berpihak pada jessica. Donghae akan tetap menjalani harinya dengan jessica didalam hatinya, membiarkan waktu yang akan mengikis perasaan ini. walau ia sendiri tak yakin, waktu bisa melakukannya, jika ia sendiri tak menyetujui melakukannya.
“saranghae, jessica....” gumam donghae, mengucapkan rangkaian kata yang seharusnya bisa ia ucapkan didepan jessica. Karena setidaknya jessica tahu tentang perasaannya ini.
“Glücklich ist einer, der sich bei Sonnenuntergang über dia aufgehenden Sterne freut. (Kebahagiaan adalah suatu perasaan, seperti kegembiraan menyambut hadirnya bintang-bintang manakala matahari terbenam)”― Adalbert Ludwig Balling

 Disebut kebahagiaan bila kita masih dapat mensyukuri hal-hal kecil disaat segala kegemerlapan telah berlalu.

Little Thing Called Love "ROMANCE TWILIGHT" A Fanfiction by Gorjesso@2013 All Right Reserved


END
Ginama? Ada yang terjebak kah? Silahkan coment bagi yang merasa telah terjebak... #tawabangga wkwkwk...

No comments :

Post a Comment