Why You to be Cruel
Why You ti be Cruel
Author: Tamara Kim / @SheFly_Out17
Cast: Lee Min Ho, Im Yoona
Catagories: Horor, Thriller, NC
Tags: Yoona, Lee Min Ho
Happy Reading
~^0^~
Ahhhhh~
Min Ho membanting tubuh tanpa busana Yoona di kasurnya. Matanya sudah tertutup oleh nafsu, sedangkan lawan mainnya sudah meronta2 ingin di lepaskan. Yoona bersusah payah menghindari ciuman panas dari Min Ho tapi persetan dengan langit dan bumi ia selalu terlena dengan ciuman itu, berkali2 ini menahan desahannya tapi tetap saja desahan itu mengiyaknya untuk mengluarkan panggilan alam ini #??. Min Ho menciumi bahu kecil Yoona dengan decakan yang terus terdengar, sebenarnya Yoona merasa jijik dengan semua ini, bagaiamana tidak. Min Ho adalah orang yang menyakitinya selama ini. Bermodal paras lemah lebut, dan hati bagai serigala ia menarik Yoona hingga jatuh ke dalam pelukannya hanya untuk nafsu yang mendorongnya untuk kelainan yang hinggap dalam diri Min Ho.
Min Ho masih dalam keadaan lengkap, bersepatu dan masih menggunakan rompi hitamnya, Yoona mengeluarkan keringat dingin yang sedari tadi mendorong Min Ho untuk menjauh darinya. Berkali2 Yoona berteriak kebebasan tapi berkali2 juga ia mendapat balasan gigitan ganas di leher, bahu ataupun perutnya. Hingga Min Ho kini tak sabar dan..
PLAKK!!
Min Ho menampar Yoona sekeras mungkin, mata Yoona memerah menahan tangis. “Dengar sayangku. Aku tak akan menyakitimu kalau kau tak menolakku, arasso!!”, bagai Yoona, Min Ho saat berbicara seperti itu pastilah tak perkipir apa yang ada di lawan bicaranya, yang sedang menutupi rasa takutnya dengan menahan tangis setelah di tamparnya tadi.
“Jeball~ lepaskan aku tuan!!”, Min Ho membulatkan matanya, baru kali ini ia di panggil tuan, kemana panggilan manja untuknya? Jagi? Baby? Sayang? Honey? Bunny? Sweety? Di jajarkannya wajah innocent Min Ho dengan wajah merah Yoona, “Kenapa kau memanggilku tuan, huh?”, tanyanya merasakan kehilangan mendalam. “Bukannya kau yang memberikan nama itu untukku??”, lanjutnya lagi. “ODIGAAA!!”, Min Ho kini berteriak di depan Yoona dengan mengguncang2kan badan rapuh Yoona. Yoona hanya dapat menahan tangisnya yang membludak dan lagi2 bibir kecil Yoona hanya menutup rapat.
Tangan Min Ho merogoh pelan saku rompi hitamnya, setelah mendapatkan apa yang ia cari dengan segera mengeluarkannya. Cahaya dari lampur kecil di kamar Min Ho membuat benda itu berkilat tajam di depan Yoona, senyum Min Ho berkembang cerah melihat itu tak sebalik dengan Yoona.
“Kau tak ingin bukan benda ini merusak kulit babymu ini bukan??”, tanya Min Ho sambil menyusuri lekuk wajah Yoona dengan benda yang ia ambil dari sakunya. Yoona bergidik, bahunya bergetar, benda itu menyentuh kulit rahangnya dingin, sungguh menegangkan. Dengan cepat Yoona menggeleng menjawab pertanyaan Min Ho.
“Pintar. Kalau begitu, panggillah nama manisku, sekarang!”, perintahnya yang tak henti2nya memain2nya benda itu di lekuk wajah Yoona. Ia tercekat, Yoona tak sudah memanggil nama manis itu, itu nama setan yang ada di dalam otaknya baru2 ini. Ia kembali menangis.
“Ya! Siapa yang menyuruhmu menangis, huh?”,
SRETT!!
Benda tajam nan mengkilat itu merusak wajah porselan Yoona tepat di bagian rahangnya. Yoona meringis kesakitan dengan menggengam erat rompi hitam Min Ho. Air matanya makin deras, Min Ho tersenyum kembali sambil menghisap darah segar yang mengalir dari rahang Yoona. “Sweet!”. Setan ubi jalar, berkali2 Yoona melontarkan sumpah serapahnya pada Min Ho walau desahan selalu berseling dari mulutnya.
Min Ho menyedot kuat rahang itu dan sesekali menjilat luka cukup panjangnya. Yoona mendesah kecil sambil menggigit bibir bawahnya, ia merasakan lagi sesuatau yang basah di bawah sana. DAMN!
Yoona menjambak rambut tebal Min Ho demi mengurangi rasa sakit di rahangnya. Merasa Min Ho tak mengutatkan ciumannya di rahangnya ia bergeliat mendorong Min Ho. Merasa Yoona memberontak lagi, ia segera melumat habis bibir titpis Yoona dan tentunya penolakan keras berlaku kembali untuknya.
Arghhh~
Yoona menggigit ujung lidah Min Ho dan terlihat di sudut2 bibir Min Ho mengalir darah. “Apa yang kau lakukan?”, tanya Min Ho sambil mengecek lidahnya yang terasa panas. Yoona segera mendorong Min Ho yang terlihat oleng saat itu, berusaha turun dari kasur besar itu, kakinya kini telah berpijak pada lantai, ia menuju ke pintu itu tanpa melihat ke belakang lagi, takut apa yang akan terjadi padanya.
BRAKKK!
Belum sempat Yoona meraih ganggang pintu itu, tanganya di tarik kembali dan membalik badannya, di dorongnya tubuh kecil Yoona hingga terdengar suara debuman yang cukup keras. “Mau kemana kau, huh? Beraninya kecoa kecil ini menghindar dariku!”, terdengar dari logat Min Ho yang benar2 marah pada Yoona, tangan Yoona yang terkunci rapat. Perlahan tangan Yoona diangkatnya dan lagi2 dalam keadaan terkunci. Entah dari mana pisau lipat itu sudah ada di tangannya kembali. Dengan lembut pisau itu menyisir pergelangan tangan Yoona, ia meringis kembali tapi Min Ho dengan sigap mengunci bibir Yoona.
Aaaaaa!!
Lengkingan itu terdengar kembali. “Indah! Sangat indah suaramu, baby!!”, puji Min Ho dengan tersenyum lebar. Di jilatnya lagi darah yang ada di tangan Yoona. Perlahan pening di kepala Yoona mendera kembali, ia tak kuat tapi masih dapat bertahan dalam keadaan sadar. Tanpa ia berpikir panjang kepalanya sudah bersandar di pundak Min Ho, empu yang memilki pundak itu hanya dapat tersenyum, ia sepertinya telah mendapatkan kemenangan dari gadis yang sangat sulit di taklukan dari gadis2 yang lain.
Min Ho menggendong tubuh Yoona, dengan kepala yang terasa berat Yoona hanya dapat menuruti apa yang akan di lakukan Min Ho selanjutnya, ia merasa terlalu lelah untuk memberontak kembali.
Dilentangkannya tubuh Yoona yang berbanjir bercak darah di mana2, bibirkan terlihat biru dengan badan yang sedikit bergetar, matanya cukup saja untuk malam yang sedini ini.
“Kenapa kau tak mematuhiku, sayang?”, tanya Min Ho dengan mulut serigalanya, Yoona hanya membuang tatapannya dan menglihat keluar jendela di luar sana. Ia merasa sekarang dirinya makhluk paling hina di dunia ini.
PLAKK!
Tamparan sengit menghujaminya lagi. Tangan kekar Min Ho mengarahkan kepala Yoona untuk menatapnya. “Apakah ibumu tak mengajarkan sopan santun saat berbicara dengan orang?”. Yoona tak menjawab, hanya deru nafas amarahnya yang terdengar, “Aa~ aku ingat kembali, bukannya ibumu sudah tewas? Dibunuh sendiri dengan tamu langgangannya sendiri? Bersenang2 setiap malam seperti ini?’, Min Ho menyindir perasaan Yoona paling dalam dengan memaju mundurkan pinggulnya. Yoona yang pertama ingin marah kini menjawab dengan desahan saat kain celana Min Ho yang digunakannya bergesekan dengan vagina milik Yoona yang merah muda dan mengkilat itu.
~^0^~
Entah sejak kapan pakaian Min Ho sudah lenyap dari empunya, Yoona dengan tubuh makin parah akibat tusukan di mana2. Terlihat jelas di bagian vaginanya yang baru saja di kocoknya kasar dengan genggaman pisau lipat itu.
“Hentikan!! Hentikan!!”, pintu Yoona memohon. Hanya kata2 itu saja yang dapat ia keluarkan, tak ada yang lain. Tapi hanya senyuman Min Ho saja yang dapat ia terima, dengan sangat lembut lidah Min Ho menyusuri dari kening Yoona. Mengusap semua peluh Yoona, walau rasa tak karuan berada dalam pengecapnya tapi ia cap sebagai rasa tersedap dari pada kecap sedap dan bahan penyedap lainnya.
Lidahnya turun menuju hidung mancung Yoona, dan lagi2 empunya hanya menggeliat keenakan tapi semua terhenti saat merasakan di bawah sana bergerak menusuk vaginanya. Yah di dalam vaginanya masih terdapat gagang pisau itu. Sakit? Tidak perlu di pertanyakan, ini sudah terlihat mengerikan.
Kini lidah mereka saling beradu, demi apa lagi ini? Demi kacang polong? Ubi jalar? Kerbau liar? Kenapa saat ini Yoona dapat membalas semua kecupan di bibirnya. Terasa asing memang akibat darah dari lidah Min Ho yang terluka dan darah dari penulusuran lidah Min Ho pada badannya.
Sangat lembut, bahkan lebih dari kain terlembut di dunia, Min Ho mengeluarkan gagang pisau itu dari vagina Yoona, baru kali ini ia merasakan kenikmatan miss.Vnya padahal sedari tadi ia hanya berteriak kesakitan di ruangan yang terbilang cukup mewah tapi mengerikan.
Min Ho melepaskan kecupannya di bibir Yoona, di lijatnya bibir kecil Yoona yang sangat biru dan pucat, matanya tersidah bahwa sebentar lagi ia akan menangis darah.
Sebelum waktu berakhir, Min Ho dengan kasar memasukkan juniornya ke dalam vagina Yoona. ARGHH!!! Lagi2 sura itu mengalir lembut dari bibir Yoona. Min Ho melenguh lagi, menikmat cengkraman di dalam vagina Yoona yang bergedut keras, darah segar terasa mengalir dari vaginanya. Sakit? Bukan main.
“Berfikirlah saat ini kau ada di surga, Sweety!”, ujar Min Ho lembut, Yoona hanya memandang Min Ho sebentar dan..
CUIH!!
Yah, Yoona meludahi wajah Min Ho keras, bejat, dan pelecehan. Hey, bukannya Min Ho juga sudah melakukan ini padanya?
Min Ho memandang Yoona geram, dengan cepat Min Ho memaju mundurkan juniornya, cepat, sangat cepat. Bukan desahan yang terdapat dalam diri Yoona melainkan tangisan perih dalam dirinya, biasanya ia sering cepat terasangsang tapi kali ini tidak. Ia menangis sejadinya, meliuk2kan tubuhnya. Entah sejak kapan Min Ho berhenti dan melepaskan juniornya, ia pikir sekarang akhir dari segalanya, ia merasakan air matanya sudah mengering. Ia tak dapat mengeluarkan air matanya kembali.
Min Ho memutar tubuh Yoona, di angkatnya pinggul Yoona dan terlihat kini ia menungging tanpa aba2 ia memasukkan kembali Juniornya tanpa jeda ia memaju mundurkan kembali dalam liang sempit Yoona.
Yoona berteriak sejadinya, seprai putih berbercak darahnya ia remas kuat, bagaikan anjing liar kini tubuhnya, kotor, sangat kotor. Bahkan air sucipun tak sudi menerimanya.
Junior Min Ho berkedut, ia berharap kembali ini sudah berakhir, tapi tidak. Lagi2 Min Ho mengeluarkan juniornya. Di tariknya Yoona dari kasur itu dan menghimpitnya di antara dinding, Min Ho melakukan hal itu sama seperti tadi, Yoona merasa kewalahan pandangannya sudah muali berkunang, berkali2 ini mengeluarkan cairannya, tapi tidak dengan Min Ho.
Yoona mengeluarkan lenguhan panjang, dalam keadaan berdiri, ia sudah hampir mencapai 4 kali tapi Min Ho tidak.
Ia sepertinya mulai kelelahan, Yoona tak kuat lagi. Tapi Min Ho memangsa Yoona tanpa ampun, di tempelkannya vagina Yoona pada jajaran tangan sofa di kamarnya itu. Sehingga ia harus memegang jajaran tangan sofa di sebrang sana, kali ini ia menunggung kembali, Yoona berteiak kembali untuk kesekian kalinya saat cairannya keluar lagi.
Min Ho?? Ia terus menggenjot juniornya, sudah berkali2 ia melakukan gaya yang berbeda tapi tak sedikitpun cairannya keluar, hingga ia kini memasukkan pada hole belakang Yoona, dengan sekali hentakan dan tanpa ampun Min Ho menggenjot, ia merasakan ada yang aneh dari Yoona. Tak ada lagi desahan dari bibirnya, tapi ia tak berpikir kembali dan dengan cepat, semakin cepat ia menggenjotnya hingga bermilyaran spermanya memenuhi hole Yoona yang sedang menungging lemas dan rapuh.
Min Ho mencabut miliknya dari hole Yoona, di baliknya tubuh Yoona dan kini terduduk di kursi sofa itu. Dadanya tak naik turun, tangan Min Ho memegang leher Yoona, tak ada denyutan. Senyum mengembang sekali lagi. “Seksi”, gumam Min Ho. Di angkatnya tubuh Yoona menuju kamar mandi. Mencelupkannya dalam bak mandi yang berisikan air. Di guyurnya badan Yoona dengan air mengalur dari shower.
“Ck, aku tak habis pikir, saat matipun kau masih terlihat seksi, baby!!”, puji Min Ho. Terlihat bersih kini, di angkanya tubuh putih pucat Yoona dari bak mandi itu dan memasukkannya kembali pada bak mandi lagi satunya. Entah sejak kapan Min Ho menyiapkannya, bak mandi itu terdapat cairan semen, ia mencelupkan badan Yoona dan mulai membentuk badan Yoona dengan semen itu.
~^0^~
Min Ho memandang jajaran patung di hadapannya. Artistik, sangat indah, ini bernilai tinggi dari pada seni. Dengan senyeruput minuman merah di cangkirnya ia mulai memandangi satu2 patung dengan berbagai gaya seksi di depannya.
Ia melihat dari ujung kanannya, terlihat seorang gadis cantik dengan goresan besar di wajahnya yang kontras dengan mulutnya yang menganga. Dari ekspresinya bahwa ia sedang menikmati sesuatu, benar saja kali ini patung itu dengan baju paha pendek dan belahan dada sedang keadaan menungging. Min Ho tersenyum dan menuju sebelahnya.
Gadis dengan tangan terikat, rok pendek kuning itu tak berguna sama sekali tapi itu memberikan kesan mendalam dalam posenya sekarang. Dengan tangan terikat di atasn kakinya terbuka lebar, terlihat jelas lipatan vagiannya, ia mendekat pada patung itu. Berjongkok di depan vagina gadis yang terlihat sangat tertekan, namun baginya itu sangat seksi.
Dirogohnya kembali sakunya dan menyusuri patung yang berlapiskan semen itu, ah~ sangat indah.
Ini bukan gadis, melainkan pelacur yang pertama kali ia tiduri. Lihat bokongnya, terbongkah indah oh ini memukau. Inilah yang ia sukai dari patung tersebut. Meraba bokongnya, baginya ini sangat asik.
Ia beranjak kembali ke patung yang masih baru tersebut yang tak lain dan tak bukan itu adalah Yoona.
“Morning baby! Have nice dream?? Sure, you always have nice dream.”, sapanya sambil mengecup patung dengan pose paling erotis, membiarkan lubang kewanitannya terbuka dan berpikir kembali kapan-kapan ia akan menikmati kembali lubang nikmat itu.
Min Ho meraih cangkir berikan minuman merah itu. Ia menegukkanya hingga habis dan melegakan. “Terima kasih changi.”, ucapnya sambil berkedip manja pada mayat Yoona. “Darahmu sungguh manis.”, lanjutnya lagi sambil menaruh cangkir itu dan meninggilkann ruangan penuh patung di sana.
THE END
Author: Tamara Kim / @SheFly_Out17
Cast: Lee Min Ho, Im Yoona
Catagories: Horor, Thriller, NC
Tags: Yoona, Lee Min Ho
Happy Reading
~^0^~
Ahhhhh~
Min Ho membanting tubuh tanpa busana Yoona di kasurnya. Matanya sudah tertutup oleh nafsu, sedangkan lawan mainnya sudah meronta2 ingin di lepaskan. Yoona bersusah payah menghindari ciuman panas dari Min Ho tapi persetan dengan langit dan bumi ia selalu terlena dengan ciuman itu, berkali2 ini menahan desahannya tapi tetap saja desahan itu mengiyaknya untuk mengluarkan panggilan alam ini #??. Min Ho menciumi bahu kecil Yoona dengan decakan yang terus terdengar, sebenarnya Yoona merasa jijik dengan semua ini, bagaiamana tidak. Min Ho adalah orang yang menyakitinya selama ini. Bermodal paras lemah lebut, dan hati bagai serigala ia menarik Yoona hingga jatuh ke dalam pelukannya hanya untuk nafsu yang mendorongnya untuk kelainan yang hinggap dalam diri Min Ho.
Min Ho masih dalam keadaan lengkap, bersepatu dan masih menggunakan rompi hitamnya, Yoona mengeluarkan keringat dingin yang sedari tadi mendorong Min Ho untuk menjauh darinya. Berkali2 Yoona berteriak kebebasan tapi berkali2 juga ia mendapat balasan gigitan ganas di leher, bahu ataupun perutnya. Hingga Min Ho kini tak sabar dan..
PLAKK!!
Min Ho menampar Yoona sekeras mungkin, mata Yoona memerah menahan tangis. “Dengar sayangku. Aku tak akan menyakitimu kalau kau tak menolakku, arasso!!”, bagai Yoona, Min Ho saat berbicara seperti itu pastilah tak perkipir apa yang ada di lawan bicaranya, yang sedang menutupi rasa takutnya dengan menahan tangis setelah di tamparnya tadi.
“Jeball~ lepaskan aku tuan!!”, Min Ho membulatkan matanya, baru kali ini ia di panggil tuan, kemana panggilan manja untuknya? Jagi? Baby? Sayang? Honey? Bunny? Sweety? Di jajarkannya wajah innocent Min Ho dengan wajah merah Yoona, “Kenapa kau memanggilku tuan, huh?”, tanyanya merasakan kehilangan mendalam. “Bukannya kau yang memberikan nama itu untukku??”, lanjutnya lagi. “ODIGAAA!!”, Min Ho kini berteriak di depan Yoona dengan mengguncang2kan badan rapuh Yoona. Yoona hanya dapat menahan tangisnya yang membludak dan lagi2 bibir kecil Yoona hanya menutup rapat.
Tangan Min Ho merogoh pelan saku rompi hitamnya, setelah mendapatkan apa yang ia cari dengan segera mengeluarkannya. Cahaya dari lampur kecil di kamar Min Ho membuat benda itu berkilat tajam di depan Yoona, senyum Min Ho berkembang cerah melihat itu tak sebalik dengan Yoona.
“Kau tak ingin bukan benda ini merusak kulit babymu ini bukan??”, tanya Min Ho sambil menyusuri lekuk wajah Yoona dengan benda yang ia ambil dari sakunya. Yoona bergidik, bahunya bergetar, benda itu menyentuh kulit rahangnya dingin, sungguh menegangkan. Dengan cepat Yoona menggeleng menjawab pertanyaan Min Ho.
“Pintar. Kalau begitu, panggillah nama manisku, sekarang!”, perintahnya yang tak henti2nya memain2nya benda itu di lekuk wajah Yoona. Ia tercekat, Yoona tak sudah memanggil nama manis itu, itu nama setan yang ada di dalam otaknya baru2 ini. Ia kembali menangis.
“Ya! Siapa yang menyuruhmu menangis, huh?”,
SRETT!!
Benda tajam nan mengkilat itu merusak wajah porselan Yoona tepat di bagian rahangnya. Yoona meringis kesakitan dengan menggengam erat rompi hitam Min Ho. Air matanya makin deras, Min Ho tersenyum kembali sambil menghisap darah segar yang mengalir dari rahang Yoona. “Sweet!”. Setan ubi jalar, berkali2 Yoona melontarkan sumpah serapahnya pada Min Ho walau desahan selalu berseling dari mulutnya.
Min Ho menyedot kuat rahang itu dan sesekali menjilat luka cukup panjangnya. Yoona mendesah kecil sambil menggigit bibir bawahnya, ia merasakan lagi sesuatau yang basah di bawah sana. DAMN!
Yoona menjambak rambut tebal Min Ho demi mengurangi rasa sakit di rahangnya. Merasa Min Ho tak mengutatkan ciumannya di rahangnya ia bergeliat mendorong Min Ho. Merasa Yoona memberontak lagi, ia segera melumat habis bibir titpis Yoona dan tentunya penolakan keras berlaku kembali untuknya.
Arghhh~
Yoona menggigit ujung lidah Min Ho dan terlihat di sudut2 bibir Min Ho mengalir darah. “Apa yang kau lakukan?”, tanya Min Ho sambil mengecek lidahnya yang terasa panas. Yoona segera mendorong Min Ho yang terlihat oleng saat itu, berusaha turun dari kasur besar itu, kakinya kini telah berpijak pada lantai, ia menuju ke pintu itu tanpa melihat ke belakang lagi, takut apa yang akan terjadi padanya.
BRAKKK!
Belum sempat Yoona meraih ganggang pintu itu, tanganya di tarik kembali dan membalik badannya, di dorongnya tubuh kecil Yoona hingga terdengar suara debuman yang cukup keras. “Mau kemana kau, huh? Beraninya kecoa kecil ini menghindar dariku!”, terdengar dari logat Min Ho yang benar2 marah pada Yoona, tangan Yoona yang terkunci rapat. Perlahan tangan Yoona diangkatnya dan lagi2 dalam keadaan terkunci. Entah dari mana pisau lipat itu sudah ada di tangannya kembali. Dengan lembut pisau itu menyisir pergelangan tangan Yoona, ia meringis kembali tapi Min Ho dengan sigap mengunci bibir Yoona.
Aaaaaa!!
Lengkingan itu terdengar kembali. “Indah! Sangat indah suaramu, baby!!”, puji Min Ho dengan tersenyum lebar. Di jilatnya lagi darah yang ada di tangan Yoona. Perlahan pening di kepala Yoona mendera kembali, ia tak kuat tapi masih dapat bertahan dalam keadaan sadar. Tanpa ia berpikir panjang kepalanya sudah bersandar di pundak Min Ho, empu yang memilki pundak itu hanya dapat tersenyum, ia sepertinya telah mendapatkan kemenangan dari gadis yang sangat sulit di taklukan dari gadis2 yang lain.
Min Ho menggendong tubuh Yoona, dengan kepala yang terasa berat Yoona hanya dapat menuruti apa yang akan di lakukan Min Ho selanjutnya, ia merasa terlalu lelah untuk memberontak kembali.
Dilentangkannya tubuh Yoona yang berbanjir bercak darah di mana2, bibirkan terlihat biru dengan badan yang sedikit bergetar, matanya cukup saja untuk malam yang sedini ini.
“Kenapa kau tak mematuhiku, sayang?”, tanya Min Ho dengan mulut serigalanya, Yoona hanya membuang tatapannya dan menglihat keluar jendela di luar sana. Ia merasa sekarang dirinya makhluk paling hina di dunia ini.
PLAKK!
Tamparan sengit menghujaminya lagi. Tangan kekar Min Ho mengarahkan kepala Yoona untuk menatapnya. “Apakah ibumu tak mengajarkan sopan santun saat berbicara dengan orang?”. Yoona tak menjawab, hanya deru nafas amarahnya yang terdengar, “Aa~ aku ingat kembali, bukannya ibumu sudah tewas? Dibunuh sendiri dengan tamu langgangannya sendiri? Bersenang2 setiap malam seperti ini?’, Min Ho menyindir perasaan Yoona paling dalam dengan memaju mundurkan pinggulnya. Yoona yang pertama ingin marah kini menjawab dengan desahan saat kain celana Min Ho yang digunakannya bergesekan dengan vagina milik Yoona yang merah muda dan mengkilat itu.
~^0^~
Entah sejak kapan pakaian Min Ho sudah lenyap dari empunya, Yoona dengan tubuh makin parah akibat tusukan di mana2. Terlihat jelas di bagian vaginanya yang baru saja di kocoknya kasar dengan genggaman pisau lipat itu.
“Hentikan!! Hentikan!!”, pintu Yoona memohon. Hanya kata2 itu saja yang dapat ia keluarkan, tak ada yang lain. Tapi hanya senyuman Min Ho saja yang dapat ia terima, dengan sangat lembut lidah Min Ho menyusuri dari kening Yoona. Mengusap semua peluh Yoona, walau rasa tak karuan berada dalam pengecapnya tapi ia cap sebagai rasa tersedap dari pada kecap sedap dan bahan penyedap lainnya.
Lidahnya turun menuju hidung mancung Yoona, dan lagi2 empunya hanya menggeliat keenakan tapi semua terhenti saat merasakan di bawah sana bergerak menusuk vaginanya. Yah di dalam vaginanya masih terdapat gagang pisau itu. Sakit? Tidak perlu di pertanyakan, ini sudah terlihat mengerikan.
Kini lidah mereka saling beradu, demi apa lagi ini? Demi kacang polong? Ubi jalar? Kerbau liar? Kenapa saat ini Yoona dapat membalas semua kecupan di bibirnya. Terasa asing memang akibat darah dari lidah Min Ho yang terluka dan darah dari penulusuran lidah Min Ho pada badannya.
Sangat lembut, bahkan lebih dari kain terlembut di dunia, Min Ho mengeluarkan gagang pisau itu dari vagina Yoona, baru kali ini ia merasakan kenikmatan miss.Vnya padahal sedari tadi ia hanya berteriak kesakitan di ruangan yang terbilang cukup mewah tapi mengerikan.
Min Ho melepaskan kecupannya di bibir Yoona, di lijatnya bibir kecil Yoona yang sangat biru dan pucat, matanya tersidah bahwa sebentar lagi ia akan menangis darah.
Sebelum waktu berakhir, Min Ho dengan kasar memasukkan juniornya ke dalam vagina Yoona. ARGHH!!! Lagi2 sura itu mengalir lembut dari bibir Yoona. Min Ho melenguh lagi, menikmat cengkraman di dalam vagina Yoona yang bergedut keras, darah segar terasa mengalir dari vaginanya. Sakit? Bukan main.
“Berfikirlah saat ini kau ada di surga, Sweety!”, ujar Min Ho lembut, Yoona hanya memandang Min Ho sebentar dan..
CUIH!!
Yah, Yoona meludahi wajah Min Ho keras, bejat, dan pelecehan. Hey, bukannya Min Ho juga sudah melakukan ini padanya?
Min Ho memandang Yoona geram, dengan cepat Min Ho memaju mundurkan juniornya, cepat, sangat cepat. Bukan desahan yang terdapat dalam diri Yoona melainkan tangisan perih dalam dirinya, biasanya ia sering cepat terasangsang tapi kali ini tidak. Ia menangis sejadinya, meliuk2kan tubuhnya. Entah sejak kapan Min Ho berhenti dan melepaskan juniornya, ia pikir sekarang akhir dari segalanya, ia merasakan air matanya sudah mengering. Ia tak dapat mengeluarkan air matanya kembali.
Min Ho memutar tubuh Yoona, di angkatnya pinggul Yoona dan terlihat kini ia menungging tanpa aba2 ia memasukkan kembali Juniornya tanpa jeda ia memaju mundurkan kembali dalam liang sempit Yoona.
Yoona berteriak sejadinya, seprai putih berbercak darahnya ia remas kuat, bagaikan anjing liar kini tubuhnya, kotor, sangat kotor. Bahkan air sucipun tak sudi menerimanya.
Junior Min Ho berkedut, ia berharap kembali ini sudah berakhir, tapi tidak. Lagi2 Min Ho mengeluarkan juniornya. Di tariknya Yoona dari kasur itu dan menghimpitnya di antara dinding, Min Ho melakukan hal itu sama seperti tadi, Yoona merasa kewalahan pandangannya sudah muali berkunang, berkali2 ini mengeluarkan cairannya, tapi tidak dengan Min Ho.
Yoona mengeluarkan lenguhan panjang, dalam keadaan berdiri, ia sudah hampir mencapai 4 kali tapi Min Ho tidak.
Ia sepertinya mulai kelelahan, Yoona tak kuat lagi. Tapi Min Ho memangsa Yoona tanpa ampun, di tempelkannya vagina Yoona pada jajaran tangan sofa di kamarnya itu. Sehingga ia harus memegang jajaran tangan sofa di sebrang sana, kali ini ia menunggung kembali, Yoona berteiak kembali untuk kesekian kalinya saat cairannya keluar lagi.
Min Ho?? Ia terus menggenjot juniornya, sudah berkali2 ia melakukan gaya yang berbeda tapi tak sedikitpun cairannya keluar, hingga ia kini memasukkan pada hole belakang Yoona, dengan sekali hentakan dan tanpa ampun Min Ho menggenjot, ia merasakan ada yang aneh dari Yoona. Tak ada lagi desahan dari bibirnya, tapi ia tak berpikir kembali dan dengan cepat, semakin cepat ia menggenjotnya hingga bermilyaran spermanya memenuhi hole Yoona yang sedang menungging lemas dan rapuh.
Min Ho mencabut miliknya dari hole Yoona, di baliknya tubuh Yoona dan kini terduduk di kursi sofa itu. Dadanya tak naik turun, tangan Min Ho memegang leher Yoona, tak ada denyutan. Senyum mengembang sekali lagi. “Seksi”, gumam Min Ho. Di angkatnya tubuh Yoona menuju kamar mandi. Mencelupkannya dalam bak mandi yang berisikan air. Di guyurnya badan Yoona dengan air mengalur dari shower.
“Ck, aku tak habis pikir, saat matipun kau masih terlihat seksi, baby!!”, puji Min Ho. Terlihat bersih kini, di angkanya tubuh putih pucat Yoona dari bak mandi itu dan memasukkannya kembali pada bak mandi lagi satunya. Entah sejak kapan Min Ho menyiapkannya, bak mandi itu terdapat cairan semen, ia mencelupkan badan Yoona dan mulai membentuk badan Yoona dengan semen itu.
~^0^~
Min Ho memandang jajaran patung di hadapannya. Artistik, sangat indah, ini bernilai tinggi dari pada seni. Dengan senyeruput minuman merah di cangkirnya ia mulai memandangi satu2 patung dengan berbagai gaya seksi di depannya.
Ia melihat dari ujung kanannya, terlihat seorang gadis cantik dengan goresan besar di wajahnya yang kontras dengan mulutnya yang menganga. Dari ekspresinya bahwa ia sedang menikmati sesuatu, benar saja kali ini patung itu dengan baju paha pendek dan belahan dada sedang keadaan menungging. Min Ho tersenyum dan menuju sebelahnya.
Gadis dengan tangan terikat, rok pendek kuning itu tak berguna sama sekali tapi itu memberikan kesan mendalam dalam posenya sekarang. Dengan tangan terikat di atasn kakinya terbuka lebar, terlihat jelas lipatan vagiannya, ia mendekat pada patung itu. Berjongkok di depan vagina gadis yang terlihat sangat tertekan, namun baginya itu sangat seksi.
Dirogohnya kembali sakunya dan menyusuri patung yang berlapiskan semen itu, ah~ sangat indah.
Ini bukan gadis, melainkan pelacur yang pertama kali ia tiduri. Lihat bokongnya, terbongkah indah oh ini memukau. Inilah yang ia sukai dari patung tersebut. Meraba bokongnya, baginya ini sangat asik.
Ia beranjak kembali ke patung yang masih baru tersebut yang tak lain dan tak bukan itu adalah Yoona.
“Morning baby! Have nice dream?? Sure, you always have nice dream.”, sapanya sambil mengecup patung dengan pose paling erotis, membiarkan lubang kewanitannya terbuka dan berpikir kembali kapan-kapan ia akan menikmati kembali lubang nikmat itu.
Min Ho meraih cangkir berikan minuman merah itu. Ia menegukkanya hingga habis dan melegakan. “Terima kasih changi.”, ucapnya sambil berkedip manja pada mayat Yoona. “Darahmu sungguh manis.”, lanjutnya lagi sambil menaruh cangkir itu dan meninggilkann ruangan penuh patung di sana.
THE END
No comments :
Post a Comment