Sad Love

  No comments
[ ONESHOT ] SAD LOVE


SAD LOVE
Author             : Amna Haelf
Fb                    : Amna Hyun Joong
Cast                 : Cho Kyuhyun
                         Shim Hyunbyung
Genre              : sad, romance, angst
Length             : oneshot
Disclaimer       : this fanfiction is mine. The cast ( Cho Kyuhyun) is belongs to himself, God, his family and Elf. OC is mine too. Don’t try to copas  and bash it! Be anti plagiarism generation! ^^
            Annyeong yeorobeun! Amna datang lagi nih… moga aja gk bosan-bosan baca karya Amna. Makasih buat yang udah mau RCL… Amna terharu bgt sama apresiasi kalian. #lap ingus
#abaikan!
Ok, ff ini adalah permintaan dari saeng tersayangku Anis Haerin. Dia minta ff genre angst. Karena kebetulan di lepi ada ff angst yang belum ku publish jadi ku publish aja sekarang. Klo buat bikin lain belum sempat. #sok sibuk
#plaak
Oy, castnya sama kyk yang di My Wife’s Heart Voice. Cm beda couplenya. Karena Hyunbyung sama Hyora sama-sama mencintai Kyuhyun jadi gk da salahnya di ff ini Hyunbyung yang jadi cast utamanya. Hahahai
Tapi jeongmal mianhe, yg my wife’s heart voice blm bisa di publish krn gk smpt ketik. Tp dlm minggu ni pasti di publish kok.. #peace sign
Daripada banyak kata mending baca aja deh..
Happy reading!
RCL ya…!
Love U all…………..!!!



-Hyunbyung POV-
            Kakiku melangkah ringan ke tepi danau. Bibirku tak henti-hentinya menyunggingkan senyum. Kulihat sosok yang duduk bangku tepi danau dan segera kuhampiri dia.
“Bgoshipo,” ujarku setelah duduk disampingnya dan merebahkan kepalaku di bahunya. Dia melihatku sekilas lalu melihat jam tangannya.
“Mianhae, aku telat,” pintaku seraya menegakkan badanku dan menatapnya wajahnya lekat. Ingin kurekam setiap lekukan wajah yang terpahat sempurna ini. Mata cokelatnya, hidung mancungnya, bibirnya yang kemerah-merahan dan juga kulit wajahnya yang memang terlihat pucat. Aku menyukai apa yang ada pada dirinya, kembali kurebahkan kepalaku dibahunya sambil menghirup wangi tubuhnya yang menenangkan.
“Byung-ah,” panggilnya
“Wae?” tanggapku.
“Kita berakhir saja.”
Jderr!
Sontak aku terkejut dan menatapnya.
“Hubungan kita sampai disini saja,” jelasnya.
Mataku mulai nanar. “Wae?” tanyaku dengan suara bergetar.
“Aku lelah.” Dia mulai bangkit tapi segera ku tahan tangannya.
“Kyu…” lirihku. Dia menepis tanganku agak kasar lalu berlalu. Aku pun mengejarnya, aku belum puas dengan jawabannya. Kenapa tiba-tiba dia memutuskan hubungan kami?
“Anggaplah kita tidak pernah mengenal dan berhenti bersikap munafik di depanku.”
            Kali ini dia benar-benar pergi. Kakiku terasa lemas hingga aku terduduk di tanah. Sebenarnya dia kenapa? Apa salahku? Kenapa dia berubah seperti itu? Ku tekuk wajahku ke lutut. Aku merasa sesak, hatiku sakit dan kepalaku dipenuhi pertanyaan-pertanyaan tentang sikap Kyuhyun hari ini.

***

            Aku memasuki ruang kuliahku dengan tidak bersemangat. Baru saja aku sampai di pintu, aku sudah di sambut oleh pemandangan  yang kembali membuat hatiku sakit. Kyuhyun tidak lagi duduk di sampingku. Dia duduk bersebelahan dengan Hyora, gadis yang selama ini menjadi rivalku. Segera kuhampiri mereka.
“Kyu…”
Dia mendecak kesal. “Wae?”
“Kenapa kau duduk disini?” tanyaku.
“Wae? Dia namjachingguku,” sahut Hyora cepat. Air mataku kembali mengalir. Aku adalah gadis manja. Aku benci diriku sendiri saat lemah seperti ini. Aku benci saat aku menangis di depan mereka, tapi kenyataannya inilah aku. Aku akan tetap menjadi gadis manja yang lemah.
            Kyuhyun bangkit dan menarik tanganku keluar dari ruangan. Dia menyeretku menuju tempat yang agak sepi. Dihempaskannya tanganku kasar.
“Apa kata-kataku kemarin kurang jelas Shim Hyunbyung?” desisnya. Matanya menatapku tajam.
“Kenapa kau menyakitiku?” lirihku dalam tangis. Dia tidak pernah bersikap kasar padaku tapi kali ini dia sangat keterlaluan.
“Kau sendiri yang membuatku seperti ini, kau yang membuatku memebencimu Shim Hyunbyung dan kau!” . Ia menunjukku.
“Berhenti mencampuri urusanku!” ujarnya. Aku menutup mataku takut, takut melihatnya seperti ini.
“Dasar munafik!” gumamnya sambil berlalu. Aku berjongkok sambil terisak dan menutup kedua telingaku. Kenapa kata-katanya begitu menyakitkan? Aku bahkan tidak tahu letak kesalahanku. Kenapa dia mengatakan aku munafik? Apa aku berbuat salah padanya?
“Kyu… kau jahat!”
-Hyunbyung POV end-

***

-Kyuhyun POV-
            Nafasku naik turun menahan emosi. Kulihat dia dari jauh, dia berjongkok sambil menutup kedua telinganya dan mengatakan ‘aku jahat’ berulang-ulang kali. Apa aku keterlaluan padanya? Aku menggeleng pelan, ia pantas mendapatkannya.
            Aku sadar selama ini apa yang kulakukan selama ini sia-sia dan aku menyadari bahwa aku sangat lelah. Dia mengekangku, mengekoriku dan takut aku meninggalkannya. Aku harus ada 24 jam untuknya dan dia sama sekali tidak membiarkanku dekat dengan yoeja lain sekalipun untuk membuat tugas bersama. Jika ada tugas kelompok dia pasti ikut denganku. Terdengar konyol? Itu berlangsung hampir 3 tahun.
            Seminggu yang lalu dia tidak masuk kuliah dengan alasan menemui saudaranya di Gangnam. Tapi kenyataannya? Aku memergokinya sedang menikmati ice cream dengan seorang namja dan dia terlihat bahagia. Dan itu bukan di Gangnam tetapi disalah satu café dekat apertemennya. Saat ku telepon dia bilang sedang sibuk, aku tidak bisa dibohongi Hyunbyung. Kau sendiri bisa bersama namja lain bahkan membohongiku. Apa kau tidak tau jika selama ini aku sangat terkekang dalam hubungan ini?
            Sekarang aku berpacaran dengan Hyora, teman seruang kami. Dari dulu aku mengaguminya, dia pintar, lebih dewasa dan lebih cantik daripada Hyunbyung. Dan Hyunbyung pasti marah karena dari dulu dia tidak pernah akur dengan Hyora. Aku hanya ingin terlepas , dia tidak bisa mengekangku terus-terusan. Kita  sudah berakhir Hyunbyung.
-Kyuhyun POV end-
***

-Hyubyung POV-
            Aish… kepalaku terasa berat. Mungkin karena semalam aku terlalu banyak menangis. Ku raba ponselku yang sepertinya berbunyi sejak tadi. Benar saja, ada 2 missed call dan itu dari Jungsoo oppa. Ponselku berbunyi lagi dan segera kutekan tombol dial.
“Yeoboseyo,”
“Byung-ah,kwenchana? Kenapa sejak tadi kau tidak menjawab heh?” cercanya langsung.
“Kwenchana oppa… oya ada apa meneleponku?” tanyaku
“Aish.. jangan lupa kalau hari ini kau harus check up,”
Aku menepuk keningku sendiri, aku benar-benar lupa.
“Ne… aku akan kesana oppa,” ujarku. Dia menjawab singkat dan langsung menutup telepon.
            Sebelum beranjak ke kamar mandi ku tatap sebuah foto 3 orang yang paling ku cintai, foto yang berbingkai yang semalaman sudah ku peluk.
“Eomma.. appa apa aku bisa sembuh?” lirihku.
“Kyu… kau adalah motivasiku untuk sembuh, tapi kenapa kau memperlakukanku seperti ini heh… hal yang paling ku takutkan adalah aku tidak bisa melihat wajahmu lagi tapi hal itu sudah terjadi. Kau menjauh dariku. Aku sangat takut Kyu… sangat-sangat takut.”

***

            Ku seret langkahku menuju tepi danau. Aku menghembus nafas berat seraya meraba mataku sendiri. Heh…. Aku benar-benar lemah, aku mulai pesimis dan tidak yakin atas jalan yang ku ambil. Semua baru permulaan tetapi kenapa sudah menyakitkan seperti ini.
            Aku berjongkok di sana sembari mengambil beberapa kerikil dan melemparnya satu persatu, membuat ketenangan air menjadi terusik. Kemudian kulirik tas selempang mungilku dan ku ambil kantong plastic yang ada di dalamnya.
“Kalian terlihat menyeramkan. Apa kalian akan membuatku sembuh?” gumamku sambil menatap obat-obat dari rumah sakit itu.
“Tapi siapa yang mengharapkanku sembuh? Siapa yang akan mendukungku? Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini…”
Kembali kumasukkan obat-obat itu dalam tas.
            Aku mulai beranjak dari dudukku tapi mataku menangkap sosok yang sangat ku kenali. Kyuhyun dan Hyora? Mereka terlihat bahagia. Menyusuri tepi danau… Kyuhyun merangkul bahu Hyora sedangkan gadis itu melingkarkan tangannya di pinggang Kyuhyun. Semuanya sudah terbalik. Dulu aku bisa meneriakkan pada semua orang bahwa Kyuhyun adalah milikku, tak ada yang boleh mengambilnya dariku. Tapi sekarang lidahku terasa kelu. Kyuhyun sendiri yang meninggalkanku, dia tak menginginkanku lagi.
            2 insan itu terus berjalan lalu tiba-tiba Kyuhyun seperti berbisik di telinga Hyora dan membuat keduanya tertawa. Perlahan mereka berhenti, menatap satu sama lain dan entah siapa yang memulai duluan yang jelas bibir mereka sudah bertautan. Air mataku kembali tumpah. Lihatlah aku yang menyedihkan ini! Kalian berhasil membuatku hancur! Hanya dalam waktu singkat. Jika ini yang memang kalian inginkan kenapa kalian tidak menghancurkanku dari dulu saja!
Dengan memaksakan diri aku pergi darisana. Lebih baik jika bumi menelankku sekarang juga. Permintaan bodoh!

***

     
     -Author POV-
            Hyunbyung berubah. Dia menjadi sangat pendiam dan pemurung. Selain kuliah dia hanya mengurung diri dalam kamar bahkan ia melepas baterai ponselnya. Menangis adalah hal yang paling sering dilakukannya. Matanya terlihat cekung ditambah lingkaran hitam yang ada di matanya membuatnya terlihat menyedihkan.
            Ia melangkah di koridor kampus tanpa mempedulikan mereka yang mengejeknya. Dia mulai dikucilkan dan dicibir.
“Kasihan sekali dia di campakkan oleh Kyuhyun,” ucap mereka saat dirinya lewat. Ia memasuki ruang dan tanpa sengaja menabrak seorang yeoja. Wajahnya terlihat tegang dan tangannya meremas ujung cardigan yang ia gunakan. Yeoja yang di tabrak mendecak kesal lalu berlalu.
            Setelah beberapa lama terdiam, Hyunbyung menuju mejanya lalu menangkup wajahnya di meja. Air matanya kembali menganak. Kenapa hidup terlalu kejam padanya?

***

            Kyuhyun sama sekali tidak bisa focus terhadap materi yang diajarkan oleh dosen. Mata dan fikirannya tersita pada yeoja yang duduk agak jauh dari tempat ia duduk. Ya… ia menatap Hyunbyung, gadis itu juga tidak serius pada pelajarannya. Bahkan Hyunbyung lebih terlihat seperti mayat hidup dan keadaan Hyunbyung yang seperti itu hampir berlangsung selama 2 minggu.
            Apakah ini semua karenanya? Kyuhyun merasa tak tenang. Bahkan saat orang tua Hyunbyung meninggal 3 tahun yang lalu gadis itu hanya menangis selama seminggu dan minggu berikutnya ia kemabli ceria dan manja.
-Author POV end-

***

            -Kyuhyun POV-
            Waktu telah habis dan dosen pun keluar. Kulirik Hyunbyung yang mengambil tas dan beranjak keluar. Mau kemana dia?
“Kyu, ayo kekantin!” ajak Hyora. Aku tersenyum menanggapi ajakannya.
            Jus orange segar membasahi tenggorokanku yang sejak tadi terasa kering. Pandanganku tertuju pada Hyunbyung yang sedang membawa nampan berisi makanan dan sepertinya ia sedang mencari tempat kosong untuk duduk. Aku melirik tempat kosong yang ada disampingku. Tak mungkin aku menyuruhnya duduk disini. Terlalu banyak yang tidak menyukainya disini seperti Hyora dan teman-temannya.
            Ia menghela nafas lega saat menemukan tempat duduk tapi pada saat ia hendak menuju kesana secara tak sengaja is menabrak seorang yeoja. Aku hafal betul sikapnya, ia pasti akan meminta maaf berulang-ulang tapi yeoja itu malah membentaknya. Semua yang ada di kantin mengalihkan pandangan kearahnya. Sialan! Yeoja itu menyiram jus strawberry yang ada di nampan Hyunbyung ke kepala Hyunbyung sendiri. Aku menggeram kesal.
“Kyu, kwenchanna?” Tanya Hyora. Aku tersenyum kearahnya dan kembali melirik Hyunbyung yang terduduk di bangku dengan tatapan kosong dengan jus yang menetas dari rambutnya. Aish… apa ia tidak bisa melawan? Aku benci melihat sikap lemahnya itu. Dia terlalu terbiasa bergantung pada orang terdekatnya seperti aku.
“Kyu… khaja!” Hyora menarik tanganku. Kami beranjak pergi dari kantin. Dengan terpaksa aku mengikutinya walaupun pikiranku tersita pada Hyunbyung.

***

            Dosenpun sudah mengajar sekitar setengah jam yang lalu tapi gadis manja itu belum menampakkan diri. Apa dia pulang karena bajunya basah? Aku benar-benar tak tenang. Setelah meminta ijin sebentar aku kembali menuju kantin, firasatku mengatakan ia disana.
            Benar saja, dia masih duduk dengan posisi yang seperti tadi. Aku pun menghampirinya.
“Kenapa kau masih disini, heh? Kau seperti orang bodoh!” seruku seraya mengambil tisu dan membersihkan rambutnya.
            Tiba-tiba dia bangkit dan menatapku. Wajahnya sangat pucat dan ia tersenyum padaku.
“Kau tidak perlu khawatir. Aku baik-baik saja. Aku tidak mau merepotkanmu lagi.” Ia mengambil tasnya lalu pergi. Apa ia Hyunbyung yang ku kenal?
-Kyuhyun POV end-

***

            -Hyunbyung POV-
            Kenapa ia memberi harapan untukku? Belum puas ia menyakitiku? Aku berusaha menahan tangis dan pergi dari sana. Aku berniat pulang tetapi sampai di gerbang kurasakan seseorang menarik tanganku.
“Jungsoo oppa..,” gumamku. Dia melihatku dari atas sampai bawah dengan tatapan tak percaya.
“Byung-ah, kwenchanna?” tanyanya khawatir. Aku mengangguk kecil.
“Aish… aku sudah mencarimu kemana-mana. Kenapa kau tidak datang untuk check up? Bagaimana keadaanmu sekarang?”
Aku menunduk lemas. “Aku tidak punya harapan lagi oppa. Penghilatanku mulai menghilang secara tiba-tiba. Aku takut oppa,” jelasku.
Jujur aku sangat takut. Kejadian seperti ini memang sudah berlangsung beberapa kali tapi  tadi yang terparah. Tiba-tiba penglihatanku menjadi gelap dan membuatku menabrak beberapa orang seperti di ruang ataupun di kantin. Kurasakan Jungsoo oppa memelukku. Aku tahu dia berusaha menguatkanku.
“Khaja kita ke rumah sakit untuk check up. Aku ingin mengecek perkembangan mu,” ujarnya.
-Hyunbyung POV end-

***

-Author POV-
            Tanpa mereka sadari ada seseorang yang melihat mereka dari kejauhan. Orang itu Kyuhyun, ia mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. Jelas sekali ia sedang menahan emosi.
“Aku tidak salahkan Shim Hyunbyung? Kau sendiri yang membuatku membencimu” gumamnya pelan.

***

            Jungsoo mematikan senter kecilnya lalu membantu Hyunbyung duduk.
“Eotte oppa?” tanyanya. Jungsoo duduk di mejanya lalu menghela nafas panjang sedangkan Hyunbyung masih duduk di pinggir tempat tidur rumah sakit.
“Apa akhir-akhir ini kau tidak minum obat yang ku berikan?” tanyanya. Hyunbyung menggeleng pelan membuatnya kembali menghembuskan nafas berat.
“Penyakitmu bertambah parah Byung-ah, obat-obat itu tidak berguna lagi. Jalan satu-satunya adalah operasi tapi kita harus menunggu sampai adanya pendonor kornea.” Jelas Jungsoo.
“Medapatkan pendonor itu tidaak mudah oppa,” seru Hyunbyung yang mulai menangis. Jungsoo bangkit dan berdiri di depannya.
“Walaupun tidak mudah, kita pasti akan mendapatkannya. Apa kau optimis?” tanyanya. Hyunbyung menggeleng.
“Kenapa aku harus sembuh? Tidaak ada yang mengharapkanku sembuh,” gumamnya.
“Yak.. jangan kau mengatakan itu lagi, arra? Aku  sangat ingin kau sembuh,” ujar Jungsoo. Mereka terdiam beberapa saat.
“Hyunbyung-ah, sejak aku bertemu denganmu, aku seperti bertemu lagi dengan adikku. Sosoknya ada pada dirimu. Kalian sangat mirip,” jelasnya.
“Lalu adik oppa kemana?”
Jungsoo tersenyum kecil karena Hyunbyung tertarik dengan ceritanya.
“Dia sudah di surga,” jawabnya yang sontak membuat Hyunbyung terkejut.
“Dia sakit, sama sepertimu. Beberapa tahun yang lalu belum ada perawatan intensif untuk penyakit ini, ia sangat terpukul, dia tidak punya harapan hingga akhirnya dia depresi. Kau tahu? Cita-citanya menjadi fotografer terkenal tapi ia malah mendapat cobaan seperti itu.  Keadaannya memburuk kami tidak bisa berbuat apa-apa hingga akhirnya dia pergi. Setelah  itu aku bertekad untuk menjadi dokter spesialis mata,” jelasnya panjang lebar dan Hyunbyung kembali tertunduk.
“Aku mengharapkan kau sembuh. Orang tuamu pasti ingin melihatmu sembuh dan Kyuhyunmu? Apa dia sudah tahu?” tanyanya.
“Aku tidak bisa memberitahukannya oppa,” gumam Hyunbyung pelan. Terlihat jelas bahwa ia sedamg putus asa.
Shim Hyunbyung, gadis manja ini di diagnosa menderita penyakit ulkus kornea. Penyakit langka ini menyerang kornea mata secara perlahan. Jika tidak ditangani secara serius bisa menyebabkan kebutaan dan virus ulkus kornea akan terus menyerang saraf-saraf lain dan berakhir dengan pengangkatan bola mata. Antisipasi yang bisa dilakukan adalah operasi kornea dan mencari pendonor kornea bukanlah hal yang mudah.
 Hyunbyung yang sudah pasrah, ia tidak yakin dan tidak mau berharap banyak. Berharap hanya akan membuatnya merasa sakit. Sakit ini sudah cukup, ia tidak tau sampai kapan ia bisa bertahan menghadapi semuanya.
-Author POV end-

***

-Hyunbyung POV-
            Aku tetap menjalani hidupku yang menyedihkan ini. Pola hidupku semakin memburuk dan penyakit yang bertambah parah. Bagaimana bisa aku mempunyai semangat hidup sedangkan yang ku lihat tiap hari kemesraan orang yang selama ini menyemangatiku. Ini sangat menyakitkan. Aku mengerti jika ia tidak mungkin selamanya bersama gadis penyakitan sepertiku. Tapi tak bisakah ia bersikap lembut tanpa harus menyakitiku? Tak bisakah ia menjadi penyemangatku?
            Aku hendak menuju bangkuku tapi aku tersandung hingga tersungkur dilantai. Meraka menertawakanku. Aku tahu betul aku terjatuh bukan karena penglihatanku hilang tiba-tiba, tapi karena kaki yang mereka julurkan. Walaupun lututku sakit tapi aku harus kuat. Mereka harus tahu bahwa aku bukan orang yang bisa di perlakukan seenaknya. Apa selama ini aku menyakiti mereka? Kenapa mereka begitu membenciku?
            Aku menatap tajam salah seorang dari mereka, aku benar-benar muak dengan semua ini. Kenapa hidup terlalu kejam untukku? Dia terlihat takut dan diantara mereka tidak ada yang berani bersuara, lama aku berdiri di sana sembari menahan emosiku, melihat wajah mereka yang sedikit gugup membuatku sedikit senang. Aku menghela nafas panjang lalu berjalan menuju bangkuku.
“Dia menakutkan,” bisik mereka satu sama lain. Aku mengalihkan pandanganku kearah lain dan sial tatapanku bertabrakan dengan Kyuhyun yang juga sedang menatapku. Aku tidak mengerti arti tatapannya itu, kembali kutundukkan kepalaku.
“Kyu… jeongmal bogoshipo” lirihku.
-Hyunbyung POV end-

***

-Kyuhyun POV-      
            Aish …. Aku benci saat hujan seperti ini. Membuat basah dan tidak bebas kemana-mana. Aku mengambil motorku dan memutuskan untuk langsung pulang. Saat sudah digerbang, aku melihat sosok yang sedang berdiri di halte. Segeraku hampiri dia.
“Ayo pulang!” seruku. Dia terlihat terkejut lalu menatapku takut-takut. Dia akhirnya mendekatiku, kutatap wajahnya yang semakin terlihat kurus dan pucat. Kau kenapa, heh?
“Aku tidak langsung pulang tapi ingin ke suatu tempat,” ujarnya pelan.
“Ya.. sudah akan ku antar. Mau kemana?” tanyaku lagi.
“Seoul hospital,” jawabnya pelan.
“Wae.. kau sakit?” tanyaku.
“Aku hanya ingin menemui seseorang,”  Aku mendecak kesal.
“Ayo naik!” seruku dan kali ini jauh dari kata-kata ramah.
            Ku pacu motorku dengan kecepatan sedang. Perlahan hujan berhenti. Aku meliriknya lewat spion. Dia hanya terdiam-mungkin melamun. Aku mendehem pelan dan dia terkejut. Dugaanku benar, dia melamun.
“Sudah hampir sampai,” ujarku dan ia mengangguk kecil.
            “Gumawo,” ujarnya seraya menyerahkan helm padaku. Dan ia segera berlari kecil ke loby rumah sakit. Benarkah yang kulihat sekarang? Namja yang kulihat tempo hari bersamanya tampak sumringah melihat kedatangannya dan langsung memeluknya. Tunggu! Namja itu memakai jas putih. Apa ia seorang dokter di rumah sakit ini? Dimana Hyunbyung mengenalnya? Setauku Hyunbyung tidak punya kenalan seorang dokter apalagi mereka memang terlihat sangat dekat. Aish…!
-Kyuhyun POV end-

***

-Hyunbyung POV-
            Kenapa akhir-akhir ini hujan, aku tidak suka hujan. Dan untung saja hanya hujan gerimis jika hujan lebat pasti aku akan kebasahan karena aku berteduh dibawah pohon rindang di tepi danau. Ponselku berbunyi dan langsung ku baca pesan yang baru masuk.
From : Jungsoo oppa
            Hyunbyung-ah, hari ini pemeriksaan di mulai. Oppa optimis hasilnya akan cocok, kamu semangat, ne?
            Kumasukkan lagi ponselku dalam tas. Kemarin Jungsoo oppa menyuruhku ke rumah sakit dan memberitahuku bahwa ada seorang pendonor. Terus terang aku tidak berharap banyak. Aku sendiri yang tahu perkembangangan penyakitku. Dan kukira tidak ada harapan lagi, seperti hari ini aku kedanau ini karena ini adalah tempat kenanganku dengan Kyuhyun. Aku ingin merekam semua yang berarti bagiku dalam ingatanku mungkin besok aku tidak bisa melihatnya lagi.
“Aww…!” aku mringis saat merasakan sesuatu yang menusuk dilambungku. Aku baru ingat kalau perutku kosong dari kemarin. Aku berjongkok sambil memegang perutku. Aish…. Rasanya sangat sakit sepertidi tusuk-tusuk.
“Waeyo?” aku mengangkat kepalaku dan melihatnya. Dia menatapku dengan tatapan khawatir.
“Appo..” lirihku.
“Kau tidak makan kan?” tanyanya. Dia segera menyuruhku untuk naik ke punggungnya. Ia begitu mengerti diriku tapi kenapa ia tiba-tiba membenciku.
            Dia membawaku ke apartemennya karena memang apartemennya lebih dekat dengan danau. Setelah membaringkanku ke tempat tidur, dia menarik laci dan mengambil obat maag dari sana lalu keluar untuk mengambil air. Bisakah waktu berhenti sekarang? Aku ingin terus bersamanya. Berdua saja. Kyuhyun-ah, aku sangat mencintaimu…
Kubuka mataku pelan walaupum kepalaku masih pening, ternyata aku tertidur setelah makan bubur dan minum obat. Mataku beralih pada pintu kamar mandi yang terbuka, menampakkan sosok Kyuhyun yang keluar dengan kaos v-neck dan celana parasut , ia juga  melampirkan handuk dikepalanya. Dia melempar handuk tersebut ke sofa lalu berjalan kearahku. Tanpa melirikku ia langsung merebahkan diri membelakangiku dan menutup tubuhnya dengan selimut.
“Gumawo,” ujarku dan tidak ada sahutan aku tahu dia belum tidur. Aish… bagaimana memulai pembicaraan dengannya. Aku merindukannya…
-Hyunbyung POV end-

***

-Kyuhyun POV-
            “Gumawo,” ujarnya pelan tanpa balasan dariku. Aku hanya menatap lurus ke depan.
“Kyu, apa kau bahagia bersama Hyora?” tanyanya setelah diam beberapa lama. Aku tidak tahu Byung-ah aku mengaguminya sejak lama ini tapi saat dekat dengannya aku sendiri tidak jelas dengan perasaanku.
“Bahagia, wae?” jawabku.
“Ani, hanya saja jika kau benar-benar bahagia aku akan merelakanmu.” Ujarnya. Kubalikkan tubuhku kearahnya. Dia sedang duduk di dalam selimut dengan menekuk lututnya.
“Lalu apa kau bahagia?” tanyaku.
“Kau tahu sendiri hal-hal apa saja yang membuatku bahagia, kenapa bertanya?” tatapanya lurus ke depan. Aku tahu, aku adalah salah satu dari hal itu tapi apa namja itu juga? Kau egois. Ku hela nafas berat dan hendak menutup mata.
“Seandainya aku punya permintaan terakhir apa kau akan mengabulkannya?” ia beralih menatapku. Aku mengernyit heran. Permintaan terakhir apa yang dimaksud?
“Apa permintaanmu?” tanyaku walaupun akhirnya aku tidak mengerti maksudnya.
“Kumohon jadilah pacarku lagi 2 hari saja.”
Sontak aku terkejut dan bangun. “Kenapa harus itu?” tolakku.
“Jadi kau tidak mau? Aku janji setelah itu aku tidak akan mengganggumu dengan Hyora. Bahkan mungkin aku tidak akan muncul lagi dihadapanmu.”
Lama aku berpikir. Apa tidak apa-apa aku menuruti permintaannya?. Dia menarik nafas panjang dan hendak merebahkan diri tapi aku gapai tangannya, dia menatapku bingung.
“Dua hari saja tidak lebih” tegasku. Senyum manisnya tercipta dan ia memelukku.
            Sudah berapa lama aku tidak memeluk gadis manja ini, dia selalu bilang bahwa pelukanku sama dengan pelukan appanya. Sepertinya tak bisa kupungkiri, aku merindukan ocehannya.
“Gumawo,” ujarnya dan aku mengangguk.
“Khaja kita tidur, ini sudah tengah malam,” Aku merebahkan diri disusul olehnya.
“Tidak ingin memelukku heh?” godaku dan ia menggeleng pelan. Biasa aku harus menemaninya tertidur dulu dan ia memelukku tapi malam ini ia menolak.
“Terserah,” ujarku lalu menutup mata. Kurasakan tangannya menggenggam telapak tanganku erat.
“Wae?” tanyaku.
“Biarkan aku menatap wajahmu. Kau tidur saja,” Aish… kenapa dia aneh sekali. Tanpa ambil pusing aku langsung tidur.
-Kyuhyun POV end-

***

-Author POV-
            Pagi minggu ini terlihat sangat cerah berbeda dengan beberapa hari sebelumnya. Hyunbyung tersenyum sambil menarik tangan Kyuhyun yang berjalan santai dengan tangan yang dimasukkan ke dalam kantong jaketnya.
“Kenapa buru-buru? Walaupun lambat tetap akan sampai” gerutunya kesal. Hyunbyung mengerucutkan bibirnya dan berjalan sendiri ke depan.
“Yak, gadis manja! Jangan marah!” seru Kyuhyun seraya tersenyum.
“Akutidak ingin memnuang waktu sedikitpun,” jawab Hyunbyung.
            Mereka berada di sekolah mereka dulu. Hyunbyung memaksanya kesana karena disana banyak kenangan manis saat dia masih menjadi siswi Senior High School. Banyak tempat yang masih ingin ia kunjungi, ia ingin mengingat moment indah yang dulu pernah terjadi.
Saat ini mereka berada di sebuah taman yang penuh dengan bunga krisan, walaupun bunga ini terlihat seperti bunga rumput tetapi bunga ini sangat indah. Kyuhyun mengeluarkan kameranya dan mengambil foto Hyunbyung yang sedang berdiri di tengah-tengah bunga krisan. Ia tersenyum kecil melihat wajah bahagia Hyunbyung, sudah berapa lama ia tidak melihat senyum itu.
            Tiba-tiba Hyunbyung jatuh dan Kyuhyun langsung menghampirinya, Hyunbyung menutup matanya erat-erat.
“Byung-ah, kwechana?” tanyanya cemas. Hyunbyung membuka matanya perlahan dan menatap Kyuhyun sejenak lalu memeluk Kyuhyun.
“Sepertinya kau kelelahan ayo kita pulang!” ajak Kyuhyun dan dibalas anggukan lemah dari Hyunbyung.
Hyunbyung menguatkan pegangannya di leher Kyuhyun, mereka berjalan melintasi taman krisan.
“Aku berat?” tanyanya.
“Mana mungkin kau berat, kau lihat tubuhmu yang benar-benar kurus ini tidak berisi,” seru Kyuhyun.
“Aigoo, kau mengejekku tuan Cho,” gerutu Hyunbyung.
“Itu kenyataan Nyonya Cho,” balas Kyuhyun. Mereka terdiam sejanak. Itu adalah panggilan kesayangan mereka. Hyunbyung memaksa memakai nama itu karena ia berharap suatu saat ia akan menikah dengan Kyuhyun. Kyuhyun terlihat gugup, ia salah bicara.
“Besok kita jalan-jalan lagi, ne?” Tanya Hyunbyung seraya tersenyum kecut dan ingin mencairkan suasana.
“Besok kita kuliah,” jawab Kyuhyun.
“Libur saja sehari.” Pinta Hyunbyung seraya memejamkan mata.

***

            Hyunbyung duduk di depan televisi tanpa focus terhadap apa yang di tontonnya. Malam ini adalah malam terakhirnya menjadi pacar Kyuhyun. 2 hari memang hampir berlalu setelah tadi siang mereka ke Lotte World. Ia sangat senang sekaligus sedih secara bersamaan. Tapi Hyunbyung bersyukur, setidaknya ia bisa kembali merasakan kebahagiaan walaupun hanya sekejap tapi tak apa.
            Kyuhyun datang dari arah dapur sambil membawa 2 cangkir cappuccino. Dilihatnya Hyunbyung yang melamun. Ia pun mengambil posisi dismping Hyunbyung dan mengejutkan gadis itu.
“Kau selalu melamun,” ujarnya. Hyunbyung tersenyum tipis lalu merebahkan dirinya di dada Kyuhyun. Ia lelah dan sekarang ia butuh istirahat.
“Byung-ah, kau mau tidur? Di kamar saja,” ucap Kyuhyun yang di jawab gelengan.
“Kyu… aku merindukan orang tuaku,” ucap Hyunbyung sambil semakin membenamkan wajahnya di dada Kyuhyun.
“Aku merindukan mereka sampai-sampai rasanya aku tidak bisa menahan rasa rinduku lagi. Aku ingin bertemu mereka,” ujar Hyunbyung yang sontak membuat Kyuhyun melepas pelukannya. Dilihatnya Hyunbyung yang sudah menagis.
“Kenapa kau bicara seperti itu? Aku tidak suka,” seru Kyuhyun. Hyunbyung tersenyum miris lalu beranjak dari sana.
“Aku ingin bertemu mereka,” gumamnya pelan tapi masih bisa di dengar Kyuhyun. Namja itu memejamkan mata perlahan. Jantungnya berdegup kencang mendengar Hyunbyung mengucapkan kata-kata seperti tadi. Semua akan baik-baik saja kan? Yakinnya dalam hati.

***

            Tidak terasa dua hari berlalu begitu saja, rasanya terlalu cepat berakhir. Hyunbyung menghembuskan nafas berat. Bagaimanapun ia harus menepati janjinya pada Kyuhyun, membiarkan Kyuhyun bahagia dengan orang yang dicintainya.
Hyunbyung meringis saat seseorang mencekal pergelangan tangannya.
“Hyora-ssi, appo,” ringisnya. Hyora mendorongnya ke dinding dan kembali mebuatnya meringis.
“Apa kau tidak tahu malu?” cibir Hyora.
 “Meminta namjachingguku supaya bersama denganmu selama dua hari. Kau tidak tau malu!” seru Hyora. Matanya sama sekali tidak menampakkan belas kasihan kepada Hyunbyung yang sudah menangis.
“Jangan dekati Kyuhyun lagi!” tegas Hyora seraya mendorong kembali Hyunbyung ke dinding. Hyunbyung merosot kelantai sambil menangis terisak. Ia tidak tahan dengan semuanya, kenapa cobaannya begitu berat.
“Eomma…appa… hiks,” isak Hyunbyung.

***

            Kyuhyun memapah Hyunbyung menuju ruang kesehatan. Tadi Hyunbyung merasa pusing sehingga dosen mereka-Mr. Park menyuruh Kyuhyun mengantar gadis itu. Kyuhyun membaringkannya di ranjang rusang kesehatan.
“Appo?” tanyanya dan Hyunbyung menggeleng.
“Cuma pusing,” lirihnya.
“Gumawo, kau kembali saja keruang,” ujarnya.
“Aku keluar dan meninggalkan Yeoja lemah sepertimu sendiri, tidak akan!” serunya.
“Kau perlu obat atau semacamnya?” Hyunbyung menggeleng, karena ia rasa ia hanya butuh istirahat. Ia mulai memejamkan matanya dan berharap keadaanya akan membaik nantinya.

***


            Hyunbyung mengerjap pelan lalu melirik jam tangannya, ternyata ia tertidur selama setengah jam. Diliriknya Kyuhyun yang duduk di sofa dan sedang membaca buku.
“Kyu, kau tidak masuk?” tanyanya sambil berusaha bangun dan buru-buru dibantu oleh Kyuhyun. Hyunbyung terkesiap saat Kyuhyun berada di depannya, nafas namja itu menerpa wajahnya. Ia menatap wajah Kyuhyun lagi dan entah dorongan darimana, ia menarik wajah Kyuhyun dan mengecup bibir Kyuhyun lembut. Mata Kyuhyun terbelalak sempurna tapi ia tidak menolak. Tak bisa dipungkiri ia merindukan Hyunbyung juga. Dirasakannya bibir Hyunbyung bergetar dan tak lama ia melepas tautannya pada Kyuhyun.
“Mianhe…” ujar Hyunbyung sambil bangkit dan berlari keluar dari ruangan itu, meninggalkan Kyuhyun yang masih terdiam.

***

-Hyunbyung POV-
            Sudah 4 hari aku tidak kuliah. Keadaanku makin lemah setelah Jungsoo oppa memberitahukan bahwa kornea dari pendonor kemarin tidak cocok. Meskipun aku tidak berharap banyak tapi tetap saja hal itu mebuatku drop. Semuanya sia-sia saja, aku yakin tidak ada harapan.
Hari ini kembali kulangkahkan kakiku di Kyunghee University ini. Aku harus kuat di saat terakhir sisa hidupku tak seharusnya kuhabiskan mendekam dalam kamar.
“Kau harus kuat Hyunbyung-ah, kau bisa,” aku menyemangati diriku sendiri.
-Hyunbyung POV end-

***

-Kyuhyun POV-
            Akhirnya aku bisa melihat wajahnya lagi. Setelah kejadian di ruang kesehatan dia tidak menampakkan dirinya. Sebenarnya aku ingin sekali mengunjunginya ke rumah tapi egoku terlalu besar. Aku tidak pernah menjenguknya. Kulihat wajahnya yang sudah  sangat kurus, begitu juga dengan matanya yang cekung, ingin kuhampiri dia.
“Byung-ah… “ panggilku saat kuliah selesai, kurasa sekarang lebih leluasa. Dia manatapku datar.
“Wae.. waeyo?” suaranya terdengar bergetar. Baru saja hendak menempelkan punggung tanganku di dahinya untuk memeriksa apa ia baik-baik saja, seseorang menarik tanganku.
“Hyora…” gumamku terkejut.
“Yak, gadis manja! Sudah berapa kali kuperingatkan apa kau tidak mengerti?” serunya seraya mendorong bahu Hyunbyung.
“Hyora…” seruku terkejut.
“Wae?” serunya ke arahku. Ia terlihat sangat marah.
-Kyuhyun POV end-

***

-Hyunbyung POV-
            Bisakah mereka berhenti bertengkar? Aku pusing sekaligus takut. Sejak tadi  penglihatanku buram, aku tidak bisa melihat dengan jelas. Tanpa kuperdulikan mereka aku keluar sambil mengerjap beberapa kali, berharap penglihatanku kembali terang. Kutelusuri koridor kampus sambil meraba-raba pada dinding. Aku mulai menangis, aku takut. Ku coba mencari nomor Jungsoo oppa diponsel tapi tidak kutemukan. Tanganku bergetar hebat hingga ponselku pun jatuh.
            Aku sudah diluar perkarangan kampus, aku sudah terisak. Ku tolehkan kepalaku kesana kemari mencari taxi, aku harus kerumah sakit sekarang. Eomma, appa.. eottoke?
-Hyunbyung POV end-

***

-Kyuhyun POV-
            Aish berdebat dengan yeoja ini membuat darahku mendidih. Aku bahkan tidak sempat mengejar Hyunbyung karena ia mencegatku. Kenapa sifatnya berubah jadi menyebalkan seperti ini? Ia tidak seperti Hyora yang ku kenal. Ia sangat egois.
“CUKUP HYORA !” bentakku dan air matanya mulai turun. Ku coba untuk mengontrol emosiku yang sudah mencapai puncaknya. Aku mencoba menetralkan nafasku yang terengah-engah sedangkan ia menatapku tak percaya.
“Hyora-ya, jangan seperti ini!” pintaku.
            Tiba-tiba seorang namja tergopoh-gopoh menghampiri kami. Ia terlihat ketakutan dan keringat membasahi dahinya.
“Kau Cho Kyuhyun kan?” tanyanya dan aku mengangguk.
“Hyunbyung kecelakaan!” serunya.
JDEER !
Tubuhku menegang, darahku seperti  menguap. “M…mwo?” tanyaku memastikan.
“Dia jadi korban tabrak lari di depan kampus dan sekarang sudah di bawa ke rumah sakit.” Tanpa menunggu lagi, aku segera berlari seperti orang kesetanan menuju rumah sakit.

***

            Air mataku menitik saat melihat tubuh kurusnya yang dipasangi berbagai macam kabel dan kepalanya yang di perban. Sudah 4 jam aku menunggu di depan ruang UGD dan sekarang aku diperbolehkan masuk. Kuhampiri dia dan kuraih tangannya.
“Kyu….,” lirihnya smbil membuka mata.
“Uljima,” ia mengangkat tangannya dan segera ku dekatkan wajhku. Di hapusnya air mataku pelan. Ini pertama kali aku menangis karenanya. Kenapa rasanya sangat menyakitkan seperti ini? Aku tidak sanggup melihatnya.
“Yeoja bodoh! Kenapa tidak berhati-hati!” seruku di sela tangis. Ia tersenyum kecil seraya menahan sakit.
“Kyu.. jeongmal saranghae,” ujarnya dengan mata yang kembali terpejam.
“Byung-ah! Shim Hyunbyung!” seruku takut.
“Kau akan hidup bahagia kan?” tanyanya pelan dan kembali membuka mata. Hatiku sedikit lega. Ku eratkan genggamanku pada tangannya yang berada di pipiku.
“Aku tidak tahu,” jawabku.
“Kau harus bahagia ! Aku sudah mengorbankan perasaanku demi kebahagiaanmu,” ujarnya lemah. Kutatap matanya yang sendu itu. “Saranghae,” ujarnya lagi.
“Nado saranghae,” ujarku seraya menempelkan bibirku kepada bibirnya.
“Mianhae,” bisikku pelan dan kembali melumat bibirnya. Aku baru menyadari aku sangat mencintainya.
“Gumawo Kyu atas semua yang telah kau  berikan,” dia tersenyum pelan. Hatiku sakit melihat senyuman kepedihannya itu. Aku terkejut saat melihat garis di alat pereksi detak  jantung yang mulai lurus.
“Byung-ah!” kugoncangkan tubuhnya pelan tapi ia tidak merespon “Yak Shim Hyunbyung!” panggilku dan garis itu benar-benar lurus dan mesin di sampingnya mengeluarkan suara yang dapat memekakkan telinga.
“Byung-ah, kau benar-benar pergi,” lirihku dalam tangis.
“Byung-ah, mianhe…”

***

Kutatap gundukan lembab di depanku. Air mataku masih mengalir, dadaku sesak. Ingin aku menangis sekeras-kerasnya tapi itu tidak berguna lagi sekarang. Aku yang salah, aku yang egois. Aku yang telah membuatnya menderita seperti ini.
“Byung-ah, mianhae,” Aku kembali mengucapkan kata-kata itu. Aku merasa bersalah padanya.
Seseorang menepuk pundakku. “Kau Kyuhyun?” tanyanya.  Dia adalah namja dokter itu. Aku menggangguk pelan.
“Mianhae,” ucapnya. “Aku sudah berjanji untuk menyembuhkannya tapi nyatanya aku gagal.” Dia menatap ke arahku dengan tatapan  menyesal. Menyembuhkan? Apa maksudnya?
“Seperti yang kuduga ia tak akan memberitahukanmu tentang penyakitnya,” jelasnya. Kemudian ia tersenyum.
“Aku park Jungsoo,” ujarnya seraya mengulurkan tangan dan ku balas setelah itu ia berlalu dan segera ku kejar dia.
“Apa maksudmu? Hyunbyung sakit? Dia sakit apa?” desakku. Dia menghela nafas berat.
“Ulkus kornea,” jawabnya.

***

            Kenapa kau begitu bodoh Hyunbyung-ah? Kenapa aku bisa mengenal gadis bodoh sepertimu? Dan aku?. Aku terlihat seperti oaring yang paling jahat di dunia. Aku adalah orang yang paling melindunginya tapi kenapa aku juga orang yang paling banyak menyakitinya.
“Kau bangsat Cho Kyuhyun!” hatiku terus meneriakkan kalimat itu. Bagaimana bisa aku membiarkannya menahan sakit sendiri. Aku terus menyesali perbuatanku. Harusnya ku dengar dulu penjelasannya.
            Ku putar knop kamar apartemennya. Wanginya masih tertinggal di kamar ini. Air mataku kembali menetes dengan sempurna. Aku berjalan menuju meja belajarnya yang dindingnya dipenuhi oleh fotoku.sejak kapan ia menempel ini semua? Dimejanya juga terdapat foto kedua orang tuanya, aku bahkan merasa bersalah pada mereka berdua karena tidak bisa menjaga putrid mereka seperti yang mereka amanahkan.
“Jeo… jeosonghamnida ahjumma, ahjussi” pintaku seraya menunduk dalam-dalam. Mataku mulai nanar.
            Mataku beralih pada buku hitam yang ada pada sampulnya ditempelkan fotoku dan foto kedua orang tuanya. Perlahan kubuka buku itu. Di halaman pertama terdapat foto kami berdua saat masih senior high school. Di setiap foto tersebut ada catatan kecil tentang kapan foto itu diambil. Aku terus membukanya sambil menangis. Shim Hyunbyung, jeongmal mianhe… kau gadis yang ku anggap lemah, tapi aku salah. Kau adalah gadis yang paling kuat dan tegar yang pernah ku kenal. Mianhe… jeongmal mianhe…
-Kyuhyun POV end-

***

            Eomma… appa… apa kalian tau?aku ingin mati sekarang juga saat mengetahui tentang penyakit yang kuderita. Aku sangat takut. Aku takut terjebak di dalam kegelapan. Eomma…. Apa Kyuhyun masih mau menjadi cahayaku? Dia satu-satunya harapanku… aku akan berjuang untuk sembuh jika memang dia mau menyemangatiku.

***

            Dia menyakitiku eomma…
Aku takut melihat wajahnya saat  marah. Apa eomma bisa memberitahukan dimana letak keslaahanku? Kenapa tiba-tiba dia membenciku?
Rasanya sakit sekali… dia jahat eomma…

***

You wear the sheos I gave you and walk along
The street with her
As if were nothing, you kiss her
You spray the cologne I gave you and embrace her
You’ll probably repeat those promises you made to me with her

It seems that we’re already
Too late
Has our love already ended
Please at least say anything to me
We truly loved each other, can’t we turn back?
I’m the only one hurting tonight

Have you changed? Am I no longer in your heart now?
When I, I think about you
It hurts, hurts, hurts so much
You loo at my tears as if we nothing
You continue to talk calmly again
You told me cruely that couldn’t deny
That you had absolutely no attachment or regrets

Are we already too late? Is our love off?
Even if it’s a lie, please tell me it isn’t so
I can do better now, though we can’t meet again
I’m the only one in pain tonight

You’re no longer your old self because the you I loved
And then you now are so different
Are you that shocked?
I just stood and cried
Watching you become further away
No way, I can’t recognize. You’re not mine anymore

***

            Kegelapan itu mulai datang eomma… tapi cahayaku telah padam. Aku benar-benar sendiri. Setiap malam kuhabiskan waktu untuk menatap wajahnya. Kurasa aku mulai gila, aku sangat takut tak bisa melihat wajahnya lagi.

***

            Eomma… appa..
Entah kenapa hari ini aku merasa sangat merindukan kalian. Aku ingin bertemu kalian. Tadi malam aku bermimpi. Mimpiku persis sama saat ulang tahunku yang ke 14 saat eomma dan appa mengajakku berlibur ke Macau. Aah.. aku bahkan masih merasakan ciuman hangat kalian di pipiku.
Eomma… appa…
Boleh aku ke tempat kalian? Aku tidak bisa lagi menahan rasa rinduku. Aku ingin bahagia bersama kalian.
Kyuhyun-ah, maaf aku telah merepotkanmu. Nan neomu neomu saranghae…
(Hyunbyung’s diary)

THE END~

No comments :

Post a Comment