Author : Kim Yeon Young (@DeanClouds)
Cast : Kim Jongwoon, Kim Yura
Support Cast : Kangin, Eunhyuk, Key, And Others
Genre : Married Life, Romance, Comedy (?)
Ratting : PG-16
Ps : TYPO!! Maaf Jika menganggu, soalnya selalu saja malas mengedit *kebiasaan buruk, ditoyor *
Sebenarnya mau mengulur part 19 ini.. Tapi, aku tidak tega denganYura yang didiemin Yeye *PLAK *Kekekke XD
Apakah yang akan terjadi di Jepang.. mari kita simak!!! XD
Happy Reading…….
I Can’t send you away
I Can’t be without you
I Can’t live without you
I Can’t be if its not you
Because I’m just in love with you
Part 19
Author POV
Tokyo, Japan
Udara cukup dingin dipagi hari ini, suasana memang cerah walaupun ini sudah memasuki musim gugur, sama seperti di Korea. Sangat menyenangkan. Tetapi bagi pria ini semuanya tidak menyenangkan. Semuanya masih terasa berat menghadapi hari ini. Masih banyak yang mengganjal dipikirannnya saat ini.
Angin semilir meniup anak rambutnya dan matanya masih menatap lurus kedepan. Menatap pemandangan kota Tokyo dipagi hari. Matanya kemudian menatap layar datar ponselnya. Terpampang jelas sebagai wallpapernya adalah foto Yura beserta Key disana. Ia merindukannya.
Sebenarnya Jongwoon ingin sekali menghubungi Yura. Menanyakan bagaimana keadaanya pagi hari ini, bagaimana dengan Key. Apakah dia baik-baik saja. Tapi mengingat semuanya kemarin. Jongwoon sedikit mengurungkan niatnya itu.
Tangannya tergerak untuk menekan touchsecreen-nya. Kemudian tak berapa lama…
“Yoboseyo…” jawab wanita paruh baya dari seberang.
“Ne, eomma” kata Jongwoon.
“Kyaa Jongwoon-ah bagaimana disana?? Kau sudah makan hum?” tanya Eommanya yang memang sangat perhatian pada anak sulungnya ini.
Jongwoon hanya tersenyum mendengar apa kata eommanya ini.
“Ne, Aku sudah makan. Disini sama seperti di Seoul. Eum, Key bagaimana? Apa dia sudah berangkat kesekolah?” tanya Jongwoon.
“Sudah, bersama Jongjin tadi. Dia menanyakanmu? Bagaimana kau lupa tidak berpamitan dengannya, huh?”
Jongwoon memijit keningnya ketika ia mendengar itu dari eommanya. Ya, bagaimana bisa dia lupa tidak berpamitan dengan Key kemarin?!! Kalau tidak berpamitan dengan Yura, memang ia sengaja. Dasar!
“Aigoo, aku lupa. Tapi semua baik-baik saja bukan?” tanya Jongwoon lagi.
“Ne, gwenchanayo. Apakau tidak tahu istrimu-”
“Ahh, Eomma sudah waktunya aku berangkat. Annyeong~”
Sebelum eommanya melanjutkan kata-katanya Jongwoon langsung memotongnya dan segera menutup sambungan teleponnya. Aneh. Kenapa seolah ia tidak ingin tahu, tapi sebenarnya ia ingin sekali tahu keadaan istrinya.
Sangat… ia sangat merindukan Yura.
“Siapa laki-laki ini… hassshh” kata Jongwoon kesal saat melihat foto Yura bersama Taejun yang ada ditangannya. Dia masih menyimpannya rupanya =,=”
“Siapapun dia, Yura tidak boleh lagi berhubungan dengannya!!!”
Terdengar egois memang, tapi Jongwoon hanya tidak ingin Yura berpaling darinya. Memang ini seperti masalah kecil. Tapi entahlah Jongwoon sangat tidak suka jika Yura seperti ini. Dan kenapa Yura juga tidak pernah bercerita dengan Jongwoon tentang masalahnya.
__oOo__
Tampak seorang gadis tengah berjalan dengan meneliti setiap nomor yang tertera didepan pintu kamar hotel. Ditangannya sudah ada kunci untuk membuka pintu tersebut. Tidak sulit baginya untuk mendapatkannya karena bantuan dari Hyukjae. =,=”
Sebenarnya tidak pernah terpikirkan olehnya akan seperti ini. Mengikuti suami yang sedang bekerja?? bukan mengikuti. Membuntuti lebih tepatnya. Karena apa, bahkan suaminya juga tidak berpamitan dengannya. Apakah begini yang dinamakan berumah tangga?? Benar-benar!!
“234”
Gumam Yura sambil menatap pintu didepannya. Kemudian ia tersenyum simpul. Yang ia cari sudah ia temukan. Dengan sangat hati-hati Yura membuka pintu tersebut. Dengan pelan ia melangkahkan kaki masuk dan mengedarkan pandangan kesetiap sudut ruangan ini.
Kamar yang cukup luas dan terlihat mewah. Aroma wewangian yang menenangkan juga dapat ia cium melalui indera penciumannya.
“Jongwoon oppa!!” panggilnya. Kemudian ia berjalan kebalkon hotel. Tidak ada. Selanjutnya ia menuju kamar mandi. Juga tidak ada. Tampak raut kekecewaan diwajahnya.
Sebenarnya ia berangkat dengan pesawat malam, tapi sudah tidak ada tiket. Jadilah ia berangkat dengan pesawat paling pagi untuk ke Jepang. Semua hanya untuk bertemu Jongwoon dan menanyakan yang sebenarnya terjadi itu karena apa??
Tapi tampak sepi. Tidak terdengar suara apapun didala sini. Yura meletakkan tasnya kemudian menghempaskan tubuhnya disofa.
“Dia sudah berangkat.. Tsskk” keluhnya saat mengetahui bahwa yang ia cari memang tidak ada ditempat. Yura hanya bisa menunggu Jongwoon hingga ia kembali ke Hotel.
Yura mengeluarkan ponselnya, dilihatnya masih belum ada tanda-tanda Jongwoon menghubunginya. Chat? Pesan? Telepon? Semuanya tidak ada, dan ini membuatnya frustasi sekaligus kesal dengan Jongwoon.
“Aishhh!! Jongwoon nappeun!! Menyebalkan!”
Jarinya memijit keningnya karena ia merasa lelah juga pusing. Pusing akan semua yang ia hadapi. Ia tidak menyangka Jongwoon jika marah akan seperti ini. Yang Yura tahu hanya kesalahannya lalai pada Key? Tapi sepertinya tidak hanya itu.
Yura akhirnya mematikan ponselnya. Perlahan ia menyandarkan kepalanya pada pembatas sofa dan memejamkan matanya. Rasa kantuk tiba-tiba menderanya.
__oOo__
Kau selalu ceria meskipun
Kau salah bicara
Kau adalah orang yang spesial
Kau salah bicara
Kau adalah orang yang spesial
Kau membuatku tersenyum
Bahkan ketika hatiku terluka
Aku akan tersenyum ketika melihatmu
Bahkan ketika hatiku terluka
Aku akan tersenyum ketika melihatmu
Jongwoon memijat tengkuknya dengan tangannya. Sesekali memutar kepalanya sedikit, rasa pegal dipundak dan juga lelah kini menderanya. Pertemuan itu ternyata cukup melelahkan. Tidak terasa juga hari mulai larut.
Jongwoon bahkan belum menghubungi keluarganya. Key, ia juga belum menelponnya. Yura, apalagi gadis yang membuat ia uring-uringan hingga tidak semangat menjalankan semua aktifitasnya.
Dengan pelan dan tentunya dengan rasa capek ia membuka kamar hotelnya. Ia berharap Yura ada menemaninya saat seperti ini. Tapi itu mustahil. Pikirnya. Dia bahkan belum menghubungi Yura sama sekali!! SAMA SEKALI!! Sejak ia berangkat ke Jepang…. benar-benar!!
“Hhhh…….”
Jongwoon menghempaskan tubuhnya diranjangnya. Memejamkan matanya dan menghirup aroma therapi dikamar ini membuatnya sedikit nyaman. Baru kali ini, setelah menikah ia meninggalkan Yura dan baru kali ini juga ia tidak memberi kabar. Tapi… Dia sangat merindukan gadis itu.
Jongwoon hanya dapat membayangkan senyuman yang terukir dari bibir Yura. Senyum yang membuat hatinya berdesir seketika saat melihatnya.
Wajah gadis itu sangat ceria dan juga bisa menstabilkan segala emosi yang ada pada dirinya. Tapi, gadis itu kini tidak ada disampingnya. Ia bisa apa??
Wajah gadis itu sangat ceria dan juga bisa menstabilkan segala emosi yang ada pada dirinya. Tapi, gadis itu kini tidak ada disampingnya. Ia bisa apa??
Jongwoon membuka matanya, kemudian meraih ponselnya. Kemudian mencaro nomor telepon untuk ia hubungi.
“Eomma……” panggil Jongwoon saat menerima jawaban dari Eommanya. Entah kenapa dia belum juga menghubungi Yura.
“……..”
“Ne, mianhae. Aku baru saja pulang. Tadi siang sebenarnya sudah selesai hanya saja masih ada sedikit masalah. Jadi aku selesaikan sekalian, dari pada mengulur waktu” papar Jongwoon. Ia melirik arlojinya, jam 9 malam.
“………”
“Ne, Arasseo! Key sudah tidur.. baiklah..” jawab Jongwoon.
“…….”
“Mwo!!? Yu….Yu..Yuraaa…!!?? JINJA!!!” pekik Jongwoon seketika saat mendengar apa kata Eommanya.
“…….”
“Ne, Sungguh aku tidak tahu. Aish! Sejak kapan??”
“………”
“Ne.. Arasseo!”
Wajahnya berubah dari yang tadi malas dan tidak ada semangat kini menjadi raut kecemasan dan juga Terkejut!!!!
Jongwoon mematikan sambungan teleponnya dengan Eommanya, kemudian mencari nomor untuk ia hubungi lagi. Jongwoon bangun dan berdiri dengan berjalan kesana-kemari dengan menggigit ujung kukunya. Cemas!!
“Yaaa!! Kenapa ponselnya tidak aktif!!! Paboo… dimana dia!”
Jongwoon tampak panik sekali setelah tahu nomor Yura juga tidak aktif. Kemudian ia mencoba menelponnya lagi. Yang ada hanyalah pesan suaranya saja.
“Yaaa.. gadis bodoh, dimana kau sekarang huh!! Berhenti membuatku cemas… katakan dimana kau sekarang. Aktifkan ponselmu. Ppali-ya!!” Kata Jongwoon membalas pesan suara itu.
Tentu saja ia sangat panik, karena eommanya bilang Yura tengah menyusulnya. Dan terlebih lagi, Yura belum menghubungi sama sekali sejak ia pergi tadi. Bagaimana kalau gadis itu kecelakaan?? Hilang? Dia tersesat? Kerampokan? Haasssh, semua pikiran buruk itu seketika menyerang pikiran Jongwoon.
Ia tidak sadar sekarang, dibelakangnya berdiri sesosok yang ia maksud. Yura, gadis ini tampak kecewa dengan sikap Jongwoon. Tapi ia senang, Jongwoon masih mengkhawatirkannya.
“Kebiasaan buruknya selalu saja membuat orang cemas..”
“Kau cemas??”
Tiba-tiba Jongwoon terdiam seketika saat mendengar suara yang ia kenali. Suara yang sangat ia ingin dengarkan. Jongwoon masih memegang ponselnya, tapi ia belum berbalik. Apakah suara ini hanya halusinasi karena ia saat ini memikirkan gadis itu??? Molla….
“Apakah kau mencemaskanku?” kata gadis itu lagi.
Jongwoon seketika menoleh kebelakang dan ternyata disana sudah berdiri sesosok yang sangat ia cari saat ini. Gadis itu masih berdiri menatap Jongwoon intens, tersirat dalam wajahnya ia sangat kesal dengan pria didepannya ini.
Jongwoon belum berbicara sepatahpun, ia diam saat melihat gadis itu didepannya. Berbagai pertanyaan muncul dalam benaknya.
Jongwoon menatap Yura dari atas hingga bawah. Gadis ini hanya memakai gaun biasa dan memang terlihat sehabis mandi bila dicium dari aromanya sekarang. Walau begitu, Yura masih saja mempesona dimata Jongwoon. Yeppeo.
Apakah benar ini, Yura istrinya? Ataukah ini hanya jelmaan istrinya? Pertanyaan bodoh itu sempat mampir dipikirannya dan membuat ia merasa sangat bodoh melebihi apapun.
“Kau…Kau…??!! Yaa.. kenapa kau bisa ada dikamarku!! siapa yang menyuruhmu masuk?! Kau punya ilmu sihir?!” kata Jongwoon sedikit tergugup. Jelas-jelas ini pertanyaan yang sangat aneh dan bodoh. Tapi wajar sekali jika Jongwoon yang mengatakannya. ==”
Yura mengambil nafas panjang. Ia berusaha sabar dengan pertanyaan konyol yang keluar dari mulut pria ini.
“Kau bodoh atau apa? Kau lupa aku istrimu. Tentu saja dengan mudah aku masuk kedalam kamar ini! Tssk, sulit dipercaya. Bahkan kau melupakan istrimu sendiri. Menyebalkan!!”
Jawab Yura dan matanya agak memerah karena ia ingin sekali menjerit bahkan menangis sekencang-kencangnya. Atau bahkan ia bisa menjambak rambut Jongwoon itu sekarang juga.
“Kau.. untuk apa menyusulku kesini?” tanya Jongwoon lagi dan sepertinya ia mengabaikan jawaban Yura itu.
“Mwo!? Kenapa kau masih bertanya? Kau ini.. pura-pura tidak tahu apa kau sengaja membuatku terlihat bodoh didepanmu. Huh!?” jawab Yura kesal. Bisa-bisanya Jongwoon bertanya seperti itu.
Sepertinya Yura sangat kesal dengan Jongwoon. Kesabarannya juga bisa habis jika Jongwoon seperti ini.
“Yura-ya, kau tinggal menjawab apa susahnya!? Baiklah, sepertinya aku sangat lelah. Aku mandi dulu”
Dengan wajah tanpa dosanya Jongwoon berlalu begitu saja dari hadapan Yura dan berjalan melalu Yura tanpa menoleh. Sangat menyebalkan dan membuat Yura geram seketika.
“Aku tahu aku salah… Hukum aku sepuasmu. Jika perlu diamkan aku seumur hidupmu. Aku memang pantas untuk itu!!”
Kata Yura tanpa menoleh kearah Jongwoon. Jongwoon diam, ia juga tidak berbalik menatap Yura. Jongwoon menahan nafas beratnya, ia berusaha mengontrol emosinya.
Sesaat kemudian Yura mendengar pintu kamar mandi tertutup.
Sesaat kemudian Yura mendengar pintu kamar mandi tertutup.
“Neomu pabo-yaaa!!” gumam Yura merutuki dirinya sendiri. Ia kira, Jongwoon akan senang melihatnya ada disini. Menyusul Jongwoon, sama dengan mempertaruhkan harga dirinya sendiri. Bagaimana tidak. Jongwoon bahkan tidak memberitahu dimana ia berada, sedang apa, membutuhkan dia atau tidak.
Satu niatan Yura memberanikan diri untuk menyusul Jongwoon adalah ia tidak ingin berlarut-larut dalam masalah yang tidak jelas ini.
Sementara Jongwoon didalam kamar mandi menatap wajahnya didepan cermin. Ia menahan amarahnya. Sebenarnya saat melihat sosok Yura didepannya tadi, ia ingin sekali memel*k tubuh itu. Mendekapnya erat dan tidak boleh untuk melepaskannya. Tapi……. Niatan itu tidak bisa ia lakukan. Entahlah…
“Arghh.. Pabo!!” gerutu Jongwoon sendiri. Ia merasa tidak berguna sama sekali.
__oOo__
Jongwoon mengusap rambut basahnya dengan handuk saat ia keluar dari kamar mandi. Dengan T-shirt V-Necknya pria ini terlihat sangat mempesona karena bagian dadanya sedikit terbuka (Weeewww…)
Pandangan matanya tertuju pada sosok gadis yang sedang berdiri dibalkon hotel kamarnya. Yura terlihat sangat menarik walau hanya berpakaian sederhana. Jongwoon ingin sekali memeluk tubuh itu dari belakang. Seketika Yura menoleh kebelakang dan tepat saat itu Jongwoon juga masih menatapnya.
Sepertinya Yura tahu jika Jongwoon ada dibelakangnya.
‘Ya..Yura-ya. Jangan membuat aku menyerangmu sekarang juga’ batin Jongwoon saat mata mereka saling bertemu. Sadar akan wajah gadis yang dicintainya ini semakin menarik setiap harinya. Namun, apalah daya Jongwoon belum berani berbuat jauh. -______-”
Mereka diam… Tidak ada kata yang keluar dari mulut mereka berdua. Hanya sayup-sayup angin malam yang menerpa korden tipis dijendela kamar ini.
“Masuklah. Diluar dingin” ucap Jongwoon pada Yura dan langsung menatap kearah lain. Ia tidak ingin terus-terusan menatap wajah yang sangat ia rindukan ini.
Tanpa menjawab Yura juga menuruti apa kata Jongwoon. Jongwoon duduk diranjang dan menyibukkan diri dengan Ipad-nya. Yura dengan perlahan duduk disamping Jongwoon. Gadis ini berusaha untuk memulai percakapan agar tidak terlihat canggung dihadapan Jongwoon.
“Maaf…Maafkan aku” ucap Yura pelan. Gadis ini menunduk dan tidak menatap Jongwoon yang ada disampingnya.
Jongwoon tertegun saat mendengar gadisnya mengucapkan kata-kata maaf. Ia tidak tega membuat Yura seperti ini. Ia tahu, ia sangat kekanak-kanakan saat ini. Entahlah, mengapa ia begini.
“Aku bukannya lalai saat menjemput Key. Tapi memang saat itu aku ada keperluan mendadak dan sepertinya…-”
“Sangat penting untukmu. Iya kan?” kini Jongwoon menoleh kearah Yura begitupun sebaliknya.
Yura juga sedikit terkejut saat ini. Saat mata dan tatapan mereka saling bertemu debaran jantung mereka juga tidak bisa terkontrol.
Yura juga sedikit terkejut saat ini. Saat mata dan tatapan mereka saling bertemu debaran jantung mereka juga tidak bisa terkontrol.
“Hemm…Kau mau memaafkan aku..”
Jongwoon mengalihkan pandangannya. Ia masih ingin mendegar Yura mengakui kesalahannya dengan pria yang tidak ia kenal, tapi kenapa sampai sekarang Yura belum juga membahasnya. Ini membuat Jongwoon semakin pusing.
Sebenarnya Jongwoon hanya tidak ingin terlihat cemburu didepan Yura, hanya saja sikapnya mendiamkan Yura seperti ini memang salah besar. Dan Jongwoon mengakui itu. Walau ia belum mengungkapkannya.
“Sudah malam. Tidurlah… kau juga capek seharian ini..” jawab Jongwoon lagi-lagi ia mengabaikan apa pertanyaan Yura.
Seketika itu Yura berdiri dengan sangat penuh amarah ia memandang Jongwoon.
“Sepertinya tidak berguna sama sekali aku disini!!” tegas Yura.
Jongwoon mendongak menatap wajah gadis yang sedang berdiri didepannya ini. Yura menatap Jongwoon tajam. Sepertinya ia sudah muak dengan sikap Jongwoon yang seperti ini padanya.
“Baiklah. Aku pergi”
Yura seketika berbalik dan menyambar tasnya. Seketika ia berjalan menuju pintu. Dadanya sesak mengingat ia sangat diacuhkan disini. Tidak berguna sama sekali. Rela menyusul Jongwoon hanya demi ia memaafkan kesalahannya. Tapi rupanya sia-sia…..
“Jamkanman!!” Jongwoon berdiri dan berusaha meraih tangan Yura namun gagal karena Yura menepisnya berulangkali.
“Yaa…!!” Pekik Jongwoon saat Yura akan membuka pintu.
Kini dengan sekuat tenaga Jongwoon berhasil meraih tangan Yura dan mencengkeramnya kuat.
“Neo!??” geram Yura saat menatap Jongwoon.
“Jamkanman!!”
“Untuk apa!! Tsskk… lepaskan. Aku mau kembali ke korea. Itukan yang kau mau Kim Jongwoon!!” tatap Yura penuh emosi.
Jongwoon berusaha tidak larut dalam emosinya saat menatap Yura yang sangat kesal kali ini. Ia sadar ia telah melakukan kesalahan fatal dengan mengacuhkan gadis didepannya ini.
“Masuk..”
Jongwoon seketika menarik pergelangan tangan Yura untuk mengikuti jalannya. Yura seakan meronta, namun apa daya ia tidak bisa terlepas dari genggaman tangan Jongwoon yang sangat kuat.
“Yaaa! Kau ini….!!”
Jongwoon mengh*mpaskan t*buh Yura ditepi ranjang. Jongwoon menghela nafas panjang dan menatap wajah gadis didepannya tak kalah tajam. Yura merasakan sakit dipergelangan tangannya. Ia kemudian duduk dan menatap Jongwoon kesal.
“Kau seenaknya menyuruhku kembali. Biarkan aku pulang. Itu akan membuatmu lebih baik disini, dari pada terus melihatku. Apa kau juga menyesal menikahiku?”
Pertanyaan konyol itu kini keluar dari mulut Yura dan menyebabkan Jongwoon merasa emosi seketika.
“Kau bodoh! Kau tetap saja bodoh. Kau pikir menikahimu adalah hal yang paling buruk begitu?!” jawab Jongwoon.
“Aku tahu kau kesal denganku karena aku memperlakukanmu seperti ini. Tapi apakah kau tidak sadar kesalahanmu hum?” tambah Jongwoon.
Yura sedikit tersentak dengan apa kata Jongwoon barusan. Kesalahan? Kesalahan apa?
“Ara! Aku tahu… aku dari dulu memang sangat ceroboh. Hingga kini sifat itu masih saja melekat hingga aku juga ceroboh terhadap Key. Dan untuk itu aku juga sudah minta maaf padamu. Aku sungguh tidak mengerti”
“Baiklah.. Kau memang tidak akan mengerti” kata Jongwoon pelan. Sepertinya ia merasa putus asa, Yura juga tidak akan mengerti kesalahannya. Jongwoon berbalik dan berdiri membelakangi Yura.
“Kau mau aku mengakui kesalahan lain bukan? Aku cukup tahu. Tapi aku kecewa dengan sikapmu padaku” tegas Yura yang kini mulai berdiri dibelakang Jongwoon.
Jongwoon sedikit tersentak dengan penuturan Yura. Jongwoon berbalik dan menatap wajah istrinya. Betapa terkejutnya Jongwoon seketika itu melihat mata Yura yang berair sekarang.
“Kau ingin aku bilang bahwa aku salah jika aku bersama pria lain. Begitu bukan” tambah Yura lagi dan kali ini dia sedikit terisak.
Benar!! Benar sekali… Ini yang Jongwoon tunggu!! Tapi ia sakit melihat Yura seperti ini. Suami macam apa memperlakukan seorang istrinya hingga istrinya menangis dihadapannya hanya karena kesalah pahaman.
“Kenapa kau bersikap dingin padaku. Aku tahu kau aku salah? Aku sudah rela menyusulmu kesini tapi kenapa sikapmu masih sama. Jelaskan padaku. Aku harus apa agar kau mau bicara denganku. Aku benci sekali seperti ini… aku benci dirimmmphhh..mppphh…”
Mata Yura terbelahak seketika saat ia merasakan sebuah lum*tan lembut dari b*bir Jongwoon tepat dibib*rnya. B*bir Jongwoon bergerak sedikit agresif dib*bir Yura. Seolah ingin mengatakan. Diam!! dan jangan berbicara itu lagi.
Terkejut!! Memang ia sangat terkejut. Ia tidak menyangka Jongwoon akan menci*mnya ditengah-tengah emosinya membuncah seperti ini. Yura berusaha memberontak dan ingin lepas dari dekapan tangan Jongwoon. Namun, hasilnya malah sebaliknya. Tangan Jongwoon malah semakin kuat mend*kap t*buhnya bahkan tangan satunya malah ada ditengkuk Yura agar semakin dalam menci*mnya. Bibir Jongwoon semakin menuntut mel*mat b*bir Yura bergantian, Yura yang tadinya berontak dan tangannya kuat mencengkeran lengan Jongwoon kini mulai mengendur seiring alur ci*man Jongwoon yang semakin intens dan semakin lembut.
Jongwoon merasakan Yura sudah tidak berontak lagi. Bahkan Yura juga terlihat nyaman dengan perlakuannya. Jongwoon menjauhkan dirinya dan melepas tautan bibirnya. Ia masih bisa mendengar nafasnya dan nafas Yura yang terdengar berat.
Jongwoon menundukkan wajahnya untuk menatap wajah Yura yang kini tertunduk. Gadis itu sepertinya belum berani menatap wajah Jongwoon. Yura kemudian memalingkan wajahnya dan beringsut ingin menjauh dari hadapan Jongwoon. Tapi dengan cekatan tangan Jongwoon meraih kembali t*buh Yura agar tetap dihadapannya.
“Aku… pergi” kata Yura.
“Setelah aku menci*mmu, apakah kau masih ingin pergi?!” tanya Jongwoon, Yura mendongak dan menatap Jongwoon. Sial. Wajah pria didepannya ini bahkan masih saja mempesona.
“Mwo! Jadi kau mencegahku pergi hanya karena kau menci*mku. Kau kira aku ini siapa” jawab Yura kesal. Bisa-bisanya Jongwoon berkata seperti itu.
“Kau istriku. Dan siapa suruh kau pergi tanpa ijin dariku. Huh! Sudah cukup kau mengagetkanku dengan datang tiba-tiba seperti hantu. Sekarang kau malah pergi seenaknya. Aku tidak akan membiarkanmu!!”
Yura ternganga mendengar penuturan Jongwoon yang menurutnya memang egois tapi terdengar lucu. Jongwoon kemudian menghela nafas panjang dan sedikit mendekatkan diri lagi pada Yura. Tangannya meraih tangan Yura dan menyusupkan jari mungilnya disela-sela jari lentik Yura.
Yura menatap Jongwoon. Kenapa pria ini berubah lagi. Benar-benar ingin mati saja sekarang. Tatapannya seperti menghipnotis Yura untuk menurut apa katanya dan juga tidak ingin mengalihkan tatapannya.
“Siapa pria itu..” tanya Jongwoon menatap Yura intens.
Memang terdengar pelan…. tapi Yura seakan takut untuk menjawabnya. Entahlah, ia takut sekali walau dia dan Taejun hanya seorang teman, tapi melihat reaksi Jongwoon. Ia jadi gugup seketika.
“Kau rela menyisihkan waktu berdua dengannya. Itu membuatku sangat kesal denganmu” ungkap Jongwoon. Yura belum menjawabnya.
“Kau bahkan membiarkan pria itu mengusap rambutmu. Itu hanya aku yang boleh melakukannya. Jadi aku beritahu mulai sekarang. Ingat baik-baik.. Hanya aku yang boleh melakukan apapun yang ada didirimu.” tegas Jongwoon yang semakin memperlihatkan rasa cemburunya pada Yura.
“Kau cemburu?! Cemburumu sangat mengerikan Kim Jongwoon!” jawab Yura tidak percaya sisi lain dari Jongwoon.
Jongwoon terdiam sesaat.. Yura tahu memang Jongwoon enggan mengatakan kalau ia memang sedang cemburu dengannya. Dan ini sangat sulit bagi Jongwoon, mengingat ia tidak mau terlihat bodoh didepan Yura.
“Apa salah!!” jawab Jongwoon seperti tidak terima dengan tebakan Jongwoon.
“Namanya Taejun.. Park Taejun. Teman model majalah waktu aku masih di Paris. Sejak di Paris, dialah teman bermainku selain Donghae oppa” papar Yura.
Jongwoon tidak habis pikir kenapa gadis ini sangat menarik dimata laki-laki lain. Entahlah, yang pasti ia harus ekstra sabar menghadapi Yura yang sewaktu-waktu bersama dengan pria lain. Ani, ia tidak ingin itu terjadi lagi.
Jongwoon masih belum menjawab. Ia diam dan tak tahu harus bagaimana. Yura tahu pria didepannya ini sangat gengsi untuk menanyakan lebih jauh lagi tentang hal ini.
“Dia sudah tahu aku menikah denganmu. Dan sore itu setelah kau melihat kami direstoran Ryeowook, kami keluar jalan-jalan dengan Key. Dia tahu Key putraku. Apa lagi yang mau kau ketahui, hum?” tanya Yura lagi pada Jongwoon.
“Kau memberitahu dia kau sudah menikah dan mempunyai suami. Itu sudah cukup. Mianhae, aku sudah membuatmu seperti ini. Kau menangis juga karena aku bukan?”
Yura mengercutkan bibirnya saat Jongwoon mulai menggodanya lagi.
“Ya! Kim Jongwoon, aku berpikiran akan meninggalkanmu jika kau terus mendiamkan aku. Kau tahu, aku merasa tidak berguna sama sekali sebagai istri ataupun sebagi eomma.” tegas Yura.
Jongwoon hanya tersenyum simpul mendengarnya. Ia sadar gadis didepannya ini sangat spesial baginya. Hanya melihatnya saja sebenarnya hati Jongwoon sudah luluh.
“Aigoo, Yeoba-ya. Aku kan sudah minta maaf. Maafkan aku. Apa kau tidak mau memaafkan suamimu yang paling tampan ini? Hum?!” Jongwoon memasang ekspresi wajah yang tidak biasanya dan membuat Yura sedikit takut.
“Ya, jangan memanggilku seperti itu!”
“Ara! Kim Yura…. Eottoke?”
Yura sedikit tersenyum melihat wajah Jongwoon yang selalu tampak lucu jika seperti ini. Pria didepannya tampak masih sangat tampan walau-pun ia sedikit berantakan karena sejak dari pulang Jongwoon memang belum membersihkan diri.
“Huumm… Aku memaafkanmu. Walaupun itu sangat sulit bagiku… apakah ada seorang suami pergi tanpa memberitahu istrinya terlebih dulu. Membiarkan istrinya klimpungan mencarinya hingga saat sudah menemukan suaminya malah suaminya masih mengacuhkannya. siapun wanita itu, pasti dia akan sedih dan menangis seperti aku”
Jongwoon cukup tercengang mendengar penuturan dari Yura ini. Kenapa Yura bisa merangkai kata-kata sepanjang ini. Yang ia tahu, Yura itu tidak pernah protes dengannya.
“Arasseo… Kau membuatku takut saja. Aku berbuat seperti itu kau tahu karena apa?” sangkal Jongwoon. Yura menatapnya dengan penuh pertanyaan.
“Mwo”
“Karena aku takut kehilanganmu…” jawab Jongwoon singkat.
Yura terdiam. Menyadari dirinya memang berarti bagi Jongwoon, dan itu membuatnya sedikit gugup. Jongwoon juga diam, kemudian ia tersenyum simpul pada Yura yang membuat Yura seketika kehilangan kesadaran karena senyuman Jongwoon yang mampu membiusnya. Sungguh senyuman ini mampu membuat jiwa Yura terganggu. Sangat mempesona.
Perlahan Jongwoon mengangkat dagu Yura agar Yura dapat menatapnya secara dekat dan intens. Sialnya gadis ini malah belum berkedip sedetikpun. Jongwoon tahu, jika seperti ini rasa ingin memiliki gadis ini sangat kuat, apalagi ia sangat merindukan Yura. Sangat merindukannya.
“Jangan ulangi lagi. Aku sangat kacau jika kau seperti kemarin. Sungguh membuatku sesak Yura-ya” ucap Jongwoon.
“Jeongmal, boghosipta” ucap Jongwoon pelan.
Jongwoon tidak mengharapkan jawaban dari mulut Yura, ia sendiri sudah tahu apa jawaban gadis ini. Pasti dia juga merindukannya. Mata Jongwoon kini menatap bibir mungil Yura yang masih terlihat memerah karena ciumannya tadi.
Perlahan naluri Jongwoon mulai meningkat lagi untuk menc*um b*bir istrinya kembali. Tentu saja tidak seperti tadi. Kali ini Jongwoon akan lebih lembut. Jongwoon sedikit menunduk dan memiringkan kepalanya untuk menjangkau b*bir Yura. Yura masih jelas bisa melihat Jongwoon memejamkan matanya. Ia masih saja berdebar walau cium*n ini bukan pertama kali. Tangan Jongwoon meraih wajah Yura agar semakin dekat hingga sekarang Yura dapat merasakan sapuan lembut b*bir Jongwoon dib*birnya. Yura hanya dapat memejamkan matanya dan membalas setiap lum*tan b*bir Jongwoon yang dirasakan semakin menuntut kali ini.
Yura dan Jongwoon tidak sadar dengan posisi mereka saat ini. Ya, sudah berubah. Yura bahkan mer*sakan tub*h Jongwoon diatasnya. Dan sesekali merasakan sentuhan lain dit*buhnya. Apakah ini, akan terjadi??
Yura yang menggunakan dress selututnya merasakan ada sesuatu yang mulai membu*tnya sedikit geli. T*ngan Jongwoon sudah ada dib*lik dressnya dan Yura tidak sanggup menolaknya. Hingga, ada sesuatu…… yang mengejutkan Jongwoon.
Jongwoon melepas t*utan bib*rnya dan menatap Yura. Yura sedikit terkejut kenapa Jongwoon menatapnya seperti itu.
“Mwo!?” tanya Yura.
Jongwoon kemudian bangun dari t*buh Yura. Dan kemudian merapikan sedikit rambutnya yang berantakan. Demikan juga Yura, dia bangun dan merapikan rambut dan dressnya yang berantakan akibat ulah tangan Jongwoon.
“Apakah aku akan melakukannya jika kau sekarang sedang kelaparan. Sejak kapan kau belum makan,hum!?” jawab Jongwoon.
“Huh?”
“Perutmu berbunyi!!”
Yura merasa bodoh jika sudah seperti ini. Jongwoon sudah membuatnya merasa melayang. Tiba-tiba membuatnya jatuh langsung kegaris dasar. Sungguh membuat Yura malu. Sangat malu.
“Eumm.. Sejak tadi pagi” jawab Yura pelan.
“Yaaa!! Kau bodoh sekali… Tasskk!”
“Baiklah.. aku mandi dulu. Kau pesankan makan malam untuk kita. Makan dikamar saja, jadi kita tidak perlu turun. Aku ingin menikmatinya hanya berdua denganmu!” tegas Jongwoon kemudian dengan wajah biasanya ia meninggalkan Yura yang masih duduk terpaku.
“Apa kau mau m*ndi bersamaku?” goda Jongwoon.
“YAKK!!”
__oOo__
Yura mencium aroma parfum yang sangat khas dipagi ini. Matanya masih menutup namun ia bisa mencium dengan jelas aroma ini. Jongwoon biasa memakain parfum ini. Dan Yura sangat menyukianya. Lalu, apakah Jongwoon sudah ingin berangkat lagi?
Yura membuka matanya perlahan saat sinar matahari menyilaukan matanya. Dilihatnya Jongwoon sedang ada didepannya dengan pakaian yang sudah rapi. Kemeja putihnya membuat pria ini semakin terlihat menawan.
“Kau sudah bangun…” kata Jongwoon yang kini berbalik menatap Yura. Pria ini membenahi lengan kemeja dan kancingnya.
Yura tersenyum simpul.
“Kau berangkat sekarang? Kenapa pagi sekali” protes Yura. Jongwoon kemudian menyentilkan jarinya kedahi Yura.
“Ini jam 9 pagi. Apakah ini masih pagi sekali. Hum! Dasar! Cepat bangun” Jongwoon menarik tangan Yura untuk bangun. Tapi Yura seakan tidak mau.
“Biarkan aku tidur sepuasnya. Aku jarang bangun siang setelah menikah denganmu.” pintanya. Jongwoon tidak tega melihat Yura seperti ini. Sebenarnya ia ingin mengajak Yura ketempat ia menemui relasinya. Tapi sekarang tidak mungkin.
“Aigoo. Kenapa aku bisa menikahi gadis sepertimu.”
Yura tersenyum manja mendengar keluhan Jongwoon. Jongwoon kemudian menyambar jas hitamnya dan membenahi dasinya sendiri.
“Sini……”
Tiba-tiba Yura sudah ada didepannya dan mengambil alih untuk membenahi dasi Jongwoon. Dengan telaten Yura akhirnya bisa merapikan dasi Jongwoon dan membuat pria ini tersenyum simpul.
“Key, tadi menelpon saat kau masih tertidur.”
“Jinja!! kenapa kau tidak membangunkanku…” protes Yura.
“Lalu, bagaimana?” tambah Yura lagi.
“Dia merindukanmu….” jawab Jongwoon.
“Haaaa… aku jadi ingin cepat kembali ke Seoul. Nanti malamkan kita pulang?”
“Sepertinya tidak bisa” jawab Jongwoon enteng.
“Mwo!? Kau harus menemui relasi bisnismu lagi. Aish jinja!! Aku sudah merindukan Key. Kalau begitu aku pulang sendiri saja. Eoh?” tambah Yura bersemangat.
“Mana boleh begitu!! Kau akan teap pulang bersamaku. Dan itu tidak mungkin besok”
“Ya… Bagaimana bis-”
“Yura sayang… Kau tidak ingin membuatkan Key seorang adik. Hum?” potong Jongwoon seketika Yura membulatkan matanya.
Jongwoon tersenyum kemudian berlalu dari hadapan Yura. Yura masih terpaku ditempatnya. Yura sadar akan ucapan Jongwoon. Jadi Jongwoon. Seketika muncul semburat merah dipipinya.
“Oh, ya aku melupakan sesuatu”
Jongwoon berbalik dan menatap Yura. Walau masih acak-acakan dengan rambutnya yang panjang sehabis bangun tidur. Dimata Jongwoon, Yura tetaplah menarik. Yeppeo. Walau kata itu jarang ia ucapkan untuk memuji gadis didepannya. Tapi tidak dipungkiri itu memang benar.
“Apa?” tanya Yura.
“Ini………”
Jongwoon menci*m kening Yura, gadis itu hanya terdiam sesaat. Sadar akan sikap Jongwoon barusan membuat hatinya berdesir. Tak lama kemudian, b*bir Jongwoon menci*m sekilas b*bir mungil Yura. Menyesapnya pelan kemudian melepaskannya.
Yura masih terdiam….
“Aku pergi. Hati-hati, telepon aku kalau terjadi sesuatu”
“Umm.. hhh.. ne” jawab Yura sedikit gugup. Jongwoon tersenyum melihat ekspresi Yura ini.
“Siap-siap nanti malam.. Yura sayang” goda Jongwoon. Dengan secepat kilat Jongwoon sudah menghilang dibalik pintu.
“Yakkk!!!! Nappeunn!!!! Awas saja kau kepala besar!!”
=TBC=
No comments :
Post a Comment