The Sweet Bodyguard part 9 END
Posted by ELF4SUJU
Title : The Sweet Bodyguard (Part 9/End)
Author : Lauditta Marchia T
Genre : Romance
Cast :
– Im Yoon Hee (OC)
– Cho Kyuhyun (Suju)
– Choi Siwon (Suju)
– Lee Hyukjae (Suju)
– Park Jung Soo (Suju)
– Other Cast
–>FF ini hanyalah sebuah imaginasi meskipun tak menutup kemungkinan terjadi dalam dunia nyata (apa yang kita anggap fiksi sebenarnya sudah banyak terjadi), jika ada kesamaan kisah, hanyalah faktor ketidaksengajaan. Say no to plagiat!!!
***
Kyuhyun dan Siwon tampak santai di dalam sebuah café. Mereka meneguk minuman yang mereka pesan.
“Apa katamu?” Siwon memandangi tajam pada Kyuhyun.
“Apa katamu?” Siwon memandangi tajam pada Kyuhyun.
“Ada apa? Apa kau sebegitu tulinya?” ledek Kyuhyun.
“Kau masih bisa bercanda?” Siwon menggeleng prihatin “Bagaimana mungkin kau membiarkannya ke Somalia?”
“Meskipun dia pacarku tapi aku tak berhak untuk mengatur hidupnya. Tidak—sekalipun dia istriku, aku mungkin akan memberikan alasan penolakanku tapi keputusan ada di tangannya dan aku akan menghargai apapun yang dia pilih”
“Tak bisa dipercaya” Siwon semakin heran melihat Kyuhyun yang begitu santai “Lalu apa jawabannya ketika kau melamarnya?”
Kyuhyun terdiam.
“Kau belum mengatakan apapun padanya?” Siwon semakin kaget “Cho Kyuhyun, kau sangat hebat” Siwon mendesah, heran bercampur kesal.
“Kau belum mengatakan apapun padanya?” Siwon semakin kaget “Cho Kyuhyun, kau sangat hebat” Siwon mendesah, heran bercampur kesal.
“Yoon Hee terlihat ragu dalam menjalankan tugasnya karena aku. Jika aku menyampaikan lamaranku, bukankah itu artinya justru semakin memperkeruh suasana hatinya?” Kyuhyun memandangi Siwon yang terdiam “Aku tak ingin dia setengah hati dalam bertugas, itu bisa berakibat fatal. Akan lebih baik jika dia bisa terfokus pada satu hal saja, pekerjaannya. Aku ingin dia kembali dalam keadaan yang baik. Berada dalam masa penantian—aku sudah terlatih dengan hal itu” Kyuhyun mengerling.
“Apa kau benar-benar Cho Kyuhyun?” Siwon memandangi Kyuhyun dengan sangat dalam.
Ya. Kyuhyun yang sekarang sudah bukan Kyuhyun yang labil seperti beberapa tahun lalu. Ia telah tumbuh dengan baik. Pelajaran hidup yang keras yang membuatnya jatuh, tapi ia berhasil untuk bangkit kembali—Kyuhyun, berhasil mengambil pelajaran berharga dari hidupnya. Terpuruk lalu bangkit lagi—dan semakin kuat.
“Dimana si idiot itu?” Tanya Kyuhyun menyadari jika Hyukjae tak tampak akhir-akhir ini.
“Dua hari yang lalu dia bertolak ke Swiss” jawab Siwon “Kau sudah mengatakan hal ini padanya?”
“Mendengar omelanmu aku hampir kehilangan semangat hidup. Jika Hyukjae tahu, aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padaku” ujar Kyuhyun. Siwon tertawa “Biarkan saja dia. Aku tak ingin membuat kupingku memanas”
Kyuhyun dan Siwon tertawa membayangkan Hyukjae yang selalu menceramahi mereka jika berbuat kesalahan—benar-benar bukan Hyukjae yang biasa. Apalagi jika itu menyangkut noona kesayangannya, Im Yoon Hee.
~.oOo.~
“Kemana kita hari ini?” Tanya Yoon Hee begitu masuk ke dalam mobil yang dikendarai Kyuhyun.
“Kau akan tahu” jawab Kyuhyun yang langsung menginjak pedal gas mobilnya.
~~~
“Kau mengajakku ke sini?” Yoon Hee tertegun ketika mendapati mereka berada di Lotte World.
“Aku tak yakin kau pernah menghabiskan waktumu di tempat seperti ini, sejak pertemuan kita bertahun-tahun lalu” ujar Kyuhyun dan langsung menarik tangan Yoon Hee memasuki kawasan rekreasi ternama di Seoul.
Lotte World adalah kompleks rekreasi sangat terkenal dan popular. Tempat yang terdiri dari taman bermain didalam ruangan (in door) terbesar di dunia, juga memiliki taman bermain di luar ruangan (out door)—taman hiburan yang disebut dengan sebutan Magic Island, sebuah pulau buatan di tengah-tengah danau yang dihubungkan dengan jalur monorail.
Meskipun Lotte World tak hanya dikhususkan sebagai teman bermain atau rekreasi karena dilengkapi dengan pusat perbelanjaan, hotel yang megah, museum rakyat korea, fasilitas olahraga dan bioskop serta tempat bermain ice skatingyang dikemas dalam satu tempat namun Kyuhyun dan Yoon Hee lebih memilih untuk menikmati wahana-wahana permainan yang ada di tempat itu.
Setelah berjam-jam dihabiskan oleh Kyuhyun dan Yoon Hee dengan penuh canda tawa dan kebahagiaan. Mereka memutuskan untuk mengunjungi pulau buatan di tengah danau di Lotte World. Mereka menaiki monorail untuk mencapai tempat tersebut.
Duduk berdampingan di dalam monorail, Kyuhyun tak sedikitpun melepaskan tangan Yoon Hee.
“Kyu” Yoon Hee memanggil nama Kyuhyun, pelan.
“Hmm..” gumam Kyuhyun.
“Mengapa kau tak memintaku untuk tinggal?”
“Jika aku memintanya—apakah kau akan tinggal?” Kyuhyun balik bertanya “Kau jangan khawatir, aku tak apa-apa. Aku justru mencemaskanmu, kau harus berhati-hati di sana. Jangan pikirkan apapun”
“Kau sudah begitu lama menungguku”
“Kau takut jika aku tak akan menunggumu lagi?”
“Tidak. Tak masalah jika kau memutuskan untuk tidak menungguku lagi. Kau sudah terlalu lelah belakangan ini”
“Aku tak akan berbohong untuk mengatakan bahwa aku tak lelah. Delapan tahun kepergianmu bukanlah waktu yang mudah—hati dan pikiranku lelah sekali” ujar Kyuhyun “Yoon Hee. Menunggu kali ini akan sangat berbeda dengan sebelumnya karena kau bukanlah khayalan, kau nyata dan kau masih hidup. Jika aku merasa lelah, dengan memikirkanmu maka semua akan terbayarkan jadi kau harus berjanji bahwa kau akan kembali sama seperti kau pergi”
Yoon Hee terdiam. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Kyuhyun.
“Terima kasih”
Kyuhyun menoleh. Ia mengecup dengan sangat dalam ubun-ubun Yoon Hee.
~~~
Mobil berhenti tepat di depan pagar sebuah rumah. Kyuhyun mengantar Yoon Hee sampai di depan gerbang pagar rumah Yoon Hee.
“Kau mengantarku sampai di sini saja” ujar Yoon Hee “Besok, aku akan segera pergi. Kau tak perlu mengantarku”
“Yoon Hee” Kyuhyun terkejut mendengar perkataan Yoon Hee.
“Jika melihatmu, aku takut—aku tak akan mempu meninggalkan Seoul” jawab gadis itu tenang “Saat ini aku sudah menetapkan hatiku, aku tak ingin pendirianku goyah—jadi, malam ini adalah terakhir kalinya kita bertemu sebelum aku kembali lagi ke Seoul”
“Baiklah, jika itu bisa membantumu” ujar Kyuhyun setelah terdiam beberapa waktu, ia menatap Yoon Hee dengan sorot matanya yang hangat “Jika punya waktu luang, jangan lupa untuk menghubungiku—akupun akan terus menghubungimu”
“Iya. Pergilah” ujar Yoon Hee
“Kau masuklah dulu”
“Tidak. Aku ingin melihatmu pergi terlebih dahulu”
“Baiklah. Jaga dirimu baik-baik karena aku masih menunggumu” ujar Kyuhyun.
Yoon Hee menangguk. Ia mengawasi Kyuhyun yang masuk ke dalam mobilnya. Gadis itu melambaikan tangan ketika mobil Kyuhyun mulai bergerak, melaju dalam kecepatan sedang dan meninggalkan tempat itu.
Senyuman di wajah tenang Yoon Hee memudar, bahkan menghilang. Gadis itu merasakan seluruh tubuhnya melemas, ia memegangi gerbang untuk membantu tubuhnya agar tetap berdiri.
Matanya yang sembab dan memerah, air mata mengalir dari kedua bola matanya. Ia menghalau tangis dengan tangannya. Hanya dengan memikirkan bahwa ia akan berpisah lagi dengan Kyuhyun, Yoon Hee merasakan kekosongan yang luar biasa dalam hatinya. Bertahun-tahun dengan segenap hati menjalankan tugas agar dapat kembali pada kehidupan normal, bertahun-tahun terus merindukan Kyuhyun—ia merasa hatinya tak sanggup untuk berpisah dengan Kyuhyun, meskipun perpisahan kali ini tak memakan banyak waktu tapi hari-hari yang dilalui Yoon Hee tanpa Kyuhyun adalah saat-saat yang berat.
Tak mampu berdiri. Yoon Hee langsung terduduk, ia berjongkok lemas. Ia terisak dengan tubuh yang terguncang.
Sentuhan lembut di bahunya membuat Yoon Hee menoleh.
“Kyuhyun?”
Ia tak dapat menyembunyikan keterkejutannya melihat Kyuhyun yang telah berjongkok di belakangnya. Pemuda itu menyentuh pundak Yoon Hee dengan pegangan yang kokoh, membawa gadis itu untuk berdiri.
“Entah apa yang harus aku lakukan. Baru beberapa menit meninggalkanmu tapi aku sudah sangat merindukanmu—kupikir, aku harus melihatmu lagi” Kyuhyun tersenyum lembut, sinar matanya yang begitu hangat membawa ketenangan. Ia menghapus air mata yang membasahi pipi Yoon hee “Im Yoon Hee. Saranghamnida” Kyuhyun berkata dengan sangat lembut.
Air mata Yoon Hee kembali terjatuh dari kedua bola matanya. Kyuhyun memegangi pipi Yoon Hee, menghapus air mata yang terus aktif keluar dari mata gadis itu.
Ia merengkuh wajah Yoon Hee, mengecup sesaat bibir gadis itu. Ia menelusuri wajah Yoon Hee.
“I love you so much” ujar Kyuhyun lagi.
Pemuda itu kembali mendaratkan ciuman di bibir Yoon Hee. Ciuman lembut dan dalam. Yoon Hee membalas ciuman Kyuhyun yang begitu hangat, mengulum lembut bibirnya.
Kyuhyun merengkuh Yoon Hee ke dalam pelukannya.
“Kyuhyun—saranghanda” Yoon Hee melingkarkan kedua tangannya ditubuh Kyuhyun. Pemuda itupun semakin mempererat pelukannya pada Yoon Hee.
~.oOo.~
All my bags are packed
I’m ready to go
I’m standing here outside your door
I hate to wake you up to say goodbye
I’m ready to go
I’m standing here outside your door
I hate to wake you up to say goodbye
But the dawn is breaking
It’s early morn
The taxis waiting
He’s blowin his horn
Already I’m so lonesome
I could die
It’s early morn
The taxis waiting
He’s blowin his horn
Already I’m so lonesome
I could die
So kiss me and smile for me
Tell me that you’ll wait for me
Hold me like you’ll never let me go
Cause I’m leaving on a jet plane
Don’t know when I’ll be back again
Oh babe, I hate to go
Tell me that you’ll wait for me
Hold me like you’ll never let me go
Cause I’m leaving on a jet plane
Don’t know when I’ll be back again
Oh babe, I hate to go
—
Leaving On A Jet Plane, lagu yang dipopulerkan oleh Chantal Kreviazuk terdengar mengalun merdu. Warna hijau motif bercak loreng Pakaian Dinas Lapangan (PDL), seragam yang dikenakan oleh Yoon Hee.
—
There’s so many times I’ve let you down
So many times I’ve played around
I tell you now, they dont mean a thing
Every place I go, I’ll think of you
Every song I sing, I’ll sing for you
When I come back, I’ll bring your wedding ring
So many times I’ve played around
I tell you now, they dont mean a thing
Every place I go, I’ll think of you
Every song I sing, I’ll sing for you
When I come back, I’ll bring your wedding ring
So kiss me and smile for me
Tell me that you’ll wait for me
Hold me like you’ll never let me go
Cause I’m leaving on a jet plane
Don’t know when I’ll be back again
Oh babe, I hate to go
Tell me that you’ll wait for me
Hold me like you’ll never let me go
Cause I’m leaving on a jet plane
Don’t know when I’ll be back again
Oh babe, I hate to go
—
Yoon Hee mengencangkan ranselnya, mengikat tali sepatu, memasang pelindung lutut, sarung tangan, sarung senjata, perlengkapan komunikasi dan semua aksesories lainnya. Terakhir ia mengenakan baret di kepalanya.
—
Now the time has come to leave you
One more time
Let me kiss you
Then close your eyes
I’ll be on my way
One more time
Let me kiss you
Then close your eyes
I’ll be on my way
Dream about the days to come
When I wont have to leave alone
About the times, I wont have to say
When I wont have to leave alone
About the times, I wont have to say
—
Gadis itu menemui kedua orang tuanya yang telah menantinya di ruang tamu. Ia menatap wajah sendu Ibunya yang harus merelakan anak gadisnya kembali bertugas, air mata mengalir di pipi wanita senja itu. Yoon Hee memeluk Ibunya. Tatapannya beralih pada Ayahnya, gadis itu memberikan hormat dengan sikap sempurna pada Ayahnya—pria tua itu memeluk Yoon Hee.
—
Oh, kiss me and smile for me
Tell me that you’ll wait for me
Hold me like you’ll never let me go
Cause I’m leaving on a jet plane
Don’t know when I’ll be back again
Oh babe, I hate to go
Tell me that you’ll wait for me
Hold me like you’ll never let me go
Cause I’m leaving on a jet plane
Don’t know when I’ll be back again
Oh babe, I hate to go
But, I’m leaving on a jet plane
Don’t know when I’ll be back again
Oh babe, I hate to go
Don’t know when I’ll be back again
Oh babe, I hate to go
—
Pandangan Yoon Hee yang menerawang, memandangi wajah kota Seoul dari jendela mobil yang ditumpanginya menuju Markas Besar Angkatan Darat. Menyimpan dengan baik semua yang ia lihat hari ini, sebelum akhirnya meninggalkan negaranya itu.
Ia memasuki area Mabes. Seluruh pasukan yang akan diberangkatkan telah berkumpul, mereka akan melaksanakan upacara pelepasan. Yoon Hee melangkah pasti di dalam bangunan kokoh tersebut, sesekali ia tersenyum ketika bawahannya memberikan hormat—sama halnya dengan Yoon Hee ketika bertemu dengan orang-orang dengan pangkat di atasnya.
Gadis itu duduk di kursi di dalam ruang kerjanya. Matanya tertuju pada foto yang terpampang cantik dalam pigura, di atas meja kerjanya. Ia meraih foto itu, memandang lekat. Tersenyum melihat foto dirinya dan Kyuhyun. Yoon Hee kembali meletakan foto itu pada posisi semula.
Getar handphone membuat Yoon Hee tersentak, lamunannya buyar seketika.
“Noonim!!” jeritan Hyukjae memekak telinga Yoon Hee sebelum gadis itu mengeluarkan sepatah katapun.
“Kau hampir membuatku cacat” ujar Yoon Hee.
“Noonim, apa-apaan ini?” Hyukjae terdengar tak sabaran “Are you kidding me now?”
Yoon Hee terdiam. Hyukjae pasti baru mengetahui keberangkatannya.
“Kau bahkan belum sebulan menikmati kehidupan bebasmu” ujar Hyukjae.
“Sejak kapan aku memiliki kehidupan yang bebas” Yoon Hee mencandai Hyukjae “Tak akan lama, tugas ini akan segera berlalu dengan cepat”
“Mengapa tak mengatakan padaku? Aku baru mengetahuinya dari Siwon pagi ini—jika tahu akan seperti ini, aku menunda keberangkatanku ke Swiss” desah kesal Hyukjae.
Yoon Hee hanya tersenyum mendengar celoteh Hyukjae.
“Bagaimana dengan Kyuhyun?”
“Aku berat untuk pergi setelah sekian lama berpisah dengannya tapi aku tak bisa bertindak seenaknya, dan Kyuhyun memintaku untuk pergi”
“Astaga, apa yang ada di kepala anak itu?” Hyukjae berdecak “Aku dan Siwon adalah saksi hidup bagaimana terpuruknya Kyuhyun sejak kepergianmu, kami bahkan mengira ia tak akan pernah bangkit lagi. Sangat aneh jika mendengarnya bisa melepasmu begitu saja setelah penderitaan panjangnya itu”
“Kyuhyun, bukan pemuda labil dan egois seperti beberapa tahu lalu. Aku sangat senang melihat perubahan dalam dirinya. Dia bisa berdiri teguh di atas kedua kakinya”
“Kau benar, hanya saja aku tak habis pikir” kilah Hyukjae “Lalu bagaimana dengan pernikahan kalian?”
Alis Yoon Hee mengerut.
“Kalian akan menikah selepas tugasmu? Mengapa tak mempercepat waktu pernikahan kalian?”
“Lee Hyukjae—apa yang sedang kau bicarakan?” Yoon Hee tampak kebingungan.
“Bukankah Kyuhyun sudah melamarmu?” pertanyaan Hyukjae merubah ekspresi di wajah Yoon Hee “Makan malam istimewa yang dipersiapkan untukmu, Kyuhyun mengatakan pada kami bahwa dia akan melamarmu. Noonim, apa kau menerima lamarannya? Lalu sekarang, apa yang akan kalian lakukan?”
Yoon Hee merasakan debaran jantungnya bekerja tak normal. Bola matanya membulat, ia tersandar lemas di kursi kerjanya. Gadis itu baru menyadari semuanya.
Beberapa menit berlalu dan Yoon Hee bungkam dengan ekspresi yang tak berubah sedikitpun, pikirannya pasti sedang berkecamuk. Gadis itu beranjak kasar dari kursinya dan berjalan meninggalkan ruang kerjanya.
Ia tergesa-gesa menyusuri koridor Mabes dan sampailah ia di depan pintu sebuah ruangan. Setelah mengatur nafasnya, Yoon Hee mengetuk pelan pintu itu dan masuk ke dalam ruangan tersebut.
Pria yang duduk di dalam ruangan itu menatap Yoon Hee heran ketika melihat gadis itu memberikan hormat padanya.
“Jenderal, aku punya sebuah permintaan” ujar Yoon Hee tegas.
“Permintaan??” mimik pria itu terlihat sangat serius.
“Ada sesuatu yang harus aku lakukan” Yoon Hee menjawab dengan sangat lantang.
~~~
Kantor National Intelligence Service (NIS).
Rapat baru saja selesai dilaksanakan. Semua staff mulai beringsut dan satu per satu meninggalkan ruang rapat. Jung Soo menghampiri Kyuhyun yang masih terdiam, tak berkutik di tempatnya. Tangannya sesekali memainkan pena.
“Hari ini kau kehilangan konsentrasimu” kata Jung Soo “Kau tak mengantarnya?”
“Hyung—apa kau pikir aku akan mengikuti rapat ini jika Yoon Hee bersedia aku mengantarnya?”
“Dia memang keras kepala”
Kyuhyun menarik nafas. Pandangan matanya kembali menerawang, sementara Jung Soo hanya menggeleng prihatin.
“Kau masih ingin di sini?” Tanya Jung Soo
“Pergilah hyung, aku akan menyusulimu” jawab datar Kyuhyun, terlihat sekali jika ia sedang tak bersemangat.
Jung Soo mengayunkan kakinya. Belum sempat tangannya memegang kenop pintu ketika handphonenya bernyanyi riang. Ekspresinya berubah melihat nama si pemanggil.
“Ah, jadi kau baru mengingatku sekarang?” Tanya Jung Soo “Apa maksudmu? Apa?? Benarkah? Ah, baiklah”
Percakapan via telepon itu berakhir.
“Cho Kyuhyun!” seru Jung Soo. Kyuhyun menoleh “Dimana handphonemu?”
“Handphone?” Kyuhyun bertanya sambil mencari handphone di saku celananya “Sepertinya tertinggal di ruang kerjaku—ada apa?”
“Pergilah—seseorang sedang menunggumu di loby”
“Aku?” gumam Kyuhyun “Siapa?”
“Jangan banyak bertanya. Temui dan lihat saja dia!” ujar Jung Soo, ia meninggalkan Kyuhyun yang masih bertanya-tanya seorang diri di dalam ruang rapat yang telah berubah menjadi senyap.
Kyuhyun akhirnya meninggalkan ruang tersebut, menyusuri koridor dan langsung masuk ke dalam lift yang dengan segera membawanya ke loby. Matanya mencari-cari seseorang diantara begitu banyak orang yang berkeliaran di loby.
Langkah kaki pemuda itu terhenti ketika melihat seseorang yang sedang berdiri membelakanginya. Seseorang berpakaian loreng, seorang gadis yang meskipun dalam jarak yang jauh dapat dikenalinya dalam sekali pandang.
Kyuhyun melangkah pelan. Ia mendekati Yoon Hee, berdiri sejajar dengan gadis itu.
“Jika aku gugur pada saat bertugas maka namaku pasti akan terukir di situ” ujar Kyuhyun, ia menoleh sekilas pada Yoon Hee dan kembali memandangi apa yang sedang dipandang gadis itu.
Dinding yang terbuat dari keramik dengan kualitas baik, berwarna hitam—begitu banyak nama yang terukir indah di sana, nama-nama para agent NIS yang gugur dengan tanda bintang, tanda jasa—mereka yang mengorbankan nyawa mereka demi tugas mereka.
“Seharusnya kau sudah berada dalam penerbangan yang akan membawamu ke tempat tugas yang baru”
Kyuhyun kembali menoleh pada Yoon Hee. Gadis itu tak mengeluarkan sepatah katapun, hanya bungkam memandangi nama-nama yang terukir di hadapannya. Yoon Hee kini merubah posisi berdirinya—ia berhadapan langsung dengan Kyuhyun.
“Yoon Hee, apa yang membawamu ke sini?” Kyuhyun bertanya dengan tenang.
Yoon Hee menatap Kyuhyun dengan sorot matanya yang tampak tegas juga sangat tenang. Gadis itu melepas baret yang masih melekat di kepalanya.
“Kita menikah saja” ucapan Yoon Hee yang to the point membuat senyuman di wajah Kyuhyun berganti dengan ekspresi terkejut.
“Yoon Hee,, barusan kau…”
“Cho Kyuhyun, menikahlah denganku” Yoon Hee memperjelas perkataannya.
Gadis itu tampak begitu pasti mengucapkan kalimat itu, tak ada keraguan ataupun ketegangan di wajahnya. Kyuhyun justru menegang, tak berkutik—ia masih berusaha untuk mencerna situasi yang terjadi saat ini.
“Yoon Hee” Kyuhyun masih tercekat.
Sekian menit dihabiskan dalam kebisuan.
“Hanya saja aku…” pemuda itu tampaknya telah menguasai keadaan “Maafkan aku tapi bisakah kau menungguku sebentar..”
Perkataan Kyuhyun kali ini membuat raut wajah Yoon Hee yang berubah. Ia hampir tak dapat berkata-kata setelah melihat Kyuhyun yang berlalu meninggalkannya setelah mengucapkan kalimat itu—tanpa penjelasan apapun.
Dada gadis itu berdebar kencang, matanya terasa panas dan juga rongga dadanya yang tiba-tiba terasa sesak namun juga secara bersamaan kekosongan yang tiba-tiba menjalar ke seluruh tubuhnya—ironis sekali.
Ingin rasanya ia menangis, kata-kata dan perlakuan Kyuhyun membuatnya menyadari hal lain, tak perlu dijelaskan tapi gadis itu telah merasakan aura penolakan.
Beberapa menit berlalu. Kyuhyun terlihat berlari pelan menuju lobi, wajah cerah bahagianya perlahan memudar ketika tak mendapati sosok Yoon Hee di tempat semula—ia lalu mencari gadis itu, namun tak menemukannya lagi. Yoon Hee sudah pergi.
~.oOo.~
Mogadishu, Somalia. Two weeks later.
Camp Angkatan Darat Korea Selatan. Orang-orang berseragam itu tengah berkumpul di sebuah ruangan—para Perwira dan Bintara. Mereka sedang membahas segala hal yang menyangkut dengan kegiatan mereka di tempat itu.
“Bom bunuh diri yang menewaskan delapan orang” ujar Yoon Hee tenang “Sebisa mungkin, kita tak perlu mencampuri hal itu—tujuan kita di sini karena perdamaian, kita bertugas untuk membantu penduduk yang telah menderita akibat perang berkepanjangan di sini”
“Apa kita akan selamanya menetap di sini?” seseorang bertanya.
“Untuk sementara waktu kita akan menetap di Ibu kota, setelah itu pasukan akan dibagi untuk menyebar ke daerah-daerah lain” ujar seorang pria tua.
“Aku akan bersama-sama dengan Pleton B, mungkin untuk sementara kami akan fokus di Mogadishu” kata Yoon Hee lantang.
“Kolonel Im, maaf sepertinya kau tak bisa melakukan itu”
Belum sempat kebingungan Yoon Hee terjawab, ketika seorang prajurit memasuki ruangan itu—ia memberikan hormat pada orang-orang yang memiliki pangkat di atasnya, termasuk Yoon Hee.
“Lee Donghae melapor!!” ia berkata dengan tegas, sorot mata yang tak kalah tegas.
“Kolonel Im, dia adalah orang yang akan menggantikanmu di sini” ujar pria tua sebelumnya “Mayor Lee Donghae”
Yoon Hee terkejut. Ia memandangi wajah orang yang dikatakan akan menggantikan tugasnya.
“Pak, apa yang anda maksudkan?”
“Ini bukan tindakan diskriminasi atau karena kau tak dibutuhkan lagi—kau sangat dibutuhkan dalam setiap tugas, ah—kau pasti kebingungan. Aku ingin menjelaskan padamu tapi sebaiknya biarkan dia yang mengatakan semuanya”
Yoon Hee terlihat kebingungan. Ia mengikuti arah pandang semua orang dalam ruangan itu. Gadis itu tak dapat menyembunyikan keterkejutannya melihat sosok pemuda tampan yang baru saja memasuki ruangan itu.
“Cho Kyuhyun?”
Kyuhyun berjalan menghampiri Yoon Hee. Ia menundukan kepalanya pada pria yang berdiri di samping Yoon Hee.
“Apa yang kau lakukan di sini?” gadis itu terlihat semakin kebingungan.
Tak mengeluarkan sepatah katapun, Kyuhyun menyerahkan sebuah amplop pada Yoon Hee. Dengan tampang yang mirip orang ling lung—Yoon Hee menerima pemberian Kyuhyun, ia merobek amplop tersebut dan mengeluarkan secarik kertas dari dalamnya.
Mata bulatnya terlihat menelusuri tiap kata yang terangkai dalam surat tersebut, mata indah gadis itu lebih lebar dari sebelum mengetahui isi surat tersebut.
“Ini…” suara Yoon Hee bergetar. Gugup.
“Im Yoon Hee—kau ditarik dari tugas ini” Kyuhyun menyimpulkan isi surat tersebut “Aku sengaja datang dari jauh untuk memberikan surat ini” ia tersenyum.
Yoon Hee tak bisa bersuara untuk sekian menit.
“Ada apa sebenarnya?”
“Aku yang mengatur semua ini—atas bantuan Ayahku, Ayahmu dan juga atasanmu. Jika kau ingin marah, marahlah padaku”
“Kyuhyun! Jangan berbelit-belit”
“Yoon Hee, gadis macam apa kau ini? Berani-beraninya kau meninggalkan seorang pria setelah dengan lancang kau melamarnya?”
“Waktu itu aku” Yoon Hee terdiam “Bukankah kau yang tak…” seperti tak habis pikir, Yoon Hee bahkan tak mampu untuk melanjutkan perkataannya.
“Aku sudah mengatakan pada Ayah dan Ibumu bahwa aku akan menikahimu—secepatnya” ujar Kyuhyun “Itu balas dendamku” ia tersenyum.
Yoon Hee terlihat semakin shock.
“Gadis bodoh. Mengapa kau pergi begitu saja?” tatapan tajam Kyuhyun “Tak tahukah kau, betapa cemasnya aku?”
“Kyuhyun, aku masih tak mengerti—tolong kau ingat lagi, saat itu bukankah kau yang berlari meninggalkanku?”
“Jika kau jenius, seharus kau mengerti apa yang aku ucapkan” Kyuhyun mendesah pelan “Bukankah saat itu aku memintamu untuk menungguku, sebentar saja?”
Gadis itu kembali terdiam. Kyuhyun mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya, sebuah kotak kecil yang diselimuti bahan kain beludru berwarna hitam. Perlahan tapi pasti, ia berlutut di hadapan Yoon Hee.
“Im Yoon Hee—menikahlah denganku”
Perkataan Kyuhyun membuat Yoon Hee tertegun.
“Aku sangat senang saat kau menyinggung masalah pernikahan padaku. Meskipun kau wanita yang hebat tapi aku tak pernah membayangkan bahwa kau yang lebih dulu mengajukan lamaran padaku” ujar Kyuhyun “Sejak muda kau terbiasa dengan kehidupan yang keras, aku tahu kau tak pernah hidup seperti seorang wanita pada umumnya. Saat itu aku memintamu menunggu, karena aku mengambil cincin ini dan ingin membuatmu merasakan apa yang dirasakan oleh wanita lain ketika kekasih mereka melamar mereka”
Mata Yoon Hee yang berkaca-kaca mulai menjatuhkan butiran air mata mendengar perkataan tulus Kyuhyun.
“Seharusnya, aku yang melamarmu—seperti saat ini” ujar Kyuhyun “Yoon Hee, maukah kau menerimaku, Cho Kyuhyun, sebagai calon suamimu? Maukah kau pulang bersamaku?”
Ruangan mulai gaduh ketika para tentara mulai bersorak-sorak meminta Yoon Hee menerima lamaran Kyuhyun. Yoon Hee menghapus air matanya, ia tersenyum dan mengangguk.
Senyuman di wajah Kyuhyun langsung mengembang, Yoon Hee menerima pinangannya. Pemuda itu langsung berdiri dan merengkuh Yoon Hee ke dalam pelukannya. Ia lalu memakaikan cincin di jari manis Yoon Hee. Kebagiaan terpancar jelas dari raut wajah kedua orang itu. Kyuhyun kembali memeluk Yoon Hee diiringi sorak-sorai dan tepuk tangan riuh semua yang menyaksikan adegan romantis itu.
~.oOo.~
Pagi hari yang cerah di sebuah rumah. Rumah dengan desain interior yang sangat baik, perabot-perabotnya tertata dengan rapi. Di sebuah kamar dalam rumah tersebut, penghuninya masih tertidur lelap meski matahari telah menyingsing. Sebuah foto berukuran besar ikut memberikan warna tersendiri dalam kamar tersebut, wedding photo.
Mata Kyuhyun perlahan terbuka, ia menoleh dan tersenyum melihat wajah Yoon Hee yang masih tampak begitu pulas. Wanita itupun mulai terbangun.
“Good morning” Kyuhyun mengecup singkat bibir Yoon Hee. Wanita itu tersenyum ketika diberi morning kiss oleh suaminya
“Morning too” jawab Yoon Hee.
“Tunggu, tanggal berapa hari ini?” Kyuhyun bergumam pelan. “Bukankah hari ini kita harus merayakan hari pernikahan kita?”
“Kyuhyun, kau bertingkah seperti hari ini perayaan dua tahun pernikahan kita” Yoon Hee mendesis mencoba mengingatkan Kyuhyun bahwa pernikahan mereka masih dalam hitungan bulan.
Kyuhyun tertawa renyah.
“Dua bulan tak ada bedanya dengan dua tahun, tetap saja aku ingin merayakannya. Setiap hari aku ingin merayakan kebersamaanku denganmu” ujar Kyuhyun.
“Benarkah?”
“Ada apa? Kau meragukan perkataanku?”
Yoon Hee menggeleng, ia tersenyum tipis.
“Kebetulan sekali” senyuman Yoon Hee kian mengembang membuat Kyuhyun mulai kebingungan.
~~~
“Jadi, kau ingin merayakannya di tempat ini?” Kyuhyun memandangi Yoon Hee yang duduk di hadapannya.
“Yup” jawab Yoon Hee singkat.
Mereka kini tengah berada di sebuah café yang menjual beragam ice cream.
“Mendadak aku ingin menikmati ice cream, bukankah ini ide yang baik untuk merayakan dua bulan pernikahan kita?”
“Baiklah—apapun itu” ujar Kyuhyun.
Kedua orang itu menikmati ice cream yang telah disuguhkan di hadapan mereka. Canda tawa menyelingi percakapan kedua orang itu. Lalu sebuah suara handphone Kyuhyun mengalihkan suasana.
Kyuhyun menjawab panggilan masuk tersebut. Raut wajahnya berubah, ia terlibat pembicaraan yang sangat serius untuk beberapa saat sebelum akhirnya telepon terputus.
“Sesuatu yang sangat serius?” Tanya Yoon Hee.
“Tidak seperti yang terlihat, hanya kekacauan kecil yang perlu dibereskan” ujar Kyuhyun.
Yoon Hee mengangguk paham, ia kembali menyendoki ice creamnya.
“Pergilah” ujar Yoon Hee “Sekecil apapun kekacauannya tapi jika tidak segera dibereskan maka akan menjadi kekacauan besar”
Yoon Hee sangat memahami situasi itu. Ia tersenyum ramah. Senyuman itu memudar ketika ia merasakan sesuatu yang aneh. Yoon Hee memegangi perutnya, rasa nyeri terasa makin jelas.
“Ada apa?” Tanya Kyuhyun yang menyadari perubahan ekspresi di wajah Yoon Hee.
“Bukan apa-apa” jawab Yoon Hee “Pergilah, semakin lama kau di sini semakin kau memperparah situasi”
“Aku akan mengantarmu pulang terlebih dahulu”
“Jangan cemas, masih begitu banyak taxi di Seoul”
“Nyonya Cho, apa kau lebih menyukai ice cream dibandingkan suamimu?”
“Kau bicara apa?”
“Aku menawarkan tumpangan agar waktuku denganmu semakin lama tapi kau justru menyelingkuhiku dengan ice cream”
Ucapan Kyuhyun membuat tawa Yoon Hee meledak.
“Tuan Cho, kau sedang cemburu?”
“Mengapa? Apa aku tak boleh cemburu? Aku ini suamimu”
“Yang benar saja Kyu—kau sedang cemburu pada ice cream? Look at your self, you like a child” Yoon Hee tak bisa menyurutkan tawanya.
“Aku tak perduli apapun perkataanmu” tepis Kyuhyun “Jadi, kau masih ingin menikmati ice cream?”
Yoon Hee mengangguk. Kyuhyun mengambil ice cream dengan telunjuknya dan meletakkan ice cream itu di bibirnya.
“Ambilah” ujar Kyuhyun, meminta Yoon Hee mengambil ice cream di bibirnya itu.
Yoon Hee yang mematung sekian detik kembali tertawa.
“Kyu, hentikan tingkahmu! Banyak orang yang kini memperhatikan kita” ujar Yoon Hee disela-sela tawanya.
“Aish,, kau sama sekali tak bisa bersikap mesra” dengus Kyuhyun sambil menjilati sendiri ice cream di bibirnya.
“Kau mengenalku dengan baik” Yoon Hee berujar santai.
Kyuhyun kini menaruh ice cream di bibir Yoon Hee dalam sekejap ia mencium bibir wanita itu.
“Lebih menyenangkan jika menikmatinya dengan cara seperti ini” ujar Kyuhyun. Ia lalu beranjak “Aku akan menggunakan layanan taxi” katanya lagi sambil meletakan kunci mobil di atas meja.
“Baiklah”
“Berhati-hatilah”
Yoon Hee memandangi Kyuhyun yang berjalan meninggalkan dirinya di dalam café. Wanita itu kembali menikmati ice cream di hadapannya.
Hampir tiga puluh menit selepas kepergian Kyuhyun, Yoon Hee akhirnya terlihat keluar dari dalam café. Ia segera masuk ke dalam mobil yang membawanya meninggalkan parkiran café.
Yoon Hee mengendarai mobilnya dengan penuh kewaspadaannya, jalanan kota Seoul yang selalu ramai dan padat menuntut seluruh pengguna ruas jalan agar selalu berhati-hati.
Rasa perih kembali menyelimuti perut Yoon Hee, ia memegangi perutnya. Keringatnya mulai bercucuran, wajah mulusnya mulai memutih—pucat. Yoon Hee berusaha untuk tetap fokus namun pandangannya mulai memudar, ia bahkan tak mampu mengendalikan mobilnya.
Detik selanjutnya terdengar bunyi yang cukup keras ketika sebuah mobil truck menabrak mobil yang dikendarai Yoon Hee. Kendaraan lain mulai berhenti karena kecelakaan hebat itu, orang-orang berdatangan menghampiri mobil yang dikendarai Yoon Hee—wanita itu telah tak sadarkan diri dengan darah yang mengucur dari kepalanya.
~.oOo.~
Kyuhyun berlari kencang di dalam bangunan rumah sakit yang begitu besar. Wajahnya terlihat sangat pucat, kepanikan tergambar jelas dari sorot matanya. Ia berlari menuju ruang operasi. Kedua orang tuanya dan orang tua Yoon Hee sudah menanti di luar ruang operasi.
“Kyuhyun”
“Ibu, apa yang terjadi?”
“Yoon Hee masih berada di kamar operasi” terang Ny. Im dengan air mata yang bercucuran. Besannya, Ibu Kyuhyun—memegangi tangan wanita tua itu.
Kyuhyun tersandar lemas di dinding, sorot mata yang terlihat tak percaya—juga ketakutan tersirat jelas di sana. Tatapannya teralih pada Siwon dan Hyukjae yang berlari menghampirinya.
“Bagaimana dengan Yoon Hee?” Tanya Siwon.
“Noonim baik-baik sajakan?” Hyukjae tak kalah cemasnya dengan Siwon.
“Dia akan baik-baik saja” Kyuhyun menjawab pertanyaan kedua sahabatnya, sekaligus menanamkan keyakinan dalam dirinya bahwa tak akan terjadi sesuatu yang buruk.
~~~
TING.
Pintu ruang operasi terbuka. Semua orang yang menantikan operasi Yoon Hee sontak menghampiri tim dokter dan perawat yang baru saja keluar dari ruangan tersebut.
“Bagaimana keadaan anakku?” Tanya Tn. Im
“Meskipun operasi berjalan sukses tapi pasien masih harus melewati masa kritis dalam beberapa jam ke depan” kata dokter “Untunglah pasien tidak mengalami keguguran”
“Keguguran?” Kyuhyun tertegun “Dokter, maksudmu bahwa…”
“Pasien sedang hamil. Usia janin saat ini sudah menginjak tiga minggu”
Semua orang tersentak. Perlahan raut wajah haru dan bahagia mulai menyelimuti mereka. Kyuhyun masih mematung ketika akhirnya Siwon dan Hyukjae memeluknya. Pria itu tetap tertegun.
“Kau akan menjadi seorang Ayah”
“Akhir ada yang akan memanggilku dan Siwon dengan sebutan paman”
Hyukjae menepuk-nepuk pundak Kyuhyun. Pria itu berusaha untuk meyakini semua yang didengarnya, raut wajahnya yang tegang mulai melunak—kebahagiaan kini tergantikan dari sorot matanya. Ia tertawa—tertawa lagi sambil memeluk kedua sahabatnya, Siwon dan Hyukjae.
~.oOo.~
Kedua orang tua Kyuhyun dan juga Yoon Hee terlihat cemas menantikan Yoon Hee yang belum juga siuman. Kyuhyun duduk di sisi tempat tidur Yoon Hee, memandangi wajah pucat istrinya.
Ketika mata Yoon Hee mulai bergerak, semua orang seperti menahan nafas. Mereka terlihat bahagia dan lega menyadari Yoon Hee yang sudah berjam-jam tak sadarkan diri mulai membuka matanya perlahan.
“Yoon Hee..” Kyuhyun tak sedikitpun melepaskan genggaman tangannya.
Gadis itu memandangi satu per satu wajah-wajah yang terlihat cemas. Mulut mereka bergerak, berbicara padanya. Yoon Hee merasakan sesuatu yang aneh, suasana terasa ramai tapi yang didapatinya justru keheningan. Tak satupun suara yang tertangkap oleh telinganya. Mata Yoon Hee mulai melebar ketika melihat semua orang seperti sedang mengajaknya berbicara tapi tak satupun suara yang didengar olehnya.
“Aaa…”
Gadis itu berusaha untuk berbicara, menanyakan situasi yang saat ini terjadi tapi ia tak bisa mengeluarkan suaranya.
“..aa…” ia kembali membuka mulutnya, berusaha untuk berbicara tapi lagi-lagi suaranya seperti terkurung di dalam sana.
Mata Yoon Hee mendelik tajam, ia memegangi lehernya. Berusaha untuk berkata-kata tapi yang terdengar hanyalah desahan tak jelas.
“Yoon Hee..” Kyuhyun ikut merasakan kejanggalan.
“..aaa..” Yoon Hee kembali membuka mulutnya. Hanya desahan yang bisa dikeluarkannya.
“Yoonie! Ada apa dengannya?” Ny. Im memandangi Yoon Hee cemas
Yoon Hee memegangi semakin kuat lehernya. Ia ingin berteriak tapi tak satupun suaranya yang keluar. Wanita itu menggeleng kasar menyadari sesuatu yang buruk telah terjadi padanya. Yoon Hee menangis.
“Yoon Hee, hentikan!!” Kyuhyun melepaskan tangan Yoon Hee yang berusaha mencekik lehernya sendiri.
“Cepat panggil dokter!” perintah Tn. Cho.
Dalam beberapa menit dokter dan para perawat memasuki ruang rawat Yoon Hee, mereka berusaha untuk menenangkan Yoon Hee yang merontah. Semua keluarga kedua belah pihak terlihat cemas, bahkan air mata mulai mengalir membasahi wajah mereka melihat kondisi Yoon Hee. Kyuhyun memegangi tangan Yoon Hee dengan air mata yang bersimbah di wajahnya.
Yoon Hee mulai menenang ketika seorang perawat menyuntikan obat penenang pada tubuh Yoon Hee.
~~~
Raut wajah semua yang mendengar penjelasan dokter mendadak menegang.
“Apa—apa yang…?” bibir Kyuhyun bergetar.
“Kecelakaan itu merusak beberapa saraf pada otak pasien. Dampak pada otak menyebabkan pasien kehilangan pendengaran dan juga suara”
“Ini pasti bohong” Kyuhyun tak bisa mempercayai apa yang di dengarnya.
“Dokter, apakah Yoon Hee bisa kembali pulih” Tanya Ny. Cho
“Kami sudah mengusahakan yang terbaik” ujar dokter.
Kyuhyun tertatih pelan meninggalkan tempat itu. Air matanya kembali menetes di wajah tampannya. Perasaan yang berkecemuk di dalam dadanya terlalu sukar untuk dijelaskan dengan kata-kata.
Pria itu melangkah gontai hingga tiba di depan pintu kamar Yoon Hee. Ia memasuki kamar itu, menatapi Yoon Hee yang memandang kosong. Kyuhyun mengeringkan air mata di wajahnya. Ia menghampiri Yoon Hee, duduk di sisi wanita itu.
Yoon Hee menoleh, memandangi Kyuhyun dengan sorot matanya yang terlihat sangat hampa. Kyuhyun tersenyum, memberikan kekuatan pada Yoon Hee. Wanita itu, kembali menoleh—membuang wajahnya dari pandangan Kyuhyun. Air mata meluncur indah dari bola matanya. Ia terisak. Air mata Kyuhyun ikut terjatuh begitu saja. Ia mempererat genggaman tangannya.
~.oOo.~
Handphone di atas sebuah meja kecil terus bergetar. Entah sudah berapa puluh panggilan masuk yang diabaikan. Yoon Hee memandangi sekilas handphone yang tak jauh darinya. Pandangannya lalu tertuju keluar jendela, membiarkan tirai-tirai yang dipermainkan angin menyentuh lembut kulitnya.
Yoon Hee hanya duduk di sebuah kursi goyang, tangannya memegangi perutnya yang telah membuncit. Memandang kosong pada pepohonan hijau di luar sana.
Sementara di tempat lain, Kyuhyun berulang-ulang kali menelepon tapi tak pernah mendapat respon dari Yoon Hee.
“Dia masih tak mau menemuimu?” Tanya Hyukjae
“Bahkan mengangkat telepon dariku, tak dia lakukan” jawab Kyuhyun.
“Tentu saja dia tak akan melakukannya” lirih Siwon mengingat kondisi Yoon Hee saat ini.
“Aku tak memintanya mendengar atau berbicara—cukup menerima panggilan itu lalu mematikannya kembali, setidaknya aku tahu dia baik-baik saja. Bahkan aku tak bisa menghitung berapa banyak sms yang kukirim padanya dalam sehari” desah Kyuhyun
“Yoon Hee pasti sangat terpukul”
“Tapi mengapa?” Kyuhyun tampak resah ketika Yoon Hee tak berniat menemuinya.
“Noonim pasti tak tahu caranya berhadapan denganmu setelah kondisinya saat ini. Aku rasa dia membutuhkan banyak waktu—sebelum menerima dirimu, dia harus menerima dirinya sendiri”
“Sampai kapan? Satu tahun? Dua tahun? Bagaimana jika selamanya ia tak bisa menerima keadaannya?” ujar Kyuhyun “Ayah mengatakan bahwa Yoon Hee sudah menyerahkan pengunduran dirinya dari Angkatan Darat—hal ini bahkan kuketahui bukan dari istriku sendiri”
“Kyu, situasi saat ini—kau harus berpikir jernih”
“Apakah Yoon Hee tak percaya padaku? Apakah dia merasa bahwa aku akan meninggalkannya setelah kejadian itu? Terdengar seperti cintaku sangat dangkal”
Siwon dan Hyukjae terdiam, tak tahu harus menanggapi seperti apa lagi.
“Sepulang dari rumah sakit, Yoon Hee tak sedikitpun memandangiku—meskipun aku berusaha untuk membuatnya tertawa, tak membuahkan hasil sama sekali. Lalu, aku mendapati secarik kertas yang mengatakan bahwa dia pulang ke villa keluarganya” kata Kyuhyun “Berkali-kali aku mencoba menemuinya, dan berkali-kali pula aku tak berhasil. Kondisi kehamilannya sudah menginjak bulan ke tujuh, aku sangat mencemaskan mereka. Jika seperti ini, aku bahkan tak tahu caranya menghadapi diriku sendiri”
Seseorang mengetuk pintu ruang kerja Kyuhyun. Percakapan mereka terhenti. Seorang gadis muda masuk dan menyerahkan sebuah amplop.
Kyuhyun membuka amplop itu. Matanya melebar. Ia sangat terkejut membaca isi dari kertas tersebut.
“Apa yang terjadi?” Tanya Siwon.
Kyuhyun tak menjawab, ia hanya bungkam. Terlalu penasaran, Hyukjae mengambil kertas yang masih dipegang oleh Kyuhyun. Hyukjae ikut tercengang setelah mengetahui kertas apa itu.
“Apa—apa ini?” Hyukjae terlihat sangat gugup.
Siwon ikut memandangi kertas tersebut dan sejurus kemudian ia menghasilkan ekspresi yang sama dengan Kyuhyun juga Hyukjae.
“Pengajuan—cerai?”
~.oOo.~
“Tuan.. Tuan..” seorang pelayan berusaha mencegah Kyuhyun “Nyonya tak ingin diganggu”
“Yoon Hee!!”
Kyuhyun membuka paksa pintu kamar Yoon Hee. Mendapati Yoon Hee yang sedang duduk di kursi goyang kesayangannya. Kyuhyun memandangi pelayan itu, sorot mata yang meminta pelayan itu untuk memberikan ruang baginya dan Yoon Hee.
Pelayan tersebut pergi setelah menutup rapat pintu kamar. Kyuhyun berjalan menghampiri Yoon Hee yang memalingkan wajahnya. Ia berlutut di depan Yoon Hee, memegangi wajah istrinya itu agar tak melarikan pandangan matanya.
“Lihat aku” ujar Kyuhyun tenang “Mengapa kau terus menghindariku?”
Yoon Hee tak berkutik. Hanya memandangi Kyuhyun dengan sorot matanya yang begitu kosong.
“Aku..” ujar Kyuhyun “Apakah aku tak pernah berarti di hatimu?” air mata Kyuhyun menetes begitu saja.
Wajah Yoon Hee menegang. Tak bisa mendengar tapi Yoon Hee dapat membaca gerak bibir Kyuhyun.
“Aku juga sama sedihnya denganmu tapi bukankah berdua itu lebih baik daripada menghadapinya sendiri? Mengapa kau terus menghindariku? Apakah kau mengira aku akan berpaling setelah semua yang kau alami? Jika kau berpikir seperti itu—artinya kau tak pernah memahami apa itu cinta”
Kyuhyun berujar dengan air mata yang terus menetes. Kyuhyun mengeluarkan pengajuan cerai Yoon Hee.
“Apakah kau tak pernah mencintaiku?”
Air mata Yoon Hee menetes, ia menggeleng.
“Lalu mengapa kau menginginkan aku menandatangani ini? Kau ingin aku menandantangi surat cerai ini? Baiklah—akan aku lakukan” Kyuhyun mengambil pena dan membubuhi tanda tangannya di atas surat itu.
Yoon Hee terisak.
“Aku tahu kau takut tapi kau keterlaluan Yoon Hee, karena yang kau takutkan adalah kau merasa akan merepotkanku. Kau takut bahwa kondisimu saat ini justru akan membebaniku. Bukankah dengan begitu kau melihatku sebagai orang asing??”
“..aa..” Yoon Hee menggeleng-geleng. Air mata terus mengucur deras di wajahnya.
Kyuhyun merengkuh Yoon Hee ke dalam pelukannya.
“Jangan menangis” kata pria itu meskipun air matanya sendiri terus mengalir “Jangan menangis”
Kyuhyun menghapus air mata Yoon Hee. Ia lalu mengambil surat cerai itu dan merobek-robeknya hingga menjadi serpihan-serpihan kecil.
“Maafkan aku, tapi aku tak ingin berpisah darimu” Kyuhyun menggunakan bahasa isyarat dengan tangannya, Yoon Hee tertegun “Kau mungkin jenius tapi aku tak bisa dipandang sebelah mata olehmu—aku berhasil menguasai bahasa isyarat hanya dalam waktu yang sangat singkat”
Kyuhyun tersenyum memamerkan kebolehannya.
“Biarkan aku berada di sisimu, kau tak bisa seenaknya meninggalkanku seperti bertahun-tahun lalu. Mulai saat ini, aku yang akan menjadi telinga dan juga mulutmu”
Air mata Yoon Hee mengalir makin deras. Kyuhyun tersenyum lembut. Mata Kyuhyun tertuju pada perut Yoon Hee, ia mengelus-elus perut Yoon Hee. Kyuhyun menyandarkan telinganya di perut Yoon Hee. Memejamkan matanya.
“Aku mendengar detak jantung kecilnya” Kyuhyun mengatakan apa yang di dengarnya pada Yoon Hee dengan bahasa isyarat.
“Aku merasakannya, setiap saat aku berkomunikasi dengannya karena dia hidup di dalamku” Yoon Hee membalas ucapan Kyuhyun, berkomunikasi dengan cara yang sama—bahasa isyarat.
“Aku yang akan menjadi bodyguardmu, menjagamu dengan nyawaku. Juga menjaga kehidupan kecil di dalam sini” Kyuhyun menyentuh perut Yoon Hee “Saranghaeyo”
Butiran bening menetes di wajah Yoon Hee. Wanita itu tersenyum. Kyuhyun mengeringkan air mata Yoon Hee. Yoon Hee memeluk Kyuhyun lembut, membalas dekapan hangat yang selalu ditawarkan oleh Kyuhyun.
~The End~
No comments :
Post a Comment