Title : Cry In The Rain
Author : Rain Blue
Cast : Jung Minah (OC), Cho Kyuhyun (Super Junior), Park Minri (OC)
Genre : Sad, Hurt, Tragedy
Lenght : Drabble
Ranting : PG
Disclaim : seluruh jalan cerita ff ini murni hasil karya dan pemikiran author. Mohon maaf kalau tanpa sengaja ada kesamaan dari alur maupun jalan ceritanya. Tolong di hargai dengan tidak memplagiat.
Annyeong. Adakah yang nyasar ke ff abal abal ini? hahah xD sebenarnya ini sudah lama banget tersimpan di draft, dan aku pakai sebagai penilai kemampuan menulis di sekolah fanfiction. tapi karena sayang cuman numpuk (?) doang, akhirnya aku post aja di sini dengan berbagai prubahan (?). semoga gak mengecewakan ya. Happy Reading^^
[WARNING!!! TYPO BERTABURAN]
~ Cry In The Rain ~
Kenapa cinta itu buta? Pernah kah terlintas di pikiran kalian akan pertanyaan itu? Kenapa banyak orang yang beranggapan bahwa cinta itu buta? Ada apa dengan cinta? Apa karena kita merasakan dengan cinta, bukan melihat dengan cinta?
Andai kan saja sebuah pertanyaan baru kembali mengusik pikiran kita, apa kau telah yakin dengan apa yang kau rasakan? Tidak adakah terbersit sedikit pun rasa bimbang tak kala pertanyaan itu tiba-tiba saja di lontarkan kepada kalian? Apa kau masih bisa yakin dengan perasaan mu?
Apa pernah kalian bertanya kepada diri sendiri, sebenarnya apa itu cinta? Kenapa banyak sekali orang yang mengharapkan cinta itu datang menghampirinya tanpa memperdulikan sisi lain cinta yang mungkin akan lebih berdampak buruk bagi kalian? Terkadang, manusia memang bisa menjadi egois. Hanya mengharapkan manisnya cinta tanpa ingin merasakan pahitnya penghianatan cinta. Bukan kah Cinta itu rumit karena harus menyatukan dua pemikiran yang berbeda? Sangat aneh kan? Untuk apa kita mengharapkan sesuatu yang rumit?
Ada yang beranggapan bahwa cinta adalah ketika hati yang lebih banyak berbicara dari pada pikiran dan logika. Bagaimana menurut kalian? Apa kalian sudah bisa memberikan alasan yang jelas dari pemikiran kalian saat ini? Ketahuilah! Tanpa alasan yang jelas, tidaklah mudah bagi akal dan logika untuk di yakinkan! Manusia tidak selalu benar dalam segala hal dan tidak selalu salah dalam segala hal, kira-kira seperti itulah pendapat dari seorang filsuf terkenal dunia.
Oh, baiklah. Apa kalian telah mendapatkan jawaban dari makna cinta itu sendiri? Lalu, cinta seperti apa yang kalian harapkan? Apa cinta yang sempurna bak dongeng-dongeng ataupun drama-drama yang kerap kali kalian tonton? Tapi, hei! Tidak ada yang sempurna di dunia ini! Ataukan kalian hanya mengharapkan cinta yang bisa menjadi tempatku bersandar dan berlindung? Bukan kah itu sangat menggelikan?
Lalu, seyakin apakah kalian dengan harapan mu itu? Apa kalian lupa? kekecewaan ada karena harapan tak sesuai dengan realita yang terjadi!
Dan di sinilah aku berada sekarang. Seperti orang bodoh dan tak memiliki akal yang hanya diam mematung menatap harapan ku. Apa aku masih bisa mengharapkan cinta maupun kisah cinta yang sempurna? Berulang kali ku lontarkan pertanyaan itu entah pada siapa. Apa aku masih bisa berharap? Seberapa yakin nya kah aku akan harapan itu? Dan, apakah aku sipa menerima konsekuensi dari harapan itu pula?
Hening. Sangat hening. Bahkan terlampau hening. Tidak ada riuh suara apapun yang berhasil menerobos masuk menembus pertahanan indera pendengaranku. Bahkan suara guyuran hujan yang jatuh menyapa bumi dan suara gemuruh langit yang memberikan kesan angkuhnya tak mampu lagi ku dengarkan dengan baik. Aku tidak tau apakah aku telah menjadi tuli sekarang. Apa Tuhan sedang menghukumku atas keegoisan ku? Apa sangat egois apabila kau ingin mempertahankan cintamu? Kalau memang Tuhan sedang menghukumku sekarang, Aku harap dia juga menghukum, membuat ku buta di saat ini juga!
Di seberang sana! Di halte bus itu! Tempat dimana untuk pertama kalinya aku bertemu untuk dengan namja yang menjadi harapanku. Masih sangat segar di ingatan ku bagaimana awal pertemuan ku dengannya. Kenangan itu seolah mengambil alih pikiranku yang saat ini sedang hanyut kedalam ingatan yang tanpa malunya kembali merekah dengan bebas nya tan bisa di kendalikan oleh diriku. Aku masih mengingatnya. Bahkan terlampau mengingat dimana dalam keadaan di bawah teduhan guyuran hujan itu aku merasakan seperti apa manisnya jatuh cinta itu untuk yang pertama kalinya pula.
Tapi mengapa? Mengapa di tempat yang sama dan di keadaan yang sama pula aku harus merasakan pahitnya penghianatan cinta itu?
Hujan pertama di penghujung musim dingin. Seolah menjadi saksi bisu kehancuran akan harapanku!
Penglihatanku seolah telah terkunci hanya pada satu objek yang tak ada henti-hentinya menatap kedua insan yang sedang memadu kasih itu. Menatap dengan semua rasa sakit ini. Rasa sakit yang bahkan terlampau sakit untuk ku tahan. Dadaku bergemuruh seperti ada benda berat yang menghantam jiwa ku. Perasaanku berkecamuk seolah ingin meledakkan sesuatu.
Basah! Perlahan butiran-butiran krystal jatuh membasahi pipiku, larut bersama air hujan yang membasahi tubuhku. Aku benci! Aku membencinya! Sungguh! Aku sangat benci ketika air mata ku tidak menurut atas perintah otak ku! Tubuhku bergetar hebar. Bukan karena rasa dingin yang menghujami tubuh ku tanpa ampun akibat terguyur hujan yang terus saya menyapa permukaan kulit ku. Bahkan rasa dingin itu, sama sekali tidak ku rasakan. Apa aku juga sudah mati rasa?
Sesak! Berapa kali pun tangan ku terulur untuk memukul-mukul pelan dada ku. Untuk kesekian kalinya, aku membenci ini! Aku sangat benci ketika sistem pernafasan ku tidak berkerja dengan optimal! Berapa kali pun tangan ku yang terus bergerak di sana, rasa sesak itu juga tak kunjung berkesudahan. Untuk sejenak, aku lupa cara bernafas yang benar!
Dia! Harapanku! Cho Kyuhyun! Namja yang selama ini melukisakan kebahagiaan di hatiku. Sekaligus namja yang menggoreskan luka di hatiku, kini tengah berciuman dengan seorang gadis. Sangat terlihat jelas oleh indera penglihatan ku yang merekam bagaimana dengan gencarnya mereka menikmati bibir masing-masing. Tsk! Tapi bukan dengan gadis biasa. Dia! Park Minri, gadis yang sudah menjadi sahabatku yang bahkan sudah aku anggap layaknya saudari ku sendiri.
Kenapa harus dia? Dan kenapa harus mereka? Kenapa mereka yang menggoreskan luka ini. Orang yang sangat ku percaya, justru yang tega menusuk ku dari belakang.
Dari tempat ku berdiri sekarang, dapat kulihat betapa lincahnya mereka yang saling berpangut dengan panasnya. Seolah ingin mendapatkan kehangatan yang lebih dari satu-sama lain. Apa yang bisa aku lakukan? Aku hanya menatap mereka dari kejauhan yang tidak menyadari kehadiranku. Aku bodoh kan? Tsk!
Apa kalian menikmatinya? Batin ku. Pasti kalian menikmatinya kan? Dan akulah pihak yang tersakiti saat ini.
Aku memejamkan mataku erat. Terlalu enggan meratapi diriku sendiri yang seperti orang bodoh sekarang.Sekelebat bayangan kejadian seminggu yang lalu kembali berputar di otak ku, sebuah kenangan yang berhasil memanipulasi penglihatan ku yang kini menampilkan kejadian layaknya sebuah adegan film yang di review.
Kejadian dimana aku melawan ayahku sendiri yang tidak menyetujui hubunganku dengan Kyuhyun karena aku yang begitu bodoh justru lebih memilih mempertahankan cinta ku itu. Bahkan hari dimana ayahku menghembuskan nafas terakhirnya, aku tidak ada di sampingnya untuk menemani di sisa-sisa hidupnya. Anak macam apa aku ini?
Mianhae Appa. Aku memang anak yang tidak tau terima kasih. Kau benar! Dia memang namja brengsek! Maaf kan aku, karena aku tidak mendengarkan mu, appa. Mianhae. Jeongmal mianhae appa!
Perlahan ku langkahkan kaki ku dengan lemah. Bahkan untuk berjalan saja aku sudah tak mampu. Namun begitu, aku tetap saja memaksakan diri ku untuk melangkah maju. Tidak! Aku tidak lemah! Aku bukanlah wanita lemah seperti yang kalian berdua pikirkan!
“JUNG MINAH!!!”
Bisa ku dengar suara terikan Minri dan Kyuhun memanggil nama ku bersamaan dengan lantangnya yang kini saling beradu dengan suara klakson mobil yang sedang melaju kecang ke arahku.
Seperti adegan slow motion, mereka berdiri membelalakan matanya menatap ke arahku. Dan aku? Aku hanya balas menatap dengan tatapan tajam yang sarat akan rasa benci aku lontarkan kepada meraka . Apa mereka sudah menayadari kehadiranku? Baguslah!
Apa kalian puas? Apa kalian senang? Aku harap kalian bisa merasakan bagaiman rasa sakitnya dari sebuah penghianatan! Bibir ku terlalu kelu. Bahkan hanya untuk berucap satu katapun aku sudah tak sanggup lagi. Hanya tatapan mataku saja yang berbicara.
Semoga kalian bahagia! Aku tersenyum ke arah mereka. Tangan ku terkepal erat bersamaan dengan cahaya lampu yang menyilaukan penglihatanku. Aku tidak peduli! Bahkan aku berharap cahaya itu bisa membuatku buta di saat ini juga!
BRUKK!!!
Tubuh ku melayang dan tiba-tiba semuanya gelap!
-END-
No comments :
Post a Comment