Title : The Sweet Bodyguard (Part 7)
Author : Lauditta Marchia T
Genre : Romance
Cast :
– Cho Kyuhyun (Suju)
– Choi Siwon (Suju)
– Lee Hyukjae (Suju)
– Park Jung Soo (Suju)
– Kang In (Suju)
– Other Cast
–>FF ini hanyalah sebuah imaginasi meskipun tak menutup kemungkinan terjadi dalam dunia nyata (apa yang kita anggap fiksi sebenarnya sudah banyak terjadi), jika ada kesamaan kisah, hanyalah faktor ketidaksengajaan. Say no to plagiat!!!
***
Colmar, Perancis.
Sebuah kota kecil di perbatasan Perancis bagian selatan. Bangunan-bangunan tua bergaya eropa klasik dengan beragam warna menghiasi kota kecil yang sangat indah itu, ditambah lagi dengan bunga-bunga yang dipajang di jendela pada tiap bangunan.
Meskipun baru saja tiba di Colmar tapi Kyuhyun, Siwon dan Hyukjae tak sedikitpun melewatkan kesempatan. Mereka langsung menyewa perahu, menjelajahi kanal yang melintasi sungai Lauch di tengah kota Colmar—yup, kota tersebut mendapat julukan sebagai Little Venice karena suasana kotanya yang sama dengan kota Venesia, Itali.
Ketiga pemuda tampan itu hampir melupakan tujuan mereka, mereka tak langsung menuju tempat Kang In tapi justru berpetualang di tengah kota—mereka begitu bersemangat untuk mengabadikan keindahan Colmar dengan kamera mereka.
Mereka memutuskan menyudahi petualangan kecil itu dan memilih segera menuju tempat tinggal Kang In, sebuah rumah yang se-typedengan bangunan lain di kota itu. Perjumpaan itu membuat mereka begitu gembira, berpelukan—tak jarang derai tawa terdengar di dalam hangatnya ruangan tersebut.
“Hyung, akhirnya kau menikah juga” desah Hyukjae
“Wajahmu terlihat penuh penyesalan—ada apa? Kau tak ingin aku melepas masa lajangku?” goda Kang In
“Tapi—dimana Sin Ae?” Siwon mempertanyakan keberadaan calon istri sepupunya itu.
“Bukankah ini rumahnya?” lanjut Kyuhyun.
Rumah tersebut adalah rumah milik keluarga Sin Ae.
“New York, dia memilih bersama-sama dengan Eomeonim dan Abeonim untuk datang ke Colmar” terang Kang In.
“New York, dia memilih bersama-sama dengan Eomeonim dan Abeonim untuk datang ke Colmar” terang Kang In.
Keluarga Sin Ae menetap di Amerika, hanya sesekali mereka ke Colmar untuk menghabiskan liburan.
“Tega sekali membiarkanmu” ledek Kyuhyun
“Sebenarnya, baru dua hari yang lalu aku tiba di sini” Kang In tertawa pelan “Terima kasih kalian sudah datang” ujar Kang In, ia tahu betapa sulitnya mereka berkumpul seperti ini mengingat kesibukan masing-masing.
“Aku merasa beruntung menerima tawaran Siwon, ini benar-benar jauh lebih baik dari perkiraanku—ah, untung saja si bodoh itu menyetujui permohonan ijinku” ujar Kyuhyun “Entahlah, perasaanku cukup aneh tapi apapun itu..aku merasakan sesuatu yang sangat baik”
~.oOo.~
Hari kedua di Colmar. Kang In mengajak Siwon, Kyuhyun dan Hyukjae untuk kembali menelusuri kota itu meskipun Kang In sendiri belum begitu lama di Colmar. Mereka tiba disebuah gereja tua yang merupakan geraja terbesar di kota itu.
“St. Martin—gereja ini dibangun tahun 1234” ujar Kang In “Kami memilih gereja ini sebagai tempat pemberkatan nikah nanti” seulas senyum tersungging di bibir pemuda itu.
Tiga pemuda lainnya tak dapat menyembunyikan kekaguman mereka. Kebanyakan bangunan di kota Colmar adalah bangunan tua tapi kondisinya terawat dengan baik. Bersama-sama mereka memasuki bangunan gereja St. Martin.
Klik..Klik..
Berkali-kali terdengar jepretan kamera yang dibawa oleh Kyuhyun, Siwon dan juga Hyukjae.
Mata mereka mengawasi setiap detail bangunan itu. Pilar-pilar besar yang menjulang tinggi, bangku-bangku panjang di dalam gedung dan semua hal yang tersampaikan oleh cahaya ke mata mereka.
Sekilas, perhatian mereka tertuju pada beberapa meter di depan mereka, di satu sisi gereja tepat di sebuah bangku panjang—tampak seorang wanita berkudung putih transparan, wanita itu tengah berdoa.
Siwon melangkah pelan, ia duduk dengan jarak beberapa bangku di belakang wanita itu. Pemuda itu menutup kedua matanya, berdoa. Beberapa saat kemudian, matanya terbuka dengan perlahan. Tatapannya tertanam pada punggung wanita yang duduk di depannya.
Siwon mengarahkan kameranya pada wanita itu, beberapa kali ia membidik sasarannya itu. Wanita berkudung putih itu mulai bergerak, sepertinya ia telah menyudahi doa panjangnya. Ia bangkit dari tempat duduknya. Siwon kembali mengarahkan kameranya, kali ini ia memperkecil jarak potret agar dapat mengambil gambar wanita itu dengan lebih baik.
Wanita itu tak menyadari jika dirinya tengah dijadikan objek foto oleh Siwon, ia menoleh ke kanan—sedikit memperlihatkan sisi kanan wajahnya. Perubahan langsung terjadi di raut wajah Siwon, niatnya urung seketika. Pemuda itu terdiam dengan bola matanya yang sedikit melebar—tertegun.
Matanya terus mengikuti wanita itu yang berjalan menjauh. Seperti tersadar oleh lamunannya, Siwon langsung mengejar wanita itu. Ia berlari keluar pintu samping, tak ada siapapun di situ, wanita itu bergerak sangat cepat.
“Siwon!!”Kang In menyentuh pundak Siwon “Kemana saja kau? Hampir saja kami meninggalkanmu—ada apa? Wajahmu terlihat kebingungan?” Kang In menyadari keanehan sikap Siwon.
“Bukan apa-apa” jawab Siwon, namun matanya masih terus menyisir tempat itu.
“Baiklah—cepat, kita harus segera kembali” Kang In meninggalkan Siwon.
Siwon mematung. Ia memegangi dadanya, merasakan jantungnya yang masih berdetak dengan kecepatan ekstrim.
Kang In berjalan menghampiri Hyukjae yang berdiri tepat di depan gereja.
“Kau menemukannya?” Tanya Hyukjae
“Aku khawatir kepalanya terbentur” Kang In memikirkan perubahan sikap Siwon.
Hyukjae melempar tawa mendengar celotehan Kang In. Tawanya menyurut ketika matanya menangkap seorang wanita dengan baju terusan selutut berwarna putih gading, wanita berambut panjang yang mengayuh pedal sepeda yang dikendarainya.
Meskipun jarak yang cukup jauh tapi mampu membuat Hyukjae terbius. Matanya perlahan melebar dengan raut wajah yang terkejut. Ia tak berkedip memandangi wanita itu. Kudung putih yang melambai dan jatuh dipundaknya, memamerkan rambut coklat panjangnya yang ikal—menari-nari dipermainkan oleh hembusan angin.
“Lee Hyukjae!!” Kang In untuk kesekian kalinya mengerutkan dahi dengan perubahan suasana hari ini “Hyukjae, ada apa denganmu?” ia tampak penasaran melihat ekspresi Hyukjae yang seperti baru saja melihat hantu.
“Tidak..ini tidak mungkin” Hyukjae bergumam “Aku pasti berhalusinasi. Lee Hyukjae—sadarlah!! Bangun sekarang juga!!” Hyukjae menampar pipinya dengan keras.
“Lee Hyukjae, apa-apaan kau ini??” Kang In mendelik.
“Hyung..bagaimana ini? Sepertinya aku mulai gila” wajah Hyukjae terlihat begitu memelas.
“Mengapa kau baru sadar sekarang?” Kang In mendesis—memandang Hyukjae dengan prihatin “Dimana si bodoh itu?” Tanya Kang In
Hyukjae tak menjawab, ia hanya memandang ke arah Kyuhyun yang berdiri tak jauh, Kyuhyun sedang memandangi langit dengan sorot mata yang sendu, seperti orang yang sedang kehilangan arah.
“Haisshh!!” Kang In menggeram.
“Hyung—kau baik-baik saja?” Hyukjae menyentuh dahi Kang In.
“Ada apa dengan kalian semua? Hari ini aku merasa seperti sedang berjalan dengan sekumpulan pasien sakit jiwa”
“Hyung! Kau bilang apa??” Hyukjae memandangi Kang In yang berlalu dari hadapannya itu “Kang In hyung!!” namun teriakan kekesalannya tak dihiraukan oleh Kang In.
~.oOo.~
Pesta pernikahan Kang In dan Sin Ae dilaksanakan lima hari kemudian. Sebuah pesta kecil dan sederhana yang hanya dihadiri oleh kerabat dekat dan keluarga. Pemberkatan nikah yang dilangsungkan di gereja St. Martin, dilanjut dengan pesta kebun.
Siwon, Hyukjae dan Kyuhyun terus memperhatikan Kang In yang terlihat begitu bahagia. Mereka menuju salah satu meja yang dipenuhi oleh berbagai hidangan namun ketiga pemuda itu lebih memilih gelas yang berisi anggur terbaik yang ditawarkan oleh pelayan.
“Congratulation” Kyuhyun yang paling pertama memberikan ucapan selamat. Bergantian Hyukjae dan Siwon memeluk Kang In.
“Thank you” Senyuman di wajah Kang In tak pernah luntur “Aku tak akan melupakan partisipasi kalian di sini”
“Tentu saja—kupastikan kau akan membayarnya” ujar Siwon.
“The best gift..aku bahkan sudah menyiapkan itu” Hyukjae menambahkan ucapan Siwon.
“Sejujurnya aku tak pernah mengharapkan hadiah darimu” Kang In memandangi Hyukjae tajam.
“Hyung, tatapanmu membuatku bergidik” Hyukjae memegangi belakang lehernya.
“Aku tak berkeberatan menerima pemberian Siwon dan Kyuhyun—tapi tidak darimu”
“Apa?” Hyukjae tersentak “Ah, kau kejam sekali”
“Lee Hyukjae, bukankah kita sangat dekat?” Tatapan Kang In begitu lekat “Pakaian dalam, obat kuat, hot magazine…” Kang In tak menggeser sorot matanya dari wajah Hyukjae
“Hyung—apa maksudmu??”
“Kau pikir aku tak tahu jenis hadiah yang selalu kau berikan pada pernikahan teman-temanmu? Apa kau ingin aku menyebutkan semuanya??” Kang In mendelik.
Sontak saja gelak tawa Siwon dan Kyuhyun langsung membahana.
“Aish, kau selalu berpikiran buruk padaku. Mana mungkin aku melakukan itu padamu hyung—kali ini aku memberimu hadiah yang sangat spesial, apa kau tak lihat kantung mataku? Aku menyingkirkan waktu tidurku hanya untuk mencari referensi hadiah terbaik di internet” Hyukjae memamerkan kekesalannya.
“Benarkah?” tatap Kang In. Hyukjae mengangguk antusias “Kau tak berbohong?”
“Kau akan berterimakasih padaku” ujar Hyukjae datar. Ia masih sangat kesal.
“Baiklah” Kang In berusaha meredakan kecurigaannya “Ah, maaf—aku harus membiarkan kalian sendiri” katanya lagi ketika melihat istrinya sedang menyalami kerabat mereka yang baru saja tiba.
“Hapus tampang kusutmu itu” ujar Siwon sepeninggal Kang In
“Hyukjae, sebenarnya apa yang kau berikan padanya?” selidik Kyuhyun.
Mendadak, senyum sumringah terpancar dari wajah Hyukjae.
“Blue movie” Hyukjae terkekeh tanpa rasa berdosa.
“Sudah kuduga” Siwon dan Kyuhyun melontarkan kalimat yang sama. Mendesah dan menggeleng melihat ulah Hyukjae.
Keriuhan terjadi pada saat buket bunga akan dilemparkan oleh pengantin wanita. Para gadis berdesak-desakan di belakang Sin Ae yang bersiap melempar buket bunga yang dipegangnya.
Dengan panduan MC, Sin Ae melempar buket bunga pada hitungan ketiga. Gadis-gadis menjulurkan tangan mereka berusaha menggapai buket bunga tersebut, namun rupanya buket bunga itu terlampau melambung tinggi di atas mereka—melewati mereka dan…
Kini semua mata tertuju pada Kyuhyun yang terkejut ketika buket itu mengenainya hingga secara refleks membuatnya menangkap buket tersebut. Siwon dan Hyukjae saling berpandangan lalu tertawa. Para gadis tak dapat menyembunyikan kekaguman mereka melihat ketiga pemuda tampan itu.
Kyuhyun yang masih kebingungan lantas menyerahkan buket bunga tersebut pada salah satu gadis. Ia lalu ikut tertawa bersama Siwon dan Hyukjae.
~~~
Malam hari dihabiskan Kyuhyun, Hyukjae dan Siwon di balkon rumah milik keluarga Sin Ae yang menjadi tempat bermalam mereka selama di Colmar. Rumah itu kini sunyi ditinggal pemiliknya, hanya beberapa pelayan yang bertugas mengurusi rumah. Keluarga Sin Ae yang bertolak ke Amerika setelah pesta pernikahan begitu juga dengan keluarga Kang In yang segera kembali ke Seoul. Pasangan pengantin baru kini tengah menghabiskan honey moon mereka di Bali.
“Kapan kau kembali?” Siwon menatap Kyuhyun “Kupikir waktu cutimu akan segera berakhir”
“Masih tersisa seminggu lagi” jawab Kyuhyun
“Sayang sekali, kau harus kembali terlebih dahulu” kata Hyukjae yang sedari tadi bungkam.
“Aku rasa tidak” senyuman misterius terlihat di wajah Kyuhyun
“Kau ingin mangkir? Cho Kyuhyun—kau bisa dipecat” imbuh Siwon
“Coba saja jika mereka berani melakukannya” Kyuhyun memang selalu keras kepala.
Tiba-tiba saja Hyukjae tertawa membuat Kyuhyun dan Siwon terperangah—heran. Tentu saja, tak ada badai juga tak hujan tiba-tiba saja Hyukjae bertingkah seperti itu.
“Apa ada yang lucu? Atau kau sudah gila?” Kyuhyun bertanya dengan sadis tapi tawa Hyukjae semakin kuat “Aku rasa kau memang sudah gila”
“Bayangkan—setiap kali teringat kejadian di pesta itu, aku tak bisa menahan tawaku” kata Hyukjae.
“Ah, buket bunga itu” Siwon memamerkan tawa kecilnya
“Itu bukanlah sesuatu yang patut ditertawakan” elak Kyuhyun
“Kyu, kurasa kau tahukan mengenai mitos buket bunga?” selidik Hyukjae “Siapa yang mendapat buket bunga yang dilempar oleh pengantin maka orang itu pasti akan menikah dalam waktu dekat—pengantin berikutnya”
“Tentu saja aku tahu. Itu hanyalah imajinasi para gadis yang berharap segera dinikahi oleh pasangan mereka padahal belum tentu mereka memiliki pasangan. Jika mitos itu benar, hanya akan bekerja pada gadis yang menangkap buket bunga—bukan pria” Kyuhyun mengemukakan pendapatnya.
“Lalu tiba-tiba kau yang menjadi pria pertama yang menerima buket bunga” ledek Siwon.
“Sejak kapan kalian begitu percaya terhadap hal-hal yang tak masuk akal seperti itu? Hidup ini harus diisi dengan pikiran yang realistis” ujar Kyuhyun.
“Kau salah sangka. Mana mungkin kami mempercayai itu?” kata Hyukjae “Ketika kau menerima buket itu, aku sempat mengira jika kita sedang berada dalam funny show. Seorang Cho Kyuhyun yang meskipun digilai oleh begitu banyak wanita tapi tak memberikan respon yang berarti, hanya tenggelam dengan pekerjaan tanpa teman wanita lalu tiba-tiba diramalkan akan segera menyudahi masa lajangnya—bukankah itu humor yang sangat baik?” tawa Hyukjae kembali menggelegar.
“Mengapa kita jadi membicarakan sesuatu yang tak penting” Kyuhyun mendesah, ia mendongakkan kepala memandangi langit berbintang “Kapan terakhir kalinya kita menikmati waktu seperti saat ini?” ia menarik nafas panjang
“Sudah lama sekali” jawab Hyukjae
“Pertanyaanku lebih pada, kapan lagi kita bisa seperti ini?” Siwon bergumam.
“Kita selalu bersama, menikmati saat-saat seperti ini bukanlah hal yang baru tapi sejak kedatangan Yoon Hee, entah mengapa aku lebih menikmati kebersamaan kita dengan gadis itu—dan kini, semua berlalu, tak terulang. Akhirnya kita mendapati diri kita yang merindukan suasana sebelum kejadian itu. Delapan tahun, sudah cukup lama” Hyukjae berbicara panjang lebar.
Mereka terdiam. Tak ada yang salah dengan perkataan Hyukjae, semua adalah kebenaran yang harus mereka terima meskipun itu seperti menelan pil yang sangat pahit. Roda kehidupan terus berputar, mereka tetap harus melanjutkan hidup meskipun dengan rasa yang berbeda dan juga sebuah kehilangan yang sangat besar.
~.oOo.~
“Baiklah—kemana kita hari ini?” Tanya Kyuhyun pada Siwon dan Hyukjae yang telah menantinya.
“Sejauh langkah kaki membawa”
Ketiga pemuda itu bergegas. Hari kesekian yang dipilih untuk berjalan-jalan di tengah kota Colmar. Cuaca yang sangat cerah membuat mereka begitu bersemangat.
Klik. Terabadikan semua moment yang mereka ingini dengan kamera mereka. Tak bosan-bosan dengan bangunan tua—Kyuhyun, Siwon dan Hyukjae mengunjungi museum juga galeri seni.
Hyukjae mengajak Kyuhyun dan Siwon untuk menelusuri Colmar dengan kereta keliling di sebuah halte khusus. Kereta yang membawa mereka mengelilingi pusat kota. Kyuhyun tampak santai mengenakan walkman yang disediakan di dalam kereta yang berfungsi sebagai tour guide. Mereka bahkan sempat mengabadikan replika patung Liberty yang aslinya ada di Amerika Serikat, patung itu tampak megah di tengah perempatan jalan raya di luar pusat kota.
“Aku lapar” Siwon mengelus perutnya ketika kereta berhenti di halte semula.
Bersama-sama mereka memasuki sebuah restaurant, menghabiskan hampir sejam di dalam restaurant tersebut.
“Kemana tujuan kita selanjutnya?” Tanya Kyuhyun yang tampaknya hanya mengikuti keinginan kedua sahabatnya meskipun ia sendiri sangat menikmati perjalanan itu.
“Aku harus menghadiahi Ji An sesuatu” Hyukjae menyebut nama kekasihnya, matanya tertuju pada sebuah toko cindera mata.
Mereka memasuki toko tersebut, berpapasan dengan kumpulan turis yang baru saja keluar dari toko itu. Tiga pemuda itu mengitari isi ruangan toko, mengamati dan memilih apa yang akan mereka beli meskipun yang ditawari hanyalah satu jenis benda.
Toko cindera mata tersebut sangat unik karena hanya menjual cangkir minum. Beraneka ragam cangkir minum mulai dari bentuk dan warna, cangkir itu kemudian dapat dituliskan nama seseorang sesuai keinginan pembeli.
Kim Ji An,, I love you so much.
Hyukjae menyodorkan kertas yang baru saja ditulisi kepada pelayan toko juga cangkir yang dipilihnya untuk kemudian ditulis sesuai dengan catatannya itu.
Tak berapa lama, Kyuhyun ikut menyerahkan cangkir dan juga sebuah kertas kepada pelayan.
“Tolong tulis nama dalam kertas pada cangkir itu” ujar Kyuhyun dengan bahasa Perancisnya yang sangat fasih. Pelayan itu tersenyum.
“Siapa?” Hyukjae begitu penasaran.
“Kau tak membeli sesuatu untuk tunanganmu—Mio?” Kyuhyun justru mengalihkan topik Hyukjae dengan bertanya pada Siwon
“Aku belum akan kembali ke Amerika dalam waktu dekat, akan kupikirkan hadiah yang tepat untuknya” jawab Siwon.
Beberapa saat kemudian, pelayan telah selesai melakukan tugasnya. Setelah membayar, ketiga pemuda itupun beranjak dari tempat itu. Mereka tak henti-hentinya melempar candaan sampai ketika Kyuhyun menabrak seseorang yang baru saja masuk ke dalam toko.
Kantong yang berisi cangkir terlepas dari tangannya, terlebih dari itu kini seorang gadis terduduk di lantai. Gadis itu meringis kesakitan sampai memegangi pergelangan kakinya.
“Are you okay?” Kyuhyun sedikit panik.
“No problem” Gadis itu terlalu sibuk mengurusi kakinya. Cangkir yang tersimpan rapi dalam kotak, menggelinding keluar. Gadis itu meraih cangkir tersebut, bermaksud untuk mengembalikan ke dalam kotak ketika matanya menangkap nama yang terukir pada cangkir itu.
“Eh? Yoon Hee??” Hyukjae secara tak sengaja membaca nama itu.
“Kyu..” tatapan Siwon justru terlihat sangat sedih ketika memandangi wajah Kyuhyun.
Kyuhyun hanya tersenyum tipis.
Tergesa-gesa gadis itu memasukan cangkir ke dalam kotak. Ia berusaha untuk berdiri.
“I’m sorry—can I help you?” Kyuhyun kembali mengawasi gadis itu.
“No, I’m fine” jawab gadis itu sambil mengebas debu pada terusan di atas lutut berwarna cream yang dikenakan “No..no..it’s okay” gadis itu sedikit bergeser ketika Kyuhyun membantunya, ia menatap Kyuhyun dan tersenyum untuk meyakinkan Kyuhyun.
DEG!!
Jantung Kyuhyun terpukul dengan sangat keras.
DEG..DEG..DEG..!!
Kini permainan detak jantungnya berirama cepat. Wajah Kyuhyun memucat, sepucat wajah Siwon dan Hyukjae yang memiliki ekspresi yang tak berbeda jauh dengan Kyuhyun. Mata mereka tak berkedip memandangi gadis berambut panjang ikal yang ikut memandang tajam pada mereka.
“Are you fine?” gadis itu bertanya dengan mimik yang sangat serius namun mulut Kyuhyun tak bisa digerakan.
Akhirnya gadis itu memilih meninggalkan toko, mungkin merasa aneh dengan sikap tiga pemuda itu. Siwon, Kyuhyun dan Hyukjae belum sedikitpun berkutik.
“Noo..” mulut Hyukjae yang kaku terasa sulit untuk melanjutkan perkataannya.
Seperti ditampar dengan sangat keras, Kyuhyun menoleh kasar keluar toko. Tanpa berkomentar apapun, Kyuhyun berlari keluar toko. Matanya menyisir sekitar situ dan terhenti pada gadis yang menabraknya tadi.
Gadis itu tengah bersiap untuk mengendarai sepedanya ketika Kyuhyun mencengkeram pergelangan tangannya membuat gadis itu terkejut, ia menoleh pada Kyuhyun—kedua orang itu saling bertatapan cukup lama. Siwon dan Hyukjae berlari keluar toko menyusuli Kyuhyun yang bersitegang dengan jantungnya.
“Excuse me..can I help you?” ia tampak kebingungan melihat Kyuhyun yang tak mengeluarkan sepatah katapun “Hello?”
Tak diberi perintah ketika Kyuhun menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Memeluk erat gadis yang dijumpainya.
“What’s going on?” gadis itu berusaha melepaskan diri
“Yoon Hee” lidah Kyuhyun yang semula kaku mulai bisa digerakan “Im Yoon Hee. Kau kembali?” ia mempererat pelukannya.
Gadis itu dengan sekuat tenaga akhirnya bisa melepaskan diri dari pelukan maha dasyat Kyuhyun.
“How dare you?” wajah cantik itu terlihat marah “Aku tak mengerti apa yang kau bicarakan. Tak bisakah kau bersikap sopan pada orang yang baru kau jumpai?” gadis itu berbicara dengan bahasa Perancis, ia segera meraih sepedanya yang tergeletak begitu saja dan bergegas mengayuh sepeda meninggalkan Kyuhyun yang tak bergeming, begitu juga dengan Siwon dan Hyukjae.
~.oOo.~
Siwon, Hyukjae dan Kyuhyun terlihat berdiri di depan sebuah toko bunga. Mengawasi isi toko dari luar yang hanya dibatasi oleh tembok kaca sehingga isi toko mampu dilihat oleh pejalan kaki lainnya.
Beraneka ragam bunga hidup dengan warna yang memikat. Penduduk kota Colmar memang sangat menggemari bunga, tak jarang begitu banyak pengunjung yang membeli bunga sebagai hiasan rumah atau dijadikan sebagai pemberian.
Bukan bunga-bunga itu yang menjadi perhatian utama ketiga pemuda yang entah sejak berapa lama telah berdiri di situ. Mengawasi gadis berambut panjang ikal yang begitu bersemangat melayani para pembeli. Dia tersenyum dan sesekali tertawa karena terlibat canda tawa dengan para pelanggan.
Ketiga pemuda itu tak bergeming, mencoba meyakinkan apa yang mereka lihat. Gadis itu terlihat seperti pinang dibelah dua dengan Im Yoon Hee, selain rambut panjang dan style gadis itu jauh lebih feminim—secara fisik tak ada yang membedakan antara dia dan sosok yang begitu dirindukan oleh ketiga pemuda itu, Im Yoon Hee.
“Dilihat dengan cara apapun—dia benar-benar Im Yoon Hee” gumam “Hanya saja, Yoon Hee tidak bersikap seramah dan sehangat itu. Noonim sangat tenang dan dingin”
“Bianca Flo Gravois”
Kyuhyun dan Hyukjae menoleh pada Siwon ketika menyebutkan sebuah nama.
“Dia dipanggil Flo oleh penduduk setempat” ujar Siwon, tampaknya dia telah menyelidiki gadis yang terlihat mirip dengan Yoon Hee itu “Tadinya aku mengira dia adalah Yoon Hee tapi aku semakin terkejut menyadari mereka bukanlah orang yang sama bahkan tak memiliki ikatan darah apapun. Flo terlahir sebagai putri tunggal keluarga Gravois. Dia mewarisi wajah oriental dari Ibunya yang berasal dari Thailand. Dia menghabiskan hari-harinya di toko bunga pemberian Ayahnya”
“Aneh sekali. Jika kedua orang itu tak memiliki hubungan apapun, mengapa bisa ada kebetulan seperti ini?” Hyukjae menggeleng tak percaya.
Kyuhyun diam. Kali ini dia memilih tak mengeluarkan argumen apapun. Pemuda itu justru melangkah masuk ke dalam toko. Siwon dan Hyukjae mengikuti langkah Kyuhyun.
(Author nyela : percakapan yang dibuat italic/miring, ceritanya dalam bahasa Perancis yaJ…pengecualian utk percakapan dlm bahasa ingris & percakapan dengan sesama korea melalui sambungan telepon)
“Selamat datang…” senyum yang mengembang di wajah Flo perlahan luntur melihat ketiga pemuda yang baru saja masuk ke dalam toko bunganya. Sepertinya ia masih kesal dengan perlakuan Kyuhyun beberapa waktu yang lalu.
Kyuhyun menatap tajam pada Flo—tak berkedip.
“Apa yang salah denganmu?” Flo tak bisa menyembunyikan kekesalannya ketika Kyuhyun menangkap tangan Flo dan mengawasi jari Flo, ia seperti mencari sesuatu.
“Dimana? Dimana cincin itu?”
Flo hanya diam, ia mengibas kasar tangan Kyuhyun dari pergelangan tangannya.
“Kyu—dia bukan Yoon Hee” ujar Siwon miris.
Kyuhyun terdiam. Ia sedikit menoleh pada Siwon yang memegangi pundaknya lalu kemudian kembali menelusuri wajah gadis yang berdiri di hadapannya.
Sepuluh menit kemudian. Keempat orang itu telah duduk di kursi yang mengelilingi sebuah meja—masih di dalam toko bunga Flo. Kyuhyun menyodorkan sebuah foto pada Flo, gadis itu menerima foto itu dan mengamati.
Siwon dan Hyukjae sama seriusnya dengan Kyuhyun yang mengamati reaksi Flo ketika melihat foto Yoon Hee.
“Seperti aku..ini benar-benar aneh” gumam Flo, ia terus mengawasi wajah tenang Yoon Hee. Flo mengembalikan foto Yoon Hee pada pemiliknya “Meskipun sangat mirip—tapi aku bukan dia—maaf” Flo berkata dengan sangat pelan.
~.oOo.~
Sudah larut malam. Mata Kyuhyun tak dapat dipejamkan, sejak bertemu dengan Flo ia susah beraktivitas senormal biasanya—termasuk tidur yang terganggu. Kyuhyun keluar dari kamar. Ia berjalan menuju balkon.
Entahlah berapa lama waktu berlalu ketika Kyuhyun menyadari Siwon telah berdiri di sisinya—keduanya sama-sama memandangi langit Colmar yang pekat.
“Kau masih memikirkannya? Gadis itu—Flo?” Siwon membuka percakapan.
“Aku berusaha keras untuk melupakan Yoon Hee”
“Kau tak pernah sukses melakukannya Kyu”
“Ya. Nyatanya aku memang tak pernah bisa melupakan Yoon Hee. Bagaimana mungkin aku bisa melakukan itu? Bahkan letusan senjata saat itu masih menggema di telingaku, tubuh Yoon Hee yang terkulai di pangkuanku—semua masih sangat segar dalam ingatanku”
“Kyu”
“Terlalu menyakitkan. Berkali-kali aku mengatakan pada diriku bahwa Yoon Hee sudah meninggal. Lalu aku melihat Flo—kau tahukan bagaimana perasaanku? Aku berharap itu adalah Yoon Hee, tapi ternyata aku harus kembali menelan kepahitan karena Yoon Hee-ku benar-benar telah tiada”
“Jangan berjalan menentang arus—kau hanya akan lelah dan terluka. Ikuti proses yang diatur untukmu, suatu saat kau akan mengerti. Waktu akan menjawab semuanya”
“Siwon” Kyuhyun seperti baru mengingat sesuatu.
“Ada apa?”
Kyuhyun diam dengan ekspresi anehnya. Tak mencoba untuk meredakan rasa penasaran Siwon, pemuda itu justru tergesa-gesa mengeluarkan handphone. Ia terlihat tak sabaran untuk segera berbicara dengan orang yang sedang diteleponnya itu.
“Hyung!!” Kyuhyun berbicara duluan ketika teleponnya diangkat.
“Kyu, kau sudah di Seoul?” suara Jung Soo terdengar dengan jelas.
“Aku tak akan memberitahukan kedatanganku—jika kau melihatku di kantor, itulah kepulanganku” ucapan Kyuhyun membuat desahan panjang nafas Jung Soo terdengar lebih jelas lagi “Ada sesuatu yang ingin kuminta darimu”
“Hanya ketika kau membutuhkan bantuan lalu menghubungiku”
“Aku membutuhkan pertolonganmu—bukan omelanmu Hyung”
“Call me sunbaenim”
“Aku diluar jam kerja” senyuman sinis tersungging di sudut bibir Kyuhyun
“Lupakan permintaanmu” ancam Jung Soo
“Really? Okay, say good bye to NIS” Kyuhyun membalas ancaman Jung Soo. Sementara Siwon menggeleng pelan, ancaman Kyuhyun memang tak main-main.
“Ok..ok,, apa yang kau inginkan dariku?” Jung Soo menyerah
“Hyung, bukankah Yoon Hee adalah anak adopsi?”
“Yoon Hee?” suara Jung Soo terdengar sangat terkejut “Hei, Cho Kyuhyun..mengapa tiba-tiba kau bertanya tentang Yoonie?”
“Jawab saja pertanyaanku!”
“Benar…tapi ada apa? Pertanyaanmu sangat mengejutkanku”
“Mengapa tidak terpikirkan olehku?” Kyuhyun bergumam “Ah—hyung, tolong kau kirimi personal data Yoon Hee”
“Berani sekali kau memerintahku seperti itu?” Jung Soo kesal “Bukankah kau bisa melakukannya sendiri?”
“Aku sedang berlibur. Demi keselamatanku, aku meninggalkan ID card NIS” Kyuhyun memberikan alasannya. Semua data dapat diakses dengan mudah menggunakan ID card mereka, jika hanya mengakses dengan cara yang biasa—informasi yang didapatpun sangat terbatas.
“Baiklah—beri aku semenit”
Kyuhyun menyudahi percakapan itu.
“Apa yang kau pikirkan?” Siwon semakin penasaran dengan tingkah Kyuhyun.
Kyuhyun justru bergegas ke dalam kamarnya. Siwon berjalan mengikuti langkah Kyuhyun. Ia mengamati Kyuhyun yang segera membuka laptop. Sebuah email yang baru masuk di inbox-nya. Email tersebut dari Jung Soo. Tak menunggu lama, Kyuhyun membuka lampiran file dalam email itu.
“Untuk apa kau menyelidiki Yoon Hee?” Siwon memandangi wajah Yoon Hee pada layar laptop Kyuhyun.
“Ada yang mengganjal” jawab Kyuhyun. Ia memainkan scroll ball mouse-nya, menarik turun page demi page, terlihat serius membaca semua informasi detail tentang Im Yoon Hee “Yoon Hee diadopsi oleh Jenderal Im ketika umurnya menginjak 5 tahun. Sebelumnya dia ditinggalkan di depan pintu gerbang panti asuhan Santa Maria” Kyuhyun terus membaca semua informasi tentang Yoon Hee.
“Kyu, jangan katakan jika kau…”
“Tak pernah ada yang tahu identitas orang tua kandung Yoon Hee. Perasaanku sangat kuat—Yoon Hee dan Flo terikat oleh sesuatu”
Siwon terlihat berpikir. Ia tak berani untuk menarik sebuah kesimpulan, hanya memikirkan segala sesuatu dapat terjadi—bahkan hal yang tidak sedikitpun terlintas dalam pikiran mereka.
~.oOo.~
Dari jauh Kyuhyun mengawasi Flo yang seperti biasanya tampak ceria ketika melayani pelanggan-pelanggannya. Beberapa hari belakangan ini, Kyuhyun selalu terlihat berada di sekitar Flo—memandangi gadis itu dari jauh. Ia terus mencari hal-hal yang dapat menghubungkan Flo dan Yoon Hee. Menyelidiki semua informasi tentang Flo.
Kyuhyun terlihat melamunkan banyak hal. Ia cukup terkejut ketika Flo telah berdiri di hadapannya.
~~~
Flo meletakkan sebuah cangkir yang berisi teh di hadapan Kyuhyun.
“Minumlah” Flo mempersilahkan Kyuhyun untuk minum.
“Terima kasih”
Kyuhyun meneguk sedikit isi cangkirnya itu. Flo menuju sebuah lemari, ia menarik sebuah album foto diantara album lainnya. Ia kembali duduk di hadapan Kyuhyun, meletakkan album foto di atas meja dan menggeser album itu mendekati Kyuhyun.
“Aku tahu jika kau terus mengikutiku” ujar Flo “Jika karena aku terlihat seperti orang itu, kumohon kau tak perlu melakukan semua ini”
“Kau, apakah keluargamu tak pernah ke Korea Selatan?”
Flo terdiam, lalu menggeleng pelan.
“Apa kau yakin, kau tak memiliki seorang saudara?” Kyuhyun benar-benar tak pernah yakin semua yang dikatakan Flo.
Gadis itu meminta Kyuhyun untuk membuka album foto. Perlahan Kyuhyun mulai membuka lembar demi lembar album itu, foto-foto Flo bersama kedua orang tuanya—mulai dari kecil sampai dewasa, dan foto itu menceritakan bahwa Flo tak memiliki seorang saudara kandung.
“Jika kau masih tak percaya, aku bisa menunjukkan akta kelahiran, semua ijazah yang pernah kuterima—apapun yang kau inginkan” ujar Flo.
Terlihat jelas Kyuhyun yang melemas dengan kekecewaan, tapi di dalam hatinya masih menyimpan banyak harapan meskipun apa yang Flo katakan sudah cukup sebagai bukti kuat.
Kyuhyun beranjak. Ia berlalu dari hadapan Flo tanpa sepatah katapun, langkahnya terhenti. Ia menoleh.
“Kau pasti tahu jika aku sudah menyelidikimu, aku mengetahui banyak hal tentangmu. Apa kau tak ingin tahu siapa aku?” kata Kyuhyun tenang “Jika bertemu lagi, kau bisa memanggilku Kyuhyun—aku Cho Kyuhyun” ia berkata dengan eskpresi yang datar.
Kyuhyun segera mengayunkan kakinya. Sementara Flo hanya bungkam, ia memandangi punggung Kyuhyun yang kian menjauh di luar toko.
~.oOo.~
Ruang tamu dengan suasana klasik, sangat damai dan tentram. Tak ada suara, hanya seorang pemuda tampan yang duduk termenung di dekat perapian.
“Gawat!!” kedatangan Hyukjae merusak ketenangan yang sejak awal tercipta.
“Ada apa?” Tanya Siwon yang baru saja keluar dari kamar tidurnya.
Kyuhyun bergeser dari tempat duduknya, ia berjalan—duduk disebuah sofa yang letaknya cukup jauh dari perapian.
“Aku harus segera kembali ke Seoul” wajah Hyukjae terlihat panik “Ji An sakit” ia menambahkan alasan kepulangannya.
“Sepertinya kau benar-benar mencintai gadis itu—Ji An membuatku sangat cemburu. Hyukjae di kehidupan mendatang aku akan menjadi kekasihmu” goda Kyuhyun.
Hyukjae mendesis dan menatap galak pada Kyuhyun. Kedua sahabatnya tahu sifat Hyukjae yang playboy, tak salah jika mereka sangat heran ketika Hyukjae benar-benar terpikat dan tak bisa melepaskan seorang gadis, Ji An. Hyukjae telah bertambah dewasa dan pikiran kekanak-kanakannya telah dikikis seiring berjalannya waktu.
“Kalian tak ingin pulang bersamaku?”
Kyuhyun diam membisu, Hyukjae sudah mengetahui jawaban Kyuhyun.
“Aku rasa, aku masih ingin menghabiskan liburanku di sini” ujar Siwon “Kabari kami jika kau sudah tiba di Seoul”
“Don’t worry about it” senyum tipis tersungging di wajah Hyukjae.
~.oOo.~
Gereja St. Martin.
Di sebuah bangku panjang, hanya terisi oleh seorang gadis. Flo, menarik kain sutra tipis—menutupi kepalanya. Gadis itu melipat kedua tangannya. Ketika ia membuka matanya, Kyuhyun telah duduk di bangku yang sama namun menyisakan jarak yang cukup jauh diantara mereka.
Flo mengawasi mata Kyuhyun yang terpejam.
“Kau selalu datang berdoa di sini” ujar Kyuhyun ketika mengamini doanya.
“Kau tahu semua aktivitasku” Flo tersenyum.
”Karena aku…” Kyuhyun tak jadi melanjutkan perkataannya “Apa yang selalu kau doakan?”
Flo terdiam, ia memandang lurus ke depan. Sinar matanya yang menerawang jauh.
“Semuanya. Terlalu banyak hal yang ingin kuceritakan pada Tuhan—aku punya banyak cerita yang tak pernah habis untuk dibahas” jawab Flo
“Aku..aku punya banyak kisah yang ingin kulupakan tapi tak mampu aku lakukan” suara Kyuhyun terdengar sedih “Ah, aku lapar—apakah kau tak ingin mengajakku makan siang?” Kyuhyun tersenyum. Flo ikut tersenyum.
~~~
Kyuhyun dan Flo sudah berada di sebuah restaurant sederhana. Mereka menikmati makan siang sambil berbagi banyak cerita—sesekali derai tawa keluar dari mulut mereka. Suasana Colmar yang sangat cerah, secerah keakraban yang mulai terjalin diantara kedua orang itu.
Tanpa disadari, seseorang sedang membidik kamera—mengambil banyak foto Flo dan Kyuhyun.
“Sebentar—aku ke toilet” ujar Flo.
Kyuhyun hanya memandangi kepergian Flo. Gadis itu memasuki toilet wanita, beberapa orang wanita terlihat mencuci tangan di wastafel, atau sekedar memperbaiki riasan di wajah mereka. Flo masuk ke sebuah bilik dalam toilet itu.
Untuk beberapa saat kemudian gadis itu merasakan perubahan suasana. Mendadak toilet itu begitu mencekam. Raut wajah Flo berubah menjadi sangat serius. Tangannya lalu menyentuh sesuatu yang tersembunyi di balik pakaiannya, ia mendorong pelan pintu bilik—melangkah keluar.
Flo langsung disambut oleh pukulan seorang pria namun berhasil ditangis oleh Flo, dengan lincah gadis itu berbalik menyerang pria itu.
Suara langkah kaki cukup mengalihkan Flo. Pria itu mengambil kesempatan dengan memukul tangan Flo. Tak menunggu lama, pria itu segera berlari keluar toilet. Flo yang masih meringis langsung berlari keluar toilet. Tak ada jejak.
Ia segera kembali ke tempat dimana Kyuhyun sedang menunggunya.
“Maaf aku harus kembali ke toko—seseorang sedang mencariku” ujar Flo, ia menarik tasnya dan berlalu dari hadapan Kyuhyun dengan terburu-buru sehingga tak memberikan kesempatan pada Kyuhyun untuk mengucapkan sepatah katapun.
Dalam beberapa menit Flo telah sampai di toko bunganya. Ia langsung masuk ke dalam kamar. Membuka laptop dan memasang alat pendengar. Tangannya dengan sangat lincah menekan tuts-tuts pada laptopnya—matanya dengan seksama membaca sebuah email yang baru saja masuk.
“Flo—mengapa ada insiden itu? Apakah mereka mengetahui penyamaranmu?” seseorang sedang berbicara dengan Flo.
Flo tak berhenti mengakses informasi yang bergerak dengan sangat cepat.
“Tidak. Mereka bukan orang-orang dari perkumpulan hitam” ujar Flo “Tujuan utama mereka bukan aku tapi pria yang bersamaku—Cho Kyuhyun. Pria itu adalah seorang agent NIS Korea Selatan”
“Mengapa kau bisa bersama-sama dengan seorang NIS?”
“Itu hanyalah sebuah kebetulan. Dia hanya menghabiskan liburan di Colmar. Sepertinya dia adalah agent nomor satu NIS, itulah sebabnya ia menjadi incaran pihak-pihak yang terancam dengan keberadaannya”
“Kau harus berhati-hati, jangan membuat usaha yang telah kita lakukan gagal hanya karena insiden yang tak ada hubungannya dengan kita. Berhati-hatilah, pria yang menyerangmu mungkin akan mencurigaimu”
“Tidak. Aku tak akan membiarkan hal itu terjadi”
Flo melepas alat pendengarnya. Ia menatap wajah Kyuhyun yang terpampang jelas di layar laptop, juga semua informasi tentang Kyuhyun.
~.oOo.~
Kyuhyun hampir melupakan statusnya sebagai seorang agent NIS, waktu cutinya bahkan telah lewat tapi ia belum menunjukan tanda-tanda keberangkatannya ke Seoul.
Hampir setiap hari ia akan menemui Flo—seperti telah menjadi kebiasaan bagi dua orang itu untuk menghabiskan sejenak waktu mereka bersama.
“Menemuinya lagi?” Siwon memandangi Kyuhyun yang terburu-buru keluar dari dalam kamar tidurnya “Kyu—dia bukan Yoon Hee. Aku tahu kau mencarinya, selalu ingin melihatnya. Jika kau menyukainya karena dia Flo, tak masalah—tapi hanya saja jika kau menyukainya karena mencari sosok Yoon Hee dalam diri gadis itu, kumohon untuk menghentikannya sekarang juga”
Kyuhyun terdiam.
“Kyu, Yoon Hee sudah tiada. Kau tahu itu dengan sangat jelas. Kau melihat sendiri bagaimana dia tertembak, kau bahkan memeluknya saat itu. Kau juga hadir pada saat pemakamannya. Apa lagi yang ingin kau perjelas dari situasi itu? Flo hanyalah kebetulan yang sangat ajaib, aku harap kau tak terus menerus menganggap Flo adalah Yoon Hee”
“Siwon” Kyuhyun memandangi Siwon dengan sorot matanya yang tenang “Aku hanya ingin menghirup udara segar” ia tersenyum lembut.
Siwon tak mampu melakukan apapun kecuali membiarkan Kyuhyun pergi.
Kyuhyun melangkah gontai. Ia memandangi langit Colmar. Menarik nafas panjang, serasa ingin menghirup semua udara. Desahan nafas panjang dan berat dihempas Kyuhyun.
Raut wajah pemuda itu terlihat sangat sedih. Perkataan Siwon hampir tak dapat diterima olehnya tapi Yoon Hee memang sudah tiada dan gadis itu adalah Flo, Bianca Flo Gravois bukan Im Yoon Hee.
Kini Kyuhyun telah berdiri di depan toko bunga Flo. Ia mengawasi Flo yang sedang menata bunga-bunga. Flo menoleh dan melambai pada Kyuhyun sambil tersenyum hangat.
Kyuhyun melangkah masuk ke dalam toko.
“Sejak kapan kau berdiri di situ?” Tanya Flo,
“Baru beberapa menit yang lalu” Kyuhyun membantu Flo memindahkan bunga-bunga.
“Apakah kau ingin menghabiskan liburanmu hanya untuk mengikutiku?”
“Flo—apakah itu memang namamu?” Kyuhyun bergumam pelan, lebih pada untuk meyakinkan dirinya sendiri.
“Ya. Kedua orang tuaku yang menamaiku. Bianca Flo Gravois. Bianca adalah putih, lalu Flo sendiri berarti mekar sedangkan Gravois adalah nama keluargaku” jawab Flo “Ada apa?”
Kyuhyun tersenyum, tak menjawab pertanyaan Flo. Ia justru menelusuri wajah Flo, memandang dengan tatapan dalam.
“Kau menatapku tapi tatapanmu bukan tertuju padaku. Kau mencari gadis itu dalam diriku” ucapan Flo membuat Kyuhyun tercengang “Kyuhyun, kau tak perlu melakukan itu”
Hati Kyuhyun terasa getir dan perih ketika kata demi kata yang merangkai kalimat keluar dari mulut Flo.
Sementara Flo hanya menatap sendu pada Kyuhyun. Entah berapa lama sampai Flo menyadari sesuatu. Matanya memandang tajam keluar toko, dalam jarak yang tak cukup jauh seseorang sedang mengawasi mereka—terutama Kyuhyun. Mata Flo melebar ketika orang itu mengeluarkan sebuah senapan dan mengarahkan pada Kyuhyun.
Sebuah letupan angin tertangkap oleh Flo ketika orang itu menarik pelatuk senjatanya. Dengan cepat, Flo menarik kemeja Kyuhyun. Peluru menembus kaca dan berakhir di dinding.
Kyuhyun terkejut bukan main. Nafasnya tercekat. Bola matanya semakin melebar ketika Flo dengan terburu-buru mengeluarkan sesuatu dari sebuah tempat. Sebuah senapan laras panjang. Jenis senjata yang hanya dipegang oleh sniper.
Flo meletakan senjata itu, matanya memicing—mengukur jarak pandang dan mencari sasaran yang telah menjauh, mengunci dan membidik. Sepersekian detik, seorang pria jatuh terkapar di jalan.
“Ka..kau,, Flo—barusan…” Kyuhyun tak mampu untuk berkata-kata, selain karena nyawanya yang nyaris melayang tapi juga karena aksi Flo yang diluar dugaannya.
“Aku harus ke suatu tempat” Flo tak berusaha untuk meredakan rasa penasaran yang kini menggerogoti Kyuhyun dengan heboh “Sebaiknya kau segera pergi dari sini, orang-orang itu sedang mengincarmu” ujar Flo dan langsung berlalu.
~~~
Kyuhyun membuka kasar pintu kamarnya. Ia langsung duduk di depan laptopnya. Mengetik dengan lincah lalu mengambil handphone.
“Kau sudah di Seoul?” Jung Soo menerima panggilan Kyuhyun.
“Lupakan pertanyaan itu. Aku punya sesuatu yang lebih penting dibandingkan kepulanganku” ujar Kyuhyun “Hyung, aku baru mengirimimu sebuah email. Tolong berikan informasi yang lengkap tentang gadis itu”
“Haishh,, baiklah” geram Jung Soo. Kyuhyun tak menutup telepon, ia menanti dengan wajah yang semakin serius “Astaga!!” Jung Soo terpekik, tampaknya itu telah melihat email Kyuhyun “Cho Kyuhyun, siapa gadis ini?”
“Aku juga ingin tahu siapa dia sebenarnya. Namanya Bianca Flo Gravois. Tolong cari semua informasi tentang dia. Gadis itu bahkan memiliki Remington 700” ujar Kyuhyun. Remington 700 merupakan salah satu senapan sniper terbaik di dunia.
“Ya Tuhan… mengapa ada hal seperti ini? Dia sangat mirip dengan Yoonie. Jadi ini alasanmu menunda kepulangan ke Seoul?”
“Hyung..lakukan dengan cepat!” Kyuhyun terlihat tak sabaran.
“Tunggu sebentar, biarkan server ini bekerja” Kyuhyun bahkan dapat mendengar hentakan pada tuts komputer diseberang sana. Detik selanjutnya, erangan heran dan ketidakpercayaan terdengar makin jelas dari mulut Jung Soo.
“Ada apa? Kau sudah menemukannya? Beritahu aku hyung!”
“Sulit dipercaya. Aku mencari datanya tapi hampir tak ditemukan, kugunakan server khusus NIS dan apa yang kini disuguhkan padaku sangatlah mencengangkan..” ujar Jung Soo “Gadis itu sama sepertimu, seorang agent—itulah sebabnya, informasi tentangnya tidak dapat diakses dengan cara yang biasa”
“Apa katamu??” Kyuhyun sangat terkejut.
“Bianca Flo Gravois, terdaftar sebagai salah satu agent NCIS atau Naval Criminal Investigative Service—sebuah dinas investigasi kriminal Angkatan Laut Amerika Serikat”
“NCIS?? Gadis itu??” bola mata Kyuhyun kian melebar.
“Mengapa bisa ada kebetulan yang seperti ini. Dia terlihat sangat mirip dengan Yoonie, bahkan pekerjaannya tak jauh berbeda dengan Yoonie”
“Ah—hyung, kapan ulang tahun Flo?” selidik Kyuhyun.
“Kyuhyun, aku tahu apa maksudmu tapi dia bukanlah Yoonie. Tanggal dan bulan kelahiran mereka berbeda bahkan Flo lebih muda empat tahun dari Yoonie, artinya dia tiga tahun dibawahmu”
“Aku mengerti” nada suara Kyuhyun melemah. Kyuhyun meletakan handphone di atas meja. Ia menerawang, pikirannya menjelajah jauh dari raga.
~to be continue~
No comments :
Post a Comment