Title : Love Sick
Author : Rain Blue
Cast : Cho Kyuhyun (Super Junior), Jung Minah (OC), Shim Changmin (TVXQ), Shin Jihyun (OC)
Genre : Sad, Romance, Friendship
Lenght : One Shoot
Ranting : PG-15
Disclaim : seluruh jalan cerita ff ini murni hasil karya dan pemikiran author. Mohon maaf kalau tanpa sengaja ada kesamaan dari alur maupun jalan ceritanya. Tolong di hargai dengan tidak memplagiat.
Ini FF kedua karya author. Dan ini tidak ada sangkut pautnya dengan FF sebelumnya. Hanya saja memang cast yeojanya sama, soalnya author lebih nyaman. Semoga saja tidak mengecewakan. Happy Reading ^^
[WARNING!! TYPO BERTABURAN]
Cinta Tidak Pernah Meminta Untuk Menanti
Ia Mengambil Kesempatan atau Melepaskan
Cinta adalah Keberanian atau Pengorbanan
–Salim A. Fillah-
Ia Mengambil Kesempatan atau Melepaskan
Cinta adalah Keberanian atau Pengorbanan
–Salim A. Fillah-
Mengapa aku harus merasakan manisnya jatuh cinta
Dan pahit runtuhnya pondasi pengharapan cinta di waktu yang bersamaan?
Apakah aku telah mencintai orang yang salah?
–Jung Minah-
Dan pahit runtuhnya pondasi pengharapan cinta di waktu yang bersamaan?
Apakah aku telah mencintai orang yang salah?
–Jung Minah-
۩ Love Sick ۩
Mungkin kebanyakan dari kita sudah tidak asing lagi dengan hal yang satu ini. cinta. Satu kata namun berjuta makna. Barangkali banyak para ahli yang mengemukakan pendapat mereka mengenai cinta, memberikan filosofi tentang makna cinta, bahkan mendefinisikan cinta. Tapi bukan itu yang kita perlukan, pendapat, filosofi, definisi, apa artinya itu semua tanpa kau sendiri yang mengetahui maksudnya.
Tuhan memberikan kita sepasang mata untuk melihat, sepasang telinga untuk mendengar, sepangan tangan untuk memegang, sampai sepasang kaki untuk berjalan. Tapi kenapa tuhan hanya menciptakan sekeping hati untuk kita? Mengapa Ia tidak menciptakan sepasang hati? Bukannya itu akan menjadi sangat lengkap untuk kita?
Tentu saja semua itu ada alasannya. Bukan kah Ia menciptakan sesuatu dengan maksud dan tujuan. Bahkan kotak yang kosong pun akan menjadi sangat bermanfaat bagi kita. Kita hanya di anugrahi sekeping hati karena tuhan memberikan kepingan hati yang lain kepada seseorang yang akan menemani kita pada akhirnya. Itu lah cinta.
۩ Love Sick ۩
Awan mendung mendominasi langit kota Seoul, selaras dengan suasana yang semakin terselimuti oleh duka. Tak banyak gerakan berarti yang di hasilkan oleh tubuhnya, hanya menatap kosong gundukan tanah itu dari kejauhan. Bukan dia tidak ingin melihat orang yang sangat berarti baginya itu untuk terakhir kalinya sebelum benar-benar pergi ke tempat peristirahatan terakhirnya. Hanya saja, terlalu menyakitkan untuknya untuk menyaksikan itu semua. Dia tidak sanggup! Sungguh! Dia tidak sanggup! Apa cinta memang semenyakitkan itu?
#FlashBack
Seorang gadis tampak melewati koridor yang cukup ramai dengan tumpukan buku yang di bawanya. Rambut ikalnya di biarkan menjutai bebas ke belakang. Bukan pemandangan baru lagi bagi mereka yang biasa melewati koridor ini yang merupakan akses jalan satu-satunya apabila ingin ke perpustakaan.
“Jung Minah!!” teriakan seseorang dari jarak yang tidak cukup jauh. Gadis itu dengan susah payah menengok mencari sumber suara. Jelas saja, bagaimana ia bisa leluasa untuk melihat dengan tumpukan buku di depannya yang bahkan sampai menutupi seluruh wajah nya. Demi apapun, apa dia tidak keberatan dengan tumpukan buku yang di bawanya itu.
Sebuah senyuman terukir di wajahnya tak kala berhasil mendapati sosok yang memanggilnya tadi. Bukan hal yang susah lagi bagi gadis yang bernama Jung Minah atau yang akrab di panggil Minah ini untuk dapat mengenali sosok yang memanggilnya tadi, walaupun dalam jarak yang tidak dekat.
“Jihyun~ya” sapa Minah kepada sahabatnya, Jihyun, ketika berhasil berjalan beringan. Semua pasang mata yang awalnya acuh tak acuh dengan keadaan ketika melewati koridor itu kini teralih pada dua gadis yang berjalan beriringan. Bukan, bukan. Bukan Minah yang menjadi pusat perhatian saat ini. Oh ayolah, mereka juga akan berpikir dua kali merelakan waktu berharga mereka untuk memperhatikan gadis yang satu ini walaupun hanya sedetik.
Gadis yang terkenal cupu dengan kaca mata berukuran besar yang selalu bertengger di atas hidungnya. Berbanding terbalik dengan gadis di sebelahnya. Gadis fashionable dengan wajah menawan. Siapa yang tidak mengenalinya, Jihyun sang ketua tim cheers yang selalu menjadi pusat perhatian.
“Yak! Apa kau tidak kerepotan dengan buku sebanyak ini? satu, dua, tiga, empat… aish” Jihyun bergidik ngeri melihat jumlah buku yang di bawa Minah. Dia lebih memilih di suruh shopping dari pada harus di sodorkan buku di hadapannya. Sudah jelas, tidak cukup 10 detik buku itu sudah akan menjadi alas tidur yang nyaman baginya di atas meja. Minah hanya terkikik geli mendengar sahabatnya.
“Aku harus segera mengerjakan karya ilmiahku Jihyun~ya. Park Seongsaenim sudah memintaku menyelesaikannya dalam waktu 2 hari” ujar Minah dengan di susulnya helaan nafas frustasi. Dia memang tergolong murid yang pandai, tak jarang ia sering kali di mintai untuk mewakili sekolah dalam berbagai perlombaan academy.
“Kalau kau tidak sanggup. Tidak usah di paksakan. Aku tidak tega melihat mu harus lebih banyak berkutat dengan buku-buku ini. Sini, biar aku bantu!” jawab Jihyun mencoba menasehati sahabatnya. Walau dia tau itu hal yang percuma, gadis di sampingnya ini tidak akan mendengarkannya. Jihyun berniat mengambil alih beberapa buku dari Minah, dia bermaksud untuk membantu sahabatnya yang terlihat kesusahan membawa benda benda itu. Namun sesegera mungkin Minah menolak sebelum Jihyun menolongnya.
“Tidak perlu Jihyun~ya. Aku bisa membawa ini sendiri. Lagi pula apa kau tidak malu di lihat jalan beriringan dengan ku? Kau tidak takut reputasi mu sebagai gadis populer jatuh? Sebaiknya kau tidak usah terlalu dekat dengan ku” sahut Minah yang sukses mendapat tatapan tajam dari Jihyun. Sebenarnya Ada rasa tidak yakin ketika Minah mengatakan hal tadi. Dia hanya tidak ingin menyusahkan sahabatnya ini yang sudah menjadi teman baiknya sejak lama. Bahkan persahabatan mereka sangat terkenal. Tentu saja karena julukan yang mereka memiliki, ‘Beauty and The Beast’. Namun mirisnya dia yang menjadi ‘Beast’nya di sini.
“Hei! Sejak kapan kau mulai tertarik mendengarkan ocehan mereka? Kita yang berteman apa hubungannya dengan mereka? Aku ingin berteman dengan siapa pun, itu urusan ku. Dan aku memilih mu, Jung Minah.” Jawab Jihyun sarkatis. Setiap katanya penuh dengan penekanan. Berharap pikiran sahabatnya ini bisa kembali ke jalan yang benar lagi. Terang saja, gadis cuek dan percaya diri yang selalu acuh dengan keadaan sekitar, tiba-tiba saja menjadi pesimis seperti ini. Ah, pasti penyebabnya mahkluk tak bernyawa yang selalu menjadi musuh bebuyutan Jihyun itu. Apa lagi kalau bukan tumpukan buku yang selalu saja mengekori Minah kemana pun dia berada.
“ Sudahlah tidak perlu kau pikirkan. Lagi pula kalau reputasi ku hancur karena kau, akan akan sangat berterima kasih. Aku lelah menjadi gadis yang menawan” lanjut Jihyun sambil terkekeh mencoba mencairkan suasana. Minah terdiam sejenak, mungkin mencerna setiap perkataan Jihyun. Seperdetik kemudian, dia mengulas senyuman. Apa pikirannya sudah kembali ke jalan yang benar? Semoga saja memang iya.
“Maaf atas perkataan ku tadi. Aku hanya tidak ingin menyusahkan mu saja Jihyun~ya” ucap hyojiin. Jujur saja, dia merasa bersalah atas tindakannya tadi yang menyuruh Jihyun untuk menjauhinya.
“Gwenchana. Tapi kalau kau berkata seperti itu lagi, tidak ada kata maaf untuk mu. Arraeso?” titah Jihyun yang di balas anggukan semangat oleh Minah.
“Jadi.. kau bisa membantu ku membawa ini? Pinggang ku serasa mau patah. Yaakk!! SHIN JIHYUN!! Kau mau kemana?!” ujar Minah memelas berharap tawaran Jihyun beberapa saat yang lalu masih berlaku. Tapi ternyata dugaannya salah, Jihyun malah memeletkan lidahnya meledek Minah lalu berlari meninggalkan Minah yang di balas seruan lantang oleh Minah. Sedangkan Jihyun? Dia hanya tertawa mendengar teriakan Minah. Pasti sangat lucu melihat wajah kesalnya itu, pikir Jihyun.
***
Suasana ruang guru saat itu cukup ramai tidak seperti biasanya. Apa hari ini siswa-siswi sedang melanggar peraturan berjama’ah. Astaga. Minah hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat teman-temannya sesama rekan siswa mendapatkan hukuman. Mungkin bagi siswa teladan seperti Minah, itu semua seperti hal yang tidak biasa. Tapi bagi mereka yang hobi keluar-masuk ruang guru, itu sudah hal biasa. Entah itu atribut tidak lengkap, pakaian yang tidak beraturan, bahkan sampai mengecat ada yang rambut. Minah sempat bergidik geli melihat salah satu siswa yang rambutnya di cat warna warni, seperti kemoceng saja.
“Sebenarnya karya ilmiah mu ini sudah cukup bagus. Tapi masih perlu banyak perbaikan lagi” ujar Park Seongsaenim yang tengah sibuk membolak-balikan tiap halaman hasil karya ilmiah yang di buat oleh Minah selama dua hari ini. “Bahkan masih banyak penulisan kata yang salah” lanjut Park Seongsaenim. Astaga. Seteliti itu kan Park Seongsaenim membaca tiap kata karya nya?
“Ah, ne. Joeseonghamnida, Seongsaenim. Mungkin saya kurang fokus saat menulisnya” ucap Minah meminta maaf. “Saya akan memperbaiki semuanya. Itupun kalau Seongsaenim bersedia memberikan tambahan senjang waktu. Aku akan lebih berhati-hati lagi” lanjut Minah. ia tidak suka mendengar kata tidak sempurna dalam setiap hal yang dia kerjakan. Semuanya harus mencapai target. Tapi sepertinya percuma saja bernegosiasi dengan ParkSeongsaenim yang terkenal akan ke- killernya itu.
“Senjang Waktu? Bukannya saya sudah memberi mu senjang waktu 2 hari. Apa itu belum cukup? Sepertinya tidak bisa, Jung Agasshi” ujar Park Seongsaenimmenyerahkan hasil pekerjaan Minah. Astaga. Minah tidak habis pikir bisa-biasanya dia begitu payah. Dia hanya merutuki kebodohannya sendiri, memohon pun rasanya percuma. Park Seongsaenim sangat konsisten di setiap keputusan yang dia ambil.
“Ne, Seongsaenim. Terima kasih sudah mempercayakan pada saya sebelumnya” Minah mengambil hasil pekerjaannya dengan lemah lalu membungkukkan badannya hormat sekilas.
“Tapi saya punya penawaran lain untuk mu, Jung Agasshi” kata Park Seongsaenimmenghentikan langkah Minah yang hendak keluar pintu. Penawaran lain? Alis Minah saling bertautan. Penawaran seperti apa yang akan di berikan Park Seongsaenim?
“Kau bisa kembali mengerjakan karya ilmiah mu itu dengan satu syarat. Kau harus di mentori langsung oleh salah satu murid kepercayaan saya” di mentori? Minah makin kebingungan. Apa maksudnya dengan di mentori? Apa kemampuannya benar-benar sudah di ragukan.
“di mentori langsung? Dengan siapa, seongsaenim?” tanya Minah.
“nanti kau juga tau sendiri. Ah, itu dia. Kebetulan sekali” jawab Park Seongsaenim. Tapi tunggu! Orang yang akan mementori Minah langsung berada disini? Minah menengok ke belakang, ke arah yang di tunjuk olel Park Seongsaenim. Tubuhnya menegang seketika, matanya terbelalakan tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Apa benar dia yang akan menjadi mentor nya? Dan, apa ini? jangtungnya! Jantungannya berdegup dengan kencang. ‘Oh Tuhan. Mungkinkah itu dia?’ Batin Minah.
***
Hening. Tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut Minah. Dia hanya sibuk dengan pikirannya sendiri. Walaupun tanganya terlihat menuliskan beberapa kata yang bahkan dia sendiri tidak tau apa yang sedang di tulisnya. Sekuat apapun ia mencoba memfokuskan pikirannya, selalu saja pikirannya melayang entah kemana.
Bibirnya bergerak hendak mengatakan sesuatu. Tapi entah mengapa bibirnya terlalu kelu. Hingga saat ini, bibirnya kembali terkatup rapat. Apa sangat sulit untuk mengucapkan sesuatu baginya?
“Bisa kita mulai sekarang?” ucap seorang namja yang saat ini sedang duduk di hadapan Minah. Terdengat dengusan kelas dari nemja itu tak kala melihat yeoja yang di tegurnya justru bergemin tidak memberikan respon apapun. Entahlah, mungkin ia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri.
“Chogi” tambah namja itu dengan sedikit kesal setalah tidak mendapatkan tanggapan dari Minah tadi.
“Ah ne? N-ne kita mulai sekarang saja , sunbae” Minah terkesiap, ia mendongakkan kepalanya menatap namja di hadapannya yang kina duduk sambil melipat tangannya di depan dadanya.
Minah menghela nafas panjang, mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri setelah menjawab dengan cukup canggung tadi.
Ini bukan kau Hyo. Tenanglah! Batik Minah.
“Baiklah, kita bisa mulai sekarang Kyuhyun sunbae”
***
Seperti di hari-hari biasanya, hiruk-piruk dan kegaduhan terdengar jelas di tempat yang selalu menyadang predikat tempat terfavorite bagi kalangan para siswa ini selalu ramai kujungi, apa lagi kalau bukan kantin sekolah. Entah itu untuk sekedar mengisi perut ataupun untuk berbicang-bincang ringan dengan temannya sambil menyantap camilan yang ada.
Tak terkecuali Minah. Gadis dengan kaca mata yang selalu setia bertengger di atas hidungnya itu hanya duduk melamun. Tangannya bergerak mengaduk-aduk jajangmyeon yang ada di hadapannya. Mungkin melamun telah menjadi hobi terbarunya saat ini.
Sudah tiga minggu berlalu sejak kebersamaan Minah dengan namja yang bernama Cho kyuhyun yang merupakan sunbae nya itu. Semuanya terasa begitu singkat untuk Minah. Jika ia bisa memilih, dia ingin memutar kembali waktu. Namun sayang, sepertinya itu hanya menjadi angannya saja. Hasilnya? Cukup memuaskan. Karyanya –bersama Cho Kyuhyun—berasil meraih peringkat ke dua terbaik se kota Seoul.
Masih terekam dengan sangat jelas momen-momen kebersamaan mereka di ingatan Minah. Ia tidak habis pikir di balik predikat namja dingin yang selalu di sandang oleh Kyuhyun ternyata ia adalah namja yang sangat menyebalkan. Minah tersenyum, sekelebat bayangan kebersamaannya bersama Kyuhyun yang merupakan sunbaenya itu kembali terputar di otaknya seperti sebuah film yang di review.
“yak! Apa ini?” kata Kyuhyun sambil membaca tiap kata dari karya ilmiah Minah. “pantas saja park seongsangnim memintaku untuk mementorimu” Kyuhyun menggelengkan kepalanya pelan. Tangannya bergerak membolak-balikan tiap halaman. “kau ini bodoh sekali” ucap Kyuhyun dengan santai yang sukses mendapat tatapan tajam dari Minah.
“mwoya?” sahut Minah seolah tidak terima dengan tuduhan Kyuhyun.
“Kenapa? Kau tidak terima?” jawab Kyuhyun menatap Minah. Ah, apa dia tau kelemahan Minah? Minah sangat mudah salah tingkah apabila di tatap ketika dia sedang berbicara. Minah memilih mengabaikan Kyuhyun dan kembali berkutat dengan setumpuk buku di hadapannya. Walau sebenarnya dia sama sekali tidak fokus karena sedari tadi Kyuhyun terus menatapnya. Astaga. Apa ada yang menjual jantung cadangan? Rasanya jantungnya ingin keluar saat itu juga.
“yak! Yak! Apa yang kau lakukan?” Kyuhyun berseru kaget. Minah meringis kesakitan, bukan hanya meringis mendengar seruan Kyuhyun yang rasanya ingiin memecahkan gendang telinganya, tapi kepalanya juga sukses mendapat jitakan oleh Kyuhyun, ya walau jitakan pelan. Minah hanya bisa melongo kebingungan. Kesalahan apa lagi yang dia lakukan?
“kau sudah gila?” Kyuhyun merebut kertas yang menjadi media Minah untuk menulis karya ilmiahnya. “astaga, kau ini!” erang Kyuhyun frustasi, kerja kerasnya selama 4 jam duduk di sini sepertinya akan menjadi sia-sia. Kyuhyun menunjukan kertas tadi yang sudah penuh dengan coretan. Bahkan tulisannya pun sudah tidak jelas akibat coretan itu. “sudah kubilang. Kita pakai laptop saja. Kau ini, sudah bodoh, gaptek pula” lanjut Kyuhyun sambil menggeleng pelan
“yak! Sunbaee~” teriak Minah. Entah ini sudah hinaan untuk keberapa kalinya yang ia terima. “itu salah mu. Siapa suruh kau menatap ku terus” lanjut Minah.
“memangnya kenapa kalau aku menatap mu, hah?”
“itu..ituu.. aku..” jawab Minah salah tingkah. Tidak mungkin kan Minah menjawab kalau dia salah tingkah karena di tatap oleh Kyuhyun. Walau memang sangat terlihat jelas kalau dia sedang salah tingkah.
“hemm?” gumam Kyuhyun karena Minah tak kunjung menjaab pertanyaannya. Kyuhyun makin mendekatkan wajahnya ke wajah Minah.
PLETAKKK!!!
“yakk! Kenapa kau memukul kepala ku, hah?” teriak Kyuhyun sambil mengelus kepalanya yang terasa sakit. Terang saja, Minah memukulkan kepalanya dengan buku tebal yang ada di atas meja. Astaga, apa Minah segitu salah tingkahnya?
“eumm dari senyumannya, dari sorotan matanya, dan dari raut wajahnya” entah sejak kapan gadis yang bernama Jihyun itu telah berada di hadapan Minah. Tangannya bergerak membuat lingkaran kecil di depan wajah Minah seolah sedang mengamati setiap ekspresi wajah Minah. Dahinya berkerut pertanda ia sedang berpikir dengan keras. “yakk!! Kau sedang melamunkan seorang namja yaa?” seru Jihyun sambil menekan-nekan hidung Minah dengan telunjuknya.
Minah terkesiap saat merasakan ada yang menekan-nekan hidungnya di susul dengan seruan yang sukses mambuyarkan lamunannya. Rasanya ia seperti seorang maling yang tertangkap basah ketika menjalankan aksi kriminalnya. Tapi apa kah menghayalkan namja juga termasuk aksi Kriminal? Di bandingkan meladeni ocehan sahabannya itu, Minah lebih memilih mengabaikannya sambil meminum orange juice yang sedari tadi telah tersedia di atas mejanya.
“katakan pada ku. Siapa dia?”
Gotcha! Pertanyaan Jihyun yang langsung pada intinya itu sontak membuat Minah tersendak lalu selang beberapa deik kemudian ia melayangkan tatapan tanda tanya kearah Jihyun. Apa sangat terlihat jelas apa yang di lamunkannya tadi?
“bukan apa-apa. Lagi pula untuk apa aku melamunkan namja”
Jawaban itu terlontar begitu saja dari Minah di susul dengan kekehan hambar untuk makin menutupi kebohongannya. Jelas saja Minah sedang berbohong pada sahabatnya. Namun meski sekuat apapun Minah membangun benteng pertahanan untuk menyembunyikan kebohongannya sendiri, pasti Jihyun selalu mempunyai cara untuk menembus pertahanannya.
“kau ingat kapan pertama kali kita bertemu?” Tanya Jihyun dengan nada santai. Meskipun begitu, sorotan matanya yang sarat akan emosi tak pernah lepas dari gadis yang kini berada di hadapannya. Tangannya begerak di bawah dagunya lalu menopang dagunya agar lebih jelas mengamati ekspresi wajah Minah.
“tentu saja aku ingat” jawab Minah dengan sedkit gugup karena terus mendapatkan tatapan dari Jihyun yang menurutnya sedang mengintimidasinya. Kalian juga sudah tau bukan apa kelamahan Minah? Ia sangat mudah gugup ketika di tatap dan itu sangat membuatnya tidak nyaman dengan situasi seperti ini. Dan Minah juga sangat tahu Jihyun mengetahuinya dengan jelas. “saat kita duduk di bangku kelas 3 SD kan?”
“sejak di bangku 3 SD?” Jihyun mengubah ekspresinya seolah sedang kaget mendengar perkataan Minah. “wahh.. lama sekali ya? Dan kau masih saja mau berbohong pada ku?” Tanya Jihyun dengan mimik wajah yang berubah dalam seselang waktu beberapa detik saja dan saat ini sedang menunjukkan mimik seriusnya. Mungkin dia memang tergolong murid biasa saja dalam bidang akademik. Tapi dia tidak sebodoh itu mampu di bohongi oleh orang yang sudah sangat ia kenali.
Decakan kecil meluncur dengan ringan dari bibir Jihyun tak kala gadis yang menjadi terdakwa nya pada pagi itu hanya bergeming tidak mengeluarkan sepatah kata pun yang ingin Jihyun dengar untuk memuaskan rasa penasarannya. Di edarkan pandangannya ke sekeliling kantin, mungkin ia sedang mencari objek menarik.
“kau lihat kaca di sebelah sana” tangan Jihyun terulur menunjuk pada kaca yang keberadaannya tidak jauh dari tempat mereka. Kaca yang langsung berhadapan dengan taman sekolah mereka. “bagaimana menurutmu mengenai kaca itu? Apa yang bisa kau lihat melalu kaca itu?”
Minah tercekat setelah di hujami beberapa pertanyaan oleh Jihyun. Ia menelan saliva nya pelan, lalu mendongakkan kepalanya melihat kearah kaca yang di tunjuk oleh Jihyun.
Minah mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Jihyun setelah melihat kaca itu. “berdebu.samar. dan sangat tidak menarik” sahut Minah dengan sedikit ragu “aku tidak bisa melihat apapun. Semuanya samar tertutupi debu”
Jihyun tersenyum setelah mendengar jawaban dari Minah. Memang jawaban seperti itu lah yang ia harapkan.
“keureom. Lalu bagaimana kalau kita sapukan tangan kita menyikapi debu yang menempel pada kaca tersebut? Akan ada banyak keindahan yang bisa kita lihat dari balik kaca itu bukan?” Jihyun menaikan salah satu alis nya saat melontarkan perkataannya tadi. Sejurus kemudian seringaian kecil berhasil terlukis dengan sempurna di wajah Jihyun. “dan seperti itu lah posisi mu saat ini. Bersembunyi di balik kebohongan yang kau ciptakan sendiri!”
Minah terperangah kaget setelah mendengar perkataan Jihyun. Ia tidak menyangka Jihyun yang notabene sahabatnya sejak kecil itu akan mengungkapkan kalimat seperti itu. Dalam hati ia merutuki dirinya sendiri, ia malu dengan sahabatnya sendiri. Jihyun benar, dia seharusnya tidak menyembunyikan apapun dari sahabatnya itu. Bukan kah mereka itu teman? Dan bukannya teman itu saling mempercayai?
“mianhae Jihyun~ya” Minah bergumam pelan sembari kepalanya di tundukan tak mampu membalas menatap tatapan Jihyun
“hei! Wajah mu lucu sekali” Jihyun tertawa pelan. Ia tidak menyangka reaksi Minah akan seperti ini. Apa ia telah berlebihan mengintimidasi sahabatnya itu?
Minah memberanikan diri mendongak melihat sahabatnya yang kini sedang menertawai dirinya.
“kau pasti kagum dengan ku kan?” sahut Jihyun dengan nada bicara penuh dengan kepercayaan diri. “keureom. Kau mau aku memaafkan mu, kan?” Tanya Jihyun setelah menarik nafas lalu menghembuskannya pelan untuk meredam tawanya yang hanya hanya dibalas dengan anggukan semangat oleh Minah ketika Jihyun mengajukan penawaran yang bisa membuat Jihyun memaafkannya. Jujur saja, Minah sangat menyesal. Dan dia pun sudah bertekad akan melakukan apa saja demi mendapatkan kata maaf dari sahabatnya itu.
“Datang ke Prom Night malam nanti”
***
From : Jihyun
Nanti malam aku jemput, ne. Jangan pura-pura tidur lagi!
Minah melempar asal ponselnya di atas tempat tidur. Dilirikanya kalender yang salah satu tanggalnya di lingkari dengan spidol berwarna merah. Prom night. Minah mendesis pelan. Mungkin untuk tahun lalu dia masih bisa meloloskan diri dari ajakan Jihyun. Tentu saja dengan berpura-pura tidur. Tapi tidak mungkin kan dia kembali beralasan untuk berpura-pura tidur?
‘Jangan pura-pura tidur lagi!’ Kalimat terakhir di pesan Jihyun masih terbayang-bayang di pikirannya. Ia bahkan membayangkan bagaimana wajah sangar Jihyun yang berkacak pinggang sambil meneriakan ‘JANGAN PURA-PURA TIDUR LAGI JUNG MINAH!!!’. Aish, dia hanya bisa bergidik ngeri membayangkan wajah sahabatnya sendiri.
Minah kembali memijat pelipisnya frustasi karena tak kunjung mendapatkan ide untuk menghindar dari ajakan temannya itu. Yaa mungkin lebih tepanya paksaan temannya itu.
“Berpura-pura sakit? Pergi kerumah nenek? Tidak punya gaun atau tidak mendapatkan izin dari orang tua ku?” Minah berpikir keras. “aish. Alasanku terlalu klise! Ayolah Minah, berpikir!” Minah mengacak rambutnya. Ia menggerutu, sumpah serapa pun tak luput terselip dari setiap gumaman yang di hasilkan oleh gerakan bibirnya. Kenapa otaknya tidak bisa berpikir di saat seperti ini? Bukannya dia termasuk gadis yang pintar. Atau kah Mungkin Tuhan tidak mengijinkannya untuk berbohong saat ini?
***
Minah menatap pantulan wajahnya pada cermin yang berada di hadapannya. Ia sedikit memutar tubuhnya untuk memastikan tidak ada yang kurang dari penampilannya. Desahan pelan terdengar darinya, ia bukan tipekal oang yang suka keramaian. Apa lagi dengan pesta seperti malam ini. Ia jutru lebih memilih meringkuk di balik semimut tebalnya yang nyaman dari pada harus menghadiri acara yang menurutnya sangat membosankan itu.
“astaga. Apa yang kau lakukan?” seruan dari gadis yang baru saja memasuki kamarnya itu sukses menarik perhatian Minah. Dahinya berkerut pertanda ia sedang berpikir keras. Memangnya apa yang salah?, pikir minah. Kembali ia memandangi pantulan dirinya pada cermin. Menurutnya ini sudah biasa saja. Malah mungkin sangat luar biasa karena terbilang sangat langka Minah akan berpenampilan seperti ini.
“hei! Kita akan ke pesta. Bukan ke supermarket” gadis yang bernama Jihyun ini tampak menghela nafas frustasi melihat ekspresi santai Minah. Dengan langakah cepat ia berlari kecil menghampiri Minah.
Jihyun terlihat sangat menawan malam ini. Dengan longdress panjang berwarna putih gading tampak begitu pas membalut lekukan tubuhnya yang idealnya. Rambutnya di gulung ke atas, memperlihatkan lehernya yang putih mulus. Belahan pada pinggiran gaunnya menambah kesan elegan membiarkan kaki jenjang nya yang tak mau kalah menunjukan pesonannya. Selalu menawan! Itu lah Shin Jihyun!
Sangat terlihat kontras dengan penampilan Minah. Dress selutut berwarna putih di badukan dengan spatu kets berwarna coklat bumi. Rambutnya di ikat kucir kuda ke atas dan tidak lupa kaca mata besar yang selalu setia bertengger di atas hidungnya. Astaga. Apa gadis ini benar-benar tidak mengerti apa itu fashion?
“aish. Sudah ku duga ini akan terjadi” sahut Jihyun frustasi
***
Suara musik dansa mengalun lembut memenuhi ruangan dansa yang begitu luas ini. Beberapa pasangan melangkah maju sampai ke lantai dansa dan mulai berdansa dengan hangat. Ada juga beberapa pasangan yang lebih memilih berbincang ringan dengan pasangan lain sambil menikmati hidangan yang di sajikan.
Pintu hall terbuka menandakan adanya tamu yang kembali datang untuk ikut memeriahkan acara. Walau terbilang cukup terlambat, tapi tidak menjadi penghalau bagi kedua gadis yang kini melangkahkan kaki mereka memasuki hall dengan langkah ringan menapakkan kaki mereka pada karpet merah yang terbentang indah.
Semua pasang mata teralih pada kedua gadis itu. Memberikan seburat rona merah pada salah satu gadis yang merasa belum terbiasa di hujami oleh tatapan itu. Bukan tatapan hinaan seperti yang biasa ia terima. Namun tatapan penuh akan sarat kagum melihat penampilannya pada malam ini.
“tenang lah, Minah~ya. Kau lihat? Mereka mengagumi mu” bisik Jihyun pada minah yang berjalan di sampingnya.
Malam ini Minah terlihat tak kalah menawan. Tubuhnya terbalutkan dress selutut berwarna pastel memperlihatkan kaki jenjangnya yang putih mulus. Rambut ikalnya di biarkan menjutai dengan indahnya yang di lengkapi dengan jepitan rambut berwarna putih yang terjepit dengan indah. Walau pun dengan polesan make up minimalis pada wajahnya, namun tentu saja tidak mampu menutupi kecantikan alaminya. Sepatu high hells berwarna senada dengan dress nya seolah tak mau kalah ikut mengambil tempat sebagai pelengkap ke anggunan penampilan Minah pada malam ini.
Dada Minah bergemuruh tak kala melihat seorang namja berjalan ke arahnya. Namja itu terlihat begitu tampan dengan balutan tuxedo berwarna putih. Badannya yang tegap memberi kesan memukau di setiap iringan langkahnya. Wajahnya yang menawan terpahat sempurna di hiasi dengan rahang yang tegas.
Namja itu tersenyum. Cho Kyuhyun tersenyum!
Kyuhyun menengadahkan tangannya agar dapat di isi oleh jari-jari manis dari yeoja di depannya. Semburat rona merah kembali terpoles indah di kedua pipinya. Baru saja Minah hendak mengulurkan tangannya menyambut tangan Kyuhyun namun gerakannya terhenti ketika melihat telah ada tangan lain yang mengapai tangan kyuhyun.
“maaf aku terlambat, chagi?”
DEG!
Minah sangat mengenali suara itu. Bahkan terlampau mengenalinya. Saat itu Minah menyadari, tatapan Kyuhyun tidak benar-benar terfokus padanya. Ada bayangan lain di retina mata indah kyuhyun. Minah mengalihkan pandangannya ke arah Jihyun yang berdiri di sampingnya. Ya! Dia Jhyun, gadis yang menggapai tangan kyuhyun.
Tapi tunggu dulu! Chagi? Jihyun memanggil Kyuhyun dengan sebutan Chagi? Rencana apa sebenarnya yang sedang di atur Tuhan untuk Minah?
Kyuhyun tersenyum sebagai jawaban atas pertanyaan Jihyun tadi. Kyuhun bergerakan tangannya mengenggam hangat tangan Jihyun. Langkah kedua pasangan ini mengalun ringan selaras dengan lantunan musik waltz yang mengalir lembut. Semua pasang mata tak lepas dari kedua pasangan itu. Bagaimana tidak? Mereka benar-benar terlihat sebagai pasangan yang serasi, pihak lelaki yang begitu tampan di kolaborasikan dengan keanggunan pihak wanita. Benar-benar perpaduan yang indah dan tak ayal mengundang rasa iri bercampur kekaguman bagi siapapun yang melihat ke arah mereka.
Kyuhyun meletakan tangannya pada pinggang Jihyun, menariknya agar lebih dekat dengannya, menghapuskan jarak di antara mereka. Jihyun pun seolah tak mau kalah ikut meletakan kedua tangannya di pundak kyuhyun. Mata mereka saling beradu lembut selaras dengan langkah kaki mereka yang mengayun ringan. Mereka terlalu terlena dengan kebersamaan mereka hingga tidak menyadari ada sepasang mata kelam yang tengah menatap ke arah mereka.
Minah. Yeoja itu hanya berdiri bergeming beberapa langkah dari pasangan yang mungkin akan di nobatkan sebagai Prince and Queen of Party. Dadanya bergemuruh menahan rasa sesak yang kian lama semakin menggerogoti jiwanya. Dia membenci cara kerja sistem sarafnya yang tidak bekerja dengan optimal. Mengapa di saat seperti ini mekanisme sel sarafnya tidak berfungsi. Bukannya memberikan respon spontan yang di hasilkannya akibat adanya rangsangan mendadak yang menurutnya sangat berbahaya bagi dirinya. Malah membuat tubuhnya terasa kaku tak bisa ia gerakan sedikit pun. Bukan kah itu memang yang menjadi tugas dari sistem saraf?
Dia sangat membenci otaknya. Kenapa otaknya tidak bekerja dengan baik saat menerima rangsangan yang di bawah oleh sel sarafnya. Bukan kah kerja otak untuk menerjemahkan rangsangan yang di bawa oleh sel saraf? Kenapa otaknya tidak bisa tegas dalam mengendalikan air matanya yang dengan angkuhnya menghasil kan sungai kecil di pipinya. Dia sangat membenci ketika air matanya tak menurut pada otaknya.
Dan dia membenci dirinya sendiri. Membenci dirinya sendiri yang begitu bodoh menjatuhkan harapannya pada namja yang ia tahu tidak akan dan tak akan pernah untuk dia gapai.
Dia lelah untuk berpura-pura kuat. Dia lelah untuk selalu terlihat tegar. Dia lelah dengan pengharapan yang pada akhirnya hanya menghantarkannya pada harapan kosong. Dia sangat lelah. Sungguh!
Lalu apa yang harus dia lakukan sekarang? apa kah dia harus tersenyum? Menyembunyikan kepedihannya di balik senyuman palsu yang dia berikan. Tersenyum dan berpura-pura ikut berbahagia seperti apa yang dii rasakan kedua pasangan itu? Beberapa kali ia pun ia mengsugesti dinya sendiri bahwa ia adalah gadis yang kuat! Air mata tidak akan membuatnya lemah! Ia pasti kuat! Ia mampu untuk bertahan!
Namun seberapa kuat dia mencoba untuk mengendalikan dirinya sendiri, selalu saja ada perasaan asing yang mengambil alih kinerja atas tubuhnya. Dan lagi-lagi dia sangat benci akan hal itu?
Tubuhnya sedikit terguncang dan hampir saja dia jatuh jika andai saja dia tidak sesegera mungkin menyeimbangkan tubuhnya ketika ia merasakan pundaknya bersingungan dengan pasangan yang tengah berdansaa. Astaga. Apa yang ada di pikiran gadis ini hingga tanpa ia sadari ia hanya berdiri bergeming di lantai dansa?
Dentuman-dentuman dan alarm terdengar jelas di telinganya yang memberi intruksi agar Minah segera menghidari tempat itu. Alih-alih untuk mengindar, justru tubuh mungilnya makin terdorong ke depan akibat tersenggol oleh pasangan yang tengah menikmati lantunan dan gerakan dansa mereka. Minah jatuh bersimpuh dengan kedua tangannya sebagai penopang tubuhnya.
Tubuh Minah menegang seketika tak kala ia mendongakkan kepalanya mendapati Jihyun yang merenggut pipi Kyuhyun dengan kedua tangannya lalu mendaratkan bibir tipis nya memagut bibir kyuhyun dengan lembut. Tak ada perlawanan dari Kyuhyun maupun untuk membalas belaian lembut bibir Jihyun.
Minah menjerit dalam hati. Andai kata ia bisa menarik paksa – menjauhkan mereka berdua, menyatakan semua perasaan yang ia telah pendam sejak lama, mungkin tanpa pikir panjang akan segera dilalukan olehnya. Namun sistem kerja otaknya masih berfungsi, sudah cukup ia bertingkah bodoh seperti orang linglung yang hanya berdiri bergeming meratapi bagaimana terlukanya berada di posisinya.
Mukanya tiba-tiba berubah menjadi pucat. Rasa sakit terlalu mendominasi dirinya saat ini. Ia berdiri dengan sisa-sisa tenaganya dang berlari keluar dengan air mata yang terus saja mengalir tanpa seizinnya.
Pasang demi pasang kaki menapaki tanah dengan santainya. Seolah tak mau kehilangan momen-momen berharga dalam perjalanan mereka. Namun sangat kontras dengan gadis yang terlihat berlari di tengah kerumunan para pejalan kaki. Tak jarang pula omelan dan gerutuan dari beberapa pejalan kaki terdengar tak kata gadis yang akrab di panggil minah itu berlalu pergi begitu saja setelah menyambar pundak mereka.
Minah terus berlari menembus dinginnya udara malam. Tak memperdulikan angin malam yang berhembus menghujami tubuh mungilnya. Ia hanya melangkahkan kakinya yang entah akan membawanya kemana.
Ia jatuh bersimpuh. Ia memukul-mukul dadanya. Bukan rasa sakit secara jasmani maupun fisik yang ia rasakan. Tapi Batinnya. Hatinya! Di sana sudah terlalu banyak goresan yang kian lama makin menggerogoti jiwanya menimbulkan luka merekah di hatinya. Sangat sesak! Terlamapu sesak! Untuk sejenak dia lupa cara bernafas yang benar.
Dan di sinilah dia berada sekarang. Meratapi dirinya sendiri. Meratapi harapan yang pada akhirnya telah menghantarkan dirinya ke dalam kepedihan, yang telah menjembloskan dirinya ke dalam jurang kepiluan, dan harapan yang telah menenggelamkannya ke dalam lautan kenyataan yang menyakitkan.
‘Mengapa? Mengapa aku harus merasakan manisnya jatuh cinta dan pahit runtuhnya pondasi pengharapan cinta di aktu yang bersamaan? Apa kah aku terlah mencintai orang yang salah?’ jerit minah dalam hati.
Ia menjerit, menutup telinganya sambil menangis terisak tidak memperdulikan tatapan aneh dari orang yang berjalan melewatinya. Astaga. Segitu cueknya kah gadis ini? Atau memang segitu sakitnya kah yang ia rasakan saat ini? Dan yang pasti, ia sedang membutuhkan pelampiasan untuk meluapkan semua yang ia rasakan saat ini. Ia ingin sendiri, merenung dalam sakit yang tiada akhir.
***
Langit hitam kelam tanpa bertabur indahnya hiasan bintang yang berkelap-kerlip. Hujan turun menyapa permukaan bumi. Menghujami apa saja yang di sentuhnya, menebarkan aroma basah. Namun sangat berbanding terbalik dengan perasaan seorang gadis yang saat ini tengah menikmati petualangannya di dalam pikirannya sendiri untuk mengingat kembali momen-momen indahnya yang kurang lebih telah berakhir pada tiga jam yang lalu.
“Agasshi!” sebuah ketukan pelan dan seruan lembut membuyarkan lamunan Jihyun. Jihyun mengalihkan pandangannya ke pintu dengan tatapan kesal. Dengan malas ia melangkahkan kakinya untuk membuka pintu.
“agasshi. Sepertinya agasshi harus keluar sebentar”
Kim ahjumma yang merupakan pembantu rumah tangga yang di perkerjakan oleh orang tua Jihyun itu berkata dengan sangat hati-hati, walaupun dari raut wajahnya sangat menampakan kegusaran. Alis Jihyun saling bertautan menandakan dia sedang kebingungan dengan sikap yang di tunjukan oleh Kim ahjumma. Apa ada sesuatu yang terjadi?, pikir Jihyun. Dengaan cepat ia melangkahkan kakinya untuk keluar.
Alangkah terkejutnya Jihyun ketika baru saja ia melangkahkan kakinya keluar, ia mendapati Minah tengah berdiri bergeming di depan rumahnya dengan tubuh basah kuyup. Ia sangat terlihat kacau dengan mata yang sembab, bibirnya kebiruan bergetar hebat, wajahnya pucat pasi dan yang lebih mencengangkan lagi, Minah masih mengenakan stelan dressnya lengkap.
“Jihyun~ya” desis minah pelan
“Kau! Apa kau sudah gila?”
Jihyun ingin menghujami sahabatnya itu dengan amarahnya. Mana bisa dia begitu bodoh membiarkan hujan dan dinginnya angin malam menyeruak masuk menembus pori-pori tubuhnya. namun semua itu harus dia tahan. Bagaimana pun juga, ia tak tega melihat sahabatnya itu mati karena kedinginan.
“Jihyun~ya. Aku menginginkannya” gumamannya Minah makin terdengar jelas. Dengan mata sembab ia menatap kosong ke arah Jihyun.
“ne, kita bicarakan saja di dalam”
Jawab Jihyun sambil berusaha menarik pergelangan tangan Minah untuk masuk ke dalam rumahnya. Hatinya seperti teriris melihat sahabtanya yang sangat terlihat kacau. Kukunya berubah putih dengan jari-jari tangannya yang mengeriput akibat terlalu lama terhujami dinginnya guyuran hujan.
“Aku menginginkannya, Jihyun~ya”
“Berhentilah berbicara. Sekarang keringkan dulu tubuhmu!”
Jihyun terlihat kewalahan untuk membujuk Minah masuk. Tubuh minah serasa kaku dan dingin bagaikan sebuah balok es. Minah tetap saja bergeming tak merespon ditempat seolah tak menghiraukan segala perkataan dan ajakan Jihyun. Tiba-tiba saja Minah menahan tangan Jihyun yang masih berusaha untuk menariknya.
“Kyuhyun Sunbae. Aku sangat menginginkannya!”
DEG!!!
Jihyun terperangah setalah mendengar perkataan Minah tadi. Ia mendongak menatap mata sembat sahabatnya—mencari kebohongan di sana.
“Jangan Bercanda Minah~ya”
“aku tidak bercanda. Apa aku terlihat sedang bercanda? Aku mencoba, Jihyun~ya. Aku sudah mencoba untuk menerima kenyataan yang ada. Namun sekeras dan sekuat apapun aku mencoba, aku tak bisa mempungkiri bahwa hati ku pun terlalu enggan untuk menghapus bayangannya dari pikirankau. Apa yang aku tau tentang dirinya? Apa kau tau dia sangat Hobi bermain games sampai lupa waktu? Apa kau tahu dia memiliiki suara yang sangat indah? Apa kau tau di balik sifat dinginnya sebenarnya dia sangat menyebalkan? Apa kau tau dia sangat membenci sayuran? Apa kau tau itu semua? aku tahu, Jihyun~ya. Aku mengetahui semua yang orang lalin tidak ketahui tentang dirinya karena aku sangat mencintainya!”
Jerit minah dalam satu tarikan nafas. Matanya terpejam erat dan tak henti-hentinya mengeluarkan cairan bening yang akhirnya ikut larut bersama derasnya air hujan yang menguyuri tubuhnya.
Jihyun terdiam.
“kau.. kau pernah bilang kan? Kalau aku menyukai seorang namja dan yang ternyata namja itu justru menyukai mu, kau akan mengalah dan membiarkannya bersama ku. kau ingat itu kan? Aku menginginkannya Jihyun~ya. Aku mohon. Aku sangat Menginginkannya!”
Jihyun terdiam cukup lama. Tubuhnya terguncang pelan akibat Minah yang terus mendesaknya. Akalnya mati! Ia tidak bisa berpikir dengan jelas. Apa dia harus mengalah demi kebahagiaan atas sahabatnya, ataukan akan lebih memilih egois dan mengahacurkan kebahagiaannya. Perlahan cairan bening ikut mengalir dengan mulus menelusuri pipinya dan hanytut bersama guyuran hujan. Dengan keberanian yang ia kumpulkan dalam diamnya tadi, ia mendongak menatap Minah
“Mianhae, Minah~ya. Tapi aku juga sangat menginginkannya!”
#Flashback End
Semilir angin berhembus menyapa kesunyian yang saat ini tengah merajainya. Masih saja tak ada gerakan yang ia lakukan, bahkan untuk sekedar mengucapkan sepatah kata pun ia tak sanggup. Isakan tangis terus saja menghinggapi indera pendengarannya, bahkan beberapa orang juga terlihat histeris tak kala peti mati tersebut perlahan dimasukan ke dalam lubang tanah. Ia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, hingga tidak menyadari sepasang mata tengah mengawasinya dari jarak yang terbilang tidak cukup dekat di belakangnya.
Andai kata dia di suruh memilih, ia justru lebih senang melihat sosok orang yang berdiri di hadapannya itu menangis. Mengeluarkan semua pelik yang menganggu pikirannya. Dia membenci ketika sosok orang di hadapannya itu berpura-pura terlihat kuat, walau sebenarnya dia sangat rapuh. Layaknya sebuah permainan catur. Dia bisa saja ditumbangkan jika saja dia salah mengambil langkahnya. Orang di hadapannya itu memang bukanlah tipekal melankolis. Tapi setiap orang juga punya batasan kelemahan kan? Ada kalanya dia tak cukup kuat untuk memikul bebannya.
Tangannya ia masukan kedalam saku celananya, namun matanya terus saja mengawasi gerak-gerik sosok orang di hadapannya. Ia menghela nafas pelan, perbincangannya 3 tahun yang lalu kembali merekah di ingatannya.
#Flashback
“jadi kau menerimanya?”
Akhirnya salah satu diantara mereka angkat bicara setelah di landa keheningan panjang. Sepertinya dia sudah menyerah untuk menunggu namja yang tengah sibuk dengan gadgetnya itu angkat bicara. Dia sedikit mendengus pelan ketika namja yang di tanyai nya, justru hanya memberikan gumaman sebagai jawabannya.
“Cho Kyuhyun. Kau yakin?” dia terus saja mendesak namja yang bernama kyuhyun itu untuk segera angkat bicara. Dia terlalu di hinggapi rasa penasaran yang amat sangat.
“memangnya ada yang salah, Shim Changmin?” akhirnya Kyuhyun mengeluarkan sepatah kata yang sejak tadi sangat di tunggu-tunggu oleh namja yang bernama Changmin itu.
“aku tidak mengerti. Walau aku akui, Shin Jihyun~ssi itu cantik, manis dan selalu menjadi dambaan para namja di sekolah ini. Tapi bukankah ada yeoja lain yang menarik perhatianmu?”
Seringaian tipis tercetak tegas di wajah Kyuhyun. Ia bukan tipekal orang yang terbuka mengenai masalah pribadinya. Ada batas-batasan yang tidak ia perkenankan seseorangpun memaksakan masuk melewatinya. Dan dia paling benci akan hal itu. Tapi sepertinya, Changmin tidak akan pernah menyerah untuk memaksa sahabat sekaligus sepupunya itu untuk angkat bicara.
“Jung Minah. Aku tidak salah tebak kan?” sahut changmin dengan seyuman kemenangan
“tidak usah sok tau!” jawab Kyuhyun
Changmin hanya tertawa pelan setelah mendapatkan respon Kyuhyun. Dengan paksa ia menarik gadget yang tengah dimainkan oleh Kyuhyun tanpa memperdulikan tatapan tajam kyuhyun yang sarat akan ketidaksukaan. Ia butuh bicara sekarang!
“kau menyukainya, lalu kenapa tidak mendekatinya? Dan sekarang kau malah menerima cinta dari sahabatnya sendiri. Sebenarnya apa yang kau rencanakan, Cho Kyuhyun?”
“Cih! kau tau sendiri bagaimana keadaanku”
“lalu kenapa dengan keadaan mu? jangan menjadikan keadaan mu itu sebagai penghalang kebahagiannmu!”
“aku hanya tidak ingin menyakitinya”
“cih! Kau menyedihkan sekali, Cho Kyuhyun. Jika saja aku jadi kau, aku akan lebih memanfaankan waktu ku. Hidup itu hanya sekali bukan? Aku akan sangat mensyukuri hidupku. Dan apabila Tuhan memberikanku hidup yang lebih lama lagi, aku akan menghabiskan hidupku untuk mencintai”
Kyuhyun hanya tertawa hambar walau sebenarnya tangannya terkepal erat dikarenakan ia mati-matian menaham emosinya. Ia menghebuskan nafasnya pelan, mencoba untuk tetap mengontrol emosinya.
“Cinta Tidak Pernah Meminta Untuk Menanti. Ia Mengambil Kesempatan atau Melepaskan. Cinta adalah Keberanian atau Pengorbanan”
Changmin menautkan alisnya setelah mendengarkan perkataan Kyuhyun. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud oleh sahabatnya itu. Apa maksudnya keberanian atau pengorbanan? Kyuhun yang menyadari ekspresi Changmin hanya menyeringai tipis. Sudah ia duga hal ini akan terjadi.
Kyuhyun bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan pergi setelah sebelumnya menepuk pelan pundak Changmin sembari berkata “Tidak usah di pikirkan. Aku akan baik-baik saja dengan keputusanku”
#Flashback End
Tsk! Namja yang bernama Shim Changmin itu hanya berdecak pelan mengingat perbincangannya itu. Bahkan sampai sekarangpun ia belum bisa menjelaskan maksud dari perkataan Kyuhyun. Hari makin senja, tempat yang selama ini dii sebut ‘Pemakaman Umum’ pun mulai sepi pengunjung. Hanya tersisa beberapa pengunjung saja yang terlihat berlalu lalang. Mungkin untuk ziarah ke makam sanak keluarga mereka. Entahlah!
Ini sudah cukup!, desisnya dalam hati. Kakinya ia langkahkan menapaki tanah menghampiri sosok orang yang sedari tadi terus saja berada dalam pengawasannya. Dengan cekatan ia membuka jasnya lalu menyampirkannya di pundak orang itu.
“sudah sore. Sebaiknya kita pulang!” ajak Changmin. Namun ia tak kunjung mendapatkan respon dari ajakannya tadi.
“Shimn Minah. Ayo kita pulang! Dia sudah tenang disana. Dan Chalseo juga pasti mencari kita. Kau tau kan anak kita itu akan menangis ketika kita tidak ada di rumah?” Changmin terus saja membujuk yeoja yang bernama Minah yang telah resmi menyandang predikat Ny.Shimn. Akhirnya setelah sekian lama minah mendongak menatap wajah suaminya. Changmin pun memberikan senyuman yang seperti berkata ‘aku di sini. Dan aku akan baik-baik saja’ sembari tangannya mengusap llembut lengan istrinya.
Minah kemudian mengangguk menyetujui ajakan suaminya. Merekapun membalikan badan mereka seiring dengan munculnya sekelebat bayangan putih yang tersenyum ke arah mereka dan mengihilang bersama hembusan angin bersamaan dengan langkah mereka yang berjalan menjauh.
Akhirnya dia mengerti maksud dari perkataan Sahabatnya itu. ‘Cinta Tidak Pernah Meminta Untuk Menanti. Ia Mengambil Kesempatan atau Melepaskan. Cinta adalah Keberanian atau Pengorbanan’ . Jika kita memang mencintai seseorang, berhentilah mengantungnya dengan harapan-harapan yang justru membuatnya untuk menunggu mu. kalau saja kita memilih untuk mengambil kesempatan. Datanglah padanya dan nyatakanlah perasaan mu, itu yang di sebut dengan Keberanian. Namun apabila kita memilih untuk melepaskan. Lepasakanlah dia lalu kemudian berdoalah semoga saja dia bisa mendapatkan sosok yang lebih baik di bandingkan dirimu, dan itulah yang dinamakan Pengorbanan.
۩ Love Sick ۩
[HEADLINE NEWS]
Cho Kyuhyun pemuda berusia 25 tahun pewaris perusahaan terkemukan di seoul, Cho Corp dikabarkan meninggal dunia akibat penyakit Kanker otak yang di deritanya setelah sebelumnya mendapatkan penananganan intensif dari pihak medis di Seoul National University Hospital.
-END-
No comments :
Post a Comment