And I Love You Part 10

  No comments



FF “And I Love You” Part 10 [Ye-Ra Couple]


“And I Love You” Part 10  [Ye-Ra Couple] ~ Loving You ~

Author POV
“Hyukie-ah, aku terlambat” kata Jongwoon pelan. Hyuk Jae yang masih mem*luk tubuh Jongwoon yang tak sanggup berdiri kini. Menuntun Jongwoon agar duduk dan menenangkan dirinya.
“Bos, sebaiknya kita kembali kerumah sakit. Pasti orang tua bos sangat cemas sekarang” kata Hyuk. Jongwoon seolah tidak bisa memaafkan dirinya sendiri yang begitu bodoh menyia-nyiakan hidupnya.
“aku ingin disini dulu “ jawab Jongwoon pelan. Sementara wajahnya semakin pucat karena ia belum pulih benar. Memang luka dikepalanya tidak serius, tapi bagian tubuh yang belakang masih dalam kondisi belum pulih dan tidak boleh bergerak terlalu banyak.
“aku tahu kau sedih, tapi pikirkan kesehatanmu. Kau mau Key sedih melihatmu” kata Hyuk jae pada Jongwoon. Saat teringat Key, air mata Jongwoon tiba-tiba menetes. Ia kembali mengingat Key sangat menginginkan Yura. Gadis itu kini benar-benar membuat Jongwoon seperti orang gila.

“Key, dia juga menginginkan Yura. Aku bisa apa Hyukie-ah” kata Jongwoon menatap Hyuk Jae. Hyuk melihat Jongwoon jadi tidak tega. Keadaanya benar-benar kacau saat ini.
“Kangin bilang. Yura juga akan menikah disana. Ckkkk bahkan aku belum berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Aku ini lelaki bodoh bukan, katakan aku sangat bodoh!!!!” kata Jongwoon mulai lemah.
“Bos…Boss!!!Bos kau kenapa?!!” Hyuk jae panik ketika mata Jongwoon tiba-tiba terpejam dan tangannya mulai lemas.
“Ya!! ireona….” kata Hyuk Jae lagi. Dengan kekuatan tangannya ia menggendong Jongwoon untuk kembali kerumah sakit.
__oOo__
Udara yang dingin kian menerpa, suasana tampak hening dimana Jongwoon sekarang terbaring lagi ditempatnya semula. Dua jam sudah ia selesai dioperasi. Hal yang dilakukan secara mendadak oleh dokter mengingat tulang belakang Jongwoon yang mendapat benturan keras sehingga apabila tidak dilakukan penanganan akan menyebabkan kondisinya memburuk.
Selang oksigen dan infus masih menghiasi tubuhnya. Matanya masih terpejam,beruntung Hyuk segera membawa Jongwoon kembali kerumah sakit karena apabila terlambat semuanya akan fatal.
Hari sudah kembali malam, suasana masih tenang. Jongwoon belum sadarkan diri. Key putra semata wayangnya hanya bisa memandangi Appanya yang terbaring lemah. Sambil terus berdoa agar appanya bisa sembuh dan kembali berkumpul dengannya.
“Key-ya…kajja pulang. Besok kau harus sekolah” kata Nyonya Kim pada key. Key tetap memandangi Jongwoon. Ia tidak bergerak sedikitpun dari sisi appanya itu. Eommanya jongwoon yang tau key seperti itu merasa kasian pada Key.
“besok appa sudah bangun kan?” tanya Key polos.
“Ne, besok Appa sudah bisa bangun. Makanya Key jangan membuat appa kecewa. Key harus pulang dan besok harus kesekolah.”
“Appa, Key pulang dulu. Cepat sembuh. Key sangat menyanyangi Appa” kata key kemudian mengecup tangan Jongwoon. Kemudian berjinjit sedikit untuk menjangkau pipi Jongwoon dan mengecupnya singkat.
Dengan perlahan ia keluar dari kamar Jongwoon bersama nyonya Kim, neneknya. Sesekali Key melihat kebelakang. Ia menatap appanya yang masih terbaring belum sadarkan diri.
Dikamar Jongwoon kini hanya ada Lee hyuk Jae dan Jongjin adiknya. Hyuk Jae, tidak berhenti mengutuk dirinya sendiri jika Jongwoon belum bisa pulih dan sehat. Ia merasa bersalah memenuhi keinginan Jongwoon untuk kebandara menemui Yura tadi pagi.
“Jangan terus menggerutu, aku tahu kau dipaksa kakakku” kata Jongjin yang kini menepuk pundak hyuk. Hyuk hanya membalasnya dengan anggukan.
“seandainya aku menolak, pasti keadaanya sudah pulih sekarang. Tapi kini ia malah belum sadar” keluhnya. Jongjin hanya tersenyum. Kemudian berdiri dari tempatnya.
“gwencahana. Aku beli kopi dulu, kau mau?” Tawar Jongjin.
“Anniya. Aku tidak seberapa suka. Lemon tea saja” kata Hyuk Jae. Jongjin kemudian berlalu meninggalkannya.
Mata Hyuk Jae kian mengantuk, kini ia sesekali memejamkan matanya. Saat kantuk melanda. Tiba-tiba….
“Annyeong..” kata seseorang. Hyuk teperanjat dari ngantuknya. Ia kemudian menatap sosok yang berdiri didepannya. Mengucek matanya, memastikan ia melihat dengan benar makhluk didepannya ini.
“Ne..neo??”
“Bolehkah aku menjenguknya?”
Hyuk berusaha menyadarkan dirinya sendiri bahwa ia sedang tidak bermimpi sekarang. Atau malah berhalusinasi.
“Ten..tu saja. Dengan senang hati” jawab Hyuk masih sedikit gugup. Gadis itu menyeret kopernya dan mulai mendekati ranjang dimana Jongwoon masih belum sadarkan diri.
Gadis itu semakin mendekat kearah dimana Jongwoon masih terbaring diranjangnya. Yura dia menahan tangisnya, ia merasa sangat bersalah telah membuat Jongwoon seperti ini. Hyuk jae menatap Yura, kemudian ia sedikit tersenyum. Lega, karena Usaha Jongwoon tidak sia-sia. Gadis itu kini malah datang sendiri menemui Jongwoon.
Hyuk meninggalkan Yura dan Jongwoon dikamar berdua, dia menunggu diluar. Yura melepas koper dari tangannya. Kemudian duduk disamping Jongwoon. Kau berhasil membuatku kembali padamu, batin Yura sambil mengenggam tangan Jongwoon yang dingin.
=Flashback=
Yura masih melirik arlojinya, dan mengamati ponselnya. Tampak raut kecemasan dan sedikit sedih jelas terpancar diwajah cantiknya. Kemudian ia mematikan ponselnya. Dan menghela nafas panjang, Donghae disebelahnya tahu apa yang dirasakan Yura saat ini. Tapi ia seolah tidak tahu. Ia ingin Yura sendiri mengatakannya, tapi ia tidak tega melihat raut wajah Yura yang sangat kacau. Antara khawatir dan sedih.
“kajja…sebentar lagi berangkat” kata Donghae. Yura masih mengedarkan pandangannya kepenjuru Airport, ia masih belum yakin kalau ia akan berangkat. Tapi, ia tidak mungkin menolak Donghae untuk ke Paris.
Saat Yura akan masuk bersama Donghae. Matanya menangkap sosok yang tidak asing baginya. Dengan perban dikepalanya dan sedikit berlari dengan kekuatan yang masih ia miliki saat itu. Yura menggeleng tidak percaya.
“Jongwoon oppa~” gumamnya. Donghae berhenti sejenak kemudian memperhatikan yura. Ia melihat ada Jongwoon dibandara ini.
“Kau kenapa?” tanya Donghae. Yura belum menjawabnya, matanya terus menatap Jongwoon yang seperti orang bingung. Yura kemudian setengah berlari dan melihat Jongwoon dibalik dinding. Ia tidak mau Donghae tahu, ia menangis. Dengan menutup mulutnya, matanya terus menatap Jongwoon dan Hyuk yang sesekali menuntunnya.
“Jongwoon oppa, kau kenapa kemari, ha?apa yang membuatmu seperti ini?” kata Yura pelan. Sesekali ia mengusap air matanya. Ia ingat segera berangkat ke Paris. Dan donghae pasti menunggunya.
Saat ia akan berbalik. Sebuah tangan ada dipundaknya. Yura menatap Donghae, sedikit tergugup.
“Mm…kajja kita berangkat!! nanti terlambat” kata Yura mengalihkan tatapan mata Donghae yang terus menatapnya.
“aku tidak mau” jawab Donghae. Membuat Yura semakin bingung. Air matanya masih tersisa dipelupuknya dan juga dipipinya.
“Sudah….akan terlambat, lima menit lagi pes-”
“Jangan berbohong lagi padaku. Kau bodoh sekali Kim Yura. Anniya sangat bodoh. Bagaimana mungkin aku mengajak orang yang tidak menginginkan aku sama sekali untuk menjadi istriku?” kata Donghae pelan. Yura hanya bisa menunduk saat Donghae berkata seperti itu. Sambil menyembunyikan air matanya.
“Kau yang dulu, sekarang masih tetap akan mencintai Kim Jongwoon” kata Donghae, yang berhasil membuat Yura mendongak. Donghae tersenyum pada Yura kemudian menghapus sisa air matanya.
“Donghae oppa….aku-”
“Jangan khawatir. Aku sudah tahu Yura-ya…sekarang apa kau tidak mau memeluk t*buh lelaki itu, hum?” kata Donghae pada Yura, Yura tidak tahu harus berkata apa.
Dengan satu tarikan Donghae m*meluk Yura erat sekali. Akan melepas gadis yang ia cintai dengan sepenuh hati.
“Mianhae…aku belum bisa mencintaimu. Tapi aku yakin kau akan menemukan gadis yang tepat, kau lelaki terbaik yang pernah aku temui selain Kim Jongwoon.”
“tetap saja Jongwoon yang pertama.tssskkk!!malang benar nasibku”
“Donghae oppa, jangan membenciku. Ne?! Aku telah banyak berhutang banyak padamu” kata Yura, Donghae kini melepas pel*kannya. Lantas tersenyum pada Yura.
“Ne. gwencahana!! kau tidak usah memikirkan aku. Hiduplah dengan baik Yura-ya. Nyatakan apa yang ada dihatimu. Jangan jadi gadis yang bodoh lagi. Jika ada sesuatu kau bisa menghubungiku” kata Donghae panjang lebar.
“Hmm.. tapi bagai-”
“Aku pergi dulu…” Donghae dengan cepat memalingkan wajahnya dan menyeret kopernya dengan cepat. Ia tidak kuat jika harus terus menatap wajah Yura. Wajah yang akan dia rindukan setiap saat. Kini ia harus bisa menanggung resikonya. Resiko untuk kehilangan gadis itu selama-lamanya.
“hati-hati…” kata Yura setengha berteriak. Tapi Donghae tidak menoleh. Ia menahan sakit dihatinya. Melepas gadis yang ia cintai sepenuh hatinya. Kini malah akan bersama pria lain. Tapi ia yakin, ia akan bahagia kelak. Bukankah cinta tidak harus memiliku.
Donghae mengusap air matanya, lalu tangannya merogoh kotak merah yang ia persiapkan. Cincin. Cincin yang ia persembahkan khusus untuk Yura.
“Yak!!! kau tidak punya mata…” Donghae berbalik kebelakang, saat ia berlari tadi ia menyenggol gadis dan hampir terjatuh. Gadis itu juga membawa koper dan akan naik pesawat tujuan ke Paris juga. Donghae lalu membenarkan kaca matanya.
“Mianhae…” kata Donghae menunduk. Dan kembali setengah berlari untuk masuk kedalam pesawat.
“Dasar laki-laki..aish jinja!!tampan juga tidak, dasar tidak sopan!!” keluh gadis itu, kemudian melihat Donghae yang sudah menaiki tangga pesawat. Matanya menangkap sebuah barang yang terjatuh. Kemudian ia mengambilnya.
“Ige mwoya” kata gadis itu, kemudian memasukkan kotak itu kedalam tasnya. Pasti milik pria itu, batinnya.
__oOo__
Yura masih mengamati Jongwoon dan Hyuk yang tengah duduk diarea bandara ini. Ia tidak berani mendekati Jongwoon. Ia tidak tega melihat kondisi Jongwoon saat ini.
“apa maksudmu dari semua ini Jongwoon-ah.” kata Yura sendiri. Saat itu juga ia terkejut Jongwoon pingsan dibandara.
Samar-samar yura mendengar teriakan Hyuk jae. Ia bisa apa? Ia menahan langkahnya. Benar-benar, ini salahku. Aku membuatnya seperti ini. Apa aku pantas bertemu dengannya. Batin yura.
=FlashbackEnd=
Tangan Yura masih menggengam tangan Jongwoon, kemudian dici*mnya lembut tangan Jongwoon.
“kenapa kau lakukan hal yang bodoh Kim Jongwoon” suara nya sangat parau dan terkesan serak. Mungkin ia terlalu banyak menangis sehingga menyebabkan pita suaranya berubah demikian.
“Mianhae….Mianhae!!” kata Yura pelan. Kemudian ia tertunduk dan menangisi kebodohannya sendiri telah membuat Jongwoon seperti ini….
“cepat sembuh Kim Jongwoon. Cepatlah bangun. Aku merindukanmu. Semuanya yang ada padamu. Aku merindukanmu” kata Yura sambil menangis. Ia lantas mendongak dan menatap Jongwoon dan mengusap air matanya.
“Mana janjimu agar selalu kuat menghadapi segala hal,huh? Kau bahkan sangat rapuh sekarang”
“Jongwoon oppa. Key dia pasti sangat ingin appanya bangun. Cepat sembuh ne. aku janji aku akan membuatkan bekal makan untukmu setiap hari. Aku berbohong jika aku belajar memasak karena aku ingin. Sebenarnya itu semua karenamu. Karenamu aku jadi ingin pandai memasak. Kau harus tau itu!!! maka bangun dan sembuh!!!”
Hyuk Jae dan Jongjin menatap haru Yura yang sangat bersedih melihat lelaki yang ia cintai masih terbaring lemah.
“aku yakin sebentar lagi mereka akan bahagia” ucap Hyuk kemudian mendapat anggukan dari Jongjin disampingnya.
“Hmmm…” gumam Jongjin.
__oOo__
JongwoonPOV
Mataku sedikit berat walau aku memaksanya untuk membuka. Rasa nyeri masih ada sedikit dibagian belakang tubuhku. Aku ingat terakhir kali aku berada dibandara. Ya bandara. Yura gadis itu dimana kini??
Dengan susah payah aku akhirnya bisa membuka mataku. Suasana tampak hening disini. Dimana? Ternyata masih sama. Aku berada dikamar ini lagi. Lampu terang tampak menghiasi kamar ini. Berapa lama aku tertidur, apa aku tidak sadarkan diri.
Tapi tunggu!! tanganku seperti ada yang menggengam. Aku sedikit menundukkan kepalaku. Ternyata!! gadis ini, ada disini. Bagaimana bisa?? bukankah dia keparis? Apa aku ini bermimpi? Ini hanya mimpi. Anniya. Ini seperti nyata. Genggaman tangannya begitu hangat. Tdak mungkin ini mimpi. Dia masih teridur dengan kepalanya diranjang ini. Kulihat sekelilingku. Hanya ada Yura.
Dengan hati-hati aku melepas tanganku dari gengaman tangannya. Dan aku usap pelan rambutnya yang sedikit acak-acakan. Seulas senyum terkembang dibibirku. Ini nyata!!! ini nyata. Dia Kim Yura, gadis yang mati-matian ingin aku temui dibandara hingga aku pingsan kembali, dia ada disini sekarang. Tapi apa setelah ini ia akan kembali lagi ke Paris. Aku tidak akan membiarkan kamu pergi lagi Yura-ya tidak akan.
Tiba-tiba Yura bergerak sedikit, aku rasa ia akan bangun. Kemudian aku memejamkan mataku lagi. Aku dapat mendengar suaranya yang parau.
“kenapa belum sadar?” katanya. Aku masih ingin berpura-pura tidur. Apakah ia cemas apa tidak melihat keadaanku. Dan juga, apakah ia tidak jadi berangkat karena aku juga??
Aku merasakan dia menempelkan tangannya didahiku, kemudian mengusap pipiku dengan lembut. Omo!! sentuhan lembut tangannya seolah menjadi energi tersendiri bagiku. Kenapa jadi aku yang berdebar. Ini lebih dari cukup Yura-ya.
“Jongwoon oppa, selama itukah kau tidur?huh!? Ireona!! aku…..aku ingin melihatmu sembuh. Ayolah. Kau keras kepala sekali….” kata Yura mulai putus asa sepertinya. Apa dia sangat merindukanku?
Aku melirik sekilas Yura hanya menundukkan wajahnya, kenapa? Apa dia menangisi aku? Aigoo!! Yura-ya kau tidak perlu seperti itu. Dengan perlahan aku menggerakkan tanganku untuk menyentuh tangannya. Mengusapnya pelan.
Yura seketika mendongak menatapku. Aku dapat melihat matanya masih berkaca-kaca akibat sisa air matanya. Dia terkejut,
“kau…kau sudah sadar?” tanyanya sedikit gugup. Aku hanya mengangguk pelan. Badanku memang masih terasa ngilu. Tapi kalau untuk menggerakan tangan dan tubuh aku masih bisa. Aku bisa untuk mem*luknya sekarang. Aku sangat merindukannya.
“Kenapa kau ada disini?bukannya kau diparis sekarang?” tanyaku dengan nada sedikit ketus. Aku sengaja memang. Dia membuat hatiku sangat kacau. Yura kau harus bertanggung jawab akan diriku ini, kau yang membuatku seperti ini. Salah sendiri kau selalu hadir dipikiran dan memenuhi hatiku dengan namamu Kim Yura.
Yura tampak sedikit ragu akan menjawabnya. Dan raut wajahnya tampak penyesalan.
“Eumm….aku tidak jadi kesana” katanya pelan. Aku menyembunyikan senyumku darinya. Kau tahu aku bahagia sekali saat dia ada disini. Menungguku dan dia sangat mencemaskanku. Entahlah perhatiannya seperti ini yang membuatku semakin sulit untuk menjauhkan rasa cintaku padanya.
Aku masih memasang wajahku biasa saja tanpa ada senyum diwajahku. Yura kelihatan sangat merasa bersalah. Aku jadi semakin ingin menggodanya.
“wae?”
“mwo?” tanyanya kini menatapku.
“alasan apa kau tidak jadi berangkat?! Kalau kau akan pergi lagi, lebih baik kau tidak usah kemari” kataku padanya.
Yura menatapku tajam. Ia sepertinya tidak suka aku mengucapkan kata-kata itu. Sedetik kemudian raut wajahnya berubah. Ya!! sepertinya dia akan sangat marah.
“Kalau kau ingin aku pergi, baiklah!!! aku akan pergi!! aku tidak akan muncul lagi dihadapanmu!! puas!! percuma saja, aku menunggumu semalaman. Kau!!!Kau….menyebalkan!!”
Yura berdiri dari tempatnya kini, dan saat itu juga aku meraih tangannya. Aku menarik pergelangan tangannya dengan kekuatan yang aku miliki. Dia tidak bergeming. Tetap mempunggungi aku. Belum menoleh kearahku. Aigoo!! akukan hanya menggodanya.
“Jangan pergi!!jebal “ Entahlah, bagiku kata ini sedikit menjijikkan. Tapi aku rela mengatakannya hanya demi gadis bodoh yang ada didepanku ini. Gadis yang bagiku adalah oksigen yang selalu aku hirup setiap hari.
Yura tetap diam…….aku semakin menarik tangannya hingga ia duduk diranjangku. Tapi ia belum menghadapku.
“Lepaskan !!” katanya sedikit kesal. Aku tahu, dia itu sangat lucu. Tapi kalau marah sangat menakutkan.
“gomawo” kataku singkat.
“…….” dia masih diam, ahh sulit sekali membuatnya menghadap kearahku. Tssk!! sudah tahu aku tidak pandai merangkai kata-kata. Aigoo!!
“Yura-ya….kau harus tanggung jawab atas apa yang terjadi padaku!!” kataku. Bodoh!! kata-kata apa ini, Jongwoon. Kau sangat bodoh.
“Mwo? Memangnya ini salahku?” katanya kini berbalik. Yap!! aku berhasil membuat kamu sama-sama menatap.
“huum. Kau tidak tahu, aku kecelakaan karenamu. Aku pingsan dibandara juga karenamu. Aku sakit semuanya karenamu.” kataku. Aku sedikit tersenyum menatapnya karena wajahnya saat seperti ini sangat lucu.
“Ini juga salahmu. Kau yang bodoh. Untuk apa kau mencariku di Sungai Han, lalu untuk apa kau mencariku di Bandara.hum? Bukankah itu juga sangat bodoh!!” jawabnya.
“ Kau ingin tahu?hum?” tanyaku padanya. Dengan aku sedikit mencondongkan tub*hku. Otomatis Yura memundurkan tubu*nya. Agak nyeri sih, tapi aku tahan. Dia seharusnya tahu, aku menyukainya, any. Aku mencintainya.
“mwo?” katanya gugup.
Aku menggenggam kedua tangannya dengan tanganku. Dan sedikit menunduk lalu menghela nafas. Aigoo!! ini berdebar-debar. Sungguh. Kini aku menatapnya. Ya Tuhan. Kenapa walau baru bangun tidur. Dia terlihat sangat cantik dimataku.
“Yura-ya… Entahlah. Aku tidak tahu ini menjijikkan untukmu apa tidak. Aku Kim Jongwoon, tidak dipungkiri selalu membutuhkanmu. Anniya. Bahkan aku ingin kau selalu disampingku. Aku tidak tahu kapan ini mulai merasuki diriku. Yang jelas aku tahu satu hal sekarang…..”
Kim jongwoon, apa ini gayamu? Aku hampir jarang berpacaran. Mengumbar kata cinta, rayuan. Sama sekali bukan aku. Tapi gadis ini. Membuat pertahananku runtuh.
“Jongwoon op-oppa. Apa maksudmu..?” Ya!! dia bodoh sekali. Aku belum selesai. Omo!! ini lebih berdebar dari pada aku pertama kali tampil ditivi -_____-”.
Yak!!! tenang…. aku menatapnya lekat. Menatap detail setiap lekukan diwajahnya. Mata, hidung, bibirnya. Semuanya sangat menarik dimataku. Tanganku meremas pelan jari-jemari lentiknya. Aku rasa dia gugup. Terbukti tangannya juga dingin sekarang.
“Nan Saranghanda Kim Yura….”
YuraPOV
“Yura-ya… Entahlah. Aku tidak tahu ini menjijikkan untukmu apa tidak. Aku Kim Jongwoon, tidak dipungkiri selalu membutuhkanmu. Anniya. Bahkan aku ingin kau selalu disampingku. Aku tidak tahu kapan ini mulai merasuki diriku. Yang jelas aku tahu satu hal sekarang…..”
OMO!! apa katanya? Jantungku seolah berhenti berdetak. Appa, tolong aku. Segera berikan tabung oksigen untukku. Sungguh aku sulit bernafas. Okey. Aku pastikan aku akan mati. Lihatlah hanya tatapan matanya terus mengarah kemataku dan jari-jemarinya terus meremas pelan jari-jariku. Membuatku sulit bergerak dan sulit berpaling dari pandangannya.
“Nan saranghanda, Kim Yura….”
Tuhan!! apa katanya, aku tidak tuli. Tapi ini jelas terdengar ditelingaku. Bangun!! bangun Yura-ya. Kau ini sedang mimpi. Ya sedang mimpi. Jongwoon terus menatapku, ya jangan menatapku terus lama-lama aku akan gila dengan tatapan matanya yang menawan itu. Dia tidak tahu apa, dia itu terlalu mempesona, walaupun ada perban dikepalanya dan juga bibirnya yang pucat. Tapi pesonanya tidak akan pudar dari seorang Kim Jongwoon.
“Yura-ya…..” Jongwoon memanggilku lagi, sial!! aku melamun. -____-”
“eh?….. apa ini hanya mimpi?” Ya!! bahkan saat seperti ini, kebodohanku masih saja melekat. Pabo pabo!!!!
Kulihat Jongwoon sedikit tersenyum padaku, kemudian w*jahnya agak mendekat kewaj*hku. Omo!!omo!! dia mau apa? Jangan buat aku mati muda. Tapi sungguh kenapa aku juga diam saja saat dia mulai m*miringkan kepalanya. Dengan sedikit gugup aku menahan semua nya. Bahkan aku sempat tidak bernafas saat matanya kini menatap bibirku.
Tanpa banyak kata, b*bir Jongwoon sudah sempurna men*mpel diatas b*birku. Menekannya pelan kemudian mulai mel*mat b*birku atas dan bawah bergantian dengan sangat lembut. Rasanya sangat sulit aku ungkapkan, tidak c*uman ini bahkan nyata!! ya Tuhan!! dia kenapa bisa membiusku. Bahkan kini aku turut ikut mel*mat bib*rnya juga. Kyaaa!! Jongwoon-ah kenapa kau begitu menawan bahkan saat kau sakit, bisa menci*mku dengan sangat lembut. Pergerakan b*bir Jongwoon dib*birku sedikit dalam namun intens.
Perlahan Jongwoon melepas t*utan b*bir kami, saat dia rasa sudah cukup menci*mku. Tidak lama memang, tapi apakah ini caranya?
“kau sudah tahu, ini nyata…” katanya pelan, tangannya lalu mengusap pipiku. Aku hanya bisa menunduk. Malu. Jelas sekali. Pasti wajahku sekarang sangat merah >,<
“Kim Yura..tatap aku! Aku tidak peduli kau membalasnya apa tidak. Tapi yang aku sangat senang kau ada disini, kau menemaniku. Dan yang pasti aku ingin tahu, apakah kau juga mempunyai perasaan yang sama denganku. Setelah beberapa tahun, dan kejadian yang kita lewati apakah kau juga merasakannya?”
Aigoo!! Jongwoon kenapa pertanyaanmu begitu banyak, aku bingung harus menjawabnya apa. Tapi memang sejak dulu bahkan saat dia belum menyukaiku aku sudah menyukainya. Aku diam beberapa saat kemudian aku memberanikan diri untuk menatapnya lekat.
“Aku tidak tahu harus bicara apa, yang aku rasakan adalah aku sangat membutuhkanmu disampingku selalu. Nado saranghae, kim jong woon”
Akhirnya dengan susah payah bercampur gugup, aku bisa membalas kata-katanya. Jongwoon terseyum menatapku. Aku hanya bisa menundukkan wajahku, aku tidak mau dia melihat wajahku yang merah ini karena aku malu. Ini bukan sifatku, tapi dihadapan Jongwoon semuanya tidak berlaku.
“Yura-ya…” katanya pelan.
“Hmmm…” Aku mendongak. Dia menatapku dan tangannya masih menggengam tanganku.
“Gomawo!! Aku tahu, kau menyukaiku sejak lama bukan?! Aku tahu pasti kau masih menyukaiku”
Apa katanya. Jadi dia tahu?YA!! bagaimana bisa. Aigoo!! bahkan mungkin sekarang aku menjadi salah tingkah didepannya.
“mw-mwo….sejak lama? Dari mana kau?”
“Hyung!! kau sudah sadar……”
“Bos……”
Jongwoon belum sempat menjawab, kini malah Adik dan asistennya sudah datang. Awas saja ya, aku akan mencari tahu. Kulihat Jongwoon menahan senyum. Senyumnya memang sangat manis tapi, aku tidak akan tersenyum padanya sebelum aku tahu dia tahu darimana aku menyukainya. Kangin!! ya beruang kutub, penyakitmu itu sulit untuk disembuhkan!!.
“Ehem….” sebuah deheman Jongwoon membuat aku sadar. Aku menatap kebelakang. Mwo!! aigoo! Ada 4 pasang mata memperhatikanku. Kenapa aku baru sadar. Lihatlah posisiku. Aku duduk diranjang Jongwoon dan sangat dekat dengannya. Aku segera bangun dan menjauh kemudian aku duduk dikursi dekat dengan ranjangnya.
“Hyung kelihatannya kau sangat senang….aku lega kau sudah bangun. Kau tidak tahu betapa cemasnya aku” kata Jongjin mendekat kearah Jongwoon.”
tatapan mata Hyuk Jae terus saja mengarah keaku dan ke Jongwoon. Sesekali tersenyum. Ada apa?aku yakin ada yang ia sembunyikan. Dia itu usil sekali.
“Aku tahu dia senang karena apa….kkkkk~” jawab Hyuk Jae. Mwo! Kenapa dia melihatku. Ya Jongjin juga. Apa mereka sudah tahu? -____-”
“Ahh…kalian semalam tidur dimana? Aku bangun hanya melihat Gadis bodoh ini disampingku” kata Jongwoon. Apa!! gadis bodoh…..sabar Yura. Sabar dia masih sakit ne?
“kami tidur diluar bos, mana mungkin aku menganggu kalian. Kau tidak tahu, kemarin malam Yura terus menangisimu. Aku yang melihat saja tidak tega.” papar Hyuk jae. Aish jinja!! dia mempermalukan aku didepan Jongwoon. Enak saja. Nanti kepala Jongwoon tambah besar, begini saja sudah besar apalagi, tahu aku takut kehilangannya.
“Yak!! Hyuk Jae………” dengan sekuat tenaga aku melemparkan sepatuku. Hah!! puas. Sepatuku mengenai kepalanya.
“Awww……..”
JongwoonPOV
Keadaanku perlahan sudah membaik. Dan besok aku sudah diperbolehkan pulang. Sudah sehari yang lalu dan sekarang aku belum melihat Yura sama sekali. Segala pesanku juga tidak ia balas. Sebenarnya ia kenapa? Apa dia berniat pergi lagi?
Jujur sejak aku mengungkapkan perasaanku dan aku juga tahu perasaannya, aku serasa hidup kembali. Entahlah, aku mempunyai semangat lagi untuk menjalani hidupku. Sungguh aku benar-benar merindukannya.
“Appa….Key bawa apa?” key mendekat kearahku. Omo!! key dia terlihat senang sekali setelah ia tahu Yura tidak jadi pergi ke Paris.
“Mwo? Key bawa Kkoming?” jawabku kemudian meraih kkoming dan aku memangkunya. Aku merindukan kkoming. Key tahu saja aku rindu dengan kkoming.
“kkoming-ah…aku merindukanmu” kataku sambil menci*mnya.
“Appa….appa tidak merindukan Key”
“Aigoo!! Key-ya..appa merindukanmu..Kajja sini” kataku sambil meraih tangan Key. Kemudian dia duduk disebelahku. Key ini memang sangat manja denganku.
“Key-ya….kajja kau belum makan dari tadi pagi” Eomma hendak menyuapi Key tapi Key menolak. Aigoo!!
“Apa begini makannya sejak aku sakit?” tanyaku pada Eomma.
“Ne… Key sulit sekali makan. Apalagi saat kau sakit, waktu tahu Yura akan pergi saja dia sudah malas makan” Gersah eomma.
“Key, kau harus makan. Appa tidak mau kau sakit, katanya mau kuat seperti Kangin samchoon??” katanu padanya. Ya Key sangat senang dengan Kangin. Katanya Kangin itu sosok pahlawan seperti yang ada dikartun kesukaannya. Dasar aneh -_____-”
“Hmm…Ne Appa!!” kata Key sedikit cemberut. Itulah key kadang kala dia menurut apa kataku. Tapi jangan ditanya kalau menginginkan sesuatu, Key pasti terus merengek. Akukan jadi tidak tega menolak.
“Appa~ Key punya sesuatu buat appa” aku mengernyitkan alisku. Anak ini suka membuatku bingung.
“Mwo?”
“Key tidak membawanya sekarang, ada diruang rahasia Key. “ jawab key misterius. Key sepertinya sudah mewarisi sifatku yang misterius dan aneh tentunya.
“memangnya apa,hum?jangan buat appa penasaran” kataku pada Key. Key hanya tersenyum menunjukan giginya yang kecil-kecil.
“Hmm…Key dapat dari hyuki samcho saat Key dijemput sekolah kemarin”
“Ya, kau mencuri punya Hyuk Jae samchon…?” aku melihat key dia hanya tertawa. Kemudia aku melirik Eomma, eomma juga tersenyum. Memangnya ada apa? Apa benda ini menyangkut aku?
“Eomma tahu?” kataku menyelidik. Eomma hanya mengedikkan bahunya. Key terus tersenyum padaku. Hey!! nappeun..
“Ne, kalau Yura nuna ada saja Key kasihkan ke Appa….okey..” kata Key seraya mengacukan jempolnya. Tsskkk! Memang Key sangat lucu, tapi kali ini menyebalkan. Dengan gemas aku ajukan kkoming ke wajah Key agar dia kegelian..
“Hakk..ha…ha Appa key geli……….” kata Key sambil tertawa kegelian karena bulu kkoming….
“Annyeong~ “
Aku terhenti seketika menjahili Key. Aku menatap ada dua orang berdiri didepan pintu.
“Jongwoon-ah…” sapa kangin. Dan dibelakangnya, dia hanya memasang wajah biasa saja. Yura, kenapa dia. Seharusnya dia senang bertemu dengan kekasihnya.
___oOo___
Yura dan aku kini ada didalam kamar hanya berdua. Ya kangin keluar untuk membeli minuman sedang Eomma dan key pulang untuk memandikan Key. Dia duduk disofa kamar inapku. Letaknya tepat didepan ranjangku. Aku masih duduk diranjangku sambil menatapnya.
“kau ini terus menatapku apa ada yang aneh?”
“Kemana saja kau? Apa kau tidak bisa membaca pesanku. Bahkan teleponku saja tidak kau angkat” kataku padanya. Yura hanya mendengus.
‘drtttttttttt’
Ponselku bergetar. Aku melihat Kangin mengirimiku pesan.
‘Yura, dia habis menghajarku kemarin karena aku memberitahumu bahwa dia sudah menyukaimu sejak lama. Dan dia malu jika bertemu denganmu.’
Aku terkekeh melihat isi pesan kangin. Jadi ini masalahnya dia tidak menjengukku? Arasseo!!
“kau kenapa tertawa?” tanyanya masih pada tempatnya.
“Anniya!! ya kau belum menjawab pertanyaanku. Apa kau sudah tidak peduli denganku. Tssk!! sulit dipercaya ternyata kau hanya mempermainkan perasaanku saja” kataku sedikit kesal. Aku sengaja menggodanyanya. Lihatlah sekarang diwajahnya tampak penyesalan.
“Bukan begitu. Aku hanya masih sibuk kemarin lagian juga salahmu aku tidak kesini” katanya sedikit mengercutkan bibirnya.
Ohh, jadi benar apa yang dikata kangin. Setidaknya ada manfaatnya Kangin bermulut bocor, dia bisa memberitahuku apa saja yang Yura lakukan nanti. Kekekek~ Hhhh beruntungnya aku bersahabat denganmu Kangin-ah.
“Mwo!! salahku? Sesibuk apakah hingga kau tidak bisa membalas pesanku. Aku ragu jika kau benar-benar menyukaiku” kataku mulai serius. Tapi sebenarnya aku menahan tawa melihat wajahnya yang sekarang sedikit takut.
“mwo? Kau ini….kau tidak tahu-”
“Akhh…..punggungku!!! aish…..” kata meringis kesakitan.
Yura terlihat panik sebelum dia menyelesaikan kata-katanya. Kemudian dia berlari kearahku.
“gwenchanayo….mana yang sakit” katanya berusaha menenangkanku. Aku tetap pura-pura memegangi bagian belakang tubuhku dan membuat mimik wajah sesakit mungkin.
“Aku panggil dokter..ne?” katanya masih dalam kepanikkan. Aku menggeleng pelan.
“Jongwoon oppa….Aigoo!! jangan sakit lagi…..” katanya membantu aku merebahkan tubuhku. Wajahnya terlihat sangat cemas. Kekekek~ aktingku sangat bagus.
“Kau cemas sekali Yura-ya. Sebegitukah kau tidak ingin aku sakit lagi” kataku kali ini dengan wajah yang normal. Tanpa ada ekspresi sakit sekalipun.
“mw-mwo….kau??” tanyanya bingung.
“Yura-ya neomu kyeopta. Aku suka melihat ekspresi cemasmu untukku. Setidaknya aku lega sekarang, kau masih perhatian padaku” kataku seraya tersenyum. Lihatlah dia terlihat kesal.
“Neo!!! Aish jinja!! kau sangat menyebalkan Kim Jongwoon” katanya seraya tangannya hendak memukulku. Aku bangun dari tidurku dan kini aku duduk tepat dihadapannya.
“Ya..!!” kataku menahan tangannya.
“kau melukai pasien. Kau bisa dituntut nantinya” kataku lagi. Yura tidak bisa berkutik karena tangannya kini ada pada kendaliku. Walau aku sakit tapi tanganku masih kuat untuk menahannya yang terus bergerak.
“Aish jinja!! kau bukan pasien, pasien mana mungkin sekuat dirimu. Kau itu hanya memanfaatkan aku!” aku terkekeh mendengar jawabannya yang sangat lucu.
“hey, memanfaatkan bagaimana? Kau tahu. Mengejarmu saja melelahkan sekali. Jadi tanpa memanfaatkanmu, aku mempunyai hak akan dirimu sekarang. Kau kan milikku. Jadi aku berhak melakukan apa saja” kataku sedikit egois. Dia tampak mendengus kesal. Tapi kalau dia terlihat kesal, dia bertambah cantik. Omona!! aku sudah mulai tergila-gila…..
“Mwo!! kenapa kau menyimpulkan sendiri bahwa aku milikmu. Tsskk!! aku bisa saja berubah pikiran” katanya juga mencoba bermain-main denganku rupanya
“Coba saja lari lagi dariku…”
“Ne? Aku bisa saja lari lagi….Ya lepaskan tanganmu” katanya lagi.
“Shrirheo!! coba saja lari..ayo lakukan…” kataku sambil memegangi pergelangan tangannya kuat. Dia sedikit meronta tapi tidak bisa.
“Ayolah!! jangan seperti anak kecil, Kim Jongwoon!!” katanya lagi. Ohh jadi dia ingin aku sedikit dewasa. Baiklah akan aku tunjukkan padamu Kim Yura.
Dengan tarikan tanganku aku berhasil membuatnya duduk diranjangku. Tepat dihadapanku, dan Yura saat ini tengah menatapku. Gugup terlihat jelas diraut wajahnya. Tanpa menunggunya bertanya lagi. Aku menc*ndongkan waj*hku mendekat kewaj*hnya. Kuperhatikan detail wajahnya yang sangat dekat mata, hidung dan terakhir b*birnya sebelum aku memejamkan mataku.
Perlahan kini hidungku sudah menyentuh hidungnya. Yura juga tidak berontak sama sekali saat posisiku seperti ini. Aku tahu dia juga menginginkannya, mungkin. Aku menahan nafas sejenak sebelum aku men*mpelkan b*birku diatas b*birnya. B*birku masih diatas b*birnya, dan mulai menekannya pelan kemudian melum*t b*birnya yang berwarna merah muda itu bergantian dengan lembut dan intens. Sungguh aku tidak tahu, ini ci*man keberapa. Tapi aku selalu masih berdebar jika aku memulai akan menci*mnya.
Pergerakan tangan Yura sudah tenang, membuatku melepas genggamanku dan mengalihkan tanganku ketengkuk Yura. Meremas rambutnya yang lembut dan untuk memperdalam ci*man kami, ya Yura telah larut dalam ci*man yang aku buat. Aku ingin dia tahu, aku mencintainya. Aku membutuhkannya. Jadi jangan tinggalkan aku lagi Yura-ya.
YuraPOV
Mwo!! apa yang aku lakukan dengan Jongwoon. Bahkan aku tidak berontak sekarang. Pergerakan b*birnya dibib*rku yang sangat lembut dan intens seakan menjadi bius agar aku menurut apa yang dilakukannya. Tapi kenapa aku juga menginginkannya. Gila. Aku gila karenanya sekarang.
Jongwoon memiringkan kepalanya untuk menjakau bibirku lagi, aku juga. Bibir kami sama-sama masih bertaut dengan tangan Jongwoon ada ditengkukku untuk memperdalam ci*man kami. Dan tangannya yang satu ada dipinggangku untuk memperkecil jarak diantara kami. Kenapa? Kenapa sekarang tanganku juga berpindah kelehernya. Aku juga tidak tahu. Kenapa aku begini. Omo!! kenapa dia sangat ahli berci*man. Tapi, satu hal yang aku rasa saat dia menc*umku. Aku merasakan bahwa aku miliknya dan aku merasakan cinta yang begitu dalam untukku. Aku rasa ini benar. Aku juga sangat mencintainya.
Klikkk………. suara apa itu??sepertinya pintu terbuka. Mwo!!
“Jongwoon-ah…….ka-”
“Kalian…….?”
=TBC=

No comments :

Post a Comment