OUR RING! PART 11

  No comments


[Other FF] “OUR RING!” Part 11 [Yesung-Yura]

YERAOURRING

Tittle : “OUR RING!”
Cast : Yesung Kim, Kim Yura, Eunhyuk Lee, Kim Sohee, Park Yun Ji,
And Others
Rating : PG – 17 / Straight
This Story Original From @Jjea_
***
“Eunhyuk-ah… Kajja, kita—”
“Yura… Kim YURA!” Desah Eunhyuk panik dengan wajah yang telah memucat pasi. Rasa rindu itu kini kian melebur dengan cepat. Tanpa membuang waktu, Eunhyuk pun sentak hendak berlari keluar dan menghampiri gadis yang masih berdiri mematung ditempatnya itu.
“YURA-YA…”
‘Jarak yang paling jauh adalah…
Kita dekat, tetapi tak bisa memiliki’
_“OUR RING!” PART 11_
Terasa angin menyiur lambat saat ini, mengering singgah dipucuk-pucuk tunas, dan terbang semampai layaknya bayang-bayang tak berwujud. Ilalang itu terlihat bergerak karnanya, seolah tertawa menatapi bisunya alam dunia dan gerak awan yang seakan mengikuti pergerakan alur yang ada. Yah, selalu seperti ini. Terkadang langit menunjukan warna yang begitu cerah, terkadang juga ia malah menampakkan warna yang begitu kelam. Seperti sekarang, kota ini mungkin akan kembali digenangi hujan sebentar lagi.
* When It All Began, What, Why and How? *
“KIM YURA…!” Sebuah teriakan itu kembali terdengar ditempat ini. Seakan tak perduli akan awan diatas sana yang mulai menggelap, Eunhyuk pun sontak membuka pintu Toko bubur mereka dengan hentakan cukup keras, membuat beberapa pengunjung ditempat ini kontan memperhatikannya.
Leeteuk yang menyadari itu pun tak tinggal diam, ia ikut keluar dan berniat mencegat Eunhyuk untuk menghampiri gadis yang kini hendak memasuki sebuah Taxi itu.
‘Yura-ya…’
Batin Eunhyuk kembali menggumamkan nama itu kembali. Benar, ia bahkan berani bertaruh, jika saat ini kedua matanya dengan jelas menatap sesosok gadis yang bernama YURA. Kim Yura… gadis yang ia cintai dan hilang beberapa bulan yang lalu.
Eunhyuk nampak tersenyum, tubuhnya bergetar seakan sudah tak tahan lagi ingin cepat sampai dan menarik tubuh gadis itu kedalam dekapannya. Memeluknya erat, dan melepaskan semua kepanikan dan kerinduan yang akhir-akhir ini membuatnya tertekan.
“Eunhyuk-ah…” cegah Leeteuk cepat seraya kontan memegangi lengan Eunhyuk dengan cukup kuat.
“Hyung… itu Yura Hyung… itu Yura.”
“Eunhyuk-ah…”
“Lepaskan aku,” Eunhyuk tampak memberontak kecil seraya ingin mendorong tangan Leeteuk agar jangan menahannya.
“Eunhyuk-ah…”
“KIM YURA!” Pekik Eunhyuk lagi, berharap jika gadis yang ia pantau itu menoleh padanya. Namun sayang, Yura yang antara mendengar dan tidak itu pun kembali melanjutkan niatnya untuk memasuki Taxi ini. Menutup pintunya dan memberikan alamat rumahnya pada sang supir.
“YURA-YA… ANDWE!” Eunhyuk kembali memekik, dan yah… dia memang sukses membuat Yura menoleh kearah belakang dari dalam Taxi itu. Gadis itu mengernyit sejenak, menatapi para penjaga Toko Bubur itu seakan tengah berdiri saling tarik-menarik dengan ekspresi pucat.
‘Ada apa dengan mereka? Aneh sekali!’
Yura tampak menggeleng-gelengkan kepalanya menatapi sosok Eunhyuk dan Leeteuk dari dalam kaca belakang mobil Taxi itu.
‘Aneh… kenapa kau merasa jika ada orang yang memanggilku? Hummm… ash—bukan! Pasti bukan aku,’
“Ahjusshi, cepatlah jalan.” Ucap Yura kembali menghadap depan. Sang supir Taxi itu mengangguk dan mulai kembali menekan pedal gasnya untuk bergerak. Eunhyuk panik! Dengan kekuatan yang masih tersisa, ia terpaksa menghempaskan tangan Leeteuk yang menahannya. Terlepas! Tanpa membuang waktu lagi, Eunhyuk pun sentak berlari dan hendak mengejar Taxi itu.
“Yura… Kim Yura!” Entah sampai oktaf mana suaranya itu memekik. Yang pasti, Eunhyuk benar-benar terlihat kalut sekarang.
“Eunhyuk-ah, sudahlah.” Leeteuk kembali berusaha untuk menahan Eunhyuk mengejar Taxi itu. Toh, percuma saja… mobil bercat kuning itu sudah cukup menjauh dari mereka.
“Hyung, itu Yura Hyung. Itu Kim Yura!”
“Hentikan Eunhyuk-ah…”
“Dia benar-benar Yura-ku,”
“Ani—dia bukan Kim Yura.” Perkataan Leeteuk kali ini kontan saja membuat Eunhyuk diam dan menoleh kearahnya. Manik mata Eunhyuk sedikit memicing, seolah ingin meminta sebuah penjelasan lebih pada Leeteuk.
“Huhhh… apa kau baik-baik saja Hyuk? Yura? Kim Yura katamu?”
“Hyung,”
“Dia bukan Yura Hyuk. Apa kau sedang berhalusinasi? Kau mabuk?”
“Mwo?”
“Siapa yang tengah kau kejar itu? Wanita tua yang tadi memasuki Taxi, eh? Kau salah lihat Hyuk, dia bukan Yura.”
“M-mwo? Wanita tua”
“Geurae, yang tadi kau panggil dengan sebutan Yura adalah wanita tua yang tadi membeli bubur padaku,” ucap Leeteuk dengan helaan nafas panjangnya. Leeteuk berbohong? Tentu saja! Ia sudah tak tau lagi harus bagaimana agar Eunhyuk melupakan kejadian hari ini. Ia sengaja mengatakan gadis yang menurutnya mirip dengan Yura itu adalah wanita tua. Ia tak punya maksud apa-apa dari semua kebohongannya ini, ia hanya tak ingin Eunhyuk terluka pada akhirnya.
‘Maafkan Hyung Eunhyuk-ah…’
Leeteuk mendongak menatap pancaran sinar kedua bola mata Eunhyuk yang sedikit tak percaya padanya.
“Maksud Hyung, tadi itu—hanya halusinasiku saja? Yang kulihat bukan Yura tapi wanita tua?”
“Geurae. Huhh… sudahlah, sebaiknya kita kembali masuk kedalam dan—”
“Tapi tadi aku benar-benar melihatnya Hyung.”
“YA! Lee Hyuk Jae berhentilah. Kau dapat menjadi gila jika terus seperti ini. Hyung berjanji, kita akan mencari Yura setelah ini. Untuk itu, beristirahatlah lebih dulu ohk?” Leeteuk menepuk-nepuk bahu Eunhyuk dengan prihatin. Eunhyuk hanya diam, bingung tak tau harus bagaimana. Sejujurnya, hati kecilnya memang merasakan jika itu bukanlah sebuah halusinasi saja, tapi—
“Kajja…” ajak Leeteuk seraya berusaha untuk memaksakan senyumnya. Eunhyuk mengangguk pelan, ditatapnya kembali jalan yang mengantarkan Taxi itu pergi. Namja itu menghela, mencoba memijat dahinya yang kini terasa sedikit pusing.
‘Yura… apa benar, jika yang tadi itu hanyalah halusinasiku saja? Huft… kalau begitu, ada apa denganku? Apa aku terlalu merindukanmu? Yura-ya, dimana kau sekarang? Apa kau baik-baik saja?’
Eunhyuk sontak mendongak menatap kearah langit. Rintik-rintik air kecil itu mulai menerpa wajahnya, membasahinya sebelum air mata itu lebih dulu mengambil alih untuk turun. Sepertinya, hujan mulai turun seperti dugaan beberapa orang sebelumnya.
‘Kim Yura, aku akan mencarimu sampai kapanpun….’
***
@Yesung-Yura Home’s_
Tampak Yesung kini menghentikan aktivitasnya mondar-mandir diruang tengah rumahnya, tepat disaat ia mendengar suara dentuman pintu utama terbuka. Namja itu menghela, seolah lega jika Yura dapat pulang dengan selamat. Entahlah, semenjak Yesung mengingat masa lalunya, namja itu menjadi sedikit takut jika Yura keluar tanpa izin darinya.
“Wae?” tanya Yura sedikit terkejut saat ia disambut dengan tatapan tajam dari Yesung yang kini berdiri tak jauh darinya itu. Namja itu berdecak pinggang, seolah ia memang terlihat sekali menunggu Yura pulang.
“Darimana saja kau, eh? Bukankah tadi kau berjanji akan cepat pulang?”
“Nde?” Yura sedikit mengernyitkan dahinya bingung. Kenapa Yesung menjadi sedikit Over Protektif seperti ini?
“Memangnya kenapa? Kau ini aneh sekali.” Yura membuka tasnya dan hendak menuju kamar mereka. Yesung sentak berbalik dan ikut masuk untuk kembali mengintrograsi gadis ini.
“Bagaimana dengan namja yang katanya menyukaimu itu? Tu-tukang bubur itu…” Yura sontak menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Yesung.
“Kenapa kau ingin tau?” Yura mengulum senyum. Baiklah, ia benar-benar gemas mendapati tingkah Yesung kali ini.
“YA! Te-tentu saja aku ingin tau. Aku ini suamimu, aku berhak atas semua apa yang terjadi padamu, termasuk jika ada namja yang melirikmu. Kau pikir benar, wanita beristri menggoda namja lain diluar sana, eh?”
“Mwo? Menggoda? Omo! Kau benar-benar berlebihan sekali Oppa, siapa yang menggoda siapa, heng? Tsk!”
“Jika kau tidak menggodanya lebih dulu, mana mungkin dia mau padamu. Lain kali, jika ingin keluar, kau harus memakai pakaian sesuai statusmu. Pakaian seperti Eomma!”
“Mwo?” Yura sontak membuka mulutnya agak lebar. Apa dia tak salah dengar?
“Aku belum menjadi Eomma-eomma, jadi untuk apa aku berpakaian seperti itu? Wajahku masih sangat muda, ish!”
“Kalau begitu kau cepatlah menjadi seorang Eomma—” Yura sontak terpaku mendengar penuturan tulus dari Yesung kali ini. Apa tadi katanya? Menjadi seorang Eomma?
DEG!
Jantung Yura sontak berdesir hebat mendengarnya. Entah mengapa pembicaraan mereka saat ini malah menyimpang kearah ini.
‘Apa yang dia maksud? Apa mungkin anak? Anak siapa? Anakku dan di—ani—ani, aku sudah gila….’
Wajah Yura tampak merah merona sekarang, bahkan ia bingung harus bergerak dan melakukan apalagi setelah ini. Diam saja seperti sekarang? Atau membahas ini lebih lanjut? Yura menghela, ia tampak mati-matian menyembunyikan wajahnya pada Yesung saat ini. Sedangkan namja itu? Yah, sepertinya ia mulai menyadari akan kesalah tingkahan Yura sekarang. Yeoja itu benar-benar semakin terlihat menggemaskan, jika sedang menampakkan ekspresi idiotnya seperti ini.
“Ak-aku… aku akan pergi mengganti pakaian sebentar.” Ucap Yura tertunduk seraya dengan langkah kaku, gadis ini pun sontak hendak berbelok kearah kamar mandi mereka. Namun sayang, tangan kanan Yesung sudah lebih dulu menahannya. Menahan dilengan seperti di drama-drama itu? ANIYA! Tapi Yesung mencegatnya dengan menarik sedikit rambut Yura, membuat gadis itu memekik seketika.
“YA! Errrr… lepaskan Kim Jong Woon!” Ringis Yura sebal.
“Kau mau kemana, heh? Kau pikir aku sudah selesai bicara?”
“Aish… geurae, tapi lepaskan dulu tanganmu itu. Kenapa kau hobi sekali melakukan hal-hal yang mengerikan, ohk?” Yesung tersenyum polos seraya melepaskan tangannya itu dari gumpalan kecil rambut Yura. Gadis itu mendengus, menatap kesal namja yang tak pernah bersikap romantis padanya ini.
“Sebenarnya kau mau bicara apa? Kenapa sepertinya penting sekali, sampai kau harus menelponku dan menyuruhku pulang secepat kilat seperti tadi?”
“Karna ini memang masalah penting,”
“Mwo? Masalah apa?” tanya Yura bingung seraya melepaskan ikatan rambut yang agak acak-acakkan akibat ulah Yesung tadi. Sepertinya, gadis ini berniat untuk memperbaiki kuncirannya itu. Ia bahkan tak menyadari, Yesung terpaku menatapnya saat ini.
“Tidak usah diikat,” Yesung sentak mengambil alih jepitan rambut Yura itu dan membuangnya sembarangan. Yura melongo, sebenarnya ia ingin sekali memarahi namja dihadapannya ini. Namun entahlah, saat menatap wajah Yesung yang benar-benar teduh dimatanya sekarang, Yura tak dapat berkutik apa-apa.
“Ke-kenapa kau membuang jepitan rambutku? Aku merasa sedikit pa—”
“Aku lebih suka melihat rambutmu digerai. Setidaknya, kau tampak manis.”
“Nde?” Yura kontan mendongak dengan wajah yang merah padam. Apa itu pujian dari Yesung? Benarkah? Lalu, kenapa Yura merasakan semakin panas sekarang?
“Aaa… ka-kau ini bicara apa,” Yura tertunduk! Tampak jelas goresan merah dibawah kedua matanya sekarang. Aighoo… bahkan kali ini, gadis itu mulai tersenyum tipis seraya menyampirkan rambut depannya kebelakang telinga.
‘Manis? Manis katanya? Ah… aku jadi—’
“Yah, setidaknya dengan tergerai seperti ini, kau tampak seperti wanita. Huhhh… apa kau tak sadar? Kau itu seperti seorang namja? Jika tergerai seperti ini kan, kau benar-benar tampak seperti Tarzan, dan aku sangat menyukainya.”
“MWO? MWO? Seperti Tarzan? YA! KAU—”
“Dan aku tidak suka rambutmu diikat lagi kecuali didalam rumah. Aku tak ingin—semua orang dapat menatapi lekuk leher jenjangmu itu. Tak akan aku biarkan orang lain melihatnya,” Yura sontak kembali tertegun mendengar penuturan kata dari namja dihadapannya ini. Kalimat Yesung ini benar-benar…
‘TIDAK! Tidak Kim Yura… kau tidak boleh kembali percaya diri lagi hanya karna kalimat bodoh dari namja ini. Memalukan! Mana mungkin seorang Kim Jong Woon bisa serius dengan ucapannya? Dia hanya tengah menggodamu lagi. Ya, hanya itu…’
Gumam Yura seraya mengutuk dirinya sendiri. Ia sepertinya mencoba untuk tidak masuk kedalam perangkap kalimat Yesung kali ini. Namun…
“Hanya aku… hanya aku yang boleh menyentuh dan melihatnya,” belum sempat Yura dapat bernafas dengan benar, tangan Yesung telah lebih dulu terjulur menarik pinggangnya untuk saling berdekatan satu sama lain.
Yura termangu, terlihat sekali kedua pelupuk matanya itu mengerjap-ngerjap tak karuan saat ini. Wajah Yesung… aighoo… Yura benar-benar tak bisa bergerak lagi saat mata elang seorang Kim Jong Woon menatapinya dalam riak tajam seperti ini.
‘Matilah aku… mati…’
Batin Yura mengumpat-umpat tak jelas. Ia merasakan kedua lututnya lemas, dan mungkin saja sebentar lagi ia pingsan ditempat. Kenapa ditatapi dengan Yesung seperti ini, dapat membuatnya kehilangan semua syaraf?
“Ini—” setelah cukup lama saling betatapan, akhirnya Yesung pun sentak menurunkan matanya sedikit kebawah, menyingkapi rambut Yura agar semuanya beralih kebelakang. Entah apa yang akan dilakukan namja ini, bahkan kedua bola matanya tertuju pada leher Yura sekarang.
“Ka-kau mau apa, eh?”
“Kalung yang kau pakai ini—” Yesung sentak menggapai sebuah kalung Yura yang bertahtahkan akan nama gadis itu. Yura bergidik, tangan Yesung sedikit menyentuh kulitnya saat ini.
“Sepertinya kalung ini sudah tersemat padamu sejak lama, ne?” Yesung kembali mendelik menatap Yura. Gadis itu tampak mengernyit bingung.
“Mungkin saja. Aku mana ingat! Hummm… apa jangan-jangan kau yang memberikannya untukku?” Yura balik bertanya, membuat Yesung merubah ekpresinya seketika.
“Aku harap juga begitu,” Yesung melepaskan kalung itu dari tangannya, lalu menatap Yura dengan raut sayu yang berbeda. Entahlah, tatapan seperti apa itu. Yang jelas, Yura benar-benar tak dapat berpikir dengan baik saat tubuh mereka sepertinya semakin lama semakin merapat itu.
“Kim Yura, boleh aku meminta jawabanku?” tatapan mereka lagi-lagi bertemu. Sungguh, Yura semakin tak mengerti sekarang.
“Ap-apa maksudmu itu?” tanya Yura sembari menetralisir degup jantungnya saat ini.
“Jawaban tentang semua pertanyaan hatiku untukmu, aku tak bisa menebak dan meyakini ini hanya dengan menatapmu saja. Aku harus mencari jawaban lain agar aku semakin yakin tentang apa yang kurasakan ini adalah benar.”
“Mwo?”
“Kumohon… diam saja, sampai aku selesai melakukannya.” Yesung tampak mengangkat tangan kanannya menyentuh rahang pipi gadis itu, memiringkan wajahnya perlahan-lahan, membuat Yura merasakan darahnya sontak berkontakminasi dengan getaran tubuhnya saat ini. Apa yang akan dilakukan Yesung? Apa mungkin…
CUP!
Yura merasakan sesuatu yang sedikit basah menyentuh area kedua daun bibirnya seketika. Tubuh Yura menegang! Padahal ini bukan kali pertama mereka berciuman. Namun entahlah, rasanya benar-benar sangat amat berbeda. Bibir mereka hanya menempel, bahkan tak ada gerakan aktif disana.
“Hummm…” Yesung sentak menarik kembali wajahnya, menatap manik mata Yura yang berkilau indah dari pandangannya sejenak. Sampai kembali, Yesung memposisikan kepalanya dan mengecup kedua daun bibir dihadapannya itu. Kali ini, Yesung sedikit bergerak, seakan mencari sesuatu disana.
Yura sedikit tergelak dengan perlakuan Yesung kali ini. Begitu lembut dan penuh perasaan. Ada apakah dengan Yesung? Apa yang ia cari sebenarnya? Yura tak membalas ci*man Yesung itu padanya, bukan karna tak ingin, tapi ia hanya takut dan malu.
Lama mereka seperti itu, seolah terlalu sulit untuk hanya saling terlepas sejenak saja. Hingga tiba-tiba, Yesung tersenyum disela ci*mannya itu, sebuah senyuman menggebu yang benar-benar membuatnya begitu bahagia saat ini.
“Ehmmm…” Yesung secara tiba-tiba menarik kembali kepalanya, membuat Yura sontak ikut membuka matanya itu. Belum ada perkataan lagi yang terlontar dari keduanya, hanya saling menatap satu sama lain, seakan itu sudah lebih dari cukup.
“Ka-kau kenapa menatapku seperti itu?” Yesung tak menjawab pertanyaan dari Yura kali ini. Namja itu hanya mampu tersenyum hangat dan menatapi Yura dalam diam.
“Kau sudah menemukan jawabanmu? Kenapa harus dengan cara menciumku seperti ini? Memangnya dengan begitu, kau akan menemukan apa?” Yura bertampang polos sekarang, membuat Yesung benar-benar ingin terkikik.
“Nde, aku sudah selesai menemukan jawabanku.”
“Jeongmal?” Yura menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal. Ia baru menyadari, jika bahasa manusia dan dunia lain itu berbeda.
“Hummm…”
“Lalu, kenapa kau masih menahanku? Bukankah sudah selesai?”
“Karna itulah aku ingin melanjutkannya lagi.”
“Mwo? Tap—”
CUP!
Yura sedikit menahan dada Yesung saat namja ini tiba-tiba saja kembali menci*mnya. Sedikit mendadak, membuat Yura kewalahan dibuatnya.
“YA! Jangan bergerak terus, kau ini—” Yesung sedikit menjitak kepala Yura dan kembali melanjutkan aktivitasnya.
BRUUUKKK!
Entah bagaimana kronologisnya hingga sekarang keduanya telah jatuh diatas ranjang mereka, menikmati setiap sentuhan yang diberikan masing-masing. Lama mereka bertaut seperti itu, seakan tak perduli dengan apa dan bagaimana kedepannya kelak. Yang terpenting bagi Yesung sekarang hanyalah… jawaban yang selama ini ia perlukan, kini sudah terjawab pasti. Ia menginginkan yeoja ini!
“Changkaman…” sela Yura yang sontak melepaskan tautan mereka, dan sedikit mendorong dada Yesung keatas.
GLEK!
Keduanya saling bertatapan seketika! Tubuh Yura menegang, begitupula Yesung. Sepertinya mereka baru menyadari, apa yang tengah mereka lakukan ini. Entahlah, suasana canggung dan malu itu sontak saja tercipta diantara keduanya.
“Yesung Oppa, kau—” Yura menggerakkan tangannya untuk kembali membawa kaos bajunya yang berada di bahu kirinya itu naik. Yesung hampir saja melakukan tindakan ceroboh. Yah, itu benar-benar sedikit membuat nya malu.
Mereka tampak saling menghindari kontak mata satu sama lain, bahkan terlihat bingung harus bertindak bagaimana sekarang. Wajah Yesung memerah! Pasti yeoja ini akan meledeknya habis-habisan setelah kejadian ini. Aighoo…
Lama mereka dengan posisi seperti itu, Yesung benar-benar sangat malu untuk hanya sekedar menarik tubuhnya dari Yura.
“Ak-aku… aku keluar sebentar!” Ucap namja itu dengan setengah memekik. Perlahan-lahan dan dengan gerakan kaku, Yesung pun sontak berdiri dan menjauhkan tubuhnya dari Yura. Dengan tertunduk, namja itu itu pun berbalik. Ia tak ingin Yura mengetahui wajahnya begitu merah sekarang. Entah bagaimana, naluri laki-lakinya tadi muncul begitu saja.
“Ash…. apa AC nya mati? Benar-benar para tukang PLN itu menyebalkan! Ash…” Yesung menggerutu tak karuan sekarang.
“Aku keluar dulu.” Yesung berucap lagi. Tanpa melihat kearah Yura yang hanya melongo menatapnya, namja itu pun sontak berjalan dengan dingin seperti biasanya.
“Ohk…” balas Yura tak kalah canggung.
BLAM!
Pintu kamar mereka pun sontak tertutup seketika, jelas saja itu membuat Yura dan bahkan Yesung yang telah berada diluar kamar itu dapat bernafas lega.
“Aighoo…” Yesung menjinjit-jinjit seraya melompat-lompat tak karuan sekarang. Ia benar-benar baru menyadari, jika perlakuannya tadi benar-benar memalukan! Dengan segenap senyum yang masih terukir diwajah tampannya itu, Yesung sentak berguling-guling di sofa, menutup wajahnya dengan bantal kecil.
“Aish… kenapa aku harus malu? Bukankah tadi itu wajar kulakukan? Ash…” Yesung lagi-lagi seperti orang tak waras. Ia benar-benar tak bisa membayangkan bagaimana bertemu dengan Yura selanjutnya. Setelah semua pertengkaran dan ejekannya untuk gadis itu, Yesung tadi dengan secara tiba-tiba ingin berniat melakukan tindakan yang berbeda. Yesung—ia benar-benar tak bisa berhenti tersenyum dengan menangkupkan wajahnya agar bersembunyi dipangkuan kursi itu.
‘Bodoh!’
Gumam Yesung tersenyum seraya memegangi dadanya yang berdetak cepat. Mungkin, inilah jawaban yang ia cari akan arti sosok Kim Yura.
***
‘Kadang cinta tidak hanya datang lewat rasa suka atau pandangan pertama,
Tapi…
Cinta juga bisa datang lewat rasa benci dan sebuah ketidak sukaan….’
Terdengar, bunyi kicauan burung-burung turut mengindahkan langit biru pagi ini, menyelaraskan dengan daun-daun kering yang berjatuhan tertiup angin. Sejuk, ketika membuka mata dipagi hari dan menghirup udara tanpa polusi seperti ini, ternyata benar-benar cukup menenangkan hati.
“Ohk, kau sudah bangun?” Yura tampak mengernyit aneh menatap Yesung yang telah rapi dimeja makan. Apa namja ini akan kuliah seperti biasa? Kenapa pagi sekali? Begitu banyak pertanyaan yang saat ini mengitarai kepala Yura sekarang, termasuk tentang mengapa Yesung tak tidur didalam kamar semalam. Apakah memang keadaan mereka masih canggung akibat kejadian kemarin? Mungkin!
“Nde, kau mau kemana?” tanya Yura seraya duduk tanpa menatap Yesung sama sekali.
“Aku akan mulai lagi membantu Appa di Perusahaan. Hari ini, ada peringatan untuk keluarga Kerajaan. Aku sangat tidak ingin ikut, itulah mengapa aku lebih memilih menggantikan Appa saja.”
“Kau tak pergi kuliah?”
“Ani, aku sedang tak ingin berpikir. Hummm… apa kau sibuk hari ini?”
“Nde? Ummm… ani, waeyo?”
“Yura-ya, kau mau ikut denganku ke Perusahaan?”
“Mwo?” Yura sontak mendongak menatap Yesung dihadapannya, membuat wajah namja itu kontan memerah. Lagi-lagi, hatinya bergetar dan itu cukup membuat Yesung malu setengah mati.
‘Kenapa dia harus menatapku dengan wajah secantik itu? Eh… cantik? Sejak kapan aku memuji gadis tarzan ini? Astaga… Kim Jong Woon, kau benar-benar sudah gila!’
Gumam Yesung seraya mengalihkan kepalanya kearah samping, menghela nafas panjang dengan raut frustasi.
“Memangnya untuk apa aku ikut?” tanya Yura bingung.
“Ehem…” Yesung membuat deheman sejenak, mencoba memulihkan sifat dinginnya pada gadis ini.
“YA! Tentu saja untuk membantuku! Kau pikir untuk apa lagi, eh? Disana, tidak ada yang bisa membuat susu seaneh buatanmu, mana mungkin jika aku mau minum aku harus menelponmu dan menyuruhmu mengantarnya.”
“OMO! Jadi maksudmu, aku hanya membuat susu untukmu disana? YA! Bukankah kau senang dengan air putih? Jadi, kenapa harus minum susu?”
SKAK MAT! Yesung tampak diam dan tak bisa menjawab lagi saat ini. Ia benar-benar bingung harus beralasan seperti apa lagi pada yeoja ini agar menemaninya di Kantor. Toh, Yesung pada dasarnya hanya ingin menatap Yura bersamanya dalam keadaan baik-baik saja. Bukankah itu menyenangkan?
“YA! Jika kau tidak mau juga tidak apa-apa, dasar gadis idiot!”
“Huhhh… kau marah?” tanya Yura saat kini Yesung menghentikan suapannya pada roti panggang dihadapannya itu. Namja itu tampak berbalik kearah samping dan mematuk wajahnya sebal.
“Geurae, aku akan ikut denganmu.” Lanjut Yura akhirnya, membuat Yesung sentak kembali menatapnya.
“Tidak usah! Bukankah tadi kau tidak mau?” sungut Yesung bermaksud untuk meyakinkan kalimat yeoja ini tadi.
“Ash! Sebenarnya maumu apa Kim Jong Woon? Tadi kau mengajakku, sekarang kau mengatakan tidak usah. Arasseo, aku tidak akan ikut!” Sahut Yura dengan nada melengking. Yeoja itu pun sentak berdiri dan hendak berbalik. Yesung melongo, bukankah tadi dia hanya menggertak gadis ini? Lalu kenapa malah tak jadi ikut?
“YA! Kau ini benar-benar gadis plin-plan, tadi kau bilang mau ikut, sekarang tidak mau. Ckckckckck! Aku tidak mau tau, kau harus ikut.” Yura sentak kembali berbalik dengan senyuman sinisnya. Tingkah Yesung ini benar-benar layaknya anak labil yang masih berusia 16 tahun!
“Huft….” Yura hanya menarik nafasnya panjang, lalu ia hembuskan dengan kasar. Mempunyai suami seaneh Yesung, membuatnya sedikit belajar untuk sabar.
***
* When It All Began, Who Iam? *
Yesung tampak membuka pintu mobilnya saat tiba-tiba saja Yura merengek minta berhenti dipertengahan jalan tiba-tiba. Entah apa yang diinginkan gadis ini.
“YA! Wae? Kita sudah terlambat ke kantor, jangan macam-macam Yura-ya.”
“Oppa, aku mau bubur di Toko itu. Ayo beli sebentar, ppali!”
“Mwo? YA! Kau mau beli bubur disana lagi?”
“Nde…”
“Tempat namja yang kemarin kau bilang menatapimu itu?”
“Nde.”
“ANDWE!”
“Mwoya? Wae? Hanya sebentar, ne? Aku akan segera kembali.” Ucap Yura yang hendak membuka pintu mobil mereka itu. Yesung tak terima, ia sontak saja mengunci pintu mobil ini.
“Huhh… biar aku saja yang membelinya, kau tunggullah disini.”
“Hummm… baiklah.” Yura mengangguk tak mengerti dengan kepanikan Yesung itu. Entahlah, namja itu bahkan lebih memilih membelikannya untuk Yura ketimbang gadis itu bertemu lagi dengan pemilik Toko bubur itu. Yura tampak terkikik pelan. Yesung sepertinya mulai belajar untuk memanjakannya.
Baiklah, sudah hampir 5 menit berlalu Yesung tak jua keluar dari Toko itu. Entah apa yang ia lakukan didalam sana. Yura mendengus, sudah sedari tadi ia menatapi pintu Toko itu dengan ekspresi sebal.
“Apa saja yang dilakukannnya?” Yura sontak membuka pintu mobilnya untuk keluar, berniat hendak menghampiri Yesung diseberang sana. Gadis itu tak menyadari, jika sejak tadi beberapa orang mulai memperhatikannya seraya berbisik-bisik tak jelas.
“Bukankah itu Kim Yura?” tanya salah seorang pria berbobot besar itu.
“Bukan, mana mungkin Yura dapat semulus dan turun dari mobil mewah seperti itu.”
“Tapi, wajahnya sangat mirip! Sudah beberapa bulan semenjak kita mengejarnya waktu itu, Yura menghilang. Dan kita harus sesekali mengawasi kekasihnya itu, siapa tau saja gadis itu memang Yura. Coba kau perhatikan lagi! Hanya berbeda pada baju yang mereka kenakan.”
“Benar Bos, sebaiknya kita hampiri gadis itu.”
“Hummm…” tampak para renternir itu menghampiri tempat berdiri Yura sekarang. Membuang puntung rokok mereka kesembarangan dan menyeringai sedikit mengerikan. Sedangkan Yura? Ia sama sekali terlalu bodoh untuk menyadari beberapa orang itu tengah menghampirinya.
“Kemana Yesung Oppa? Kenapa dia—”
“Selamat pagi Nona Kim Yura,” sapa beberapa orang seketika, membuat Yura sontak berbalik.
“Geurae? Nugusseyo?” balas Yura bingung akan beberapa orang yang mengenal dan menyebut namanya dengan lantang.
“Kau tak ingat pada kami, eh? Ah… jangan berpura-pura lupa seperti itu, kau memang pandai berakting Yura-shi. Sepertinya, kau sudah menjadi pengikut orang kaya, ne? Hahahaha…”
“Apa maksud kalian? Kalian mengenalku? Darimana?”
“YA! Kau boleh melupakan wajah kami ini, tapi tidak untuk semua hutang-hutangmu itu.”
“Hutang? Cah, jangan menipuku. Jika ingin uang, kalian harus bekerja. Dasar!” Yura sontak berbalik dan hendak masuk kembali kedalam mobil. Hingga seketika, salah satu dari Renternir itu pun mencengkram lengannya tiba-tiba, bermaksud untuk mencegat Yura masuk kedalam mobil.
“YA! Lepaskan tanganmu atau aku akan berteriak!”
“Wah… kau sama sekali sudah berubah Yura-shi. Biasanya kau akan menantang kami dan dengan cepat lari, tapi ini? Hahahaha, kami tak akan melepaskanmu lagi Yura-shi! Kami akan dipecat, jika sampai dalam beberapa bulan ini tidak menemukanmu.”
“Kalian mungkin salah orang, lepaskan!”
“Ani, kami tidak mungkin salah. Jika kau mau membayar semua hutangmu sekarang, kami juga tak akan bersikap seperti ini padamu. Sekarang, ikut kami sebentar untuk menghadap Bos besar nde?”
“ANDWE! YA!” Pekik Yura meringis saat ia merasakan seseorang lagi mencengkram lengannya. Yeoja itu sedikit memberontak, ia benar-benar takut sekarang.
***
Disatu sisi, tampak kini Yesung bergegas keluar dari Toko bubur itu setelah ia puas melotot pada semua penjaga Tukang bubur di Toko ini. Ia benar-benar ingin melihat namja yang yang kemarin menatapi istrinya itu! Yesung benar-benar ingin meyakinkan, jika namja itu tak jauh lebih tampan darinya.
“Terima kasih Tuan, aku harap Anda dapat sering kemari.” Ucap Eunhyuk seraya tersenyum dan membukakan pintu Toko ini untuk Yesung. Tak ketinggalan, Leeteuk yang gamam pun ikut mengikuti mereka dari belakang. Toh, Leeteuk amat sangat tau siapa pemuda yang bernama Kim Jong Woon ini.
“Nde, sama-sama. Hummm… lain kali, yang menatapi istri orang lain, ne?” balas Yesung polos, membuat Eunhyuk mengernyitkan dahinya bingung. Begitupula, Leeteuk.
“Mwo? Maksud Tuan?”
“Maksudku? Ohk… aku hanya tidak suka, jika salah satu diantara kalian mena—”
“OPPA! YA! LEPASKAN… YA!” Pekikan dari seseorang itu pun sontak saja membuat Yesung menghentikan kalimatnya dan sontak menoleh lurus kearah jalan. Tampak kini punggung Yura terlihat memberontak dan saling tarik menarik dengan segerombolan orang didekat mobil mewahnya itu.
DEG!
Tak hanya Yesung yang kini menoleh dengan kedua mata yang melotot, tetapi Leeteuk dan Eunhyuk. Sekalipun hanya bayangan punggung Yura lah yang terlihat, tapi Leeteuk yakin, jika gadis itu adalah…
“ASTAGA!”
man Yesung itu padanya, bukan karna tak ingin, tapi ia hanya takut dan malu.
Lama mereka seperti itu, seolah terlalu sulit untuk hanya saling terlepas sejenak saja. Hingga tiba-tiba, Yesung tersenyum disela ci*mannya itu, sebuah senyuman menggebu yang benar-benar membuatnya begitu bahagia saat ini.
“Ehmmm…” Yesung secara tiba-tiba menarik kembali kepalanya, membuat Yura sontak ikut membuka matanya itu. Belum ada perkataan lagi yang terlontar dari keduanya, hanya saling menatap satu sama lain, seakan itu sudah lebih dari cukup.
“Ka-kau kenapa menatapku seperti itu?” Yesung tak menjawab pertanyaan dari Yura kali ini. Namja itu hanya mampu tersenyum hangat dan menatapi Yura dalam diam.
“Kau sudah menemukan jawabanmu? Kenapa harus dengan cara menci*mku seperti ini? Memangnya dengan begitu, kau akan menemukan apa?” Yura bertampang polos sekarang, membuat Yesung benar-benar ingin terkikik.
“Nde, aku sudah selesai menemukan jawabanku.”
“Jeongmal?” Yura menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal. Ia baru menyadari, jika bahasa manusia dan dunia lain itu berbeda.
“Hummm…”
“Lalu, kenapa kau masih menahanku? Bukankah sudah selesai?”
“Karna itulah aku ingin melanjutkannya lagi.”
“Mwo? Tap—”
CUP!
Yura sedikit men*han dada Yesung saat namja ini tiba-tiba saja kembali menci*mnya. Sedikit mendadak, membuat Yura kewalahan dibuatnya.
“YA! Jangan bergerak terus, kau ini—” Yesung sedikit menjitak kepala Yura dan kembali melanjutkan aktivitasnya.
BRUUUKKK!
Entah bagaimana kronologisnya hingga sekarang keduanya telah jatuh diatas r*njang mereka, menikmati setiap sentuhan yang diberikan masing-masing. Lama mereka bertaut seperti itu, seakan tak perduli dengan apa dan bagaimana kedepannya kelak. Yang terpenting bagi Yesung sekarang hanyalah… jawaban yang selama ini ia perlukan, kini sudah terjawab pasti. Ia menginginkan yeoja ini!
“Changkaman…” sela Yura yang sontak melepaskan ta*tan mereka, dan sedikit mendorong dada Yesung keatas.
GLEK!
Keduanya saling bertatapan seketika! Tubuh Yura menegang, begitupula Yesung. Sepertinya mereka baru menyadari, apa yang tengah mereka lakukan ini. Entahlah, suasana canggung dan malu itu sontak saja tercipta diantara keduanya.
“Yesung Oppa, kau—” Yura menggerakkan tangannya untuk kembali membawa kaos bajunya yang berada di bahu kirinya itu naik. Yesung hampir saja melakukan tindakan ceroboh. Yah, itu benar-benar sedikit membuat nya malu.
Mereka tampak saling menghindari kontak mata satu sama lain, bahkan terlihat bingung harus bertindak bagaimana sekarang. Wajah Yesung memerah! Pasti yeoja ini akan meledeknya habis-habisan setelah kejadian ini. Aighoo…
Lama mereka dengan posisi seperti itu, Yesung benar-benar sangat malu untuk hanya sekedar menarik tubuhnya dari Yura.
“Ak-aku… aku keluar sebentar!” Ucap namja itu dengan setengah memekik. Perlahan-lahan dan dengan gerakan kaku, Yesung pun sontak berdiri dan menjauhkan tubuhnya dari Yura. Dengan tertunduk, namja itu itu pun berbalik. Ia tak ingin Yura mengetahui wajahnya begitu merah sekarang. Entah bagaimana, naluri laki-lakinya tadi muncul begitu saja.
“Ash…. apa AC nya mati? Benar-benar para tukang PLN itu menyebalkan! Ash…” Yesung menggerutu tak karuan sekarang.
“Aku keluar dulu.” Yesung berucap lagi. Tanpa melihat kearah Yura yang hanya melongo menatapnya, namja itu pun sontak berjalan dengan dingin seperti biasanya.
“Ohk…” balas Yura tak kalah canggung.
BLAM!
Pintu kamar mereka pun sontak tertutup seketika, jelas saja itu membuat Yura dan bahkan Yesung yang telah berada diluar kamar itu dapat bernafas lega.
“Aighoo…” Yesung menjinjit-jinjit seraya melompat-lompat tak karuan sekarang. Ia benar-benar baru menyadari, jika perlakuannya tadi benar-benar memalukan! Dengan segenap senyum yang masih terukir diwajah tampannya itu, Yesung sentak berguling-guling di sofa, menutup wajahnya dengan bantal kecil.
“Aish… kenapa aku harus malu? Bukankah tadi itu wajar kulakukan? Ash…” Yesung lagi-lagi seperti orang tak waras. Ia benar-benar tak bisa membayangkan bagaimana bertemu dengan Yura selanjutnya. Setelah semua pertengkaran dan ejekannya untuk gadis itu, Yesung tadi dengan secara tiba-tiba ingin berniat melakukan tindakan yang berbeda. Yesung—ia benar-benar tak bisa berhenti tersenyum dengan menangkupkan wajahnya agar bersembunyi dipangkuan kursi itu.
‘Bodoh!’
Gumam Yesung tersenyum seraya memegangi dadanya yang berdetak cepat. Mungkin, inilah jawaban yang ia cari akan arti sosok Kim Yura.
***
‘Kadang cinta tidak hanya datang lewat rasa suka atau pandangan pertama,
Tapi…
Cinta juga bisa datang lewat rasa benci dan sebuah ketidak sukaan….’
Terdengar, bunyi kicauan burung-burung turut mengindahkan langit biru pagi ini, menyelaraskan dengan daun-daun kering yang berjatuhan tertiup angin. Sejuk, ketika membuka mata dipagi hari dan menghirup udara tanpa polusi seperti ini, ternyata benar-benar cukup menenangkan hati.
“Ohk, kau sudah bangun?” Yura tampak mengernyit aneh menatap Yesung yang telah rapi dimeja makan. Apa namja ini akan kuliah seperti biasa? Kenapa pagi sekali? Begitu banyak pertanyaan yang saat ini mengitarai kepala Yura sekarang, termasuk tentang mengapa Yesung tak tidur didalam kamar semalam. Apakah memang keadaan mereka masih canggung akibat kejadian kemarin? Mungkin!
“Nde, kau mau kemana?” tanya Yura seraya duduk tanpa menatap Yesung sama sekali.
“Aku akan mulai lagi membantu Appa di Perusahaan. Hari ini, ada peringatan untuk keluarga Kerajaan. Aku sangat tidak ingin ikut, itulah mengapa aku lebih memilih menggantikan Appa saja.”
“Kau tak pergi kuliah?”
“Ani, aku sedang tak ingin berpikir. Hummm… apa kau sibuk hari ini?”
“Nde? Ummm… ani, waeyo?”
“Yura-ya, kau mau ikut denganku ke Perusahaan?”
“Mwo?” Yura sontak mendongak menatap Yesung dihadapannya, membuat wajah namja itu kontan memerah. Lagi-lagi, hatinya bergetar dan itu cukup membuat Yesung malu setengah mati.
‘Kenapa dia harus menatapku dengan wajah secantik itu? Eh… cantik? Sejak kapan aku memuji gadis tarzan ini? Astaga… Kim Jong Woon, kau benar-benar sudah gila!’
Gumam Yesung seraya mengalihkan kepalanya kearah samping, menghela nafas panjang dengan raut frustasi.
“Memangnya untuk apa aku ikut?” tanya Yura bingung.
“Ehem…” Yesung membuat deheman sejenak, mencoba memulihkan sifat dinginnya pada gadis ini.
“YA! Tentu saja untuk membantuku! Kau pikir untuk apa lagi, eh? Disana, tidak ada yang bisa membuat susu seaneh buatanmu, mana mungkin jika aku mau minum aku harus menelponmu dan menyuruhmu mengantarnya.”
“OMO! Jadi maksudmu, aku hanya membuat susu untukmu disana? YA! Bukankah kau senang dengan air putih? Jadi, kenapa harus minum susu?”
SKAK MAT! Yesung tampak diam dan tak bisa menjawab lagi saat ini. Ia benar-benar bingung harus beralasan seperti apa lagi pada yeoja ini agar menemaninya di Kantor. Toh, Yesung pada dasarnya hanya ingin menatap Yura bersamanya dalam keadaan baik-baik saja. Bukankah itu menyenangkan?
“YA! Jika kau tidak mau juga tidak apa-apa, dasar gadis idiot!”
“Huhhh… kau marah?” tanya Yura saat kini Yesung menghentikan suapannya pada roti panggang dihadapannya itu. Namja itu tampak berbalik kearah samping dan mematuk wajahnya sebal.
“Geurae, aku akan ikut denganmu.” Lanjut Yura akhirnya, membuat Yesung sentak kembali menatapnya.
“Tidak usah! Bukankah tadi kau tidak mau?” sungut Yesung bermaksud untuk meyakinkan kalimat yeoja ini tadi.
“Ash! Sebenarnya maumu apa Kim Jong Woon? Tadi kau mengajakku, sekarang kau mengatakan tidak usah. Arasseo, aku tidak akan ikut!” Sahut Yura dengan nada melengking. Yeoja itu pun sentak berdiri dan hendak berbalik. Yesung melongo, bukankah tadi dia hanya menggertak gadis ini? Lalu kenapa malah tak jadi ikut?
“YA! Kau ini benar-benar gadis plin-plan, tadi kau bilang mau ikut, sekarang tidak mau. Ckckckckck! Aku tidak mau tau, kau harus ikut.” Yura sentak kembali berbalik dengan senyuman sinisnya. Tingkah Yesung ini benar-benar layaknya anak labil yang masih berusia 16 tahun!
“Huft….” Yura hanya menarik nafasnya panjang, lalu ia hembuskan dengan kasar. Mempunyai suami seaneh Yesung, membuatnya sedikit belajar untuk sabar.
***
* When It All Began, Who Iam? *
Yesung tampak membuka pintu mobilnya saat tiba-tiba saja Yura merengek minta berhenti dipertengahan jalan tiba-tiba. Entah apa yang diinginkan gadis ini.
“YA! Wae? Kita sudah terlambat ke kantor, jangan macam-macam Yura-ya.”
“Oppa, aku mau bubur di Toko itu. Ayo beli sebentar, ppali!”
“Mwo? YA! Kau mau beli bubur disana lagi?”
“Nde…”
“Tempat namja yang kemarin kau bilang menatapimu itu?”
“Nde.”
“ANDWE!”
“Mwoya? Wae? Hanya sebentar, ne? Aku akan segera kembali.” Ucap Yura yang hendak membuka pintu mobil mereka itu. Yesung tak terima, ia sontak saja mengunci pintu mobil ini.
“Huhh… biar aku saja yang membelinya, kau tunggullah disini.”
“Hummm… baiklah.” Yura mengangguk tak mengerti dengan kepanikan Yesung itu. Entahlah, namja itu bahkan lebih memilih membelikannya untuk Yura ketimbang gadis itu bertemu lagi dengan pemilik Toko bubur itu. Yura tampak terkikik pelan. Yesung sepertinya mulai belajar untuk memanjakannya.
Baiklah, sudah hampir 5 menit berlalu Yesung tak jua keluar dari Toko itu. Entah apa yang ia lakukan didalam sana. Yura mendengus, sudah sedari tadi ia menatapi pintu Toko itu dengan ekspresi sebal.
“Apa saja yang dilakukannnya?” Yura sontak membuka pintu mobilnya untuk keluar, berniat hendak menghampiri Yesung diseberang sana. Gadis itu tak menyadari, jika sejak tadi beberapa orang mulai memperhatikannya seraya berbisik-bisik tak jelas.
“Bukankah itu Kim Yura?” tanya salah seorang pria berbobot besar itu.
“Bukan, mana mungkin Yura dapat semulus dan turun dari mobil mewah seperti itu.”
“Tapi, wajahnya sangat mirip! Sudah beberapa bulan semenjak kita mengejarnya waktu itu, Yura menghilang. Dan kita harus sesekali mengawasi kekasihnya itu, siapa tau saja gadis itu memang Yura. Coba kau perhatikan lagi! Hanya berbeda pada baju yang mereka kenakan.”
“Benar Bos, sebaiknya kita hampiri gadis itu.”
“Hummm…” tampak para renternir itu menghampiri tempat berdiri Yura sekarang. Membuang puntung rokok mereka kesembarangan dan menyeringai sedikit mengerikan. Sedangkan Yura? Ia sama sekali terlalu bodoh untuk menyadari beberapa orang itu tengah menghampirinya.
“Kemana Yesung Oppa? Kenapa dia—”
“Selamat pagi Nona Kim Yura,” sapa beberapa orang seketika, membuat Yura sontak berbalik.
“Geurae? Nugusseyo?” balas Yura bingung akan beberapa orang yang mengenal dan menyebut namanya dengan lantang.
“Kau tak ingat pada kami, eh? Ah… jangan berpura-pura lupa seperti itu, kau memang pandai berakting Yura-shi. Sepertinya, kau sudah menjadi pengikut orang kaya, ne? Hahahaha…”
“Apa maksud kalian? Kalian mengenalku? Darimana?”
“YA! Kau boleh melupakan wajah kami ini, tapi tidak untuk semua hutang-hutangmu itu.”
“Hutang? Cah, jangan menipuku. Jika ingin uang, kalian harus bekerja. Dasar!” Yura sontak berbalik dan hendak masuk kembali kedalam mobil. Hingga seketika, salah satu dari Renternir itu pun mencengkram lengannya tiba-tiba, bermaksud untuk mencegat Yura masuk kedalam mobil.
“YA! Lepaskan tanganmu atau aku akan berteriak!”
“Wah… kau sama sekali sudah berubah Yura-shi. Biasanya kau akan menantang kami dan dengan cepat lari, tapi ini? Hahahaha, kami tak akan melepaskanmu lagi Yura-shi! Kami akan dipecat, jika sampai dalam beberapa bulan ini tidak menemukanmu.”
“Kalian mungkin salah orang, lepaskan!”
“Ani, kami tidak mungkin salah. Jika kau mau membayar semua hutangmu sekarang, kami juga tak akan bersikap seperti ini padamu. Sekarang, ikut kami sebentar untuk menghadap Bos besar nde?”
“ANDWE! YA!” Pekik Yura meringis saat ia merasakan seseorang lagi mencengkram lengannya. Yeoja itu sedikit memberontak, ia benar-benar takut sekarang.
***
Disatu sisi, tampak kini Yesung bergegas keluar dari Toko bubur itu setelah ia puas melotot pada semua penjaga Tukang bubur di Toko ini. Ia benar-benar ingin melihat namja yang yang kemarin menatapi istrinya itu! Yesung benar-benar ingin meyakinkan, jika namja itu tak jauh lebih tampan darinya.
“Terima kasih Tuan, aku harap Anda dapat sering kemari.” Ucap Eunhyuk seraya tersenyum dan membukakan pintu Toko ini untuk Yesung. Tak ketinggalan, Leeteuk yang gamam pun ikut mengikuti mereka dari belakang. Toh, Leeteuk amat sangat tau siapa pemuda yang bernama Kim Jong Woon ini.
“Nde, sama-sama. Hummm… lain kali, yang menatapi istri orang lain, ne?” balas Yesung polos, membuat Eunhyuk mengernyitkan dahinya bingung. Begitupula, Leeteuk.
“Mwo? Maksud Tuan?”
“Maksudku? Ohk… aku hanya tidak suka, jika salah satu diantara kalian mena—”
“OPPA! YA! LEPASKAN… YA!” Pekikan dari seseorang itu pun sontak saja membuat Yesung menghentikan kalimatnya dan sontak menoleh lurus kearah jalan. Tampak kini punggung Yura terlihat memberontak dan saling tarik menarik dengan segerombolan orang didekat mobil mewahnya itu.
DEG!
Tak hanya Yesung yang kini menoleh dengan kedua mata yang melotot, tetapi Leeteuk dan Eunhyuk. Sekalipun hanya bayangan punggung Yura lah yang terlihat, tapi Leeteuk yakin, jika gadis itu adalah…
“ASTAGA!”
=TBC=

No comments :

Post a Comment