Tittle : “OUR RING!”
Author : JEA ( http://mystarhistory09.wordpress.com/ )
Cast : Yesung Kim, Kim Yura, Eunhyuk Lee, Park Yun Ji,
Kim Sohee, And Others
Rating : PG + 17 / Straight
This Story Original From @Jjea_
Untuk Dean eon, Mianhae… aku malah milih ini cerita, bukannya ngepost yg Misteri itu kemaren. Wkwkwkwk, mollayo, Mood ku tiba2 mendadak mati ditengah jalan. Makanya, malah ngetik yg ini -_-!
Dean : Jeaaaa….. posternya belum jadi, jadi eon make poster ini dulu *PLAK * tar kalo udah ada eon ganti… hahahah. mumpung lagi on pc, jadi publish sekarang diblog XD *tawa nista
***
– ‘Takdir membuat semuanya mungkin
Dan Cinta membuat semuanya mudah…’
_“OUR RING!” PART 1_
Tampak, angin-angin itu berdendang berirama dengan gerak awan yang berpaling indah saat ini. Menyayupkan segumpalan pasir yang tertarik untuk berpindah tempat peraduan. Tak pernah ada yang salah pada dunia hari ini. Hanya saja, tampak sinar sang surya sana mengambil alih begitu pekat di singgasananya.
Takdir… kita bertemu dan saling mencintai, itu semua adalah takdir. Dari Tuhan, untukku dan untukmu.
*When It All Began, When We Meet!*
Embun pagi itu tampak bernafas begitu kasar, membuat beberapa orang tampak enggan untuk terbangun dari bilik mimpi mereka saat ini. Sama halnya, dengan gadis yang kini masih tergolek tak karuan dilantai dingin itu. Sudah sejak tadi ia mengerang ngilu, menahan dingin pagi yang seakan mencabuti kulit-kulit ditubuhnya.
“Eungh…” lenguh gadis itu seraya merekatkan kembali sebuah selimut tipis yang nampak lusuh ditubuhnya. Tak ada cara lain memang. Toh, ruangan rumahnya ini sudah tak ada lagi benda yang mampu digunakan, kecuali sikat gigi dan keperluan mandi lainnya. Kim Yura… itulah nama gadis itu. Seorang gadis yang malang dan dengan bodohnya terjebak hutang besar dengan seorang renternir kaya akibat ulah Pamannya sendiri.
“Aish… aku harus bangun dan mencari uang,” desah Yura dengan mata yang masih terpejam. Tubuhnya bergerak, seolah memaksakan diri untuk bangun dari alam tenangnya itu. Ia pun menghela, menatapi tak ada air ataupun makanan yang berada didalam ruangan ini. Semuanya sudah disita, dan bahkan nyaris dirinya pun ikut tersita oleh renternir kaya itu. Malang? Benar, ia harus menghidupi dirinya sendiri dan membayar semua hutang pamannya yang entah bagaimana dapat berpindah alih ke tangannya.
Orang tua Yura meninggal akibat terjadinya gempa beberapa tahun silam di Tokyo, Jepang. Hanya dia dan salah satu pamannya lah, yang kini tetap bertahan. Karna memang, pada saat kejadian itu Yura berada di Seoul untuk mengantarkan beberapa bahan Upacara kematian salah satu keluarganya saat itu.
“Baiklah, aku harus tetap semangat!” Yura sentak berdiri dan mengamit sweater Cream dan koper kecilnya untuk berjalan keluar. Yah, dia harus berpindah-pindah tempat agar para renternir itu tak mengetahui keberadaanya. Selama ini, hidup Yura tak pernah tenang. Ia nyaris seperti seorang tahanan yang selalu dikejar-kejar semua orang. Serabutan… mungkin itu cukup tepat untuk menggambarkan bagaimana kehidupannya selama ini.
CKLEK!
Pintu rumahnya terbuka, Yura tampak menunduk dan sesekali menatapi kearah kanan-kirinya, berharap tak ada orang yang akan mencarinya hari ini. Kosong! Sepertinya orang-orang itu belum mengetahui keberadaan Yura kali ini.
“Hhh… untunglah…” desah Yura seraya menghela nafas leganya dengan panjang. Gadis itu hendak berbalik dan mengunci pintu rumahnya. Sampai seketika—
“Hey, Kim Yura!” Pekik seseorang seketika, membuat Yura sontak hampir melompat dari tempat ia berdiri sekarang. Gadis itu berbalik dengan geram, terlihat jelas jika ia cukup terkejut atas teriakan itu.
“YA! Eunhyuk Oppa, tidak bisakah kau datang dengan baik-baik tanpa teriakan menyebalkan itu, huh?” Yura merengut seraya menepuk pelan bahu namja yang selama ini selalu menemaninya itu. Namja bernama Eunhyuk itu terkekeh pelan dan mengusap puncak kepala Yura dengan gemas.
Lee Hyuk Jae atau yang akrab disapa dengan nama EUNHYUK ini adalah seorang namja yang tak jauh berbeda dengan Yura. Serabutan! Namun bedanya, Eunhyuk masih memiliki pekerjaan yang tetap. Seorang pengantar bubur yang begitu terkenal di Kota ini.
“Apa semalam kau tidur nyenyak?” Eunhyuk tampak menatap sayu kearah Yura. Gadis itu tersneyum dan mengelus lembut pipi kanan Eunhyuk untuk beberapa waktu.
“Tidak perlu kuatir Oppa, aku ini Kim Yura.” Balas Yura seraya bermaksud untuk menenangkan kekuatiran Eunhyuk yang selalu berlebihan padanya. Sebenarnya, mereka adalah pasangan yang cukup serasi. Namun sayang, Yura masih belum ingin menambah beban Eunhyuk disaat ia masih terbelit hutang seperti ini. Jika saja Yura tak memiliki banyak hutang yang harus ia selesaikan, mungkin sekarang ia sudah bahagia hidup dengan Eunhyuk.
Yah, Eunhyuk dan Yura adalah sepasang kekasih. Mereka telah menjalin hubungan semenjak setengah bulan yang lalu. Yura, memang gadis yang cukup cantik memang. Dan Eunhyuk, jika saja ia ingin mencoba. Mungkin, Eunhyuk dapat menjadi seorang penyanyi, karna memang ia mempunyai suara yang sangat bagus.
“Kau belum sarapan?” tanya Eunhyuk yang sentak saja membuat lamunan Yura buyar seketika. Gadis itu menggeleng, sesungguhnya ia memang sangat lapar.
“Ini—aku ada bubur untuk—” perkataan Eunhyuk kontan saja terhenti saat Yura malah seolah bersembunyi dibalik tubuhnya. Wajah gadis itu memucat, sepertinya para anak buah renternir itu kembali menemukan tempat persembunyiannya.
“SIAL!” Umpat Yura panik. Beberapa namja bertubuh besar itu perlahan-lahan tampak tersenyum dan hendak menghampiri mereka.
“Oppa… nanti aku akan menelponmu, ne?”
“Ne? Tap—” belum sempat Eunhyuk hendak menyambungkan kalimatnya dengan sempurna, Yura telah lebih dulu berlari kesegala arah. Gadis itu sepertinya sudah sangat terbiasa dengan kejar-mengejar seperti ini. Eunhyuk terdiam, tampak beberapa namja itu sentak ikut berlari mengejar Yura. Selalu seperti ini, Eunhyuk tak pernah bisa membawa dan mengajak Yura dengan tenang, selalu saja berakhir dengan lomba lari seperti ini.
Sebenarnya, Eunhyuk tau jika Yura banyak dililit hutang, tapi Yura tak pernah ingin Eunhyuk membantunya, seolah gadis itu lebih suka berlari-lari kesana kemari untuk menghindari para renternir itu. Tak ada yang bisa ia lakukan, selain diam dan menunggu telpon dari Yura saat ia telah bebas dari kejaran itu. Yura memang gadis yang cukup pintar, ia sudah terbiasa dengan keadaan yang seperti ini.
“YA! KIM YURA…!” Teriak beberapa namja bertubuh besar itu seraya berlari dan berusaha menggapai koper yang masih saja dibawah gadis itu. Entahlah, Yura merasa jika koper itu juga harus diselamatkan. Karna bagaimana pun juga, hanya koper itulah yang kini ia punyai.
“Huhhh… huhhh…” deru nafas Yura terdengar tak beraturan lagi sekarang. Ia terlihat seolah terbakar api yang begitu panas dengan keringat dingin mengucur dari skitar tubuhnya.
“Heish… SHITTT!” Umpatnya kesal tatkala para anak buah renternir itu terus saja mengejarnya. Padahal, Yura sudah sangat kelelehan. Toh, bagaimanapun juga dia seorang perempuan dan harus berlari dengan menggeret koper kecil ditangannya.
“YA! KIM YURA-SHI… Berhenti!” Pekik salah satu dari lelaki itu, membuat Yura semakin gencar melanjutkan larinya. Jika terus seperti ini, bahkan Yura dapat menjadi atlet Lari wanita Korea nantinya.
‘Apa mereka tak lelah mengejarku? Dasar bodoh!’
Gumam Yura seraya terus berlari dan berlari. Ia sudah yakin, jika kali ini ia tak akan tertangkap lagi. Sesungguhnya, ia tak perduli lagi akan akibat dari pengejaran itu. Entah jemuran orang lain yang akan tersangkut atau binatang kecil yang ia injak. Ia tampak tak perduli! Toh, tak ada yang paling penting dari nyawanya saat ini.
***
Disatu sisi, terlihat seorang namja tampan tengah melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sesekali, terdengar ia mengutuk, berbicara kasar, dan mengumpat sesuatu hal tak terkontrol. Matanya memerah, seolah ada sebuah rasa yang berkecamuk dalam dirinya saat ini. Yah, bisa dikatakan jika ia juga tengah menahan airmatanya itu.
“PUTUS KATANYA! PUTUS? Mudah sekali dia berkata seperti itu!” Namja tampan itu pun kembali berucap lirih. Ia tak tau harus berbicara dan mengungkapkan emosinya kepada siapa selain dirinya sendiri seperti itu. Mungkin, ia berharap dapat jauh lebih baik setelah ini.
“Baiklah, baiklah jika itu memang maumu. Semua yeoja sama saja, RACUN DUNIA! Argh…” lanjutnya kesal seraya semakin menambah kecepatan laju mobilnya itu. Tampak tangan kanannya sedari tadi memegang sebuah kotak kecil yang berisi sepasang cincin untuk sepasang kekasih. Tak perduli pada kotak itu, dibantingnya cepat kotak tak bersalah itu ke jok belakang mobilnya. Ia menarik nafas, lalu menghentikan mobilnya itu dengan hentakan cepat.
Perlahan tapi pasti air matanya mulai menganak sungai. Wajahnya menangkup, menenggelamkan segera wajahnya pada stir mobil mewahnya. KIM JONG WOON … itulah nama namja tampan yang kini tengah berada ditingkat tinggi kegalauan itu. Tapi sepertinya, semua orang lebih mengenalnya dengan sebutan Yesung. Yah, YESUNG!
“Aku sangat mencintaimu dan aku tau jika kau juga masih mencintaiku, tapi kenapa? Kenapa? KENAPA? Kenapa kau lebih memilih namja yang dijodohkan denganmu itu daripada aku? Apa kurangnya seorang Yesung? Aku tampan, kaya, menarik dan berkribadian hangat. Aish…” ucap Yesung lagi, mencoba meluapkan semua emosinya. Baiklah, ia benar-benar terlihat frustasi akibat seorang yeoja.
“Apa yang harus aku lakukan? Aku—” belum sempat Yesung melanjutkan curhatannya dengan mobil kesayangannya itu. Seketika, terdengar pintu mobil belakangnya terbuka. Yesung sontak mendongak! Ia dengan cepat menoleh dan menatapi seorang yeoja tengah terburu-buru masuk dan duduk kedalam mobilnya tanpa permisi lagi. Yesung melongo, untuk beberapa detik ia hanya mengerjap-ngerjap tak karuan.
“Ayo, cepat jalan Ahjussi!” Pinta yeoja itu dengan raut panik. Yesung menganga, apa ia terlihat seperti seorang supir Taxi? Dan itu—Ahjusshi?
“YA… YA… YA! Nugusseyo?” Kenapa kau—”
“Cepat pergi! Ppaliwa…!” Bentak gadis yang tak lain dan tak bukan adalah KIM YURA itu. Entahlah, dimana jalan pikirannya sehingga ia masuk kedalam mobil asing seperti ini. Baginya, yang terpenting adalah nyawanya sekarang. Tertangkap ditangan para renternir itu, sama saja ia masuk kedalam mulut singa bermuka empat!
“Kau pikir aku siapa? Supir taksi? Cepat keluar…” bentak Yesung tak mau kalah. Yeoja ini memang tak tau, jika namja itu sedang dalam emosi. Bahkan ia tak sadar jika kini ia malah berada ditengah mulut singa berkepala labil.
“Aku akan membayarmu nantinya, tak usah kuatir Ahjusshi.” Kali ini, Yura seolah berkata dengan nada pelasan. Membayar? Apa katanya? Membayar Bahkan untuk minum saja, ia tak bisa membayarnya.
“Aku tidak butuh bayaranmu! Aku hanya—aku hanya butuh dia. Kenapa dia harus meninggalkanku dan memilih orang lain. Selama ini, aku terus mengalah dan membiarkannya bertindak sesuka hatinya padaku. Tapi sekarang apa? Dia malah pergi begitu saja dan memutuskanku dengan mudahnya. Apakah dia tidak berpikir sebarapa lama kami telah menjalin hubungan!” Yura sontak menghentikan kepanakinnya untuk sesaat. Ia mendongak dan menatapi namja dihadapannya ini dengan seksama. Kenapa namja itu malah curhat dengannya? Sekalipun ia ditinggalkan kekasihnya. Toh, itu tak jadi masalah untuk Yura.
“Ahjussi, nanti saja kau lanjutkan kisah drama-mu itu padaku. Sekarang, kita pergi darisini! Ppali…” Yesung memicing! Kenapa gadis ini yang menyuruhnya?
“YA! Kau pikir kau siapa? Seenaknya saja masuk kedalam mobil orang lain dan menyuruh pergi. Kau perampok? Atau jangan-jangan kau seorang penculik, huh? Akhir-akhir ini banyak seklai kejahatan yang berkedok seperti ini. CEPAT KELUAR!”
“Aku tidak mau! Kumohon, cepatlah pergi…”
“YA! Aku tidak mau terlibat dalam masalah karna membantu orang lain. Cepat keluar atau aku akan melaporkanmu ke Polisi.”
“Aku tidak bisa keluar sekarang…”
“Cepat keluar!”
“Aku tidak mau…”
“YA!”
“Aku tidak mau!” Bentak Yura seraya memanggut ketakutan dan sedikit melotot kearah luar jendela. Gadis itu mengumpat kecil, dan dengan cepat merunduk seolah ia ingin beresembunyi.
“Ash… itu mereka. YA! Ahjusshi, kumohon cepatlah jalankan mobilmu ini.”
“Aku tidak mau.” Balas Yesung sinis seolah mengulang jawaban Yura tadi padanya. Gadis itu mencibir kesal, ingin sekali ia melempar batu pada pria ini.
“Ahjusshi, jeballyo…”
“Berhenti memanggilku Ahjusshi!”
“Ash… ayolah…” Yura tampak melirik kearah segerombolan pria-pria bertubuh tinggi tak jauh dari mobil mewah itu terparkir. Yura menghela nafas, bisa mati jika sampai ia tertangkap.
“Kenapa aku harus melakukan itu, eh? Ah… apa kau bersembunyi dari mereka?” tebak Yesung menyelidik seraya menunjuk-nunjuk segerombolan anak buah renternir itu. SKAK MAT! Yura kembali menghela nafasnya.
“Aku…”
“YA! Apa kau mencuri sesuatu dari mereka? Atau jangan-jangan kau seorang buronan? Ckckckck, jika seperti itu, aku tidak mau terlibat. Dan sekarang, keluarlah dari mobilku!” Yura tampak diam, sepertinya wajah cantiknya itu kini tengah memucat ketakutan.
“Kenapa kau diam saja? Ash… baiklah, jika kau tidak mau turun dari mobilku. Dengan amat terpaksa, aku akan memaksamu dengan caraku sendiri.” Yesung sentak membuka kaca mobilnya dan menatap senang kearah segerombolan renternir itu. Yura mendadak beku! Habislah… riwayatnya kali ini.
“Ahjusshi, apa kalian tengah mencari seorang yeoja, heh?” pekik Yesung membuat Yura meneguk air liurnya susah payah. Yeoja itu benar-benar tampak panik dan ketakutan saat para renternir itu pun saling menatap sejenak. Sepertinya kali ini, mereka malah hendak menghampiri mobil mewah Yesung itu.
“Pabboya! Kenapa kau malah memberitahu mereka? Cepat jalan!” Yura tampak kalang kabut saat ini
“Untuk apa? Itu urusanmu…” Balas Yesung dingin.
“Kau tau mereka itu siapa? Mereka itu—mereka itu pembunuh, dan ingin memperkosaku! Sepertinya, kau akan dibunuh mereka juga sebentar lagi.
“M-mwo? Pem-pembunuh? Pemerkosa?”
“NDE! Untuk itu cepatlah jalan. Kau ingin kita mati sekarang? Atau kau ingin melihatku diperkosa lalu mati? Jika iya, orang yang pertama kuhantui itu adalah kau, ARA?”
“Kau sedang tak bercanda?” tanya Yesung yang sepertinya ikut panik dan segera menutup kaca mobilnya itu.
“Memangnya untuk apa aku bercanda denganmu, huh?” Balas Yura tatkala para renternir itu memukul-mukul kaca mobil Yesung. Gadis itu panik! Begitupula Yesung. Dalam pikirannya, raut yeoja itu cukup meyakinkan.
“Baiklah, cepat kau berpegangan dengan apa saja!” Pekik Yesung seraya menatap lurus kearah jalan dihadapannya dan tampak mulai menghidupkan gas. Mobil itu sentak melaju dengan cepat. Sepertinya Yesung memang sudah termakan dengan omongan bualan yeoja yang belum ia kenal itu. Yura menghela, sepertinya untuk beberapa detik ia dapat bernafas lega.
“YA! KIM YURA…” terdengar suara tinggi para renternir itu tatkala mobil Yesung telah melaju dan pergi dari tempat itu. Mereka tak kehilangan kesempatan. Dengan segera segerombolan renternir itu ikut mengejar mobil Yesung. Jadilah, kini mereka tangah saling susul-menyusul.
“Aish… kenapa mereka masih mengejar kita.” Ucap Yura tampak cemas. Sesekali, tampak ia menoleh kearah belakang, memastikan jika para renternir bodoh itu tertinggal.
“Tenanglah Agasshi, aku pengendara yang hebat.” Timpal Yesung seraya kembali menaikan kecepatan mobilnya diatas maksimal. Yura terdiam! Sejujurnya ia sedikit takut sekarang. Tak ada yang dapat Yura lakukan lagi saat ini, ia benar-benar merasa bersalah pada namja yang bahkan ia belum tau namanya itu.
“Eh…” Yura tampak berjengit sesaat. Entahlah, kaki kanannya seolah menyentuh sesuatu; sebuah kotak kecil yang berada tepat diujung kakinya. Yura menimbang sesuatu sesaat, sampai ia memutuskan diri untuk merunduk dan mengambil kota kecil itu dengan hati-hati.
“Whoaaa…” decak Yura sesaat setelah ia membuka kotak itu. INDAH! Sebuah cincin tergeletak manis berpasangan didalamnya.
“Ini cantik sekali!” Pekik Yura tersenyum senang. Mungkin, ia belum pernah menatap cincin berlian seberkilau itu. Yesung yang tadinya fokus menatap jalan, kini malah meluangkan perhatiannya untuk menatapi gadis dibelakangnya itu dengan kaca spion mobil diatasnya. Mata Yesung sentak terbelalak! Cincin itu… cincin yang akan ia berikan pada tunangannya yang kini telah memutuskannya secara sepihak!
“YA! Apa yang kau lakukan? Letakkan cincin itu kebawah…” bentak Yesung keras. Yura menatapinya tak rela. Baginya, cincin ini sangatlah manis dipandang mata.
“Padahal, jika dijual ini pasti akan mahal. Dan, aku mungkin bisa membayar semua—”
“YA! Kubilang letakan itu!”
“Ish… ARA! Aku hanya melihatnya saja. Tapi—apa boleh aku memakainya sejenak dan memfotonya? Aku hanya ingin—”
“ANIYA!” Pekik Yesung geram. Yura mendengus, kenapa sepertinya namja ini pelit sekali?
“Aku tidak akan mencurinya Ahjusshi, aku hanya ingin memastikannya saja, apakah cocok dan tidak dijari manisku.” Yura sontak berbicara itu seraya memasangkan salah satu cincin berlian itu dijari manisnya. Yesung yang mengetahui itupun sontak saja melotot garang.
“Wah, kenapa ukurannya cocok sekali?” Yura melompat senang. Sepertinya gadis keras kepala ini sudah tak memperdulikan lagi para renternir yang memang telah ketinggalan jauh itu. Yesung menghela nafas seraya menahan emosinya.
“YA! Jangan pernah menyentuh barang-barangku sembarangan!” Bentak Yesung seketika. Ia benar-benar sudah tak tahan lagi, jika ada seseorang yang dengan beraninya menyentuh barang pribadi kesayangan miliknya. Tidak untuk yeoja itu, dan orang lain.
Sepertinya, Yura tak memperhatikan kekesalan namja itu. Ia lebih sibuk tersenyum dengan memotret jari tangannya melalui ponselnya. Ia ingin kelak, memperlihatkannya pada Eunhyuk.
“YA! KAU—” dengan hembusan nafas beratnya, Yesung sontak saja berbalik dan ingin mengambil paksa cincin itu dari tangan Yura. Berbalik? Bukankah ia tengah menyetir? Lalu…
“YA! Ahjusshi itu—AWAS!… AWAS…!” Pekik Yura panik tatkala kini ia merasakan mobil mewah ini bergerak oleng tak tentu. Yesung yang sadar akan hal itu pun ingin sekali menempatkan posisinya seperti semula. Namun sayang, ia kalah cepat dengan waktu. Hingga seketika—
“ARGH…”
BRAAAKKKK!
Bunyi hentaman benda keras itu terdengar memilukan seketika. Hembusan asap putih bergumul dengan riangnya disisi depan mobil mewah itu. Hening! Hanya sayup suara riaknya bensin yang setitik-titik perlahan mendengar. Sayang sekali, sebuah mobil dengan jutaan harga milyaran itu harus berakhir akibat berpadu dengan sebuah pohon besar.
“Huhhh… huhhh…” Yura tampak berusaha mengerjapkan matanya perlahan. Dapat ia rasa, jika kini ada seseorang tubuh lagi yang menimpa tubuhnya dengan banyak darah. Tubuhnya melemas, seperti ada sesuatu yang menghantamnya dengan keras. GELAP! Untuk yang terakhir kalinya, ia hanya dapat menatap sebuah cahaya yang berwarna merah sebelum ia juga menautup mata, sama halnya dengan namja yang kini berada dipangkuannya itu.
“AMBULANCE… CEPAT PANGGILKAN AMBULANCE!” Pekik beberapa orang yang mulai bermunculan dilokasi kejadian. Miris? Tentu saja… kedua orang itu tampak tak berdaya dengan linangan darah dari kepala dan bagian organ tubuh mereka yang lain.
Angin tampak bersayup kencang, membiarkan suara petir itu menggema seiring berjalannya dengan sinar sang mentari yang seolah melawan cahaya kilat itu. Dunia… mungkin sekarang, ia tengah menyampaikan sesuatu pada semua manusia saat ini. Entah apa itu.
***
‘Apakah… aku mencintaimu karna takdir?
Atau sebenarnya, takdirlah yang menyuruhku mencintaimu?
Atau…
Ini bukan salah takdir, tapi ini memang salah hatiku?’
*When It All Began, Just Me and You!*
@Seoul Hospital, Seoul –South Korea-
_1 Minggu Kemudian_
Hening! Didalam ruangan putih ini, hanya ada keheningan terdengar. Beberapa alat medis tersemat dibagian organ namja tampan ini. Entahlah, apa saja yang ia lakukan selama terbaring diatas ranjang tempat itu.
“Hhhh… Hhhh…” hembusan nafasnya terdengar cepat seketika, membuat seorang wanita paruh baya kontan mendekat kearah anak lelakinya itu.
“Yesung-ie…” desah wanita itu sembari menggenggam tangan kanan Yesung dengan cucuran air matanya. Sepertinya, Yesung mencoba dan berusaha membuka matanya perlahan-lahan. Ia ingin melihat sesuatu lagi didunia ini; melihat Eomma-nya dan berbagai pemandangan yang indha lainnya.
“Eo—eomma…” desah Yesung sedikit terbata. Kedua matanya telah membuka sepenuhnya. Sekalipun tubuhnya itu masih tampak kelu dan nyeri. Namun, Yesung merasakan sebuah kelegaan yang amat luar biasa, Ia masih hidup!
“Yesung-ie, untunglah kau sudah sadar. Eomma benar-benar cemas saat kau mengalami koma. Eomma takut…” wanita paruh baya yang tak lain adalah Nyonya Kim ini tampak tersenyum dalam balutan air mata kebahagiaannya. Yesung menautkan alis, sepertinya ada sesuatu hal yang ia bingungkan disini. KOMA?
“Sebentar, Eomma akan memanggil Dokter Minho lebih dulu.” Nyonya Kim tampak dengan segera menekan sebuah tombol yang terdapat didekat Yesung. Ia kembali tersneyum, betapa naluri seorang ibunya begitu tampak terasa.
“Eomma… kenapa—kenapa aku bisa berada disini?” tanya Yesung sesaat setelah ia merasa sadar akan semuanya.
“Apa kau tak ingat sayang? Kau mengalami kecelakaan seminggu yang lalu,”
“MWO?”
“Kau koma selama ini. Tapi, kau tak perlu kuatir. Semuanya akan baik-baik saja.”
“Kecelakaan? Koma? Ani, bukannya aku hanya jatuh di Sekolah?”
“Nde? Sekolah?” Nyonya Kim tampak menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal. Untunglah dengan cepat seorang Dokter dan bebebrapa Suster datang menghampiri mereka.
“Dokter, apa yang terjadi dengan Putraku?” tandas Nyonya Kim tak sabaran.
“Yesung-ie… kau ingat kecelakaan seminggu yang lalu itu?”
“Kecelakaan apanya? Aku hanya jatuh di Sekolah.”
“Kau sudah kuliah sayang…” timpal Nyonya cemas.
“Mwo? Kuliah? Aku sudah kuliah?” tanya Yesung berbalik. Dokter Minho itu pun hanya mampu menghela nafas dan menatap Yesung dengan seksama.
“Sudah kuduga ini akan terjadi,”
“Mwo? Apa maksud Dokter?”
“Nyonya Kim, Yesung mengalami Amnesia separuh. Benturan kepelanya cukup keras akibat kecelakaan itu, membuatnya kehilangan ingatannya seperuh dari perjalanan kehidupannya. Kejadian yang ia alami beberapa tahun belakang ini, tak akan ia ingat lagi. Untuk lebih lanjut, kita bicarakan ini diruangan saya saja.”
“Baik Dok, nanti aku akan menyusul.” Balas Nyonya Kim gamam. Dokter itu tampak tersenyum dan dengan cepat berbalik dan melenggang pergi.
“Yesungie…” Nyonya Kim tampak kembali menangis, memegangi kembali tangan Yesung yang masih terbalut alat medis. Ia benar-benar cukup prihatin dengan kondisi Putra pertamanya itu.
“Eomma… jadi maksudnya—aku hanya ingat kejadian sampai aku berumur 17 tahun saja?”
“Tenanglah sayang, Eomma akan membantumu mengingat semuanya, termasuk tentang tunanganmu itu.”
“Tu-tunanganku?”
“Geurae, tunanganmu juga ikut dalam kecelakaan itu. Kau tau? Dia berada tepat disamping ruang inapmu ini. Dia cantik sekali Yesung-ie, kenapa kau baru mau mengenalkannya pada Eomma sekarang huh? Selama ini, kau hanya menyembunyikan identitasnya, lalu membuat Eomma jantungan dengan mengatakan… kau akan membawa gadis yang kau sukai itu kepada Eomma dan Appa seminggu yang lalu.”
“Mwo?”
“Selama ini, Eomma tidak tau apa alasanmu menyembunyikan gadis itu pada kami, tapi yang jelas siapapun gadis itu, Eomma dan Appa akan menerimanya. Kau tak perlu sungkan lagi, walaupun dia bukanlah gadis dalam kalangan berada sekalipun.” Yesung tampak semakin bingung. Semuanya, benar-benar terasa baru didalam ruang otaknya. Sepertinya, Nyonya Kim akan melanjutkan ceritanya lebih dalam lagi. Sampai seketika—
“Nyonya Kim, maaf mengganggu sebentar,” ucap seorang Suster sentak membuat wanita paruh baya itu menoleh.
“Waeyo?”
“Calon menantu Anda diruang sebelah juga sudah sadar.”
“Jeongmal? Ah… Syukurlah. Yesung-ie, tunanganmu sudah sadar. Changkam, Eomma akan melihat kondisinya lebih dulu.” Ucap Nyonya Kim antusias. Yesung mengerutkan dahinya tatkala kini Eomma-nya itu tampak dengan cekatan berdiri dan berjalan menuju luar. Bahkan ia tak ingat sama sekali, siapa tunangannya itu!
Langkah Nyonya Kim sentak terhenti disebuah kamar dengan nomor 107 itu. Tak ada yang berbeda dari ruangan Yesung, hanya saja ranjang itu ditempati dengan seorang gadis. Gadis yang memiliki kelopak dan rambut panjang yang begitu indah; Kim Yura.
Tanpa basa-basi lagi, Nyonya Kim pun sentak memeluk gadis itu dengan erat. Yura berjengit, ia sedikit terkejut akan tindakan wanita paruh baya itu.
“Syukurlah, kau tidak apa-apa sayang.” Ucap Nyonya Kim lega.
“Emmm… mianhae Bibi. Tapi, Nugusseyo?” tanya Yera bingung setengah mati. Tubuhnya masih terasa kaku, namun Yura memang gadis yang cukup kuat. Buktinya, ia sudah bisa duduk dan bersandar santai di bantalan belakangnya.
“Yah, kita memang belum sempat bertemu sebelumnya. Yesung memang belum sempat memperkenalkanmu pada Bibi. Bibi ini adalah Eomma dari Yesung.”
“Yesung? Hummm… nuguya?”
“Mwo? Kau tak mengenal tunanganmu sendiri, eh?”
“Tu-tunangan?”
“Nde. Kalian kecelakaan dalam satu mobil yang sama, dan baru saja Yesung juga bangun dari komanya.”
“Kecelakaan? Koma?”
“Lihatlah jari manismu, kau masih memakai cincin yang Yesung pernah perlihatkan pada Bibi. Dulu, dia mengatakan akan memasangkan cincin ini pada gadis yang ia sukai.” Yura sontak menatap tangan kanannya yang memang berhiaskan sebuah cincin berlian yang begitu indah.
“Bahkan kotak cincin yang satunya pun kalian pegang bersamaan saat itu. Kalian saling berdekapan dengan mesra. Sungguh, kalian benar-benar sangat manis.”
“Huh?”
“Sesaat sebelum itu, Yesung mengatakan jika dia akan memperkenalkan seorang gadis yang ia ingin nikahi pada kami, tapi ternyata kecelakaan itu terjadi. Untung kalian tidak apa-apa.”
“Menikah?”
“Nde, kau senang? Ah ya, sebelumnya, siapa namamu cantik?” Nyonya Kim tampak mengusap pipi Yura dengan lembut. Entahlah, Yura seolah merasakan kerinduan akan sesuatu hal.
“Nama? Namaku?”
“Nde, namamu.” Tampak Nyonya Kim berkerut dahi menatapi ekspresi gadis dihadapannya itu.
“Namaku—siapa? Hummm… aku—aku tidak—aku tidak ingat semuanya.”
“MWO?” sentak saja Nyonya Kim tampak mengalihkan pandangannya pada seorang Suster yang memang masih berada disana.
“Suster, apa yang terjadi?” tanya Nyonya Kim cemas.
“Silahkan ke ruangan Dokter untuk lebih detail-nya Nyonya. Sepertinya, calon menantu Anda ini juga mengalami guncangan dan benturan yang cukup keras, sama halnya dengan putra Anda. Namun, perbedaannya adalah… gadis ini mengalami Amnesia akut, yaitu dia sama sekali tak mengingat siapa jati dirinya yang sebenarnya. Mungkin, karna benturan yang dialami gadis ini, jauh lebih keras dari Putra Anda.”
“MWO? Jadi maksudmu, Anakku dan calon menantuku sama-sama mengalami AMNESIA?” tanya Nyonya Kim tak percaya. Sedangkan Yura? Gadis itu hanya mengerjap-ngerjap polos; tak mengerti.
‘Calon—menantu?’
Gumam Yura bingung.
-TBC-
No comments :
Post a Comment