OUR RING! PART 9

  No comments

[Other FF] “OUR RING” Part 9 [Yesung-Yura]

YERAOURRING
Tittle                  : “OUR RING!”
Cast                    : Yesung Kim, Kim Yura, Eunhyuk Lee, Kim Sohee, Park Yun Ji,
                              And Others
Rating               : PG + 17 / Straight

This Story Original From @Jjea_

***


              ‘Apa dia—’
              Yesung sentak mendongak menatap punggung Yura yang perlahan-lahan semakin menjauh darinya. Kedua mata namja itu sontak saja memicing, hingga didetik berikutnya kedua kaki jenjangnya mulai tampak bergerak mengejar Yura.

‘Terkadang… karena tak ingin menyakiti perasaan seseorang,
Kamu penuhi apa yang dia inginkan.
Dan tanpa kamu sadari,
Dirimulah yang akhirnya terluka….’


_“OUR RING!” PART 9_

Kerlip lilin melayang hening akibat angin, bersinar untuk menyusupi rongga-rongga kiasan dalam kekelaman jiwa. Layaknya sebuah luka, terkadang ia terlihat begitu jelas, terkadang pula ia seolah menghitam tak terlihat. Entah itu krikil tajam yang menghunus atau bukan, tetap saja… sang awan itu diam dan hanya bergerak tanpa semua orang perhatikan. Hidup! Yah, seperti inilah hidup.

* When It All Began, What, Why and How? *

Tampak layangan angin ditempat ini menerpa ringan baju dan helaian rambut Yura dengan liukan indah, mengibarkan secara acak beberapa bagian apapun yang berada ditubuhnya kini. Tak penting akan hal itu, Yura pun semakin mempercepat langkahnya dengan raut muram. Entahlah… kenapa kebohongan yang dibuat Yesung itu dapat menyakitinya seperti ini, seolah-olah ia merasakan dinomor duakan dan itu terasa cukup menyakitkan!
“Kim Yura!” Untuk yang entah keberapa kalinya, Yura tak memperdulikan teriakan itu. Ia seolah muak, sangat muak!
“YA! Changkam…” tangan kanan Yura sontak tertarik oleh seseorang. Gadis itu tak menoleh, ia semakin gencar untuk memberontak.
Yesung diam, kedua manik matanya tampak dengan tajam menatapi Yura, tanpa mengerjap.  Ia seakan tak perduli, jika cengkramannya itu bahkan dapat menyakiti Yura.
“Lepaskan aku! Aku ingin pulang, aku hanya ingin pulang sek—”
“Aku minta maaf…” sela Yesung cepat, membuat gadis itu sontak terdiam.
“Aku tidak tau, jika semua ini menyakitimu. Aku kira kau tidak perduli apapun dan dengan siapapun orang yang dekat denganku.” Lanjut namja itu tajam.
“Hahhh… aku memang seharusnya tidak perduli. Dan sekarang, aku akan berusaha untuk tidak perduli lagi.” Yura sentak menghempaskan cengkraman tangan Yesung dan hendak lekas pergi. Namun toh, itu tidaklah mudah, mengingat cengkaman Yesung malah semakin kuat.
“YA! Kau pikir kau bisa berbuat seperti ini, huh?”
“Nde. Kau saja bisa berbuat seenaknya, kau pikir aku tidak bisa melakukan hal yang sama Kim Jong Woon?”
“YA! Kim Yura—”
“Mwo? Kau ingin membela diri lagi? Sudahlah, aku lah yang salah disini. Jadi kumohon, lepaskan tanganmu dan menjauhlah dariku.”
“Kau ini sebenarnya kenapa? Apa kau marah karna aku membohongimu, huh?” ucap Yesung tak kalah kencang. Tampak dadanya mulai naik turun tak jelas.
“Bukankah kemarin kau sudah memaafkanku? Kalau begitu, apa kau marah karna aku tak memperdulikanmu? Karna ponsel ini?” Yesung sentak mengangkat ponsel hitam miliknya. Tangannya mengeras, seolah ia memegang badan ponsel itu dengan kencang. Yura tak menjawab, bahkan ia bingung harus membalas apa.
“Jika benar karna ini—” Yesung sentak menggantungkan kalimatnya dititik itu dan berbalik. Entah apa yang akan ia lakukan sekarang, hingga kini tangannya berayun dan sentak menghempaskan ponselnya itu ke pantai dengan kencang.
Yura sontak menganga terkejut, sepertinya Yesung benar-benar tak main-main. Ponsel itu kini terhempas, tenggelam diantara ombak-ombak yang meninggi bersama angin.
“Bagaimana? Kau puas, huh?” Yesung tampak kembali berpaling dan memicing menatap Yura.
“Apa sekarang kau sudah tenang? Jangan bersikap kekanak-kanakan lagi Kim Yura! Yun Ji adalah temanku, aku memang mengaku salah karna aku tak mengatakan sejujurnya padamu dari awal. Apa kau sadar? aku hanya tak ingin kau salah paham. Yun Ji membutuhkanku, dia sakit tinggi waktu itu. Lalu, bagaimana mungkin aku meninggalkannya dan pergi bulan madu dengan tenang bersamamu.” hentak Yesung membuat Yura kembali mendongak menatapnya.
“Jika kau mau, kau bisa melakukannya. Kau pikir saat itu aku juga tak membutuhkanmu? Teman? Bukankah dia mantan kekasihmu? Lihatlah… sekalipun kau mengalami amnesia dan lupa ingatan, tapi perasaanmu masih melekat padanya. Bahkan kau lari dengan begitu panik padanya, dan meninggalkanku yang mungkin dulu maupun sekarang tak punya arti apa-apa untukmu. Yah, aku cukup dapat merasakan itu.”
“YA! Kau ini bicara apa? Kenapa kau hobi sekali melebih-lebihkan permasalahan?”
“Aku tidak melebih-lebihkannya. Inilah perasaanku yang sebenarnya… sekalipun kau melempar ponsel-mu itu sampai sejauh mungkin, tapi otak dan hatimu tetap memikirkan yeoja itu. Aku bisa apa?” balas Yura dengan nada yang cukup bergetar hebat. Entahlah, kenapa ia dapat merasa seberat ini. Yesung tak melakukan apapun, bahkan ia tak berniat lagi untuk menyahuti kalimat Yura, seolah membiarkan kedua matanya lah yang kini menunjuk tajam pada yeoja itu.
“Aku ingin sendiri, lepaskan tanganmu.” Lanjut yeoja itu seraya kembali memberontak singkat. Terlepas… kali ini sepertinya Yesung membiarkannya pergi begitu saja.
               ‘Maafkan aku Yesung Oppa, bukan maksudku seperti ini. Tapi entahlah, rasanya aku bahkan sulit untuk mengartikannya sendiri. Kenapa—kenapa aku seolah merasa sangat cemburu dan sakit hati seperti ini? Apa karna—’
Tubuh Yura sentak berbalik dan berjalan menjauhi Yesung perlahan. Air hangat itu tiba-tiba saja terjatuh dari kedua kelopak matanya.
               ‘Apa karna aku sudah mulai menyukaimu? Tapi anehnya, aku merasa ini tidaklah benar. Aniya! Aku harus menjauhimu dan berpikir terlebih dulu tentang perasaanku ini…’
Yura hanya mampu mempercepat langkahnya tanpa berbalik, membiarkan kakinya menjauh dari Yesung yang tanpa berkedip menatapi punggungnya sejak tadi. Selimut yang tadi Yesung niatkan untuk menghangatkan tubuh gadis itu, kini sudah jatuh tak berdaya ketanah.
“Bodoh! Kenapa kau sulit sekali mengaku padaku, jika sebenarnya kau cemburu Yura-ya? Kau tau? Kenapa aku berusaha dekat dengan Yun Ji? Itu hanya karna aku ingin mencari tau, bagaimana masa laluku yang tak sempat ku ingat sekarang. Aku hanya ingin mengingat, bagaimana aku bertemu denganmu dan kita dapat sampai seperti ini. Aku melakukan itu, hanya karna ingin mengingat bagaimana aku dapat menyukaimu.” Ucap Yesung pelan, bahkan sangat pelan. Ia seolah menginginkan jika hanya para angin yang ada disinilah yang mendengarnya.
Tubuh namja itu tampak berbalik, menghadap air laut yang terbentang dihadapannya. Sebenarnya, akhir-akhir ini, tepatnya disaat Yun Ji selalu menunjukan beberapa masa lalunya. Yesung, mulai mengingat sedikit demi sedikit beberapa kilasan balik semua masa lalunya itu.

               “Yesung-ah… kau tau? Dulu selama kita berpacaran, kau dan aku pernah berencana untuk menikah dan mempunyai anak yang banyak. Huhhh… saat itu kau rela melakukan apapun untukku, termasuk menunggu dan memaafkan semua salahku selama ini padamu. Entahlah, kenapa kau sebaik itu padaku…”
               “Yesung-ah… dulu kita mempunyai kebiasaan berkencan dan bertemu disebuah Cafe, dan kau tau? Di Cafe itu jugalah, kita terakhir kali bertemu sebelum semua ini terjadi. Aku masih sangat mengingat, bagaimana kau menggenggam tanganku dan mengatakan… jika kau tak ingin kehilanganku, Yun Ji-mu.”

Yesung sentak mengangkat tangannya untuk memijat perlahan pelipisnya itu. Rasa sakit itu mulai menjalar, setiap kali ia berusaha untuk mengingat setiap kata yang terlontar dari penjelasan Yun Ji mengenai masa lalunya. Entahlah, rasanya sedikit kosong dan menyakitkan, seolah seperti bongkahan tanah beku yang menggumpal lalu mencair meninggalkan bekas.


***


Sudah dari beberapa jam yang lalu, Yesung tak jua melihat dimana Yura berada. Ia memang membiarkan yeoja itu sendiri seperti kehendaknya, tapi itu malah membuatnya merasa kuatir sekarang. Dengan langkah yang sedikit lebar, namja itu sentak berjalan cepat menuju kearah kamar mereka. Toh, bukankah mereka kemari untuk bulan madu dan bukannya bertengkar? Bahkan hari sudah selarut ini dari semenjak pertengkaran mereka dipantai siang tadi, Yura tak jua menampakkan wajah cantiknya itu, membuat Yesung kesal sendiri sekarang.

CKLEK

Nampak pintu kamar itu terbuka perlahan, ada sebuah rasa gelisah yang kini menyelimuti Yesung. Entah ia harus melakukan apa ketika berhadapan dengan gadis itu nantinya, meminta maafkah? Atau malah berpura-pura seolah mereka tak punya masalah? Baiklah, Yesung mulai tampak masuk dan mencoba untuk melirik kearah sekeliling ruangan, bermaksud mencari tau dimana Yura berada sekarang.

Kosong!

Yesung tak menemukan jejak apapun dikamar ini, bahkan sekarang di kamar mandi dan sudut ruangan didalam kamar Hotel ini. Kemana Yura? Bukankah ini sudah hampir pertengahan malam? Gadis itu tak mungkin kelayapan mencari angin atau mungkin berkeliling didaerah sini.
“Yura-ya…” panggil Yesung dengan nada teriakan yang cukup menggema. Tak ada sahutan, bahkan tak ada tanda seseorang disini.
“YA! KIM YURA…!” Namja itu lagi-lagi berteriak seolah tempat ini adalah miliknya pribadi. Dengan langkah yang cukup panik, namja itu pun sentak keluar dan menyambangi sudut-sudut yang mungkin dijangkau Yura ditempat ini.
               ‘Kau kemana Yura-ya? Kenapa kau hobi sekali membuatku kuatir seperti ini? Apa kau belum puas waktu itu membuatku tak bisa bernafas dengan baik, huh? Awas saja, jika sampai aku menemukanmu!’
Yesung menatapi liar setiap sudut Restoran yang waktu itu mereka kunjungi. Kosong! Yura sepertinya tak kemari sejak tadi. Lalu kemana dia? Yesung nampak berbalik, dan berniat menanyakan keberadaan gadis itu dengan Resepsionis Hotel ini. Yah, mungkin saja beberapa orang disini melihatnya berjalan ke suatu arah.
“Excuse me, Miss. Apa kau pernah melihat gadis Korea ini?” ucap Yesung dengan menggunakan bahasa Inggris-nya yang cukup fasih. Namja itu dengan cepat menjulurkan selembar foto Yura yang ia dapat, ketika yeoja itu tengah bermain kerang di Pantai. Tampak Resepsionis dihadapannya ini mengernyitkan dahi, seolah berpikir tentang suatu hal.
“Oh, Nona Kim Yura?”
“Yes, kau tau dimana dia sekarang?”
“Dia sudah kembali. Sepertinya dia akan pulang ke Negara-nya dengan penerbangan terakhir malam ini.”
“Huh? K-kembali?” Yesung sedikit membulatkan kedua matanya tak percaya.
“Benar, tadi kulihat dia berpamitan dengan membawa koper bajunya.”
               ‘Penerbangan terakhir? Malam ini? Bukankah dia mengatakan jika dia ingin pulang besok pagi? Lalu—’
“Nona, apa kau tau jam berapa penerbangannya malam ini?”
“Hummm… sepertinya sudah Take Off, semenjak setengah jam yang lalu.”
“Mwo?” Yesung merasakan tubuhnya mendadak beku seketika. Ia benar-benar tidak percaya, jika Yura dapat melakukan hal yang senekat ini. Tangan namja itu tiba-tiba saja mengepal dalam, membiarkan emosi dan rasa kuatirnya bersatu karna gadis itu. Apa sebesar inikah kesalahannya? Kenapa Yura selalu dapat melakukan hal yang membuatnya tampak menjadi namja yang bodoh karna ketakutan seperti ini?
               ‘Jadi ini, maksud dari perkataanmu yang mengatakan kau dapat berbuat seenaknya, huh? Kim Yura… kau akan tau akibatnya setelah ini! Aku benar-benar tidak akan mengampunimu lagi sekarang, siapa suruh membuatku mati jantungan berkali-kali seperti ini huh!’
Rahang Yesung mengeras, tampaknya Yura benar-benar sudah membuatnya kesal stadium akhir sekarang.
“YA! KIM YURA…!” Pekik Yesung seraya menendang tong sampah besi yang berada didekatnya. Semua orang menoleh terkejut, sungguh Yesung tak memperdulikan akan hal itu. Yang terpenting untuknya sekarang hanyalah… KIM YURA! Ia hanya ingin yeoja itu dapat sampai Korea dengan selamat dan tanpa kekurangan sekecil apapun dari tubuhnya.
“Kenapa kau harus menghukumku seperti ini gadis Tarzan?” kesal Yesung seraya menghentak-hentakkan kedua kakinya dengan sebal. Sepertinya malam ini, ia tak akan dapat tidur dengan nyenyak.

Sedangkan disatu sisi, terlihat seorang gadis tengah memiringkan kepalanya kesamping, berpadu dengan jendela pesawat yang akan mengantarkannya pulang kembali kerumahnya. Tak ada yang dapat ia lakukan lagi, selain menghela nafas panjang dan berkutat dengan pikirannya sendiri.
Kim Yura… ia bahkan sudah sangat sadar, jika apa yang tengah ia lakukan ini akan membawa kemarahan besar dari suaminya. Namun tidak, Yura benar-benar ingin sendiri terlebih dulu. Menata hatinya, dan meyakinkan diri jika perasaan yang tengah ia rasakan ini bukanlah—cinta.
               ‘Tidak, aku harus menghindarimu. Aku tidak ingin jatuh cinta padamu lebih dulu, sebelum aku mengingat semua masa laluku….’
Gumam Yura seraya berusaha untuk memejamkan kedua matanya. Ia sudah berulang kali mencoba untuk sedikit mengingat satu per satu rekaman dalam hidupnya. Namun sia-sia, itu terasa sulit sekali. Bahkan, batinnya seolah mendorongnya untuk tak boleh mengingatnya lagi. Aneh! Tak ada satupun kilasan balik yang sampai saat ini dia ingat.
               ‘Hhh… siapa aku sebenarnya?’


***


‘Cinta adalah keabadian…
Dan kenangan adalah hal terindah yang pernah dimiliki….’



Yesung tampak berjalan dengan cepat kearah mobil yang terparkir dari Perusahaan Appanya di Bandara. Tak ada senyuman maupun guratan baik diwajahnya sekarang, yang ada hanyalah ekspresi kaku, dingin, cemas, dan lelah. Toh, Yesung benar-benar tak bisa memejamkan matanya ketika otaknya terus memikirkan nasib keberadaan Yura.
“Tuan Kim, tapi Direktur mengatakan… jika Anda belum diperbolehkan lebih dulu untuk menyetir sendiri, biar kami yang—”
“Gwanchana, aku sedang terburu-buru.” Yesung sentak menghempaskan pintu mobil mewah itu dan menginjak pedal gas. Yah, ini kali pertamanya lagi memegang stir setalah kecelakaan mobil itu terjadi. Yesung tak perduli, ia lebih sibuk memainkan semua yang ada didalam mobilnya ini seraya mengingat jalan. Menurut Sohee, Yura sekarang berada dirumah keluarganya.
“Yeobosseyo…” ucap namja itu seraya memegang badan ponsel ditelinga kirinya. Untunglah, akhirnya Yura mengangkat panggilannya itu.
“Ohk… wae?”
“Bersiap-siap lah aku akan menjemputmu pulang dari rumah Eomma.”
“Mwo? YA! Aku tidak mau…”
“Aku tidak perduli, beberapa menit lagi aku sampai. Kita perlu bicara! Kau pikir setelah membuatku mati ketakutan seperti ini, kau akan selamat huh?” Yura sontak terdiam mendengarnya. Sungguh, terkadang perkataan Yesung yang seperti inilah yang kadang membuatnya seolah memiliki harapan, jika namja ini sebenarnya juga menyayanginya.
“Terserah kau saja!”
“YA!”

TUTT… TUTTT….

Sambungan telpon itu pun terputus seketika. Kedua mata Yesung menyipit, ia benar-benar semakin dibuat kesal oleh seorang gadis. Baru kali ini, ia merasakan dadanya bergemuruh seperti ini. Yah, tanpa sadar… Yesung begitu kuatir akan keadaan istrinya itu. Sesuatu yang cukup  berlebihan, jika dikatakan itu semua hanya bentuk sebuah perhatian biasa semata.
“Kuhabisi kau malam ini Kim Yura, lihat saja apa yang dapat aku lakukan agar membuatmu bungkam padaku!” Ucap Yesung tersenyum licik. Tampak tangannya yang memegang stir perlahan-lahan membelok dengan kecepatan yang cukup diatas rata-rata. Apakah Yesung tak sadar jika ia masih tak diperbolehkan melakukan semua itu? Yah, setidaknya sampai ingatannya pulih total lebih dulu.

Drrrtttt… Drrrtttt…

Terdengar kembali deringan ponselnya yang bergetar. Yesung sedikit melirik, tertera nama Yun Ji disana. Entahlah, ada rasa antara mengangkat atau tidak. Sungguh, ini bukanlah waktu yang tepat, gadis itu menghubunginya seperti ini.
“Yeobosseyo…” jawab Yesung cepat. Terdengar helaan nafas lega dari arah seberang sana.
“Nde, yeobosseyo Yesung-ah. Ah, aku dengar hari ini kau pulang. Benarkah?”
“Ohk.”
“Lebih cepat dari dugaanku. Bagaimana? Apa bulan madu kalian lancar? Aku harap—”
“Yun Ji-ya, aku tidak bisa berbicara banyak. Aku sedang ada urusan penting, aku harap kau akan mengerti sekarang.”
“Nde? Ah… baiklah. Tapi—”
“Maaf, aku tutup sekarang.”
“Yesung-ah…”

TUTT… TUTT….

Yesung sentak menekan tombol mati, lalu menghempaskan ponselnya itu kebelakang. Tunggu! Sepertinya, kejadian ini pernah ia lalui. Menghempaskan sesuatu kearah jok belakang mobil. Kepala Yesung mulai tampak berdenyut seketika, bahkan jalan yang tengah ia lalui ini juga adalah jalan yang sama pada waktu kecelakaan itu. Entahlah, kini kilasan balik semua hal tentangnya mulai perlahan-lahan melintas secara cepat. Itu malah membuat Yesung merasa kesakitan!
“Ash…” umpatnya sebal sembari berusaha untuk tetap pada posisinya dengan benar. Ia tak ingin mengalami kedua kalinya kecelakaan dan menantang maut seperti ini. Itu mengerikan!
“Aaa… kepalaku!” Tangan satu Yesung reflek memegangi kepalanya. Semua teriakan bahkan wajah-wajah beberapa orang kini seolah tengah berlalu lalang tak jelas dalam otaknya. Tubuh Yesung sentak bergetar, sepertinya ia memang harus menepikan terlebih dulu mobilnya itu. Namun sayang, pada saat Yesung berniat banting stir mobilnya kearah samping, ia tak terlalu melihat seorang anak kecil menyebrang jalan begitu saja. Sontak Yesung menahan stirnya dan menginjak rem mobil mewahnya itu dengan cepat.

BRUUUKKK

Sekalipun ia memang berhenti tepat pada waktunya, namun ia gagal untuk menahan kepalanya agar tak terbentur kearah Stir. Tubuh namja itu seketika tak bergerak, kepalanya berputar seiring dengan sakitnya benturan itu. Yang ia rasakan sekarang hanyalah—lelah yang berkepanjangan.
Terdengar nafasnya tersengal pendek, semua teriakan yang kini berada diluar sana seakan tak bisa ia dengar lagi. Batin dan raganya seolah berkutat dengan satu titik yang tak ia mengerti! Entahlah, banyak suara dan hal yang kini mulai ia ingat perlahan-lahan.
           “Yesung-ah… kita putus!”
           “YA! Kau siapa… turun dari mobilku!”
           “YA! Ahjusshi itu—AWAS!… AWAS…!”

Lintasan beberapa kejadian itu sentak semakin jelas dikepala Yesung. Tampak darah mulai menganak diarea dahinya yang kini tampak berwarna kebiru-biruan. Semakin lama semua terasa jelas, Yesung malah merasakan ingin terlelap. Kedua matanya tampak mengatup, tatkala ia mendengar untuk yang pertama kalinya beberapa orang berteriak ‘AMBULANCE’.


***


* When It All Began, Because Of You! *


@Seoul Hospital, South Korea_



Tampak Yura dan beberapa keluarga Kim berjalan cepat melintasi lorong-lorong rumah sakit ini. Ada sebuah rasa ketakutan dan penyesalan yang kini melanda Yura! Ia benar-benar mengutuk dirinya sendiri atas insiden kecelakaan Yesung kali ini. Yah, ia merasa jika semua ini tak lepas dari semua kesalahannya menghindari Yesung.
            ‘Bagaimana ini? Bagaimana jika terjadi sesuatu dengannya? Tidak! Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri karna ini.”
Gumam Yura seraya membawa kedua tangannya untuk bertautan gemetar. Baru saja ia berniat untuk menghindar dan bersikap seakan tak perduli pada namja itu. Namun lihatlah sekarang, ia malah melakukan hal yang sebaliknya.
             ‘Kenapa dia bodoh sekali! Bukankah dia sudah diperingatkan untuk tidak menyetir lebih dulu? Tapi—’
Yura sontak memberhentikan jejak kakinya seketika, hanya tinggal beberapa meter lagi mereka akan sampai ke ruang rawat inap Yesung. Namun entahlah, rasanya Yura merasa tak enak bertemu namja itu saat ini.
             ‘Tapi kenapa dia melanggarnya?’
Yura menghela nafas tak beratur, rasa sesak itu kini kian melubangi hatinya. Kepala Yura merunduk, entah apa yang harus ia lakukan sekarang, selain menangis!
“Eonni-ya, wae geurae?” tanya Sohee yang ikut-ikutan berhenti dan berbalik untuk kembali menghampiri Kakak iparnya itu.
“Sohee-ya…”
“Kenapa Eonni malah berhenti dan menangis disini? Tenanglah, ayo… kita lihat keadaan Yesung Oppa lebih dulu.” Tarik Sohee cepat, membuat Yura mau tak mau kembali melangkahkan kakinya. Semakin dekat kearah ruangan itu, semakin berdetak kencang pula jantung Yura saat ini.

CKLEK

Pintu inap itu tampak terbuka seketika, Nyonya Kim sentak menerobos masuk dan berlarian cepat kearah keruangan itu, begitu pula Sohee. Sedangkan Yura? Ia kini kembali mematung didepan pintu tanpa berniat untuk masuk dan melihat keadaan Yesung. Ia takut… takut jika nanti ia malah akan menangis kencang ketika melihat sosok pria itu.
             ‘Aku hanya berharap dia baik-baik saja…’
Gumam Yura seraya berbalik dan memilih duduk disebuah kursi tak jauh dari pintu kamar inap itu. Wajah putihnya tampak pucat, bahkan sejak tadi ia hanya merunduk dan merunduk, seakan kini ia tak terlalu memiliki tenaga untuk mendongak.
             ‘Yesung-ah, maafkan aku….’
Yura menyandar dikursi itu seraya terus berdoa. Kedua tangannya bertaut dengan dingin! Sungguh, perasaannya begitu kuatir sekarang. Yesung benar-benar sudah berhasil membuatnya merasa amat sangat bersalah.
Yah, Yura menyesal mengapa tadi ia menjawab ketus telpon Yesung dengan seenaknya, mengapa tadi ia tak sempat tau jika namja itu terlalu terburu-buru untuk menjemputnya, dan bahkan sampai mengalami kecelakaan seperti ini. Terlihat sekali, Yura merasakan penyesalan yang cukup dalam.
Kepala gadis itu tampak merunduk, memegang sejenak sebuah gelang kaki kerang yang sempat Yesung berikan saat mereka masih di Karabia. Sesungguhnya, tak ia pungkiri jika ia juga begitu ingin melihat Yesung dan memeluknya tanpa perlu memikirkan rasa gengsinya itu.
“Yura-ya…” panggil seseorang seketika yang sentak saja membuat  Yura mau tak mau mendongak. Kedua mata gadis itu tampak membengkak dan begitu merah terlihat, hingga Nyonya Kim yang memantaunya tadi nampak sedikit kuatir sekarang.
“Eomma…”
“Gwanchana. Yesung baik-baik saja, kau tidak perlu terlalu panik seperti itu. Masuklah, supaya pikiranmu tenang setelah melihatnya, hem?” ucap Nyonya Kim seraya membelai lembut kepala gadis itu dan memeluknya singkat.
“Nde, aku akan masuk.” Isak Yura sembari menghapus jejak air matanya itu perlahan. Gadis itu melangkah, seperti tampak ragu untuk masuk. Namun toh, ia benar-benar ingin tau keadaan Yesung sekarang. Ia tidak perduli namja itu akan mengejeknya atau pun berbicara dengan suara keras. Tidak perduli! Yang terpenting untuk Yura sekarang adalah… Yesung baik-baik saja.

BLAM!

Pintu ruangan itu terdengar tertutup rapat seketika. Yura merunduk, sekalipun ia sudah masuk keruangan ini, tetap saja ia belum berani untuk mendongak menatap Yesung diatas ranjang inap itu sekarang. Ia terlalu takut… bahkan Yura merasakan ingin menangis sekencang-kencangnya saat ini.
“Sedang apa kau berdiri disitu?” Yura sentak meneguk air liurnya susah payah, tatkala ia mendengar pertanyaan itu terlontar melalui suara yang sangat amat ia kenali. Yura semakin merunduk, membenamkan kepalanya agar air matanya itu tak terlihat.
“Ak-aku-aku—” Yura menahan nafas ketika ia mencoba berusaha untuk mengeluarkan balasannya. Air matanya tiba-tiba kembali menetes! Ia malah terlihat seperti anak kecil yang begitu cengeng sekarang.
“Kau tak berniat menyuruhku untuk turun darisini, lalu menghampirimu kan?” tanya orang itu lagi, yang Yura yakini adalah namja yang bernama Yesung.
“Nde?” gadis itu kontan mendongak, menatapi secara jelas sesosok tubuh tengah terduduk lemah diatas ranjang Rumah sakit itu. Tampak lilitan perban tersemat senada diarea bagian kepala dan pelipisnya.
“Kemarilah!” Perintah Yesung tanpa berkedip menatap tajam kearah Yura. Gadis itu mengangguk singkat, lalu perlahan-lahan berjalan mendekat kearah Yesung dengan ragu. Sial, tatapan Yesung itu malah membuatnya takut setengah mati, Seolah-olah namja itu akan menerkamnya hidup-hidup saat ini.
“Sebenarnya aku—” belum sempat Yura hendak menyelesaikan kalimatnya itu dengan jelas, Yesung sudah lebih dulu menarik tubuhnya semakin dekat dan memeluk tubuh gadis itu, hingga kini kepala namja itu bersandar ditubuh Yura.

Hening!

Tampak tangan Yesung melingkar erat dipinggang Yura, membuat gadis itu sentak terkejut setengah mati. Ia tak tau harus melakukan apa, tingkah Yesung kali ini benar-benar membuatnya mati kutu ditempat.
“Kau baik-baik saja, eoh? Apa tak ada yang menganggumu saat pulang ke Korea kemarin? Katakan padaku, jika ada yang mengusikmu Yura-ya. Aku tak bisa tidur dengan tenang, saat aku tau kau kembali tanpaku.”
“Yesung Oppa…”
“YA! Jangan bersikap seperti ini lagi. Jika kau marah, kau jangan pernah membahayakan dirimu sendiri. Kau lebih baik memakiku ataupun memukulku, tapi jangan melakukan hal senekat itu lagi. Bagaimana jika kemarin kau dicegat orang jahat atau—”
“Maafkan aku.” Sela Yura cepat seraya semakin deras menangis. Yesung dapat merasakan tubuh gadis ini bergetar ditubuhnya. Dengan perlahan, Yesung pun menarik tubuhnya sedikit menjauh dan menyuruh Yura untuk ikut duduk disisi ranjangnya.  Gadis itu semakin terisak, membuat Yesung tersenyum kecil karnanya.
“Hey gadis tarzan, kau itu istriku. Untuk apa kau meminta maaf, eh? Bodoh!” Ucap Yesung sembari memegangi tengkuk Yura dan menghapus jejak air mata gadis itu melalui jari jempolnya. Yura tak menjawab, ia masih sedikit merasa bersalah pada Yesung.
“YA! Ini juga salahmu…” Yura berpura-pura merengut seraya memukul dada namja itu perlahan.
“Kenapa kau menyetir? Bukankah kau belum disuruh untuk mengemudi sendiri, huh? Dasar—”
“Karna aku ingin segera bertemu denganmu bodoh.” Sela Yesung seraya memegangi kedua tangan Yura, saat gadis itu hendak kembali memukulnya. Yura tertegun, nampak sekali sinaran mata Yesung berbeda saat menatapnya kali ini. Jarak mereka cukup dekat sekarang! Itu jugalah yang membuat Yura merasakan isi dalam tubuhnya berkontraksi cepat.
“Kk-kkau—kau kenapa jadi berbicara seperti itu.”
“Wae? Kenapa kau jadi salah tingkah seperti ini, eh?”
“YA!” Yura sentak menarik kembali tangannya dari Yesung dan berpaling memunggungi namja itu. Entahlah, kenapa sikap Yura mendadak kekanak-kanakkan sekali seperti ini. Yura mencibir kecil, memajukan bibirnya beberapa senti layaknya anak kecil.
“Kau tak merasa bersalah padaku Kim Yura?” Bisik Yesung ditelinga kiri Yura, membuat yeoja itu sontak bergidik. Aighoo…
“Untuk apa aku harus merasa—”

CUP!
Saat Yura hendak kembali berbalik menghadap Yesung, namja itu ternyata telah bersiap memiringkan kepalanya, seolah sudah tau posisi yang tepat untuk mencium bibir yeoja itu saat ia berbalik. Yura melotot! Yesung benar-benar selalu dapat membuat jantungnya shock tiba-tiba.
“Hemmm…” terlihat Yesung tersenyum saat ia menyangsikan Yura mendadak beku tanpa bergerak sama sekali akibat ciumannya ini. Yesung semakin melebarkan kedua daun bibirnya, berniat penuh mempermainkan yeoja yang masih terlihat ling lung dihadapannya itu.

PLETAK!

Yesung perlahan-lahan menjitak kepala Yura disela-sela ciumannya, berharap gadis itu sadar dan membalas sentuhannya kini. Namun sepertinya tidak! Yura malah mendorong tubuh Yesung dengan tatapan sebal.
“Ash… kenapa kau malah menjitakku Kim Jong Woon? Ini termasuk kekerasan dalam Rumah tangga. Ash!”
“Kau yang menyebalkan gadis Tarzan! Kau pikir aku akan memaafkanmu begitu saja setelah kau membuatku—membuatku—”
“Membuatmu apa?”
“Membuatku gila?”
“Nde? OMO! Kau gila Kim Jong Woon?”
“YA!” Yesung sentak menarik tubuh Yura agar ikut terpental diatas ranjang Rumah sakit ini. Gadis itu tertawa, menyaksikan wajah cemberut Yesung yang benar-benar sangat ingin ia lihat setiap harinya.
“Kau harus kuhukum!”
“Hukum? Silahkan saja.” Tantang Yura membuat Yesung sontak terbelalak mendengarnya.
“Oh… kau pikir aku sedang bercanda seperti waktu itu, huh? YA! Baiklah… baiklah…”
“Kau tampak semakin mengerikan Kim Jong Woon!”


***


Sudah 2 hari lebih ini Yesung dirawat, semenjak itu jugalah kondisi namja itu semakin membaik. Toh memang, sebenarnya luka Yesung itu juga tak terlalu parah, hanya kepalanya saja yang terbentuk di Stir mobil. Sedangkan kondisi fisiknya yang lain hanya terasa pegal-pegal sedikit.
Mungkin, itulah yang membuat pihak Rumah sakit sudah memperbolehkannya pulang dan beristirahat dirumah sekarang. Sepertinya, Yesung memang tak pernah betah tinggal disini dan membiarkan Yura harus menungguinya seperti itu.
“Aku harap kau lekas pulih Tuan Kim.” Ucap sang Dokter seraya memeriksa kembali kondisi Yesung sebelum ia dibawa pulang.
“Terima kasih Dokter Han. Hummm… sebelumnya, apa boleh aku meminta tolong satu hal?”
“Nde?” Dokter itu tampak mengernyitkan dahinya menghadap Yesung.
“Kumohon, jangan katakan kepada siapapun tentang kondisiku sebenarnya.”
“Nde?”
“Maksudku—tentang pulihnya ingatanku sekarang. Aku harap, Dokter jangan memberitahukan siapapun lebih dulu, jika sebenarnya aku sudah mengingat semua masa laluku.”
“Huhh… baiklah.”
“Gomawo Dokter.” Ucap Yesung tersenyum manis, lalu berpaling menatap seseorang yang kini tengah berada diluar bersama para keluarganya yang lain. Kim Yura… Yesung kini menatapi yeoja itu dengan tajam. Memang, semenjak waktu itu ia dilarikan di Rumah sakit ini, Yesung sudah mengingat masa lalunya. Tapi ia tak bisa, tak bisa untuk menyudahi semua ini dan mengatakan kepada semua orang, jika pernikahan mereka hanyalah sebuah kesalah pahaman belaka. Tidak bisa! Ada sesuatu hal yang membuatnya ingin terus berpura-pura tak ingat, dan menemani gadis itu.
             ‘Kim Yura… siapa kau sebenarnya?’


=TBC=

No comments :

Post a Comment