OUR RING! Part 2

  No comments

[OTHER FF] “OUR RING!” Part 2 [Yesung-Yura]

YERAOURRING
Tittle                  : “OUR RING!
Cast                    : Yesung Kim, Kim Yura, EunhyukLee, Park Yun Ji,
                              And Others
Rating               : PG + 17 / Straight

This Story Original From @Jjea_
Thank you yg udah baca ya… kekekekkkkkkkk~Yuk dilanjuttttttttt……


***


MWO? Jadi maksudmu, Anakku dan calonmenantuku sama-sama mengalami AMNESIA?” tanya Nyonya Kim tak percaya. Sedangkan Yura?Gadis itu hanya mengerjap-ngerjap polos; takmengerti.
Calonmenantu? 
Gumam Yura  bingung.



Cinta itu adalah…
Suatu kondisi dimana kebahagiaan orang lain
Menjadi penting bagi kebahagiaanmu…



_OUR RING!” PART 2_


Tampak angin itu melayang dengan sayupan merdu, menepikan butiran-butiran pasir yang tersingkir dari peraduan diamnya. Tak ada yang berbeda, segelintir debu-debu itu masih tetap sama  menorehkan hiasan kelam diatas daun-daun yang rupawan biru. Takdir… selalu kata itulah yang menjadi alasan utama semua orang untuk mengelak pedihnya sebuah kehidupan.


*When It All Began, Second Meet!*


Yesung tampak termangu menatapi setiap bait pemandangan dari luar jendela kamar inapnya itu. Tak ada yang menarik, hanya segerombolan bunga-bunga kecil yang bergoyang terbawa arus angin disana. Entahlah… Yesung merasakan ketenangan saat melamun seperti ini, mencoba berpikir tentang kilasan balik kehidupannya yang sama sekali tak ia ingat sedikitpun.
“Seperti apa bentuk tunanganku itu? Yesung tampak tersenyum kecil membayangkan jika kini dirinya sudah beranjak dewasa dan memiliki seorang gadis. Toh, ia memang hanya ingat kejadian sebatas ia masih Sekolah dulu. Yesung menoleh kearah pintu. Tak ada siapapun yang menungguinya saat ini. Eomma, Appa dan bahkan adiknya Sohee pun telah pulang sejenak beberapa menit yang lalu.
“Hummm…” terdengar Yesung bergumam sesaat, menimbang sesuatu hal yang kini ingin ia lakukan. Namja itu tampak terlihat  perlahan-lahan hendak turun dari ranjang inapnya, menggapai sebuah kursi roda untuk dapat membawanya bergerak bebas dengan keadaan tubuh yang masih kaku itu. Sedikit sulit, Karna memang butuh waktu untuk memulihkan tubuhnya secara total.
Yesung menggeser pelan kursi rodanya menuju kearah luar, melirik sejenak ke kanan-kiri untuk memastikan jika tak ada orang yang akan memperdulikan tindakannya itu. Yah, Yesung masih ingat betul, jika kemarin Eomma-nya sempat mengatakan kalau gadis yang menjadi tunangannya itu berada di ruangan tepat disebelahnya.

CKLEKKKK!

Pintu rawat inap yang bernomor 107 itu pun terbuka seketika.  Yesung tersenyum kecil, membiarkan nada jantungnya berdetak kencang sekarang. Entahlah, mengapa ia menjadi tampak sangat gugup seperti ini.
Yesung menutup pintu inap itu perlahan, memperhatikan sesosok seorang yeoja tengah memejamkan matanya seraya berbaring pulas diatas ranjang. Hening! Yesung bingung harus berbuat apa. Ia seolah-olah semakin penasaran dengan wajah gadis tunangannya itu.
“Hummm…” Yesung bergumam, seakan meminta izin pada gadis itu untuk mendekat. Tak ada sahutan, toh sepertinya gadis itu tengah terlelap indah. Kursi roda Yesung terhenti tepat disisi kanan ranjang gadis itu, memperhatikan secara pekat raut gadis dengan rambut panjang terurai ini.
“Jadi ini tunanganku itu…” ucap Yesung entah pada siapa. CANTIK! Baiklah, Yesung cukup tersenyum lega saat menyadari jika ia memilih gadis yang tepat dipikirannya. Yesung tersenyum malu, ia benar-benar tak menyangka jika dirinya sekarang memiliki seorang gadis!
Tampak tangan Yesung terangkat dan hendak memberanikan diri mengusap lembut poni pirang gadis itu, menyibakan sedikit untuk memperlihatkan dahinya yang tertata indah. Entahlah, Yesung merasa jika wajah gadis dihadapannya ini cukup asing dimatanya. Bahkan, tak terlintas memori apapun ketika Yesung menatapnya, seperti seseorang yang baru dikenalnya.
Tangan kanan Yesung yang mengusap pelan kepala gadis itu pun tampak terhenti seketika. Kedua matanya mengerjap menatapi sebuah kalung huruf yang tersemat dileher indah gadis itu.
“YURA? Apa namanya Yura?” Yesung tampak berkerut dahi seraya semakin menjulurkan tangannya untuk menatap kalung itu dengan seksama. Tak ada apapun dalam otaknya ketika mengeja nama itu. Bukankah setidaknya ada sedikit bayangan dan perasaan yang aneh ketika mendengar nama itu? Tapi ini? TIDAK! Yesung sama sekali tidak merasa pernah mendengar nama ini sebelumnya.
Belum sempat Yesung berpikir lebih lanjut akan semua perasaan janggal ini, sebuah hentakan pun sontak saja mengejutkannya.
“YA! Apa yang kau lakukan? Kenapa—kenapa kau memegang—dadaku?” Yura tampak menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Kedua bola mata indahnya itu pun kontan melotot garang pada pria asing dihadapannya itu. Yesung terpaku, ia meneguk air liurnya dengan  susah payah. Memegang apa katanya? Dadanya? Apa gadis ini sudah tidak waras?
“Mwo? Si-siapa yang memegang itu, huh? Tadi itu, aku hanya ingin melihat—”
“HUH? Melihat? Melihat apa? Dasar namja kurang ajar! Namja mesum…” Yura sontak mengambil sebuah bantal didekatnya, lalu memukulnya pelan kearah Yesung.
“Heish… YA!”
“Pergi kau! Aku benar-benar tidak menyangka, jika di Rumah sakit yang sebesar ini ada pasien mesum yang seenaknya saja malam-malam mengunjungi ruangan pasien lain untuk ia pegangi…”
“Mwo? YA! Aku ini Yesung, tunanganmu!” Kesal Yesung geram. Yura melongo, sentak saja ia menghentikan pukulannya itu pada Yesung.
“Yesung? Tunanganku?” Yura tampak mengerjap menatapi sekujur tubuh Yesung dengan seksama.
“Jadi, kau yang bernama Yesung?” ulangnya seolah ingin menegaskan sesuatu. Namja itu pun hanya mampu menatapinya dengan raut geram. Sepertinya, persepsi Yesung tentang ia seorang gadis cantik tadi, dapat ditarik kembali.
“Heish… apa benar aku memiliki tunangan dengan tenaga Tarzan sepertimu?” gerutu Yesung kesal sembari merenggangkan ototnya yang sedikit ngilu akibat pukulan Yura tadi.
“MWO? Mworago? Tar-tarzan?”
“Setelah melihatmu seperti ini, aku yakin, mungkin kau yang lebih dulu mengejarku hingga kita bisa bertunangan seperti ini.” Tandas Yesung membuat Yura menganga miring.
“Mwo? Apa maksudmu huh?”
“Aku tidak tau mengapa aku malah memilihmu menjadi tunanganku sebelum aku mengalami Amnesia. Kau benar-benar bukan seperti gadis idamanku. Dan kurasa, kaulah yang memeletku hingga aku bisa menjadi tunanganmu seperti ini.  Toh, mana mungkin aku memiliki selera seaneh ini.” Ujar Yesung seraya mentapi Yura dengan raut mengejek.
“YA! Kau pikir, aku juga tidak terkejut saat mengetahui jika seleraku sebelum amnesia seburuk ini? Cah, apa jangan-jangan dulu kau yang mengejar-ngejarku, hingga aku kasihan dan menerimamu. Dan—mungkin saja, kecelakaan itu terjadi karna kau ingin berbuat mesum padaku saat kita berada dimobil!” Sahut Yura tak mau kalah.
“Mwoya?” Yesung sentak berdiri dari kursi rodanya saat ini, menatapi raut wajah gadis menyebalkan itu dengan lekat.
“Hey, lihatlah tubuhmu Yura-shi! Kau pikir, aku akan tertarik huh?” Yura sontak saja mengerjap menatapi Yesung. Tunggu, Yura? Siapa Yura?
“YURA? Nuguya?” tanya gadis itu polos. Yesung meliriknya, sebenarnya ada sebuah rasa kasihan pada yeoja ini. Entahlah, ia hanya merasa jika mungkin saja kecelakaan itu terjadi karna memang ulahnya.
“Namamu…” sahut Yesung dengan nada dibuatnya malas, Yeoja itu temenung, memikirkan jika namanya adalah Yura.
“Jadi—kau benar tunanganku?” Yesung kali ini nampak berpaling penuh menghadap Yura. Ia bahkan tak tau harus menjawab apa.
“Cincin itu—” Yesung menunjuk sebuah cincin yang kini Yura pakai. Namja itu menghela, dan nampak mengangkat tangan kananya keatas, menunjukan sebuah cincin yang sama dengan yang gadis itu pakai. Mungkin, bedanya hanya pada ukuran dan tata letak berliannya.
“Eomma kemarin memberikan cincin ini padaku. Dia mengatakan, jika aku pernah menunjukannya pada Eomma sebagai tanda jika aku memiliki keseriusan pada seorang yeoja yang akan aku kenalkan dihari kecelakaan kita terjadi. Tak ada orang lain selain kita berdua saat kecelakaan itu. Sudah jelas, jika kau memang yeoja yang akan kukenalkan pada orang tuaku.”
“Hummm…” Yura sentak tertegun bisu mendengarnya. Tak ada bayangan sama sekali yang terlintas diotaknya, seolah beku.
“Apa kau tau sesuatu lagi tentangku? Tentang siapa orang tuaku dan—”
“Apa kau tau jika aku juga Amnesia, eh? YA! Jangankan untuk mengingat orang tuamu, wajahmu saja aku tak ingat.” Dengus Yesung menghela nafas panjang.
“Lalu, bagaimana kau tau namaku?” tanya Yura kesal. Entahlah, kenapa berbicara dengan namja ini membuat urat-uratnya semakin mengencang.
“Dari kalungmu itu!” Yura sentak menatap kearah bawah, tepatnya kearah leher jenjangnya itu. Sungguh, ia baru sadar jika dari kemarin ia memakai sebuah kalung huruf yang bertuliskan namanya sendiri. Sebenarnya, kalung itu diberikan Eunhyuk saat Yura merayakan ulang tahunnya setahun yang lalu.
“Yu… ra…” ejanya pelan. Yura nampak terdiam, mencoba mengingat kata itu. Yah, mungkin saja kalung dan ejaan huruf itu bisa membantunya mengingat sesuatu, walaupun hal kecil.
“Aku memang merasa aneh dengan nama ini, tapi sayang aku tetap tak mengingat apapun.” Yesung sentak menoleh mendengar gumaman dari bibir yeoja itu. Raut wajahnya nampak berubah prihatin seketika. Toh, setidaknya Yesung masih mengingat separuh dari ingatannya, sedangkan Yura? Gadis itu mengalami gegar otak yang cukup parah.
“Hummm… kau tidak usah kuatir. Aku akan membantumu mengingat apapun hal yang terjadi dalam hidupmu. Setidaknya, kau masih mempunyai aku. Kita harus sama-sama saling membantu untuk mengingatkan. Bukankah kita berdua adalah tunangan, itu berarti sebelum Amnesia kita saling mencintai.” Yesung sentak memegang kedua bahu Yura seketika, membuat gadis itu nampak mengerjap-ngerjap aneh. Jarak mereka cukup dekat sekarang, bahkan kedua mata itu pun sontak beradu pandang.
“Yesung-shi…”
“Hemmm?”
“Mengapa kau malah nampak mengerikan sekarang?” Yesung sentak diam dan melepaskan tangannya dari bahu Yura tatkala gadis itu malah membalas ucapannya dengan kata yang mampu merubah ekspresinya dalam sekejap. Namja itu menghela, memikirkan alasan apa hingga dirinya dulu dapat mencintai dan memilih gadis ini untuk menjadi tunangannya.
“YA! Sudahlah, aku lebih baik menenangkan pikiranku lebih dulu. Bersama denganmu akan menambah penyakit jiwaku!” Yesung sentak berbalik dan kembali duduk diatas kursi rodanya.
“Nde, sepertinya kau memang memiliki gangguan jiwa.” Balas Yura santai seraya dengan cepat menarik selimut hingga menutupi batas kepalanya. Yesung kembali berbalik, berniat hendak menyekik gadis ini dari luar selimut.
“YA! Gadis tarzan, apa yang tadi kau katakan huh?”
“Pintu luarnya ada disana. Aku tau, kau selalu ingin mencari masalah denganku agar semakin lama disini. Kau ingin dekat dan berbuat mesum padaku lagi!” Tuduh Yura dari dalam selimut itu, tanpa menatapi wajah Yesung yang kini mulai geram akan ucapannya itu.
“MWO? YA! Lihatlah wajahku ini, apa ada tanda-tanda Pervert, eh?” Yesung sentak kembali berdiri dan menarik-narik selimut Yura agar terbuka. Gadis itu mendengus geram, nampaknya Yesung tak perduli akan hal itu.
“YA! Apa yang kau lakukan?” Yura sontak hendak menerjang Yesung dari dalam selimut. Tak taukah Yesung, sekalipun Yura lupa akan ingatannya, tapi kondisi alam batin dan bakatnya tak pernah ada yang berubah. Nyatanya, Yura bukanlah gadis yang sembarangan. Ia pernah mempelajari Taekwondo sejak umur belasan.
“Mati kau gadis Tarzan…” tak tanggung-tanggung lagi sekarang, Yesung sontak saja naik keatas ranjang inap Yura dan semakin memaksa membuka selimut Yura, hingga gadis itu berteriak-teriak panik.
“Huaaaa… kau mengerikan Yesung-shi!” Yura memberontak. Tenaganya tak cukup kuat untuk mempertahankan selimutnya itu agar menutupi tubuh dan wajahnya saat ini. Jadilah kini, selimut itu malah terbuang kelantai. HENING! Hembusan angin hanya menyesap merdu masuk melalui celah-celah fentilasi ruangan ini, seakan menjadi saksi bisu bagaimana letak kedua anak manusia ini diatas ranjang Rumah sakit itu.
Yah, Yesung kini berada diatas tubuh Yura, mengunci kedua kaki gadis itu agar tak dapat bergerak. Kedua tangannya tak sadar ia letakkan untuk mencengkram kedua tangan Yura agar tak dapat bergerak. Sedangkan Yura? Gadis itu hanya menganga dengan degup jantungnya yang berdetak cepat. Kedua mata mereka beradu pandang, seakan menambah kegaguan dalam kesenyapan ruangan ini.
“Sa-sampai kapan kau akan terus berada diatasku heh? Tubuhmu berat Yesung-shi!” Umpat Yura gugup.
“Lalu?” tanya Yesung berusaha untuk bersikap santai. Dapat ia lihat, jika wajah Yura perlahan-lahan memerah saat ini. Entahlah, ia semakin ingin mempermainkan Yura.
“TURUN! Tubuhku masih sak—”
“Kau mempunyai bibir yang indah…” sela Yesung cepat seraya memperhatikan bagian mulut gadis itu. Yura sentak bergidik! Apa yang dikatakan namja ini? Bibirnya? Apa mungkin jika kini Yesung tengah berpikir untuk…
Yura kontan saja menegang saat kini wajah Yesung semakin mendekat kearahnya. Apa yang akan dilakukan namja ini? Entahlah, yang jelas bulu kuduk Yura sontak saja muncul perlahan-lahan. Apalagi sekarang, Yesung seolah sengaja menghirup nafasnya panjang, lalu menghembuskannya tepat diwajah gadis itu. Baiklah, Yura harap tubuhnya tak akan pingsan setalah ini.
Jarak mereka hanya beberapa centi saat ini, bahkan Yura seolah terdorong untuk menutup matanya. GILA! Yura sepertinya mulai tak waras akan pesona seorang Kim Jong Woon.

#CUP

Yesung sontak mengecup singkat dahi gadis itu, bukan dibibir atau tempat lain. Namja itu hanya mencium dahi Yura yang tertutupi poni didepannya. Yura membuka mata, dapat terlihat jelas, jika kini Yesung tengah terkekeh dihadapannya.
“YA! Apa yang kau tertawakan huh? Cepat menyingkir dariku! Menyebalkan, tsk!” Yura kontan mendorong tubuh Yesung, hingga namja itu hampir saja jatuh diatas ranjang.
“Hahaha, kau marah karna aku menciummu? Atau kau kecewa karna aku hanya mencium dahimu, huh? Hahaha, sekarang kau lihat siapa yang mesum diantara kita? Sumbernya itu adalah… KAU!” Balas Yesung sembari membenarkan posisinya. Yura mendengus kasar. Dengan cepat ia turun dari ranjang itu, lalu menarik Yesung untuk mengikuti langkahnya. Sepertinya, ia berniat menyeret dan mengusir Yesung dari kamar inapnya ini.
“PERGI! Jangan pernah muncul dikamar inapku lagi, ara?”
“YA! Memangnya kau pikir aku ingin kemari lagi? Sudah cukup hari ini, kau membuatku gila.”
“Kau memang sudah gila! Jadi, silahkan pergi!”
“Kau yang gila!”
“Kau… kau juga namja keras kepala dan suka seenaknya. Aighoo… untung sekali aku Amensia, jika tidak mungkin aku akan hidup dengan namja kering sepertimu.”
“Namja kering? Hey, Tarzan betina! Seharusnya, kau merasa beruntung dan terhormat karna telah menjadi tunanganku. Kau tak tau siapa dirimu! Mungkin saja, kau ku pungut dari jembatan penyebrangan!” Yura sentak menginjak kaki Yesung dan mendengus sebal.
“AW… YA!”
“MWO?” tantang Yura memicing!
“KAU—” baru saja Yesung hendak membuat sebuah pembalasan pada gadis ini, sebuah suara pun telah mengehentikan perkelahian mereka dengan cepat.
“Hhh… mianhae Nona dan Tuan Kim, disini Rumah sakit dan bukannya Ring tinju. Sebaiknya, Tuan Kim segera istirahat dikamarmu sekarang. Drama kerinduan kalian akan kita lanjutkan besok pagi.” Ucap seorang Perawat itu tersenyum-senyum, membuat Yesung dan Yura bergemerutuk kesal. Dengan raut tak ikhlas, Yesung pun terpaksa berbalik dan berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Yura yang kini malah mejulurkan lidahnya senang.


***


Cinta itu dekat dengan luka…
Luka yang akan membekas,
Bahkan belum tentu hilang oleh ratusan waktu



*When It All Began, Why?!*



Tak ada lagi yang dapat dilakukan namja berambut pirang ini selain melamun, berpikir kemana ia harus melangkah untuk mencari sang kekasih. Lee Hyuk jae! Sudah sedari tadi, namja tampan ini hanya duduk dengan topangan dagu diatas meja. Pikirannya melayang pada sesosok seseorang yang menghilang sudah lebih dari satu minggu itu.
“Apa kau juga belum menemukan Yura?” Eunhyuk nampak berpaling, diliriknya malas seorang namja yang kini malah duduk disebelahnya tanpa permisi.
“Kemana lagi aku harus mencari Yura, Leeteuk Hyung? Aku bahkan sudah menemui para renternir itu, tapi ternyata Yura tak ada disana. Ini sudah seminggu lebih ia tak pulang, aku—” Ujar Eunhyuk tak dapat melanjutkan kata-katanya lagi. Rasa panik itu kini mulai mejejalnya.
Leeteuk tampak menghela menatapinya. Entahlah, ia terlihat tengah berpikir sesuatu seolah menimbang akan mebicarakan hal ini pada sahabat kerjanya itu atau tidak. Waktu itu, kebetulan disaat kejadian Yura dan Yesung kecelakaan, Leeteuk berada dilokasi kejadian. Ia hanya melihat sekilas, jika salah satu korban kecelakaan didalam mobil itu mirip sekali dengan Yura! Tapi entahlah, disatu sisi ia merasa jika itu tidaklah mungkin. Toh, untuk apa Yura berada didalam mobil mewah dengan seorang pemuda?
“Mungkin, Yura tengah mencari tempat sembunyi yang aman, Hyuk. Kau tenang saja, dia pasti akan baik-baik saja.”
“Hhhh… aku berharap begitu!” Desah Eunhyuk seolah berniat menyemangati dirinya sendiri. Entahlah, ia hanya merasa jika saat ini Yura dalam keadaan tidak baik-baik saja.
                    ‘Yura-ya… kau dimana?


***


@Kediaman Keluarga Kim_



Tampak kini, sebuah mobil mewah sontak terhenti didepan perkarangan rumah besar ini. Beberapa orang mulai turun dan sentak masuk dengan riangnya seraya sesekali tersenyum kecil. Siapa lagi, kalau bukan Yesung, Yura beserta Nyonya dan Tuan Kim yang memang memutuskan untuk keluar dari Rumah sakit hari ini.
“Yura-ya…” Nyonya Kim sentak menyentuh pipi Yura dan tersenyum sayu.
“Apa kau tak keberatan jika tinggal disini bersama kami untuk sementara waktu? Hhhh… selain namamu yang tertera dikalung itu, kami belum mendapatkan informasi apa-apa tentang jati dirimu sayang. Mungkin, hanya kau dan yesung lah yang tau siapa kau sebenarnya, siapa orang tuamu, dan dimana tempat tinggalmu. Jadi untuk itu, Bibi rasa kau tak keberatan tinggal disini sampai ingatan salah satu diantara kalian telah pulih.”
“Tapi Bibi, apa aku tak merepotkan?”
“Tidak sama sekali! Bukankah kau calon menantuku, jadi sudah sewajarnya kau tinggal disini. Yah, setidaknya kita harus saling mendekatkan diri sebelum hubungan kalian melangkah lebih jauh.”
“Ah, gamsahamnida Bibi Kim.” Balas Yura dengan wajahnya yang begitu tersenyum indah. Nyonya Kim tersenyum, tampak kini ia mengantar Yura menuju kamarnya yang terletak tepat disamping kamar Yesung dan Sohee.
Sedangkan Yesung? Kini namja itu tampak terlihat tengah mengingat hal apapun yang dapat diingat dari sisi rumah ini. Semua pajangan foto, dan bahkan benda-benda baru yang memang nampak asing dimatanya.
“Yesung Oppa…” ucap seseorang seketika, membuat Yesung sedikit terperanjat.
“Hey, Kim Sohee. YA! Apa kau tak sadar jika Oppa-mu ini masih dalam pemulihan, huh? Kau ingin menambah penyakitku dengan jantungan?”
“Oppa… apa benar gadis itu tunanganmu?” tanya Sohee seolah tak memperdulikam kekesalan dari Kakak kandungnya itu.
“Apa maksudmu?”
“Ani, hanya saja dia itu berbeda.”
“Nde? Berbeda? Berbeda apanya?” Sohee tampak memalingkan wajahnya pada Yesung dan menghela nafas. Percuma saja ia menceritakan sesuatu yang bahkan tak akan diingat Yesung saat ini.
“Aniya, lupakan saja!” Balas Sohee seraya berbalik dan meninggalkan Yesung yang hanya dapat melongo menatap kepergiannya.
“Wajah gadis itu—benar-benar berbeda dari wajah gadis yang waktu itu Yesung Oppa pernah perlihatkan padaku. Huhhh… entahlah!” Sohee tampak menggeleng-geleng tak karuan seraya kembali fokus memilih buku bacaannya. Memang benar, Sohee pernah melihat wujud asli tunangan Yesung saat namja itu memperlihatkannya melalui selembar foto. Sayang, ponsel yang dulu dimiliki Yesung kini telah hancur bersama kepingan mobilnya pada saat kecelakaan itu terjadi.

Disatu sisi, tampak kini Yesung tengah sibuk membongkar semua lemari, kotak dan apapun yang berada dikamarnya. Semua memang telah berubah dari apa yang ia ingat, namun sebenarnya bukan hal itu yang ia cari. Yesung tampak menghela, ia tak menemukan apapun dikamarnya ini.
“Kenapa tak ada satupun?” desahnya gusar. Tampak namja itu menengadah kearah langit-langit kamarnya, mencoba berpikir tentang apa yang sebenarnya telah terjadi dalam hidupnya selama ini. Kenapa? Kenapa tak ada satu pun barang atau  foto yeoja tunangannya itu didalam kamarnya? Mungkinkah Yura memang tak pernah berfoto dan memberikan barang untuknya?
Yesung nampak berpikir keras. Namun entahlah, ia merasa kepalanya tiba-tiba saja berdenyut, seolah meminta ia untuk tak mengulang masa lalu. Baiklah, Yesung sepertinya mengalah dan tak berusaha lagi untuk mengingat apapun dengan paksaannya.
“Aneh! Kenapa… kenapa aku tak menyimpan apapun dikamar ini? Kenapa sepertinya, dulu aku sangat menutupi hubungan ini? Hubungan dengan Yura? Kenapa aku seolah menyembunyikannya? Hhh… sebenarnya apa yang telah terjadi denganku?” tanya Yesung pada dirinya sendiri dengan nada gusar. Ia benar-benar tak mengerti, mengapa dulu ia bisa tak meninggalkan jejak apapun tentang gadis itu.
                    ‘Hhhh… apa ini takdirmu Tuhan?


***


Pagi ini, terlihat Yesung memajukan beberapa centi bibirnya kedepan, membentuk bulatan kecil seolah menggantikan awan kelam diatas sana. Setelah kejadian kecelakaan itu yang berakibat fatal, Nyonya Kim sama sekali tak menyuruh Yesung untuk keluar rumah dengan mobilnya sendiri. Ia harus diantar seorang supir, lalu mengantarnya kemanapun Yesung pergi. TIDAK! Yesung bukanlah namja yang dapat dilindungi seperti itu.
“Jika kau memang tak ingin berangkat kuliah dengan diantar seorang supir, terpaksa kau harus naik ini…” Yura sentak menendang sebuah sepeda yang baru dibelinya kemarin bersama Sohee, tepat didepan Yesung. Namja itu sentak menoleh, menatap tajam kearah Yura yang kini hanya tersenyum mengejek padanya.
“Apa kau gila menyuruhku pergi dengan sepeda seperti ini, heh? Apa kau tak berpikir apa dampaknya? Wajah tampanku ini bisa dilihat umum dengan gratis!”
“OMO!” Yura mendengus kesal, entah mengapa namja ini semakin hari semakin menyebalkan dimatanya.”
“Jika memang kau tidak mau, kau harus jalan kaki.” Lanjut Yura dingin.
“ARA! Aku lebih baik jalan kaki!” Sahut Yesung kesal, seraya berbalik dan hendak menjauhi Yura. Yeoja itu melongo, dengan cepat ia pun berlari dan mengikuti Yesung.
“YA! Kau mau kemana? Kenapa mengikutiku?”
“Bibi Kim menyuruhku untuk mengikutimu saja jika aku sedang bosan. Beliau mengatakan, satu-satunya agar aku dapat memulihkan ingatanku adalah… dengan terus berada didekatmu. Mungkin saja dengan begitu, ada sebuah kejadian yang akan aku ingat nantinya.”
“Mwo? Benarkah? Kurasa itu hanya akal-akalan mu saja agar dapat selalu berada didekatku!”
“YA! Jika saja nanti aku mengingat semua kenanganku, mungkin aku akan membatalkan pertunangan kita!” Tandas Yura membuat Yesung sontak saja mengubah ekspresinya menjadi dingin.
“Apa yang kau katakan, heh?” Yesung sentak mencengkram lengan gadis itu dan sedikit mendekatkan tubuhnya.
“M-mwo?”
“Membatalkan pertunangan?”
“Nde, waeyo? Aku akan kembali pada keluargaku dan akan melupakanmu.”
“Cah…” Yesung tampak tertawa sejenak. Sampai seketika…
“Aku akan mengh*milimu sebelum kau melakukan itu!” Ujar Yesung seraya semakin mer*patkan tubuhnya pada Yura.
“MWO?” Yesung tak berkata-kata lagi untuk menjawab pertanyaan gadis itu. Yura sentak saja meneguk air liurnya susah payah tatkala kini wajah Yesung semakin mendekat kearahnya.
   Yura… tenangkan dirimu! Dahimu harus kausembunyikan agar tak dicium sembarang lagioleh namja aneh ini…
Gumam Yura seraya sentak mengangkat tangan kirinya menyentuh dahinya. Entahlah, apa yang ia lakukan sekarang! Yang pasti, Yesung kini hanya tersenyum sinis menatap tingkah gadis polos itu.
“Turunkan tanganmu!” Seru Yesung memerintah.
“Tidak mau!”
“Sekarang!”
“Tidak mau! Lebih baik aku mat—”

#CUP

Yesung sentak men*utkan daun bibirnya pada bibir gadis itu. Hangat! Itulah yang dirasakan Yura saat pertama kali Yesung mulai mengelilingi peredaran bibirnya. Baiklah, ada rasa yang bercampur ketika Yesung melakukan itu padanya. Bumi ini seolah berhenti berputar disekeliling mereka, tak perduli akan tatapan menganga dari beberapa orang yang berlalu lalang. Asal mereka senang, toh buat apa perduli dengan yang lain. EGOIS! Mungkin memang itu perlu untuk dilakukan sekali-sekali.
Yura mengerjap, ia masih belum paham bagaimana caranya berci*man dengan benar! Jadilah kini, ia hanya mengikuti kemana arah lidah Yesung bergerak.
“Kau ingatlah ini…” Yesung sentak menghentikan pertautan mereka tiba-tiba dan mendelik tajam.
“Jangan pernah bermain-main denganku,” lanjutnya tepat ditelinga kiri Yura. Gadis itu bergidik! Yesung benar-benar menatapnya dengan tatapan mematikan! Habislah kini jantung Yura dibuatnya.
Gadis itu tampak semakin melongo, memandangi punggung Yesung yang perlahan-lahan berbalik dan menjauhinya. INI GILA! Yura sentak pucat akibat ulah Yesung kali ini.
“YA! Tarzan betina, katanya kau mau mengikutiku? KAJJA!” Pekik Yesung membuat Yura sontak mengerjap-ngerjap. Sesungguhnya, badannya kini tampak tegang dan panas-dingin. Benar, Yura merasa ini kali pertamanya ia berciuman.
“Huaaaaaaa… namja itu—ash—dia benar-benar mengerikan!” Umpat Yura menghentakan kakinya sembari kembali berjalan untuk mengejar Yesung. Entahlah, Yura benar-benar bingung bagaimana harus bersikap setelah ini dengannya.


***


                   *When It All Began, SHE!*



@KYUNG HEE UNIVERSITY


Sudah sedari tadi, Yura tampak berjalan sedikit jauh dibelakang Yesung. Entah mengapa, semenjak kejadian ciuman tadi, gadis itu hanya merunduk, merunduk dan merunduk lagi.
“YA! Kenapa kau hanya berdiri disana, cepat kemari!” Pekik Yesung, membuat Yura mau tak mau mendongak dengan sesekali merutuk kesal dalam hati. Kenapa tadi ia harus mengikuti namja gila ini?
“Aku mau masuk kedalam, bagaimana denganmu?”
“Nde? A-aaku…”
“Humm… kau tunggu disini saja, ara? Jangan kemana-mana, aku hanya akan melapor sebentar dan membawa surat keterangan kesehatanku ini kedalam.”
“Baiklah.” Yura tak pernah menatap Yesung lagi ketika berbicara. Sesungguhnya, efek ciuman itu benar-benar besar! Lihatlah, bahkan gadis itu hanya menuruti Yesung tanpa perlu lagi membalasnya.
“Jika kau hilang, aku tak mau tanggung jawab. Untuk itu, tetaplah disini apapun yang terjadi.” Ucap Yesung seraya berbalik dan masuk ke Universitas mewah itu. Tapi tunggu, baru beberapa langkah namja itu melangkah, ia kembali menghentikan langkahnya. Yesung tampak menoleh pada Yura dengan tatapan kuatir dan tak tega.
Yura terlihat tengah mencari tempat duduk. Dengan raut bingung ia tampak menatapi sekeliling Universitas ini. Yah, wajah gadis itu cukup cantik memang. Toh, tak salah, jika sebentar saja ia ditinggal, beberapa pria sudah mulai menggodanya dengan celetukan ringan. Yesung menghela, ia sadar akan pakaian yang dikenakan gadis itu cukup terbuka dibagian bahunya. Dengan tampak tak suka, namja itu pun sentak menarik dan menggenggam tangan Yura untuk ikut masuk kedalam.
“YA! Apa yang kau lakukan?” tanya Yura terkejut.
“Jika kau hilang, aku pasti akan dapat masalah besar.” Balas Yesung seraya terus menggenggam tangan Yura seraya berjalan melewati koridor-koridor yang ada. Tak perduli, akan tatapan semua orang yang kini malah menatapnya terkejut. Sadar atau tidak, dulu Yesung menjadi idola Universitas ini! Siapa yang tak mengenalnya dulu maupun sekarang…
“Bukankah—itu Yesung Yun Ji-ya? Dia bersama siapa? Selama ini dia menghilang, dan sekarang datang membawa seorang gadis? Padahal, kau baru pulang dari Taiwan, tapi dia sudah menggenggam tangan gadis lain seperti itu. Hey, apa kalian putus?” tanya seorang wanita bertubuh kurus itu pada seorang gadis yang kini berada disampingnya dengan tatapan nanar. PARK YUN JI; dialah gadis yang seharusnya menjadi tunangan Yesung sebelum kecelakaan itu terjadi.
“Yun Ji-ya… gwanchana?” gadis yang bernama Yun Ji itu pun hanya mampu menggeleng pelan. Yah, selama ini tak ada yang tau jika Yesung mengelami kecelakaan. Keluarga Kim, memang tak berniat untuk menyebarluaskannya. Termasuk Yun Ji, sesaat sebelum ia memutuskan hubungannya dengan Yesung, saat itu jugalah Yesung mengalami kecelakaan. Ia benar-benar tak tau akan hal itu…
“Gwanchana, aku hanya ingin bertemu dengannya sekarang.” Yun Ji sentak menghapus air matanya, lalu berjalan hendak menghampiri Yesung dan Yura.
“YA! KIM JONG WOON…” pekik Yun Ji seketika, membuat sentak saja langkah kaki Yura dan Yesung terhenti seketika.

#DEG

                    ‘Suara ini…



-TBC-

No comments :

Post a Comment