“Night Kisseu??” AILY After Story [Yesung-Yura]
Author : Kim Yeon Young [@yesungkiss]
Cast : Kim Jongwoon, Kim Yura.
Genre : Married Life, Romance, Comedy (?)
Ratting : PG-17
Ps : TYPO! Simple, tidak suka tidak usah membaca!!! Okey… perhatikan ratting… XD
Kyahhhhh akhirnya bisa merilis (?) After Story-nya AILY lagi… Kangen Kopel ini >,< *ciumin yeye *
Okey langsung saja, Happy Reading^^~~
Author’s POV
Suasana kamar malam ini begitu hening. Hanya terdengar suara ges*kan antara t*buh Jongwoon dan juga selimut yang membungkusnya. Matanya masih belum bisa terpejam, padahal ini sudah lewat jam dua malam. Dilihatnya tempat disampingnya, masih kosong. Benar-benar ia tidak bisa tidur.
Lagi-lagi ia menghela nafas panjangnya. Yura, dia tidak tidur dengannya malam ini. Yang benar saja, hanya karena dia menyebut aktris kesukaannya Yura ternyata marah dan menepati apa katanya dengan tidak tidur dengannya.
Jongwoon mengacak rambut cepaknya dan kemudian beranjak bangun. “Yura-ya, aku harus bicara denganmu. Enak saja, dia tidur dengan Key. Apa salahku ini fatal.” Jongwoon menggerutu sendiri sambil membuka pintu kamarnya.
Dilihatnya, suasana rumah memang sudah sepi. Jelas, semuanya penghuninya sudah terlelap. Jongwoon berjalan menuju kamar Key, kamar dimana Yura tidur disana. “Awas saja, kau harus kembali kekamar, jika tidak. Akan aku buat… Arghh!” Jongwoon frustasi sendiri mengingat ia juga begitu bodoh, kenapa bisa sampai bisa kecoplosan memuja gadis lain didepan istrinya. Dasar.
Jongwoon menghela nafas lega saat sudah ada didepan kamar Key. Pria itu belum berniat membuka pintu kamar ini, karena ia mengingat tadi ia juga akan masuk, tiba-tiba saja Yura masih belum tidur dan menyuruhnya untuk keluar.
Apalagi Key, sepertinya bocah kecil itu senang sekali Yura tidur dengannya, tanpa Jongwoon. Menyebalkan.
“Hyung, kau sedang apa?”
Jongwoon terkejut saat mendengar ada suara yang memanggilnya. Berbalik kebelakang, Jongjin sudah ada disana. Menatapnya aneh. Jongwoon, hanya bisa tersenyum. Senyum yang ia buat-buat. Karena memang Jongjin dan semua anggota keluarga tidak tahu kalau Yura tidur bersama Key, apalagi mereka sedang bermasalah.
“Em, aku akan menengok Key.” jawab Jongwoon beralasan. Jongjin mengernyitkan dahinya, ia memang masih mengantuk, jadi tidak seberapa memperdulikan bagaimana raut wajah Jongwoon saat ini.
“Oh… apa dia sakit?”
“Anniya. Aku khawatir saja… ya khawatir.” jawab Jongwoon lagi. Jongjin hanya mengangguk pelan, kemudian berlalu dari hadapan Jongwoon sambil membawa botol air mineral. Selalu saja seperti ini.
Dengan pelan Jongwoon membuka pintu kamar Key, layaknya pencuri yang mengendap-endap -_-”
CEKLEK!
Kamar dalam keadaan remang-remang, dilihatnya Yura sudah tertidur pulas dengan memeluk Key, begitu juga dengan Key, ia memeluk Yura erat sekali. Jongwoon mencibirkan bibirnya melihat pemandangan ini. Membuat iri saja.
Jongwoon mendekat kearah ranjang, dan duduk tepat disamping Yura. Karena memang ranjang Key hanya muat untuk dua orang. Jadi dia hanya bisa menatap Key dan Yura bergantian dengan wajah frustasinya.
Tangannya perlahan meraih tangan Yura, berusaha untuk membangunkan Yura. Tapi rupanya Yura memang terlalu lelap, jadi ia juga tidak terbangun. Jongwoon berpikir sejenak ada ide terlintas dikepalanya.
Dengan kekuatan yang ia miliki saat ini, ia berusaha untuk mengangkat tubuh Yura. Yah, hanya ini jalan satu-satunya.
Saat tubuh Yura akan terangkat, tiba-tiba Yura membuka matanya. Jongwoon menatapnya tanpa perasaan bersalah sedikitpun. Yura sadar akan posisinya kemudian…
“YAA!!” pekiknya. “Turunkan!” pekiknya lagi. Yura me
Night Kisseu
ronta dan menatap Jongwoon geram. “Turun atau aku akan berteriak, hingga seisi rumah ini bangun!” ancam Yura lagi.
“Kau mengancamku!” jawab Jongwoon. “siapa peduli? Kau ini istriku, hanya aku yang berhak atas dirimu.”
“Aku ini eomma-nya Key. Key juga berhak atas diriku.” jawab Yura lagi. Dengan kekuatan yang Yura miliki akhirnya ia bisa meloloskan dari gendongan Jongwoon. Dengan kesal ia merapikan pakaiannya, dan menatap Jongwoon seolah ingin memakannya hidup-hidup.
“Aku ingin bicara…” Jongwoon menaraik pergelangan tangan Yura. Yura menepisnya.
“Tidak mau…” kata Yura. “Kau tidak lihat ini jam berapa? Huh…”
“Justru itu, aku ingin menyelesai__”
“Aku lelah, ingin istirahat. Pergilah, besok saja kita bahas. Atau lain waktu saja… “ Yura kembali merebahkan dirinya disamping Key. Memunggungi Jongwoon.
Jongwoon yang melihatnya, hanya bisa meremas rambutnya, kesal dan juga geram. Bagaimana bisa Yura mengabaikannya.
“Kau ini sangat keras kepala!” ujar Jongwoon.
“Kau bisa diam tidak huh!? Kalau Key terbangun bagaimana? Setidaknya kau tau waktu jika mengajakku bertengkar.” jawab Yura tanpa menoleh kearah Jongwoon.
Jongwoon membulatkan matanya, terkejut dengan apa yang Yura katakan.
“M…Mwo…Mwo? Bertengkar?” Jongwoon tidak percaya dengan kata Yura barusan. “Bertengkar kau bilang? Hey, Kim Yura, siapa yang mengajakmu bertengkar? Aku hanya ingin membicarakan masalah kita. Oh, aku tahu… bertengkar diatas ranjang? Begitu…”
“Kau gila…” jawab Yura kesal. Disaat seperti ini, bisa-bisanya Jongwoon bercanda dengan ha-hal yang mengarah ke suatu hubungan suami istri. Dasar. Otaknya sudah tidak waras.
“Sejak kapan aku tidak gila huh! Kau yang membuatku seperti ini. Yak bangun Kim Yura…” Jongwoon berusaha menarik tangan Yura kembali. Tapi Yura juga tetap bersikeras menahan dirinya agar tidak ikut dengan permainan Jongwoon ini.
“Aisshhh! Kau tidak kasian dengan Key?” kata Yura kali ini menatap Jongwoon. “Aku baru beberapa kali tidur dengannya, kau ini__”
“Tapi dulu, waktu kita tidak bermasalah. Dan sekarang__”
“Kita bermasalah begitu?” potong Yura. Jongwoon membasahi sedikit bibirnya, ia tidak sanggup menjawab pertnyataan Yura.
“Yura-ya, kau bisa tidak, tidak menyudutkanku dalam masalah seperti ini. Ini membuatku__”
“Ini masalah kau yang buat sendiri. Sudahlah aku ingin tidur…” Yura kembali memejamkan matanya. Ia mengabaikan Jongwoon yang terus menatapnya.
“Kau tidak tahu? Aku begini agar masalah ini cepat selesai…” kata Jongwoon pelan. Walau Yura masih mendengarnya, tapi ia tahan untuk terus memejamkan matanya.
“Baiklah… aku pergi. Aku akan tidur sendiri, kau puas huh!” Jongwoon mencibirkan bibirnya kemudian ia berjalan hendak keluar dari kamar Key. “Cemburumu sangat menakutkan…” gumam Jongwoon sendiri.
__oOo__
Jongwoon’s POV
Aku membuka mataku, berharap Yura ada disampingku. Seperti pagi-pagi yang kemarin. Tapi ini mustahil. Baiklah Kim Jongwoon, kau memang bersalah, dan kau memang pantas dihukum. Hahaha… hukum? Hukuman macam apa ini, tidak boleh menyentuh istrinya sendiri. Bunuh aku ya Tuhan!
Dengan langkah gontai aku berjalan kekamar mandi, membasuh muka dan menggosok gigiku. Ini hari sabtu bukan? Aku malas sekali kekantor. Baiklah Jongwoon, berangkat agak siang saja sepertinya lebih baik.
Aku melangkahkan kaki menuju dapur. Biasanya Yura ada disana, atau dia masih ada dikamar Key? Saat aku berjalan, aku melihat sesosok yang membuat jantungku berdebar. Yah, siapa lagi kalau bukan Yura. Walau sudah menjadi istriku, aku selalu berdebar-debar tidak menentu. Entahlah…
Benar apa kataku, dia memasak. Emm… dari belakang saja aku sudah ingin memeluk tubuhnya itu. Arghh… kenapa saat memasak dia justru terlihat mempesona. Lihatlah, dengan dressnya yang diatas lutut, dan rambutnya yang sengaja ia gulung hingga memperlihatkan lehernya. Bagian t*buh favoritku… dia sudah bisa mempesonaku. Aish… sebaiknya aku datang padanya saja. Siapa tahu moodnya sudah membaik.
“Aigoo… Moon Geun Young, kau harus tanggung jawab. Aku jadi seperti ini, juga karenamu. Aish!”
Disaat aku akan mendekati Yura, yang kebetulan dia sedang sendiri didapur. Biasanya juga bersama Eomma. Ah, kau beruntung Kim Jongwoon.
“Appa-ya!”
Key??? Aku menundukkan wajahku, dan Key sudah ada untuk memelukku. Dengan terpaksa aku menggendongnya. Ahh, Key kenapa kau tidak tahu Appa ingin bersama Eomma dulu, huh? Kulirik sesaat Yura sedang menoleh kearahku dan Key. Wajahnya sepertinya masih sama. Aura kemarahannnya masih seperti kemarin. Tidak berubah.
“Appa, nanti Key berangkat bersama Appa ne?”
“Aigoo, Key.. Appa nanti berangkat agak siang kekantor. Bagaimana kalau dengan Jongjin samchon?” kata Jongwoon. Key tampak mengangguk, setuju.
“Berangkat bersama Eomma saja Key-ya. Kebetulan Eomma nanti ada urusan. Eomma sekalian mengantarmu, Ne!” sahut Yura, tidak mengahadapku, tetap dengan kesibukan memasakknya. Ya Tuhan, gadis ini masih saja. Apa katanya? Ada urusan?
“Kya.. Johta!” ucap Key senang. Yah, tentu saja Key senang. Aku hanya melihatnya kecewa.
“Ya, Yura-ya, kau ada urusan apa huh? Kau juga tidak kuliahkan hari ini?” tanyaku. Yah setidaknya mengintrogasinya. Aku juga ingin tahu dia kemana.
“Apa perlu kau tahu.” jawabnya masih ketus.
“Aku ini__”
“Kangin oppa menyuruhku datang kekantornya. Ada kepentingan pekerjaan.” potongnya sebelum aku selesai mengatakan apa yang aku maksud tadi.
“Eomma, buatkan susu.” pinta Key membuyarkan pandanganku pada Yura.
“Eomma sudah buatkan. Dimeja makan, minumlah selagi hangat Key-ya.” Key tersenyum senang, kemudian beranjak turun dari gendonganku.
Ahh, setidaknya begini aku bisa mendekat Yura. Tanpa ada Key.
“Erm, Kopiku mana?” tanyaku hati-hati. Dan kini memang aku ada disampingnya. Dia tidak menjawabnya. Aish… sabar Jongwoon. Sabar.. “Aigoo… Yura-ya kop__”
“Yura-ya, ini kopi siapa??” tanya Jongjin dari arah meja makan. Aku menatap Jongjin yang kini ia membawa cangkir ditangannya.
“Ne, minum saja.” jawab Yura. Jongjinpun tersenyum dan dengan senang hati ia meminumnya. Yura-ya, kau ingin aku cemburu dengan Jongjin? Begitu… malang sekali nasibku.
“Itu kopiku bukan?” selidikku. Yura hanya menyibukkan diri dengan masakannya yang sudah hampir selesai.
“Yura-ya, aku ini__”
“Bukan, aku membuatkan kopi untuk Jongjin, percaya diri sekali kau Kim Jongwoon.”
Okey, satu hal yang aku tahu saat ini adalah. Istriku sedang berusaha mendekati adikku sendiri. Ya Tuhan, Jongwoon kenapa kau malah berpikiran seperti ini. Wajar saja, tapi kenapa Yura meletakkan kopi buatannya dimeja makan? Kalau dia membuatkan untukku pasti dia selalu meletakkan dikamar.
Ini pertanda buruk.
“Yura-ya, bagaimana bisa kau__”
“Kau bisa membuatnya sendirikan? Kenapa manja sekali…” Yura lagi-lagi memotong pembicaraanku. Dan berulangkali ia mengabaikanku. Dengan wajah tanpa dosanya ia berlalu dari hadapanku. oh.. mimpi apa kau Jongwoon.
“Jongwoon-ah, kenapa kau disini? Kau tidak ikut sarapan dengan yang lainnya?” kata Eomma tiba-tiba ada disampingku. Ah, entahlah.. aku malas sekali untuk sarapan.
“Nanti saja, aku masih kenyang.” jawabku berlalu dari tempat ini.
“Mau Eomma buatkan kopi?” tanyanya saat aku sudah berjalan.
“Tidak usah.” jawabku. Aku melirik sekilas kearah meja makan. Semuanya memang tampak tersenyum senang, yah tersenyumlah. Terutama Yura, dia sepertinya sangat puas membuatku seperti ini.
BRAKK!
Biar saja pintu kamar ini rusak. Sekalian saja tidak ada pintunya. Lagi pula, untuk apa ada pintunya huh… Ah aku ini bicara apa. Sebaiknya aku tidur lagi saja.
__oOo__
“Appa, Ireona.” Aku mendengar suara Key? “Appa-ya, Key mau berangkat.”
Dengan malas aku membuka mataku, dan mendapati Key sudah ada disampingku. Dia tampan sekali dengan pakaian seragamnya.
“Kau berangkat sekarang?”
“Eum…” Key mencium pipiku dan aku juga mencium pipi gembilnya. “Eomma, kajja!”
Aku menoleh kearah pintu dan ternyata Yura juga sudah berpakaian?? tunggu kenapa dia memakai pakaian kerja yang… yang SEXY! Dia mau cari mati… Kim Yura, kau MAU MATI!
“Appa, Key pergi dulu. Annyeong…”
“Ne, hati-hati. Jangan nakal Key-ya.” kataku mengusap puncak kepalanya. Sambil mengikutinya berjalan. Mendekat kearah Yura. Yura didepan pintu juga menatapku. Aku menatap detail, dari bawah hingga atas. Wajah, terlalu cantik untuk hari ini. Dia kekantor apa untuk… Ahh Jongwoon hilangkan pikiran burukmu.
Rok pendek, tanpa stoking? Ya Tuhan… Yura memerkan pahanya yang…
Dan kemejanya? Ya Tuhan…. Yura. Kau ingin menggoda pria lain? Atau kau memang ingin aku cemburu begitu?
“Kau yakin kekantor dengan pakaian seperti ini?” tanyaku padanya. Yura hanya menatap pakaiannya sendiri.
“Yakin.” jawabnya singkat. Aku mencibir kearahnya. Ya Tuhan dia memang sangat cantik sekali, tapi… Kemejanya itu terlalu… aku saja bisa melihat br* apa yang d*a pakai. Hitam!
“Ganti kemejamu dengan warna lain. Ppali!” Yura menatapku aneh. Apa ada yang salah dengan kataku.
“Kau ini kenapa? Aku membawa blazer, kau saja yang terlihat mes*m saat menatapku.” jawabnya seraya berbalik. Ahh… beruntung Key sudah berlalu dari hadapan kami. Kalau ia masih disini, apa pantas Key mendengar kami berbicara seperti ini.
“Tapi..tapi tetap saja__”
“Sudahlah. Kau membuat moodku hancur dipagi hari.” jawabnya lalu menjauh dari hadapanku. Hey. Moodku hancur? Hhh… yang benar saja. Jadi dengan berpakaian seperti itu moodnya membaik? Dasar gadis aneh.
Aku rasa dia memang ingin membuatku men*rjangnya dengan berpakaian seperti itu. Awas saja kau Kim Yura. Siapkan tub*hmu kalau begitu.
“Hyung, kau tidak mengantar mereka?” tanya Jongjin tiba-tiba. Aku malas menatap Jongjin, yah karena dia juga aku menjadi seperti ini sekarang. Kalau saja Jongjin tidak berbicara mengenai aktris favoritku, hubunganku dan Yura juga masih membaik.
“Eum?”
“Kau tidak mengantar Key dan Yura? Mereka naik taxi sepertinya, Yura tidak meminta kunci mobil padaku.” kata Jongjin.
“Ne, biarkan saja dia naik taxi.” jawabku malas. Kulihat Jongjin menatapku bingung.
“Kau kenapa?” tanyanya. Masih bertanya? Dasar, apa Jongjin tidak peka dengan apa yang ia perbuat? Sudah menyerobot kopiku, sekarang malah bertanya menyebalkan.
“Anniya.” kilahku. “Oh, ya katamu nanti perwakilan dari produser drama itu akan datang, jam__”
“Jam dua belas siang.” potong Jongjin. “Aku lupa mengatakannya tadi malam. Kelihatannya mereka ingin makan siang denganmu nanti, mereka juga sudah menyiapkan tempatnya.”
“Oh… begitu.”
“Eum, sepertinya kau akan sering bertemu dengan Park Bo Young.” kata Jongjin lagi.
“Mwo?”
“Ne, drama ini akan dibintangi oleh Park Bo Young. Wanita idamanmu dulu selain Moon Geun Young.”
Ini kabar bagus sekaligus kabar buruk sepertinya. Yah, aku senang jika why style dijadikan lokasi syuting. Dengan begitu akan banyak yang datang, dan tentu saja toko kami ramai pengunjung. Tapi… ini Yura tahu jika aku mengidolakan mereka berdua. Ya Tuhan.
“Hyung…” Jongjin memanggilku lagi. “Hey, bukankah kau bisa mengambil fotonya dari dekat. Atau kau suruh karyawan kita untuk__”
“Yak Jongjin-ah!” pekikku. Aku menatapnya kesal. Apa dia tidak sadar gara-gara membicarakan aktris idolaku Yura menjadi seperti ini.
“Mwoya?”
“Ahh… kau tidak tahu Yura tadi malam…” Aku tidak sanggup mengatakannya. Jongjin menatapku dengan wajah penuh dengan pertanyaan.
“Apa Yura benar-benar marah kau memuji…” Jongjin menahan senyumnya. “Hahahaha…” Nah tertawalh Jongjin. Tertawalah.
“Benar Yura marah? Aigoo… kasian sekali dirimu hyung.” Jongjin sepertinya puas sekali melihatku seperti ini.
“Ini juga karenamu, kalau saja kau tidak menyebut nama__”
“Itu murni salahmu. Yura marah jelas saja, itu wajar. Kau memuji wanita lain jelas-jelas didepannya. Hahahha…” kan? Jongjin menyalahkanku… kenapa semua seolah menyebalkan sekali. Mana tali? Aku ingin gantung diri saja.
“Kau… kau tidak tahu bagaimana dia menakutkan sekali kalau sedang cemburu.” kataku. Jongjin masih terkekeh kemudian menepuk pundakku.
“Sabar hyung. Hahaha, makanya lain kali hati-hati. Kau ini sudah beristri, masih saja sama…”
“Yak! Apa maksudmu…”
“Kau masih sama seperti dulu. Aneh hyung… hahaha…”
“YA!!!”
“Apa jangan-jangan memang kau menyukai aktris idolamu…??”
“Tutup mulutmu! Kau ini… aku hanya mengidolakannya saja. Apa salah?”
__oOo__
Author’s POV
“Hyung, mereka sudah menunggumu… kenapa kau masih disini?” tanya Jongjin pada Jongwoon yang kini masih duduk, sambil mengamati ponselnya. Mengamati foto Key dan Yura, siapa lagi. Padahal dia ingin sekali mengajak Key dan juga Yura makan siang bersama. Sudah lama mereka tidak makan siang bersama. Tapi… Yura bahkan tidak membalas pesannya.
“Hyung, mereka sudah menunggumu… kenapa kau masih disini?” tanya Jongjin pada Jongwoon yang kini masih duduk, sambil mengamati ponselnya. Mengamati foto Key dan Yura, siapa lagi. Padahal dia ingin sekali mengajak Key dan juga Yura makan siang bersama. Sudah lama mereka tidak makan siang bersama. Tapi… Yura bahkan tidak membalas pesannya.
“Key sudah pulang?” tanya Jongwoon pada Jongjin.
“Eomma menjemputnya.”
“Eomma?”
“Ne, eomma wae?”
“Aku kira kau atau Yura…”
“Yura? Tsk… bukankah dia juga sedang bersama Kangin… mungkin ada urusan penting hingga Kangin memanggil Yura untuk membantunya.” jawab Jongjin sambil memasukkan beberapa file kedalam tasnya. Jongwoon berpikiran kenapa dia bodoh. Tidak bertanya kepada Kangin? Apa saja yang Yura lakukan disana. Dasar bodoh… bodoh.
“Oh, ya… bagaimana? Sudah selesaikan? Kapan kau memberi tahu Yura tentang kejutanmu itu?” tanya Jongjin. Aku malas menatapnya.
Yura saja dalam mood tidak baik, malah memberinya kejutan? Yang benar saja. Yang ada dia malah akan membunuhku hidup-hidup.
“Aku melihat kemarin bersama Leo hyung. Ternyata seleramu bagus juga. Ahh… kenapa kau dulu tidak sekolah___”
“Jongjin kau bisa diam tidak.”
Jongjin menatapku kesal. Aku sedang tidak ingin membahasnya. “Ada bagian yang aku kurang puas, bagian depannya, aku akan benahi sendiri mungkin besok.”
“Euh… Ya sudah. Kami tinggal menunggu kau mengundang kami nanti.” Jongjin sepertinya sudah bersiap untuk pergi lagi. “Hyung, kajja!” ajak Jongjin.
“Sekarang?” tanya Jongwoon memastikan.
“Kau ini? Sudahlah… Yura baik-baik saja. Apa kau pikir dia akan berselingkuh begitu?”
Jongwoon mencibir kearah Jongjin. Bisa-bisanya Jongjin berekata seperti itu. Kapan pikiran Jongwoon akan normal kalau terus seperti ini. Berselingkuh? Apa kata Jongjin barusan. BERSELINGKUH?
“Yak!” pekik Jongwoon. “Bagaimana kau berpikiran begitu pada___”
“Aish Hyung, kita tidak ada waktu lagi. Ppali!” Jongjin mengabaikan kata Jongwoon barusan. Pergi meninggalkan ruangan Jongwoon dengan wajah tanpa dosanya setelah mengatakan Yura tidak mungkin berselingkuh.
Apa mungkin Yura mencari eksekutif muda? Untuk pembalasan dendam? Ahh.. Jongwoon pasti sudah gila sekarang.
“Baiklah, Jongwoon. Sekarang waktunya bekerja. Yah… siapa tahu nanti malam Yura sudah berubah pikiran. Dan dia akan tidur denganmu kembali. Ahh aku merindukan night kisseu??” gumam Jongwoon frustasi.
__oOo__
Jongwoon dan juga Jongjin masuk kedalam restaurant. Tempat ini memang ramai, walau tergolong mewah tapi banyak juga orang yang menyempatkan makan siang disini.
Jongwoon masuk kedalam tempat yang memang sudah menjadi tempat janjian mereka. Sepertinya matanya juga tidak salah lihat. Ia melewati… melewati…
“Yura…” gumanya. Jongjin yang mendengarnya kemudian berbalik menatap Jongwoon. Ia mengamati arah tatapan mata Jongwoon. Dan ternyata memang benar.
Yura tengah menikmati makan siang dengan beberapa orang pria. Sepertinya memang benar, mereka hanya sebatas bisnis. Tapi, pria-pria itu terlalu menawan sepertinya. Eksekutif muda, memang benar. Eksekutif muda. Dan Yura, dia tidak mengetahui Jongwoon menatapnya kini.
“Hyung, Yura mungkin sedang bersama__”
“Arasseo. Relasi bisnis.” potong Jongwoon. “Tssk, Kangin…” desis Jongwoon. Tangannya kini mengepal melihat Yura dengan mudahnya tersenyum dihadapan pria-pria itu. Menyebalkan sekali. Setidaknya dia bilang pada Jongwoon, sedang apa? Hingga seperti ini marahnya? Jongwoon geram sekali menatap Yura.
“Mwo? Kangin?” tanya Jongjin.
“Kajja…” Jongwoon mengabaikan apa kata Jongjin. Jongwoon tahu, Kangin memanfaatkan kecantikan adiknya ini. Dasar sifatnya tidak bisa berubah.
“Hyung, belok sini.” kata Jongjin pada Jongwoon yang memang konsentrasinay pecah, hingga ia terus berjalan.
“Eum? Ne…”
Jongjin hanya menggelengkan kepalanya melihat kakaknya seperti ini. “Konsentrasi Hyung! Kekekek….” Jongjin malah terkekeh melihat kelakuan Jongwoon ini.
__oOo__
Kangin’s Office
“Jadi kau kesini, hanya untuk menanyakan Yura? Tssk… “
“Ne, kenapa kau menyuruh Yura menemui, pria-pria__”
“Aigoo Jongwoon-ah. Kau ini kenapa, berlebihan sekali? Ini bukan yang pertamakan aku memanggil Yura sejak menikah denganmu? Tsskk. Kau ini.” Kangin menutup lapotopnya kemudian mendekati Jongwoon yang duduk disofa, sepertinya wajahnya terlihat frustasi.
“Tapi tetap saja aku tidak suka melihat pria-pria itu__”
“Cemburumu menakutkan. Baiklah, aku minta maaf. Lain kali aku tidak akan meminjam Yura kalau relasiku seorang pria, Okey!”
Jongwoon menatap Kangin. Ada perasaan lega sebenarnya, tapi ia juga tidak enak dengan Kangin. Bagaimana jika mertuanya tahu dia seperti ini.
“Begitu lebih baik…” jawab Jongwoon sedikit lega.
“Kalian ada masalah? Tidak biasanya kau melarang-larang Yura seperti ini?”tanya Kangin.
“Kangin oppa…”
Jongwoon dan Kangin segera menoleh kearah sumber suara yang mereka sangat kenal. Siapa lagi kalau bukan Yura. Gadis ini menatap kearah Jongwoon dan Kangin bergantian. Jongwoon menatap Yura, begitu juga dengan Yura. Yura sedikit terkejut, kenapa Jongwoon ada disini. Membuatnya gugup saja.
“Kau sudah pulang? Bagaimana? Berhasil!!?” tanya Kangin pada Yura. Yura menghampiri Kangin dan juga Jongwoon, tapi sepertinya Kangin merasa ada yang aneh dengan tatapan Jongwoon dan Yura kali ini. Apa memang mereka sedang bertengkar.
“Sini, duduklah. Kenapa malah berdiri disitu.” kata Kangin pada Yura. Yura kemudian duduk disebelah Kangin. Bukannya disebelah Jongwoon. Kangin tersenyum simpul melihat keanehan ini.
“Berhasil?” tanya Kangin lagi antusias.
“Eum, Geure!” jawab Yura tersenyum pada kakaknya ini. “Siapa lagi? Kim Yura…” tambah Yura, membuat Jongwoon kesal saja mendengarnya.
“Kya, kau memang adik yang bisa diandalkan Yura-ya…” Kangin mengusap puncak kepala Yura. Yura terlihat tersenyum pada Kangin. Jongwoon yang melihat pemandangan ini hanya bisa diam, dan sesekali mencibirkan bibirnya kearah Yura.
“Kalian mau minum apa?” tanya Kangin. “Kopi. Atau…”
“Tidak usah!” jawab Jongwoon dan Yura bersamaan.
“Oh, kalian memang kompak sekali ya.”
__oOo__
Jongwoon’s Car
Jongwoon dan Yura juga masih terdiam satu sama lain. Belum ada kata-kata yang keluar dari mulut mereka sepanjang perjalanan ini. Jongwoon sesekali melirik kearah Yura. Yura hanya menatap kesamping, tepatnya kejendela.
Jongwoon sengaja tidak melajukan mobilnya dengan cepat, karena memang ia ingin berlama-lama dengan Yura, berdua didalam mobil. Yura terus saja menghela nafas panjangnya, terlihat jelas ia bosan sekali. Ia tahu Jongwoon sengaja seperti ini agar mereka terus berdua.
“Makan malam?” kata Jongwoon memecahkan keheningan. Jongwoon melirik sekilas kearah Yura.
“Kau lapar bukan? Didekat sini ada restaurant Jepang, kesukaanmu.” kata Jongwoon lagi. Jongwoon melihat Yura dari samping, tapi gadis itu tetap pada pandangannya keluar. Jongwoon mencibirkan bibirnya melihat kelakuan Yura ini.
“Aku makan dirumah saja.” jawab Yura pelan. Akhirnya Jongwoon mendengar suara Yura. Jongwoon tidak tahu harus bagaimana, justru dia ingin berduaan, membicarakan masalah ini agar tidak berlarut-larut.
“Aku ingin makan diluar, sudah lama kita tidak makan__”
“Aku sedang malas. Lain kali saja makan malamnya…” potong Yura. Jongwoon menghela nafas panjangnya. Akhirnya Jongwoon menghentikan mobilnya disekitar tepian sungai Han. Yura menatapnya bingung.
“Kenapa malah berhenti?” Yura menatap kearah Jongwoon. Pria ini malah balas menatap Yura kesal.
“Aku tidak ingin bertengkar dirumah. Jadi kita selesaikan didalam mobil saja…” jawab Jongwoon. Kata-katanya sangat aneh terdengar ditelinga Yura, bertengkar didalam mobil. Yang benar saja. Jadi dia ingin bertengkar, begitu?
“Ini sudah malam, dan Key pasti__”
“Kau senang bertemu dengan pria-pria tadi…” potong Jongwoon. “Kenapa kau tidak bilang jika akan bertemu dengan para pria seperti tadi huh!” Jongwoon langsung pada permasalahannya. Yura menatap Jongwoon sekilas. Tatapannya benar-benar membuat Yura tidak sanggup berlama-lama menatapnya, sungguh membuat hatinya berdebar kencang.
“Apa maksudmu dengan aku senang!” balas Yura. Jongwoon tersenyum miring menatap Yura.
“Jadi kau berpakaian seperti tadi untuk menarik perhatian para pria-pria itu? Begitu…”
“M…Mwo?” Yura tidak percaya Jongwoon mengatakan ini padanya. Memangnya dia gadis macam apa?
“Ingat Yura-ya, kau ini sudah__”
“ARA!” potong Yura. Ia kesal saat Jongwoon menyebutnya seperti tadi. “Kau kira aku ini wanita macam apa? Aku berpakaian seperti ini, hanya untuk pria lain. Yah.. terserah apa pikiranmu padaku!” tambah Yura.
Jongwoon menghembuskan nafas beratnya. Ia meremas rambutnya sendiri. Kenapa menjadi seperti ini.
“Lalu kenapa kau tidak bilang sebelumnya jika ingin bertemu__”
“Aku kecewa denganmu, Ara! Aku kecewa!” potong Yura. Jongwoon mengerjapkan matanya, mendengar apa kata Yura barusan. Kecewa? Sebenarnya yang pantas marah ini siapa? Membuat Jongwoon bingung.
“Ya, kau kecewa? Bagaimana denganku, bagaimana denganku?!!” balas Jongwoon. “Kau cemburu dengan aktris saja seperti itu, aku juga berhak cemburu dengan pria-pria itu…” lanjut Jongwoon. Yura langsung menatapnya.
“Mwo? Aku wajar saja, kau memujinya bahkan__”
“Ya ya ya… lalu aku cemburu tidak wajar begitu?” potong Jongwoon. Yura mendengus kesal. Ia tidak habis pikir akan seperti ini.
“Aku bekerja, lagi pula kau pikir aku akan memuji mereka tampan begitu? Oh, ya.. Aku akan memuji mereka memang tampan, masih muda dan juga__”
Yura tercekat saat tangan Jongwoon mencengkeram lengannya. Tatapannya begitu dalam menatap Yura. “Ulangi sekali lagi? Apa katamu tadi… huh!” dengus Jongwoon.
Yura seperti kehabisan kata-kata saat Jongwoon memang benar-benar marah dengannya. Ini sebenarnya masalah tidak begitu besar. Hanya karena memang ia menemui relasinya, Jongwoon jadi membalikkan keadaan.
Yura mengalihkan pandanganya. Ia tidak mau berlama-lama menatap Jongwoon. Tangan Jongwoon masih mencengkeram erat lengannya. “Key, menunggu dirumah. Kalau kau tidak menjalankan mobilnya. Biar aku turun dan___”
“Kau bisa tidak, tidak mengalihkan pembicaraan, hum?” potong Jongwoon.
“Aku tidak mengalihkan pembicaraan. Kau tahu, kau begitu menyebalkan. Sangat menyebalkan!!!” pekik Yura kesal. “Kau terus menyalahkan aku, kau bilang aku ingin menggoda pria-pria, kau kira aku ini apa? Kau…Kau sangat menyebalkan!!!” mata Yura memerah seketika.
Jongwoon terdiam, ia tidak tahu kalau Yura akan seperti ini. Lihatlah sekarang, Yura menangis. Dan ini kemungkinan besar karena Jongwoon.
“Ya… Aish!” gerutu Jongwoon. “Okey, sekarang apa maumu… dan satu lagi berhenti menangis Kim Yura. Kau seperti anak kecil, kau tahu? Huh!”
“Biar, seperti anak kecil, apa urusanmu!” Yura mengusap air matanya sendiri, dengan kesal menatap Jongwoon. Dasar pria tidak peka, seharusnya dia minta maaf atau apa. Malah menuduhnya yang tidak-tidak.
Jongwoon menenangkan dirinya sendiri. Ia menghela nafas panjang, kemudian meraih wajah Yura dan menangkupnya kedalam dadanya. Mengusap punggung Yura.
“Aigoo… maafkan aku.” kata Jongwoon pelan. “Kau tahu, cemburumu menakutkan. Aku sampai berpikir kau bahkan tidak akan tidur denganku lagi… emm maksudku tidur sekamar.”
“Pikiranmu selalu buruk terhadapku. Aku masih malas untuk memaafkanmu… “ balas Yura. Jongwoon melepas pelukannya. Ia kini menatap Yura, mengernyitkan dahinya.
“Hhh… Apa salahku sangat besar. Lalu bagaimana dengan kesalahanmu, yang tidak sengaja membuatku cemburu.”
“Itu masalahmu, bukan masalahku. Lagi pula, aku berpakaian seperti itu juga wajar saja.” jawab Yura lagi membuat Jongwoon kesal saja. Rupanya gadis ini suka sekali membuatnya naik darah.
“Dan mulai sekarang, aku tidak akan memuji… muji.. emm… aktris idolaku lagi. Yakhsoke! Aku tidak akan mengidolakannya lagi kalau kau mau…”
Yura mencibirkan bibirnya mendengar kata terakhir Jongwoon. Dasar, Gila… ini gila! Bagaimana ia bisa cemburu dengan aktris idola Jongwoon. Tapi, wajar karena Jongwoon sangat mengidamkan wanita seperti aktris idolanya itu.
“Satu lagi, saat berpakain, harus mendapat persetujuanku!”
“…..” Yura diam, ia belum menjawabnya. Apa Jongwoon sudah gila? Pakaian saja harus mendapat persetujuannya.
“Ya!” pekik Jongwoon. Yura menyembunyikan senyumnya. Ia bisa apa melihat tingkah lucu Jongwoon dan sekaligus menyebalkan ini?
“Aigoo… apa pakaian saja harus mendapat persetujuanmu. Kau ini sudah gila apa kau memang sangat gila? Apa dirumah juga harus___”
“Kalau perlu dirumah juga.” potong Jongwoon. “Kau ini jangan banyak protes. Turuti saja apa mauku!”
“Kau ini egois sekali. Selain aneh, kau juga menyebalkan…”
“Itulah resiko menikah denganku… dan juga mencintaiku Kim Yura?” Jongwoon terlihat puas dengan apa yang ia ucapkan. Setidaknya Yura tahu apa maksudnya dengan mengatakan ia sangat keberatan jika ia bertemu dengan pria-pria lain dan mengumbar senyum.
“Kalau tahu begini, aku tidak akan menikah denganmu.” jawab Yura mencibir. “Donghae, bagaimana kabarnya ya sekarang.” tambah Yura. Tentu saja untuk menggoda Jongwoon.
“Mwoya? Siapa tadi… ayo ulangi lagi…”
“Ehmm… Donghae oppa lama sekali dia tidak mengabariku. Hhh.. aku jadi merinmmmphh….mph…” Yura belum sempat melanjutkan apa kata-katanya, kini malah b*birnya sudah ditutup oleh b*bir Jongwoon yang bergerak diatas b*birnya. Yura yang terkejut, kini hanya bisa memejamkan matanya saat Jongwoon mulai mel*mat bibirnya bergantian dengan lembut. Entah kenapa dia tidak menolak, bahkan Jongwoon merap*tkan tub*hnya kini, untuk memp*rkecil jar*k tub*h mereka berdua. Yang ia bisa kini hanya membalas ci*man Jongwoon yang kini terasa sangat begitu dalam.
Jongwoon melepas ta*tan b*birnya, kemudian ia menatap Yura. Begitu juga sebaliknya.
“Kau tahu, kau membuatku ingin menci*mmu, kau puas, huh!?” Jongwoon memiringkan kepalanya kembali untuk menj*ngkau bib*r Yura sebelum gadis ini membalas perkataannya. Mel*mat bibir Yura kembali, ia hanya ingin Yura tahu, bahwa ia sangat merindukannya. Dengan begini, ia yakin Yura juga merasakan hal sama dengannya saat ini. Ci*mannya kini menjadi sedikit cepat, dan menuntut. Tidak ada waktu untuk Yura mengambil sedikit oksigen yang banyak. Ia sadar saat Yura berusaha menjauhkan wajahnya, Jongwoon hanya memberinya celah sedikit untuknya mengambil nafas. Hingga Yura hanya bisa pasrah dengan perlakuannya ini.
“Jongwoon…” Jongwoon tidak memperdulikan apa kata Yura barusan. Ia tahu, apa ini keterlaluan? Tidak juga ini wajar mereka sudah suami istri. Tangan Yura bahkan tidak mencegahnya saat ia mulai meng*sap paha Yura yang memang tidak tertutup, karena hanya menggunakan rok pendek. Bibirnya kini beralih keare kegemarannya. Sekitar leher Yura, yang sedikit terbuka karena sedikit longgar. Yah Yura tidak tahu sejak kapan Jongwoon berhasil m*lepas dua k*ncing k*mejanya.
Yura seketika mendengar suara ponselnya berdering. Ia mencoba mendorong t*buh Jongwoon dengan sisa kesadaran yang ia miliki saat ini. Jongwoon merasa sedikit kecewa saat ini. Itu dapat dilihat dari wajahnya.
Yura mengeluarkan ponselnya yang ada didalam tas. Ternyata… Yura cukup terkejut ketika melihat nama yang tertera dilayar ponselnya.
“Ne, eomma-ya.” jawab Yura sambil mengatur nada bicaranya.
“Key mencarimu? Eum, apa kau masih bekerja?”
“Anniya, aku sudah selesai… ini dalam perjalanan pulang eomma.” jawab Yura. Jongwoon sadar jika memang ini bukan waktu yang tepat. Ia merapikan kemeja dan rambutnya lalu siap dengan kemudinya.
“Oh, apa Jongwoon bersamamu sekarang?”
“Ne, eomma. Jongwoon oppa bersamaku…” Yura melirik sekilas keaah Jongwoon.
“Oh, ya sudah. Tapi apa kalian ada acara? Sepertinya kalian__”
“Ah, anniya. Anniya. Kami tidak ada acara berdua. Yah, kami akan segera pulang.”
“Baiklah.”
Yura meletakkan ponselnya saat sambungan teleponnya sudah terputus. Ia menatap Jongwoon, dan Jongwoon juga menatapnya. Tatapan Jongwoon sulit sekali diartikan. Menatap Yura dari atas hingga bawah.
“Ya, kau menatapku seperti itu.” protes Yura. “Ppali jalankan mobilnya. Kau tidak dengar Key menungguku. Aish jinja!”
Jongwoon mencibir kearahnya. “Arasseo. Didepan eomma memanggilku dengan Jongwoon oppa, padahal aslinya kau sulit sekali memanggilku seperti itu.”
“Aigoo. Jongwoon Oppa. Jalankan mobilnya ppali-ya.” kata Yura dengan dibuat-buat saat mengatakan kata ‘Oppa’. Jongwoon tahu Yura memang sangat gemar membuatnya gemas seperti ini.
“Iya Yura sayang…” balas Jongwoon dengan menekankan kata ‘sayang’ untuk Yura.
__oOo__
Yura mengh*mpaskan t*buhnya diranjang. Key sedang bersama Jongjin dan Eunhyuk, entah mereka berdua mengajak Key kemana. Yah, tentu saja bermain-main. Inikan hari minggu, sudah sore juga belum kembali. Jongwoon juga ada alasan bertemu dengan relasinya. Minggu-minggu seperti ini, ada janji dengan relasinya. Menyebalkan.
“Awas kau kepala besar. Kau balas dendam denganku yah… “ gerutu Yura kesal, ia bosan karena memang seharian ia dirumah sendiri. Biasanya kalau ada Key, dia tidak akan seperti ini.
Yura masih ingat tadi malam saat Key meminta tidur bersama. Dia ingat benar bagaimana wajah Jongwoon saat kecewa. Tapi Jongwoon bisa menerima, karena memang Key lebih membutuhkannya.
“Eomma, tidur disini lagi ne?” pinta Key malam itu. Yura mengangguk tersenyum kearah Key. Sedangkan Jongwoon hanya bisa diam melihat ini.
“Appa, tidur sendiri lagi…” kata Key pada Jongwoon. Ini membuat Yura menahan senyumnya. Jongwoon kemudian mencium Key.
“Gwenchana Key-ya. Tidurlah dengan eommamu. Appa tidak apa-apa tidur sendiri.” Yura yang mendengar ini hanya bisa diam. Apa benar kata Jongwoon barusan?
Yura kemudian bangun, dan memutuskan untuk membuat makan malam. Dari pada ia bosan seharian. Lagi pula Jongwoon juga tidak memberi kabar sama sekali. Menyebalkan
__oOo__
Hari sudah malam, tapi Jongwoon juga belum pulang. Bahkan Yura menelponnya saja tidak diangkat, apa dia kecewa dengan Yura. Yura menatap jam didinding kamar Key dengan cemas. Sementara Key, dia bahkan tidak tahu Eommanya ini khawatir, ia malah sibuk memainkan mainan barunya yang baru saja dibelikan oleh Eunhyuk. Tumben sekali pria itu tidak pelit.
“Eomma-ya. Apa nanti eomma tidur dengan Key lagi?” tanya Key. Yura menatap Key bingung. Ia harus menjawab apa?
“Key-ya, kamu tahu Appa dimana?” tanya Yura malah mengabaikan apa kata Key.
“Mollaseoyo…” jawab Key polos. Yura tampak masih dengan raut wajah yang sama saat mendengar jawaban Key.
“Tidurlah, Besok kamu harus sekolah, Ne?”
“Eumh…” jawab Key. “Eomma-ya, kata Halmoeni. Key tidak boleh sering-sering tidur dengan eomma. Katanya, Key ini anak laki-laki. Harus berani tidur sendiri supaya jadi laki-laki yang pemberani!” kata Key dengan tegas pada Yura. Yura hanya tersenyum mendengarnya. Pasti ibu mertuanya mencium hal yang aneh antara Jongwoon dan dirinya.
“Ne, memang begitu seharusnya.” jawab Yura.
“Kata Halmoeni lagi, biar Key bisa dapat adik lagi. Ahh… Key ingin dapat adik lagi… jadi nanti Key nanti akan punya…Eumm…” Key tampak berpikir dan hendak merangkai jarinya hingga membentuk tiga jari.
“Ini…” Key memperlihatkan jarinya. “Key akan punya tiga adik. Michan, lalu yang satu belum lahir, dan ketiga dari Eomma…” jawab Key polos membuat Yura melongo melihat ini. Baginya Key ini terlalu pintar jika berpikir seperti ini.
“Sebaiknya kamu segera tidur Key-ya. Supaya besok tidak kesiangan.” jawab Yura mengalihkan pembicaraan agar Key tidak terus membahas adik. Benar-benar seperti Jongwoon bila membahas masalah seperti ini.
__oOo__
Yura menunggu Jongwoon pulang, sedangkan lainnya sudah terlelap. Ia melihat jam dinding, sudah hampir pukul sepuluh malam. Tumben sekali ibu mertuanya juga tidak menjaga cafe hari ini. Katanya ia terlalu lelah, jadi lebih baik istirahat. Hanya Jongjin saja yang di Mouse Rabbit. Lalu Jongwoon?
Ceklek!
Yura yang berada diruang tengah segera berjalan menuju ruang depan, melihat siapa yang datang. Dan ternyata orang yang paling menyebalkan telah pulang. Tapi.. raut wajah Jongwoon sepertinya dia sedang…
“Kyahh… Yura-ya. Tolong ambilkan obat. Ppali-ya….” perintah Jongwoon dengan sedikit meringis. Yura yang tadinya kesal, hanya menatapnya bingung. “Yak, kenapa masih disitu. Obatku… obat oles. Ppali-ya!” tambah Jongwoon lagi.
__oOo__
Yura mengoleskan sambil sesekali memijit pinggang dan punggung Jongwoon dengan obat yang biasa Jongwoon pakai saat pinggangnya terasa nyeri.
“Kenapa bisa seperti ini. Kau jatuh dari mana? Huh!” kata Yura kesal sekaligus cemas melihat Jongwoon seperti ini. Sudah tahu jika ia punya malasah penyakit seperti ini, tetap saja tidak hati-hati.
“Ya!” pekik Yura. Jongwoon bingung harus menjawab apa? Seharian ini ia berada dalam hunian barunya, yang sengaja ia persiapkan untuk mereka tinggali bersama.
“Aigoo Yura-ya. Aku hanya berolah raga tadi bersama teman-teman.” jawab Jongwoon berbohong. Dalam hatinya hanya bisa berdoa, agar Leo hyungnya itu tutup mulut dan tidak mengatakan apapun pada Yura.
“Jinja! Berolah raga? Olah raga apa yang membuatmu jadi seperti ini.”
“Awww….” pekik Jongwoon saat Yura memijit dengan keras. Memang Yura sengaja. “Kau ini mau membunuhku ya? Aish!” Jongwoon tampak meringis.
“Kalau eomma tahu, kau pasti__”
“Jangan katakan pada Eomma.” potong Jongwoon. “Besok pasti sudah sembuh…” tambahnya lagi.
“Tssk… memangnya jatuhnya bagaimana Kim Jongwoon. Mengangkat teleponku saja tidak mau, membalas pesan apalagi… menyebalkan!”
“Arasseo… ponselku tertinggal didalam mobil.” jawab Jongwoon. “Eumh, aku hanya terpeleset saja hingga pinggang dan punggungku terasa nyeri.”
“Lain kali, bisa tidak kau jatuh lagi. Dari ketinggian 100 meter saja, tidak apa-apa. Sekalian membuatku menangis mencemaskanmu!”
Jongwoon seketika berbalik menghadap Yura. “Ya ya! Kau ini malah mendoakan yang tidak baik untukku. Seharusnya…”
“Kau tidak tahu, aku dirumah seperti apa seharian. Dan saat kau pulang mendapati keadaanmu yang seperti ini. Tidak mengerti perasaanku sama sekali…” mata Yura sedikit memerah. Jongwoon jadi merasa bersalah. Ini salahnya memang, tadi tidak hati-hati waktu membenahi letak foto yang ada diruang tamu, hingga ia terjatuh.
“Baiklah, lain kali aku akan hati-hati.” Jongwoon mengusap puncak kepala Yura. “Aku senang kau mencemaskanku…” tambah Jongwoon tersenyum. Yura segera melesatkan pukulan dilengan Jongwoon. Membuat pria ini meringis kembali.
“Kyaaah…”
“Tunggu disini, aku buatkan minuman dulu.” kata Yura.
__oOo__
Yura masuk kedalam kamar dengan membawa minuman sekaligus obat untuk Jongwoon, tampaknya Jongwoon sedang sibuk dengan ponselnya. Tapi tunggu, Jongwoon masih bert*lanjang d*da? Bagaimana dia dengan mudah mem*merkan t*buhnya itu. Membuat Yura sedikit kelabakan melihat pemandangan ini.
“Ige… minumlah.” Jongwoon tersadar segera meletakkan ponselnya. “Habiskan, supaya besok kau bisa berjalan.”
“Aigoo… kau pikir aku ini tidak kuat jika hanya untuk berjalan?” Jongwoon heran dengan kata-kata Yura barusan. “Membuatmu lemas ditempat tidur saja aku masih bisa…” tambah Jongwoon lagi.
Yura membulatkan matanya. Apa pria ini gila? Masih sakit sempat saja berpikiran seperti itu.
“Kau… kau ini sakit jiwa? Kau masih sakit sebaiknya memikirkan bagaimana__”
“Eum, terakhir kapan ya kita berhubungan? Kenapa aku sampai lupa?” goda Jongwoon sambil meminum minumannya dan sesekali melirik wajah Yura yang terlihat memerah. Lucu sekali. Ia hanya menggodanya, tapi gadis ini malah malu jika mengingatnya.
“Ya, jangan bicara terus. Cepat habiskan!” kata Yura mengalihkan pembicaraan.”Dan p*kai b*jumu.” perintah Yura lagi.
Jongwoon menatap tubuhnya sendiri, kemudian tersenyum. “Kau suka kan melihatku seperti ini? Katakan saja Yura-ya. Lihatlah wajahmu memerah. Aigoo neomu yeppeo…” balas Jongwoon. Semakin membuat Yura salah tingkah saja. Ahh sebaiknya ia tidur, dan menutup dirinya dengan selimut. Yah, itu lebih baik.
Yura akan menarik selimutnya, dan menenggelamkan dirinya kedalam selimut tebal karena memang rasa malunya melebihi apapun saat ini. Jongwoon segera menarik balik selimut itu.
“Ya.” pekik Yura. “Berikan selimutnya. Aku ingin tidur…” katanya lagi.
“Jinja? Kau tidur disini lagi?” goda Jongwoon. Yura hanya mencibirkan b*birnya. Ia harus menjawab apa. Jongwoon kemudian dengan cepat sudah ada di*tas tub*hnya.
“Kau pikir, begitu mudah kembali kesini tanpa ada hukuman untukmu, begitu?” kata Jongwoon dengan wajah serius. Membuat Yura mengernyitkan alisnya.
“M…mwo?” Yura menatap Jongwoon kesal. “Aku juga berhak tidur disini. Aku ini istrimu?”
“Aigoo Kim Yura sayang. Kau mengakui kalau kau istriku, mimpi apa aku semalam huh…”
Yura kesal segera mendorong tubuh Jongwoon untuk menjauh dari tubuhnya.
“Terserah apa katamu, aku lelah, aku ingin tidur.” Yura menutup wajahnya dengan tangannya sendiri. Ia enggan melihat wajah Jongwoon yang memang jelas ada diat*s tub*hnya.
Jongwoon tidak bisa menahan senyumnya saat melihat wajah Yura yang seperti ini. Yura tetap saja tidak bisa merubah sifatnya.
“Ya! Buka tanganmu.” perintah Jongwoon.
“Tidak mau.” Yura tetap menggelengkan kepalanya. Jongwoon hanya bisa tersenyum miring sekarang. Masih banyak cara agar Yura membuka tangannya. Dasar gadis bodoh…
“Oh baiklah!” kata Jongwoon pelan. Segera ia membuka paksa tangan Yura, dengan kekuatan yang ia miliki sekarang, benar-benar seperti permainan anak kecil.
“Ya, Yura-ya!” pekik Jongwoon saat Yura kuat menahan tangannya. Jongwoon memutar otaknya sedikit, memikirkan suatu cara. Akhirnya tangannya yang mungil bergerak dipinggang Yura. Menggelitik hingga Yura tidak bisa menahan kegelian lagi.
“Yak! Yak!!”
“Jongwoon-ah, geumanhae…” Yura akhirnya membuka tangannya dan tidak bisa menahan tawanya. “Nappeun!” kata Yura lagi.
“Makanya, kau menurut saja apa mau suamimu, jadi kau tidak akan seperti ini. Benar-benar seperti anak kecil. Ini biasa aku lakukan pada Key! Kau tahu…”
Yura hanya mencibirkan bibirnya mendengar ini. “Arasseo, aku tahu usiamu tidak muda lagi Kim Jongwoon. Aku tahu itu…” balas Yura. Jongwoon sadar akan maksud bicara Yura. Selalu menyangkut pautkan dengan umur. Sangat menyebalkan.
“Nah, kau tahu itu. Maka dari itu jangan bermain seperti anak kecil. Bermain selayaknya orang dewasa kurasa itu jauh lebih asyik.”
Yura tidak habis pikir dengan jawaban Jongwoon ini. Ia tahu betul apa maksud pembicaraannya ini. Dasar setelah menikah, pikiran Jongwoon selalu menjurus kearah yang lain. Membuat Yura gugup jika menanggapi hal seperti ini.
“Bagaimana Yura-ya?” tambah Jongwoon lagi.
“Mwo? Apanya yang bagaimana?” jawab Yura. Tentu saja ia sedikit gugup. Sial, selalu seperti ini saat Jongwoon mulai terang-terangan padanya. Apalagi posisi mereka masih sama saat seperti tadi.
“Kau belum tahu? Baiklah akan aku beritahu sekarang juga…”
“Tapi… tapi kau…kau…”
Jongwoon berusaha meraih pipi Yura, mengusap lembut dengan jemarinya. Senyum simpul kini menghias diwajahnya, tentu saja ini membuat Yura seketika hilang kesadaran. Seperti sudah lama ia tidak melihat Jongwoon bersikap seperti ini. Padahal mereka marahan hanya terhitung dua hari. Ini aneh… seperti menahan rindu yang sangat lama.
Tidak tahu dari mana, kini Yura sudah merasakan b*bir Jongwoon yang bergerak lembut diatas b*birnya. Memberikan lum*tan-lum*tan kecil diantara b*birnya dan membuat Yura segera membalas ci*man Jongwoon ini. Tidak ada penolakan untuknya saat ini. Seperti menyampaikan perasaan cinta mereka masing-masing yang tertahan oleh amarah beberapa hari yang lalu.
Tangan Yura sudah mengalung sempurna dileher Jongwoon. Sedangkan Jongwoon terus meng*terupsi b*bir Yura dengan ci*mannya yang semakin dalam dan cepat. Hingga tidak bisa bagi Yura untuk mengambil oksigen. Sesekali Jongwoon memberi celah, dengan memiringkan kepalanya, itupun hanya sebentar dan setelah itu, Ia kembali men*utkan b*birnya lagi. Tangan Jongwoon yang satupun sudah berpindah tempat, kini Yura merasakan dingin diarea per*tnya, apa tshirt yang ia pakai sudah ters*ngkap oleh t*ngan su*minya ini? ia tidak bisa melihat dengan jelas, karena matanya hanya tertutup dan hanya bisa menikmati perlakuan Jongwoon padanya.
Saat tidak terduga, Jongwoon melepas ta*tan b*birnya. Menatap Yura dalam-dalam, dan menghentikan aktifitasnya. Membuat Yura menatap Jongwoon bingung. Jongwoon meng*sap lembut b*bir Yura dengan jarinya.
“Eumh…” Jongwoon mengatur nafasnya yang berat, sejenak. “Sebaiknya, kita istirahat saja. Pinggangku masih sakit.” kata Jongwoon dengan raut wajah yang sedikit malu. Membuat Yura hanya mengerjapkan matanya.
Jongwoon b*ngun dari atas t*buh Yura, dan kemudian meraih tshirtnya dan memakainya. Yura bangun dan hanya bisa menatap Jongwoon dari belakang. Ia kemudian tersenyum simpul. Ia tahu suaminya ini pasti sangat malu. Mengingat tadi ia berkata seolah sanggup membuat ia tidak b*rdaya ditempat tidur. Dasar pria aneh.
Yura mel*ngkarkan t*ngannya dip*rut datar Jongwoon. Mem*luk t*buh Jongwoon erat dan menatap wajah Jongwoon dari samping.
“Semoga lekas sembuh. Jangan membuatku khawatir dengan keadaanmu ini. Aku sedih melihatmu begini.” kata Yura pelan. Jongwoon berdesir seketika saat Yura mengatakan ini padanya. “Makanya, hati-hati jangan ceroboh lagi. Ara!”
“Aish… kau ingin menertawakanku?” Jongwoon mengahadap kesamping, tepat berhadapan dengan Yura.
“Tadinya aku berpikir seperti itu.” jawab Yura. “Tapi, melihat keadaanmu, aku masih mempunyai belas kasian untuk tidak menertawakanmu Jongwoon oppa.”
“Aigoo… kau pandai merayu. Tssk!” sergahnya. “Sudah malam. Sebaiknya istirahat saja. Besok aku akan berangkat pagi sekali…”
“Eum..” Yura mengangguk kemudian m*ngecup pipi Jongwoon singkat. “Selamat malam!” tambah Yura setelah itu ia kemudian ia berbaring dengan menutup dirinya dengan selimut.
“Ya! Apa-apaan tadi? Kenapa hanya dipipi, huh!” protes Jongwoon sambil menatap Yura yang kini terbungkus oleh selimut.
“Itu night kisseu, Kim Jongwoon!”
“Mwo…mwo? Night kisseu…?” Jongwoon mengerjapkan matanya. “Tidak adil, kenapa hanya dipi__”
“YA! Sudahlah. Tadi kau juga sudah menci*m bibirku.” jawab Yura masih didalam selimut. Jongwoon hanya tersenyum melihat kelakuan Yura ini. Ia kemudian membaringkan dirinya tepat disebelah Yura. M*meluk tubuh gadis ini dengan erat. Walau ia tidak bisa melihat wajah Yura, yang mungkin saat ini sudah memerah karena malu.
“Baiklah. Aku maafkan, besok aku tunggu morning kiss darimu.” kata Jongwoon dengan suaranya yang berat.
“YA!” pekik Yura.
“Jangan banyak protes. Awas saja, jika sakitku sembuh kau tidak akan selamat.”
“Kim Jongwoon, berhenti mengatakan hal itu. Kalau kau terus seperti itu, pasti sakitmu tidak akan sembuh. Aku yakin itu.”
“Oh, jadi kau ingin aku sakit terus begitu? Baiklah Kim Yura, kau bisa__”
“Aigoo aku hanya bercanda.” Yura membuka selimutnya dan menatap Jongwoon. Jongwoon lalu membalas Yura dengan senyumnya.
“Sini, peluk aku.” kata Jongwoon menarik tangan Yura untuk memeluknya. Yura pun akhirnya mengeratkan pelukannya dipinggang Jongwoon. “Jangan erat-erat Yura-ya. Masih nyeri…”
Yura mendongak, menatap Jongwoon. “Apa sebegitu sakit?” tanya Yura cemas. “Besok kerumah sakit saja jika belum sembuh.”
“Aku besok akan sembuh, karena kau m*melukku semalaman.” kata Jongwoon membuat Yura mencibirkan bibirnya mendengar kata-kata Jongwoon yang sangat terdengar aneh ditelinganya.
“Kalau memang pelukanmu ini bisa menyembuhkan aku. kau akan mendapat hadiah special dariku…”
“Hadiah?”
“Eumh…” Jongwoon mengangguk. “Sudahlah, sebaiknya kita tidur. Aku capek sekali hari ini… mmmhh…” Jongwoon menenggelamkan wajahnya dan menghirup aroma rambut Yura dalam-dalam.
“Hadiah apa? Ya! Kim Jongwoon, kau membuatku__”
“Adik Key. Kau puas!” potong Jongwoon, membuat Yura kesal saja. “Ah, yaa… kapan ya aku bisa menggendong__”
“Cepat tidur!” potong Yura.
“Menggendong bayi mungil…” lanjut Jongwoon lagi. Yura sadar akan keinginan Jongwoon ini, tapi ia bisa apa? Memang keadaannya begini.
“Tunggu anak Heechul oppa lahir saja, pasti kau bisa menggendong bayi mungil.” jawab Yura asal.
“Aku ingin anakku sendiri.”
“Jongwoon oppa!” pekik Yura menatap Jongwoon. “Kau apa berpikir aku juga tidak ingin mempunyai aegi? Aku sama sepertimu. Tapi memang aku belum__”
“Aigoo… aku hanya bercanda.” Jongwoon merasa tidak enak dengan Yura, telah membuat merasa sedih seperti ini. “Baiklah, aku tidak akan membahasnya.” Jongwoon mengeratkan pelukannya lagi.
“Makanya, kau harus segera sembuh! Ara!”
“Ne, siapkan tub*hmu Yura-ya.” jawab Jongwoon singkat, tapi cukup membuat Yura terperanjat.
“Kata-katamu membuatku ngeri…” jawab Yura menahan senyumnya. Terdengar lucu, padahal seharusnya memang terdengar keren. “Baiklah… aku akan berpakaian sexy setiap hari.”
“YA! Tidak boleh…” pekik Jongwoon. “Eum, maksudku. Kalau didalam kamar saja, kau boleh tanpa pakaian…”
“Aigoo…. sulit dipercaya. Jangan sering bergaul dengan Eunhyuk!!!” Yura heran mendengar apa kata Jongwoon barusan.
“Gomawo, Night kisseunya. ” kata Jongwoon mengabaikan wajah Yura yang terlihat masih tidak percaya dengan kata-katanya. “Sangat manis.”
“Tapi aku lebih suka, morning kiss. Sepertinya yang dikamar mandi perlu kita ulang lagi? Bukan begitu Yura-ya?”
“Diam, atau aku akan menyiksa melo yang baru saja kau beli, huh!?”
~~oOo~~
No comments :
Post a Comment