Tittle : “OUR RING!”
Cast : Yesung Kim, Kim Yura, Eunhyuk Lee, Kim Sohee, Park Yun Ji,
And Others
Rating : PG + 17 / Straight
This Story Original From @Jjea_
***
“Changkam… kita bertengkar?”
“Mwo?” raut wajah Yun Ji seketika nampak terlihat bingung. Benar, kejangggalan yang ia rasakan akhir-akhir ini terasa semakin nyata. Yesung, ia seolah berubah menjadi namja yang sama sekali tak mengenalinya.
“Yesung-ah… apa kau—”
‘Kau tidak akan kesepian,
Jika kau suka pada orang yang bersamamu saat sendiri…’
_“OUR RING!” PART 4_
Indah! Gemuruh angin itu mendesah ringan dan berayun semampai bersama gerakan awan diatas sana, meleburkan secercah cahaya matahari dan membuatnya menjadi sedikit berkabut. Seperti biasa, dingin itu tampak menyerang kecil, menimbulkan erangan-erangan keras pada kulit yang tak memakai alas. Hidup… sebenarnya, tak semua orang yang hidup didunia ini menghargai setiap detik alat pernafasan menghembuskan angin dari langit itu. Mereka lebih memilih untuk memikarkan hal lain, hal yang terkadang tak perlu dipikirkan berlarut.
*When It All Began, When I hear You!*
TING…!
Bunyi lonceng pintu sebuah Toko bubur ini berdenting cukup kencang, menandakan jika ada seseorang yang membuka pintu itu dengan tarikan cukup keras. Eunhyuk menoleh, tampak kini ia menatapi Leeteuk; teman satu kerjanya berjalan masuk dan menghampirinya dengan terburu-buru.
“Waeyo Hyung? Kau seperti tengah dikejar hantu.” Eunhyuk terkekeh renyah, membuat Leeteuk mendengus sebal padanya.
“Apa kau tak ingat, jika hari ini Toko kita membuka diskon murah? Kita akan berjualan dipinggir jalan sore ini.”
“Mwo? Ah, aku melupakan itu.”
“Ah ya… kita juga mendapat pesanan bubur dari keluarga Kaya. Hummm… Keluarga Kim, tadi teman adikku yang bernama Sohee memberikanku alamatnya ini. Kau bisa mengantarnya kesana sebentar?”
“Baiklah Leeteuk Hyung.”
“Nde, sepertinya Oppa Sohee akan segera menikah. Aku harap, mereka juga akan memesan bubur kita dipesta pernikahan mereka nanti. Hahaha,”
“Aku akan berusaha agar itu terwujud Hyung! Hahaha…”
“Geurae, cepatlah pergi. Dan—antarkan bubur ini.”
“Hummm… Keluarga Kim?” desah Eunhyuk seraya menatapi alamat melalui coretan dikertas itu dengan seksama. Ia pun mengangguk-angguk mengerti seraya menjangkau sebuah sweater rajutannya yang tergeletak tak karuan diatas meja. Sweater itu adalah—hadiah dari orang yang sangat spesial untuknya; Kim Yura.
Eunhyuk bergegas melangkah pergi keluar dan meraih kunci sepeda motor milik Toko bubur ini. Tubuhnya sedikit menggigil, mengingat cuaca saat ini tak begitu baik. Entahlah, angin begitu berhembus sangat kencang akhir-akhir ini. Untunglah, alamat rumah yang tertulis disana, tak begitu jauh darisini. Mungkin, hanya sekitar 15 menit dari Toko mereka saat ini.
***
@Kediaman Keluarga Kim_
Yura terlihat mengerecutkan bibirnya seraya menatapi sebuah cermin yang berada tepat dihadapannya itu. Ia memakai Dress putih, salah satu pemberian Yesung dari butik mahal yang mereka beli kemarin. Entah mengapa, Yura merasa sangat aneh memandangi dirinya sendiri sekarang, seolah-olah ia tak pernah memakai baju dengan tipe dan harga yang seperti ini sebelumnya.
‘Apa mungkin, aku dulu memang tak suka memakai pakaian yang seperti ini? Ah… jika saja bukan karna namja menyebalkan itu. Aku pasti lebih memilih memakai celana pendek dengan baju kaos saja. Aighoo… bahkan baju ini, aku duduk saja rasanya sulit sekali!’
Umpat Yura kesal. Ia benar-benar tak bisa melawan kemauan Yesung sekarang. Padahal jika dipikirkan, bukankah Yura juga memiliki hak untuk menolak? Tapi kenapa, hatinya selalu luluh hanya karna picingan Yesung yang tajam.
TIN TONG…!
Bunyi suara pintu itu sentak saja membuatnya terlonjak kaget, membuyarkan lamunannya seketika dari hiasan wajah Yesung yang sampai sekarang terus menghantuinya. Baiklah, Yura akui sekarang, jika namja yang bernama Kim Jong Woon itu sangatlah tampan!
TIN TONG…!
Lagi-lagi bel rumah berbunyi. Sepertinya, tak ada penghuni rumah ini yang berniat untuk membukanya. Yura menghela, ia baru saja berpakaian dan sangat malas untuk keluar kamar dan turun membuka pintu.
“Pesanan bubur sampai…” teriak seseorang dari balik pintu besar itu. Yah, tepat sekali! Itu adalah Eunhyuk! Namja itu terlihat mengernyitkan dahi seraya menjinjing sebuah kantong plastik yang berukuran cukup besar. Tak ada sahutan, bahkan belum terdengar suara langkah seseorang yang berniat membuka pintu.
“Aish… apa tak ada orang dirumah ini?” Eunhyuk mendengus gusar. Sesekali, diliriknya beberapa pemandangan kiri dan kanan dari tempat ia berdiri sekarang. Mewah dan sangat besar, itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan kondisi rumah keluarga Kim ini.
TIN TONG…! TIN TONG…!
Eunhyuk kembali menekan bel pintu itu dengan keras. Entahlah, kali ini mungkin ia tengah bermain dengan bel kecil yang tergeletak tepat dihadapan rumah itu. Toh, dikontrakannya itu sama sekali tak memiliki bel semacam ini. Siapapun yang datang pasti langsung mengetuk, bahkan tak jarang Leeteuk mengetuk rumahnya dengan batu.
“Pesanan bubur sam—”
“Geurae, changkamannyo!” Sahut seseorang akhirnya menjawab dari dalam. Jantung Eunhyuk sontak berdetak! Bukan karna ia grogi bertemu dengan pelanggannya itu. Tapi, ia merasa suara ini sangat tak asing lagi baginya.
‘Yura…’
Eunhyuk tampak mematung ditempat! Entah mengapa, sampai sekarang ia belum juga melupakan Yura.
“Sohee-ya, pesanan buburmu sudah sampai!” Teriak yeoja itu lagi dengan keras. Eunhyuk terhenyak, sekalipun pintu ini belum terbuka sempurna dan memperlihatkan wajah gadis yang berteriak itu. Entah mengapa, Eunhyuk merasa jika ia mendengar suara Yura! Dengan kepanikan yang cukup menghinggapi otak dan tubuhnya saat ini, namja itu pun tanpa sadar dan permisi lagi, membuka pintu besar itu. Tak perduli, jika nanti ia dituduh pencuri sekalipun.
GILA! Mungkin Eunhyuk semakin gila, hingga langkah kakinya kini sudah berada dipertengahan ruang ramu. Namja itu mengerjap, seolah memikirkan darimana suara tadi itu berasal. Hingga seketika…
“Ohk, Eunhyuk Oppa!” Pekik Sohee seraya berlari dan berhamburan memeluk Eunhyuk. Benar, Sohee benar-benar sangat menyukai Eunhyuk sejak dulu. Namja itu menoleh, tampak kini ia memandangi wajah Sohee dengan seringai kecil.
“Oppa kenapa lama sekali datang? Aku sudah menunggu sejak tadi, aku lapar.”
“Nde? Ah, mianhae—ini—” Eunhyuk tampak menyodorkan bungkusan plastik itu pada Sohee.
“Wah… ini pasti enak!”
“Ah, geurae. Kalau begitu, aku permisi dulu.”
“Oppa tidak mau menemaniku manghabiskan bubur ini dulu?” tanya Sohee dengan manja. Eunhyuk tampak kikuk menghadapi gadis ABG semacam ini.
“Hummm… tidak usah. Hari ini, kami sangat sibuk,” Eunhyuk tersenyum seraya merunduk untuk berpamitan sesaat. Hingga seketika, kakinya tercekat dan kembali menoleh kearah Sohee.
“Hummm… Sohee-ya, apa boleh Oppa bertanya satu hal?”
“Nde?”
“Tadi—gadis yang berteriak memanggilmu itu siapa?”
“Mwo?” Sohee nampak berpikir sejenak, lalu mengangguk singkat.
“Ah… dia Tarzan Eonni, calon Kakak iparku yang akan menikah sebentar lagi.”
“Tarzan?”
“Nde, waeyo?”
“Ah… aniya. Oppa hanya ingin tau saja. Baiklah, Oppa pergi dulu.” Sohee tampak mengangguk dengan senyuman tulusnya pada Eunhyuk. Entahlah, bahkan Sohee menatapi punggung Eunhyuk sampai namja itu pergi tanpa meninggalkan jejak apapun.
“Owh… Eunhyuk Oppa itu benar-benar Cool! Tubuh dan wajahnya begitu mirip dengan pemain-pemain utama dalam drama di Televisi itu. Seandainya saja dia mau menjadi pacarku, pasti aku akan mengenalkannya dengan seluruh teman Sekolahku…” kagum Sohee seraya mengelus ujung pintu besar itu dengan lembut.
“Pacar? Nuguya?” tanya seseorang seketika, membuat Sohee terlonjak kaget bukan main. Dapat diliriknya, wajah Yura yang berada dekat disampingnya.
“YA! Eonni… kau hampir membuatku jantungan!” Sungut Sohee kesal. Yura terkikik, begitu manisnya calon adik iparnya itu.
“Mianhae… ah ya, apa buburnya itu?” Yura sentak mengambil tanpa izin sebuah kantong yang dijinjing oleh Sohee. Gadis mungil itu mencibir, betapa tingkah Yura tak jauh berbeda dengan Kakaknya.
“Geurae, cobalah Eonni. Aku takin, kau pasti akan ketagihan. Toko bubur milik Eunhyuk dan Leeteuk Oppa sangat terkenal disini.”
“Benarkah?” Yura sontak saja antusias seraya membuka bungkusan itu dan bersiap hendak mencicipinya sedikit lebih awal. Entah mengapa, Yura merasa sangat ingin makan bubur saat ini.
“Wah… Sohee-ya, bubur ini enak sekali!” Decak Yura dengan binaran kebahagiaan di pelupuk matanya.
“Benarkan apa yang aku katakan? Hahaha…”
“Rasanya itu—”
“Sulit diungkapkan!” Sela Sohee terkikik, membuat Yura mengangguk mantap. Kembali, Yura tampak sangat menikmati sendok per sendok bubur itu dengan antusias.
“Entahlah… saat memakannya, Eonni merasa sesuatu hal yang sangat nyaman. Entah apa itu, yang jelas ini enak sekali. Eonni jadi ingin memesannya sendiri nanti dan bertemu dengan orang yang membuatnya secara langsung.”
“Tentu saja Yura Eonni! Pegawai mereka yang disana juga tampan-tampan, terutama namja yang bernama Lee Hyuk Jae itu.”
“MWO? Lee Hyuk Jae?” sendok Yura yang hendak ia angkat kembali, kini tampak terjatuh ketika ia merasakan dadanya berdesir saat mendengar nama itu. Entahlah, sekalipun nama itu masing asing dipendengarannya, namun dadanya cukup merasakan desiran aneh.
“Waeyo? Eonni mengenalnya?”
“Nde? Ah, aniya. Hanya saja, namanya begitu unik.” Balas Yura tersenyum kecut seraya kembali berusaha untuk santai.
“Sohee-ya, bagaimana jika sekarang kita pergi ke Toko bubur itu?”
“Mwo? Eonni serius?”
“KAJJA!”
“Ah, geurae. KAJJA!” Pekik Sohee bersemangat. Kedua gadis ini pun tampak berdiri dan hendak bersiap-siap untuk keluar rumah.
***
Sedangkan disatu sisi, tepatnya disebuah Restoran mewah ini. Tampak Yesung dan Yun Ji tengah saling bercanda dengan tawa mereka bersama. Benar, tak terlalu sulit untuk kedua orang ini saling mengakrabkan diri.
“Yun Ji-shi… kalau begitu, apa yang tadi ingin kau katakan padaku? Ah ya, kau bahkan belum menjelaskan tentang apa yang tadi kau katakan sebelum kita kemari? Kita bertengkar? Apa maksudmu?” Yun Ji tampak tersenyum dan mengamit tangan Yesung sejenak.
“Apa benar, kau ingin aku membuka hal itu lagi? Apa kau tak masalah?”
“Aniya, cepat ceriatakan saja.”
“Baiklah…” Yun Ji tampak menghela nafas singkat dan merunduk untuk mengumpulkan keberaniannya.
“Sebenarnya kita—”
***
‘Keindahan diciptakan untuk penikmatnya.
Kebenaran diciptakan untuk pendengarnya. Dan…
Cinta diciptakan untuk yang tulus menerimanya’
*When It All Began, When I See You!*
Terlihat, Yura dan Sohee tampak saling merangkul menatapi kerumunan orang-orang bergumul pada sebuah meja didepan Toko bubur itu. Yura menghentikan langkahnya, begitupula Sohee yang kini malah menatapnya dengan bingung.
“Sohee-ya, kenapa Tokonya ramai sekali?”
“Selalu seperti ini Eonni, apalagi jika hari minggu seperti ini. Toko bubur ini pasti berjualan dipinggir jalan Toko mereka dan memberikan diskon spesial untuk pengunjung.
“Benarkah?”
“Geurae, ayo kesana.”
“Changkaman Sohee-ya… Eonni—” Yura tampak memegang tengkuknya sejenak. Ada sesuatu yang mulai bergemuruh didadanya.
“Kita pulang saja!” Lanjut Yura membuat Sohee mendelikkan matanya sebal.
“Eonni belum melihat setampan apa Eunhyuk Oppa,”
“Tidak perlu, Eonni tidak berminat unt—”
“Eonni… itu dia namja yang bernama Eunhyuk Oppa…” tunjuk Sohee antusias, saat kini mereka berdua berada dibalik sebuah pohon. Yura mengerjap malas, hingga seketika mau tak mau ia mendongak untuk menatapi arah tunjukan Sohee saat ini.
#DEG
Jantung Yura kontan berdegup kencang, layaknya ada sebuah dentuman keras yang kini mengerang ngilu diulu hatinya. Entahlah, Yura bahkan merasa sangat bingung kenapa ia dapat merasakan hal yang seperti ini pada namja itu, kenapa kedua matanya seakan berair ketika ia menatapi namja yang bernama Lee Hyuk Jae itu, dan bahkan sekarang ia tak dapat mengalihkan pandangannya lagi.
“Eonni…” Yura tak menyahut panggilan Sohee. Ia lebih sibuk menatapi wajah Eunhyuk yang tampak tersenyum kepada para pengunjung Toko-nya.
“YA! Yura Eonni…!” Pekik Sohee kesal sembari berdecak pinggang dengan tatapan cemburu. Kenapa Yura seolah menatapi Eunhyuk dengan raut aneh? Seolah-olah ia juga menyukai Eunhyuk.
“Eonni… apa kau juga menyukai Eunhyuk Oppa dengan pandangan pertama? YA! Andwe… dia hanya milikku, dan Eonni hanya milik Yesung Oppa.” Dengus Sohee, membuat Yura tersentak sadar.
“Ah, aniya. Eonni hanya—hanya—”
“Akan aku laporkan kepada Yesung Oppa nanti, jika Eonni menatapi namja lain dengan raut seperti itu.” Kesal Sohee seraya berbalik dan hendak berjalan pulang. Yura menarik nafasnya panjang, betapa gadis seumurannya ini sangat mudah sekali marah tak jelas.
“YA! Sohee-ya…” kejar Yura cepat. Kedua yeoja ini tampak tak mengetahui, jika Eunhyuk mulai menatapi mereka. Namun sayang, Eunhyuk hanya menatap punggung Yura sekilas.
‘Ani, tidak mungkin’
Gumam Eunhyuk seraya menggeleng dan kembali berusaha fokus pada pekerjaannya sekarang.
***
Disatu sisi, tampak kini Yura terus saja mengejar Sohee dengan langkah kakinya yang lebar. Gadis itu cukup kesulitan memang, mengingat Dress yang ia pakai cukup berterbangan terbawa angin. Sohee berbalik kearah kanan, membuat Yura mengernyitkan dahi. Bukankah ini bukan jalan kembali pulang?
“Kau mau kemana?” tanya Yura menghirup nafasnya dalam.
“Aku ingin jalan-jalan sebentar. Jika Eonni lelah, Eonni lebih baik pulang sendiri saja dan—” perkataan Sohee tercekat cepat saat kini ia menyadari jika Yura tak lagi berjalan untuk mengikutinya. Soheeberbalik, tampak kini Yura tengah mematung tepat disamping kanan sebuah Restoran yang memang cukup mewah itu. Tunggu! Kenapa raut ekspresi Yura memucat?
“Eonni, apa yang kau lakukan?” tanya Sohee seraya ikut menoleh kearah mata Yura berpijar saat ini. Baiklah, mungkin tebakan semua orang benar, jika sekarang Yura tengah menatap Yesung dan yeoja yang cukup ia kenali tengah berada didalam Restoran itu seraya menyatukan tangan mereka. Kedua bola mata Sohee sentak melotot, ia kini benar-benar paham mengapa Yura tampak pucat.
“Hey, kenapa kau malah menangis Yun Ji-ya?” Yesung terlihat mengangkat tangan satunya untuk menghapus buliran yang menggenang dipelupuk mata Yun Ji. Gadis itu mendongak, menyentuh tangan Yesung yang kini sibuk menghapus bulir ait matanya itu.
“Aku hanya ingin minta maaf padamu Yesung-ah… Sebenarnya kita dulu memang menjalin hubungan. Sungguh, aku tak berbohong. Aku tak tau, mengapa kau dapat melupakanku dan semua kenangan kita. Aku—”
“Aku tidak apa-apa. Hanya saja, masa lalu biarkan semuanya hanya menjadi kenangan. Sekalipun, jika benar kita dulu pernah menjalin hubungan, itu sudah masa lalu.”
“Kau kenapa? Kau seperti bukan Yesung yang kukenal!”
“Aku memang telah berubah. Aku hanya ingin—”
“Aku tau kau tengah berpura-pura, ne? Kau melakukan semua ini, hanya untuk membalasku. Jika memang begitu, kumohon hentikan. Aku masih sangat mencintaimu…” Yesung tampak tertegun mendengar seluruh lontaran dan Yun Ji kali ini. Entah apa yang harus ia lakukan dan katakan lagi. Sejujurnya, sejak tadi ia cukup bingung dengan arah pembicaraan mereka. Yun Ji dengan tanpa basa-basinya menyatakan jika dulu mereka pernah menjalin hubungan. Apa ini lelucon? Yesung benar-benar tak mengerti mengapa jantungnya terus saja berdetak setiap Yun Ji mengatakan jika ia mencintai namja itu.
Hening! Yesung seolah membiarkan tubuh Yun Ji memeluk dan mendekapnya dalam isak tangis yang pecah. Tidak bisa! Sekalipun Yesung memberontak untuk tak melakukan ini, tapi tetap saja kedua tangannya terangkat dan membalas pelukan gadis itu. Sesungguhnya, ia tak sadar jika Yura dan Sohee menatapinya dibalik kaca jendela Restoran itu. Entahlah, Yura merasakan dadanya memanas tak karuan.
“Eonni…” desah Sohee kikuk. Sekalipun ia tak bertanya bagaimana perasaan Yura saat ini, ekspresi Yura bahkan sudah memperjelas jawabannya. Belum sempat Sohee hendak kembali menggumamkan kata lain, Yura telah lebih dulu berlari dengan iska tangisnya. KACAU! Setelah tadi ia bertemu namja asing yang bernama Lee Hyuk Jae dan membuatnya merasa aneh, kali ini malah Yesung yang menambah irisan ngilu tepat dijantungnya. Entahlah, air mata Yura itu berarti apa untuknya.
“Yura Eonni!” Panggil Sohee dengan bergegas mengejar gadis itu. Sohee merasakan, jika tadi ia seolah sempat mengenal wajah gadis yang dipeluk oleh Yesung. Entah siapa, tapi yang jelas wajah gadis itu tak asing lagi dipenglihatannya.
***
Berbeda! Tampak ada yang berbeda dari langit pada pagi hari ini. Sang mentari tampak berayun dan semakin naik ketingkat peraduannya. Tak ada lagi kabut-kabut hitam seperti kemarin. Panas… mungkin Tuhan tau, jika para anak manusianya membutuhkan sebuah kehangatan saat ini.
“Yura-ya… hari ini, kau ikut aku kuliah.” Ucap Yesung saat kini mereka tengah menyantap sarapan mereka. Yura tak meresponnya, bahkan sejak kemarin malam yeoja ini seolah menghindarinya.
“YA! Kau mendengarku tidak, ohk?” Yesung sentak menghempaskan sendoknya dengan geram. Sudah cukup, ia merasa Yura seolah tak mendengar ocehannya dari kemarin. Sohee yang memang maih berada diantara keduanya pun, hanya mampu diam ditempat.
“YA! Kim Yura…!”
“Aku tidak bisa. Hari ini, aku dan Sohee akan mengunjungi Toko bubur untuk melihat-lihat tempat itu. Benarkan Sohee?” Yura mendelik tajam kearah Sohee, membuat gadis itu bingung setengah mati.
“Ohk? Ah, nde. Tapi—Eonni, kenapa kau ingin kesana lagi? Bukankah kemarin kita sudah kesana? YA! Yura Eonni, kau tidak sedang benar-benar jatuh cinta dengan Eunhyuk Oppa, eh?” tanya Sohee polos, membuat Yesung sentak saja berpaling kearah Sohee.
“Jatuh cinta? Toko bubur?” tanya Yesung tak mengerti.
“Ah, benar. Apa Oppa tidak tau, jika Yura Eonni kemarin mengunjungi Toko bubur langgananku itu? Dan anehnya, Yura Eonni menatapi namja itu dengan kilatan yang sangat berbeda. Seperti seseorang yang sudah lama saling mengenal!”
“Mwo?”
“YA! Bukankah dia tampan? Jadi, wajar saja aku terpesona padanya.” Celetuk Yura sebal. Ia tak perduli, akan tatapan Yesung yang kini sangat menatapnya dengan raut—err—mengerikan!
“Jadi kemarin kau keluar rumah tanpa memberitauku?” tanya Yesung dengan emosi tertahan.
“Mwo? YA! Memangnya apa urusanmu jika aku keluar rumah? Harus melapor padamu? Memangnya kau pikir kau siapa?” Yesung hanya terdiam mendengar lontaran gadis itu. Tak seperti biasanya memang. Mungkin, ia tak berani macam-macam karna disini masih ada Sohee diantara mereka.
“Kau sebenarnya kenapa huh? Dari sejak kemarin, kau seolah menghindariku. Apa kau sedang datang bulan?”
“Geurae, aku memang sedang bulan! Wae? Mau kutunjukan disini?”
“YA! Kim Yura…”
“Tidak usah berakting seperti itu padaku. Namja playboy sepertimu, memang benar-benar pandai berkicau sepertinya.”
“Apa maksudmu huh? Kau yang salah, kenapa kau yang marah-marah padaku?”
“Mwo? Aku yang salah? YA! Kim Jong Woon, seharusnya kata-kata itu tepat sasaran jika ditujukan pada namja yang dengan mudahnya mengumbar dan memeluk gadis dengan bebas didepan umum.”
“Kau bisa sopan sedikit dengan calon suamimu ini, huh?”
“Calon suami? Aku akan berpikir lebih lama untuk menyetujui seorang namja sepertimu mendampingiku!”
“YA!”
“Ash… sudahlah. Sohee-ya, ayo kita pergi! Darah tinggiku akan semakin parah, jika berada dekat dengan namja gila ini.” Tarik Yura pada Sohee yang sejak tadi hanya melongo menatapi pertengkaran kedua orang ini.
“Siapa yang menyuruhmu pergi, huh? Kau ikut aku!” Yesung yang benar-benar sudah emosi itu pun tak elak lagi menarik tangan Yura hingga genggaman gadis itu pada Sohee terlepas. Yura memberontak dengan sebal, namun Yesung malah semakin kencang mencengkram pergelangan tangannya.
Baiklah, Yura sepertinya mengalah sekarang. Ia sebenarnya ingin menangis saat Yesung memperlakukannya dengan seenaknya seperti ini. Ia merasa seperti gadis bodoh yang dengan mudahnya terlihat lemah hanya karna seorang KIM JONG WOON.
***
@KYUNG HEE UNIVERSITY
Tak ada kalimat lagi yang terlontar dari bibir Yesung dan Yura saat kini mereka memasuki Universitas ini. Sudah sejak tadi, Yura hanya diam sekalipun Yesung telah melonggarkan genggamannnya pada Yura. Namja itu sedikit tau, jika sejak tadi Yura sedikit meringis kesakitan. Entahlah, mengapa Yesung malah menyakiti gadis itu dengan cara seperti ini.
“Yesung-shi…” segerombolan yeoja-yeoja tampak terlihat mengerumuni Yesung dan bersikap manja pada namja itu. Sejujurnya, dulu tak ada yang berani bersikap ini padanya. Namun sekarang, sifat Yesung seolah berubah! Entah itu dampak Amnesia dari otaknya atau memang ia sengaja merubah sikapnya itu.
“Yesung-shi, aku tak mengerti pelajaran yang ini. Bisakah kau mengajariku? Aku berjanji akan memberikanmu hadiah yang luar biasa.” Salah satu gadis itu sentak mencium Yesung, membuat perlahan-lahan Yura melepaskan genggamannya dari Yesung. Entahlah, ia seakan tenggelam oleh yeoja-yeoja ini. Yesung juga sepertinya tak memberikan respon apa-apa, namja itu hanya diam dengan ekspresi datarnya. Sampai seketika…
“Menyingkir dariku!” Ucap Yesung dengan seringai mengerikan. Tampak, beberapa gadis-gadis itu masih mengerumuninya dengan bergelayut manja disisinya. Yura merunduk, ia tetap tak bergeming dari tempat ia berdiri sekarang.
“YA! AKU BILANG MENYINGKIR! Apa kalian berpikir, jika aku sedang main-main huh? Dasar gadis-gadis tak tau diri…!” Bentak Yesung membuat tempat ini tampak hening seketika. Yura kembali mendongak, bulu kuduknya mulai berdiri mendengar bentakan keras dari Yesung kali ini. Mungkin sebentar lagi, akan ada korban yang akan berjatuhan jika mereka melawan Yesung.
Untunglah, tak ada yang berani lagi mendekat kearah Yesung sekarang. Semuanya menyingkir dengan tundukan takut. Tangan kanan Yesung terangkat untuk membersihkan jejak ciuman yang tadi sempat berada dipipi kanannya. Cah, ia tersenyum. Tersenyum? Yah, senyuman sinis.
“YA! Mulai sekarang, jangan ada lagi yang menyentuhku, ARA? Cih, menjijikan!” Yura sentak melongo mendengar kalimat itu terucap mulus dari bibir Yesung. TUNGGU! Bukankah selama ini Yura mengenal Yesung dengan namja mesum? Namja itu seolah menintimidasi dan mencium Yura seenaknya. Lalu—lalu mengapa ini Yesung seolah sangat membenci orang lain menyentuhnya? Menciumnya? Bukankah ia seorang namja? Ia seharusnya menyukai ciuman itu secara gratis? Tapi ini? Entah mengapa, Yesung seolah hanya berlaku mesum hanya pada Yura seorang! ANEH… namja itu memang sangat aneh.
“YA! KIM YURA… siapa yang menyuruhmu hanya mematung disana, huh? Cepat kemari!” Bentak Yesung membuat lamunan Yura sentak buyar seketika. Gadis itu melongo, kedua pelupuk matanya tampak mengerjap dengan getaran tubuhnya yang kian cepat.
“N-nnde??” tanya Yura gugup setengah mati. Jika sudah seperti ini, Yesung bahkan lebih mengerikan dari tokoh antagonis disebuah drama.
“Cium aku!”
“M-mwo?”
“Kau tuli? YA! Cepat hapus jejak ci*man menyebalkan itu dari pipiku ini dengan bib*rmu!” Seru Yesung, membuat Yura melotot tak percaya dibuatnya. Bukan hanya Yura, tapi semua orang. Apa namja ini gila?
“Kau tunggu apa lagi? Cepat cium aku!” Yesung menarik pergelangan tangan Yesung hingga kini tubuh mereka sedikit berbenturan. Yura meneguk air liurnya susah payah! Aighoo… namja ini benar-benar sulit sekali untuk ditebak.
“CEPAT!”
“Ta-tapi—”
“Kau yang menci*m pipiku, atau aku yang menci*mmu huh?” ancam Yesung membuat Yura mati kutu untuk entah yang keberapa kalinya. Dengan sedikit terpaksa dan menahan malu yang amat sangat menyelimuti tubuhnya. Yura pun sentak berjinjit dan…
#CUP
Gadis itu tiba-tiba saja meng*cup singkat tepat dipipi kanan Yesung. Namja itu menyeringai dengan senyuman khasnya. Jika membunuh orang bukanlah sebuah kesalahan dan dosa, mungkin Yura sudah mencekik namja ini dengan kedua tangannya sendiri.
“YA! Kalian semua dengarkan ini baik-baik. Mulai sekarang, jangan pernah ada yang berani mendekatiku lagi. Aku… Kim Jong Woon dan gadis ini—Kim Yura, akan segera menikah bulan depan. Jadi, jangan pernah membuat masalah lagi denganku, terutama dengan gadis ini!” Ujar Yesung membuat semua orang terbelalak kaget mendengarnya.
‘Mwo? Apa katanya? Menikah?’
Yura tertegun dengan wajah pucat tatkala Yesung kali ini berpaling kembali menatapnya.
“Cepat ikut aku sekarang! Kau harus diberi pelajaran…” Yesung terlihat menarik pergelangan tangan Yura kearah belakang Universitas; tepatnya kearah taman belakang gedung bertingkat itu. Yura tak dapat mengelak, untuk kesekian kalinya Yesung benar-benar menjadi pemimpin dalam hidupnya. Dan yang menariknya adalah… Park Yun Ji yang jelas-jelas saja berdiri mematung tak jauh dari mereka, hanya Yesung lewati seolah ia tak melihat keberadaan gadis itu disana. Entahlah, Yesung sadar atau tidak dengan hal itu. Toh, yang pasti Yura hanya mampu menganga lebar menyaksikan kejadian ini. Lagi-lagi, ia menjadi sorotan mata seisi Sekolah tinggi ini.
Yesung tampak tak berniat melepaskan genggamannya itu, bahkan disaat mereka telah sampai di Taman yang cukup sepi ini. Yah, hanya ada riaknya suara kupu-kupu yang berdendang disana. Mungkin Yura tak menyadari, jika Yesung seperti ini sudah sejak mereka sarapan bersama tadi pagi. Gadis itu benar-benar sudah membuat emosi Yesung tak tertahan lagi.
“Ini semua gara gara kau!” Tuduh Yesung cepat, membuat Yura mengernyitkan kedua alisnya bingung. Apa namja ini salah memakan obat?
“YA! Kau ini bicara apa? Salahku? Kau gila?”
“Kesalahanmu sangat fatal Yura-ya…”
“Mwo?”
“Kau harus mendapatkan hukuman?” Yesung sentak mengunci kedua tangan Yura kebelakang dengan satu tangannya. Sedangkan tangannya yang satunya, ia letakkan untuk menahan sebuah pohon yang kini menjadi tumpuan Yura bersandar.
“YA! Apa yang kau lakukan?”
“Bermain dengan calon istriku! Waeyo?”
“Siapa yang calon istrimu, huh?
“Sepertinya, kau benar-benar ingin bermain denganku.” Tandas Yesung seraya mengecup singkat daun bibir Yura tanpa permisi. Gadis itu terlonjak, membiarkan kedua bola matanya melotot tak karuan.
“Yesung-shi…”
“Panggil aku OPPA!”
“Mwo? OP-PA?” Yura tehenyak. Sebenarnya, ia ingin tersenyum geli.
“Sebentar lagi kita akan menikah! Kau jangan lagi bersikap kekanak-kanakan seperti ini. Tukang bubur atau tukang beras sekalipun aku tak perduli! Matamu hanya boleh memandang dan jatuh cinta padaku, ara? Dan—kau jangan datang lagi ke Toko bubur itu! Bukan apa-apa, tapi Sohee sangat menyukai penjaga yang bernama Eunhyuk itu, kuharap kau dapat mengerti.”
“Cah, benar hanya karna Sohee? Tapi, kau terlihat seperti sedang cemburu?”
“Cemburu? Untuk apa aku cemburu, huh? Kau dan bahkan seluruh organmu ini akan menjadi hak milikku sebentar lagi. Bukankah kau tau? Jika hanya aku yang dapat melakukan hal yang seperti ini padamu, eh?” Yesung sentak kembali mengamit bibir gadis itu dengan lembut, sekedar bertukar hembusan nafas dengan rasa yang begitu manis. Namja itu sepertinya hanya hobi melakukan ini dengan seorang yeoja; Kim Yura.
“Jangan lagi mengatakan aku berhak atau tidak padamu. Kau tak bisa hidup tanpaku Yura-ya…” Yesung kembali hendak memiringkan kepalanya untuk melanjutkan aktivitasnya. Namun sayang, Yura mengelak! Gadis itu tampak menatapi layar ponselnya yang bergetar.
“Bibi Kim…” desah Yura membuat Yesung ikut menatapi layar ponsel itu.
“Yebosseyo Bibi…”
“….”
“MWO? DIPERCEPAT? MINGGU DEPAN?”
=TBC=
No comments :
Post a Comment