Cast : Yesung Kim, Kim Yura, Eunhyuk Lee, Kim Sohee, Park Yun Ji,
And Others
Rating : PG + 17 / Straight
***
“OPPA! Yak! LEPASKAN … Yak!” Pekikan dari seseorang itu pun sontak saja membuat Yesung menghentikan kalimatnya dan kontan menoleh lurus kearah jalan. Tampak kini punggung Yura terlihat memberontak dan saling tarik menarik dengan segerombolan orang didekat mobil mewahnya itu.
DEG!
Tak hanya Yesung yang kini menoleh dengan kedua mata yang melotot, tetapi Leeteuk dan Eunhyuk. Sekalipun hanya bayangan punggung Yura lah yang terlihat, tapi Leeteuk yakin, jika gadis itu adalah…
“ASTAGA!”
“ASTAGA!”
This Story Original From @Jjea_
‘Takdir adalah sesuatu yang mempertemukan kita,
Karena kita tidak akan percaya pada fakta, bahwa semua hal terjadi secara kebetulan….’
_“OUR RING!” PART 12_
Langit itu tampak bergemuruh, berseloroh bersama lantunan irama angin yang berkumandang tak senada. Tak seperti biasanya, awan kini mendayu dengan lambat dan meninggalkan jejak, memberikan gumpalan bentuk yang seakan memberikan tanda dunia. Tak ada burung yang berterbangan diatas sana, seolah memang dunia tengah berada didalam titik mencekam. Mungkin, lintasan angin itu memberikan tanda, jika sekarang kota ini akan dilanda mendung tak terhingga.
* When it all began … What happen? *
Yesung … tanpa membuang banyak waktu lagi, namja itu sentak saja berlari kearah Yura yang saat ini tengah berusaha untuk melepaskan diri dari segerombolan para renternir itu. Yeoja itu terlihat ketakutan, membuat Yesung semakin panik. Direnggangkannya dasi hitamnya itu dengan kasar dan menghempaskan kantong plastik bubur yang sejak tadi ia pegang dengan cepat. Dibenaknya sekarang hanya Yura, ia tak ingin terjadi apapun pada gadis itu.
“Yak! Jangan menyentuhnya!” Pekik Yesung yang dengan cepat menendang pria berotot itu dengan sekuat tenaganya. Entahlah, ia benar-benar sangat benci sekali saat melihat orang-orang itu menyentuh tangan Yura sebebas itu.
BRUKKK!
“Oppa…,” Yura berucap lirih, menatapi Yesung yang dengan tanpa takut menghadapi orang-orang itu. Rahang namja itu tampak mengeras, mengingat bagaimana para renternir itu kini tengah menggerubunginya dengan tatapan membunuh.
“Eunhyuk-ah, sepertinya ini berbahaya. Sebaiknya kita—” belum sempat Leeteuk hendak menyelesaikan kalimatnya, Eunhyuk pun sudah lebih dulu berlari dan menyebrang jalanan yang memang cukup sepi ini. Sepertinya, namja itu berniat untuk membantu Yesung. Sebenarnya itu memang hal yang wajar, tapi tidak untuk Leeteuk. Jika Eunhyuk benar-benar kesana, itu berarti….
“Ya, Tuhan…,” Leeteuk sentak ikut berlari dan menyebrang. Namja itu berani bertaruh, jika Eunhyuk belum menyadari siapa gadis yang tengah berdiri menyamping dengan raut ketakutan itu.
“Yak! Sebenarnya apa yang kalian inginkan?” hentak Yesung seraya mengibas-ngibaskan tangannya kesakitan. Sesungguhnya, ia sama sekali tak dapat berkelahi. Namja itu hanya mengetahui beberapa cara pukulan dari beberapa film laga yang ia tonton, tanpa mengetahui bagaimana tekhnik berkelahi dengan benar.
“Cah, kami hanya ingin membawa gadis itu. Jangan ikut campur anak muda. Membela gadis gila itu adalah sebuah kesalahan besar. Kamilah yang seben—”
“Yak! Berani sekali kalian berbicara seperti itu!” Yesung sentak kembali bergerak untuk saling hantam dengan para gerombolan pria-pria berbadan besar itu. Sekalipun ia tak yakin akan memenangkan pertandingan ini, tapi setidaknya ia adalah seorang pria, ia seorang suami yang merasa memiliki tanggung jawab yang besar untuk membela sang Istri apapun yang terjadi.
“Oppa!” Yura hendak ingin maju dan membantu Yesung. Ia tak kuat melihat ketika para pria asing itu memukul keras tepat di area sekeliling perut Yesung. Ia tau Yesung berusaha untuk memberontak dan terus berusaha untuk memukuli pria-pria itu. Namun apa daya, pukulan Yesung tak selalu bisa menyentuh salah satu dari mereka.
“Oppa…,” Yura tak tahan lagi. Ia sentak berlari hendak kembali menghampiri keberadaan Yesung. Namun sayang, tiba-tiba saja Yura merasakan tangannya sentak dicengkram seorang pria yang kemungkinan besar adalah Bos dari para komplotan ini. Gadis itu mengerang, berusaha memberontak sekuat tenaga yang ia bisa.
“Yak! Lepaskan aku! Yak!” Pekik Yura yang tanpa pikir panjang lagi merundukkan kepalanya untuk menggigit tangan besar yang tengah mengikat tubuhnya itu. Berhasil? Tentu saja! Yura merasa pernah melakukan hal ini sebelumnya. Persetan dengan hal itu, gadis itu tampak hendak kembali melepaskan diri ketika pria itu berteriak marah. Sedikit sulit, mengingat pria itu hanya meringis tanpa melepaskan tangannya dari tubuh Yura.
“Gadis tengik! Berani sekali kau melukai tanganku, huh!” Pria berotot itu pun sentak menggeram kasar. Tangan satunya kini terangkat pelan, seolah berniat untuk memukul Yura. Namun seketika….
“Bajingan!” Pekik seseorang seraya menendang pria berotot itu hingga ia tersungkur di aspal. Yura terlonjak, respek saja kedua tangannya terangkat dan menutupi kedua telinganya dengan ketakutan. Wajahnya pucat, jantungnya berdegup kencang tak normal. Berdiri diantara perkelahian seperti ini, sungguh mengerikan!
“Hanya pria pengecut yang berani memukul wanita!” Umpat orang itu tersenyum sinis. Lee Hyuk Jae … namja tampan itu kini berdiri tepat dibelakang Yura.
“Nona, berpegang kuatlah dengan tanganku,” lanjut Eunhyuk tanpa menoleh dan terus menatap salah seorang Renternir itu dengan tajam. Yura hanya membalasnya pelan, sangat pelan. Ia terlihat sangat shock dan kuatir menatapi Yesung yang masih berusaha untuk membalas pukulan pria-pria itu. Gadis itu ingin menangis dititik ini, hingga tiba-tiba saja ia merasa tangan orang asing dihadapannya ini menggenggam tangannya dengan sangat erat. Sekali lagi, namja itu melakukannya tanpa menoleh.
Leeteuk menghentikan langkahnya! Dapat ia lihat dengan amat jelas, Eunhyuk dan Yura saling bergenggaman tangan. Ini sedikit gawat, mengingat bahkan Eunhyuk belum menyadari siapa yang tengah ia selamatkan itu.
“Kau siap?” tanya Eunhyuk, membuat Yura terkesiap. Belum sempat Yura hendak memikirkan maksud dari pertanyaan namja itu, Eunhyuk pun sudah lebih dulu menarik tangannya untuk berlari kearah salah seorang Renternir itu dan menendangnya dengan gerakan yang sangat menakjubkan. Yura terkejut setengah mati, pria yang tengah menarik tangannya ini terus berlari menuju kearah mobil mereka yang terparkir diam. Sepertinya, Eunhyuk memang berniat agar Yura masuk dan diam didalam mobil itu saja.
“Nona, cepat masuklah kedalam,” ucap Eunhyuk cepat seraya berusaha untuk membuka pintu mobil itu.
“Tapi Tuan, suamiku—”
“Aku akan membantunya, tapi kau harus lebih dulu menyelamatkan dir—” perkataan Eunhyuk kontan saja terhenti didetik ini juga. Kedua bola matanya itu kini membesar, menatapi wajah gadis yang tepat berada dihadapannya itu. Yura terlihat panik dan kalang kabut, lirikan matanya itu terlihat sesekali tetap mengarah pada Yesung, seolah sama sekali tak memperdulikan ekpresi terkejut Eunhyuk yang menatapinya dengan degupan jantung yang terpompa sangat cepat sekarang.
DEG!
Bukan hanya Eunhyuk yang kini terdiam dengan kedua mata yang semakin membesar, tapi juga Leeteuk!
”Yu … Yu … Yu-ra,” ujar Eunhyuk pelan, malah bisa dikatakan lebih menyerupai dengan gumaman itu. Kedua kakinya tampak bergerak mundur, sedikit menjauh dari Yura tanpa berkedip sama sekali.
“Tuan, cepat tolong suamiku.” Yura menitikan air matanya seketika. Ia menatap Eunhyuk dengan pelasan yang sangat amat dalam. Eunhyuk seakan tak mendengar permintaan yeoja itu, ia lebih sibuk menantapkan hatinya, jika yang berdiri dihadapannya ini bukanlah sebuah halusinasinya saja tapi dia benar—
“Yu-ra?” suara Eunhyuk kali ini sedikit terdengar. Namun sayang, gadis itu malah menatapnya asing dengan terus meminta untuk menolong suaminya. Eunhyuk masih belum juga sadar dalam keterkejutannya itu. Kedua matanya tampak berkaca-kaca dan mengumpati hatinya, jika ini memang bukanlah halusinasinya saja. Gadis ini memang Yura, dia memang sangat amat mirip sekali dengan Yura-nya. Seseorang yang selama berbulan-bulan ini ia pikirkan, ia cari, ia kuatirkan dan ia rindukan setengah mati. Seulas senyum simpul pun hendak Eunhyuk tampilkan diwajah tampannya itu. Akhirnya, ia menemukan kembali gadis ini!
“Yura-ya, kau—”
“OPPA…!” Yura sentak memekik hebat tanpa memperdulikan apa yang Eunhyuk ucapkan padanya saat ini. Tubuh gadis itu sedikit memberontak, melepaskan pergelangan tangannya yang masih berada digenggaman Eunhyuk. Gadis itu … ia kini dengan cepat berlari mnembus apapun dihadapannya untuk menghampiri seseorang. Yah, seseorang yang kini tengah terduduk di aspal jalan dengan nafas yang berderu cepat.
“Yesung Oppa,” lirih Yura seraya menopang dan berlutut didekat tubuh Yesung. Para renternir itu sepertinya memundur serentak dan bersiap ingin berlari. Benar, terdengar bunyi alarm mobil Polisi disekitar sini. Leeteuk, pria itulah yang tadi menghubungi Polisi.
“Oppa gwenchanayo?” tanya Yura dengan raut panik. Ia menangis! Gadis itu sepertinya benar-benar kuatir pada Yesung.
“Aku tidak apa-apa.” Balas Yesung seraya masih menatapi segerombolan renternir itu dengan tajam. Otaknya maish memikirkan, apa alasan para pria itu ingin membawa Yura.
“Ayo berdirilah, biar kubantu. Kita harus pergi ke Rumah sakit secepatnya Oppa.”
“Tidak perlu, aku tidak apa-apa.” Yesung memasrahkan diri saat Yura memposisikan tangan kanannya untuk berada dibawah gadis itu. Keduanya berdiri, membalikkan badan menuju kearah mobil dan Eunhyuk yang masih tampak membatu ditempatnya. Namja itu sepertinya masih belum mengerti dengan apa yang tengah ia lihat ini. Yura … kenapa gadis itu dapat bersama pria yang bernama Yesung itu dan tampak sangat akrab?
Leeteuk menghela nafas, ia sangat kuatir dengan keadaan Eunhyuk saat ini. Entah bagaimana kelak ia akan menceritakan hal ini kepada Eunhyuk.
Yesung dan Yura tampak semakin mendekat kearah Eunhyuk sekarang. Entah apa yang akan terjadi setelah ini. Eunhyuk bahkan sama sekali tak merubah ekspresi terkejutnya itu. Sebenarnya, bukan hanya terkejut saja, tapi juga ekspresi menyedihkan. Sejak tadi, kedua bola matanya itu tak pernah lepas memandangi sosok Yura.
“Masuklah lebih dulu ke mobil,” perintah Yesung yang dengan perlahan-lahan melepaskan tangannya dari pundak Yura. Gadis itu mengangguk dan tampak membuka pintu mobilnya yang berada sedikit lebih dekat dengan tempat Eunhyuk berdiri sekarang.
“Gamsahamnida Tuan, terima kasih telah membantu kami.” Yura tampak tersenyum kilat dan membungkuk kearah Eunhyuk, sampai akhirnya ia merunduk untuk masuk ke dalam mobil. Eunhyuk melongo! Tuan? Telinganya menangkap sesuatu yang janggal disini.
“Yu—”
“Eunhyuk-ah…,” sela Leeteuk seketika seraya berlari dan menghampiri tempat Eunhyuk sekarang. Ia tak ingin namja itu melakukan tindakan yang malah akan menyakiti dirinya sendiri. Yah, Leeteuk sangat tau, jika Eunhyuk tadi sangat ingin menggedor pintu mobil Yura dan memanggil gadis itu seperti biasa.
“Hyung … dia—dia—”
“Kau tidak apa-apa Tuan Kim?” lagi-lagi Leeteuk menyela perkataan Eunhyuk dan malah mengalihkannya pada namja yang tampak diam ditempatnya itu.
“Aku tidak apa-apa. Eungh…, terima kasih telah membantu kami. Ah ya, aku pulang dulu.” Yesung tampak tersenyum tipis dan melangkah cepat untuk masuk kedalam mobil. Leeteuk membalasnya dengan senyuman lebar, sebenarnya sedikit ia paksakan. Ia tau, jika sekarang Eunhyuk pasti sedang menatapnya dengan raut emosi.
“Tapi Hyung, Yura—”
“Eunhyuk-ah…,” hentak Leeteuk dengan sedikit nada tekanan. Yesung yang masih belum separuhnya memasuki mobil itupun sentak terdiam. Sepertinya, ia mendengar nama Yura disebut dengan tenang oleh namja pegawai bubur itu. Dengan gerakan sedikit memaksa tubuhnya, Yesung duduk dan menutup pintu mobil sembari menatapi Leeteuk dan Eunhyuk yang tampak menunjukan raut aneh. Yesung memicing, ia dengan cepat menginjak pedal gas dan berlalu pergi dari tempat ini. Sungguh, banyak sekali pertanyaan yang tengah berputar diotaknya sekarang!
Yesung melirik Yura sekilas, gadis itu nampak terdiam disampingnya. Entahlah, ada sesuatu yang membuat Yesung ingin menatapi kalung bertahtakan nama gadis itu dilehernya. Sekalipun ditutupi dengan baju kemeja yang dikenakan gadis itu sekarang, tapi Yesung yakin, jika Yura tengah memakai kalung nama itu.
‘Sebenarnya, siapa yang memberikan kalung itu padamu Yura? Dan … siapa kau sebenarnya Kim Yura?’
***
Sudah hampir 15 menit berlalu dari sejak mobil ini bergerak, tapi tetap … tak ada yang mengalah untuk bersuara lebih dulu. Yura lebih memilih untuk bungkam, menautkan jari jemarinya dengan kepala merunduk. Sedang Yesung? Sejak tadi tampak ia terlihat tak tenang, rahangnya mengeras seolah menahan emosi yang masih bersarang didalam tubuhnya kini.
“Huhh…,” Yura menghela, entah untuk yang keberapa kali. Kepala gadis itu perlahan-lahan kembali melirik Yesung yang hanya diam dengan ekspresi dingin. Yura sadar, jemari namja itu mengeras memegang stir mobil ini, membuat beberapa luka lecet dipunggungnya itu semakin terlihat.
“Kau tidak apa-apa?” tanya Yura berniat untuk memecahkan keheningan mereka ini. Yesung tak menjawab, giginya bergemerutuk tak karuan.
“Jika tadi kau tak bisa berkelahi, kenapa harus menantang mereka? Mungkin kita bisa bertanya baik-baik apa keinginan mereka dan—”
“Bukankah tadi sudah kukatakan untuk jangan keluar mobil sebelum aku kembali?” bentak Yesung seketika seraya menepikan mobil mereka tanpa aba-aba. Yura tersentak, ia benar-benar terkejut dengan teriakan Yesung itu.
“Kau ini bodoh atau apa, huh? Kau benar-benar gadis yang keras kepala!”
“Kau lama sekali keluar dari Toko itu, untuk itulah aku berniat menyusulmu!”
“Cah, menyusul? Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk menungguku? Jika kau tidak keras kepala seperti ini, mungkin semua ini tak akan pernah terjadi. Kau bahkan belum ingat siapapun dirimu, kau pikir ini tidak berbahaya untuk keselamatanmu, huh?” Yesung kembali meninggikan oktaf suaranya. Baiklah, Yura kalah! Terlihat kepalanya tertunduk dengan tubuh bergetar.
Yesung menutup kedua matanya sejenak, berusaha untuk mengontrol nafas amarah yang belum juga dapat ia redakan.
“Ash!” Namja itu mengumpat tak jelas, menggerakkan lagi tangannya untuk kembali menghidupkan mobil mewah ini. Hening! Akan dipastikan, jika kedua orang ini akan bungkam seribu bahasa. Yura berpaling kearah luar jendela, menitikan air matanya dalam seribu kata diamnya. Sungguh, ia sangat amat terluka ketika Yesung berteriak seperti tadi padanya.
Hanya butuh 5 menit lagi untuk sampai ke rumah yang mereka tempati selama ini. Tak ada lagi niatan Yesung untuk pergi ke Kantor dengan luka memar dan keadaannya yang kacau seperti ini. Semuanya memburuk, membuatnya dengan cepat memarkirkan mobilnya ini kesembarangan tempat dihalaman rumahnya.
BLAM!
Tanpa berpaling lagi, namja itu sentak membuka dan menutup kencang pintu mobilnya itu dan masuk kedalam, meninggalkan Yura yang hanya mampu menghela nafas mendapati tingkahnya itu. Yura merasa Yesung marah karna telah membuat masalah sampai membuat luka lebam pada tubuh namja itu, tapi sebenarnya … bukan itu yang menjadi penyebab utama kemarahan Yesung saat ini.
Sejujurnya, Yesung marah pada dirinya sendiri, ia merasa sangat bersalah karna tak dapat menjaga Yura dengan baik. Ia menyesal, sangat menyesal karna selalu menolak untuk masuk kedalam Grup Taekwondo yang sempat disarankan oleh kedua orang tuanya. Ia juga marah akibat ketakutannya saat para pria berotot besar itu menyentuh tubuh istrinya! Tidak, Yesung sangat membenci ketika orang lain melakukan itu pada Yura.
‘Aku tidak tau harus bagaimana lagi, semuanya benar-benar membingungkan. Kenapa? Kenapa para komplotan pria-pria itu mengenalku? Ya Tuhan … siapa aku sebenarnya?’
Yura bergumam ngilu seraya menutup pintu mobil dengan raut lelah. Langkahnya gontai memasuki rumah besar ini, terasa sangat berat didaerah ubun-ubunnya.
***
PRANGGGG!
Terdengar suara ribut dari dalam ruangan dapur ini semenjak beberapa menit tadi. Toko bubur yang selalu ramai setiap harinya ini, kini seolah tengah terbalik. Sepi! Semenjak tadi Toko ini tiba-tiba tutup dan mengeluarkan para pengunjung dengan sedikit paksaan, ruangan depan meja-meja itu terlihat tak taratur tanpa ada satupun orang lagi yang berada disana, kecuali ruang dapur. Yah, terlihat kedua namja tampan ini tampak bersitegang dengan pancaran sorot emosi dari kedua mata mereka.
“Jadi, Hyung akan berkilah dan berusaha untuk membohongiku lagi? Apa Hyung akan mengatakan jika gadis yang tadi bersamaku itu bukanlah Yura? Cah, kenapa Hyung? Kenapa kau dengan teganya membohongi dan membodohiku seperti ini, huh? Apa aku terlihat seperti lelucon?” ucap Eunhyuk tanpa menurunkan tinggi intonasi disetiap kalimatnya itu. Leeteuk menghela, ia tak tau lagi apa yang harus ia lakukan kini.
“Apa jangan-jangan Hyung sudah mengetahui keberadaan Yura semenjak dulu?”
“Eunhyuk-ah…,”
“Lalu kenapa Hyung tidak mau memberitahuku? Hyung tau jika selama ini aku hampir mati karna terus menerus mengkuatirkan keadaannya. Apa Hyung tau perasaanku? Aku—”
“Aku tau Hyuk-ah! Untuk itulah aku tidak ingin melukaimu lebih dalam lagi,”
“Apa maksudmu Hyung?”
“Gadis itu bukan Kim Yura yang kita kenal!”
“Mwo?”
“Kali ini Hyung tidak berbohong padamu. Gadis itu … gadis yang kau selamatkan tadi itu adalah gadis yang hanya mirip dengan Yura. Hyuk-ah, dia bukan Yura yang kita cari,”
“Mwo? Cah, apa Hyung sedang membuat lelucon lagi! Leeteuk Hyung, aku mohon jangan membual dan mengatakan hal-hal yang aneh!”
“Tidak Lee Hyuk Jae! Hyung mengatakan hal yang sejujurnya. Kau tau? Gadis itu memang benar bernama Kim Yura dan aku yakin kau memang mungkin akan sulit untuk mempercayai perkataanku ini. Tapi … dia memang bukan Yura yang kita cari. Apa kau tadi sadar? Jangankan mengenaliku, untuk mengenalimu pun tatapannya terlihat asing. Gadis itu Kakak ipar dari So hee, itu berarti gadis itu sudah menikah. Dan kau tau, huh? Namja tampan yang tadi kau tolong itu adalah suaminya; Kim Jong woon. Dia adalah Kakak So hee yang waktu itu menikah! Bahkan kau dan aku waktu itupun datang ke acara pernikahan mereka.”
“Tidak mungkin.”
“Yura yang kita kenal tidak akan mungkin berbuat seperti itu pada kita, terutama padamu. Untuk itulah Hyuk-ah, Hyung hanya tak ingin kau semakin bersedih hanya karna mengenal gadis yang mirip dengan Yura, kekasihmu.”
“Hyung, apa kau berbohong?”
“Jika kau tidak percaya, kau bisa menanyakan hal ini pada So hee secara langsung!”
“Itu tidak mungkin Hyung! Mana ada dua orang dengan wajah dan nama yang sangat mirip.”
“Tapi itulah kenyataannya! Lalu kita bisa apa? Menganggapnya Yura-mu, lalu merasakan sakit hati karna dia sudah dimiliki pria lain dan bahkan tidak mengingatmu, huh?” hentak Leeteuk, membuat Eunhyuk sentak terdiam.
“Sadarlah Lee Hyuk Jae, jangan pernah mau dibutakan dunia!” Leeteuk sentak memegangi kedua bahu Eunhyuk dan agak sedikit menekannya.
“Sekarang, kau dengarkan Hyung. Kau tetap tenang dan anggaplah gadis itu bukan Yura-mu, lalu nanti kita akan mencari Yura dan menemukannya secepat mungkin, eoh?” bujuk Leeteuk bermaksud untuk membuat Eunhyuk setidaknya mau mengontrol emosi dan perasaan kalutnya itu. Namun….
“ANIYA HYUNG! Aku tidak bisa diam dalam permainan takdir seperti ini. Aku sangat yakin, jika gadis itu Yura-ku! Sekalipun pada akhirnya aku memang salah, aku akan tetap akan mencari tau siapa gadis yang tadi kutemui itu!” Balas Eunhyuk yang sentak saja menghempaskan kedua tangan Leeteuk dibahunya dengan sedikit kasar. Namja itu kontan berbalik, berjalan meninggalkan Leeteuk yang tak dapat lagi berkata-kata.
‘Untuk itulah Hyung takut Hyuk-ah. Hyung takut jika gadis itu memang benar-benar Kim Yura kita. Dia sudah menikah, seharusnya kau mengingat itu lebih dulu sebelum bertindak….’
Hela Leeteuk panjang. Satu tangannya tampak bersanggah dimeja dapur untuk menahan topangan berat tubuhnya sendiri. Ia yakin, Eunhyuk pasti tak akan mau mengalah begitu saja.
***
‘Banyak orang mengatakan,
Cinta harus diperjuangkan.
Tapi banyak orang juga mengatakan,
Jika melepaskan itu juga bagian dari ketulusan cinta….’
Tak ada yang banyak berubah dari hari kemarin, waktu terus saja berdentang sekalipun tak ada yang begitu spesial. Benar, memang tak ada yang berbeda, sama halnya dengan hubungan Yesung dan Yura saat ini. Masih saling mendiamkan tanpa ada satupun yang mengalah untuk memulai percakapan. Yesung lebih memilih diam sejak kemarin diruang kerjanya, sedang Yura masih tetap setia bungkam dengan melakukan banyak pekerjaan rumah yang ia kerjakan.
Sebenarnya, Yura memang terlihat lelah. Namun bagaimana, jika dengan bekerja dan menyibukkan diri seperti inilah, emosinya tersalur dengan baik. Ia ingin sekali menghampiri Yesung dan menanyakan keadaan namja itu. Toh, sejak kemarin luka-luka Yesung itu sama sekali belum ia obati.
‘Namja itu benar-benar ingin menyiksaku!’
Yura merunduk menatapi sebuah kotak yang berada ditangannya saat ini. Itu kotak obat, sudah sejak kemarin ia sebenarnya ingin melakukan hal ini.
Tangan gadis itu terangkat, berniat untuk mengetuk pintu ruang kerja Yesung dan setidaknya juga menyuruhnya makan siang. Yah, sudah sejak tadi namja ini tak jua keluar dari dalam. Yura hanya takut Yesung melakukan sesuatu yang aneh disana atau mungkin dia tertidur dimeja kerja dengan keadaan kusut.
CKLEK!
Tanpa mengetuk dan mengurungkan niat untuk permisi lebih dulu, Yura sentak membuka pintu itu dengan jantung yang berdebar-debar tak karuan. Bukankah Yesung suaminya? Entah kenapa Yura malah merasakan takut sekarang.
“Ige…,” Yura berusaha untuk mendongak, menatapi keadaan Yesung yang benar-benar melenceng jauh dari dugaannya tadi. Tampak kini namja tampan itu tengah duduk manis diatas kursinya seraya menulis sesuatu dibeberapa kertas. Terlihat juga sebuah kacamata bertengger diatas hidungnya yang mancung, membuat wajahnya itu sedikit tampak lebih berkharisma dari sebelumnya.
“Sebaiknya, kau basuh lukamu itu lebih dulu, lalu makan siang.” Ucap Yura sedikit ragu untuk mendekat. Yesung mendelik, menatapinya dengan tatapan tajam yang mampu membuat gadis itu salah tingkah dibuatnya. Yura sedikit bingung sekarang, kenapa sejak kemarin Yesung seolah tak berniat untuk menyelesaikan semua berkas-berkasnya ini langsung dikantor. Namja itu lebih memilih untuk menelpon sang Sekretaris dan mengantarkan semua pekerjaannya ke rumah untuk beberapa hari ini.
“Siapa yang menyuruhmu masuk?” sinis Yesung yang membuat Yura mendadak mati kutu ditempat.
“Statusku sebagai istrimu lah yang menyuruhku masuk,” balas Yura dengan nada yang tak kalah sengit. Yesung menghempaskan penanya ke meja dan menatapi Yura.
“Untuk apa? Mengganggu pekerjaanku begitu?”
“Menggangu? Aku kemari hanya ingin membasuh luka diwajah dan tanganmu itu. Sejak kemarin kau hanya mendiamkan luka itu tanpa berniat untuk membersihkannya. Bagaimana kau akan memegang pena itu dengan benar, jika tanganmu lecet seperti itu!” Yura sudah tak tahan lagi dengan sikap rajukan Yesung kali ini. Gadis itu dengan cepat melangkah ketempat duduk Yesung dan berjongkok tepat disamping namja itu.
“Kemarikan tanganmu!” Ketus Yura yang mood-nya kini sudah sedikit memburuk. Yesung hanya diam dengan melongo menatapi Yura yang berusaha menarik kedua tangannya dan membasuh luka itu dengan telaten. Mengelak? Tidak, Yesung sepertinya membiarkan Yura membersihkan luka-lukanya itu.
“Jika tidak diobati, luka-luka ini akan semakin menyakitkan dan akan lama untuk sembuh. Kau harus belajar bagaimana untuk tidak menyepelehkan hal kecil seperti ini,” Yura kembali mengomel. Ia pun mendongakkan kepalanya untuk menatapi luka yang berada disudut bibir Yesung. Sedikit bingung, karna luka itu berada dekat dengan daun bibir Yesung, tak mungkin jika ia juga membubuhkan obat merah ini didaun bibir merah namja itu.
“Tahanlah sedikit,” ucap Yura mengambil sebuah sapu tangan yang dibalut dengan sedikit Es untuk ia tempelkan disudut bibir namja itu. Jarak mereka semakin dekat. Sebenarnya, jika hanya dekat seperti ini saja tidak terlalu menjadi masalah besar untuk Yura, tapi ini? Yesung tengah menatapinya dengan kedua bola mata elang yang ia punyai itu. Bukankah itu dapat membuat jantungnya kembali berdegup tak karuan.
“Apa sakit?” Yura kembali bertanya, bermaksud untuk mengalihkan perhatian Yesung dari wajahnya saat ini. Namja itu tak menjawab, membuat Yura tak tau harus bagaimana lagi untuk menghentikan tatapan namja itu, selain dengan—
“AWW…!” Pekik Yesung saat ia merasakan Yura menekan kuat luka disudut bibirnya itu. Teriakan Yesung persis sekali seperti anak kecil, terdengar merengek manja.
“Yak! Kau benar-benar—ash!”
“Itu salahmu sendiri. Lagipula, kenapa kau menatapiku seolah-olah kau ingin memakanku hidup-hidup seperti itu? Aku tau kau belum makan, tapi jangan memakanku!”
“Siapa yang ingin memakanmu, huh? Cah, lihatlah … bahkan kekuatanmu saja seperti Tarzan betina, kau pikir aku kuat memakanmu?” dengus Yesung sedikit menjauhkan tubuhnya dari gadis ini. Yura tersenyum, bahkan ia ingin tertawa sekarang.
“Mwoya? Apanya yang lucu, eoh?”
“Ekspresi wajahmu itu! Kau tak sadar sudah tua Kim Jong Woon? Kenapa menunjukan raut kesakitan yang benar-benar terlihat manja seperti itu? Cah, sudahlah. Cepat kemari lagi, lalu makanlah diluar. Semuanya sudah kusiapkan.”
“Aku masih banyak pekerjaan.” Sahut Yesung yang hendak menjauhkan kembali kursinya dari Yura. Namun sayang, yeoja itu malah menahannya dan bersiap kembali untuk membersihkan luka Yesung.
“Ini belum selesai, jangan bergerak lebih dulu.” Yura menghela, dapat ia tangkap pancaran wajah Yesung yang seakan menurut padanya. Namja itu kembali terdiam, tak tau harus menolak dengan cara apa.Toh, ia bahkan merasakan kenyamanan saat yeoja itu membasuh lukanya seperti ini.
“Apa tubuhmu tak ada yang terluka juga? Mereka menyentuh tubuhmu dibagian mana saja?” tanya Yesung seketika, membuat Yura sontak menghentikan aktivitasnya.
“Aniyo, aku tidak terluka sedikitpun.”
“Hummm…, maaf.” Perkataan itu terlontar begitu saja sari bibir Yesung. Yura sontak mendongak! Sungguh, apa tadi ia tak salah dengar? Maaf?
“Nde? Ka-kau ini bicara apa? Kenapa kau meminta maaf padaku?”
“Karna aku sudah membentakmu waktu itu,”
“Eoh…, tidak apa-apa. Bukankah wajar jika kau berteriak dan memarahi istrimu yang telah melanggar perintahmu. Seharusnya, akulah yang minta maaf padamu. Karna aku, kau jadi—”
“Apa kemarin mereka hanya menyentuhmu disini?” dada Yura sentak berdesir hebat tatkala bibir Yesung tiba-tiba saja menempel tepat dipergelangan tangannya, tepat sekali didetak nadi gadis itu.
“N-nnde. Ak-aku—”
“Mereka tidak menyentuhmu ditempat lain kan?” Yura semakin bergidik saat kini bibir Yesung itu mulai menjalar keatas. Ia berharap agar ia tak memiliki penyakit jantung setelah ini.
“An-aniyo.”
“Itu—” perkataan Yesung menggantung ditempat ini. Kedua bola mata namja itu menghunus tajam kearah leher dan sekitar bahu gadis itu. Hening! Yesung semakin mempertajam picingannya, membuat Yura sontak saja sadar.
“Yak! Kau mesum! Kim Jong Woon, otakmu itu benar-benar mengerikan!” Umpat Yura yang secara tiba-tiba menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Yesung mengernyit bodoh dengan tampang sinis. Sepertinya, namja itu tak memperdulikan protesan Yura sekarang.
“Kalung ini—” Yesung memegangi bandul nama dileher gadis itu. Yura sontak diam dan merunduk bingung.
“Boleh aku meminjamnya?” lanjut Yesung dengan menatap lurus pahatan indah dari nama itu. Yura melongo, sedikit terkejut dengan permintaan Yesung kali ini.
“Nde, tapi untuk apa? Kau tidak mungkin memakainya kan?”
“Memangnya tidak boleh?” Namja itu sentak berdiri dan ikut berjongkok dibelakang tubuh Yura, bermaksud untuk membuka pengait dari kalung itu.
“Nde? Kau benar-benar ingin memekainya?” Yura cukup tercenang membayangkan Yesung benar-benar memakai kalung namanya itu. Tangan gadis itu terangkat seolah menggulung rambutnya agar Yesung dapat dengan mudah membuka pengait kalung itu.
“Nde.” Yesung hanya mmebalas singkat agar Yura bungkam dan jangan banyak bertanya lagi. Gadis itu tampak menyatukan kedua alisnya tak mengerti.
“Bukankah kau mempunyai banyak kalung indah untuk kau pak—”
CUP!
Yura sontak menghentikan kalimatnya saat ia merasakan sesuatu yang lembut dan dingin kini tengah menyentuh area tengekuknya. Gadis itu membeku dengan kedua matanya yang membesar! Yesung menci*m tengkuk dan bahunya dari arah belakang yang memang terbuka indah. Sungguh, efeknya benar-benar gila!
“Jja, kita makan.” Bisik Yesung seraya tersenyum menang dan berdiri untuk melangkah keluar dari ruangan ini. Yura masih termangu, masih bergidik tak karuan dengan perlakuan namja aneh itu.
‘Ya Tuhan … ya Tuhan … ya Tuhan….!’
Gumam Yura bergetar hebat. Sungguh, baru kali ini ia diperlakukan seperti itu oleh Yesung. Dan bahkan tengkuk dan bahunya itu masih terasa dingin sampai sekarang! Yesung … namja itu benar-benar penuh dengan sebuah kejutan dan misteri akan sifatnya itu.
BLAM!
Yesung sentak menutup pintu ruangannya itu sejenak dan mengarah untuk menuju meja makan. Tidak, sepertinya ia melewati meja makan itu. Tangan kanannya terjulur dan mengampil ponsel hitam miliknya. Entahlah, tiba-tiba wajah namja tampan itu kembali serius.
“Yeoboseyo, aku Kim Jong Woon. Yah, akulah yang menghubungi kalian semalam,” Yesung tampak membenarkan letak kacamatanya sejenak. Eratannya mengerang dibadan ponsel itu.
“Aku memang ingin menyewa jasa kalian untuk mencari tau tentang data diri seseorang. Benar, Filenya memang sudah aku kirim tadi pagi. Aku harap, kalian dapat menemukan informasi gadis yang bernama Kim Yura itu secara detail! Aku butuh secepatnya, dan aku akan membayar kalian seberapa pun yang kalian minta. INGAT! Jangan mengecewakanku!” Yesung sentak menutup cepat sambungan telponnya sebelum Yura menghampiri keberadaannya sekarang. Namja itu terlihat menghela panjang, mengerang singkat untuk melampiaskan kegundahannya saat ini. Sungguh, ia ingin sekali mengetahui tentang siapa Yura sebenarnya, siapa gadis yang telah menjadi istrinya ini. Terutama, ia ingin tau tentang hubungan Yura dengan para segerombolan pria-pria berotot waktu itu, termasuk hubungan Yura dengan para Tukang bubur itu.
‘Aku berharap ini tidak akan berlarut! Dan aku akan mengetahui … siapa kau KIM YURA!’
=TBC=
No comments :
Post a Comment