OUR RING! PART 10

  No comments


[Other FF] “OUR RING” Part 10 [Yesung-Yura]


Tittle                  : “OUR RING!”
Cast                    : Yesung Kim, Kim Yura, Eunhyuk Lee, Kim Sohee, Park Yun Ji,
                              And Others
Rating               : PG + 17 / Straight

This Story Original From @Jjea_


***


             “Gomawo Dokter.” Ucap Yesung tersenyum manis, lalu berpaling menatap seseorang yang kini tengah berada diluar bersama para keluarganya yang lain. Kim Yura… Yesung kini menatapi yeoja itu dengan tajam. Memang, semenjak waktu itu ia dilarikan di Rumah sakit ini, Yesung sudah mengingat masa lalunya. Tapi ia tak bisa, tak bisa untuk menyudahi semua ini dan mengatakan kepada semua orang, jika pernikahan mereka hanyalah sebuah kesalah pahaman belaka. Tidak bisa! Ada sesuatu hal yang membuatnya ingin terus berpura-pura tak ingat, dan menemani gadis itu.
             ‘Kim Yura… siapa kau sebenarnya?’



‘Ketika Seseorang melukaimu,
Janganlah bersedih…
Karena Tuhan, selalu menitipkan penyembuh untukmu….’



_“OUR RING!” PART 10_


Tampak dunia saat ini seperti mati sunyi, daun-daun ikut diam, dan awan diatas sana tampak berkabut tak serarah. Yah, hanya nyanyian cericit burung itulah yang terdengar sangau, seolah mereka tengah melempar beribu pertanyaan pada belukar yang membisu ditempat. Hidup ini dirasa tak ada yang berbeda, setelah pagi akan ada malam lagi yang menyapa. Seperti itu, selalu dan mungkin tak akan berubah sampai hari akhir itu datang.



* When It All Began, Just Because You! *


Tampak kini Yura melepaskan celemek hijau muda yang ia pakai, lalu meletakkan beberapa mangkok kecil keatas meja. Kedua bibirnya itu sudah sedari tadi tak pernah berhenti mengoceh, bahkan semenjak ia dan Yesung baru saja kembali pulang dari Rumah sakit. Yah, sangat jauh berbeda dengan Yesung. Namja itu kini malah diam, bahkan ia tak berbicara satu kata pun sejak tadi.
“Makanlah… kau harus makan yang banyak agar kau memiliki tenaga untuk sembuh. Setelah ini, kau tidak boleh lebih dulu mengemudi apapun. Aku benar-benar tidak habis pikir, bagaimana bisa kau menyetir kemarin disaat ingatanmu pun belum pulih sama sekali Kim Jong Woon,” Yura sentak mengangkat banyak sayuran keatas mangkok Yesung. Gadis ini tau dan amat sangat sadar, jika sekarang dan bahkan sejak tadi Yesung menatapinya dengan tajam. Mungkin karna itulah, Yura terus berceloteh, bermaksud menutupi rasa groginya akan tatapan namja itu.
“Ck! Apa kau tak trauma? 2 kali kau kecelakaan dan terbaring di Rumah sakit. Kenapa kau hobi sekali menantang maut? Bagaimana jika ingatanmu makin hilang?” Yesung tetap tak bergeming seraya terus menatap yeoja dihadapannya itu dengan ekpresi yang sangat sulit diartikan. Entah apa yang ia pikirkan sekarang, tapi yang jelas Yura tampak semakin salah tingkah karnanya.
“Makanlah…” lanjut yeoja itu lagi sembari diam dan merunduk merah. Sial, kenapa Yesung malah bersikap seperti ini? Tidakkah ia tau, jika jantung Yura bisa mendadak cepat terpompa karna mata elangnya itu?
“Hhh…” gadis itu menghela, berharap jika setelah ini Yesung akan bergerak dan mengangkat sendok untuk makan. Namun sayang, Yesung semakin memperhatikan tingkah lakunya itu seakan tak berkedip lagi.
Satu detik, dua detik, bahkan sampai 30 detik, Yesung hanya bergerak sedikit dengan tetap memandangi Yura yang kini malah semakin memerah seraya merunduk dalam dihadapannya. Gadis itu nampak begitu salah tingkah, bahkan untuk menyuapkan sendok kedalam mulutnya lagi.
               ‘Memangnya apa yang salah dengan wajahku?’
Gumam Yura kikuk. Sungguh, sekarang ia tak berani lagi mendongak untuk menatap Yesung. Ini benar-benar gila? Yura bahkan tak tau bagaimana caranya untuk menelan dengan baik. Ia tak tahan lagi! Yesung benar-benar…
“YA!” Gadis itu tampak mendeplak meja dan berusaha untuk mendongak. Yesung mengangkat alis, seolah tak merasa bersalah dengan wajah tanpa dosanya itu.
“Ke-kenapa… kenapa… kenapa kau terus menatapiku seperti itu?” umpat Yura dengan pekikan yang cukup terdengar diruangan ini. Yeoja itu terlihat gugup, sangat amat gugup sekarang.
“Waeyo? Memangnya aku tidak boleh memandangi istriku sendiri, eh? Aku sedang tidak memandangi milik orang lain, tapi milikku sendiri. Lalu, apa masalahnya?”
“M-mwo?”
“Sudahlah, ayo makan.” Yesung sedikit memajukan tubuhnya hingga bersentuhan dengan ujung meja, mengangkat kedua tangannya untuk memulai menyuapkan nasi kedalam mulut mungilnya itu. Yura melongo, ia tampak masih mencerna apa yang Yesung utarakan padanya tadi.
               ‘Miliknya? Nuguya? Aku?’
Gadis itu tampak tersenyum kecil dan berusaha untuk tidak terlihat malu. Aighoo… dasar namja ini. Dia bahkan sudah berhasil, membuat angan Yura melambung jauh keatas.
“Hummm… kau kenapa?” tanya Yesung seketika saat Yura hanya tersenyum-senyum tanpa berniat melanjutkan makan siangnya itu.
“Nde?”
“Kau agak kurang waras semenjak pulang dari Karibia.”
“MWO? YA!”
“Hahahaha, pabboya.” Yesung tampak tertawa kecil sekarang. Yah, Yura lagi-lagi kalah dengan namja ini. Ia benar-benar sudah tak bisa lagi marah-marah ataupun merasa kesal dengan Yesung. Entahlah, wajah Yesung benar-benar melemahkannya.
“Hummm… kau sudah merasa baik?” tanya Yura membuka keheningan yang semenit lalu sempat tercipta diantara mereka.
“Kau kuatir padaku?”
“YA! Tentu saja Kim Jong Woon. Kau ini bodoh atau apa? Ya Tuhan…”
“Benarkah?”
“Nde? A-aku… aku sebenarnya aku—”
“Hummm… apa selama ini tidak ada ingatan masa lalu apapun yang kau ingat? Maksudku, kau pernah merasakan sesuatu yang tak asing lagi? Atau mungkin bayangan-bayangan cepat?”
“Mwo?” Yura tampak diam sejenak. Sepertinya, ia mulai lagi berusaha untuk memikirkan sesuatu dari masa lalunya. Namun sial, hanya rasa ngilu yang malah dirasakan otaknya sekarang.
“Huft… aniyo. Aku sama sekali tidak menemukan apapun. Waeyo? Apa kau ingat sesuatu? Kau pernah merasakan bayangan-bayangan masa lalumu?” Yesung diam! Seandainya saja Yura tau, jika namja itu sebenarnya sudah mengingat masa lalunya tanpa satupun tersisa.
“Seandainya saja kau ingat, mungkin kau juga bisa membantuku untuk mengingat siapa aku, keluargaku, dan dimana aku tinggal. Yah, kau pasti tau itu semua. Jika ingatanku tak kembali, satu-satunya harapanku hanya kau Kim Jong Woon.” Perkataan Yura kali ini kontan saja membuat Yesung sedikit mengubah ekspresinya. Ia tau, jika gadis ini sangat ingin tau siapa dia sebenarnya, tapi…
               ‘Aku bahkan tak tau siapa kau Yura. Yang aku ingat tentangmu hanyalah… saat kau waktu itu memaksa masuk mobilku tanpa izin karna dikejar-kejar oleh beberapa orang. Kau mengatakan, jika orang yang mengejarmu itu adalah pemerkosa dan pembunuh. Dan jika kukakatan itu sekarang padamu, aku tak yakin jika kau akan bersikap seperti ini padaku. Toh, pada kenyataannya, kau adalah Nyonya Kim Jong Woon sekarang…’
Yesung sentak kembali dalam lamunannya. Sebenarnya, inilah yang ia pikirkan sejak tadi. Tentang Yura, dan tentang bagaimana bisa mereka dapat menikah tanpa kenal dimasa lalu seperti ini. Yesung tampak meilirik sekilas cincin yang dulu pernah menjadi pemicu kecelakaan mereka. Sebuah cincin yang dulu ia niatkan untuk melamar Yun Ji.
“Jika aku juga tak mengingat masa laluku—apa yang akan kau lakukan?” Yura menatap Yesung dan memberhentikan acara makannya sesaat. Tampak gadis itu, sepertinya tengah berpikir akan pertanyaan yang Yesung lontarkan barusan.
“Mau bagaimana lagi? Mungkin, aku akan merelakan masa laluku itu dan mengisi masa depanku dengan menjadi istrimu. Yah, sekalipun benar-benar tak enak, hidup tanpa mengingat masa lalu sepahit apapun itu.”
“Menjadi istriku?” Yesung mencodongkan tubuhnya kedepan, mempersempit jarak diantara ia dan Yura saat ini.
“Yesung-shi… kau ini sebenarnya kenapa?”
“Yesung-shi? Cah, kau ini idiot atau apa eh? Bukankah aku sudah berulang kali memperingatkanmu agar kau memanggilku dengan sebutan Oppa? Aku ini suamimu, dasar tarzan.”
“Melihat wajahmu itu, bibirku bisa kelu dengan memaksa menyebutmu ‘Oppa’. Terdengar begitu buruk dan menjijikan.”
“Kau sama saja seperti dulu. Kasar…”
“Mwo? Seperti dulu? Apa maksudmu?”
“Kau benar-benar tak ingin memanggilku Oppa?”
“YA! Jawab pertanyaanku lebih dulu Kim Jong Woon!”
“Kau masih ingat hukumanku, heh?” Yura terdiam saat Yesung mengerling nakal padanya. Yeoja itu berani menjamin, jika namja ini akan semakin tampan sekalipun beribu-ribu tahun berlalu kelak.
“Ya sudah. Kalau begitu hukumanmu kutambah…” Yesung tampak menyudahi makanannya, dan tampak menatap kearah Yura dengan serius.
“Mwo?”
“Kau harus membantuku menemukan sebuah jawaban dari pertanyaan yang sangat membingungkanku sekarang.”
“Mwo? Memangnya pertanyaan apa?”
“Hummm… pertanyaannya adalah—kau Kim Yura.”
“Eh?”


***



@Monday Sweet Cafe, Seoul -South Korea-



Yun Ji tampak tersenyum seraya melambai kearah pintu Cafe ini. Tubuhnya sedikit bergerak hendak setengah berdiri, dan lagi-lagi tersenyum. Sebuah senyuman lega yang bercampur rindu pada seseorang. Seseorang yang kini tengah berjalan menghampirinya dengan sweater coklat tua yang semakin membuat warna kulit putihnya terpancar jelas.
“Kau terlambat 5 menit Tuan Kim.” Canda Yun Ji dengan seringai andalannya. Namja dihadapannya ini pun hanya tersenyum kecut, memandangi gerak wajah dan senyum Yun Ji yang sejak dulu selalu membuatnya luluh.
“Hanya 5 menit Nona Park, tsk!” Sahut namja itu tertawa kecil dan mendorong kursi untuk ia duduki. Yesung… benar, siapa lagi yang dapat membuat Yun Ji sebahagia ini selain namja itu. Gadis itu tampak lagi-lagi tersenyum, menatapi wajah Yesung dengan kaca mata putih yang membuatnya benar-benar jauh lebih tampan.
“Kau kemana saja setelah bulan madu itu, eh? Kau bahkan tak memberiku kabar lagi. Kau tau Yesung-ah, aku takut kau kenapa-kenapa.” Yesung mendongak menatap wajah Yun Ji yang selalu ia suka. Ingatannya sudah pulih, tentu saja ia sudah tau siapa dan apa yang terjadi padanya dan Yun Ji dimasa lalu, bahkan ingatan itu masih terpatri dengan jelas diotak Yesung.
“Aku mendapat kecelakaan kecil setelah pulang kemari.”
“MWO? Jinchayo? Lalu—”
“Aku tidak apa-apa. Kemarin, hanya kecelakaan kecil saja. Hummmm…”
“Benar, kau tidak apa-apa? Aish… kau ini, tetap saja ceroboh!” Yesung menatapi tangan Yun Ji yang kini bergerak menyentuh tangannya diatas meja. Hanya sekedar sentuhan singkat, namun Yesung cukup merasakan sesuatu. Dulu ia sadar, betapa ia mencintai Yun Ji sekalipun yeoja itu telah menikah dengan orang lain. Namun entahlah, kini ada sebuah kesadaran lain yang mulai Yesung rasakan, terutama saat ia juga menyadari, jika ia telah menikah.
               ‘Ketika ingatanku pulih seperti ini, apa benar cintaku untukmu juga akan pulih seperti dulu Yun Ji-ya? Kenapa rasanya ada yang berbeda?’
Gumam Yesung seraya menatap wajah Yun Ji yang tampak tersenyum dengan cerianya. Sebuah senyuman yang sama sekali sulit untuk ia lupakan. Bagaimanapun juga, Yun Ji adalah cinta pertamanya. Sulit bagi Yesung untuk melupakan dan lepas dari jerat gadis yang memiliki ‘Eyes smile’ yang indah itu. Tak namja itu pungkiri, ia merindukan yeoja ini. Mungkinkah masih ada percikan cinta itu didalam hatinya? Mungkin! Mengingat Yesung masih belum bisa melepaskan penuh Yun Ji dalam dirinya.
“Hhhh…” Yesung menghela, membiarkan Yun Ji memandanginya dengan raut bingung. Sekalipun Yesung sadar, jika masih ada sedikit perasaannya pada Yun Ji. Namun aneh, ia merasa jika perasaan itu kini telah terbagi pada seseorang. Setiap kali ia memikirkan Yun Ji, disetiap itu jugalah bayangan Yura masuk. Membuatnya merasa bersalah, dan juga kasihan pada sosok Yura. Benarkah hanya itu? Yah, sebenarnya inilah menjadi pertanyaan Yesung dalam dirinya akan arti seorang Kim Yura.
Yeoja itu benar-benar menjadi tanda tanya besar baginya sekarang. Yesung tau jika Yura bukanlah siapa-siapa dan bahkan ia tak mengenal gadis itu sama sekali. Saat pertemuan awal mereka terjadi keributan, hingga terjadi kecelakaan. Namun sekarang, Yesung sulit menjelaskan dengan kata-kata tentang sosok Yura yang kini memang cukup berarti baginya. Sudah terbiasa bersama dan bertengkar dengan gadis itu, membuat Yesung sedikit lepas dari Yun Ji. Bahkan, ketika saat di Rumah sakit, Yesung mencium Yura dengan segenap perasaannya, tanpa rencana untuk berbohong. Meyakinkan diri, jika ia memang harus berakting sebagai Yesung yang masih lupa ingatan.
               ‘Kim Yura… apa yang telah terjadi padaku? Yah, aku harus menemukan semua jawaban yang kuingini itu padamu…’
“Hey Yesung-ah, waeyo?” tanya Yun Ji bingung, membuat kontan saja Yesung tersentak dari lamunannya itu.
“Nde?”
“Aaa… kau tak sadar aku sudah memanggilmu berapa kali. Ash… kau ingin minum apa?” Yun Ji tampak tersenyum kecil melihat tingkah Yesung yang cukup menggemaskannya itu. Yesung mengerjap singkat, lalu berpaling kearah menu kecil dihadapannya.
“Biar aku saja yang langsung memesannya. Kau tunggullah disini…”
“Hemm… ara.” Sahut Yun Ji saat kini Yesung telah bergerak dan hendak memesan minuman mereka secara langsung. Yah, ini mengingatkannya dengan kebiasaan namja itu dulu. Apalagi, Yun Ji merasa jika sekarang tatapan Yesung benar-benar berbeda padanya, bukan tatapan asing lagi, melainkan tatapan manis dan sendu yang dulu selalu menemaninya.
               ‘Aku harus bagaimana, jika hatiku sudah mencintaimu seperti ini Yesung-ah?’
Gumam Yun Ji seraya menatapi layar ponsel Yesung dengan seksama. Ada rasa yang tak enak dalam hatinya kini, saat ia melihat foto yang menjadi wallpaper ponsel namja itu. Foto seorang gadis yang tengah tertidur lelap. Yun Ji tampak tersenyum kecut, menyadari jika bukan fotonya lagi yang berada disana. Yah, itu Kim Yura… gadis asing yang telah datang tiba-tiba diantaranya dan Yesung.
“Ini—munumlah,” ucap Yesung yang kini telah kembali dengan sebuah nampan dan 2 cangkir yang tadi ia pesan. Yun Ji tampak memandangi Yesung dengan tatapan berbeda, seolah tatapan yang takut kehilangan namja itu.
“Waeyo?” Yesung mengernyitkan kedua alisnya seraya kembali duduk. Gadis itu menggeleng singkat, lalu berpaling kearah jus dihadapannya.
“Tenang saja, Jus itu tak terlalu manis.” Perkataan Yesung kali ini kontan saja membuat Yun Ji tersentak sadar dan mendongak. Bukankah sedari tadi Yun Ji belum mengatakan jika ia ingin Jus Alpukat ini? Jus yang selama ini menjadi minuman favoritnya. Terutama—darimana Yesung tau, jika ia tak terlalu suka Jus dengan rasa yang terlalu manis?
“Kau—darimana kau tau semua itu?” tanya Yun Ji dengan raut serius. Yesung diam! Ia baru sadar dengan apa yang tadi ia lakukan.
“Kau tau Yesung-ah? Kau selalu berkata kalimat itu setelah memberiku Jus Alpukat, minuman kesukaanku dan hanya satu orang yang tau.”
“Nde? Ah… tadi aku—aku hanya menebak.” Yun Ji terlihat tak percaya dengan jawaban Yesung kali ini. Entahlah, sikap Yesung yang seperti ini malah semakin menunjukkannya pada sosok Yesung sebenarnya.
“Yesung-ah…”
“Sepertinya aku harus pergi. Eomma tidak menyuruhku keluar terlalu lama, maafkan Yun Ji-ya.”
“Changkaman,” Cegah Yun Ji cepat seraya ikut berdiri dan bersiap menahan tangan Yesung.
“Apa kau mengingat sesuatu lagi?” Yesung diam! Namja itu tampak tak tega meninggalkan Yun Ji dengan tatapan seperti itu.
“Yesung-ah…” peluk Yun Ji cepat, membuat tubuh Yesung hanya mampu mamatung ditempat. Tak perduli akan penglihatan orang lain di Cafe ini, yang terpenting bagi Yun Ji sekarang adalah kepastian Yesung.
“Jangan seperti ini, aku sudah menikah.” Ucap Yesung pelan, membuat Yun Ji sontak menitikan air matanya dengan perlahan-lahan menarik tubuhnya kembali dari namja itu.
“Aku pergi. Setelah ini, pulanglah langsung ke Apartment-mu dan berisitirahatlah.” Yesung diam sejenak, sampai akhirnya ia memutuskan untuk berbalik dan berlalu pergi meninggalkan Yun Ji. Namja itu tampak sengaja meninggalkan jas hitamnya untuk Yun Ji, karna memang cuaca diluar benar-benar cukup dingin.
               ‘Yesung-ah….’



***



–    ‘Mencintai…
     Bukanlah bagaimana kau melupakan, melainkan bagaimana kau memaafkan. 
     Bukan bagaimana kau mendengarkan, melainkan bagaimana kau mengerti.
     Bukan apa yang kau lihat, melainkan apa yang kau rasakan….’



Kedua kaki Yura tampak berjalan-jalan kecil menuju jalanan yang terbentang ramai dihadapannya. Sepi… rasa hatinya begitu sunyi tanpa apapun yang dapat ia lakukan. Sebenarnya, ia sudah menghubungi Sohee untuk mengajak adik iparnya itu berjalan-jalan, namun sepertinya Sohee sibuk. Ia bahkan menyuruh Yura untuk langsung saja menunggunya disebuah tempat yang sering gadis itu kunjungi.



@Moonlight Slurry Seoul –South Korea-


Senyum Yura mengembang indah seraya membuka pintu Toko bubur ini perlahan-lahan. Angin berhembus cukup kencang, melayangkan singkat ujung Dress putih yang ia kenakan saat ini. Entahlah, Yura benar-benar merasakan senang saat ia memasuki tempat ini. Toh, sudah sejak lama ia memang ingin kemari bersama Sohee. Kebetulan sekali, adik iparnya itu malah meminta bertemu dengannya hari ini disini.
“Selamat datang Nona, ada yang bisa kami bantu?” tanya Leeteuk tanpa menatap lebih dulu orang yang kini berdiri tepat dihadapannya. Yura sedikit berpaling untuk melihat-lihat bagian tempat ini sejenak, lalu kembali menatap Leeteuk.
“Aku ingin bubur yang paling enak disini.” Balas Yura membuat Leeteuk tersenyum dan hendak mendongak menatapnya.
“Tentu saja, bubur disini semuanya sama dan en—” perkataan Leeteuk sentak terhenti seketika, saat ia sudah mendongak dan menatap gadis dihadapannya ini dengan jelas.

DEG!

Jantung namja itu sentak saja berdetak cepat sekarang, semakin cepat saat ia dengan amat jelas melihat senyuman Yura yang masih tampak sama seperti dulu. Gila? Leeteuk berani bertaruh, jika yeoja dihadapannya ini benar-benar mirip dengan seseorang yang ia kenal dimasa lalu.
“Tuan…” panggil Yura bingung. Leeteuk membeku! Bahkan, suaranya pun benar-benar sudah tak asing lagi di indera pendengaran Leeteuk. Yura mengernyit, ia benar-benar bingung menyadari ekspresi namja asing dihadapannya itu.
               ‘Yura-ya…’
Gumam Leeteuk dengan mata yang sedikit melebar dari sebelumnya. Sungguh, ia sulit mempercayai ini.
“Apa Anda baik-baik saja Tuan?” Yura lagi-lagi berucap dengan nada bingung. Ada yang aneh dengan tatapan namja pemilik Toko bubur ini.
“Tuan?”
“Eh-oh… mianhae, ak-aku… aku—”
“Ohk… gwanchana. Aku akan menunggu dimeja ujung sana saja.”
“Nn-nde.”
“Gomawo.” Yura membungkuk sejenak dan tersenyum sebelum ia berbalik, dan menuju sebuah meja tepat didekat sebuah jendela yang menghadap kearah luar.
Leeteuk termangu, wajah tampannya itu nampak memucat saat ini. Yang ia kuatirkan hanya satu… EUNHYUK! Bagaimana jika namja itu kembali dan melihat gadis yang sangat mirip dengan kekasihnya itu? Tidak! Leeteuk tidak bisa melihat Eunhyuk kembali depresi hanya karna mengingat kembali sosok Yura yang hilang beberapa bulan yang lalu.
               ‘Mereka mirip sekali. Ya Tuhan…’
Leeteuk masih berdiri ditempatnya tak bergerak. Sesekali ia melirik kearah Yura yang sedikit risih akan tingkahnya. Leeteuk tau, jika gadis itu adalah gadis yang ia lihat saat pernikahan Oppa Sohee waktu itu. Sekalipun mereka mirip, tapi Leeteuk sadar jika itu bukan Yura. Toh, bagaimana mungkin gadis itu tak mengenalinya. Tuan? Itu malah terdengar seperti sebuah lelucon.
“Huhhh…” Yura tampak menghela, mencoba untuk tidak memperdulikan tatapan sedikit—err—dari pemuda Toko bubur ini. Baiklah, gadis itu sepertinya lebih memilih untuk berkutat dengan ponsel putihnya. Menekan gemas layar sentuh itu dengan sedikit sebal. Sebal? Yah, baru saja ia menerima pesan dari Yesung untuk menyuruhnya cepat pulang.

               “YA! Siapa yang boleh menyuruhmu keluar tanpa seizinku, eh? Kau dimana? Cepat pulang atau tak kubukakan pintu rumah untukmu.”
“Cah…” Yura tampak sedikit tersenyum kecut saat membaca pesan dari suaminya itu. Menggelikan! Bukankah harusnya seorang istri lah yang berucap seperti itu?

               “Aku tidak mau! Aku masih ada janji dengan Sohee. Kau kenapa? Menyebalkan! Kau pikir hanya kau yang boleh keluar seperti ini? Ah, aku tau… kau menyuruhku cepat pulang karna rindu padaku kan? Ash, Kim Jong Woon aku tak berminat denganmu.”

Gadis itu tampak tersenyum lebar dengan menekan yakin tombol ‘Send’ di ponselnya. Ia yakin, kali ini pasti Yesung akan membalasnya sedikit teriakan.

               “YA! Kau pikir aku berminat denganmu? Cepat PULANG! Aku lapar, aku ingin kau menyiapkan makananku sekarang. Kau mau aku mati kelaparan disini, huh?”

Yura sedikit melongo membaca pesan Yesung kali ini. Berlebihan? Sangat! Yura merasa Yesung akhir-akhir terlalu banyak menggunakan majas hiperbola dalam kalimatnya.

               “Mati saja kau Kim Jong Woon! Kau pikir aku akan menangisimu, eh? TIDAK! Aku malah akan mencari suami yang lebih romantis darimu. Kau tau ohk? Bahkan di Toko bubur ini ada namja yang sejak tadi memperhatikanku tak berkedip. Tatapannya benar-benar terlihat lain, kurasa dia jatuh cinta pada pandangan pertama denganku. Ah… namja itu juga tampan, dia mempunyai dua lesung pipi yang indah.”

Yura benar-benar senang sekarang. Yesung pasti kali ini, akan bungkam karna pesannya tadi.

               “Heng? Namja? Jangan terlalu percaya diri Kim Tarzan, jangan-jangan dia bersikap seperti itu karna kau mirip dengan tarzan. Hahahaha… kau pikir ada namja lain yang ingin mendekatimu kecuali aku, huh?”
“Mwo?” Yura tampak meremas badan ponselnya itu dengan kencang. Yesung seolah terlihat  telah meremehkan kecantikannya. Baiklah, sepertinya yeoja itu benar-benar ingin balas dendam.

               “Heh, kau pikir aku bercanda? Baiklah, aku akan mengajak namja itu berkencan hari ini. Tsk! Aku akan pulang tengah malam, bahkan mungkin tak pulang. Jangan mengangguku, sampai jumpa!”

Yura tampak meletakkan ponselnya itu dengan cukup keras. Menyebalkan! Selalu… tak ada waktu namja itu tak terlihat menyebalkan dimatanya. Yura menghela, bertopang dagu seraya menunggu Sohee dan roti pesanannya datang. Tak ada balasan lagi dari Yesung, apakah namja ini marah? Yura sepertinya berusaha untuk tidak perduli itu, sampai seketika…

Drrrrrtttt… Drrrrrrttttt….

Yura melirik sekilas layar Ponselnya yang berkedip. ‘Suami Sialan’… Yah, nama kontak itu tercetak jelas disana. Yura menamai nomor Yesung seperti itu, saat ia pergi sendiri di Karabia.
Tak gadis itu hiraukan panggilan Yesung, ia sangat sadar, kalau itu pasti akan membuat Yesung mengamuk atau akan membakarnya hidup-hidup saat ia pulang nanti. Terserah, Yura lagi-lagi berusaha untuk acuh tak acuh dengan panggilan itu.

Drrrrrtttt… Drrrrrrttttt….

Baiklah, nada getaran itu cukup menyebalkan ditelinganya. Yesung orang yang pantang menyerah, pasti ponselnya itu akan berbunyi sampai ia mengangkatnya.
“ASH… WAE?” pekik Yura sebal dan tanpa basa-basi lagi menjawab telpon itu dengan nada kesal stadium akhir.
“YA! SIAPA NAMJA ITU HUH? SIAPA? KAU MAU PULANG ATAU TIDAK?”
“Aighoo… Kim Jong Woon, kau—”
“Aku akan menjemputmu disana. Toko Bubur langganan Sohee, ne? Baiklah… aku akan kesana dengan menyetir mobil lagi, dan jika aku kecelaka—”
“YA! Ash… kau mengancamku HUH? Kau jangan menyetir lagi, kau ingin mati?” Terdengar suara tawa menang Yesung sekarang. Baiklah, Yura tak tega jika harus membantah namja itu lagi. Sudah cukup, Yesung telah membuat ia jantungan dengan kecelakaannya yang kemarin itu.
“Baiklah, aku akan pulang. Hhhh… lagipula, kenapa kau ingin aku pulang secepatnya, eh? Aku dan Sohee sudah—”
“Karna aku membutuhkanmu sekarang Kim Yura. Aku ingin segera menemukan semua jawabanku padamu. Ada yang harus kulakukan untuk memastikan sesuatu…”
“Mwo?”
“Jangan cerewet! Cepat pulang sekarang, biar aku yang menelpon Sohee untuk jangan mengajakmu pergi-pergi lagi tanpa seizinku.”
“Tap—”

TUTTT… TUTTT….

Belum sempat Yura hendak membalas lagi, Yesung sudah lebih dulu menutup sambungan telpon mereka secara sepihak. Gadis itu mendengus sejenak, sampai akhirnya ia mengernyit bingung akan lontaran kalimat yang Yesung ucapkan padanya tadi.
“Jawaban? Memastikan sesuatu?” kepala Yura tampak memiring kesamping, mencoba menerka maksud apa yang tadi Yesung ucapkan padanya. Yah, akhir-akhir ini ia memang merasa Yesung sedikit berbeda dari sebelumnya. Entah karna apa…
“Nona, ini—” Yura tergelak sedikit kaget saat ia mendengar panggilan pelayan Toko bubur tampan itu. Lagi-lagi ia menunjukan lesung pipinya dengan wajah yang cukup gugup.
“Ah, nde. Gomawo, tapi bisakah ini dibungkus saja? Aku harus pulang sekarang.”
“Nde?”
“Suamiku menyuruhku pulang, jadi mau bagaimana lagi. Jeongmal mianhae, tolong kau bungkus saja Tuan.”
“Oh, ne… ne…” Balas Leeteuk mengangguk-angguk tak karuan.
               ‘Suami? Geurae…’
Leeteuk menghela, bagaimana nanti ia harus menjelaskan ini pada Eunhyuk? Yura tersenyum, seperti biasa. Ia selalu nampak cantik luar maupun dalam.
“Humm…” Leeteuk yang tadinya hendak berjalan berbalik untuk membungkus bubur itu, kini sontak terhenti. Ditatapnya seksama wajah Yura yang benar-benar mirip tanpa satu perbedaan apapun.
“Nona, sebelumnya boleh aku bertanya satu hal padamu?” tanya Leeteuk sembari mengangkat tangan kanannya memegang tengkuk belakangnya. Entahlah, ia sedikit ragu untuk menanyakan ini.
“Mwo?”
“Apa—kau tak merasa pernah mengenalku? Leeteuk… namaku Leeteuk.”
“Nde? Lee-teuk? Hummm… aniyo. Wae gaurae?”
“Ah, ani. Hanya ingin bertanya saja. Baiklah, tunggu sebentar, aku akan membungkus pesananmu secepatnya.”
“Ye.” Yura tampak mengangguk sejenak dan kembali duduk. Aneh, ia merasa aneh dengan namja yang bernama Leeteuk ini. Entahlah, ia merasa jika Leeteuk seolah memiliki sesuatu yang berbeda untuknya.
               ‘Apa dulu dia pernah melihatku? Atau dia memang mengenalku? Ash… tidak mungkin! Jika ia memang mengenaliku, pasti namja itu sudah tau siapa aku…’
Gumam Yura menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat. Ia memang merasa nyaman dengan tempat ini, namun sesungguhnya belum ada gambaran apapun tentang masa lalunya itu.
               ‘Mungkin amnesiaku sudah sangat fatal. Huhhh… sebenarnya siapa aku? Dan bagaimana dengan kehidupanku dimasa lalu?’
Yura tampak mengerucutkan bibirnya kedepan, membentuk bulatan yang siapapun melihatnya pasti akan merasa gemas. Hanya Yesung… yah, hanya namja itulah yang kini menjadi masa depan dan kunci Yura untuk menguak masa lalunya itu.
“Ini Nona, sudah kubungkus.” Ucap Leeteuk seraya menyodorkan bungkusan plastik pada Yura.
“Ah, nde. Gomawo yo. Ini—ambil saja jika ada lebihnya, aku harus buru-buru.”
“Ohk? Gamsahamnida.”
“Geuraeyo, aku permisi dulu. Annyeong…” pamit Yura membungkuk dan dengan cepat berjalan untuk keluar dari Toko ini. Leeteuk menoleh, berharap setelah ini tak terjadi apa-apa?
Yah, tak terjadi apa-apa? Sepertinya itu malah jauh melenceng… kini, terdengar aungan motor Eunhyuk tepat berada diparkiran depan Toko itu. Leeteuk sentak tersadar seketika! Ia tau betul, jika jam seperti ini Eunhyuk pasti sudah selesai mengantar pesanan semua pelanggannya.
“Ya Tuhan…” gumam Leeteuk pelan. Kepanikan mulai ia rasa, saat kedua matanya menatapi punggung Yura yang hendak keluar dari Toko ini, dan sosok Eunhyuk yang ia lihat baru saja turun dari motornya itu. Tidak bisa! Leeteuk tak akan membiarkan mereka bertemu lebih dulu sekarang. Eunhyuk… ia takut namja itu menyangka, jika gadis yang telah menikah itu adalah sosok Yura; kekasihnya. Leeteuk tak akan dapat membayangkan lagi, bagaimana Eunhyuk akan terpuruk dan depresi seperti sebelumnya.
“Nona…” panggil Leeteuk dengan sedikit berteriak. Yura sentak berbalik dan menjetikkan kedua alisnya bingung.
“Nde?” tanya Yura, membuat Leeteuk meneguk air liurnya susah payah. Tangan namja itu mengepal keras, saat ia melihat Eunhyuk akan memasuki Toko ini. Semakin dekat, entah apa yang harus ia lakukan sekarang.
“Ak-aku… aku ingin—”

TING!

Pintu Toko itu terbuka seketika, memperlihatkan sosok Eunhyuk yang kini tersenyum lebar memasuki tempat ini. Leeteuk memucat! Bahkan saat Eunhyuk melambai kearahnya.
“Hyung…” ucap namja itu seraya berjalan dan terus berjalan sampai ia melewati Yura yang memang memunggunginya saat ini. Leeteuk mendadak gamam, jika saja sekarang Eunhyuk berbalik lagi ke belakang, pasti namja itu dapat dengan jelas melihat sosok seorang Kim Yura.
Sedangkan Yura? Baiklah, ia memang melihat punggung Eunhyuk berjalan melewatinya. Tak ada apa-apa, bahkan yeoja itu menampakkan raut bingungnya pada Leeteuk yang hanya diam saja. Yeoja itu menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal, sosok Leeteuk benar-benar semakin aneh dimatanya. Untung saja ia harus terburu-buru, hingga dengan cepat gadis itu kembali melanjutkan langkahnya dan berbalik untuk membuka pintu dan keluar.
Leeteuk menghembuskan nafas leganya saat ini. Setidaknya, tadi hampir saja jantungnya mendadak lepas tak karuan.
“Waeyo Hyung? Kau kenapa? Apa yang kau lihat?” tanya Eunhyuk seraya menolehkan kepalanya kebelakang, menatapi pintu yang baru saja tertutup rapat.
“Aaa-ani…. aniyo… kita—” Eunhyuk tak menghiraukan perkataan Leeteuk saat ini, kedua matanya tiba-tiba saja fokus pada punggung seorang yeoja yang ia yakini baru saja keluar dari tempat ini. Entahlah, sepertinya ia mengenal lekuk tubuh itu.
“Eunhyuk-ah, kita sebaiknya—”
“Changkaman Hyung, itu…” sela Eunhyuk menggantung. Kedua bola matanya tampak kian memicing, membuat Leeteuk kembali mendadak panik. Leeteuk sangat ama tau, jika Eunhyuk begitu hafal sosok seorang Kim Yura.
“Eunhyuk-ah…”
“Dia mirip dengan—” belum sempat Eunhyuk hendak menyebut nama seseorang yang sangat ia rindukan itu. Sosok yeoja yang tengah berdiri seraya menunggu taxi itu pun sentak berbalik dan kembali melihat kearah Toko mereka. Entahlah, sepertinya ia tengah melihat papan nama Toko bubur ini seraya membasmi rasa bosannya menunggu Taxi.

DEG!

Sekalipun dihalangi dengan pintu Toko kaca ini, Eunhyuk masih mampu melihat jelas wajah dan tubuh gadis itu. Rambut, mata, bibir, hidung dan bahkan semuanya benar-benar sangat amat tak asing lagi bagi Eunhyuk. Kedua kaki namja itu sontak mundur seketika, seolah ia benar-benar tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.
“Itu… gadis itu…”
“Eunhyuk-ah… Kajja, kita—”
“Yura… Kim YURA!” Desah Eunhyuk panik dengan wajah yang telah memucat pasi. Rasa rindu itu kini kian melebur dengan cepat. Tanpa membuang waktu, Eunhyuk pun sentak hendak berlari keluar dan menghampiri gadis yang masih berdiri mematung ditempatnya itu.
“YURA-YA…”



=TBC=

No comments :

Post a Comment