OUR RING! Part 14

  No comments
[OTHER FF] “OUR RING” Part 14 [Yesung-Yura]


Tittle                  : “OUR RING!”
Cast                    : Yesung Kim, Kim Yura, Eunhyuk Lee, Park Yun Ji,
                              Kim Sohee, And Others
Rating               : PG – 17 / Straight

               Belum sempat Yura hendak mencegat Yesung agar tak menjemputnya ditempat ini, namja itu sudah lebih dulu memutuskan hubungan telpon mereka. Yura sedikit mengernyitkan dahi, sangat bingung dengan semua ini. Wajahnya sedikit panik, mengingat sekarang namja yang bernama Lee Hyuk Jae itu masih saja diam ditempatnya seperti tadi, dengan tatapan yang sama sekali tak pernah berpaling darinya. Gadis itu menghela panjang, seakan tak tau apa yang akan ia lakukan sekarang.
               “Kenapa aku jadi takut begini?”

This Story Original From @Jjea_



‘Dalam cinta,
Semakin sedikit kamu melihat dengan matamu
Maka semakin banyak kamu akan melihat dengan hatimu….’
 
_“OUR RING!”_ Part 14

Hembusan angin bergerak bisu bersama gumpalan gerakan awan diatas sana. Melayang … melintasi bait-bait kehidupan dan pergi tanpa jejak. Terkadang, ia seolah menyentuh permukaan kulit manusia, terkadang juga ia hanya sekedar lewat dan memberikan tanda dalam diam. Ia tak berwujud, namun kehadirannya sangat dapat dirasakan.
*When It All Began, I’m Just Afraid! *
“Kau … kau bukan Yura-ku,” suara Eunhyuk terdengar serak ketika ia mengucapkan kalimat ini. Tubuh namja itu tampak berdiri tak tegap. Mengerang ngilu saat ia kembali menatapi seorang gadis yang kini menatapnya dengan kedua alis yang bertaut.
“Eoh?” gadis yang bernama Kim Yura itupun hanya mematung bingung. Sejujurnya, ia mulai sedikit penasaran dengan apa yang dimaksud namja itu. Yura menampakkan senyum kecutnya sesaat, lalu kembali menyimpan ponselnya ke saku. Sebaiknya, ia menjauh dari namja ini, sebelum Yesung sampai untuk menjemputnya.
“Yura-ku tak akan pernah menatapku seperti itu, Yura-ku juga tak akan bersikap seolah dia tak mengenaliku, Yura-ku juga tak mungkin berpaling mengkhianatiku, dan Yura-ku tak mungkin melepas….,” perkataan Eunhyuk tercekat saat ia menatapi leher jenjang Yura yang nampak bersih. Tak ada jejak kalung yang ia kaitkan dengan rapat beberapa bulan yang lalu itu.
         “Maaf Nona, maaf sudah membuatmu takut. Sungguh, aku tidak bermaksud untuk macam-macam.” Lanjut namja itu, membuat Yura sedikit mengangguk mengerti. Entahlah, Yura merasa jika hatinya kini seakan berteriak akan sesuatu hal.
“Apa … kekasihmu itu juga bernama Kim Yura?” Yura bersuara! Eunhyuk tersenyum miris dalam balutan air matanya sekarang. Bahkan, suara gadis inipun terdengar sama.
             ‘Ya Tuhan….’
“Bukan hanya namamu yang mirip, tapi juga semua tentangmu. Aku mungkin sudah gila, tapi aku dapat merasakan hembusan nafasnya berada disini bersamaku. Huhh…, mungkin karna aku terlalu merindukannya.”
“Nde? Maksudmu, apa dia juga mirip denganku? Lalu, dimana dia sekarang?”
“Entahlah, aku tidak tau dimana dia sekarang.”
“Eoh…, aku harap kau segera dapat bertemu dengannya. Aku rasa, dia jauh lebih cantik dariku.” Yura tersenyum manis kearah Eunhyuk, membuat namja itu terpaku. Eunhyuk sadar, jika jantungnya tengah berdetak dengan amat sangat cepat sekarang. Sebuah detakan yang hanya mampu dilakukan oleh Yura untuknya. Entahlah,semakin lama ia menatapi sosok gadis yang berdiri tak jauh darinya itu, semakin hatinya merasa nyaman. Sekalipun, dalam cara berpenampilan keduanya sangat berbeda, tapi Eunhyuk sangat tak salah mengenali senyum Yura selama ini.
“Nona…,” Eunhyuk mendekat lagi kearah Yura, membuat tubuh gadis itu sedikit bergetar. Ia tak tau harus bagaimana, menjauhi namja ini lagi, atau tetap disini.
“Mm-mmwo?”
“Boleh aku meminta sesuatu hal darimu?”
“Eoh?”
“Bolehkah aku memelukmu?”
“Nde? Tap—”
“Sebentar saja…,” tanpa meminta waktu lebih banyak untuk Yura berpikir lagi, Eunhyuk sudah lebih dulu menarik pergelangan tangan Yura dan memeluk tubuh yeoja itu dengan erat. Yura terlonjak, ia merasakan tubuhnya memanas sekarang. Kedua tangan kekar Eunhyuk mengelilingi punggungnya, menekan erat seolah ia memang sangat tersiksa menahan rindu itu.
“Aku sangat merindukannya, aku sangat kuatir tentangnya. Setiap hari, aku harus bernafas dan menahan rasa sesak saat aku tau dia tak bersamaku lagi. Aku hanya takut terjadi sesuatu padanya. Dari kecil, dari semenjak orang tuanya meninggal, dia selalu menderita. Aku hanya meminta kesempatan, agar aku dapat membahagiakannya kelak,” ucap Eunhyuk seraya mengeratkan dekapannya. Kedua mata Eunhyuk perlahan tertutup, merasakan betapa tubuh ini sangat nyaman ia peluk.
Yura sendiri sama sekali tak berkutik sekarang, ia tak tau mengapa tubuh dan pikirannya kali ini mendadak beku, terasa sulit sekali untuk menolak.
“Hidupku seperti tak mempunyai makna sekarang, dia pergi begitu saja dariku, bahkan tanpa mengucapkan selamat tinggal satu kalipun. Aku seperti orang gila, aku seperti orang bodoh karna terlalu mengkuatirkannya. Aku hanya berharap, dia sekarang baik-baik saja, dan aku juga berharap dia hidup bahagia sekarang. Seandainya aku diizinkan kembali untuk memeluknya seperti ini, aku berjanji akan melakukan apapun untuk membuatnya bahagia. Aku sangat mencintainya, aku—” Eunhyuk sentak menitikan air matanya seketika. Begipula Yura! Entah mengapa, air mata itu tiba-tiba mengalir tanpa ia sendiri sadari. Yeoja itu menahan nafas, kedua tangannya hendak terangkat untuk membalas pelukan Eunhyuk.
“Jangan merasa terlalu buruk, aku rasa … kekasihmu itu juga sekarang pasti tengah merindukanmu. Aku yakin kau orang baik, dan aku yakin jika dia juga sangat mencintaimu.” Balas Yura seadanya.
“Yah, aku harap juga begitu.”
“Jika kau merindukannya lagi, kau dapat mencariku. Bukankah tadi kau mengatakan, jika dia mirip denganku, eoh? Aku rasa, kita sudah menjadi teman sekarang,”
“Mwo?”
“Tidak perlu sungkan. Aku senang dapat mempunyai teman dalam keadaanku yang tak ingat a—” perkataan Yura kali ini sontak saja terhenti, tatkala kedua bola matanya itu tiba-tiba saja menatap seorang namja dengan rahang mengeras tengah berdiri mematung tak jauh dari hadapannya sekarang. Tanpa perlu dijelaskan panjang lebar lagi, Yura sangat menganal namja itu.
“Ye … sung Oppa…,” desah Yura yang kontan saja menghentakkan tubuhnya menjauh dari Eunhyuk. Entah mengapa Yura baru menyadari jika Yesung sudah berada disini sejak tadi! Kedua mata namja itu memicing, sedikit berair ketika ia menatap Yura saat ini. Sungguh, tatapan yang dapat membuat Yura sangat amat merasa bersalah.
“Oppa…,” tubuh Yura bergetar. Entah apa yang harus ia katakan kelak pada Yesung untuk menjelaskan arti dari pelukan itu. Yura menutup matanya sejenak dengan rasa bersalah. Membungkuk kilat pada Eunhyuk, lalu berlari menghampiri Yesung. Eunhyuk yang mulai sadar akan kehadiran orang lain pun disini, kini ikut berbalik.
“Oppa, aku—”
“Mianhada Jong Woon-shi. Tadi aku lepas kontrol, tak ada arti yang penting saat aku memeluk istrimu tadi. Anggap saja, itu adalah salam persahabatan dariku untuknya.” Eunhyuk berusaha untuk terlihat biasa saja sekarang. Tubuhnya perlahan-lahan membungkuk kearah Yesung, sedikit meminta maaf.
Yesung tak menjawab. Sejak tadi, kedua matanya terus menerus tertuju tajam kearah Eunhyuk. Tangan kanannya mengepal, seakan tengah menahan rasa emosi yang terus menerus mendesak untuk terlampiaskan.
“Oppa….” Yura sedikit kuatir tatkala melihat ekspresi Yesung saat ini. Ia tau jika Yesung pasti akan marah padanya, terlihat jelas pada rahang wajahnya yang tak biasa itu. Toh, malah bisa saja Yesung juga akan memarahi pria yang tadi memeluknya itu atau mengajaknya bertengkar habis-habisan sekarang. Namun….
“Kita pulang, cepat masuklah ke dalam mobil.” Ucap Yesung tertahan sembari berbalik dan berjalan kembali menuju parkiran mobilnya itu. Yura terpaku, ia tampak sedikit tak percaya sekarang.
“Ne.” Balas Yura dengan bulatan matanya yang sedikit lebar. Gadis itu diam untuk sejenak, menatapi punggung Yesung yang berjalan lebih dulu darinya. Untuk beberapa detik, Yura masih mematung. Sampai akhirnya, ia berpaling kearah Eunhyuk dan membungkuk dengan senyuman yang terlihat sangat ia paksakan itu, bermaksud sebagai pengganti kalimat pamitannya pada namja itu.
“Huhh….” Eunhyuk menarik nafas panjangnya seketika, dan tersenyum miris. Ada sebuah perasaan tak enak yang kini menyelimuti relung jiwanya sekarang.
“Yah, aku harap … kau bukan gadis yang kucari. Sekali lagi aku sangat berharap, kau memang bukan Kim Yura-ku.” Desah Eunhyuk seraya menatapi punggung Yura yang menaiki mobil mewah itu bersama Yesung; suaminya. Ada sebongkah perasaan takut saat hatinya mengatakan, jika gadis itu adalah Kim Yura yang selama ini ia kenal. Tidak! Eunhyuk sangat berharap semua perkataan hatinya itu salah!
***
Disatu sisi, tampak keheningan dari dalam mobil mewah ini. Yesung sibuk menyetir dalam keadaan pikirannya yang kalut. Sedang Yura hanya mampu merunduk dengan sesekali berpaling kearah luar, bermaksud untuk menatapi wajah Yesung dari jendela mobil ini.
“Hummm….” Yura tak berani untuk membuka suara. Ia takut jika nanti ia berbicara, maka akan berakibat seperti kejadian waktu itu. Dimana mereka bertengkar, sampai Yesung mendiamkannya diruang kerjanya itu selama hampir satu hari.
“Kau tidak apa-apa?” tanya Yesung yang sontak saja membuat Yura terlonjak kaget.
“Aaaaniyo. Umm…, Oppa sebenarnya tadi—”
“Kita bicarakan ini didalam.” Sela Yesung seraya sentak menghentikan laju mobilnya, lalu membuka pintu mobil itu untuk keluar. Yura tertegun, tak biasanya Yesung bersikap seperti ini. Yah, seperti tengah berusaha untuk mencoba sabar menghadapinya.
Gadis itu hanya mengangguk, lalu menurut seraya keluar dan masuk ke  dalam rumah mewah mereka mengikuti jejak Yesung. Jari jemarinya bertaut, ia sedikit takut jika Yesung akan membentaknya lagi seperti kemarin. Toh sepertinya, kesalahannya kali ini cukup fatal! Berpelukan dengan namja lain, mana ada sosok suami yang tak akan kesal dengan adegan yang semacam itu.
BLAM!
Pintu rumah mewah ini seketika tertutup rapat, menghasilkan bebunyian nyaring saat hentakan terakhirnya. Yura merunduk! Ia berdoa dalam hati, agar Yesung tak memarahi dan berteriak padanya lagi. Ia takut dan terlihat sekali sangat menyesal.
“Oppa, tadi itu aku dan namja itu hanya mengobrol biasa saja. Kami—”
SRTTTTT!
Kedua mata Yura sontak saja mengerjap-ngerjap tak karuan dan terlonjak kaget, saat ia merasakan Yesung dengan secara tiba-tiba mem*luk tubuhnya erat. Gadis itu mendadak tegang, ia sangat merasakan kehangatan yang luar biasa saat Yesung mend*kapnya seperti ini.
“Jangan pergi lagi kemanapun tanpaku. Jangan pergi lagi dimana aku tidak bisa melihatmu. Tolong, jangan selalu membuatku kuatir Yura-ya. Aku tidak bisa bernafas dengan baik, saat kau menghilang tanpa pemberitahuan padaku lebih dulu,”
“Oppa….”
“Berhenti melakukan tindakan yang dapat membuatku menjadi takut, berhenti melakukan tindakan yang tak bisa aku kendalikan nantinya. Aku tidak ingin kau terluka, aku tidak ingin kau meninggalkanku!” Yesung tampak mengusap perlahan rambut Yura yang  berada dibelakang punggungnya, bermaksud agar gadis ini mengerti akan perasaannya itu.
“Kenapa Oppa berbicara seperti itu, hem?” Yura sontak melepaskan pelukan Yesung dan memandangi namja ini dengan bibirnya yang tampak sedikit maju ke depan.
“Lihat ini—” Yura tersenyum! Ia mangangkat tangan kanannya menghadap Yesung, dan memperlihatkan sebuah cincin indah nan berkilau yang melingkari jari manisnya saat ini. Yah, cincin pernikahan mereka!
“Aku adalah istrimu, dan kau adalah suamiku. Kita sudah terikat atas nama Tuhan, jadi atas dasar apa aku harus meninggalkanmu, eh? Sampai nanti, aku akan tetap mempertahankan cincin ini, mempertahankanmu agar terus hidup bersama denganku selamanya. Aku tidak perduli bagaimana kita dapat bertemu hingga sampai menikah seperti ini. Tapi yang jelas, aku rasa dulu aku memang sangat menginginkan pernikahan ini terjadi,”
“Yura-ya….”
“Oppa tidak perlu kuatir lagi! Aku berjanji, akan terus menuruti semua apa yang kau katakan.”
“Menurutiku? Benarkah?”
“Tentu saja! Kau adalah pemimpin hidupku sekarang, aku bahkan hanya dapat bergantung padamu. Kita berdua tidak ingat apapun, tapi aku yakin, suatu saat nanti kita pasti akan sama-sama dapat mengingat perjalanan hidup kita sebelum ini.” Yura kembali tersenyum. Sangat jauh berbeda dengan ekspresi yang ditunjukan Yesung saat ini. Namja itu terdiam! Ia tak dapat berkata apa-apa lagi saat Yura mengungkit soal lupa ingatan mereka itu.
“Yura-ya … apakah ingatan masa lalu itu sangat penting untukmu, eh?”
“Mwo? Hummm … sebenarnya, ada kalanya hatiku mengatakan semua ingatan itu tidak penting, karna yang penting sekarang adalah masa depan. Tapi, ada kalanya aku sangat ingin tau tentang siapa aku, bagaimana kehidupanku sebelum ini, siapa keluargaku, orang-orang yang mengenalku, dan orang-orang yang menyayangiku. Aku sangat penasaran akan hal itu. Terkadang, aku mengkhayal bagaimana jika aku memang memiliki keluarga yang saat ini tengah mencariku? Bukankah itu sangat menyedihkan?” balas Yura dengan kedua mata yang berbinar indah. Yesung tampak kembali diam! Ia tak tau kelak bagaimana kehidupan ia dan Yura, jika gadis ini tau sesungguhnya. Tau tentang kehidupan berat yang selama ini ia jalani.
“Lalu, bagaimana jika itu sebaliknya? Bagaimana jika ternyata kehidupanmu sebelum ini jauh dari apa yang seperti kau bayangkan sekarang? Bagaimana jika ternyata kau sendirian atau mungkin kehidupanmu dulu tak mengenakkan untuk diingat? Apa kau akan tetap ingin mengingatnya?”
“Huhhh…. Yah Setidaknya, sekalipun pahit aku harus mengingat satu kenangan yang pernah aku alami, agar aku dapat merasakan aku memang pernah hidup di dunia ini. Aku tak mungkin sendirian kan? Aku yakin, pasti aku memiliki keluarga, sama sepertimu Oppa.” Yura menepuk pelan bahu Yesung dengan keyakinan dalam, membuat namja itu berpaling dengan miris.
             ‘Keluarga? Bahkankedua orang tuamu sudah meninggal Yura-ya. Seandainya kau tau, jika kau tak memiliki siapa-siapa lagi sekarang. Kau hanya mempunyai seorang Paman yang malah bertingkah buruk. Apa kelak, kau tetap akan bisa menjadi Yura yang tersenyum seperti ini padaku?’
Gumam Yesung menutup kedua matanya seketika, mengangkat tangannya untuk memijat kepalanya yang terasa pusing.
“Oppa kenapa?” tanya Yura yang sontak saja panik melihat wajah pucat namja itu. Yesung menggeleng, ia tak ingin yeoja ini kuatir.
“Apa jangan-jangan Oppa ingat sesuatu tentang masa lalu Oppa, hem?” Yura terlihat antusias saat ini. Yesung menatapnya, ia lupa jika Yura memang belum tau jika ingatannya sudah pulih sejak dulu.
“Yura-ya…,”
“Hem? Oppa butuh sesuatu?” Yesung tak menjawab saat Yura mengajukan pertanyaan ini. Namja itu hanya memicing menatapnya sendu, seolah ingin meminta izin untuk melakukan sesuatu. Yura memadukan kedua alisnya bingung, ia merasa tangan kanan Yesung kini tengah perlahan-lahan mengelus pipi kanannya dengan lembut
“Hummm….” Yesung tampak menghembuskan nafasnya tepat dihadapan wajah yeoja itu seketika, membuat sontak saja kedua mata Yura tertutup. Tubuh gadis itu mendadak tegang saat ini, apalagi ia merasakan jika tangan Yesung mulai memegangi tengkuknya untuk menekan kearah depan dan—
CUP!
Namja itu men*mpelkan kedua daun b*birnya tepat diatas bib*r mungil Yura, membuka perlahan untuk dapat meminta posisi yang nyaman untuk melakukan ini. Yura hanya diam! Ia merasakan jantungnya berdetak cepat untuk kesekian kalinya karna namja dihadapannya ini. Cinta … Yura tak mengerti apa ini cinta atau hanya perasaan ambigu semata. Yang jelas, ia merasa sangat bahagia ketika Yesung berada didekatnya, seolah waktu akan berputar sangat cepat pada detik itu.
Lama mereka tampak saling bert*ut mesra dengan ikatan erat seperti itu. Bahkan, Yura merasakan jika sekarang tub*hnya tengah terdesak pada sebuah dinding. Entah sejak kapan Yesung mulai berani melakukan hal yang lebih seperti ini. Sebuah ci*man yang terasa sangat menggebu-gebu bagi Yura.
“Huhhh…,” seolah tak ingin melakukannya lebih jauh lagi, Yesung sontak saja menjauhkan tubuhnya dari gadis itu dengan sekali hentakan, membuat Yura terlonjak kaget tak mengerti.
HENING! Keduanya tampak salah tingkah dengan berdiri ditempat masing-masing. Yura merunduk! Sial, ia mengumpat dalam hati mengapa tadi ia seolah sangat menikmati ciuman Yesung itu. Gila! Ia harus memeriksakan diri ke psikiater atau Dokter spesialis hati tentang perasaan-perasaan tak karuan seperti ini.
“Ak-aku … aku pergi ke kantor sebentar,” ucap Yesung setelah ia berusaha mati-matian untuk menekan rasa salah tingkahnya itu pada Yura. Namja itu berbalik cepat, bersiap untuk keluar lagi dari rumah ini.
“Ne, sampai jumpa.” Balas Yura seadanya. Yesung kembali menoleh dan mengangguk pelan.
“Ah ya, mulai sekarang jika ingin berpergian, kau harus menelponku lebih dulu. Kemanapun itu, aku tidak ingin kau pergi tanpa seizinku. Kau juga tidak boleh keluar rumah walaupun hanya sekedar berkeliling-keliling disekitar kompleks ini. Jika memang ada perlu apa-apa, kau hubungi aku lebih dulu,”
“Mwo?”
“Satu hal lagi! Kau tidak boleh pergi ke Toko bubur itu mulai sekarang, dan jangan pernah bertemu dengan tukang bubur itu lagi atau berurusan dengan namja manapun. Ingat pesanku ini, jika sampai kau melanggarnya. Jangan harap kau akan bebas keluar dari rumah ini tanpa kunci dariku!”
“Mwoya? Oppa, kau tengah menghukumku? Kenapa kau melarangku sampai seperti itu?”
“Aku hanya takut akan sesuatu hal,”
“Mwo? Takut?”
“Sudahlah, aku pergi. Kau turuti saja perintahku tadi, bukankah kau sudah berjanji untuk menurutiku? Jangan membengkang, atau aku akan melakukan tindak kriminal pada tubuhmu.”
“Mmmwo … mworago?”
“Dasar gadis Tarzan, lain kali kau jangan berkespresi bodoh seperti itu, jika tak ingin aku makan.” Yesung tersenyum pelan, mengusap puncak kepala Yura sekilas dan berbalik keluar. Gadis itu tampak terpaku menatapi Yesung, ia benar-benar tak mengerti mengapa namja itu memperlakukannya seperti buronan sekarang.
“Sampai jumpa!” Ucap Yesung sedikit memekik, saat kini ia telah berada didekat mobilnya yang terparkir tak karuan di halaman.  Yura tersenyum dan melambai. Sungguh keduanya seperti sepasang suami-istri yang sangat berbahagia. Berbahagia? Mungkin itulah yang Yesung inginkan selama ini. Entah sejak kapan ia merasakan ingin membuat gadis itu selalu tersenyum bersamanya.
              ‘Kau tau Kim Yura, apa yang aku takutkan itu? Aku takut kau berhubungan dengan apapun dari masa lalumu, termasuk namja yang bernama Lee Hyuk Jae itu. Aku takut kau akan dengan cepat mengingat masa lalumu. Tidak, aku tidak akan membiarkan itu terjadi dengan cepat. Tidak perduli apa yang terjadi ditahun sebelumnya, yang jelas sekarang kau milikku. Huhh…, aku bahkan tidak tau mengapa aku dapat memikirkan hal semacam itu. Maafkan aku … Kim Yura-shi!’

***
‘Tidak pernah ada cinta yang salah,
Yang ada hanyalah…
Orang yang salah dan waktu yang salah….’
@Moonlight Slurry
Seoul –South Korea-


Terlihat senyuman mengembang dan teriakan sapaan ramah dari namja tampan ini ke semua isi pengunjung Toko bubur ini. Tak seperti biasanya, ia terlihat murung dan tak banyak bicara. Hari ini, ia seolah menjadi sosok yang sangat ceria, bahkan terlalu berlebihan. Hingga membuat Leeteuk menghela nafas panjang prihatin. Sungguh, Leeteuk lebih menyukai Eunhyuk berteriak-teriak marah, ketimbang melihatnya berpura-pura bahagia seperti itu. Yah, terlihat jauh lebih miris.
“Eunhyuk-ah….”
“Hyung, sepertinya hari ini Toko kita didatangi lebih banyak pengunjung. Ah, jika terus seperti ini, kita bisa dengan cepat mengumpulkan uang dan membuka Toko yang lebih besar.”
“Kau baik-baik saja?”
“Mwo?”
“Berisitirahatlah jika kau lelah, jangan terlalu memaksakan keadaanmu sekarang.”
“Yak! Hyung, kau ini bicara apa? Apa kau lebih suka ketika aku bersedih meratapi nasibku, eh?”
“Bukan seperti itu, hanya saja—”
“Aku akan tetap mencarinya. Tidak perduli apapun, aku pasti akan menemukannya. Jadi, aku tak seharusnya mengkuatirkan itu,”
“Hyuk….”
“Aku rasa, takdir tengah mempermainkanku sekarang. Gadis yang mirip dengan Yura itu, bahkan benar-benar semakin membuatku bingung. Aku yakin, ada sesuatu yang harus aku ambil dari semua masalah ini. Hyung, aku harap kau dapat membantuku.”
“Apa maksudmu?”
“Pasti ada alasan, mengapa Tuhan mempertemukanku dengan gadis yang mirip dengan Yura itu,”
“Hyuk-ah, jadi maksudmu, kau—”
“Aku akan mendekatinya!” Potong Eunhyuk cepat seraya kembali tersenyum dan membungkuk kearah beberapa pengunjung yang baru datang ke Toko ini. Leeteuk kehabisan kata-kata, ia tak mungkin menyegat Eunhyuk untuk menghentikan niat gilanya itu. Mendekati istri orang lain? Sekalipun kalimat Heechul tadi ada benarnya, tapi tetap saja cara seperti ini adalah salah.
“Selamat siang OPPA!” Teriak seseorang seketika, membuat sontak saja Leeteuk membuyarkan lamunannya itu dan berpaling menatap seorang gadis manis yang kini mengerling centil pada Eunhyuk.
“Ah, So Hee-ya, sudah lama kau tidak kemari,” sapa Eunhyuk mengusap puncak kepala So Hee dengan gemas.
“Kemarin-kemarin aku sedang ujian Oppa, aku mana mungkin diizinkan untuk keluar dan keluyuran oleh Eomma.”
“Lalu sekarang, apa yang kau lakukan? Apa ujiannya sudah selesai?” timpal Leeteuk menggeleng-gelengkan kepalanya tak karuan.
“Nde, sudah selesai. Maka dari itu aku bisa kemari lagi. Lagipula, itupun karna undangan istimewah dari Eunhyuk Oppa yang menyuruhku kemari.”
“Ah, aku tidak menyangka kau akan datang secepat ini. Jja, kita jalan-jalan. Oppa ingin bercerita dan menanyakan banyak hal padamu.” Eunhyuk sentak melepas rompi kerja yang ia pakai, lalu menarik pergelangan tangan So Hee untuk pergi. Namun tunggu, sepertinya Leeteuk lebih dulu mencegat langkah Eunhyuk dititik ini.
“Apa maksudmu Hyuk-ah?” bisik Leeteuk seraya memandangi tampang polos So Hee yang memerah akibat ia menyadari Eunhyuk tengah memegangi pergelangan tangannya.
“Bukankah tadi aku sudah memberitahumu Hyung?”
“Lee Hyuk Jae, ini tidak benar!”
“Aku tau, tapi hanya inilah yang aku dapat lakukan untuk mencari informasi apa yang kubutuhkan.” Eunhyuk sentak kembali melangkah, membiarkan tatapan Leeteuk yang tak terima atas tindakannya ini.
***
Yura tampak menyingkirkan rambut depannya ke samping telinga, menajamkan pendengaran untuk meyakinkan diri, jika ia tak salah mendengar aungan mesin mobil Yesung yang kini tampak terdengar di halaman rumahnya itu. Yura mengernyit, padahal baru setengah jam yang lalu Yesung pergi. Tapi, namja itu sudah kembali lagi. Entahlah, terkadang ia tak mengerti dengan tingkah namja yang bermarga Kim itu.
Yura menghentikan aktivitasnya menyulam sebuah sweater untuk ia hadiahkan pada Yesung nanti. Gadis itu perlahan-lahan melepaskan kaca matanya, lalu berdiri untuk berjalan kearah jendela kamarnya ini. Ia hanya ingin memastikan, jika itu benar-benar mobil Yesung.
“Cah, apa ada berkasnya yang ketinggalan.” Sungut Yura terkikik geli saat ia menatapi Yesung tengah bergegas keluar dari mobil mewahnya itu. Yura sentak berbalik dan berlari untuk berniat membuat namja itu terkejut. Ia sengaja turun dan berbelok kearah belakang, bermaksud untuk bersembunyi diarea tanaman-tanaman yang terdapat dibelakang rumah mewah ini.
Aneh! Yura sedikit aneh saat melihat Yesung berhenti dipinggiran mobilnya dan mengumpat kasar saat ada sebuah mobil lagi yang perlahan-lahan berhenti dibelakang mobil Yesung. Yura sontak bersembunyi di semak-semak itu, bermasud sedikit lebih mendekat untuk berjalan dengan berhati-hati.
“Ya Tuhan, yeoja itu nekat sekali!” Umpat Yesung lagi, saat kini ia melihat Yun Ji tengah berlari ke arahnya.
“Sampai kapan kau akan terus menghindariku seperti ini Kim Jong Woon?” pekik Yun Ji menitikan air matanya dengan deras. Tampak sekali, raut frustasi yang tercetak jelas diwajah sayunya itu.
“Untuk apa lagi? Jika kau memang ingin berbicara denganku, jangan disini. Yura, masih ada di dalam, aku tidak ingin dia berpikir yang macam-macam.”
“Cah, memangnya kenapa? Kau takut? Kau takut jika dia mengetahui yang sebenarnya, huh? Kau takut dia—”
“NDE! Jadi untuk itu, pergilah!”
“Yesung-ah, waeyo? Kenapa kau sangat cepat berubah?”
“Kau sadar Yun Ji-ya? Kaulah yang telah memulai ini, kau lah yang membuatku berubah.”
“Lalu sekarang, kau ingin membalasku? Membalasku dengan membohongi istrimu itu? Arasseo, kau memang namja yang sangat hebat!”
“Aku tidak membohonginya.”
“Tidak? Lalu, apa yang kau lakukan sekarang ini maksudmu kau tidak membohonginya? Dengan berpura-pura masih hilang ingatan, kau berdalih kau tidak membohonginya, heng? Kau sudah ingat semua masa lalumu, termasuk masa dimana kita pernah bersama. Tapi kenapa? Kenapa kau melakukan ini? Kau ingin—”
“Cukup Park Yun Ji!” Hentak Yesung seketika, membuat Yun Ji terlonjak kaget tak percaya. Bukan hanya Yun Ji, tapi YURA! Wajah yeoja itu tiba-tiba saja berubah menjadi pucat. Ada sesuatu dari atas yang seolah kini menghantam tubuhnya. Tidak! Ia berharap, jika tadi ia tak mendengar semua ini. Yesung sudah mengingat masa lalunya? Tubuh gadis itu melemas, lututnya tampak kaku dengan kantung mata yang membesar, seakan menampung banyak air mata didalamnya.
             ‘Kenapa … kenapa dia tidak mengatakannya padaku?’
Jari jemari Yura tampak gemetaran sekarang. Jika memang Yesung ternyata sudah mengingat semuanya, itu berarti namja itu juga mengingat akan siapa dirinya sekarang. Yah, bukankah hanya Yesung satu-satunya kunci untuk mengetahui masa lalunya itu. Tapi kenapa….
             ‘Kau berbohong padaku Oppa!’
Yura menghembuskan nafasnya dengan kasar, menhapus jejak air mata yang sempat mengalir dari peupuk mata indahnya itu. Gadis itu mengepalkan tangannya, mencari kekuatan untuk berdiri dan menanyakan semua ini langsung dari Yesung sekarang.
=TBC=

No comments :

Post a Comment