Tittle : “OUR RING!”
Cast : Yesung Kim, Kim Yura, Eunhyuk Lee, Park Yun Ji,
Kim Sohee, And Others
Rating : PG + 17 / Straight
“Aku memang ingin menyewa jasa kalian untuk mencari tau tentang data diri seseorang. Benar, Filenya memang sudah aku kirim tadi pagi. Aku harap, kalian dapat menemukan informasi gadis yang bernama Kim Yura itu secara detail! Aku butuh secepatnya, dan aku akan membayar kalian seberapa pun yang kalian minta. INGAT! Jangan mengecewakanku!” Yesung sentak menutup cepat sambungan telponnya sebelum Yura menghampiri keberadaannya sekarang. Namja itu terlihat menghela panjang, mengerang singkat untuk melampiaskan kegundahannya saat ini. Sungguh, ia ingin sekali mengetahui tentang siapa Yura sebenarnya, siapa gadis yang telah menjadi istrinya ini. Terutama, ia ingin tau tentang hubungan Yura dengan para segerombolan pria-pria berotot waktu itu, termasuk hubungan Yura dengan para Tukang bubur itu.
‘Aku berharap ini tidak akan berlarut! Dan aku akan mengetahui … siapa kau KIM YURA!’
This Story Original From @Jjea_
This Story Original From @Jjea_
“MENCINTAI bukan bagaimana kamu MELIHAT
Tapi bagaimana kamu MERASAKAN.
Bukan bagaimana kamu MENDENGAR
Tapi bagaimana kamu MENGERTI.”
_“OUR RING!” PART 13_
Sinar surya tampak perlahan-lahan merangkup diantara awan dengan perlahan, memberikan sekelebat kehangatan utuh yang membuat Dunia seketika menerang. Pagi … suatu waktu dimana udara benar-benar terasa indah. Memberikan banyak ketenangan jiwa, yang juga meremang melalui embun-embun dingin yang menetes.
*When It All Began, Our Secret!*
Tampak, seorang gadis menggeliat kecil dari atas tempat tidurnya dengan pelan saat ini. Mulutnya seketika terbuka, menandakan masih ada sisa rasa kantuk yang kini melanda jiwanya itu. Untuk beberapa detik, ia hanya diam dan tak bergerak ditempat. Sampai detik berikutnya, kedua matanya itupun perlahan-lahan mengerjap, menetralisirkan kesadarannya akan alam sekitarnya sekarang. Satu hal yang pertama kali ia tangkap dari sorotan matanya itu pagi ini … Kim Jong Woon! Yah, siapa lagi yang akan berada dalam satu kamar tidur dengannya, kecuali namja itu.
“Eunghhh…,” Yura tampak kembali menggeliat, menatapi penuh Yesung yang kini sibuk mengancingkan satu per satu kemeja putihnya itu. Sedikit aneh, mengingat Yesung jarang sekali bangun sepagi ini, apalagi ia sudah tampak serapi itu.
“Kau mau kemana, Oppa?” tanya Yura bangkit. Tangannya terangkat untuk mengusap-usap beberapa area wajah putihnya itu. Yesung menoleh sekilas padanya, lalu menggelengkan kepala heran.
“Istri macam apa kau ini, eh? Seharusnya, kau bangun sebelum suamimu bangun, lalu menyiapkan sarapan!”
“Huhh…, dalam sumpah pernikahan kita waktu itu, aku hanya berjanji untuk menemanimu dalam suka maupun duka, tidak ada perjanjian, jika aku harus bangun pagi dan menyiapkanmu makan.” Celetuk Yura asal.
“Mwo?” Yesung sentak menghentikan aktivitasnya saat ini, lalu menatapi Yura dengan raut tak percaya.
“Apa aku harus mengajarimu tentang hak dan kewajiban seorang istri pada suaminya, eoh? Bukan hanya memiliki kewajiban untuk setia menemaniku, tapi juga kau berkewajiban untuk melayani semua apa kehendakku. Memasak, mencuci baju, membersihkan rumah dan….”
“Omo! Itu kewajiban seorang istri atau kewajiban seorang pembantu?” sahut Yura ketus seraya berjalan hendak melewati Yesung. Namja itu seolah mulai terpancing untuk membuat perdebatan dengan Yura saat ini. Sungguh, awal pagi yang buruk.
“Itulah pekerjaan seorang istri, pembantu suaminya! Bukan hanya memiliki kewajiban seperti itu saja, tapi seorang istri itu juga harus memenuhi kebutuhan yang lain-lain,”
“Kebutuhan yang lain? Ah, apa maksud Oppa … kebutuhan untuk menyahuti ceramahan sang suaminya dipagi hari, dan—”
“Kebutuhanku untuk memiliki anak!” Potong Yesung, membuat Yura sontak saja tercenang bukan kepalang mendengarnya.
“Mmm-mmwo? Aaanak?” tanya Yura tergagap. Air wajahnya tampak berubah dengan cepat dari sebelumnya.
“Mwoya? A-apanya?” balas Yesung yang juga tak kalah kikuk sekarang. Namja itu membalikkan tubuhnya membelakangi Yura seketika, mengumpati bibirnya yang telah dengan bodohnya mengatakan itu. Hening! Yura bahkan masih berdiri tegap ditempatnya seraya menatapi punggung Yesung dari belakang. Sungguh, tampak sekali garisan merah dibawah kedua matanya itu saat ini.
“Ehem! Aku berangkat sekarang, mungkin aku akan pulang agak malam.” Yesung berucap lagi, membuat Yura dengan cepat merunduk kaku.
“Eoh….” Sahut gadis itu sekenanya. Yesung mengambil tas hitam kerjanya itu, lalu berniat untuk keluar dari kamar ini. Selalu akan menjadi seperti ini, jika keduanya mulai sama-sama gugup satu sama lain.
“Yura-ya…,” pantau Yesung kembali berbalik. Tangan kanannya tampak bertengger pada kaitan pintu kamar itu, seolah tengah menahannya. Raut wajah Yesung sedikit ragu untuk mengatakan sesuatu.
“Eoh?”
“Selama aku tidak ada, jangan lupa makan dengan baik. Jika tidak ada keperluan yang penting, kau jangan keluar rumah.”
“Mwo? Ohk…, nde.”
“Baiklah, aku pergi.” Ucap Yesung seakan berat untuk mengatakan itu. Sesungguhnya, semenjak kejadian kemarin itu, Yesung benar-benar kuatir untuk meninggalkan Yura seorang diri.
“Tunggu sebentar Oppa,” pekik Yura seketika, membuat Yesung kembali menghentikan langkahnya. Tidak! Kenapa ia merasa ingin selalu dekat dan bersama gadis ini?
“Kau tidak memasang dasimu dengan benar. Direktur Kim, aku akan dicap sebagai istri tak becus, jika kau pergi ke kantor dengan pasangan dasi yang seperti itu!” Yura berdecak. Gadis inipun menghampiri Yesung, dan berdiri dihadapannya. Yah, bersiap untuk membenarkan letak dasi namja itu. Yesung diam! Semakin lama, wajah gadis dihadapannya ini semakin tak bosan untuk ia tatapi.
“Cepatlah pulang. Maksudku … ak-aku bosan sendirian disini! Kau benar-benar tidak tau bagaimana rasanya saat sendiri dirumah yang sebesar ini,” rajuk Yura berusaha untuk tidak membalas tatapan Yesung yang menghunus tajam kearahnya sekarang. Tangan yeoja itu bergetar, mengumpat kasar mengapa ia dapat menjadi sangat labil saat berdekatan dengan pria ini. Sungguh, ia benar-benar tak bisa mengontrol dirinya sendiri, jika sampai Yesung terus menerus menatapinya dengan picingan mata seperti itu.
“La-lagipula, So Hee sedang Sekolah. Jika aku menelpon adikmu itu untuk menemaniku disini, bisa-bisa ak—”
CUP!
Yesung sentak meng*cup pipi kiri Yura seketika, membuat kontan saja darah ditubuh Yura berdesir hebat tak karuan. Yeoja itu membulatkan penuh kedua bola mata indahnya itu, lengkap dengan mulut yang sedikit menganga lebar.
“Terima kasih, aku akan cepat pulang.” Yesung tampak tersenyum manis dititik ini. Yah, sangat manis! Bahkan, mata sipitnya itu seolah ikut bergerak membuat sebuah lekukan senyuman juga yang sama. Yura mengerjap-ngerjap, dapat ia pastikan jika jantungnya berdegup kencang dengan detakan yang sangat hebat sekarang. Tidak! Ia bahkan merasakan seluruh otot-otot tubuhnya menegang tak karuan. Yesung … ia seolah ingin membuatnya mati mendadak ditempat.
“Aniyo … aniyo … anyo …! Jika terus seperti ini, aku bisa menyukaimu….” Ucap Yura tanpa sadar dengan ucapannya sendiri kali ini, membuat Yesung sontak menghentikan senyumannya perlahan-lahan.
“Mwo? Apa katamu tadi?”
“Eoh? An-ani. Hahahahahaha, kau harus cepat pergi Oppa!” Yura nampak tertawa-tawa tak karuan saat ini sembari mendorong keras tubuh Yesung yang seolah ingin meminta penjelasan lebih darinya itu.
“Tadi kau mengatakan, jika kau menyuk—”
BRAKKK!
Belum sempat Yesung hendak memperpanjang masalah ini, Yura sudah lebih dulu mendorong tubuhnya, lalu menutup pintu kamar ini dengan cepat. Gadis itu tampak bergetar menggerakkan tangannya untuk mengunci pintu ini. Ia sangat berharap sekali sekarang, jika Yesung cepat pergi darisini.
“Hey, Kim Yura…., buka pintunya sebentar!”
“ANDWAE!”
“Mwo?”
“Ma-maksudku … ak-aku sedang berganti baju sekarang. Jadi, jika kau ingin pergi, pergi saja.” Sahut Yura kalang kabut. Wajahnya pucat! Dapat Yesung pastikan, jika yeoja itu tengah berbohong sekarang. Hening! Namja itu tampak tersenyum manis sejenak didepan pintu kamar ini, lalu hendak berbalik.
“Baiklah, aku pergi!”
“EOH!” Yura memekik lagi untuk menghilangkan rasa kikuknya saat ini. Yeoja itu mengangkat tangan kanannya untuk memukul-mukul kecil bibirnya sendiri, seakan sangat menyesal mempunyai mulut yang sama sekali tak dapat ia kontrol dengan benar.
“Ash! Tadi apa yang aku katakan? Ash…, apa yang harus aku lakukan sekarang? Bagaimana jika tadi dia memang mendengarnya? Bodoh! Yura … Kim Yura! Kau benar-benar bodoh!” Umpat Yura pada dirinya sendiri sembari tampak mondar-mandir ditempat. Dapat ia dengar, suara gas mobil Yesung yang perlahan-lahan mulai menjauhi perkarangan rumah.
“HUHHH!”
***
At Blue’s Cafe_
Seoul, South Korea
Terdengar nada ketukan jari pada meja disalah satu cafe kecil dipusat kota Seoul ini. Pria dengan mata elang itupun memicingkan kedua ujung matanya, lalu kembali menghela nafas. Sudah hampir 5 menit yang lalu ia disini, menunggu segerombolan orang yang memang sejak tadi sangat ia tunggui itu.
“Oh…, maaf Tuan besar Kim yang terhormat, kami sudah membuat orang sibuk sepertimu menunggu kami. Kau sendiri tau bukan, jika dipagi hari itu jalanan di kota ini sangatlah padat.”
“Tidak perlu berbasi-basi. Langsung saja sebutkan berapa jumlah uangnnya!” Pria yang adalah Yesung inipun menggeram, seolah tak suka sekali berlama-lama berbicara pada sekomplotan pria-pria berjas hitam tak karuan dihadapannya itu.
“Hahaha, baiklah. Aku lebih suka orang yang seperti Anda, tanpa perlu berbasi-basi terlalu banyak. Hummm…, sebenarnya hutang Kim Yura pada kami sebesar 20 juta. Tapi karna sampai 2 tahun belakangan ini ia sering menghilang dari kejaran kami, dan seolah lupa akan hutang keluarganya itu. Bunganya kami tambah menjadi 50 persen.”
“Cah, dasar renternir! Kalian benar-benar seperti lintah darat. Baiklah, aku akan membayar lunas semua hutangnya sekarang, tapi dengan satu syarat…,” Yesung tampak menyandar santai pada kursinya, memainkan kecil jari jemarinya pada gelas jus dihadapannya. Yah, semenjak terjadi perkelahian pada waktu itu, Yesung dengan cepat menyuruh beberapa orang untuk mencari orang-orang yang mengenal Yura dan memukulinya pada waktu itu, bermaksud untuk meminta sebuah penjelasan tentang Yura.
“Apa syaratnya?”
“Berhenti mengganggu Yura!”
“Hahahaha, hanya itu? Jika kau sudah melunasi semua hutangnya, untuk apalagi kami menggangu yeoja itu. Menghabiskan tenaga saja! Kau tau? Gadis yang bernama Kim Yura itu sudah seperti ulat, sangat berbakat untuk kabur kemana-mana.”
“Jangan berkata seperti itu tentangnya!”
“Mwo? Cah, baiklah. Sekarang, aku benar-benar salut padanya. Sepertinya, kali ini dia benar-benar berhasil untuk merubah nasib buruknya itu, menemukan pria kaya, tampan, dan juga sangat baik sepertimu. Tak kusangka, dia mendapatkan takdir yang bagus juga ternyata.”
“Apa maksudmu?”
“Maksudku? Mana mungkin kau tidak tau! Semua hutang ini bermula dari Paman jahanam gadis itu. Pria tua bangka itu meminjam uang kepada kami untuk berjudi, tapi tak mau membayar. Dan sampai sekarang, kami bahkan juga tak tau dimana keberadaan Pamannya sekarang. Kami sendiri berharap, jika dia telah mati, hingga tak perlu kami untuk turun tangan lagi membasmi sampah masyarakat sepertinya.”
“Mwo? Paman?”
“Ash, sudahlah. Membicarakan pria itu membuatku naik darah. Baiklah, karna urusan kita sudah selesai, kami akan pergi. Terima kasih atas cek uang yang indah ini. Senang bertemu denganmu Tuan Kim Jong Woon. Ah ya, salam juga untuk gadis itu, Kim Yura.” Para pria-pria bertubuh kekar itupun sentak hendak berbalik untuk pergi. Sepertinya, mereka tampak sangat senang sekali sekarang.
“Tunggu sebentar,” cegat Yesung cepat, membuat langkah beberapa orang ini kembali terhenti lagi.
“Waeyo?”
“Boleh aku meminta satu hal dari kalian?” tanya Yesung dengan mimik yang sangat serius. Para pria-pria itu tampak bertatapan sejenak, sedikit bingung.
“Eh?”
“Apa boleh aku meminta identitas dan ciri-ciri dari Paman Yura itu?”
“MWO?”
“Tenang saja, aku akan membayar kalian dengan harga mahal untuk informasi itu, bagaimana?”
“Penawaran yang sangat menarik!”
“Cah…,” Yesung tampak tersenyum sinis saat melihat para renternir-renternir itupun kembali berjalan ke arahnya. Tersemat jelas cercaan tawa mereka yang sangat senang.
“Apa yang ingin kau ketahui? Tentang pria itu? Baiklah, aku akan mengumpulkan semua tentang bajingan itu selengkap mungkin, dan akan aku kirimkan padamu. Bagaimana?”
“Baiklah.”
“Hummm…, sebenarnya kenapa kau ingin tau tentangnya?”
“Itu bukan urusan kalian!”
“Jika aku tak salah dengar, kau dan Kim Yura sudah menikah. Kurasa, Paman gadis itu tidak datang, ne? Yah, baguslah. Mengingat acara pernikahanmu waktu itu pasti akan kacau, jika dia hadir.”
“Tinggalkan saja nomor rekening kalian, aku akan mengirimkan uangnya setelah kalian mengirimkan semua apa yang tadi kuminta dengan jelas.”
“Baik! Hahaha, Tuan Kim … kau benar-benar pemuda yang sangat royal. Beruntung sekali Kim Yura bisa mendapatkan pria sepertimu, ne? Aku pikir, dia tetap memilih untuk menikah dengan mantan kekasihnya yang miskin itu,”
“Mwo? Ma-mantan kekasih?”
“Geurae, mantan kekasih. Pemuda yang sok jagoan membela mati-matian Yura pada kami. Cah, buktinya dia bahkan tak bisa diandalkan. Tentu saja Yura lebih memilihmu ketimbang ia hidup dengan menjadi istri Tukang Bubur seperti itu. Ck! Mengenaskan,”
“Tukang Bubur? Apa maksud kalian?”
“Apa kau tidak tau? Jika Yura menjalin hubungan dengan tukang bubur yang menjadi tempat kita berkelahi kemarin? Ash…, bahkan dia memukul anak buahku sampai babak belur. Lee Hyuk Jae, itu dia namanya. Pria bodoh yang hanya bermodalkan cinta dan—”
“MWORAGO?” bentak Yesung terkejut setengah mati. Matanya membesar cepat, membuat beberapa pria-pria itu tampak sedikit takut menatapnya.
‘Mantan kekasih? Tukang bubur? Lee Hyuk Jae?’
Gumam Yesung kalut. Kedua tangaya mengepal, berusaha mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Yah, kejadian dimana para tukang bubur itu menatap Yura dengan aneh! Jantung Yesung sentak berdetak cepat, entah kenapa semakin lama ia sulit untuk menerima masa lalu Yura yang membingungkan seperti ini.
‘Yura-ya….’
***
‘Kau tau?
Menyukai seseorang bukanlah perasaan yang mudah untuk dikendalikan….’
Angin tampak berseloroh diam saat ini, menampik debu-debu yang terhuyung untuk mencari tempat menetap sejenak. Kim Yura … tampak gadis dengan rambut panjang dikepang dua ini tengah sibuk membawa banyak kantong plastik belanjaan dikiri-kanan tangannya. Dahinya sedikit berpeluh, menandakan jika ia cukup lelah berkeliling Super market ini sejak tadi. Benar, Yura hari ini berniat untuk membuat masakan spesial untuk Yesung nanti.
BRUUKKK!
Belum sempat ia hendak berjalan beberapa langkah mencari sebuah taksi, yeoja itu sudah lebih dulu merasakan tubuhnya sedikit terpental ke belakang saat ia merasa ada seseorang yang menabraknya cukup keras. Sakit, tentu saja. Bahkan barang-barang belanjaannya itupun sentak terjatuh ke aspal.
“Mianhada,” ucap Yura sopan. Gadis itu membungkuk sejenak, lalu berjongkok untuk berniat kembali mengumpulkan barang-barang yang ia beli itu. Tanpa menoleh, Yura lebih sibuk dengan aktivitasnya saat ini.
“Yura-ya…,” desah seseorang seketika, membuat Yura kontan menghentikan gerakannya. Kepalanya perlahan-lahan mendongak, menatap seorang namja tampan dengan setelan swetaer coklat muda panjang berdiri dihadapannya. Yura tampak mengerjap sejenak, sedikit bingung.
“Kau—”
SSSHHH!
Belum sempat Yura hendak memperbanyak kata yang ingin ia lontarkan itu. Dengan secara tiba-tiba, namja dihadapannya ini kontan saja memeluknya dengan erat. Yura membulatkan matanya semakin besar, sangat amat terkejut dan tak percaya.
“Yura-ya….,” namja itu semakin memeluknya dengan erat, seolah meleburkan semua perasaan yang selama ini membelenggunya. Yura terdiam! Ia merasakan tubuhnya menghangat sekarang. Ini Gila! Ia bahkan seolah sangat nyaman berada dipelukan ini.
“Yura-ya…,” lagi! Namja itu berucap dengan nada bergetar, seakan ia hampir saja menitikan air matanya itu. Yura terpaku, ia benar-benar tak tau lagi harus berbuat apa sekarang. Sekalipun tak ia pungkiri ada suatu perasaan aneh yang menyelimutinya saat ini, tapi ia merasa ini tidaklah benar.
“Tu-tuan, maaf.” Yura sentak bergegas melepaskan dekapan pria itu darinya. Merunduk, sejenak, lalu tersenyum untuk mencairkan suasana sejenak.
“Kim Yura, kenapa kau tidak mengenaliku, huh?”
“Mwo?”
“Kenapa kau melihatku seperti aku ini orang asing. Waeyo? Apa ada yang salah denganmu, huh?” Yura kembali terperanjat kaget, saat namja dihadapannya ini kembali tiba-tiba memegangi kedua bahunya dengan sedikit guncangan keras.
“Te … tentu saja aku mengingatmu,” balas Yura sekenanya. Bola matanya berputar ke segala arah, seakan tak terlalu ingin untuk menatapi wajah menyedihkan dari namja dihadapannya itu.
“Mwo? Kau mengingatku?”
“Geurae. Mana mungkin aku tidak mengingatmu Tuan. Bukankah … kau orang yang waktu itu menolongku saat ada perkelahian didepan Toko bubur itu? Aku sangat ingat sekali, jadi kau tidak perlu kuatir soal itu.”
“Mwo?”
“Hahaha, dunia ternyata begitu sempit, ne? Kita bertemu lagi disini. Sebelumnya, aku belum mengucapkan terima kasih denganmu secara resmi, tapi sekarang aku bisa melakukannya dengan lebih baik untukmu. Kalau perlu—”
“Yura-ya…,”
“Eoh?” Yura kembali tak dapat berkata-kata lagi dititik ini. Ia melihat jelas, bagaimana air mata itu mengalir deras pada pipi namja itu. Yura membeku, seperti ada sebuah kontak yang membuat tubuhnya bergetar sekarang. Keduanya saling bertatapan, sekalipun dengan ekspresi yang berbeda.
“Aku Lee Hyuk Jae … aku Lee Hyuk jae … AKU LEE HYUK JAE KIM YURA!” Hentak Eunhyuk berteriak keras dengan guyuran air matanya itu. Yura terkesiap, ia baru menyadari ada sesuatu yang lain dari namja ini. Entah itu apa….
Kembali, kedua anak manusia ini bertatapan dengan tajam. Yura seakan ikut tenggelam pada tatapan itu. Sebuah tatapan yang seolah ingin menceritakannya akan sesuatu hal yang penting, sebuah tatapan yang memang terasa sangat tak asing lagi! Yura bahkan tak menyadari, jika sekarang ponsel mungilnya itu tengah bergetar disakunya. Yah, Yesung! Namja itu tengah berusaha untuk terus menerus menelponnya semenjak tadi.
“Yura-ya…, ini aku. Kau tak ingat, eh? Aku Lee Hyuk Jae, kekasi—”
PIPP … PIPP!
Yura membuyarkan lamunannya dititik ini sekarang. Wajahnya berpaling seakan memaksakan untuk tersenyum dan terlihat biasa.
“Changkaman, aku angkat telpon dulu,” ucap Yura membungkuk sejenak, lalu sedikit menjaga jarak dengan Eunhyuk.Yeoja itu menghela nafas panjang, mengingat beberapa detik lalu ia seakan kehabisan banyak oksigen dari tubuhnya.
“Ohk…, yeoboseyo?” sapanya dengan nada yang sedikit bergetar. Yura dapat menyadari akan siapa yang tengah menelponnya ini.
“Kau dimana, Huh?”
“Nde? Eoh…, aku baru saja selesai belanja Oppa. Hari ini rencananya aku ingin membuatkanmu makanan yang—”
“Pulang!”
“Mwo?”
“PULANG SEKARANG!”
“Tap … tapi….”
“Kau dimana?”
“Aku … aku sudah berada didepan Super market sekarang. Baru saja kau ingin mencari taksi dan—”
“Tunggu disana, aku akan menjemputmu.”
“Eoh? Aniyo … tidak usah Oppa. Lagipula—”
TUTTT … TUTTT!
Belum sempat Yura hendak mencegat Yesung agar tak menjemputnya ditempat ini, namja itu sudah lebih dulu memutuskan hubungan telpon mereka. Yura sedikit mengernyitkan dahi, sangat bingung dengan semua ini. Wajahnya sedikit panik, mengingat sekarang namja yang bernama Lee Hyuk Jae itu masih saja diam ditempatnya seperti tadi, dengan tatapan yang sama sekali tak pernah berpaling darinya. Gadis itu menghela panjang, seakan tak tau apa yang akan ia lakukan sekarang.
“Kenapa aku jadi takut begini?”
=TBC=
No comments :
Post a Comment