[Other FF] “OUR RING!” Part 5 [Yesung-Yura]

YERAOURRING
Tittle                  : “OUR RING!”
Cast                    : Yesung Kim, Kim Yura, Eunhyuk Lee, Kim Sohee, Park Yun Ji,
                              And Others
Rating               : PG + 17 / Straight

This Story Original From @Jjea_
“Bibi Kim…” desah Yura membuat Yesung ikut menatapi layar ponsel itu.
 “Yebosseyo Bibi…”
“….”
 “MWO? DIPERCEPAT? MINGGU DEPAN?”

Dalam cinta, tidak perlu untuk menemukan yang sempurna,
Tetapi seseorang yang mencintaimu apa adanya,
Itulah yang membuat kamu merasa lebih sempurna…’


_“OUR RING!” PART 5_


Setiap sela detik berhembus dalam dunia ini, tak ada sama sekali jeda untuk beristirahat. Ia tak seperti kalimat didalam sebuah buku, yang memiliki segumpal tanda baca yang menyinggahi. Semakin lama… pintu misteri dunia ini akan semakin terkuak, hanya bagaimana para anak manusianya saja yang akan menerima segalanya dengan lapang dada.


*When It All Began, U’ar Mine!*

Yura tampak menghela nafas dalam saat kini ia menatapi Yesung dengan senyuman yang begitu terpaksa. Semenjak tadi, saat sang calon Ibu mertuanya mengumumkan tanggal dan hari pernikahan mereka, Yura dan Yesung mulai sibuk dengan segala bentuk adat dan persiapan yang begitu mendadak. Entahlah, Nyonya Kim tiba-tiba saja seenaknya mempercepat jadwal pernikahan mereka tanpa aba-aba sebelumnya. Terkejut, tentu saja Yura terkejut. Dan anehnya, Yesung malah tak sama sekali memusingkan hal itu.
“YA! Kenapa harus minggu depan?” decak Yura sebal seraya berjalan dengan hentakan kakinya yang cukup keras. Memang, kedua orang ini sudah terbiasa berjalan kaki untuk kembali ke rumah. Toh, jarak antara Universitas dan tempat kediaman keluarga Kim itu tak terlalu jauh. Apalagi, karna Yesung sama sekali belum diizinkan untuk menyetir sendiri setelah kecelakaan itu terjadi.
“Yesung-shi, bisakah kau membujuk Bibi agar—”
“OPPA…! Kau harus memanggilku Oppa mulai sekarang.” Yesung berkata itu seraya terus berjalan, tak perduli dengan rautan sebal Yura yang berada tepat dibelakangnya saat ini. Sejak tadi namja itu menciumnya di Taman belakang Universitas tanpa izin, Yura benar-benar tak berniat lagi untuk membuat masalah dengan namja ini. Lihat saja, bahkan sekarang Yesung mulai kembali menunjukan watak sombongnya itu.
“Apa kau punya dua kepribadian, eh? Bukankah kau membenciku? Seharusnya, kau mengelak pernikahan ini dipercepat. Yah, setidaknya kita harus lebih dulu saling mengingat ataupun belajar mencintai satu sama lain, dan bukannya sep—” perkataan Yura sentak tercekat saat kini ia merasakan kepalanya terbentur dada bidang namja itu. Sejujurnya, Yura amat tak menyadari lagi, jika tadi Yesung berbalik dan mematung dihadapannya.
“Siapa yang mengatakan aku membencimu huh?” tanya Yesung dingin, membuat Yura kontan mendongak.
“Mwo? YA! Tentu saja bibirku sendiri yang mengatakannya. Memangnya kenapa? Apa ada masalah?”
“Bibirmu?” tangan Yesung terangkat untuk menyentuh daun bibir gadis itu dengan lembut menggunakan ibu jarinya. Tubuh Yura kontan menegang!
“Kalau begitu, bibirmu ini harus diberi sangsi yang berat?” lanjut Yesung dengan nada bisikan yang terdengar lebih seperti sebuah seringai mematikan itu. Yura meneguk air liurnya, batapa wajah namja dihadapannya ini semakin lama semakin tampan. Mungkin saja, lekukan wajah itu adalah cobaan terberat untuk Yura hadapi saat ini.
“Sang-sangsi?”
“Bagaimana jika—” perkataan Yesung sengaja ia gantungkan dititik ini, membiarkan kepalanya sedikit memiring, lalu mendekat kearah Yura. Gadis itu mendadak beku, seperti halnya sebuah bongkahan salju yang keras dan dingin. Entahlah, mengapa ia seperti ini. Selalu lemah… disaat Yesung telah menatap dan memperlakukannya dengan cara ini. Bahkan, Yura sangat sadar betul jika ia seharusnya marah atas perlakuan Yesung yang selalu seenaknya padanya, seolah ia terlihat seperti gadis yang mudah untuk ditaklukan. Tapi, itu cukup sulit! Mengingat pesona seorang Kim Jong Woon, sudah membelunggu otak dan hatinya.
Dan lihatlah sekarang, Yura bahkan sentak menutup kedua matanya perlahan saat tiba-tiba saja dirasanya hembusan nafas Yesung semakin memburu dengan jarak yang begitu dekat dengannnya. Yura tak tau apa yang akan namja ini lakukan. Apa mungkin ia akan melanjutkan ciuman singkat yang tadi sempat dirusak oleh deringan ponsel Nyonya Kim? Mungkin iya dan mungkin saja…
“Bibirmu ini akan kuberi sangsi dengan harus mengucapkan kata panggilan ‘Oppa’ padaku mulai sekarang. Kau mengerti?” Yesung terlihat mengangkat tangannya untuk menyentuh telinga kanan Yura dan memelintirnya cukup keras. Gadis itu sontak saja membuka matanya, menatapi cengiran Yesung yang kini malah terlihat cukup menyebalkan menurutnya.
“YA! Lepaskan…! Kau bisa membuat daun telingaku lepas. Ash…” Yura merajuk kesal. Sebenarnya ia cukup merasa malu dengan jalan pikirannya sendiri. Aighoo… tadi malah ia sempat berpikir Yesung akan menciumnya lagi.
“Tidak sebelum kau memanggilku dengan pelasan ‘Yesung Oppa’. Aku tidak akan melepaskanmu…” Yesung sentak kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya dengan tangan yang masih memelintir telinga Yura. Namja itu tak perduli akan aungan sebal Yura yang semakin lama semakin mengencang, baginya membuat kesal gadis ini adalah kesenangan tersendiri untuknya.
“YA! Kim Jong Woon, lepaskan aku!”
“Kim Jong Woon?” Yesung tampak semakin kencang. Baiklah, Yura sepertinya tau kesalahannya.
“Aish… Yesung Op—op—”
“Apa kau ingin bernyanyi Oppa Gangnam Style huh? Cepat, lakukan dengan benar.”
“Op—opp—ASH! Aku tidak bisa. YA! Belum tentu juga umurku ini lebih muda darimu. Bukankah aku lupa ingatan, jadi bahkan tahun lahirku pun tak kuketahui. Bisa saja, aku ini malah Noona-mu Kim Jong Woon.” Yesung sentak menghentikan langkahnya dan berbalik; tanpa melepas lintirannya pada telinga yeoja itu.
“Apa kau merasa tua?”
“Mwo?”
“Kau tak malu jika aku memanggilmu dengan sebutan Noona?” Yura tampak berpikir sesaat. Benar, bukankah jauh lebih buruk lagi kalau saja Yesung memanggilnya dengan sebutan Noona? Setua itukah ia? Bahkan mungkin kelak ada yang mencibirnya berpacaran dengan daun muda atau mungkin saja ada yang akan mengatai Yesung tengah berjalan dengan tante-tante girang semacamnya? Ah… Yura dengan cepat menggeleng.
“Yesung Oppa…” desah Yura dengan raut malu. Kenapa kalimat itu menjadi sangat canggung untuk ia lafalkan? Yesung sentak tersenyum manis mendengar itu. Nampak sekali ia mulai menyeringai penuh kemenangan. Ditatapnya lekat raut wajah Yura yang memerah padam kali ini. Mungkin, ia tak tau jika tatapannya itu dapat membuat jantung Yura berdetak begitu cepat.
“Hummm…”
“YA! YA! Bukankah aku sudah memanggilmu dengan sebutan Oppa? Lalu, mengapa tanganmu masih berada ditelingaku? Lepaskan!” Yura sentak berniat hendak menurunkan tangan Yesung dari telinganya. Namun sayang, namja itu malah tetap tak bergeming dengan posisinya.
“Lepas—”

#CUP

Yesung meng*cup singkat pinggiran daun bibir yeoja itu seketika, meny*ntuh lekukan itu dengan lembut dan hangat. Yura terpaku dengan kedua bola mata yang semakin membesar. Ini adalah sebuah cara yang mampu membuatnya mabuk kepayang.
“Kau akan segera terbiasa dengan ini.” Bisik Yesung seraya menurunkan tangannya dari telinga Yura dan tersenyum manis kearah gadis itu sejenak, sebelum ia akhirnya berbalik dan melanjutkan langkahnya tanpa dosa. Yura menghela nafasnya dengan tak beraturan, setelah tadi ia sempat menahan nafas saat Yesung sempat menciumnya.
                ‘Hhhh… terbiasa? Apa maksudnya? Ash… namja itu benar-benar bisa membuatku jantungan mendadak. Kalau terus seperti ini, mungkin aku akan dengan mudah jatuh cinta pada pesonanya. Oh Tuhan… apa mungkin dulu seperti inilah caraku mencintainya?’
Gumam Yura seraya menatapi punggung Yesung yang perlahan-lahan menjauh dari pandangan matanya.


***





@The Purple Boutique, Seoul –South Korea-



Hari ini, Nyonya Kim tampak sengaja mengikuti Yura dan Yesung untuk memilih baju pengantin mereka yang memang telah dipilih Eomma Yesung itu sejak 2 minggu yang lalu. Pernikahan ini cukup mendadak memang, namun nyatanya Nyonya Kim bahkan sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan cepat. Maklum saja, Yesung adalah anak tertua laki-lakinya, mungkin beliau tak ingin pernikahan ini menjadi acara yang biasa-biasa saja.
Yah, walaupun begitu, pihak keluarga Kim setuju untuk hanya mengundang orang-orang khusus saja dipernikahan Yesung dan Yura. Mengingat, banyak hal yang mungkin akan menjadi bahan perbincangan hangat tentang mendadaknya pernikahan ini. Mungkin saja kasus hamil diluar nikah dan bahkan berita buruknya dapat tercipta diacara ini nantinya. Sekalipun begitu, keluarga KIM benar-benar tak memperdulikan bisikan itu.
“Yura-ya… ayo keluar…” rengek Nyonya Kim tatkala Yura tak mau keluar dari ruangan ganti itu. Entahlah, gadis itu seolah sangat malu memperlihatkan tubuhnya yang terbalut pakaian pengantin yang telah ia coba selama hampir 5 kali berganti kostum. Yesung menghela, seandainya saja tak ada Eomma-nya disini. Mungkin ia sudah memaksa masuk ruangan itu dan menarik Yura keluar dengan caranya seperti biasa.
“YA! Kim Yura… jika kau tidak mau keluar, kau yang harus mengganti perbaikan pintu ruangan ini, ara?” Ketuk Yesung dengan amat sangat keras. Yang benar saja! Toh, Yesung mengetuknya menggunakan sepatunya yang mahal itu.

CKLEEKKK

Pintu ruangan ganti itu pun sontak saja terbuka dan memperlihatkan Yura yang perlahan-lahan maju dengan sebuah pakaian putih bersinar kristal dengan tahta kecil di kepalanya. Busana pengantin itu benar-benar menjuntai panjang diarea bawah; seperti ekor burung merak. Indah dan benar-benar halus.
Yesung dan Nyonya Kim kontan menganga menatapinya. Sebenarnya, Yesung tak terlalu tertarik menatapi busana pengantin itu, tetapi ia malah sibuk memandangi lekuk tubuh Yura! Baiklah, untuk yang pertama kalinya Yesung meneguk ludah dengan gugup menatapi setiap detail bahu dan area dada gadis itu yang memang cukup terbuka.
“Bibi… ini benar-benar sangat sempit, aku—”
“Yura-ya… kau benar-benar sangat cantik, sayang,” peluk Nyonya Kim seraya mengelus puncak kepala Yura dengan lembut. Seketika itu juga, Yura dapat menangkap kedua mata Yesung yang menatapnya tajam saat ini. Gadis itu sentak merunduk, tak kuat jika harus berlama-lama saling pandang dengan mahkluk yang satu itu.
“Ah, mari kalian berdua berfoto,” Nyonya Kim sentak mengeluarkan kameranya dan mendorong tubuh Yesung agar lebih mendekat kearah Yura. Entahlah, kedua orang ini tampak kikuk dengan patungan yang cukup jauh.
“YA! Aku menyuruh kalian berfoto mesra, bukan seperti orang yang seolah tengah menjaga parkir! Cepat lebih dekat…” bentak Nyonya Kim, membuat Yesung perlahan-lahan mendekat. Entah mengapa, Yesung merasakan salah tingkah saat ini.
Nyonya Kim menghela nafas panjang, betapa kedua anak manusia ini hanya berdiri, seolah baris-berbaris saat karnaval.
“Yesung-ie… peluk Yura!” Perintah Nyonya Kim dengan picingan matanya yang mengerikan. Yura cukup bergidik ketika melihat itu.
“Baiklah…” Yesung dengan raut cukup terpaksa mengamit bahu Yura agar berbentur dengan tubuhnya. TERPAKSA? Sepertinya tidak, karna sekarang Yesung sangat menikmati tempat jari jemarinya itu berada.
Yang berawal hanya dari kecanggungan, kini tampak kedua orang ini mulai berpose satu sama lain. Dari lucu, bahkan sedikit mesra. Nyonya Kim tampak begitu senang memandangi pemandangan itu.
“Aighoo… Eomma benar-benar sudah tak sabar menikahkan kalian. Semoga beberapa hari kedepan, semuanya akan berjalan lancar.” Ujar Nyonya Kim seraya memeluk Yesung dan Yura secara bersamaan. Kedua orang ini saling menatap diatas pundak Nyonya Kim. Mereka baru menyadari, hanya tinggal beberapa hari, mereka akan resmi menjadi sepasang suami-istri.



***



Disatu sisi, tampak kini Yun Ji tengah melipat tangannya seraya menatapi sebuah kertas, yang lebih tepatnya kartu undangan itu. Yesung dan Yura akan segera menikah! Lelucon? Tentu saja itu terdengar seperti sebuah lelucon bagi Yun Ji, mengingat jika ia masih belum percaya jika Yesung telah melupakannya. 2 Tahun, bukanlah waktu yang cepat untuk menjalin hubungan dengan cinta terselubung bersama Yesung.
Yun Ji membanting ponselnya kesal saat ia menatapi siapa yang menelponnya. Suaminya! Baiklah, ia benar-benar muak mendengar cemoohan dari suaminya itu yang kini memang tinggal di Taiwan. Yun Ji tak mau tau lagi tentang sosok suaminya itu. Toh, sekalipun ia selingkuh atau berbuat apapun, Yun Ji sudah tak perduli lagi. Pernikahan terpaksa yang ia lakukan, hanyalah bentuk sebuah formalitas. Nyatanya, Yun Ji acap kali menerima kekerasan dalam Rumah tangganya selama ini.
“Yun Ji-ya…” Yun Ji menoleh tatkala teman satu kuliahnya itu memantau namanya dengan cukup keras. Yun Ji bahkan tak tau, jika Park Sun Hee; temannya itu masuk kedalam Apartment-nya sejak tadi tanpa permisi.
“Hemmmm?”
“Kau tak masuk kuliah hari ini?”
“Aniya, aku sedang banyak pikiran.” Yun Ji sentak mengamit kartu undangan pernikahan itu dan tersenyum sinis.
“Semua Mahasiswa di Universitas kita ternyata sudah mendapat undangan pernikahan Yesung. Cah, mereka mendadak sekali.”
“Hummm… untuk itulah aku merasa ada yang aneh. Belum genap beberapa bulan aku berpisah dengan Yesung, tapi ia sudah ingin menikah. Hahaha, apa Yesung benar-benar ingin membalasku?”
“Yun Ji-ya…”
“Sun Hee-ya… bisakah kau membantuku menyelidiki ini? Tolong bantu aku mencari tau, apa yang telah terjadi pada Yesung setelah aku memutuskannya dan pulang ke Taiwan waktu itu.”
“Hahahaha. Baiklah, itu kerja yang cukup mudah.” Balas Sun Hee seraya menegak air dingin dihadapannya dengan sekali teguk. Yun Ji tersenyum sinis, betapa ia sudah tak sabar lagi mengetahui hasilnya.
                 ‘Yesung-ah… ini semua kulakukan karna aku masih mencintaimu…!’



***



@Moonlight Slurry Seoul –South Korea-




Tak pernah ada kata sepi dari Toko yang berjulukan ‘Bubur Pangeran’ ini. Selain memang tempat ini sudah terkenal dengan racikan bumbunya yang tak biasa, beberapa para pegawainya pun juga ikut menjadi daya tarik tersendiri. Tak ada pegawai yeoja disana, seluruhnya menggunakan tenaga para pria. Pria yang memang memiliki tingkat ketampanan yang cukup. Mungkin itu jugalah yang menjadi alasan Sohee untuk mampir ketempat ini setiap ia pulang Sekolah. Yah, setidaknya demi mengembalikan mood dengan hanya menatap seorang Lee Hyuk Jae.
BOSAN! Demi apapun, Sohee merasa sangat bosan akhir-akhir ini. Semua isi dalam keluarganya sibuk mengurusi acara pernikahan Yura dan Yesung yang akan sebentar lagi terlaksana. Sebenarnya, ia ingin membantu. Tapi, Sohee sadar, jika ia hanya dapat merusak pada akhirnya nanti.
“Leeteuk Oppa, kenapa Eunhyuk Oppa juga belum muncul sampai sekarang? Sebentar lagi aku harus pulang, dirumah pasti sangat sibuk.” Sohee mengaduk-aduk bubur dihadapannya dengan malas seraya menghela nafas dalam.
“Eunhyuk banyak pesanan. Seluruh yang pesan juga meminta Eunhyuk yang mengantar. Aku bisa apa?”
“Ah, baiklah. Aku akan pulang saja!”
“Hey, kau sedang tak punya kerjaan? Bukankah Oppa mu akan segera menikah? Seharusnya kau senang…”
“Benar juga. Tapi, Oppa… aku benar-benar minta maaf. Kami tidak bisa memesan bubur diacara penikahan Oppa. Toh, mana mungkin diacara penikahan seperti itu ada bubur.” Sungut Sohee membuat Leeteuk terkikik geli.
                 “Hahahaha, gwanchana! Ah ya… kalau boleh aku tau, siapa nama calon Kakak iparmu itu, Sohee-ya?”
“Nde?”
“Aku hanya ingin tau… kurasa, ia pasti cantik.”
“Benar, dia sangat cantik! Hummm… namanya YURA! KIM YU-RA.”
“MWO?” pekik Leeteuk tanpa sadar. Entahlah, dadanya cukup berdesir ketika mendengar nama itu.
“Waeyo Oppa?”
“Mwo? Ah… aniya. Hanya saja, nama itu seperti nama gadis yang kukenal. Hummm…”
“Benarkah? Oh ya Oppa, bagaimana jika kau dan Eunhyuk Oppa datang saja ke pernikahan Oppa-ku nanti?”
“Nde? Hey, Sohee-ya… memangnya kami siapa?”
“Aighoo… kalian temanku! Besok, Oppa dan Eunhyuk Oppa datang saja. Nanti, aku akan memberi izin masuk tanpa undangan. Tenang saja… aku akan mengenalkan kalian berdua dengan Oppa dan Yura Eonni, otthe?”
“Jeongmal? Apa kami pantas menghadiri pesta semewah itu?”
“Aighoo… tentu saja Oppa! Kalian wajib datang!” Sohee sentak tersenyum manis dengan tawa riangnya. Leeteuk menatapnya sendu. Sejujurnya, ia sangat penasaran dengan gadis yang bernama Yura itu. Entahlah, ia merasa sesuatu yang aneh saat ini.
                 ‘Yura… Kim Yura… apakah ada banyak gadis yang bernama seperti itu didunia ini?’


***



Tak ada satu kebahagiaan dalam hidup yang paling indah,
Kecuali mencintai dan dicintai…’



*When It All Began, Its Begin again!*


TENG…

TENG…

TENG…




Bunyi lonceng terdengar keras dari dalam ruangan ini, menandakan jika acara yang sejak tadi ditunggu-tunggu itupun mulai perlahan-lahan memasuki masa yang sebenarnya. GUGUP! Degup jantung beberapa orang yang berada diruangan ini pun sontak berdetak cepat. Mengharapkan, agar tak terjadi apapun dalam prosesi pernikahan ini sampai selesai acara.
Seorang namja berjas hitam itu tampak berdiri tegap dengan raut wajahnya yang sangat diam dipertengahan ruangan itu. Sudah sejak tadi, ia sesekali terlihat menutup mata dan menghela nafas. Entahlah, baru kali ini ia sangat amat merasakan kegugupan itu benar-benar nyata. Sebuah hari dimana Tuhan akan mengubah statusnya.
“Yura-ya…” desah Nyonya Kim tatkala pintu ruangan itu terbuka dan memperlihatkan sesosok seorang yeoja tengah berjalan dengan sinaran kecantikan yang benar-benar terpancar dari auranya. Semua orang menoleh, begitu pula dengan Yesung. Ia tampak menatapi dengan seksama langkah demi langkah Yura yang mendekat kearahnya. Gadis itu… kini ia tampak berjalan di Altar. Terlihat dengan jelas, wajah gadis itu memucat dengan getaran tubuhnya. Kim Yura… sesungguhnya dia gadis paling cantik didalam gedung ini sekarang.
                ‘Aku akan menikah?’
Gumam Yura yang entah mengapa malah ingin menangis saat ini. Ia akan menikah tanpa keluarga dan tanpa kedatangan orang tuanya. Entahlah, ada sesuatu yang seolah mendesaknya untuk mengeluarkan air matanya. Apa keputusannya sudah benar? Apa memang inilah keinginannya sebelum ia mengalami Amnesia? Dan apa memang Yesung lah namja yang selama ini ia impikan menjadi suaminya. Kini, itu semua mulai berkecamuk dipikiran Yura.
                 ‘Kenapa aku merasa bimbang? Ada apa denganku sebenarnya?’
Yura tak mendongak sama sekali untuk menatapi Yesung yang telah menunggunya tak jauh darisana. Ekspresi Yesung seolah sama dengannya; bimbang akan sesuatu hal yang tak mereka mengerti. Semua orang tak pernah mengerjap menatapi Yura yang sebentar lagi akan sampai ketempat Yesung. Sedikit lagi, mereka akan bertemu dengan saksi seluruh orang yang ada disini dan Tuhan.
“Ini—jagalah dia Yesung-ah…” Yura sentak teperanjat tatkala ia baru menyadari jika Appa dari Yesung sudah menjulurkan tangannya pada namja yang kini berdiri tegap dihadapannya itu. HENING! Sesungguhnya, sejak tadi kedua mata Yesung tak pernah lepas menatapi Yura.
“Aku berjanji…” balas Yesung pelan sembari mengambil alih tangan gadis itu untuk melangsungkan pernikahan ini secepatnya. Yura mendongak, mencoba berbicara pada Yesung melalui kedua manik matanya saat ini. Dapat Yura rasakan genggaman Yesung mengerat, seakan memberikan jawaban untuk menguatkan kegugupan yang kini dilanda keduanya.


***


Tampak disatu sisi, Eunhyuk mengerucutkan bibirnya kesal saat tadi Leeteuk dengan paksa membawanya keacara pernikahan ini. Acara yang sebenarnya sama sekali tak mengundang mereka, acara yang bahkan Eunhyuk yakini tak mengenal para pengantinnya itu. Jadi, untuk apa ia datang?
“Hanya sebentar Eunhyuk-ah, demi Soohee.” Tarik Leeteuk membuat Eunhyuk kembali memanjatkan doa tak sukanya pada Hyung-nya itu. Baiklah, sepertinya Eunhyuk mengalah. Dengan sedikit membenarkan letak jas yang kini ia kenakan, namja itu pun langsung keluar bersama Leeteuk.
Seperti apa yang dikatakan Sohee, kedua namja ini pun berniat hendak menuju taman depan ruangan itu. Menunggu Sohee datang, lalu masuk dan bertemu dengan pasangan pengantin itu.
“Eunhyuk-ah… kau tunggu disini saja, ne? Hyung akan mencari Sohee dan memanggilnya didalam.”
“Nde, jangan lama-lama. Aku sudah lapar! Jika saja disini tak ada acara makan gratis, aku pasti tak akan ikut kemari.” Sahut Eunhyuk kesal, membuat Leeteuk terkikik geli. Sesungguhnya, Eunhyuk bukanlah namja yang dapat mengeluarkan uangnya dengan mudah. Untuk itulah, selagi masih ada yang gratis, namja itu akan memilih hal gratis tanpa bayaran semacam itu.
Tampak kini Eunhyuk menyandar disebuah pohon, mengamati pintu gedung itu yang tertutup dengan seksama. Entahlah, tiba-tiba saja dadanya berdesir hebat saat ini. Entah karna apa…
Sedangkan Leeteuk? Kini ia mulai mencoba untuk menembus lingkaran gedung itu melalui jalan samping. Yah, seperti yang dijanjikan Sohee waktu itu padanya.
“Aish… Sohee-ya…” Ucapnya dengan nada yang masih pelan. Tak ada sahutan sama sekali, membuat Leeteuk mengubah posisinya untuk memanjat. Disana memang ada cela kecil seperti jendela, mungkin ia bisa melihat kedalam dengan harapan Sohee akan melihatnya.
Untunglah, Leeteuk menemukan sebuah kursi plastik untuk membantunya melihat apa saja yang terjadi didalam. Entahlah, ia seolah benar-benar sangat antusias untuk masuk kedalam gedung ini. Yah, mungkin hanya karna nama KIM YURA yang sempat dibicarakan Sohee kemarin padanya, Leeteuk menjadi begitu penasaran.
“Aish… dimana Sohee?” Leeteuk tampak sangat bingung menatapi beberapa orang begitu banyak tengah berjajar rapi didalam gedung ini. Sekalipun hanya melalui cela kecil, tapi Leeteuk sangat tau jika didalamnya memiliki jumlah ratusan orang kaya dengan barang-barang mewah. Tak perduli itu, Leeteuk terus memicing dan terus saja mencari sosok Sohee. Yang benar saja, Leeteuk akan memikirkan jika saat ini Sohee pasti berada dideretan depan bersama keluarganya yang lain.
KOSONG! Sepertinya Sohee tak berada disana. Leeteuk menghela nafas, bagaimana mungkin adik dari pengantin tak menyaksikan acara yang mungkin hanya satu kali seumur hidup itu terjadi? Baiklah, Leeteuk sontak mengalihkan pandangannya tepat kearah pengantin yang saat ini hanya dapat ia lihat melalui punggung mereka saja. Kepala Leeteuk memiring, mencoba untuk mencari tau bagaimana bentuk dan wajah dari Kakak dan calon Kakak Ipar Sohee itu.


***


Yura dan Yesung… kedua orang inilah yang memang menjadi pusat perhatian sejak tadi. Tak ada hal lain, seolah mereka bak sepasang Raja dan Ratu yang wajib untuk diperhatikan seluruh dunia saat ini.
Keheningan itu tampak teresap syahdu bersama angin-angin yang melintasi tempat ini, rasa kegugupan dan kehikmatan itu mulai melanda, seolah detik-detik ini adalah moment yang begitu berarti untuk diabadikan.
“Tak usah gugup, santai saja.” Bisik Yesung membuat Yura meliriknya sekilas. Rasa tegang itu mulai mencair seiring dengan genggaman Yesung yang semakin mengerat dan terus mengerat ditangan Yura.
“Kau tak gugup?” bisik Yura berbalik.
“Tidak sama sekali.”
“Cih, jangan-jangan kau sudah pernah melakukan seperti ini dengan yeoja lain. Jangan-jangan kau Duda yang—”
“Kau ingin diam atau aku akan menciummu sekarang, huh?” Yura sentak menatap geram kearah Yesung yang saat ini hanya menatap lurus kedepan. Sebenarnya, ini cukup dapat menjadi selingan singkat dalam keadaan tegang seperti ini.
“Apa kalian siap?” tanya seorang lelaki paruh baya itu seraya menatap Yesung dan Yura bergantian.
“Nde.” Sahut Yesung Tegas. Yura menoleh menatapnya, dadanya tampak terasa berdetak sangat cepat.


***


‘Akhir dari cinta…
Bukanlah Pernikahan, tetapi…
Kematian!’



Leeteuk tampak hendak menghentikan niatnya untuk mengintip seisi ruangan gedung itu. Entahlah, Sohee sepertinya benar-benar tak berada disana. Malah yang ada, ia hanya menatapi punggung dari kedua mempelai itu. Sungguh mmebosankan!
“Mungkin nanti saja aku bertemu dan melihat Kakak Sohee dan calon pengantinnya itu,” Leeteuk kembali menghela nafas dan memutuskan untuk turun.
“Awas saja jika aku bertemu dengan Sohee nanti. Ah… Eunhyuk pasti sangat kesal padaku, namja itu—” gerutuan Leeteuk sontak saja terhenti tatkala ia menatap kedua mempelai itu tampak berbalik untuk mengambil udara dingin sejenak.

#DEG

Tubuh Leeteuk menegang. Sepertinya, ia melihat sesosok wajah yang selama ini ia cari-cari bersamaEunhyuk. Kim Yura… sekalipun gadis itu kini berpenampilan berbeda dengan banyak Make Up yang menyentuh kulitnya. Namun, Leeteuk masih sangat amat jelas melihatnya. Yah, dia bukan hanya sekedar 3 atau 4 tahun mengenal Yura, tapi sudah sejak lama.
“Tidak… itu tidak mungkin Kim Yura yang kukenal!” Wajah Leeteuk memucat dengan picingan tajamnya. Baiklah, untuk beberapa waktu, wajah pengantin perempuan itu tak berubah. Tetap sama!
“Yura-ya…” desah Leeteuk yang sudah lepas kontrol saat ini. Ia tak sadar, jika ia hanya betumpuh dengan sebuah kursi plastik yang telah cukup rapuh. Namja itu terjatuh tepat diatas rumput-rumput hijau yang memang cukup melindungi tubuhnya saat ini.
“Apa itu—itu—” Leeteuk tak memperdulikan lagi rasa sakit yang ditanggung tubuhnya sekarang, seolah itu sudah tergantikan dengan rasa terkejutnya saat ini. EUNHYUK… hanya satu nama itulah yang saat ini terpikir dalam otaknya.


***


Ditempat lain, tampak kini Yun Ji terburu-buru memasuki sebuah klinik tempat Sun Hee berkerja. Setelah tadi ia mendapat telpon dari gadis itu tentang kesehatan Yesung, ia langsung meluncur tanpa memperdulikan lagi tujuannya untuk pergi menghadiri pernikahan Yesung dan Yura semenit yang lalu.
“Waeyo?” tanya Yun Ji tanpa basa-basi lagi.
“Yun Ji-ya…”
“Sun Hee-ya, aku sedang tak ingin bertele-tele. Katakan dengan cepat!”
“Hummm…”
“YA!”
“Yun Ji-ya… kau tau? Ternyata Yesung sempat mengalami koma selama seminggu waktu itu.”
“Mwo?” kedua mata Yun Ji sentak terbelalak lebar mendengarnya. Koma? Kecelakaan?
“Ini—hasil kesehatan Yesung yang kudapatkan di Rumah sakit tempat ia dirawat. Aku tak menyangka jika ternyata Yesung selama ini mengalami—”

BRAAAKKKK

“AMNESIA?” Pekik Yun Ji seraya menjatuhkan berkas-berkas itu dengan cepat. Matanya menerawang nanar dengan tubuh gemetar. Entahlah, ia merasa dunia seolah tengah mempermainkannya sekarang.
“Pantas saja dia tak mengingatku, pantas saja dia tak tau siapa aku dan—” tubuh Yun Ji lemas. Dapat ia rasakan otot-otot lututnya tak bisa lagi menampung tubuhnya saat ini.
“ANIYA! Aku harus menggagalkan pernikahan itu…” Yun Ji sentak kembali berusaha untuk kuat dan tegar. Ia masih sangat mencintai Yesung! Ia tak ingin namja itu direbut dengan cara seperti ini dengan yeoja lain. TIDAK…
Yun Ji terlihat mengambil cepat tasnya dan hendak berbalik untuk berlari. Namun seketika…


=TBC=