Tittle : “OUR RING!”
Cast : Yesung Kim, Kim Yura, Eunhyuk Lee, Kim Sohee, Park Yun Ji,
And Others
Rating : PG + 17 / Straight
This Story Original From @Jjea_
“ANIYA! Aku harus menggagalkan pernikahan itu…” Yun Ji sentak kembali berusaha untuk kuat dan tegar. Ia masih sangat mencintai Yesung! Ia tak ingin namja itu direbut dengan cara seperti ini dengan yeoja lain. TIDAK…
Yun Ji terlihat mengambil cepat tasnya dan hendak berbalik untuk berlari. Namun seketika…
‘Sangat dicintai oleh seseorang membuatmu memiliki kekuatan;
Sementara…
Sangat mencintai seseorang membuatmu memiliki keberanian…’
_“OUR RING!” PART 6_
Kicauan burung itu terdengar merdu berarak, seolah membawa sebuah keajaiban dibumi. Mereka lari dari kerajaan surga, lalu tiba di dunia ini untuk benyanyi dengan suara bergetar. Sesekali, tampak burung-burung itu mengepakkan sayapnya, lalu terbang kembali ke negeri asalnya. Apakah mereka pernah tersenyum? Tersenyum pada dunia yang selalu merintis tanda tanya besar.
*When It All Began, You and I!*
“Yun Ji-ya…” sergah Sun Hee cepat. Tangan kanannya tampak meremas kecil siku gadis itu dengan erat, seolah ingin mencegat Yun Ji pergi.
“Lepaskan tanganmu Sun Hee-ya, aku tidak mau pernikahan Yesung dan perempuan asing itu terlaksana. Aku tak ingin terlambat satu detik pun!” Yun Ji hendak menghempaskan tangan Sun Hee dari tubuhnya. Tampak sirat emosi dari pelupuk mata Yun Ji saat ini, betapa ia sudah tak sabar mengacaukan semuanya dan meminta penjelasan Yesung akan kecelakaan dan Amnesia itu.
“Jangan melakukan itu!”
“Mwo? Kau ingin aku diam saja, lalu menungg—”
“PERCUMA Yun Ji-ya! Kau tak akan bisa sampai tepat pada waktunya. Pernikahan mereka—sudah hampir selesai,” sela Sun Hee membuat Yun Ji kontan saja menghentikan tindakannya seketika.
“MWO?”
“Lihatlah ini—teman satu fakultasku datang ke acara itu dan merekamnya secara langsung.” Sun Hee menyodorkan sebuah Ipad kearah Yun Ji dengan helaan tak beratur.
“Ini…” Yun Ji sentak melemas seketika, menyaksikan secara jelas kedua anak manusia itu sedang mengucapkan janji pernikahan mereka disebuah ruangan yang begitu indah.
“Tidak mungkin!” Tubuh Yun ji kontan terhempas kelantai. Yah, kini air matanya pun mulai turun dan tak terkontrol lagi. Betapa ini—sangat amat menyakitinya! Benar, sesosok namja yang selama ini menjalin hubungan dengannya selama bertahun-tahun, bahkan dengan sekelumit masalah yang menghadang. Kini, telah menjadi milik orang lain. Entahlah, semua pengorbanan dan harapan masa lalu itu seakan nampak sia-sia. Toh, padahal mereka telah mati-matian menjaga hubungan perselingkuhan itu dibawah tekanan suami Yun Ji, dan berjanji untuk bersama-sama sampai Yesung rela meninggalkan semuanya dan menjadi simpanannya selama ini. Namun sekarang…
‘Yesung-ah…’
Tak ada yang dapat dilakukan Yun Ji saat ini, semuanya telah menjadi sebuah kisah klasik semata. Sejujurnya, Yun Ji sangat mencintai Yesung melebihi apapun. Ia hanya tak rela, kehilangan namja yang dulu sangat amat mencintai dan selalu menuruti keinginannya itu.
‘Aku tak bisa kehilanganmu sekarang, Kim Jong Woon!’
Yun Ji meremas ujung gaun yang ia kenakan seraya menangis keras. Sepertinya, raut wajah gadis itu tampak memperlihatkan semua emosi yang tak tertahan lagi. Sun Hee hanya menghela nafas menatapi tingkah Yun Ji saat ini. Ia tau betul, jika sahabatnya itu tak akan dengan mudah menyerah, bahkan hanya sekedar penghalang sebuah pernikahan.
***
TERLAMBAT! Mungkin perkataan Sun Hee memang benar adanya. Sekarang, ditempat ini, di dalam gedung ini, Yesung dan Yura tampak saling menatap sesaat setelah mendengar kalimat tanya dari sang pendeta.
“Apa kau bersedia?” ulang pemimpin pernikahan ini dengan seksama. Yesung tampak mengerjap seraya menghembuskan nafasnya palan.
“Aku bersedia.” Sahut Yesung seketika dengan nada yang begitu lantang. Yura menoleh kearahnya. Toh, dengan begitu secara tidak langsung Yesung sudah menyetujui sumpah, janji, dan ikatan kebersamaan itu bersamanya sampai—mati. Lalu bagaimana dengan Yura sendiri?
“Apa kau juga bersedia Kim Yura?” Yura merunduk! Ada apa ini? Kenapa ia seolah ragu? Kenapa ia seolah merasa ada sesuatu yang sedikit menjanggal hatinya? Sesuatu yang membuatnya ingin menitikan air matanya.
“Ak-aku…” perkataan Yura tercekat cepat. Entahlah, rasanya seperti ada sebuah beban kecil yang kini menaiki pundaknya. Beban yang seolah membuatnya merasa jika ini akan menyakiti banyak orang. Manyakiti? Mungkinkah perasaan Yura ini benar? Toh, tak ada yang tau jika Eunhyuk; kekasih Yura yang sebenarnya kini tengah berada diluar gedung ini dan menyandar disebuah pohon. Yura memang amnesia dan otaknya tak mengingat apapun, tapi bagaimana dengan hatinya? Tidakkah hatinya itu juga lupa dengan siapa saja ia berdebar?
‘Yura-ya… kau dimana sekarang huh? Kau tau? Dulu, aku ingin sekali mengajakmu ke gedung ini dan menikah seperti pasangan pengantin didalam itu. Tidakkah kau iri? Untuk itu, kembalilah…’
Eunhyuk tampak bergumam pelan seraya melipat kedua tangannya kedepan dada, menatapi pintu gedung pernikahan dihadapannya dengan nanar.
Angin berhembus kencang perlahan, melayangkan beberapa helaian rambut dan pakaian Eunhyuk yang kini ia kenakan sekarang. Entah mengapa, tiba-tiba saja musim berubah sedikit kelam. Yah, sama halnya dengan raut Eunhyuk saat ini. Baiklah, ini memang sedikit aneh, mengingat sekarang perasaanya tiba-tiba berubah buruk.
Buruk? Mungkin itu berbanding terbalik dengan kepanikan yang dirasa Leeteuk saat ini. Namja yang semenit lalu masih memucat terkejut itu, kini mulai tampak berlari untuk mencari sosok Eunhyuk. Ia tak tau bagaimana kelak, jika Eunhyuk mengetahui siapa KIM YURA yang kini tengah melangsungkan pernikahan didalam gedung itu. Yang ia tau hanyalah, Eunhyuk sangat mencintai Yura sejak dulu. Tak perduli bagaimana perasaan Yura padanya, bahkan ia masih tak mengerti bagaimana bisa Yura dapat berdiri didalam gedung itu dan menjadi seorang pengantin!
Yah, pengantin yang sekarang malah menjadi sorotan banyak orang. Betapa tidak, sudah hampir 2 menit yang lalu, Yura hanya terdiam tanpa menjawab pertanyaan pendeta itu sama sekali. Semua mulai bergemerusuk dengan bisikan-bisikan pelan.
“Apa kau bersedia Kim Yura?” pertanyaan itu kembali muncul dan terdengar. Yura semakin merunduk dalam, seolah bibirnya kelu untuk berucap pelan. Yesung menoleh kearahnya, menatapinya dengan tajam. Ia tak berkata apa-apa, hanya genggaman tangannya pada Yura lah yang seakan mewakili seluruh kalimat tanya dalam benaknya saat ini. Yura sadar dan tau betul akan arti pijatan pelan tangan Yesung pada genggamannya itu. Tubuh Yura bergetar, kenapa ia semakin ingin menangis sekarang?
“Kim Yura-shi?” semua orang mulai gamam. Kenapa Yura hanya diam saja?
“Lebih baik istirahat sejenak, jangan terlalu memaksaka—” perkataan Yesung yang ingin membelanya sentak tercekat cepat, saat tiba-tiba saja Yera menyela kalimatnya itu dengan…
“Aku besedia!” Gadis itu tiba-tiba mendongak. Dengan tenaga yang tadi ia kumpulkan secara berat, yeoja itu pun mampu mengucapkan kalimat singkat yang benar-benar bermakna ini.
“Akan aku ulangi. Hemm… apakah kau bersedia Kim Yura?”
“Nde, aku bersedia!” Kali ini Yura membuat Yesung sentak menatapinya dengan mata yang sedikit lebar. Entahlah, ada perasaan lega yang kini menggerogoti Yesung saat ini. Hampir saja yeoja itu membuat pernikahannya ini gagal, namun sekarang? Lihatlah, semua orang juga ikut menarik nafas leganya. Terutama Nyonya Kim, wanita paruh baya itu tampak menitikan air mata seraya sesekali sesunggukan. Ia benar-benar bahagia sekarang, apalagi kini Yura dan Yesung telah masuk kedalam pengakhiran acara.
“Baiklah, sekarang kalian sudah resmi menjadi sepasang suami-istri. Saling jaga dan lindungilah, semoga Tuhan merestui kalian. Yesung-shi… silahkan kau ci*m pengantinmu ini.” Ucap pemimpin pernikahan itu dengan senyuman manisnya. Yesung yang memang sedari tadi tak mengalihkan pandangannya pada Yura itu pun, kontan menarik genggaman mereka agar gadis itu menghadapnya. Yura tertunduk, ia semakin tertunduk kaku karna hal ini. Sungguh, air matanya sudah sejak tadi turun tanpa henti dan jeda. Ia sendiripun bingung, kenapa ia seperti ini.
Yesung melepaskan genggaman mereka. Tampak perlahan-lahan tangan kanannya itu terangkat dan menyentuh rahang Yura yang menegang. Gadis itu menangis, menitikan sekelebat air matanya dengan deras. Tanpa mengucapkan satu kata pun, Yesung sentak menyentuh dagu runcing yeoja itu dan mendongakkan kepalanya. Mau tak mau, Yura mendongak. Menyatukan kedoa bola matanya pada Yesung yang saat ini tengah menatapnya sendu, seolah ingin menenangkan tangisnya.
Sedetik kemudian, Yesung menggeser langkahnya kedepan. Menghampiri dan memeluk Yura dengan cepat. Mereka menikah! Ini seperti halnya sebuah mimpi, bahkan tanpa adanya ingatan dimasa lalu dari keduanya.
‘Aku telah menjadi seorang istri Kim Jong Woon? Aku sudah menikah?’
Gumam Yura tak menyadari jika tubuh Yesung merenggang padanya. Perlahan-lahan tapi pasti, wajah namja itu mendekat pada Yura, berdecak sebentar sebelum akhirnya menyatukan kedua daun bibir mereka. Yura tak mengelak, bahkan disaat ia sadar jika bibirnya bergetar hebat.
Yesung memegangi tengkuknya dengan satu tangan, sedangkan tangannya yang lain menahan pinggang Yura untuk lebih dekat dengannya. Baiklah, Yura sepertinya mengalah. Dibukanya perlahan daun bibirnya itu agar Yesung mampu menggapainya lebih dalam lagi. Manis? Mungkin tidak terlalu, Yesung malah merasakan rasa asin saat ini. Yang benar saja, toh ia bukan hanya mencium bibir Yura, tapi juga linangan air mata gadis itu.
Semua orang bertepuk tangan dengan riuh dan guratan kebahagiaan. Balon-balon biru nampak berterbangan diruangan ini, menyisakan sedikit nada riang dalam pencapaian awal kehidupan yang baru bagi Yura dan Yesung. Selesai sudah… acara inti yang sejak lama mereka laksanakan ini.
“Kau tau? Didunia ini tidak ada yang menjual air mata. Untuk itu, jangan membuangnya secara percuma,” bisik Yesung seraya menepikan pinggiran rambut Yura kebelakang telinga gadis itu. Namja itu tersenyum! Yura bahkan berani bertaruh, jika saat ini senyum Yesung benar-benar tampak berbeda dan terlihat sangat amat manis.
“Kau harus menuruti perintahku Kim Yura, dan tak boleh menentang. Kau ingat ini, jangan menangis lagi dihadapanku…” Yesung kembali mendekatkan wajahnya, mengecup kedua kelopak mata Yura yang reflek mengatup.
“Istriku…” lanjut Yesung, membuat Yura hampir tersedak sesunggukan tangisnya sendiri. Apa tadi ia tak salah dengar? Istriku? Jantung Yura sentak berdetak cepat, apalagi kini Yesung kembali tersenyum. Kenapa namja ini seolah sangat bahagia sekali hari ini? Bahkan sekarang, Yesung kembali merengkuh tubuh Yura kedalam dekapan eratnya.
‘Yah… aku tidak tau siapa jati diriku sebenarnya, bahkan aku tidak tau bagaimana ini dapat bermula. Tapi—sekarang nyatanya aku adalah istri seorang Kim Jong Woon. Mungkin ini memang kedengarannya gila atau apalah itu, yang pasti—hidupku sekarang berada pada tanggung jawab pria ini. Setelah aku ingat akan semua kenanganku, aku akan dengan cepat mengenalkannya pada keluargaku. Keluarga? Aku harap aku memiliki itu di masa lalu…’
Yura merekatkan kembali tubuhnya pada Yesung dan memejamkan mata. Untuk sejenak, ia ingin bernafas lega. Walau sekalipun, ia masih merasakan sebuah gundah yang ia sendiri tak tau itu apa.
***
Disatu sisi, tampak kini seorang namja tengah ikut bertepuk tangan saat ia mendengar suara riuh dari dalam gedung. Lee Hyuk Jae, namja itu kini tersenyum dengan begitu tulus.
“Sepertinya Oppa Sohee dan pasangannya itu sudah resmi menikah dan menjadi suami-istri. Kuharap, kalian bahagia…” desah Eunhyuk menghela nafasnya dan kembali tersenyum.
“Selamat,” lanjutnya singkat. Kembali, pikiran-pikirannya itu terfokus pada rencananya untuk menikahi Yura sebelum perpisahan itu terjadi. Betapa ia sangat merindukan sosok yeoja itu sekarang, setiap hari Eunhyuk tak pernah absen memutari berbagai tempat hanya untuk mencari Yura. Tsk!
Eunhyuk menatap nanar gedung itu, sampai seketika pintu utamanya bergerak dan terbuka lebar. Beberapa orang tampak mulai perlahan-lahan berjalan keluar, seolah meminta angin dari alam. Apakah acaranya sudah selesai?
“Ash… lalu dimana Leeteuk Hyung? Apa jangan-jangan dia sudah lebih dulu masuk ke gedung itu,” Eunhyuk mengumpat sebal. Untuk beberapa detik ia nampak berpikir akan sesuatu hal, sampai seketika perutnya mulai bergemerutuk kesal. Baiklah, Eunhyuk sepertinya benar-benar lapar sekarang.
“Sepertinya, ini sudah masuk ke acara makan,” Eunhyuk sentak melayangkan langkahnya untuk sedikit mendekat pada para tamu gedung itu. Setidaknya, ia sudah berpakaian rapi. Jadi, orang-orang tak mungkin mencurigainya sebagai tamu yang tak diundang. Eunhyuk menyeringai, semakin lama semakin dekat, entah mengapa jantungnya berdegup kencang. Mungkin ini hanya perasaannya saja atau bukan, tapi entah mengapa beberapa orang tamu yang keluar dari gedung ini seolah menyebut nama Yura.
‘Mungkin, aku memang sudah gila karna Yura, bahkan dimana pun aku berada, aku seolah selalu mendengar namanya…’
Eunhyuk tampak bingung sekarang. Kini, ia sudah sedikit berbaur dengan para tamu itu. Hanya beberapa langkah lagi, ia sudah dapat memasuki ruangan itu. Untunglah sekarang, pintu gedung ini memang sengaja dibuka lebar.
‘Ash… kemana Leeteuk Hyung dan Sohee?’
Eunhyuk tampak sedikit berjinjit diantara orang-orang ini. Tanpa sengaja, kedua matanya sontak terdiam lurus menghadap depan, tepatnya kearah kedua mempelai yang kini tengah saling bergandengan untuk menyapa dan mengucapkan terima kasih pada para tamu.
‘Itu—apa pengantinnya?’
Eunhyuk semakin mendekat untuk memperjelas penglihatannya. Sialnya, ia hanya dapat melihat wujud punggung mempelai wanita itu secara samar-samar. Toh, bukan hanya karna banyak tamu yang kini tengah menggerubungi mereka, tapi karna wanita itu memang sering sekali merunduk. Entahlah, Eunhyuk seakan kenal pemilik punggung indah itu. Yah, seperti…
“Eunhyuk-ah…” ucap seseorang seketika seraya memegang pundak Eunhyuk dengan remasan kecil. Kontan saja, namja itu menoleh dan menatapi Leeteuk tampak tersengal-sengal menghampirinya.
“Leeteuk Hyung, kau kenapa?”
“Ak-aku…” perkataan Leeteuk sentak tercekat saat kini ia menatapi ada ruang yang membuat kemungkinan Eunhyuk dapat menatap Yura sekarang. TIDAK! Leeteuk, tak mungkin tega memberi tau Eunhyuk saat ini.
“Kamana Sohee? Ap—”.
“Ayo kita pergi darisini Hyuk-ah…”
“Mwo? Tapi kita belum makan dan membungkus makanan mahal yang ada disini, Hyung.”
“Itu tidak penting! Kajja!” Tarik Leeteuk secara paksa, membuat Eunhyuk kebingungan sekarang. Kenapa Leeteuk sangat terlihat panik dan pucat? Baiklah, Eunhyuk hanya mampu menghela nafas dan menuruti perkataan Hyung-nya ini. Padahal sejujurnya, ia ingin berkenalan dengan pasangan pengantin itu.
“Hyung, kemana Sohee? Apa tidak sebaiknya kita—”
“TIDAK!” Sela Leeteuk seraya terus menarik Eunhyuk. Entahlah, Eunhyuk merasa jika saat ini Leeteuk terlihat seperti seorang suami yang menyeret istrinya pulang dengan paksa.
“Tapi bagaimana jika—”
“YA! Lee Hyuk Jae…!” Bentak Leeteuk, membuat Eunhyuk bergidik ngeri dibuatnya. Sepertinya, memang ada yang tak beres pada Leeteuk sekarang menurut Eunhyuk. Entah itu apa, sepertinya cukup pelik selama ia mengenal seorang Park Jung Soo.
‘Maafkan Hyung, Eunhyuk-ah… walau Hyung memang merasa jika itu bukan Yura, tapi tetap saja wajah dan namanya itu bahkan menyerupai. Hyung hanya tak ingin kau terluka sekarang…’
***
‘Jatuh cinta memang mudah.
Untuk dicintai juga memang mudah.
Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai
Itulah yang susah diperoleh…’
*When It All Began, Husband And Wife?*
Semenjak semua acara pernikahan itu selesai, Yura dan Yesung tampak diberkahi sebuah rumah pribadi dari Tuan Kim; Ayah Yesung. Dan 2 buah sepeda yang memang menjadi kendaraan pribadi kedua orang ini. Sepeda? Ok, sepertinya kedua orang tua Yesung sendiri masih sedikit trauma dengan kecelakaan yang hampir merenggut nyawa anak pertamanya itu.
BRAAAKKK
Yesung sentak menghempaskan jas hitamnya kesembarang, lalu membaringkan tubuhnya keatas ranjang. Sebenarnya, ini bukanlah rumah baru yang dibeli keluarga Kim. Namun memang, rumah ini dulunya menjadi rumah saudara sepupu Yesung yang berada di Jepang sekarang. Tatanan dan dekolarasinya begitu memadai dan tampak dekat dengan alam. Betapa tidak, sekeliling rumah ini dipenuhi tanaman-tanaman indah yang terlihat begitu terawat.
“Apa kita langsung pindah kemari?” tanya Yura dengan kedua alisnya yang terangkat.
“Wae? Tenang saja, Eomma sudah melengkapi seluruh perabotan rumah ini beserta isinya, dan ah ya… besok kita harus berangkat langsung ke Karibia…”
“Ke-ke Karabia? Untuk apa?” Yura sentak duduk disamping Yesung dengan bulatan matanya yang antusias. Yesung menghela, tampak ia bangun dan menatap Yura dengan gelengan ejekannya.
“Membuat Cucu untuk kedua orang tuaku.”
“MWO?” pekik Yura dengan lengkingan yang cukup kuat dimalam ini.
“Cu-cucu? Ma-maksudmu kita, aniya maksudku—kau dan aku—anak kita—”
“Bulan madu! Kau pikir apa yang dilakukan pengantin baru setelah menikah, huh?” Yura sentak diam. Bulan madu? Ia dan Yesung? Entah mengapa, tiba-tiba saja wajah Yura tampak memerah padam.
“Kenapa wajahmu?” tanya Yesung mendekat. Yura tampak dengan cepat berpaling dan mengubah posisinya.
“Ani… aniya.”
“Jangan-jangan kau sedang berpikir bagaimana kita bulan madu kelak, ohk?”
“Mwo?”
“Kurasa kau masih bocah untuk melakukan itu. Sudahlah, bahkan aku juga kurang tertarik padamu. Kau punya kekuatan tarzan, bagaimana jika nanti tubuhku malah membiru dan bahkan aku akan…”
“YA!” Bentak Yura yang sentak saja menginjak kaki Yesung dengan keras. Namja itu tampak meringis dan mengumpat kecil.
“Kau terlalu berlebihan Kim Jong Woon…!” Lanjut Yura dengan bibirnya berkomat-kamit tak jelas itu. Yesung ikut berdiri, namja itu tampak berdecak pinggang dan mulai menyeringai.
“Apa sekarang kau sedang ingin bermain denganku, huh? Hey, Kim Yura… aku sudah memperingatimu untuk memanggilku dengan sebutan Oppa, tapi lihatlah bibirmu itu. YA! Apa sebenarnya kau ingin menggertakku untuk berbulan madu sekarang?”
“MWO? MWORAGO? Hahahaha, Kau gila? Ash…” Yura sentak mengambil selimut dan bantal yang berada diatas ranjang itu lalu menghempaskannya kelantai.
“YA! Apa yang kau lakukan?”
“Kau hanya punya 2 pilihan sekarang, tidur diluar atau dibawah ‘OPPA’.” Tandas Yura dengan sedikit penekanan pada kalimatnya.
“Mwo? Hey… kau yang hanya punya 2 pilihan Kim Yura,” balas Yesung licik.
“Nde?”
“Menyuruhku tidur diluar atau aku akan menyentuhmu malam ini…” Kedua bola mata Yura sentak terbelalak kaget. Apa katanya? Menyentuh? Ancaman seperti apa itu?! Tapi tunggu, sepertinya Yura sedikit bergidik takut jika Yesung sudah menatapnya serius seperti ini. Namja ini sudah menciumnya beberapa kali, bukankah hal lain dapat mungkin ia lakukan?
“Hhhhh… arasseo, kita tidur bersama saja.” Pasrah Yura dengan nada frustasi.
“Tidur bersama? Siapa yang mengatakan itu? Hey, tarzan… kau tidur dibawah.”
“Mwo?”
“Wae? Apa kau juga akan mengancam menyentuhku malam ini, huh? Hahahaha…” ejek Yesung membuat Yura sentak menghembuskan nafas kesetanannya.
“Terserah kau saja! Aku lelah, aku mengantuk.” Balas Yura yang sentak kembali mengambil selimut dan bantal itu, lalu melompat keatas ranjang. Yesung melongo saat kini Yura seolah tengah memasang sebuah pembatas dengan bantal yang ia tumpuk dipertengahan ranjang itu.
“Jika sampai ada yang melanggar rambu-rambu pembatas ini, dia harus membayar uang sewa!”
“Ck! Kau kekanak-kanakan sekali, Kim Yera. Pasti kau terlalu banyak menonton drama pernikahan kontrak di TV.”
“Itu urusanku! Awas saja, jika nanti malam kau menyentuh-nyentuh tubuhku!”
“Cih, aku yakin kau yang akan menyentuh tubuhku!”
“Baiklah, kita lihat besok pagi!” Yura sentak mengibaskan selimutnya sampai menutupi kepala. Ia bahkan tak tau, jika kini Yesung tengah tersenyum seraya menatapi tingkahnya. Entahlah, Yesung merasa sangat senang saat menyadari, jika saat ia bangun dan membuka mata, akan ada sesosok gadis disampingnya.
“Tidurlah yang nyenyak…” Yesung mengecup singkat dahi Yura yang tertutup itu dengan lembut. Yeoja itu menegang, kenapa Yesung dapat melakukan hal yang malah dapat membuatnya tak tidur nyenyak?!
‘Aish… namja bodoh itu…’
Gumam Yura seraya memegangi jantungnya yang berdetak cepat dibalik selimut. Malam ini… adalah pergantian malam pertama mereka dengan status sebagai sepasang suami dan istri.
***
Pagi tampak menyambar indah bersama segelintir embun-embun dingin yang menetes dibalik didedaunan hijau itu, menyayupkan kekelaman malam yang seolah berputar untuk mengunjungi dunia.Yura tampak menguap sejenak, lalu membuka kedua matanya perlahan-lahan.
“Kenapa pagi cepat sekali…” desahnya pelan seraya mengusap punggung matanya itu dengan seksama. Sebenarnya, tubuh Yura hendak berniat untuk bergerak. Namun sepertinya, ada orang lain yang kini tengah mengikat bagian pinggang dan area perutnya hingga ia sedikit sulit untuk menggeliat.
Mata Yura mengerjap-ngerjap tak karuan dengan cangkangnya yang sedikit membesar sekarang. Tampak dengan jelas, ia menatapi tubuh Yesung yang kini tengah memeluk tubuhnya dengan erat. Terkejut? Yura memang sangat terkejut karna hal ini, namun sepertinya ia tak dapat berbuat apa-apa. Menatap wajah polos Yesung ketika terlelap, sepertinya membuat emosinya luluh. Kenapa disaat tidur saja, namja ini begitu tampan? Yura terlihat tersenyum kecil saat ini.
“Jangan terpesona seperti itu padaku…” ucap Yesung seketika, membuat Yura sontak menganga. Tampak gadis itu memalingkan tubuh dan wajahnya pada hal lain, seolah tak ingin tertangkap basah oleh Yesung.
“Si-siapa yang terpesona, huh?” Yura berniat hendak beranjak dari ranjang besar ini, sampai seketika tangan kekar Yesung telah kembali menahannya untuk tetap pada pose yang seperti ini; saling memeluk hangat.
“Masih pagi, kenapa terburu-buru? Bukankah kita pengantin baru? Wajar saja, jika bangun siang.” Gumam Yesung dengan tetap menutup kedua matanya. Yura mendengus pelan, sebenarnya jantungnya seolah ingin meloncat saat ini.
‘Aighoo… kenapa aku jadi merinding seperti ini?’
Gumam Yura seraya sesekali berusaha untuk memberontak dalam dekapan Yesung. Memberontak? Sepertinya tidak terlihat seperti itu, mengingat kini tangan Yura yang menyergah Yesung tampak mau tak mau.
“YA!” Bentak Yura dengan nada yang dibuatnya kesal.
“Pesawat kita berangkat sore ini, kau sudah menyiapkan semua perlengkapan yang harus kita bawa, hem?” Yesung nampak semakin melilit tubuh Yura menggunakan tangan dan kakinya. Namja itu perlahan-lahan membuka kedua matanya, dan mengerjap-ngerjap singkat.
“Ap-apa benar kita akan pergi berbulan madu?”
“Menurutmu?” Yesung tersenyum singkat, seraya merubah posisinya menatapi wajah yeoja ini dari arah bawah tubuhnya.
“Changkam… kurasa, kenapa kau semakin mesum saja, ohk?”
“Haha…” Yesung sentak tertawa kecil mendengar lontaran polos dari Yura kali ini.
“Gadis bodoh, kau pikir aku bersedia menikahimu untuk hal apa huh?”
“Mwo? Apa maksudmu?”
“Sudahlah, cepat bereskan semua keperluanku dan kita akan bergegas ke Bandara.”
“Kau tak ingin sarapan lebih dulu?”
“Hummm… yah, itu juga harus kau lakukan.”
“Kalau begitu, cepat menyingkir dari tubuhku! Bagaimana aku bisa melakukan semua itu, jika tubuhmu masih—”
“Sebentar…” sela Yesung seraya sedikit merundukkan kepalanya.
“YA! YA! YA! Kau mau apa?”
“Bersedekah…” balas Yesung sembari mengecup pelan bibir gadis itu dan tersenyum singkat. Tubuh Yesung perlahan-lahan kembali ketempat semula, seakan berniat untuk menutup matanya kembali. BERSEDEKAH? Mungkin, pemberian ciuman inilah yang disebut Yesung bersedekah. Toh benar, itu juga sama-sama memberi, yang terpenting hanyalah ikhlas dan tak ikhlasnya, bukan?
“Sekarang pergilah, kerjakan semua perintahku,” Yura sontak saja menganga lebar saat tadi ia dapat merasakan bibir Yesung ketika ia bangun pagi. Gila, bahkan sekarang namja itu dengan cepat merubah sikapnya menjadi menyebalkan lagi.
“YA! Kau menunggu apa lagi? Ayo sana…” dorong Yesung, mambuat Yura benar-benar tak percaya atas perlakuan namja tak punya otak ini. ANEH! Mungkin, memang benar Yesung memiliki dua kepribadian sekaligus.
“Kau sepertinya sakit jiwa!” Umpat Yura seraya beranjak dan pergi kearah dapur rumah ini. Untunglah, Nyonya Kim setidaknya telah mengisi beberapa isi kulkas mereka dengan lengkap.
Yesung tampak terkikik sejenak, tatkala mendengar umpatan sebal Yura mengarah padanya. Benar, apakah yeoja itu tak tau jika Yesung bersikap seperti ini karna ia ingin menutupi rasa malunya? Bahkan tak pernah terpikir oleh Yesung sebelumnya, jika kini ia sudah memiliki istri yang bisa ia mainkan kapanpun ia mau.
PIP… PIP…
Ponsel Yesung tampak bergetar diatas lemari sisi kiri ranjangnya. Tak ada niat namja itu mengangkat, ataupun sekedar menjangkau ponselnya itu. Sejujurnya, Yesung adalah namja yang sangat tak suka diganggu dalam kondisi apapun.
PIP… PIP…
Lagi-lagi ponselnya itu bergetar, memberikan sedikit bunyi getaran yang cukup membuat telinganya pusing. Yesung menghela nafasnya dengan kasar, seraya menjulurkan tangan kanannya untuk menjangkau badan ponsenya itu.
“Yeobosseyo…” jawabnya malas.
“Yesung-ah…” Yesung yang tadinya masih sempat-sempatnya menutup mata, kini malah membelalakan kedua matanya lagi. Ia diam, mendengar suara yang sepertinya benar-benar tak asing lagi baginya itu.
“Ini aku Park Yun Ji, kau ingat?”
DEG
Jantung Yesung sedikit berdesir ketika kedua telinganya menangkap nama itu melalui suara lembut ini. Suara, yang entah mengapa membuatnya sedikit merasa nyaman.
“Ah, tentu saja Yun Ji-shi. Hummm…”
“Yesung-ah,”
“Nde? Ada apa kau menelponku? Apa ada hal yang perlu kubantu?”
“Kau bisa ketempatku sekarang?”
“Huh?”
“Sebentar saja,”
“Tapi aku tidak bisa, aku dan Yura akan—”
“Kumohon… aku hanya ingin bertemu dan melihatmu.” Yesung nampak tertegun tatkala kini ia mendengar isakan pelan dari Yun Ji diseberang sana. Entahlah, ia sedikit sulit untuk menolak, ketika mendengar tangisan ini.
“Hummm… baiklah, sebentar saja.”
“Geurae, aku akan memberimu pesan alamat Apartment-ku.”
“Nde.” Yesung sentak mematikan flip ponselnya dan tertegun sejenak. Perasaanya tiba-tiba saja bimbang. Ada sesuatu yang seolah ingin mendesaknya cepat pergi ke tempat Yun Ji, tapi ada sesuatu hal lagi yang seolah menahannya untuk tak pergi. Yesung menghela, sebenarnya ia cukup penasaran tentang hubungan Yun Ji pada masa lalunya dulu.
“YA! Ini sarapanmu—aku hanya membuat roti bakar.” Hentak Yura, membuat Yesung kontan membuyarkan pikirannya dengan menoleh kearah gadis ini. Yesung trdiam sejenak, menatapi wajah Yura yang begitu teduh dimatanya.
“Aku akan pergi sebentar, apa kau bisa menungguku di Bandara?”
“Mwo? Memangnya kau akan pergi kemana?”
“Ah… itu—tadi—teman fakultasku meminta bertemu sebentar, dia mengatakan urusannya cukup penting dan harus bertemu denganku segera.” Bohong Yesung dengan sedikit gagapannya.
“Biar aku ikut saja…”
“Tidak usah, ini urusan kami. Setelah selesai membereskan semuanya, kau langsung saja pergi ke Bandara, ne? Aku akan menyusulmu disana.”
“Tap—”
“Aku mandi dulu…” sela Yesung cepat seraya beranjak dan berlalu kearah kamar mandi. Yura menjetikan alisnya bingung, seolah tak rela jika ia harus disuruh menunggu di Bandara! Entahlah, mengapa Yesung lebih memilih berbohong padanya kali ini.
***
Disatu sisi, tampak kini Yun Ji tengah terduduk disebuah Bath Room yang berada di Apartment-nya ini. Sudah sedari tadi ia seperti itu, menangis, menangis, dan menangis. Ia tampak benar-benar menyesal akan semua keputusan yang ia ambil selama ini. Menikah dengan orang lain, dna meninggalkan Yesung tanpa berpikir ulang.
‘Yesung-ah… aku membutuhkanmu sekarang. Aku hanya ingin kau berada disampingku hari ini, dan meningggalkan semuanya lebih dulu. Yah, sama halnya seperti dulu, saat kau rela meninggalkan apapun untukku. Yesung-ah… aku mencintaimu, aku ingin kau tau jika kau juga sempat menyukaiku…’
Gumamnya Yun Ji dengan nada yang cukup depresi.
=TBC=
No comments :
Post a Comment