FF “And I Love You” Part 9
Author : Kim Yeon Young (@DeanClouds)
Cast : Kim Jong Woon, Kim Yura ( OC )
Support Cast : Lee Donghae, Kim Young Woon / Kangin, Kim Kibum/ Key
Genre : Romance, Friendship
Ratting : PG-16
Ps : Banyak Typo. Pasti!!! gag diragukan lagi, karena aku ngetiknya juga sambil nyuapin yesung *apadeh -___-”
Datang lagiiiiii~ semoga gag bosen ya dengan author yang sedikit Aneh, ingat sedikit. Tidak banyak *plakk * dikarenakan akukan Istrinya Yesung yang tertular virus Aneh-nya dia. Kkkkk~
Okelah dari pada banyak kata…
Happy Reading
Jongwoon POV
“kalian sedang apa?” Suara itu yang berhasil menjauhkan t*buh Yura dariku. Tangannya melepas genggaman tanganku. Dan saat itu kami sama-sama menoleh.
“Donghae oppa” kata Yura pelan. Donghae menatapku dan Yura bergantian seakan-akan menebak apa yang barusan kami lakukan. Biar saja, sekalian dia tahu, bahwa aku juga mencintai Yura.
“Kau untuk apa disini” tanya Donghae padaku.
“Dia ingin bertemu Kangin oppa, tapi Kangin oppa sedang keluar kota. Jadi-”
“Ohh…ne!! umm kajja, kita berangkat. Kau sudah siap bukan…” tanya Donghae pada Yura. Kyaaa Yura-ya kenapa kau berbohong. Apa benar kau takut kehilangannya. Benar kau sudah tidak mempunyai rasa walaupun sedikit untukku.
Yura menatapku sekarang.
“Jongwoon oppa, aku akan pergi dulu. Kau pulanglah. Kangin oppa baru besok kembalinya” kata Yura padaku. Aish Jinja!!
“aku bukan menunggu Kangin tapi aku menunggumu”
Yura terkejut saat aku berkata seperti ini, dan juga Donghae dia menatapku penuh tanya. Aku tahu ini waktunya, tapi segalanya sangat kacau sekarang. Aku ingin menarik tangan Yura agar tidak jadi pergi dengan Donghae.
“mw-mwo!! jangan menungguku. Aku pergi dulu” kata Yura seraya meninggalkanku… ya!! dia meninggalkanku yang sedang terpaku sendiri disini. Aku menatap punggunya yang menjauh serta pinggangnya yang masih dipeluk oleh pria itu. Hey itu milikku….Ahh aku seperti oraang bodoh saja.
“jangan menungguku. Apa itu jawabanmu Yura-ya” kataku sendiri. Aku teduduk lemas didepan pintu rumahnya. Menunduk dan mencoba menghadapi kenyataan yang sebenarnya. Ini akhirnya?? Key-ya, harapanmu musnah sudah.
Yura POV
“kau baik-baik saja” tanya Donghae padaku saat aku masih shock dengan apa yang dilakukan Jongwoon padaku.
“Ahh..aku baik-baik saja.” jawabku. Aku melihat Jongwoon dari spion mobil Donghae. Dia berdiri masih menatapku. Beruntung Donghae tidak melihat saat kami berci*man. Entahlah, kenapa Jongwoon tiba-tiba menci*mku tadi. OMO!! bahkan b*birnya masih terasa dib*birku. Ci*man yang waktu dipantai saja aku belum melupakannya, dan sekarang dia juga menci*mku. Apa yang dia rasakan sekarang terhadapku. Apakah dia mencintaiku. Anniya!!
“Umm… Eomma menanyakanmu, Appa juga. Kapan kita akan menikah”
Deggggg……
Kata-kata Donghae barusan membuatku seperti baru menghantam batu besar didadaku. Menikah dengannya? Dengan Donghae?? aku menatapnya yang masih menyetir disebelahku.
“tapi aku-”
“kau bisa belajar mencintaiku saat kita dalam pernikahan. Bukankah nanti kita juga hidup bersama? Hum?” kata donghae lagi. Ya Tuhan apa ini? Sungguh aku tidak tahu apa yang harus aku katakan poada Donghae. Aku belum pernah mencintai lelaki manapun selain Jongwoon. Ya!! aku tidak ragu lagi, aku mencintainya. Masih mencintainya.
“eum….apa harus buru-buru menikah?” tanyaku.
“kesehatan Appa menurun. Ia ingin melihatku menikah. Eumm minggu depan, akan ada acara di Paris. Appa menyuruhku mengajakmu kesana. Dan kita akan bertunangan di Paris. Bukankah itu hal yang indah?” Donghae tersenyum menatapku. Senyum yang manis tapi dia tidak tahu bagaimana perasaanku sekarang.
“Bertunangan, minggu depan. Kenapa begitu cepat?” gumamku pelan. Aku lalu menatap cincin yang diberi Jongwoon saat ditaman. Aku tersenyum miris melihatnya, cincin ini akan terganti oleh cincin Donghae. Jongwoon oppa, bantu aku. Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Aku menatap wajah Donghae dari samping, dia pria yang baik padaku. Apa aku tega melukainya setelah aku berjanji akan belajar mencintainya.
__oOo__
Author POV
Pagi ini Yura malas sekali walaupun harus pergi Kekantor kakaknya Kangin. Sudah beberapa hari ini dia tidak kekantor Jongwoon dan juga tidak bertemu dengannya. Rasa rindu muncul dihati Yura. Walaupun kecil, tapi tidak ia pungkiri ia sangat ingin bertemu Jongwoon. Tapi ia urungkan niatnya. Tidak ada guna lagi bertemu dengannya, karena sebentar lagi ia akan ikut keParis bersama Donghae. Entah sampai kapan ia ada diParis, sampai menikah mungkin.
“kau murung akhir-akhir ini, wae?” tanya Kangin yang muncul dihadapan Yura yang sedang mengaduk the untuknya.
“Euh, anniya!! aku sedikit pusing saja” jawab Yura berbohong.
“Kau dan Donghae “
Yura menatap kangin dengan sedikit terkejut, kakaknya tahu akan masalahnya. Ya sebelumnya memang Donghae sudah diperkenalkan dengan Kangin olehnya, tapi sepertinya Kangin tidak sebegitu menyukai hubungan mereka.
“pikirkan baik-baik sebelum kau salah mengambil langkah. Oppa tidak melarangmu tapi menikah dan membangun rumah tangga tidak perlu tergesa-gesa. Ne?” kata Kangin yang cukup bisa membuat Yura tercengang. Ia bingung kenapa kangin tahu.
“pemuda itu yang bilang padaku, dia akan segera menikahimu bukan?” tanya kangin lagi. Yura hanya dapat mengangguk lalu menunduk. Entahlah sikap apa yang harus dia ambil. Ia tidak mungkin begitu saja berpisah dari Donghae. Tapi intuk menikah dengannya, bahkan hati Yura masih terpaut dengan lelaki yang sama sekali belum menyatakan bahawa ia ingin memiliki Yura.
“Eumm…aku yakin ini yang terbaik. Aku tidak mungkin mengharapkan yang tidak pasti. Lambat laun aku pasti bisa melupakannya. Dan belajar mencintai Donghae” kata Yura pada Kangin. Tapi dalam hatinya, ia yakin ini amatlah sulit. Sangat sulit.
Bahkan semua tentang Jongwoon, s*ntuhan, ci*mannya. Sangat melekat dihati dan pikirannya. Tidak semudah itu ia akan melupakan pria yang selalu ia cintai.
“Yura-ya. Oppa tahu ini sulit bagimu tapi, ke Paris dan bertunangan dengannya bukankah itu akan-”
“kangin oppa tidak tahu bagaimana rasanya cintamu tak terbalas. Aku yakin Donghae juga merasakan sama yang aku rasakan pada Jongwoon. Makanya aku tidak ingin dia sakit sepertiku” kata Yura. Matanya sedikit memerah. Dia menahan air matanya agar tidak jatuh.
“tapi itu sama saja melukai dirimu juga Yura-ya”
“Arasseo!! biarlah aku yang menanggungnya. Aku yakin aku kelak pasti bahagia.” kata Yura mencoba tenang. Kangin yang tahu adiknya ini sangat menderita. Ia bangkit dari duduknya dan menghampiri Yura.
Greppp..
Kangin memeluk t*buh mungil Yura, mengusap punggung adiknya dengan pelan. Ia yakin Yura butuh seseorang lelekai untuk sandaran hatinya. Tapi mau bagaimana lagi sepertinya semuanya sudah terlambat.
Yura meneteskan air matanya kepundak kangin. Ia tahu ia akan merasakan sakit sepanjang pernikahannya nanti dengan Donghae. Tapi, ia tidak bisa menolak Donghae. Apakah ia harus menanti Jongwoon.
“katakan pada Jongwoon yang sebenarnya, bahwa kau mencintainya sejak dulu”
“shirheo” kata Yura masih terisak.
“shirheo” kata Yura masih terisak.
“setidaknya, sebelum kau menjadi milik Donghae seutuhnya. Kau sudah lega, tidak menyimpan rasamu itu”
“biar aku pendam sendiri seumur hidupku. Aku tidak mau dia membenciku. Jongwoon, aku tau sifatnya. Dia begini denganku hanya karena dia masih menganggapku adiknya, gadis kecil yang manja, ceroboh. Dia tidak pernah melihatku sebagai wanita” kata Yura pelan.
Sepertinya menuangkan kata-kata ini pada kangin dianggap nyaman olehnya. Yura tidak tahu bahwa kangin sudah membocorkan pada Jongwoon yaitu Yura menyukai Jongwoon sejak dulu.
__oOo__
Jongwoon masih belum konsen dengan pekerjaannya. Sesekali ia melihat meja yang kosong dihadapannya. Biasanya ada Yura disana dengan setumpuk map yang ia kerjakan. Tapi beberapa hari ini memang Yura tidak kesini. Jongwoon juga tidak berusaha menghubunginya.
Jongwoon berpikiran, sudah tidak ada harapan. Yura telah menjadi milik lelaki itu, bagaimanapun posisinya nya salah. Ia akan dianggap merebut calon istri orang. Pikirnya. Tapi perasaannya ke Yura tidak bisa ia hentikan begitu saja.
Yura bahkan sanggup memenuhi pikiran Jongwoon bertahun-tahun, walaupun Yura keParis 4tahun yang lalu.
“Arghhh….Aish Jinja!?” gersahnya. Ia kesal pikirannya tidak karuan. Ia melirik arlojinya. Waktunya menjemput Key.
Hyuk jae yang melihat kelakuan bos nya hanya menggeleng pelan.
__oOo__
Jongwoon begitu cepat mengemudikan mobilnya. Dan sebegitu ia sampai kesekolah key. Dilihatnya ditempat key biasa duduk. Tidak ada.
“obseoyo…” gumamnya. Ia lalu menghampiri guru key yang berdiri tidak jauh dari tempatnya.
“Eumm, seonsangnim. Key eodiseoyo?” tanya Jongwoon.
“Ohh..Key. Dia dijemput wanita yang dulu pernah menjemputnya. Katanya mereka sedang ada direstoran depan langganan kalian. “ jawab Guru key.
Jongwoon tampak berpikir, wanita yang dulu. Apakah yura? Pikir Jongwoon.
Jongwoon POV
Aku melangkahkan kakiku menuju tempat dimana Key dan yura duduk. Aku dapat melihatnya dari sini. Key tertawa begitu riang dengan Yura. Aku melihatnya ini seperti sebuah keluargaku yang bahagia. Tapi tidak mungkin dapat terjadi.
“Appa…..” teriak key saat melihatku masuk. Ya kami memang sering makan disini. Dimana lagi kalau bukan di restoran Ryeowook teman Yura itu.
“Ne..” aku berjalan menghampirinya dan duduk disebelah key. Berhadapan langsunu dengan Yura.
“Key, kau membuat appa cemas. “ kataku pada key. Yura menatapku dan aku juga menatapnya. Sial!! jantungku kambuh lagi, detakannya sangat kencang. Baiklah normalkan lagi Jongwoon-ah. Jangan sampai ia mendengarnya.
“Mianhae.. aku menjemput Key tanpa seijinmu” kata Yura sedikit menyesal.
“Gwenchana. Kalau kau yang menjemputnya aku yakin key baik-baik saja” jawabku. Aku menatapnya. Dia sedikit pucat. Apa dia sakit.
“Appa, kajja makan. Yura nuna yang memasakknya sendiri?” kata Key. Mwo? Masak bukankah ini direstoran?
“ne, aku yang menjadi koki buat Key. Aku sengaja memasaknya didapur restoran. Apa kau lupa, pemilik restoran ini-”
“Ara!! dia teman baikmu, Ne” kataku menyela kata-katanya. Kkkk~ lihatlah dia mengercutkan bibirnya. Omo!! dia begitu lucu.
“Kau mau yang mana biar aku ambilkan..” katanya. Mwo?! Kenapa dia jadi baik padaku. Padahal rencanaku tadi adalah memarahinya karena tidak pernah sms atau datang kekantorku. Tapi melihatnya begini, aku mengurungkan niatku. -_____-”
“Eumm, aku mau yang itu” kataku sambil menunjuk daging panggang buatannya. Yura tersenyum kemudian dengan senang hati menaruhnya dimangkokku. Aigoo!! Yura-ya, apa ini sebenarnya. Kenapa seolah kau juga masih menyukaiku.
“Ya, kau tidak mau menyuapiku. Key saja kau menyuapinya” kataku menggodanya. Aku yakin ia akan menolak. Jelas. Aku hafal sifatnya.
“Buka mulutmu….” katanya padaku. Ya!! apa aku mimpi. Yura tidak protes saat aku menyuruhnya. Tapi kenapa aku takut. Takut ini tidak akan terulang lagi. Pelan-pelan aku membuka mulutku dan saat itu Yura menyuapkan daging padaku.
Tapi, kalian tahu. Dia begitu jail. Ternyata dia menyuapkanku tidak hanya seiris bahkan tiga iris daging yang membuat mulutku penuh dengan daging. -___-”
“Kkkkk~” Key tertawa dengan keras bersama Yura.
“Yaa!! afa ada yang luchuuu….” kataku sambil sedikit mengunyah makanan dimulutku.
“Aigoo!!! Jongwoon oppa neomu kyeopta” kata Yura lalu tertawa lagi. Aish Jinja!!
“Ya!!!” pekikku kesal.
Yura dan Key tertawa puas melihatku kesal. Aku dengan kesal melahap makanan yang ada dimeja.
“Jamkanman…” kata Yura. Dia menatapku. Aku bingung akan tatapannya. Tangannya dengan lembut mengusap sudut bibirku. Hingga beberapa detik aku sulit bernafas.
Degg….
“kau makan seperti anak kecil. Tsssk!!!” katanya lalu duduk kembali. Senyumnya. Omo!! aku semakin terpesona olehnya. Ya Tuhan, bagaimana kalau Yura benar-benar jauh dariku. Apa aku bisa melewati hariku tanpa dia?
“Eummmm… gomawo” jawabku pelan. Dia tersenyum kearahku lalu menyuapkan makanan dimulutnya.
“mmmashita…. seandainya setiap hari nuna bisa memasakkan untuk Key. Key pasti senang. Aku ingin setiap hari ada eomma yang memasakkanku makanan. “ kata key tiba-tiba. Membuattku dan juga Yura sama-sama menatap.
“Key-ya. Kan ada Eommonim yang memasak buat Key” jawab Yura. Kini mataku menatap Key. Dia tampak ingin Yura ada disisinya.
“Key-ya, kau mana boleh begitu. Yura nuna mempunyai kehidupan sendiri. Kau tidak boleh bicara seperti itu lagi.” kataku meyakinkan key. Aku tahu mana mungkin Yura mau menikah denganku. Ada laki-laki lain yang menurutnya lebih baik dariku.
“ne, aku memang akan memiliki kehidupan sendiri. Apa kau bahagia saat aku memiliki itu semua?” tanyanya balik padaku. Jinja!! tatapan matanya mengarah kearahku. Omo!!
Aku tidak menjawab, hanya diam yang aku bisa saat ini. Aku tidak mau kau memilki kehidupan lain jika tidak bersamaku. Tapi aku bisa apa??
__oOo__
Key langsung pulang dan disambut oleh eommaku. Saat aku akan masuk kemobil dan kembali lagi kekantor.
“Appa!! “ panggil key.
“mwo?”
“Eumm…tanyakan pada Yura nuna, apa besok masih bisa menjemput Key?” kata key sedikit ragu-ragu. Ada raut kesedihan dimatanya. Apa ia benar-benar merindukan Yura. Baru saja bertemu tadi?
“Ne, tentu saja. Kalau Key mau, Yura nuna pasti akan menjemput key.” kataku padanya.
“Anniya!! katanya ini terakhir Yura nuna menjemput Key dan bertemu key.” jawab key. Aku semakin bingung dengan key.
“Mwo? Yura nuna bilang begitu?” tanyaku memastikan. Key mengangguk pelan. Ia menggembungkan pipinya.
Aish!!Key-ya. Jangan bersedih seperti itu. Yang kau rasakan sama seperti appa rasakan. Kita sama-sama membutuhkan Yura.
Aku memeluk key, dan mengusap rambutnya.
“tenang, kan masih ada Appa. Jangan sedih ne?!” kataku menenangkannya.
“key sedih, Yura nuna akan keParis…” aku mencoba menelaah kata-kata key. Paris. MWO!!
aku melepas pelukanku. Lalu menatap Key.
__oOo__
Yura POV
Aku menatap mobil Jongwoon dan key yang menjauh dan semakin hilang dari pandanganku. Aku tahu pasti dia tidak mengira aku akan pergi lagi. Tapi ini semua adalah keputusanku.
Rencana dua hari lagi kami akan berangkat. Ahjusshi terus saja menanyakanku. Aku jadi tidak enak dengan keluarga Donghae oppa. Bagaimanapun dia sudah begitu baik menerimaku yang sudah pasti belum bisa mencintainya.
Aku sengaja tidak memberitahunya lagi, kepergianku kali ini. Aku tahu dia memang sudah nyaman hidup seperti ini. Tidak perlu lagi ada aku. Hhaaah!! siapa aku? Aku bukanlah siapa-siapanya. Akulah orang yang pertama bahagia jika Jongwoon juga bahagia. Akulah orang yang pertama menangis jika ia juga menangis. Walau ia tidak tahu, bagaimana perasaanku padanya.
Aku masih betah duduk disini. Dihalte ini. Menikmati udara Seoul yang akan aku tinggalkan untuk kedua kalinya. Aku sengaja tidak balik kekantor, aku bosan suasana disana. Hhhh…pasti kangin oppa mencariku. Aku merogoh ponsel disaku blazerku.
Dan!! yakk!! sial, ternyata ponselku mati. Aku lupa mencharge tadi malam. Sepertinya sifatku ini sulit dihilangkan. -____-”
Aku melirik jam ditanganku. Ternyata sudah pukul 5 sore. Ke sungai Han pasti menyenangkan disana.
__oOo__
Author POV
“Kangin-ah…..jebal yang kau katakan tadi itu semua tidak benar, ne?” tanya Jongwoon memastikan pada Kangin saat Jongwoon bertanya apakah Yura akan ke Paris dengan Donghae. Dan mereka akan segera menikah. Kangin mengatakan yang sebenarnya.
“Ne, aku serius!! Jongwoon-ah, aku mengenalmu sudah lama. Aku tahu kau takut membina hubungan lagi setelah apa yang terjadi padamu. Tapi setidaknya berterus terang, itu lebih baik” jawab Kangin pada Jongwoon.
Jongwoon menatap kedepan, menatap langit yang akan berubah menjadi malam.
Jongwoon menatap kedepan, menatap langit yang akan berubah menjadi malam.
Keduanya tengah duduk disebuah bangku ditaman belakang rumah Kangin. Jongwoon meremas pelan rambutnya. Ia gusar. Apakah ia salah telah menyadari perasaanya disaat semuanya akan terlambat.
“aku tahu perasaanmu sejak dulu pada Yura, tapi kau baru menyadarinya. Kau itu lebih suka menatap orang yang kau cintai dari jauh. Itu sifatmu bukan?”
Jongwoon menunduk, lantas ia mendongak, matanya mengerjap dan jari mungilnya mengatup dibibirnya. Entah ia tidak kuat untuk menjawab pernyataan Kangin. Itu semua benar.
“Kapan ia berangkat?” tanya Jongwoon.
“Lusa…mungkin sekarang ia sedang menikmati indahnya kota Seoul sebelum ia meninggalkan kota ini lagi”
“jangan katakan itu Kangin-ah…” Jongwoon merasa sakit kala mendengar kata-kata bahwa Yura akan pergi lagi. Kangin menatap sahabatnya, ia tersenyum miris.
“jangan kecewakan aku sebagai sahabatmu. Kau sudah aku anggap sebagai saudara. Tapi kalau Yura lebih memilih pria itu, aku bisa apa?hum….”
Jongwoon mendengus kesal. Pria itu begitu beruntung mendapatkan Yura. Tapi apa aku salah jika menyatakan aku mencintainya, ingin memiliknya. Batin Jongwoon.
“nyatakanlah apa yang ada dihatimu. Setidaknya kau akan lega setelah kau memberi tahu pada adikku yang sebenarnya. Aku yakin Yura masih mencintaimu.”
Kata-kata Kangin seolah memberikan energi tersendiri pada Jongwoon. Ia bangkit dari duduknya kemudian berjalan meninggalkan Kangin tanpa kata-kata. Kangin hanya bisa menatap sahabatnya sambil menggelengkan kepalanya. Sama-sama keras kepala. Batinnya.
Jongwoon POV
Aku mengemudikan mobilku menuju tempat dimana Yura biasa menghabiskan waktunya. Dengan perasaanku yang tidak bisa tenang sejak tadi. Apakah itu alasannya. Dia menuruti apa mauku? Menjemput Key, memasak untuk kami bahkan dia menyuapiku makan. Aigoo!! bodohnya aku. Bahkan menerka apa yang akan terjadi dengannya saja aku tidak tahu.
Aku harus menemuinya sekarang juga. Tidak boleh besok. Aku mencoba menelponnya. Aish!! jinja… ponselnya mati. Selalu seperti ini. Dia kenapa suka membuatku cemas. Dia tidak tahu banyak orang yang cemas karena kelakuan cerobohnya.
Aku sudah pergi ke bukit dimana dia sering disana menghabiskan waktu. Aku juga sudah pergi ketaman bermain anak-anak. Aku juga sudah pergi kekampusnya, kehalte kerestoran. Semua tempat yang biasa dia kunjungi, aku sudah kesana. Tapi tidak ada.
Aku memijit keningku memejamkan mata dan menikmati aroma therapi yang ada didalam mobilku. Ini sedikit menenangkan pikiranku yang kacau hari ini.
Lalu aku membuka mataku dan aku melihat ponselku. Strap ponsel pemberiannya, kura-kura mungil. Itu pemberian yang konyol menurutku. Saat aku menggantinya dengan pemberian Hyena, dia langsung marah terhadapku. Ternyata dia sudah menyukaiku waktu itu. Aku menatap layar ponselku. Gila!! aku bahkan menjadikan foto ‘pernikahan’ kami waktu memakai wedding dress sebagai wallpaper.
“Arghhh..” aku frustasi. Tapi sedetik kemudian. Aku ingat!! bukankah sungai Han…???
Aku langsung menginjak pedal gas mobilku dengan kencang.
Aku langsung menginjak pedal gas mobilku dengan kencang.
__oOo__
Author POV
Jongwoon menepikan mobilnya ditepi taman sungai Han. Ditempat ini Yura biasa menikmati sore, bahkan malam hari. Jongwoon tidak peduli apakah nanti Yura sudah tidak menyukainya atau bahkan Jongwoon sudah tidak ada dihatinya. Ia akan menerimanya. Tapi dalam hatinya Jongwoon ingin bersama Yura. Kalau bisa mengikat Yura dalam hatinya agar tidak bisa berpaling lagi.
Jongwoon turun dari mobil dan dia mengedarkan pandangannya ketepian sungai Han dan taman yang ada disekitarnya. Binggo!! dia menemukan Yura tengah duduk sendirian.
“gadis bodoh..sulit sekali menemukanmu” kata Jongawoon sendiri. Kemudian dengan semangat ia menuju tempat Yura berada. Saat ia akan berjalan, matanya melihat seoarang anak kecil yang ada ditengah jalan. Pada saat itu pula dari arah yang berlawanan Jongwoon melihat ada sebuah mobil yang melaju. Dengan sedikit tenaganya, ia berlari dan menuju tempat anak kecil tersebut. Lalu saat tangannya sudah bisa meraih tubuh anak kecil tersebut dan mendorong tubuh itu agar jauh dari laju mobil….tapi sialnya justru tubuh Jongwoonlah yang kini posisinya tepat didepan laju mobil.
“Tuan….Awas!!!” beberapa orang meneriaki Jongwoon saat ia tepat ada didepan mobil dan….
‘Braaakkkkkkk…’
Tubuh Jongwoon terpental jauh dan tubuhnya berada diatas aspal, tergelatak tidak berdaya. Ia berusaha bangun tapi, kini rasa pusing menderanya tiba-tiba. Semuanya tampak buram. Bau anyir darah kini menyeruak kedalam hidungnya. Tangannya menggapai sebuah kotak yang ada disakunya, tapi ia sudah tidak ada tenaga untuk itu.
Matanya samar-samar menatap seorang gadis didepannya…kemudian ia tidak tahu apa yang terjadi lagi dengannya.
Hanya teriakan namanya yang ia dengar, lambat laun semuanya senyap tidak terdengar lagi olehnya.
Hanya teriakan namanya yang ia dengar, lambat laun semuanya senyap tidak terdengar lagi olehnya.
Yura POV
Aku tidak menyangka. Aku disini sampai larut malam. Kangin oppa pasti sibuk mencariku, apalagi ponselku mati. Aigoo!! kebiasaan buruk. Aku menghela nafas berat. Donghae…dia ingin berangkat secepatnya. Besok adalah hari terakhir. Aku akan gunakan sebaik-baiknya.
Ya Tuhan. Apa ini keputusan yang tepat?
Saat aku akan beranjak dari tempat ini. Kenapa pada ramai didepan sana. Aku segera berlari dan ingin melihat apa yang terjadi.
“Tuan permisi. Ada apa?” tanyaku menyela dikerumanan beberapa orang.
“kecelakaan…” jawab mereka. Aku mendekat kearah terjadinya kecelakaan. Saat aku tahu siapa yang tergeletak disana.
“Jongwoon oppa…” gumamku pelan. Dia masih bisa menatapku kemudian matanya perlahan menutu. Andwee!!! kenapa bisa terjadi..
“Jongwoon oppa!!! ireona…ireona!!” pekikku. Tanganku bergetar hebat saat aku memegang kepalanya yang berlumuran dengan darah.
“Jongwoon oppa…..” teriakku…aku tidak mampu lagi menahan tangis. Dia sekarat sekarang. Dia tidak boleh mati. Ya!! bangunlah…..
__oOo__
Duduk didepan ruangannya, ruangan kamar inapnya inilah yang aku lakukan sekarang. Jongwoon dia sedang tertidur diranjangnya. Dengan selang infus ditangannya dan selang oksigen dihidungnya dan perban dipelilpisnya serta dibeberapa bagian tubuhnya yang luka. Matanya masih terpejam membuat aku sakit melihatnya.
Mataku kini mungkin seperti habis dipukul, sangat lebam karena aku menangis semalaman. Beruntung luka dikepalanya tidak serius, hanya tulang punggungnya yang sedikit bermasalah. Tapi kata Dokter, jongwoon bisa secepatnya pulih. Ahh aku lega saat dokter bilang seperti itu. Setidaknya, dia tidak apa-apa jadi aku akan tenang saat pergi ke Paris besok.
“kau tidak masuk ?” tanya eommanya Jongwoon. Aku menatapnya. Kemudian beliau tersenyum padaku, mengusap puncak kepalaku.
“nanti saja” jawabku pelan.
“kalau begitu ahjumma masuk dulu ne, kau makan dulu. Dari tadi malam kau menjaga Jongwoon tapi belum makan sama sekali” aku hanya tersenyum mendengar apa kata eommanya Jongwoon.
Suasana pagi ini begitu berbeda. Entahlah, aku seakan tidak rela meninggalkan kota ini. Tapi aku bisa apa??
tiba-tiba ponselku bergetar. Aku menatap layar ponselku. Ya Kangin oppa tadi memberikan ponselnya untukku. Ada banyak pesan masuk dari Jongwoon. Intinya dia menanyakan keberadaanku. Aigoo!! apa dia tadi ingin bertemu denganku sebelum terjadi kecelakaan itu.
‘Drttttttttt………’ ponselku bergetar. Aku melihat layar ternyata Donghae. Omo!! dia pasti juga marah denganku.
“Yoboseyo” jawabku.
“kau kemana? Kau sudah baca pesanku…?”
“aku sedang dirumah sakit. Jongwoon oppa kecelakaan.. ne aku sudah baca” jawabku. Pesannya adalah, kami akan berangkat besok pagi. Kemungkinan malam ini aku tidak bisa menjaganya dirumah sakit.
“Jinja? Lalu bagaimana keadaannya?” tanyanya.
“dia sudah membaik…ne aku tahu. Nanti aku akan bersiap-siap”
“baiklah!! sayang…jangan terlalu capek ne. oh ya, dapat salam dari eomma dan appa!! mereka merindukanmu” aku tersenyum mendengar jawaban Donghae. Lalu aku teringat Jongwoon. Kenapa aku tidak rela meninggalkannya?
“Ne” jawabku singkat….
__oOo__
Hari menjelang sore, tapi Jongwoon oppa belum juga sadar. Kata Dokter pengaruh biusnya masih ada. Hanya ada aku disini, kedua orang tua Jongwoon baru saja pulang. Jongjin oppa sedang keluar. Mataku masih menatapnya yang masih terbaring lemah.
Aku menatapnya sendu, kemudian aku tersenyum. Mengingat kami dulu, saat dia suka menggoda dan menjahiliku. Membuatku kesal karena tingkahnya yang kadang sangat menyebalkan.
“Jongwoon oppa” kataku pelan. Aku memberanikan diri mengenggam tangannya.
“Mianhae. Aku tidak bisa lagi bersamamu. Ini terakhir kalinya aku dapat menggenggam tanganmu karena besok dan seterusnya tanganku sudah ada yang menggenggam.”
Aku menghela nafas panjang. Kenapa aku ingin menangis ya. Aku begitu cengeng.
“Cepat sembuh hey kau helm berjalan, masih ingat kan aku memanggilmu seperti itu?! Kalau kau sudah sembuh, aku sudah tidak ada disini. Aku akan pergi…..”
Aku menunduk, mengusap air mataku yang sudah ada dipipiku, entah dari kapan air mata ini keluar. Aku mendongak lalu menatap wajahnya. Wajah ini yang selalu aku rindukan. Kalian mungkin tidak percaya. Bahkan dengan menatapnya saja, aku sudah bisa tersenyum. Senang rasanya dihatiku. Nyaman dan damai itu yang aku rasakan bila menatap wajahnya dan terlebih disampingnya.
“Jongwoon oppa. Mungkin kau sangat membenciku. Aku bahkan telah lancang menyukaimu. Padahal kau akan menikah waktu itu. Sampai sekarang rasa itu masih ada dihatiku. Aku ingin membuangnya jauh-jauh, tapi selalu tidak bisa”
Tumpah sudah air mataku kini. Aku tidak bisa membendung lagi perasaan dan kesedihanku akan meninggalkannya. Anniya. Aku meninggalkan rasa cintaku untuk selamanya.
“Selama aku pergi, kau harus hidup dengan baik. Merawat Key, dia anak yang lucu. Pintar dan sangat menyanyangimu. Kau tahu aku bangga padamu. Aku tidak akan menyesal telah mencintai orang sepertimu. Kau penyanyang keluarga, baik dan juga kau sangat perhatian dengan orang disekitarmu”
Aku berusaha menelan ludah, tapi tenggorokanku sulit sekali bahkan untuk menelen ludah, lidahku kelu. Dengan perlahan aku mencondongkan wajahku. Kukecup singkat pipi kemudian dahinya.
“Jongwoon oppa, jeongmal saranghae… Kau tahu, saat kau bertanya tentang ci*man itu. Aku sebenarnya sangat senang bila kau menganggap itu sebagai rasa cintamu untukku. Tapi aku rasa tidak.”
kataku lagi, sesekali aku mengusap air mataku dengan tanganku. Kenapa aku jadi begini??
kataku lagi, sesekali aku mengusap air mataku dengan tanganku. Kenapa aku jadi begini??
“kau ingat saat kau bilang akan mengejarku walau aku berlari sejauh apapun. Kau pasti bisa menangkapku. Aku berharap itu akan kau lakukan untukku. Bangunlah. Dan cepat kembali sehat. Aku menyanyangimu Kim Jongwoon” kataku lalu melepas genggaman tanganku perlahan-lahan. Ya Tuhan semoga keputusan ini yang terbaik.
aku melirik jam ditanganku. Sebentar lagi aku pulang dan akan bersiap-siap untuk ke Paris besok pagi.
aku melirik jam ditanganku. Sebentar lagi aku pulang dan akan bersiap-siap untuk ke Paris besok pagi.
Alasan apa aku pergi, aku memang sudah berjanji pada Donghae dan orang tuanya. Lalu Jongwoon? Bukankah dia juga tidak mencintaiku? Lalu untuk apa aku tetap bertahan disini…..
Author POV
Yura meninggalkan kamar Jongwoon. Kemudian dia berbalik menatap Jongwoon dari kaca, air matanya tidak bisa ia tahan. Ia menangis dengan tangannya membekap mulutnya.
“selamat tinggal Kim Jongwoon. Aku tidak akan melupakanmu” kata Yura pelan dengan isakan yang ia tahan. Ia tidak tahu ada sepasang mata yang menatapnya dari seberang.
Yura berlari menyusuri lorong rumah sakit. Ia ingin berteriak sepuasnya dan menangis sejadi-jadinya. Meratapi sakit hatinya.
Lelaki yang menatap Yura hanya bisa memandangnya dengan iba.
__oOo__
malam semakin dingin, tampak suasana sangat sepi diruangan dimana Jongwoon masih terbaring lemah. Ada eommanya disampingnya dan juga Jongjin adiknya yang memangku Key yang sedang tertidur. Tuan Kim appanya masih berbincang dengan Dokter diluar.
Perlahan Jongwoon menggerakkan tangannya dan juga mengerjapkan matanya. Nyonya Kim yang melihatnya kini terkejut. Sedikit demi sedikit Jongwoon mulai bisa membuka matanya.
“Jongwoon-ah” kata eommanya pelan. Jongwoon kemudian menatap eommanya dengan mata yang belum sepenuhnya membuka.
“Eomma……” gumam Jongwoon.
“Hyung~” kata Jongjin kini mendekat kearah Jongwoon. Jongwoon menatap sekelilingnya. Kepalanya masih sedikit terasa berat. Ia melihat Key yang sedang tertidur. Kemudian ia sedikit tersenyum lega. Lalu dia ingat akan seseorang. Saat ia akan bangun…
“Jangan bangun dulu, kau belum pulih benar!!” kata Nyonya Kim.
“Yura…Yura dimana dia. Eomma Yura dimana?” kata Jongwoon seperti orang kebingungan.
“Hyung sudahlah. Sembuhkan sakitmu dulu. Percuma dia akan pergi besok pagi….” kata Jongjin pada Jongwoon. Jongwoon diam. Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Kenapa disaat seperti ini justru dia tidak bisa mencegahnya.
__oOo__
Jongwoon yang tahu jadwal keberangkatan Yura ke Paris adalah pukul 6 pagi. Dimana dia sudah menyuruh Hyuk Jae untuk mengurusi segalanya. Ya dia berniat kebandara hanya untuk bertemu Yura.
Dengan sekuat tenaga yang ia bisa Jongwoon akhirnya bisa keluar dari rumah sakit, Hyuk Jae sedikit khawatir padanya.
“Bos…. jangan dipaksakan. Nati kau-”
“Hyuk Jae-ya. Kau percaya saja padaku. Aku akan baik-baik saja…..” kata Jongwoon mantap. Walau kepalanya masih diperban. Tapi kakinya masih sanggup walau untuk berjalan. Selang infus sudah dicabut kemarin malam oleh dokter. Jadi ia lebih leluasa untuk berjalan nantinya.
__oOo__
Hyuk menuntun Jongwoon agar sampai ditempat para penumpang sebelum masuk kedalam pesawat. Nafasnya sedikit terengah. Karena ia juga baru sadar dari sakitnya. Tenaganya juga belum pulih benar.
Matanya terus mengedar kepenjuru arah dibandara ini. Tapi gadis yang ia cari, bahkan tidak ada.
“Bos. Gwenchana?” tanya Hyuk memastikan. Ia melihat wajah Jongwoon yang masih pucat itu memaksakan untuk berjalan dan bergerak terlalu banyak. Lalu dengan inisiatifnya karena tidak menemukan Yura. Ia menghampiri seorang petugas.
“apakah pesawat yang ke Paris sudah berangkat?” tanya Hyuk Jae pada petugas.
“mianhae. Baru lima menit yang lalu….”
“MWO!!!” pekik Jongwoon.
“Hyuk Jae-ya. Aku terlambat!!! aku benar-benar terlambat” Jongwoon ambruk dipelukan Hyuk Jae, hyuk merasa iba melihat kondisi Jongwoon. Ia tahu Jongwoon sangat sakit kali ini. Tidak hanya ditubuhnya tapi juga dihatinya.
“aku terlambat……Hyukie-ah”
=TBC=
No comments :
Post a Comment