_“OUR RING!”_ Part 15 [YY Couple]
Tittle : “OUR RING!”
Cast : Yesung Kim, Kim Yura, Eunhyuk Lee, Park Yun Ji,
Kim Sohee, And Others
Rating : PG – 17 / Straight
‘Kenapa … kenapa dia tidak mengatakannya padaku?’
Jari jemari Yura tampak gemetaran sekarang. Jika memang Yesung ternyata sudah mengingat semuanya, itu berarti namja itu juga mengingat akan siapa dirinya sekarang. Yah, bukankah hanya Yesung satu-satunya kunci untuk mengetahui masa lalunya itu. Tapi kenapa….
‘Kau berbohong padaku Oppa!’
Yura menghembuskan nafasnya dengan kasar, menghapus jejak air mata yang sempat mengalir dari pelupuk mata indahnya itu. Gadis itu mengepalkan tangannya, mencari kekuatan untuk berdiri dan menanyakan semua ini langsung dari Yesung sekarang.
This Story Original From @Jjea_
***
‘Cinta yang tulus itu … ikhlas.
Ikhlas saat dia datang, dan ikhlas saat dia pergi….’
_“OUR RING!”_ Part 15
*When It All Began, Mianhaeyo *
“Huhhh…,” hembusan nafas panjang itu terdengar cukup kasar keluar dari bibir pria tampan berjas hitam ini. Kim Jong Woon … nampak kedua mata pria itu memicing, menatap gadis yang bernama Yun Ji itu hanya mematung dengan kedua mata yang berair tak jauh dari hadapannya sekarang. Yun Ji sedikit menyunggingkan senyum sinisnya sejenak dalam balutan air matanya itu. Sungguh, baru kali ini Yesung melihatnya dengan kilatan dan ekspresi dingin yang seperti sekarang ia perlihatkan. Dan tadi, ia tak menyangka Yesung juga membentaknya dengan nada yang cukup tinggi. Yesung memang telah berubah, itulah yang Yun Ji sadari saat ini.
“Kita sudah tak mempunyai hubungan apapun lagi, Park Yun Ji. Aku harap, kau tak usah ikut campur urusanku setelah ini,” intonasi suara Yesung berubah sekarang. Terdengar tak enak dan memelan.
“Yesung-ah….”
“Maaf…,” Yesung dengan cepat menyela, lalu berbalik untuk berniat masuk ke halaman rumahnya meninggalkan Yun Ji. Ada banyak rasa yang kini membucah di dalam relung hatinya. Yesung sendiri sadar, jika ini memang kali pertamanya ia bersikap tegas pada Yun Ji. Entah karna apa, semuanya benar-benar membuatnya semakin bingung. Bahkan, ia baru menyadari akan sosok seorang gadis lagi yang kini berdiri tak tegap seraya menangis tak jauh dari tempatnya sekarang. Kedua kaki Yesung yang tadinya nampak mengayun cepat, kini terhenti seketika.
“Kim Yura….” Suara pantauan Yesung kali ini terdengar pelan, bahkan seakan berbisik. Nampak jelas raut keterkejutkan di wajah tampannya itu.
“Wae?” Yura kembali menitikan air matanya perlahan. Nampak tubuhnya bergetar, seakan menahan bongkahan-bongkahan perih yang kini menusuk hatinya.
“Apa semua itu benar? Apa benar Oppa sudah mengingat semua masa lalumu selama ini?” Yura sedikit mendekat. Entah ini dapat dikatakan sebagai kabar baik atau buruk untuknya. Hanya saja, air matanya itu sedari tadi tak dapat berhenti untuk keluar.
Yesung diam! Entah apa yang sedang ada di dalam benaknya itu saat ini. Berdalih dengan mengatakan apa yang Yun Ji ucapkan padanya tadi adalah sebuah kebohongan? Tidak … itu tidak mungkin. Pada kenyataannya, ia memang sudah mengingat semua masa lalunya dulu semenjak beberapa minggu yang lalu.
“Waeyo? Kenapa Oppa tidak mengatakannya padaku? Kenapa Oppa berbohong padaku? Apa aku memang hanya seperti sebuah lelucon di matamu Oppa? Lalu…,” Yura tampak sedikit mengalihkan pandangannya ke arah Yun Ji sejenak.
“Apa kalian memang mempunyai hubungan? Atau mungkin … selama ini malah akulah yang…,” perkataan Yura sentak tercekat saat tiba-tiba saja Yesung menghampirinya, lalu menarik pergelangan tangan gadis itu untuk masuk ke dalam rumah. Cengkraman tangan Yesung dipergelangan tangan Yura cukup kuat memang, membuat Yura sendiri kontan diam tak berkutik.
Yun Ji melihat itu. Ia bahkan juga tak dapat berbuat apa-apa untuk sekarang. Ia hanya mampu menatap punggung Yesung yang bergerak emosi menarik tangan Yura. Satu hal fakta yang ia takutkan … ia takut jika perasaannya benar, bahwa Yesung mulai mencintai sosok istrinya itu.
BLAM!
Pintu utama rumah mewah ini tertutup seketika, menimbulkan secercah nada nyaring yang cukup menggema disini. Yura sedikit memberontak, bersiap untuk menghempaskan eratan tangan Yesung yang masih melilitnya. Pria itu hanya diam, seakan tengah memikirkan kalimat apa yang tepat untuk menjelaskan semua keadaan ini.
“Maaf….” Kata itu terluncur serak dari bibir Yesung untuk memulai perdebatan mereka. Yura sedikit terhenyak mendengarnya. Maaf?
“Kau sendiri pasti tau Oppa, untuk sekarang bukan kata itu yang ingin aku dengar darimu. Aku butuh penjelasan, aku butuh jawaban mengapa kau membohongiku? Kenapa … kenapa kau tidak pernah mengatakan padaku, jika memang kau sudah mengingat semua masa lalumu.”
“Yura-ya….”
“Aku tau dan sadar, jika aku memang tak pernah berharga di matamu Kim Jong Woon. Bahkan, gadis itu lebih dulu tau dariku. Aku istrimu, seharusnya kau dapat sedikit menghargai keberadaanku. Tapi apa? Bahkan untuk hal sepenting ini, kau tak pernah berbicara padaku!”
“Aku mempunyai alasan lain, mengapa aku melakukan itu.”
“Alasan? Bukankah kau tau sendiri, jika hanya kau kunci dari semua apa yang pernah terjadi dalam masa laluku. Hanya kau Kim Jong Woon … hanya kau yang tau siapa aku sebenarnya. Selama ini, bahkan kau sangat tau jika aku mencari semua itu.Tapi kenapa….”
“Apa sebegitu pentingnya kah masa lalumu itu untuk kau ingat, huh?”
“Mwo?”
“Bukankah kau pernah mengatakan Yura, jika kau tak akan pernah perduli lagi tentang masa lalumu itu?”
“Tapi itu penting! Kau sendiri pernah merasakan bagaimana hidup tanpa mengingat masa lalumu. Terasa hidup tak sempurna, bukan? Aku hanya ingin tau siapa aku sebenarnya, siapa orang tuaku, bagaimana kehidupanku, apa yang aku lakukan selama ini, dan….”
“Untuk apa?” hentak Yesung seketika seraya berbalik dan menatap Yura dengan tajam. Nampak kedua pelupuk mata namja itu tergenang air.
“Mwo? Kau bertanya untuk apa? Cah, aku benar-benar tak menyangka kau seegois ini Kim Jong Woon. Sebenarnya, aku tak akan sesakit ini, jika saja kau tak membohongiku. Selama ini kau ternyata sudah mengingat semuanya, tapi aku seperti orang bodoh yang dengan mudahnya tertipu. Apa aku lucu?”
“Kim Yura, kau memang gadis terbodoh yang pernah aku kenal!”
“Benar! Kau seharusnya tak menikah dengan orang bodoh sepertiku. Ohh…, atau jangan-jangan kau membohongiku dengan hal lain? Termasuk—tentang perasaanmu? Tentang semua pernikahan kita selama ini? Tentang….”
“NDE! Aku membohongimu! Semua apa yang aku lakukan selama ini adalah kebohongan. Kau puas? Aku bahkan tak pernah menyukaimu! Aku tak pernah berpikir untuk menikah dengan yeoja bodoh sepertimu! Kau tau, huh? Kau memang sangat lucu!” Yesung tersenyum sinis ke arah Yura yang hanya dapat mematung tak percaya mendengar penuturannya barusan.
“Sekarang, semua ini terserah padamu. Jika kau memang menganggap semua masa lalumu itu lebih penting dari masa depanmu. Lanjutkan! Carilah sendiri tentang siapa dirimu dulu, Kim Yura! Aku tidak akan perduli lagi apapun.” Bentak Yesung seraya menghempaskan dasinya ke sembarang tempat, lalu berbalik pergi dengan menghempaskan kembali pintu rumah ini.
Yura terdiam di tempat. Ia bingung dengan keadaan apa yang terjadi pada mereka. Banyak sekelebat pertanyaan yang kini masih mengelilingi otaknya. Entah mengapa, Yesung bahkan terlihat lebih emosi darinya tadi. Benar, ini kali pertama keduanya bertengkar sehebat ini. Bukankah sebenarnya ini mudah? Yesung hanya perlu menjelaskan tentang siapa Yura dahulu. Tapi mengapa ia berbohong dan malah seolah menutupi semua ini?
“Waeyo Oppa? Waeyo?”
***
‘SENYUM adalah jalan pintas…
Untuk menyatakan anda menyukai seseorang….’
Nampak dentangan jam sudah menunjukan pertengahan malam. Namun sepertinya, belum ada tanda-tanda gadis cantik ini akan terlelap. Sudah semenjak pertengkaran yang terjadi tadi siang, ia hanya melamun dengan rasa kuatir yang tak jelas ia rasakan. Sepertinya, ia sedikit menyesal. Kim Yura … ia nampak sejak tadi menunggu Yesung yang tak jua kembali ke rumah. Entahlah, ia bingung mengapa semua ini malah menjadi rumit seperti ini.
Sedangkan Yesung? Baiklah, pria itu sepertinya lebih sibuk diam seraya tergolek di depan meja bar malam ini. Sudah beberapa alkohol yang masuk ke dalam tubuhnya sekerang, membuat kepalanya semakin terasa sakit. Sejujurnya, ia sama sekali tak berniat membentak apalagi berkata kasar pada Yura seperti tadi. Hanya saja, ia belum siap untuk menjelaskan semua apa yang terjadi selama ini. Yah, bagaimana mungkin ia akan mengatakan jika sebenarnya semua ini salah? Kecelakaan, tentang fakta bahwa sebenarnya ia tak mengenal Yura sebelumnya, dan bahkan tentang pernikahan mereka. Tidak … Yesung benar-benar tak habis pikir, mengapa takdir malah seakan mempermainkan mereka seperti ini.
“Aku tidak tau mengapa … aku hanya takut kehilanganmu, Kim Yura. Hanya itu! Hanya itu alasan mengapa aku berbohong padamu. Bagaimana kelak, jika kau tau tentang semua ini? Aku tak ingin kau pergi meninggalkanku! Maafkan aku….”
Yesung kembali menegak segelas alkohol di hadapannya. Ia tau itu berbahaya, mengingat ia bisa saja mabuk dengan resiko tak pulang ke rumah. Tapi, sepertinya memang lebih baik seperti ini dulu. Menghindari Yura, bukankah itu dapat sedikit membuat perasaannya lebih tenang?
“Tuan Kim,” sapa seseorang sembari membungkuk sejenak ke arah Yesung yang kini berusaha untuk mengontrol kesadaran dirinya. Yesung menoleh, memicing sejenak untuk mengenali siapa yang tengah menyapanya ini.
“Kau….”
“Aku sudah menemukan keberadaan Tuan Kim, Paman dari Nyonya Yura,” Yesung yang tadinya hendak menuangkan kembali isi botol alkohol itu ke dalam gelasnya, kini sontak terhenti saat mendengar kalimat yang tanpa basa-basi lagi itu keluar dari bibir suruhannya.
“Mwo?”
“Selama ini, dia lari dan menetap ke sebuah pulau kecil. Dan sekarang, sepertinya ia sudah kembali ke Seoul. Yang kutau, pria pemabuk itu, kini sedang mencari Nyonya Yura.”
“HUH?”
“Apa yang perlu kita lakukan pada pria itu, Tuan?”
“Huhhhh…, jangan lebih dulu bertindak apapun. Awasi saja ia lebih dulu. Nanti, biar aku yang menemuinya langsung.”
“Kami mengerti, Tuan Kim.”
“Satu lagi. Jauhkan dia dari hal apapun yang berhubungan dengan Yura!”
“Hummm…, baiklah.”
***
At Sungai Han,
Seoul –South Korea-
Gadis yang kini memakan es krim kesukaannya itu, tampak lagi-lagi tersenyum tatkala melirik seorang pria yang tengah duduk manis di sampingnya. Lee Hyuk Jae … entah mengapa dimata Sohee, pria ini semakin tampan saja. Sungguh, tak pernah gadis berumur 16 tahun itu bayangkan akan duduk dan menghabiskan waktu di tempat ini bersama pria pujaannya. Apa ini juga bisa disebut dengan … berkencan? Oh baiklah, Sohee kembali tersenyum saat kata ‘kencan’ itu terlintas dalam otaknya.
“Sohee-ya, boleh aku bertanya sesuatu hal padamu?”
“Nde?” Sohee sedikit terperanjat, saat kini Eunhyuk menoleh dan berkata itu padanya.
“Hummm…, sebelumnya maaf Oppa langsung membawamu kemari saat kau pulang Sekolah.”
“Ah, gwenchana Oppa. Aku … aku malah sangat senang sekali.”
“Benarkah?”
“Humm…, tentu saja!” Sohee mengangguk bersemangat dengan pancaran indah kedua matanya itu.
“Apa Oppa-mu tidak marah?”
“Oppa? Maksudnya … Yesung Oppa? Ck! Dia mana mungkin berani memarahiku. Lagipula, Yesung Oppa itu sudah tak perduli dan tak ingin mencampuri urusanku lagi, terutama semenjak ia sudah menikah. Jadi, Eunhyuk Oppa tidak perlu kuatir, jika ingin mengajakku keluar.”
“Oh…, begitu. Umhhh…, lalu bagaimana dengan istrinya?”
“Istri? Yura Eonni? Hahaha, Eonni-ku itu orang yang sangat baik. Dia pasti lebih mengerti tentangku dari Yesung Oppa. Jadi, Hyuk Oppa tenang saja.”
“Yah, aku juga merasa dia orang baik.”
“Eh? Apa Oppa sudah bertemu dengan Yura Eonni?”
“Ya, aku sudah bertemu dengannya.”
“Ohh…, dia cantik bukan? Yesung Oppa sepertinya memang tak salah memilihkanku Kakak Ipar. Oppa tau? Yura Eonni juga sangat suka sekali dengan bubur di toko kalian. Kami pernah berjanji untuk nanti makan bubur bersama disana.”
“Benarkah? Hummm…, kau memang benar. Dia sangat cantik, bahkan dia juga … sangat mudah membuat semua orang menyayanginya.”
“Mwo? Maksud Oppa?”
“Kau tau sudah berapa lama Oppa dan istrinya itu menjadi sepasang kekasih?”
“Nde? Eoohhh…, setauku sudah sejak lama. Tapi, Yesung Oppa baru mengenalkannya kepada kami setelah kecelakaan itu terjadi.”
“Kecelakaan?”
“Iya, sebelum mereka menikah.”
“Apa Yura juga mengalami kecelakaan? Maksudku, apa keduanya mengalami kecelakaan itu bersama?”
“Nde. Tapi, kenapa kita harus membicarakan ini? Semuanya sudah lewat, tidak terlalu penting Oppa. Lagipula….”
“Apa mereka baik-baik saja setelah kecelakaan itu terjadi?”
“Hum? Tidak, mereka koma sebelum itu.”
“Mwo?”
“Lalu uniknya adalah … kau tau Oppa? Jika Yura dan Yesung Oppa mengalami Amnesia secara bersamaan? Bedanya, jika Yesung Oppa masih mengingat separuh ingatannya, tapi Yura Eonni tidak. Dia lupa semua masa lalunya itu. Hahaha, mereka pasangan yang aneh bukan?”
“MWO? AMNESIA?”
“Nde, karna kami tidak tau apa-apa soal Yura Eonni sebelumnya. Untuk itulah, mereka berdua menikah agar Yura Eonni dapat tinggal bersama Yesung Oppa selamanya. Karna toh, mereka juga sudah berencana menikah sebelum kecelaka….”
“Tidak … tidak mungkin.” Desah Eunhyuk mendadak pucat.
“Wae? Waeyo Oppa?”
“Kim Yura….” Tanpa memperdulikan pertanyaan dan tatapan kekuatiran Sohee saat ini, Eunhyuk sentak saja berdiri dan berlari dengan cepat. Sohee menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal dengan sesekali berteriak memanggil nama Eunhyuk.
“Eh? Kim Yura?”
***
Tak ada yang dapat Yura lakukan lagi di rumah sebesar ini selain menunggu sang suami pulang. Sudah semenjak semalam Yesung tak jua kembali, membuatnya sedikit merasa tak enak dan kuatir. Semua urusan pekerjaan Rumah tangga sudah ia lakukan semenjak tadi pagi. Dari memasak, mencuci dan membersihkan seluruh ruangan. Bosan? Tentu saja! Tapi ia tak bisa kemana-mana tanpa izin dari Yesung. Yah, gadis itu sangat ingat dengan apa yang pernah Yesung perintahkan padanya.
CKLEK!
Terdengar suara pintu utama itu terbuka seketika. Yura melompat dari sofa yang tadi ia duduki untuk melihat siapa yang datang. Kim Jong Woon … yang benar saja, Yura tak pernah salah dalam menebak nada ketukan kaki Yesung selama ini.
“Oppa…,” ucap Yura dengan nada ragu, sesaat setelah ia mendapati wajah kusut Yesung masuk ke dalam. Pria itu sentak diam, menatap Yura dengan picingan aneh.
“Aku … aku minta maaf,” Yura merunduk sekarang. Benar, ia sungguh menyesal akan pertengkaran mereka kemarin. Tidak, ia tak ingin lagi tidur sendirian seperti kemarin malam. Entahlah, itu terasa tak enak sekali.
“Aku tau aku salah. Seharusnya, aku juga tak terpancing emosi kemarin. Seharusnya, aku mendengarkanmu lebih dulu. Maafkan aku Oppa, aku benar-benar menyesalnya. Aku merasa…,” Yura memberanikan diri untuk mendongak menatap Yesung yang hanya diam menatapnya sejak tadi. Apa pria ini masih marah padanya?
“Aku hanya merasa takut saja,” Yura meremas pelan ujung bajunya sekerang. Gadis itu merunduk … semakin merunduk saat ia menyadari jika kaki Yesung mulai mendekat ke arahnya.
“Aku….”
GREP!
Perkataan Yura sentak saja terhenti seketika, tatkala dengan secara tiba-tiba saja Yesung mendekap tubuhnya erat. Tubuh pria itu terasa sedikit panas, membuat kini Yura merasakan kehangatan berpuluh-puluh kali lipat dari sebelumnya.
“Maaf … maafkan aku Kim Yura.”
“Oppa…,”
“Maafkan aku….”
“Hummm…, kau itu suamiku. Kau dengar Kim Jong Woon? Kau itu suamiku sekarang. Tak perlu minta maaf lagi, semua ini juga kesalahanku. Seharusnya, jika memang kau belum ingin menceritakan semua itu kepadaku, aku tak boleh memaksa,” Yura nampak mengangkat kedua tangannya dan membalas erat pelukan Yesung ini perlahan.
“Sekarang, aku tak akan perduli tentang masa laluku lagi. Aku … aku akan menunggu saat dimana kau dapat mengatakan semuanya kepadaku. Kau benar Oppa, kau pasti punya alasan membohongiku. Mungkin, karna kau tak ingin menyakitiku? Semalaman aku berpikir, jika mungkin saja masa laluku itu memang sudah seharusnya aku lupakan. Aku benar-benar….”
“Yura….”
“Hemmm?”
“Kim Yura….”
“Mwo?”
“Boleh aku meminta sesuatu hal padamu sekarang?”
“Nde?” Yura nampak mengernyit bingung saat kini Yesung dengan perlahan-lahan melepaskan pelukannya, dan memberi sedikit jarak untuk mereka.
“Oppa, apa semalam kau mabuk?”
“Yura….” Pantau Yesung serak dengan kedua pelupuk matanya yang berair. Wajah dan penampilan pria ini sedikit berbeda. Entahlah, terlihat urak-urakkan tak seperti biasanya. Pria itu … tiba-tiba saja tersenyum!
“Hummmhhh…, sudahlah. Sebaiknya, Oppa mandilah dulu, lalu kita makan. Aku sudah menyiapkan—” Lagi-lagi perkataan Yura tercekat saat tiba-tiba saja Yesung menarik pergelangan tangannya hingga tubuh gadis itu terhempas pelan ke atas sofa. Jantung Yura berdegup dengan amat sangat kencang, saat kini ia merasakan tub*h Yesung seakan mengh*mpitnya dari atas. Benar, jarak mereka sangat dekat. Keadaan seperti ini memang sedikit membahayakan untuk dua anak manusia yang berlawanan jenis.
“Ye … Yesung Op-pa.”
“Kau istriku, bukan?”
“Eoh? Ke … kenapa Oppa bertanya seperti it….”
“Aku ingin kau hamil,” potong Yesung cepat, membuat Yura sentak membesarkan kedua matanya tak percaya.
“MWO?”
“Aku menginginkan seorang anak. Aku ingin menanam benihku pada rahimmu Kim Yura,”
“Oppa….”
“Diamlah! Aku rasa, kau tak punya hak untuk menolak permintaanku ini, bukan?” Yesung sentak menenggelamkan kepalanya untuk menggapai kedua daun bib*r gadis di hadapannya itu dengan cepat. Tubuh Yura bergetar! Apa yang harus ia lakukan?
“Y—Yesung Oppa….”
=TBC=
No comments :
Post a Comment