Tittle : “OUR RING!”
Cast : Yesung Kim, Kim Yura, Eunhyuk Lee, Kim Sohee, Park Yun Ji,
And Others
Rating : PG + 17 / Straight
This Story Original From @Jjea_
‘Yesung-ah… aku membutuhkanmu sekarang. Aku hanya ingin kau berada disampingku hari ini, dan meningggalkan semuanya lebih dulu. Yah, sama halnya seperti dulu, saat kau rela meninggalkan apapun untukku. Yesung-ah… aku mencintaimu, aku ingin kau tau jika kau juga sempat menyukaiku…’
Gumamnya Yun Ji dengan nada yang cukup depresi.
‘Apakah sebenarnya cinta itu berwujud?
Terkadang… perasaan itu cukup untuk dinikmati,
Tanpa harus dimengerti…
Dan memiliki…’
_“OUR RING!” PART 7_
Sajak… apakah langit disana mempunyai sebuah sajak untuk bumi? Menyalurkan segenap belaian angin yang berhembus kencang menembus alam. Ilalang tampak mulai berarak, mewakilkan segenap rasa misteri yang terkubur dalam buliran pasir. Terkadang, jam dalam satu hari itu begitu cepat. Yah, cepat bagi orang-orang yang tak membuang waktunya dengan hal yang membosankan.
*When It All Began, Confussed!*
Tampak sudah hampir setengah jam yang lalu, Yura berada disebuah Bandara ini dengan tatapan tak suka. Sesekali ia tampak duduk dan kembali berdiri, sekedar untuk membuang rasa bosannya saat ini. Seseungguhnya, tak ada hal yang dapat ia lakukan lagi selain menatapi jam dan memainkan permainan melalui ponsel mungilnya itu. Entahlah, beberapa kali ia mencoba untuk menghubungi dna mengirimi Yesung pesan, tapi tak pernah mendapat balasan. Apa yang tengah dilakukan namja itu sebenarnya? Yura terlihat menghela nafasnya dalam.
“Baiklah, semua perlengkapan sudah aku bawa. Sepertinya, memang tak ada yang ketinggalan,” ucap Yura yang lebih seperti sebuah gumaman kecil itu. Kedua kakinya tampak menjulur dan berayun tak semangat. Sejak ia bangun dan menatapi Yesung pergi, yeoja itu memang bergegas membereskan dan membeli semua perlengkapan mereka dan segera ke Bandara ini.
“Hhhh… aku sudah menurunkan harga diriku sendiri untuk mengirimimu pesan Kim Jong woon, tapi kau tak membalasnya? Tidakkah kau tau aku disini benar-benar frustasi. Ini memalukan!” Umpat Yura seraya kembali menekan tombol ‘Send’ pada layar ponselnya itu. Yeoja itu kembali menghela nafas dengan topangan dagunya saat ini. Entah ini sudah yang keberapa kalinya ia mengirimi dan menelpon Yesung, namun balasannya tetap sama; kosong.
Yah, tak ada jawaban sama sekali dari Yesung, bahkan untuk sekedar membalas pesan singkatnya agar Yura tak kuatir. Gadis itu hanya takut, jika terjadi sesuatu pada Yesung nantinya. Dengan cepat, Yura kembali menengok layar ponselnya itu, lalu memencet beberapa nomor yang ia sudah hafal. Terdengar nada masuk menjalar kearah telinganya. Yura menggigit jari, berharap kali ini Yesung akan mengangkat telponnya itu.
Namun sepertinya sayang, ia tak tau jika Yesung seolah memang sengaja mengabaikan panggilan telponnya itu, atau lebih tepatnya Yesung tak memperdulikan getaran ponsel disakunya itu saat ini. Entah karna memang ia tak tau, atau mungkin ia memang sedang tak ingin diganggu. Mengingat, jika sekarang ia nampak lebih sibuk memeluk tubuh Yun Ji, tatkala Yesung menemukan gadis itu tertidur dikamar mandi dengan guyuran air yang cukup deras.
“Yun Ji-ya…” ucap Yesung dengan panik. Tangan namja itu seketika menjulur seolah berniat untuk mengangkat tubuh Yun Ji keluar dari kamar mandi itu. Diperiksanya denyut jantung Yun Ji, untuk sekedar memastikan jika keadaan yeoja itu berada dititik normal.
“Yesung-ah…” gumam Yun Ji dengan mata yang masih terpejam, seolah ia tengah meracau sekarang. Yesung tampak tertegun, ditatapnya lekat tangan kanan Yun Ji yang bergelayut erat diujung sweater hitam yang ia kenakan sekarang. Kenapa Yesung merasa sesuatu yang buruk saat ini?
“Tenanglah…” usap Yesung dipuncak kepala gadis yang tengah berbaring itu. Tampak tangannya menjulur kearah telpon, bermaksud untuk menghubungi salah seorang resepsionis Apartment untuk membantunya mengganti pakaian basah yang Yun Ji kenakan sekarang. Yesung tampak mematung disisi ranjang Yun Ji dengan tatapannya yang berbeda. Namja itu memang merasa sesuatu bergetar disakunya, namun entahlah… ia merasa sangat malas untuk mengangkat atau pun sekedar membukanya. Mungkin ia tak tau, jika Yura lah yang menelponnya itu. Benar, ia seolah lupa… lupa akan tujuan awalnya pergi berbulan madu bersama Yura. Seolah, Yun Ji juga cukup penting dalam kehidupannya.
“Maaf Tuan, ada yang bisa saya bantu?” pertanyaan dari seorang pelayan berpakaian merah itu sentak saja membuyarkan lamunan Yesung yang amat sangat tak jelas. Namja itu berbalik dan tersenyum sekilas.
“Bantu aku mengganti pakaian gadis ini. Aku akan keluar sebentar, maaf merepotkan.” Ucap Yesung seraya melangkah untuk memasang ancang-ancang keluar dari Apartment ini. Pelayan itu membungkuk dan mengangguk mengerti. Tampak Yesung menutup pintu Apartment itu pelan dan menatap dinding-dinding tempat ini. Perasaannya serba salah sekarang, pergi dari tempat ini dan langsung ke Bandara atau menunggui Yun Ji sampai ia setidaknya sadar dari tidurnya itu. Toh, bukankah kondisi Yun Ji cukup memprihatinkan sekarang? Dan itu, sedikit membuatnya kuatir.
‘Aku tak mengerti, kenapa aku ikut merasa sedikit buruk setiap kali aku menatap wajah Yun Ji? Ah… sebenarnya apa yang terjadi? Apa dulu, aku sempat menyukai gadis itu atau…’
Yesung sentak bersandar disebuah dinding, membuka sedikit mulutnya untuk dapat menghembuskan nafas dengan panjang.
‘Padahal disaat bersama Yura, aku seolah merasakan sesuatu yang baru. Yah, seperti benar-benar baru, sama sekali jauh berbeda dengan perasaanku pada Yun Ji. Tapi terkadang juga, saat bersama Yura aku merasakan…’
“Tuan, aku sudah selesai.” Ucap pelayan itu seketika. Yesung menoleh, dan menganguk-angguk tak jelas.
“Ah, baiklah. Terima kasih…” Balas Yesung seraya membuka pintu Apartment itu dan nampak langsung menuju kearah Yun Ji. Gadis itu tampak terlihat lebih tenang sekarang.
Untuk beberapa detik, Yesung tampak tertegun menatapi lekuk wajah Yun Ji saat ini, tak ia pungkiri jika memang gadis dihadapannya ini cukup cantik. Yah, walau Yura lebih memiliki kecantikan alami yang tanpa tersentuh Make Up sekalipun. Yura… Yura… dan Yura… lagi-lagi Yesung seolah membandingkan Yura dengan Yun Ji. Ada apakah dengannya?
“Eunghhh…” lenguh Yun Ji tiba-tiba sembari sedikit berusaha untuk menggeliat pelan. Tampak jelas goresan frustasi pada gadis itu.
“Hey, tenanglah…” Kembali, Yesung tampak mengusap pelan puncak rambut Yun Ji agar yeoja itu kembali terlelap damai. Damai? Rasanya kata itu sedikit picik, jika mengingat bagaimana keadaan Yura yang berada di Bandara itu saat ini.
Gadis itu hanya melongo dengan tatapan kosong, tak ada senyuman bahkan ia hanya mampu menghentak-hentakkan kakinya keras kelantai. Baiklah, keadaan ini sedikit membuat Mood-nya berubah begitu buruk.
“Bukankah, jika memang ada alasan penting hari ini, ia tak perlu merencanakan berangkat sekarang? Kenapa dia harus membuatku menunggu dan tampak menyedihkan seperti ini?” umpat Yura kesal sembari memakan roti yang ada ditangannya dengan sebal.
Benar, Ia memang belum memakan apapun setelah roti bakar tadi pagi. Entahlah , kenapa gadis itu tampak begitu bodoh sekarang.
“Sungguh, aku seperti anak yang hilang sekarang. Aniya, tapi lebih tepatnya anak yang seolah kabur dari rumah.” Yura kembali mendesah gusar. Entah sudah berapa botol air putih ia minum hari ini.
***
‘Terkadang…
Cinta itu butuh menunggu, benar?’
Langit mulai sedikit kelam, selalu seperti ini. Mungkin, sebentar lagi rintikan hujan itu akan menggenangi dunia ini. Apakah ada yang terjadi dengan surga dan neraka diatas itu sekarang? Kenapa mereka seolah hobi sekali menurunkan air matanya itu ke bumi?
Yura sedikit memiringkan kepalanya untuk bersandar dengan sesekali menutup mata. Kepalanya berdenyut sekarang, ada sebuah rasa kantuk yang ia kuat-kuat tahan saat ini. Bosan… waktu itu terkesan begitu lambat bagi Yura hari ini. Betapa tidak… bahkan ini sudah 1 jam lebih ia menunggu Yesung!
Nyatanya, itu sangat jauh berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan Yesung sekarang. Namja itu sejak tadi tampak menatapi jarum jam untuk berniat pergi dari Apartment Yun Ji. Ia seolah tak ingin dikejar waktu, mungkin ini memang sudah saatnya ia harus pergi dan meninggalkan Yun Ji untuk beristirahat sendiri.
“Istirahatlah…” ucap yesung yang sentak hendak berdiri dan berbalik untuk meninggalkan Yun Ji yang nampak masih terlelap. Namun seketika, langkah Yesung tercekat cepat saat tiba-tiba saja tangan Yun Ji menggenggam tangannya lembut. Hangat… apa gadis ini demam?
“Yesung-ah…” gumam Yun Ji parau. Yesung sentak menoleh, wajah gadis itu cukup pucat memang.
“Kau sudah bangun?” Yesung kembali kearah tempat duduknya lagi, membiarkan Yun Ji menggenggam tangannya erat.
“Sejak kapan kau datang, hum?”
“Cukup lama.”
“Ah… maafkan aku. Pasti tadi, kau yang—”
“Aniya, aku juga dibantu pelayan.” Tunjuk Yesung pada baju Yun Ji saat ini. Gadis itu tampak merunduk dan tersenyum kecil.
“Terima kasih Yesung-ah…”
“Gwanchana, bukankah sesama teman memang harus saling menolong? Aku pikir kau sedang mendapat masalah pelik sekarang, untuk itulah aku menungguimu sadar lebih dulu.” Yun Ji sentak menitikan air matanya pelan dengan tatapan nanarnya pada Yesung. Namja itu berkerut dahi, apa tadi perkataannya salah?
“Yesung-ah…” Yun Ji tampak berusaha untuk duduk dan memeluk namja itu. Yesung tercenang, ia seakan tak bisa mengelak akan perlakuan yeoja ini padanya.
“Jangan pergi, aku takut…” tubuh Yun Ji bergetar, ia seakan benar-benar membutuhkan seseorang disampingnya sekarang. Dengan ragu, tangan Yesung pun mengalah, diangkatnya pelan hingga ia seolah terlihat membalas pelukan Yun Ji saat ini. Setidaknya, Yesung adalah seorang namja yang tak cukup tega meninggalkan seorang perempuan dengan kondisi sendiri seperti ini.
Hening! Tampak kini Yesung membelai rambut panjang gadis itu, bermaksud untuk sedikit menenangkan isakannya.
“Apa kau ada masalah?” tanya Yesung tiba-tiba. Yun Ji yang kini bersandar dipundak namja itu pun dengan cepat menarik tubuhnya kembali menghadap Yesung.
“Masalah? Banyak…” balas Yun Ji tersenyum miris sejenak.
“Hhh… sebenarnya aku tak memperdulikan semua urusan pribadi yang mengancamku sekarang. Hidup bersama dengan seorang namja yang tak kucintai, benar-benar membutuhkan sebuah kesabaran yang ekstra besar. Aku kadang merasa, jika semua namja itu sama saja. Mereka selalu memaksakan kehendak mereka, hanya untuk memuaskan nafsu dan menunjukan mereka memiliki sebuah kekuasaan,” Yesung tampak tertegun mendengar penuturan dari Yun Ji kali ini. Sesungguhnya, ia tak mengerti sama sekali dengan maksud gadis ini.
“Seandainya saja waktu dapat berputar, mungkin aku tidak akan memilih kehidupan yang seperti ini. Terjerat dalam sebuah lubang namja berengsek yang tak tau diri. Pekerjaannya ketika bertemu denganku, hanyalah memukulku, memakiku, dan melakukan hal yang seenaknya padaku. Sebenarnya, aku tidak perduli itu. Aku sudah rusak, dan dia sudah semakin membuatku rusak. Hanya saja, aku tak kuat ketika ia harus memaki keluargaku!”
“Siapa yang kau maksud?” tanya Yesung polos. Yun Ji sentak menoleh padanya dan tersenyum kecil. Yah, terkadang amnesia yang dialami Yesung saat ini cukup bermanfaat. Toh, Yesung jadi tak mengingat jika sekarang Yun Ji sudah menikah, dan yang terpenting adalah… Yesung tak ingat, jika ia lah yang memutuskan dan meninggalkan Yesung dengan bodohnya ketika itu.
“Bukan siapa-siapa, dia hanyalah orang yang tak penting.” Jawab Yun Ji dengan mata yang berkilat. Sebenarnya, ia ingin sekali menceritakan semua hal yang ia rasakan lebih banyak lagi pada Yesung. Dimana tadi, suami Yun Ji dari Taiwan tiba-tiba saja muncul dan memukulinya seperti biasa. Yun Ji tau, jika nasibnya begitu buruk, bahkan ia sangat yakin jika suaminya itu berada disini hanya untuk mengantar para gadis malam simpanannya. Untung saja, Yun Ji tak terlalu banyak perduli tentang apa yang dilakukan suaminya itu.
“Aku akan membuatkanmu susu hangat sebentar, tunggu saja disini,” Yesung sentak hendak berniat untuk berdiri dan pergi menuju kearah dapur Apartment ini. Entahlah, ia sedikit merasa tak asing lagi menatapi beberapa bagian tempat ini.
“Apa kau tinggal sendiri Yun Ji-shi?” pekik Yesung dari arah dapur.
“Nde…”
“Bagaimana dengan orang tuamu?” pertanyaan Yesung kali ini sentak saja membuat Yun Ji mendengus kecil. Bukankah dulu Yesung lah orang yang paling tau dirinya ketimbang siapapun?
“Entahlah… aku hanya berharap mereka baik-baik saja, setelah memaksaku masuk kedalam jurang yang seperti ini.” Terdengar suara Yesung mengaduk gelas dihadapannya seketika. Namja itu tampak perlahan-lahan muncul dan menyodorkan secangkir susu hangat yang masih menggepulkan asapnya itu pada Yun Ji.
“Yah, sepertinya hidupmu sangat buruk.” Yesung nampak tersenyum kecil seraya berbalik untuk menatapi bingkaian-bingkaian benda yang menggantung diruangan ini. Tunggu! Sepertinya ada sebuah bingkai foto yang menarik disana, bahkan sekarang Yesung tampak menyipit untuk meyakinkan sesuatu dari penglihatannya itu.
“Ini—” Yesung sentak mengambil bingkaian foto itu dengan perpaduan alisnya. Tampak kedua orang anak manusia tengah saling merangkul mesra didalam foto itu. Yesung kembali mengernyit, kenapa namja didalam foto itu seolah mirip dengannya?
“Itu kita…” ucap Yun Ji yang kontan berusaha untuk berdiri disamping Yesung.
“Mwo? Ki-ta? Maksudmu—”
“Kau dan aku.” Yesung sentak menoleh penuh kearah Yun Ji sekarang. Kenapa bisa? Kenapa ia bisa berfoto dengan pose seperti ini bersama Yun Ji? Sungguh, itu terlihat akrab sekali.
“Hummm… Yun Ji-shi, boleh aku bertanya satu hal padamu?”
“Ya, katakan saja. Aku bahkan, memang menunggumu untuk bertanya padaku.” Yesung tampak berpikir sejenak dengan memainkan kedua bola matanya kebanyak arah. Ia bingung harus menanyakan rasa penasarannya itu atau tidak. Toh, sekalipun itu benar, tak akan ada yang berubah. Ia sudah memiliki Yura; gadis yang baru dinikahinya.
“Tidak usah, sepertinya tidak terlalu penting sekarang.”
“Tapi, mungkin akan menjadi penting untukku.”
“Mwo?”
“Hummm… Yesung-ah, apa kau ingat siapa aku untukmu? Maksudku, apa kau ingat bagaimana dulu kehidupan kita berdua?”
“Berdua? Kita?”
“Geurae, aku tak tau bagaimana kronologisnya kau dapat melupakanku secepat itu. Entahlah, aku merasa terkhianati saat tau kau sudah menikah,” Yun Ji sentak membalas tatapan Yesung padanya. Yeoja itu seketika kembali merangkul tubuh Yesung dan melingkarkan tangannya kepinggang namja itu.
“Kau tau? Dulu, dihatimu ini hanya ada aku.”
“Apa maksudmu?”
“Yesung-ah… mungkin kau tidak akan percaya atau menganggapku sudah gila. Tapi, apa kau tau? Kita pernah menjadi sepasang kekasih, kau dan aku dulunya benar-benar saling mencintai!”
“MWO?” mata Yesung sentak terbelalak kaget, Dalam hitungan detik, tampak ia masih melongo tak percaya. Ia dan Yun Ji?
“Kau ingin mendengar lebih banyak? Aku bisa menceritakannya semuanya jika kau ingin. Mungkin, ini akan membutuhkan waktu yang tak sebentar. Bisakah, kau tetap disini?” Yesung sentak menatapi jarum jam yang berdentang tak beraturan. Namja itu tampak berpikir akan sesuatu hal sejenak, sampai ia memutuskan sesuatu.
***
Disatu sisi, tampak kini Yura menekuk wajahnya dengan geram. Baiklah, ia sudah berusaha menahan semua emosinya saat ini. Kim Jong Woon… dia seakan menjadi namja pertama yang membuatnya menunggu layaknya orang gila di Bandara ini. Sudah hampir 2 jam lebih! Baiklah, bukankah itu sudak sedikit kelewatan?
Tubuh Yura sentak saja berdiri tatkala ia mendengar bunyi ponselnya berbunyi. Tampak, nama Yesung terukir manis disana. Yura tersenyum, dengan semangat yang tinggi, ia buka pesan itu dan membacanya dengan seksama.
“Yura-ya… kita tak jadi berangkat hari ini. Kau pulang saja, aku masih ada urusan yang cukup penting disini.” Bibir Yura seolah mengucapkan kalimat itu dengan sedikit kecewa. Bagaimana tidak? Sudah dari semalam ia memikirkan liburan bersama ini, sampai ia tak tidur dengan nyenyak. Menyiapkan segala sesuatunya sampai hal terkecil sejak tadi pagi, dan yang terpenting adalah… ia sudah duduk menunggu berjam-jam ditempat ini dengan menahan semuanya. Lalu, dengan mudahnya Yesung membatalkan itu tanpa alasan yang jelas. Urusan penting? Sepenting apakah itu hingga Yesung seolah tengah mempermainkan perasaannya ini. Menungguinya dengan harap-harap cemas, dan dengan rintihan-rintihan doa yang ia kirimkan untuk namja itu.
“Kau sebenarnya kemana Kim Jong Woon? Apa sebenarnya kau mungkin memang menyuruhku untuk pergi ke Negara asing itu sendiri? Kau tengah mempermainkanku? Huhhh… baiklah, baiklah jika itu memang maumu…” Yura sentak menarik paksa koper yang ia bawa, lalu melangkah masuk dengan cepat.
‘Membatalkannya dan pulang? TIDAK AKAN! Kau pikir, aku akan baik-baik saja setelah kau mengirimiku pesan pembatalan itu, huh? Mudah sekali kau berucap Kim Jong Woon…’
Yura sentak mendengus dengan rahang yang mengeras.
‘Lihat saja, aku akan membuatmu menyesal karna hal ini…’
Gadis itu tampak menyodorkan beberapa lembar berkas kepada petugas, lalu masuk untuk menaiki pesawat yang akan mengantarkannya pada Negera asing itu. Entahlah, bagi Yura tiket pesawat ke luar negeri itu cukuplah mahal, sekalipun ia tau jika Yesung pasti masih dapat membelinya lagi. Namun, entah mengapa ia seolah merasa itu sebuah kerugian besar. Toh, pada dasarnya Yura memanglah gadis yang sejak dulu memiliki kehidupan yang tak terlalu berkecukupan.
“Hhhhh…” Yura tampak menarik nafas dalam, tatkala kini ia sudah memasuki pesawat itu perlahan-lahan. Langkahnya terdengar berat, seolah-olah ada sebuah rasa yang akan tertinggal disini. Tak ada lagi yang dapat dilakukannya sekarang, selain menatap kearah luar jendela pesawat itu. Untunglah, tempat duduknya berada di sisi kiri pesawat, setidaknya ia mempunyai titik yang menjadi tumpuannya melamun saat ini. Sesungguhnya, semua ini jauh dari bayangannya semalam.
‘Aneh… kenapa aku harus merasa kecewa padanya? Kenapa aku yang seolah terlihat gencar akan bulan madu ini?’
Yura mengerucutkan bibirnya aneh, membiarkan waktu lah yang akan menjawab pertanyaanya itu kelak. Ia tampak menyandarkan kepalanya sedikit lebih menyamping. Entah ini cuma perasaannya atau bukan, yang jelas Yura menyadari jika sebagian dari penghuni pesawat ini adalah pasangan pengantin baru. Toh, Karabia memang tempat yang menjadi pusat untuk pasangan kekasih yang butuh sebuah keromantisan pada sebuah bulan madu.
PIP
Tampak Yura sentak menutup dan mematikan ponselnya, seolah sengaja menginginkan Yesung merasakan gamam ketika menyadari jika ia pergi sendiri tanpa namja itu. Ingin menangis? Rasanya, akhir-akhir ini Yura merasa jika dirinya begitu cengeng dan rapuh.
@Yesung-Yura Home’s_
Yesung tampak perlahan-lahan memasuki rumahnya ini dengan sebuah guratan aneh. Semenjak tadi ia pulang dari Apartment Yun Ji, perasaannya terus saja berkecamuk tak tentu arah. Walaupun, Yun Ji belum sepenuhnya menceritakan masa lalunya itu, tapi Yesung sudah cukup pintar dalam mengartikan semua ucapan gadis itu padanya tadi.
‘Aku dan kau berteman sejak kita di Sekolah menengah pertama. Saat itu, kau namja yang cukup mengerikan. Tak banyak orang yang berani mendekatimu Yesung-ah… kau pernah mengatakan jika kau hanya memiliki aku sebagai sahabatmu, dan kau tak ingin aku berteman dengan orang lain. Semenjak saat itu, kita beranjak semakin dewasa. Sebenarnya, aku tau kau menyukaiku, tapi kau terus diam dan tak sekalipun kau mengungkapkan perasaanmu itu padaku. Bodoh! Hingga, sampai akhirnya aku memilih untuk menjauh dan pergi darimu. Dan ternyata, aku benar. Kau mengungkapkan perasaanmu, tepat disaat kita memasuki tahap Universitas. Saat itu—kita menjadi pasangan kekasih yang sangat bahagia…’
Yesung snetak ingat tentang kalimat yang tadi diujarkan Yun Ji. Yah, tak hanya itu. Tapi juga yang membuat Yesung semakin penasaran adalah…
‘Kau ingat? Bahkan kita masih bahagia beberapa bulan yang lalu. Aku hanya bingung, selama ini kau tak pernah mengenalkan padaku gadis manapun yang dekat denganmu, termasuk Yura. Tapi, aneh… tiba-tiba kau kembali muncul dan membawa kartu undangan untukku…’
Yesung tampak menggeleng pelan. Sesungguhnya, ia semakin sadar jika ada yang tak beres selama ini. Dengan langkah lebar, ia pun sontak saja memasuki kamarnya, berharap jika Yura tak marah akan tingkahnya yang tak menepati janji itu.
“Yura-ya…” ucap Yesung setengah berteriak. KOSONG! Tampak tempat ini seolah masih sama dengan ketika ia tinggalkan tadi. Lalu, kemana Yura? Dengan cepat, Yesung merogoh saku sweaternya untuk menelpon seseorang. Terlihat puluhan panggilan telpon dan pesan dari Yura.
Yesung tak memperdulikan itu, terlalu membuang waktu jika harus membaca semua pesan itu. Terdengar nada tulalit dari ponselnya saat ini, menandakan jika sang pemilik nomor itu sedang tak aktif.
“Kau kemana?” Yesung tampak mulai panik. Dengan cepat, ia telpon awak pesawat yang menjadi tempat ia memesan tiket. Masuk… tampak Yesung memulai maksudnya itu secara cepat.
“Bukankah nomor pesawat yang kemarin Anda pesan, sudah ada yang menempati, Tuan. Hummm… atas nama Nyonya Kim Yura.”
“Mwo?” Yesung tampak terperangah sejenak. Jadi maksudnya, Yura sama sekali tak memebatalkan penerbangan mereka? Dan gadis itu pergi sendiri?
“Lalu, kapan pesawatnya berangkat?” lanjut Yesung cemas.
“Hummm… 15 menit yang lalu.”
“Mwoya?” tubuh namja itu menegang. Ada sesuatu yang kini menghinggapi otak dan pikirannya.
“Gadis bodoh! Kenapa dia bisa senekat itu!” Umpat Yesung seraya kembali memencet beberapa nomor yang terdapat dalam kontak ponselnya. Tak taukah Yura? Jika saat ini Yesung sangat amat cemas dengannya? Bahkan lihatlah, ia menyampingkan pikirannya tentang semua kecurigaan dan perkataan Yun Ji padanya tadi.
“Yeobosseyo Sekretaris Kim, tolong pesankan aku segera tiket pesawat ke Karibia secepatnya…” ucap Yesung pada asisten pribadi Appa-nya itu.
“Nde? Tuan Kim, bukankah pesawat kesana baru saja berangkat beberapa menit yang lalu? Jadi, kemungkinan besar akan ada penerbangan baru pada besok pagi.”
“Aku tidak perduli. Kalau perlu, kau pesankan aku pesawat pribadi untuk menuju kesana sekarang. Aku tidak mau tau, kau harus mendapatkannya.” Yesung sentak mematikan sambungan ponselnya itu seketika. Tampak giginya bergemerutuk menahan suatu ketakutan yang mendera batinnya saat ini.
“Kim Yura…!” Erangnya tertahan sembari kontan saja melemparkan ponsel yang sejak tadi ia pegang itu kelantai. Persetan dengan wujud ponsel itu sekarang, yang terpenting untuknya sekarang hanyalah YURA.
***
‘Cinta adalah emosi yang di alami oleh banyak orang,
Tapi dinikmati oleh sedikit orang saja,
Jika kau memang mencintaiku, tolong biarkanlah aku tau,
Agar aku tak tersiksa, menati sebuah harapmu…’
*When It All Began, WHY?*
@Carribbean Islands_
Kepulauan Karibia adalah gugusan kepulauan dengan ratusan pantai indah yang tersebar di seluruh area kepulauannya. Kepulauan Karibia atau Carribbean Islands terletak di laut Karibia, lepas pantai benua Amerika. Tepatnya di sebelah tenggara negara Meksiko.
Entahlah, mengapa Yesung memilih tempat ini sebagai bulan madu pertamanya. Mungkin karna memang, Karibia begitu terkenal dengan ombak pantainya yang sangat indah, dan langsung dapat melakukan snorkeling untuk menikmati keindahan alam bawah laut di sekitar pulau ini. Toh, Wisata pantai Karibia memang menjadi impian bulan madu bagi banyak pasangan dari berbagai penjuru dunia.
Yura tampak menyeret kopernya masuk kesebuah penginapan yang memang sudah direncakan Yesung sebelumnya. Yah, untunglah ia membawa lengkap semua barang selama ia berada disini. Indah… setiap jendela tempat penginapan ini seolah menghunus langsung pada sebuah pantai dan angin yang benar-benar alami itu. Setidaknya, cukup membuat perasaan nyaman dan damai selama berada disini kelak.
“Huaaaaa… anginnya begitu sejuk! Kenapa aku baru tau ada tempat yang seindah ini?” Yura tampak melebarkan kedua tangannya perlahan, menikmati layangan angin yang menerpa rambut dan baju yang ia kenakan saat ini. Mungkin karna alam ini yang menyibak, wajah Yura seolah jadi ikut tertarik membentuk seulas senyuman yang manis.
Yura benar-benar tak menyangka, jika ditempat ini ia bisa menatapi banyak sekali pemandangan yang jarang ia lihat, bahkan belum pernah. Rasanya, ia sudah tak sabar lagi mengelilingi tempat ini dan bermain bersama karang dan air laut itu. Menyenangkan, pasti sangat menyenangkan bukan? Yah, walaupun tanpa kehadiran Yesung.
“Baiklah, aku ingin istirahat dulu…” Yura bergumam entah pada siapa. Tubuhnya berbalik dan langsung melompat keatas ranjang empuk itu. Terkadang, seperti ini juga menyenangkan.
***
Ini sudah pertengahan malam, sepertinya Yura begitu terlelap dari tidurnya hingga lupa jika ia belum memakan apapun saat ini. Entahlah, rasanya begitu tenang tidur berselimutkan angin yang berasal dari alam ini. Tubuh gadis itu tampak menggeliat pelan, dan kembali tertidur dengan posisi yang sama. Sebegitu lelahkah ia? Bahkan sampai-sampai Yura tak menyadari jika hampir 5 menit yang lalu seseorang tanpa permisi memasuki kamar penginapannya. Yah, siapa lagi kalau bukan Yesung; suaminya. Dengan menyewa helikopter sendiri, Yesung dengan mudah sampai ketempat ini tanpa harus repot pada hal lain.
CUP
Namja itu tampak mengecup pelan puncak kepala Yura, memastikan hatinya tak bergetar lagi ketika mengetahui gadis ini sudah didepan matanya. Hampir saja tadi ia mati jantungan, karna begitu lama sampai ketempat ini.
“Jangan seperti ini lagi, kau bahkan hampir membuatku frustasi. Dasar gadis tarzan…” Yesung tampak mengelus puncak kepala Yura dengan lembut. Sekalipun ia sudah mengetahui jika Yura baik-baik saja, tetapi tetap saja jantungnya tak jua ingin memperlambat detakannya itu.
Baru saja Yesung bermaksud untuk ikut berbaring ke sisi kanan yeoja itu, tiba-tiba saja Yura menggeliat. Dengan alasan gengsi, Yesung sentak saja mengurungkan niatnya dan sentak berdiri, seolah tadi ia tak melakukan apa-apa.
“Eunghhh…” erang Yura seraya menggeliatkan tubuhnya kesembarangan. Gadis itu tak menyadari jika ada orang lain dikamar ini, bahkan tangan kanannya mulai menggaruk perutnya yang polos akibat tersingkap. Yesung mendadak kaku, kenapa tubuhnya menjadi gemetaran seperti ini?
‘Yura-ya… kau—’
Gumam Yesung sembari dengan kikuk menarik selimut untuk menutupi tubuh gadis itu. Yura sepertinya mulai sadar sekarang, dengan cepat ia buka matanya untuk menatap kesekelilingnya. Untuk beberapa detik, Yura seolah menganggap biasa tempat ini, mungkin nyawanya belum terkumpul sepenuhnya. Hingga, detik berikutnya yeoja itu mulai menatapi Yesung. Yah, itu Yesung… bukankah tidak ada yang aneh? Tapi…
“MWO?” Yura sentak berteriak dan sontak saja beranjak dari lentangannya itu. Yesung? Kenapa Yesung bisa ada disini?
“K-kau?”
“Wae?” tanya Yesung tanpa dosa. Namja itu tampak tersenyum manis, seolah merasa bersalah akan keberangkatan yang ia batalkan seenaknya itu.
“Kenapa kau bisa ada disini?”
“Bukankah memang seharusnya aku berada disini?”
“Nde? Cah… Tidak! Kau sudah membatalkan liburanmu ini, jadi kau tak seharusnya berada disini! PERGI… ini kamarku!”
“YA! Kim Yura… bukankah aku yang memesan semua ini huh?”
“Tapi kau sudah membatalkannya, itu berarti ini semua menjadi milikku. Waeyo? Ada masalah Tuan Kim?”
“Kenapa sepertinya kau yang marah? YA! Harusnya aku yang kesal padamu, kenapa kau pergi sendiri dengan seenaknya.”
“Lalu, bagaimana denganku yang harus menunggumu berjam-jam layaknya orang bodoh itu, huh? Kau pikir, aku tak kesal?”
“Hhhh… baiklah, aku minta maaf karna hal itu. Tadi—aku benar-benar tidak bisa meninggalkan urusanku. Tapi, bukankah aku sudah menyuruhmu pulang? Lalu, kenapa kau teruskan?”
“Karna aku tak ingin hatiku kecewa!”
“Mwo?”
“Ash, sudahlah… jika memang urusanmu itu penting. Lalu, kenapa kau menyusulku kemari?”
“Karna aku takut kau—” Yesung sentak menghentikan kalimatnya dan menghela nafas.
“Aku hanya takut, Eomma akan memarahiku jika beliau tau soal hal ini.” Lanjut Yesung berbohong. Yura tampak mendengus kecil, kenapa ia kecewa dengan jawaban Yesung ini.
“Oh, hanya karna itu? Yah sudah, lebih baik kau pulang saja besok. Aku akan tetap disini sampai liburan selesai. Kau tak usah kuatir, biar nanti aku yang akan mengatakan alasannya pada Eomma…”
“Mwo? YA! Tidak bisa begitu…”
“Kenapa tidak bisa? Cah, aku bahkan bisa berada ditempat ini sendiri. Bukankah kau masih banyak urusan? Urus saja, kenapa kau ter—”
“YA! Kau pikir bagaimana aku bisa bernafas tenang tanpamu, huh? Kau tau bagaimana detak jantungku selama perjalanan aku kemari? Kim Yura… kau sudah melakukan tindakan ceroboh tanpa seizinku! Kau pikir, kau bisa sendiri disini tanpa ada orang lain yang menemanimu? Kau pikir aku akan tenang? Kau pikir aku tidak kuatir? Dan apa kau pikir aku senang membatalkan perjalanan ini, huh?” bentak Yesung, membuat Yura melongo mendengar sahutannya itu.
“Ap-apa maksud perkataanmu itu? Apa kau kuatir padaku?”
“Kau pikir suami mana yang tak kuatir saat mengetahui istrinya pergi tanpa pamit?” Yesung menghela nafasnya panjang. Kenapa ia bisa dengan bodohnya mengucapkan hal ini?
“Nde?”
“Ash… Kim Yura, jangan membuatku gemas seperti itu!” Yesung sentak melompat keatas ranjang dan menghampiri gadis ini. Yura mematung! Ia sontak terdiam dengan mulut menganga tatkala kini Yesung memeluk tubuhnya dengan erat.
“Kumohon, jangan seperti ini lagi ARA?” desah Yesung yang semakin membuat Yura mati kutu dengan tubuh bergetar sekarang.
“Banyak orang asing disini, aku takut kau kenapa-kenapa,” Yesung merenggangkan tubuhnya dari Yura, menatapi tulus wajah gadis yang entah mengapa membuatnya lupa akan segala hal didunia ini.
“Mana ada orang yang berbulan madu sendiri, dasar gadis tarzan yang bodoh.” Lanjut Yesung seraya mengecup pelan hidung Yura saat ini. Namja itu merunduk, memperhatikan sekilas bibir Yura yang terlihat begitu manis didepannya. Entahlah, baru beberapa jam berpisah dari gadis ini, Yesung sudah sangat merindukannya.
“Yesung-shi…”
“Sudah berapa kali aku peringatkan padamu untuk memanggilku Oppa, kau bodoh atau apa heh?”
“Tap—”
“Entah mengapa, dari banyaknya kata didunia ini. Aku paling tak suka dengan kata ‘TAPI’!”
“Aish… kau sedang mabuk? Lepaskan tubuhmu!”
“Tidak, sebelum kau memaafkanku!”
“Kau pikir aku semudah itu?”
“NDE!” Sahut Yesung seraya menyumpal lembut bibir Yura dengan mesra. Yeoja itu berjengit, sedikit terperanjat dengan aksi tiba-tiba dari Yesung ini.
“YA! Kim Jong Woon…” berontak Yura dengan guratan malu.
“Jangan katakan, jika kau mencintaiku dan ingin aku menjadi milikmu seutuhnya sekarang.” perkataan Yura kali ini, sontak saja meloloskan tubuhnya dari Yesung. Namja itu berpaling, tampak jelas goresan merah dibawah matanya.
“M-mwo?Apa maksudmu? Cin-cinta? Se-seutuhnya?”
“Geurae… kau mencintaiku?”
“Huh?” Yesung tampak melongo dengan panik saat Yura tersenyum senang melihat ekspresinya itu. Aneh, kenapa ia tak bisa melawan? Tunggu, sepetinya Yesung menyadari satu hal, jika…
=TBC=
No comments :
Post a Comment