Part 13~~
Musim dingin 2018…
Mungkin hal ini terdengar mustahil, dulunya seorang gadis yang tidak suka belajar, buku bukanlah temannya melainkan musuhnya dan belajar adalah hal dia anggap menakutkan. bagaimana tidak belajar akan menyita pikiranmu, membuatmu harus berpikir keras hingga tidak sadar wajah mudamu berkerut lebih cepat. belajar adalah musuh terbesar dalam hidupnya.
Apa dia bisa membanggakan dirinya sedikit? lahir dikeluarga kaya membuatnya tidak mencemaskan masa depan. sekarang ataupun nanti semua akan tetap sama. hey.. dia tidak perlu bekerja keras hanya untuk mendapatkan sejumlah uang, semua bisa dia dapatkan hanya dengan merayu ayahnya. itu keberuntungannya sebagai seorang putri tunggal.
Dulu, dia berpikir hidupnya akan berjalan layaknya drama yang sering dia tonton. pada akhirnya dia akan menikah dengan pewaris tahta dan dalam sekejap embel-embel istri Presdir berada dibelakang namanya. dia hanya perlu bergaul dengan wanita sosialita yang selalu sibuk mempercantik diri mereka. bukankah itu menyenangkan? setiap hari hanya diisi dengan berbelanja dan ke salon, dia hanya perlu duduk manis dirumah tanpa melakukan apapun. sungguh kehidupan yang dia idam-idamkan.
Tapi dia melupakan satu hal jika hidup itu bagai roda yang berputar, dulu dia diatas dan bisa saja dimasa yang akan datang dia dibawah. sekarang dia bicara tentang kemungkinan hal buruk yang bisa saja terjadi di masa yang akan datang. dia tidak tahu hal lain selain menghabiskan uang. jika keluarganya jatuh miskin dan dia tidak bisa berbuat apapun maka dia akan menyesal disepanjang hidupnya.
Soojin berdiri didepan kaca setinggi tubuhnya. melihat ulang penampilannya. dia tersenyum yang membuat lesung pipi terlihat. dia berada disebuah ruangan disebelah kamarnya. ruangan yang hanya diisi oleh lemari-lemari kaca penuh dengan koleksinya. pakaian, sepatu, hingga tas. dia berjalan menuju lemari yang khusus menyimpan semua koleksi mantelnya. mantel hijau tosca yang terlihat hangat dan pucat dia pilih sebagai teman yang akan menemaninya satu hari ini. karena di januari yang beku salju turun tanpa terduga.
Mantel, penutup telinga, sarung tangan, hingga sepatu boot jenis kulit menjadi pelengkap penampilannya hari ini. dia menuruni anak tangga dengan semangat.
“Deby aku pergi dulu, dan mungkin akan pulang terlambat” katanya pada pelayan wanita yang selama ini mengurus rumah yang dia tempati, Deby juga sangat membantunya untuk bertahan hidup sendirian dinegara asing ini. wanita Amerika bertubuh subur itu nampak memulai protesnya.
“salju bisa turun kapan saja”
“ini penting” dia mengacungkan dokumen yang dia bawa. jika Deby tidak memberinya izin maka dia tidak bisa keluar, wanita itu sudah seperti ibunya. yang suka mengomeli dirinya. berkat Deby dia tidak pernah merasa kesepian sebaliknya dia merasa sangat dekat dengan ibunya.
“tentang kuliahmu?” Soojin mengangguk. “baiklah aku akan meminta Bek menyiapkan mobil”
“tidak perlu, aku naik bus saja”
“bus? kau yakin?”
“sangat yakin, L.A itu indah Deby sayang jika dilewatkan” kata Soojin sembari berjalan meninggalkan Deby dan melambaikan tangannya tanpa menoleh.
Soojin meninggikan syal hingga menutupi setengah wajahnya saat melangkah keluar. cuaca sangat dingin bahkan korea tidak sedingin ini tapi dua tahun cukup membuat tubuhnya beradaptasi. dia menoleh sesaat melihat rumahnya. ibunya memiliki selera yang tinggi, memilih rumah bergaya klasik dengan cerubung asap dan dinding yang menampilkan batu bata merah asli.
~
Soojin turun dari salah satu bus lalu kembali berjalan diatas trotoar, meski minus 15 derahat celcius trotoar tetap dipenuhi pejalan kaki. apa yang akan dilakukan dengan mobil yang bisa menghangatkan namun saat salju turun mobil itu akan terjebak diantara tumpukan salju. karena itulah banyak orang memilih untuk berjalan kaki dan naik kendaraan umum.
Dia memasuki sebuah cafe. suasana didalam cafe cukup hangat dan meja-meja penuh hampir tidak tersisa, kecuali meja paling sudut didekat dinding kaca.
Soojin lebih dulu berjalan kearah kasir, memesan secangkir espresso hangat setelah itu baru duduk di meja yang tersisa.
Hal pertama yang menarik perhatiannya adalah sebuah pot bunga kecil yang ada ditengah-tengah meja. bunga aster dengan kelopak putih, tentu saja bukan bunga asli namun yang menarik ada seekor kumbang yang hinggap di kelopak bunga itu.
Soojin mengeluarkan ponselnya, mengarahkan kameranya untuk membidik kumbang itu. dia tersenyum melihat hasil bidikannya.
Ponselnya berdering. dia membuka aplikasi kakaotalk dengan notif yang terus bertambah.
“Han Sooojin, di L.A sudah pagi bukan? “
“apa disana salju masih turun? “
“bagaimana dengan kuliahmu?” benarkah kau berhasil masuk tanpa tes?”
“kenapa kau tidak jawab?! kau masih tidur??”
“dasar pemalas, cepat bangun!! “
Semuanya berasal dari orang yang sama. Song Hyesoo. mereka bertiga membuat grup obrolan, hanya media itu yang membuat mereka selalu merasa dekat.
“Song Hyesoo diamlah!! kau sangat mengganggu”
Minji menyela.
“aku tidak mengganggumu. sini kau! biar ku hajar”
Soojin menahan tawa, tidak ingin membuatnya menjadi pusat perhatian. tak lama pesannya datang secangkir Kopi Espresso hangat.
“thank you” katanya pada pelayan pria yang mengatarkan minumannya.
“ur welcome miss” balas pria itu ramah.
“kau yang sini!”
“Yakk!! awas kau ya”
“Hey kalian kenapa jadi bertengkar?”
“Minji yang mulai duluan”
“kau yang mulai duluan. kau itu mengganggu. Hyukjae sedang menghubungiku tapi notifmu, Astaga!!”
“lagi-lagi Hyukjae, aku bosan mendengarnya”
“memangnya aku tidak bosan mendengarkanmu bicara tentang Joon Myun, Joon Myun, dan selalu Joon Myun”
“STOP!!! berhenti bertengkar seperti anak kecil.”
“cihh!!! apa L.A sudah membuatmu jauh lebih dewasa eoh? aku rasa tidak”
Cibir Minji.
“Astaga Han Soojin tidak sadarkah kau juga dulunya anak kecil”
Cibir Hyesoo.
“Aku rasa aku satu tingkat lebih dewasa dari kalian”
“Yakkk!!”
“Kau—”
Soojin tertawa geli. tiba-tiba sesuatu melintas dibenaknya. dia mengambil gambarnya sendiri namun lebih dulu Soojin mengenakan kaca mata berframe bundar yang memberi efek seperti gadis-gadis kutu buku. lalu mengirimkannya ke ruang obrolan mereka.
“apa aku sudah terlihat seperti gadis yang cerdas?”
Namun respon yang dia dapat tidak seperti yang dia harapkan.
“Omo. kau mewarnai rambutmu”
“kau sedang dimana? apa ada pria tampan disekitarmu?”
“aku bertanya apa aku sudah terlihat pintar?”
“dengan kaca mata itu kau terlihat culun”
“Yakk!! Song Hyesoo!!”
“warnanya cocok untukmu”
“aku baru mewarnainya kemarin”
“aku juga ingin mewarnai rambutku. apa warna merah cocok untukku?”
“Astaga!, merah sangat cocok untukmu. begitu moncolok hingga membuat mata sakit saat melihatmu”
“Yeongi-ah aku akan mendatangimu dan langsung menghajarmu”
“ayo kesini. aku duluan yang akan mengahajarmu”
Soojin menghela nafas. tidak di korea ataupun disini dia tetap menjadi pelerai kedua sahabatnya itu.
Tak lama sebuah foto masuk, dan itu adalah foto Hyesoo yang juga tengah menggunakan kaca mata.
“bagaimana? apa aku juga terlihat pintar jika memakai kaca mata?”
“siapapun tahu kau tidak pintar sekalipun dengan kaca mata itu”
“aku juga tidak mau kalah”
Kata Minji dan mengirimkan fotonya yang juga tengah mengenakan kaca mata.
“lihatlah, aku yang paling cocok jadi anak pintar.”
“sayangnya kau tidak pintar.”
Kata Hyesoo membalas cibiran Minji tadi.
“Soo-ah bagaimana kuliahmu?”
“hari ini aku baru akan datang ke kampus”
“sungguh kau masuk tanpa tes?”
“nilaiku memenuhi syarat jadi aku masuk tanpa tes”
Apa kalian percaya? atau sama seperti kedua sahabatnya yang tidak masih tidak percaya? sudah dia katakan bukan lagi Soojin yang dulu. banyak perubahan yang terjadi dan salah satunya dia bukan lagi murid bodoh dengan nilai terburuk.
Menjadi anak kutu buku itu sangat menyiksa, harus berhadapan dengan bahan tebal itu 3-5 jam sehari. memperlajari banyak hal, membaca banyak hal, yang terakhir dia harus menggunakan otaknya untuk berpikir. itu neraka baginya tapi semuanya tak bertahan lama, dia menemukan titik nyaman yang membuat dia mulai menyukai belajar. setiap berhadap dengan buku dia merasa sangat kecil karena dia tidak mengetahui apapun namun saat dia mengetahui satu hal yang orang lain tidak tahu dia merasa satu langkah lebih maju.
Pantas saja buku ibarat jendela dunia karena lembaran tipis itu akan membuat siapapun mengetahui hal baru yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya. kenapa baru sekarang dia menyukai belajar. tapi jika dari dulu dia menjadi gadis kutu buku dia tidak akan bisa menikmati kenakalan remajanya.
Tanpa sadar Soojin tersenyum kembali memikirkan masa-masa dimana dia dan kedua sahabatnya selalu membuat masalah. ruang kepala yang biasa ditakuti menjadi tempat kedua setelah kelas. dia tidak ingat betapa seringnya dia masuk keruang kelapa sekolah. mulai dari nilai buruk hingga perkelahian yang dia buat dan hukuman layaknya aktifitas yang tidak pernah mereka lewatkan.
Soojin merindukan masa-masa itu. bibirnya mengulas sebuah senyum kemudian kembali fokus pada ponselnya.
“woahhh aku belum bisa percaya”
“Hey! hwang minji bagaimana denganmu? kau masih ingin mengambil jurusan seni?”
Mengingat Minji satu-satunya dari mereka yang menyukai seni musik tepatnya bermain piano. impian gadis itu adalah menjadi seorang pianist. berbagi kebahagiaan lewat musik. kalimat yang sering Minji katakan. sayangnya orang tua Minji sangat menentang impian Minji. apa yang bisa dibanggakan hanya dengan bermain musik. karena itulah meski berbakat Minji tidak pernah memperlihatkan bakatnya pada semua orang, gadis itu hanya bisa bermain piano diam-diam.
“aku tetap masuk jurusan seni musik sekalipun appa menentangku”
“kau harus buktikan dengan bermian piano kau bisa membuat ayahmu bangga. Minji-ah FIGHTINGđź’‹”
“Ji-ah aku siap menampungmu jika ayahmu mengusirmu dari rumah”
canda Hyesoo.
“uri Minji Fighting!! Saranghae❤”
Lanjut Hyesoo. meski lebih sering bertengkar mereka tidak pernah saling meninggalkan satu sama lain.
Jangan takut terjatuh karena kami selalu berada dibelakangmu. penggalan kalimat favorite mereka.
“lalu bagimana denganmu Song Hyesoo?”
“aku akan masuk jurusan fashion design. aku akan menjadi seorang designer tentunya”
Jika dipikir-pikir hanya Hyesoo yang bisa mencapai impiannya dengan mulus. mengambil jurusan bisnis manajemen bukanlah impiannya dulu. dan Hwang Minji harus menentang ayanya untuk mendapatkan impiannya. pada akhirnya mereka harus menghadapi jalan hidup yang berbeda. siapa yang akan menyangka jika bertahun-tahun kemudian tiga gadis yang dikenal suka membuat masalah akan berdiri dengan sesuatu yang bisa mereka banggakan.
Han Soojin yang akan memimpin perusahaan, Hwang Minji yang akan menjadi seorang pianist terkenal dan Song Hyesoo akan menjadi seorang designer dengan baju-baju rancangannya yang akan banyak orang kenakan. entah berapa lama hal itu akan terwujud tapi yang pasti mereka tidak akan menyerah dengan impian mereka. seperti mereka yang tidak pernah menyerah meski banyak orang yang meremehkan mereka.
“hai” Seorang pria datang dengan tiba-tiba. Soojin terlonjak, menatap sengit pria yang sudah duduk dihadapannya itu.
“Omo ada apa dengan wajahmu” pria itu tersenyum, memperlihatkan deretan gigi rapi dan mata bulatnya itu terlalu besar untuk ukuran orang korea.
“Yakk! kau mengagetkanku”
“kau yang terlalu fokus pada ponselmu”
“omong-omong wajahmu itu selalu mengingatkan aku pada Korea”
Siapa yang menyangka disekolahnya yang baru dia bertemu pria yang berasal dari negera yang sama dengannya. mereka cepat akrab terlebih mereka satu kelas dan dua tahun belakangan ini mereka menjadi teman baik. bahkan sekarang mereka sama-sama diterima di kampus yang sama dan di jurusan yang sama pula. dia harus memperkenalkan Minho dengan kedua sahabatnya.
“wajahmu juga wajah orang Korea sekalipun kau merubah warna rambutmu” Soojin mencebikan bibirnya
Minho melirik espresso yang belum Soojin sentuh. menyeringai sesaat sebelum menarik cangkir itu, mengaduknya cepat dan menghabiskannya. mata Soojin mendeliknya tajam. tidak terima tentu saja.
“Yak!! kau ini—”
Soojin tidak bisa berkata apa-apa lagi ditambah teriakannya membuat beberapa orang menoleh dengan wajah terganggu mereka. Minho menahan senyum memasang wajah tanpa rasa bersalahnya.
Pria berwajah manis itu berpangku tangan menatap Soojin. “kau sudah menyiapkan semua dokumenmu?” dia melirik kearah dokumen yang Soojin letakan disisi meja yang kosong.
“ayo, kita tidak bisa membuang waktu lebih banyak lagi” pria itu beranjak dan berjalan lebih dulu tanpa menunggu Soojin.
“dia pergi begitu saja setelah menghabiskan minumanku? Tuhan beri aku kesabaran” gerutu Soojin segera menyusul Minho.
Minho mengambil dokumen dari tangan Soojin dengan memamerkan senyum andalannya.
“kau pria yang baik” puji Soojin menepuk pundak pria itu. mereka berjalan menyusuri trotoar yang masih padat, kampus baru mereka tak jauh dari cafe tadi.
Dia menoleh pada Minho menelisik Minho yang membalas tatapannya. kedua saling tersenyum. Minho yang kembali fokus pada jalan dan Soojin yang belum memalingkan wajahnya.
Melihat Minho mengingatkannya pada Cho Kyuhyun. sudah dua tahun lebih berlalu seperti apa pria itu sekarang? apa masih dingin dan ketus? apa wajahnya masih setampan dulu? apa dia masih sepintar dulu? tentu saja Cho Kyuhyun sudah terlahir untuk menjadi pria tampan dan pintar. tapi tidak dengan sifatnya yang bermasalah, dan anehnya dia suka Cho Kyuhyun yang dingin dan ketus. dia bahkan merindukan Kyuhyun yang sering mencibir dan memarahinya.
Tapi sekarang, Cho Kyuhyun tidak bisa meremehkannya lagi. gadis bodoh bukanlah sebutan untuk dirinya yang sekarang. dengan percaya diri dia ingin menantang Kyuhyun mengerjakan soal matematika yang dianggap paling sulit. Kyuhyun tidak akan bisa mencibirnya, dia bukan lagi gadis manja yang bodoh yang hanya bisa membuat masalah, kini dia sudah menjadi gadis pintar dengan beberapa prestasi yang dia raih. apa terdengar mustahil? apa dia perlu menunjukan beberapa penghargaan yang pernah dia dapatkan dua tahun terakhir?.
Minho kembali menoleh. pria itu menunjuk mata Soojin dengan jarinya lalu mengarahkan jarinya itu lurus kedepan. matamu lurus kedepan. arti dibalik gerakan tangannya. “atau tidak kau bisa menabrak orang lain” sambungnya.
Soojin tersenyum membuat lesung pipinya kembali terlihat lalu berjalan lebih cepat didepan Minho. hingga mereka berhenti di dekat rambu pejalan kaki yang masih menyala merah. Soojin menaikan syal pink hingga menutupi pipinya yang merona karena dingin. sedangkan Minho berdiri tepat dibelakangnya. cukup lama mereka menunggu hingga rambu berganti menjadi hijau.
Semua berbondong-bondong melintasi zebra cross berbaur dengan pejalan kaki lainnya. baik searah maupun dari arah yang berlawan.
Seperti pria yang berjalan kearah yang belawanan darinya dengan mantel yang tidak seberapa tebal itu dia mempercepat langkahnya bahkan menyalip beberapa orang dia anggap lambat.
Mereka bersisihan tanpa saling menyadari. berjalan berlawanan arah semakin menjauh tanpa tau takdir pernah membuat mereka begitu dekat.
Kyuhyun menyusuri trotoar dengan tidak sabaran. helaan nafasnya menghasilkan uap yang mengepul, menandakan jika udara sangat dingin. dia memasuki sebuah Cafe yang membuatnya berhenti menggigil. Cafe yang sering dia datangi karena tempatnya yang tak jauh dari kampusnya. hanya perlu berjalan dan itu tak sampai lima menit.
Dia memesan secangkir espresso panas. bukan hangat tapi panas, cukup membuat lidahnya terbakar jika langsung meminumnya tapa meniupnya lebih dulu.
Dia menuju meja disudut ruangan yang kosong, menarik satu kursi dan mendudukan tubuhnya disana. tanpa sarung tangan, tanpa penutup telinga dan tanpa mantel yang tebal disa bisa mati karena Hipotermia.
Mata Kyuhyun menangkap seekor kumbang yang hinggap dikelopak bunga didalam pot kecil ditengah-tengah meja. mata hitamnya menatap lekat kumbang itu tanpa berkedip. hal konyol terpikir olehnya, dia mengambil ponsel disaku mantel, mengarahkan kamera ponselnya kearah kumbang itu. bibirnya tertarik tipis melihat hasil bidikannya.
Kyuhyun menatap keluar Cafe dimana para pejalan kaki masih memenuhi trotoar, tidak peduli sedingin apa cuaca diliar. januari yang beku memang susah bersahabat.
Setelah lulus dari sekolah dia menutuskan untuk melanjutkan sekolahnya di negara Paman Sam ini. negara yang sama dengan gadis itu. tujuannya memilih negara bukan semata-mata karena Soojin ada dinegara ini tapi murni karena minatnya pada Universitas California.
Sudah lebih dari dua tahun mereka berpisah. ralat, bukan berpisah melainkan gadis itu yang pergi meninggalkannya. Meski mereka tinggal dikota yang sama tapi dia tidak pernah mencari keberadaan Soojin. bukan karena dia tidak ingin, dia sangat ingin hanya saja dia ingin menunggu hingga waktu yang mempertemukan mereka. dia ingin melihat kejutan yang Soojin janjikan, suatu saat jika mereka bertemu Soojin akan membuatnya terpesona dengan perubahan gadis itu. ada keyakinan disetiap kalimat yang Soojin ucapkan karena itu dia percaya jika tadkir sudah menyiapkan saat terbaik untuknya bisa bertemu gadis itu kembali.
Dulu atau sekarang semua tetap sama, perasaanya. hal pertama yang akan dia katakan adalah tentang perasaanya. bisa dikatakan semua kekurangan Soojin membuatnya tertarik pada gadis itu. kebodohan Soojin membuat mereka dekat, kecerobohan Soojin membuatnya tanpa sadar harus berdiri disisi gadis itu untuk memperbaiki kesalahan yang sudah Soojin lakukan. Han Soojin yang ceria, selalu tersenyum, melakukan apapun yang dia inginkan semua itu adalah hal yang tidak bisa dia lakukan. hanya gadis pemberontak yang selalu membuat masalah tapi itu adalah sebuah kebebasan. kebebasan yang tidak pernah memiliki.
Soojin dan dia bagai dua kepribadian yang bertolak belakang. apa yang gadis itu miliki tidak ada didalam dirinya dan apa yang dia miliki tidak ada didalam diri gadis itu. disadari atau tidak mereka bisa saling melemgkapi.
Dia selalu bertanya pernahkah takdir membuat mereka begitu dekat? entah itu dijalan, disuatu tempat atau dimanapun itu. hanya saja mereka pasti tidak saling menyadari. biarlah ini menjadi sebuah proses dimana waktu terbaik akan mempertemukan mereka. dan dia akan menunggu dengan sabar waktu terbaik itu datang.
Saat dia memandang jauh keatas, dia senang mengetahui bahwa dimanapun mereka berada, sejauh apapun jarak diantara mereka, mereka memandang langit yang sama.
Soojin memicingkan matanya menatap langit yang tidak cerah. apa salju akan kembali turun? rasanya dia ingin segera pulang dan tidur dibawah selimut tebalnya dengan penghangat ruangan.
“kasurku”
“kenapa dengan kasurmu? sudah merindukannya?”
Soojin menatap Minho yang sudah berada didepannya. pria itu menujuk kearah dokumen mereka. itu berarti masih banyak hal yang harus mereka urus dan tidak ada waktu untuk merindukan kasurnya.
Soojin melemaskan bahunya dan mengekor dibelakang Minho. di daratan Amerika semester baru dimulai diawal tahun, dijanuari yang beku mereka harus mengurus pendaftaran kuliah mereka. tapi tidak apa-apa setelah semuanya selesai dia bisa menikmati kasurnya sepuas yang dia inginkan tanpa perlu repot-repot memikirkan ujian masuk universitas seperti yang lainnya. dia bersorak senang akan hal itu.
.
.
Dua minggu kemudian…
Hari ini, hari pertama kuliah dimulai, semua orang berbondong-bondong berdiri disisi jalan menunggu hingga lampu hijau menyala karena kampus mereka berada diseberang jalan sana. salah satunya ada Soojin yang berada dibarisan paling belakang. saat lampu berganti dengan semangat dia menyebrangi jalan.
“dimana Minho?” gumamnya mencari keberadaan Choi Minho. sialnya pria itu belum terlihat dan kesialan yang dua tidak tahu gedung mana kelas mereka.
Soojin hanya terus berjalan. entah benar atau salah dia terus melangkah membiarkan kakinya melangkah sesuka hati.
Tidak begitu jauh darinya terlihat tiga pria tengah berbincang dan salah satunya adalah Kyuhyun, pria itu tengah berbincang dengan teman-temannya dengan posisi membelakangi Soojin. tanpa menyadari dari arah berlawanan Soojin berjalan kearahnya. terus mendekat hingga gadis itu melewati Kyuhyun.
“Soojin-ah”
Tarikan dibibir Kyuhyun mendadak hilang, dia memutar kepalanya kebelakang dengan gerakan kaku. dimana seorang pria Asia tengah melambaikan tangannya pada seseorang didepannya. dia mengikuti arah pandang pria itu.
Dan rasa tidak percaya itu menghampiri dirinya, meski dengan penampilan yang jauh berbeda, terlihat lebih dewasa dan rambut yang berubah pirang Kyuhyun dengan mudah mengenali Soojin. gadis itu tersenyum, membalas lambaian tangan pria yang tak lain adalah Minho.
Tanpa menyadari keberadaan Kyuhyun, Soojin menghampiri Minho dengan melewatinya begitu saja, jarak mereka tidak terlampau jauh namun banyaknya orang yang berlalu lalang membuat jarak itu terasa jauh.
Mata Kyuhyun bergerak mengikuti Soojin yang menghampiri Minho kemudian merangkul mesra lengan Minho, menarik pria itu pergi membiarkan Kyuhyun seorang diri larut dalam ketidak percayaannya.
Gadis yang sama dengan yang terakhir kali dia temui dia bandara. gadis yang dengan mesra merangkul pria lain didepan matanya.
“hey, apa yang kau lihat?” Pria bermata biru itu menyetakkan Kyuhyun dari pikirannya. “dua oramg itu?” tanya Mike yang mengikuti arah pandang Kyuhyun pada dua punggung yang semakin menjauh “mereka mahasiswa ditahun ajaran ini. kau tahu mereka masuk tanpa tes karena nilai mereka yang memenuhi syarat”
Sentakkan kedua untuk Kyuhyun. “kau bercanda?”
“mereka terbaik ditahun ini, sama sepertimu menjadi terbaik dua tahun yang lalu” kata Mike penuh keseriusan.
Kyuhyun kembali melihat punggung Soojin. apa hari ini merupakan hari terbaiknya? tapi bukan pertemuan seperti ini yang dia inginkan, melihat gadis itu tersenyum dengan pria lain, melihat gadis itu berjalan disisi pria lain dan merangkul lengan pria lain. entah kenapa hatinya merasa sakit. apa gadis itu melupakannya?.
“apa yang kau lakukan disana?” tanya Minho membawa Soojin ketempat lain.
“aku mencarimu lagipula aku tidak tahu digedung yang mana kelas kita”
Minho membimbingnya berjalan kearah gedung disebelah selatan. “gedung timur itu gedung senior kita yang berada ditingkat lima”
“Minho-ah kau selalu datang disaat yang tepat”
“secangkir mocha latte bagaimana?”
Soojin mendesis dan mencebikan bibirnya. sementara Minho tertawa kecil melihatnya.
.
.
Soojin tengah berjalan sendirian tanpa Minho yang biasanya menemaninya. layaknya mahasiswi baru dia terlihat kebingungan mencari salah satu ruangan dosen. ditangannya terdapat beberapa dokumen yang harus dia serahkan kepada ketua kemahasiswaan.
Dia berhenti disalah satu ruangan. mengetuk pintu kayu itu beberapa kali sebelum terdengar suara yang menyuruhnya masuk. dia menyerahkan semua dokumen yang diminta pada dosen wanita yang menjabat sebagai ketua kemahasiswaan untuk fakultasnya.
Wanita itu mulai memeriksa kelengkapan dokumen Soojin. karena Soojin murid pindahan mereka membutuhkan nilai-nilai Soojin dari sekolah sebelumnya. karena itulah hanya Soojin seorang diri tanpa adanya Minho. wanita itu terlihat takjub melihat perubahan nilai yang sangat drastis.
” you’re definitely hard working, right?” kata wanita itu terlihat menggoda.
Soojin tersenyum kecil sambil mengangguk. Nilainya yang dulu tak lebih dari sekumpulan nilai bertinta, terlebih banyak catatan yang ditinggalkan agar dia lebih giat belajar. dering ponsel wanita itu mengambil perhatian mereka.
“i’ve something job, could you wait a few minutes?”
“of course, i can wait”
Wanita itu berputar melewatinya. saat pintu tertutup dia merasa keheningan diruangan besar itu. Soojin menarik nafas yang terdengar begitu jelas. ada jendela besar disisi kiri, Soojin bergerak mengintip dari balik gorden putih tipis itu.
Halaman luas dengan rumput hijau terawatnya berubah menjadi hamparan beku salju. dia rasa tempat itu akan menjadi tempat favoritenya.
Ruang ketua kemahasiswaan sama saja dengan ruangan tempat disimpannya semua penghargaan yang didapat. seperti mendali atau piala tanda prestasi yang pernah di raih.
Soojin berjalan menuju lemari kaca yang menyimpan semua penghargaan itu. hingga perhatiannya jatuh pada sebuah album yang ada didalam lemari itu.
Soojin menoleh kearah pintu, apa tidak masalah dia membuka lemari ini? dengan ragu dia meraih handle pintu sebelum menariknya yang ternyata lemari itu tidak dikunci.
Sebuah album dengan judul “Memory of the Student” dengan sampul cokelatnya membuat dia menaruh rasa penasaran dengan isinya.
Dia membuka lembar demi lembar yang ternyata berisi foto-foto mahasiswa/i yang pernah menyumbangkan prestasinya. mendali pertama diraih tahun 1970 oleh seorang pria bernama George Ricard dengan fotonya yang masih hitam putih. dia terus membalik melihat satu persatu wajah-wajah orang yang berprestasi pada masanya. apa fotonya juga akan masuk kedalam album ini? siapa yang tau. hingga dia berhenti ditahun 2016.
~
Soojin keluar setelah hampir lima belas menit didalam sana. dia berjalan menuju arah utara sementara dari arah selatan Kyuhyun muncul.
“Han Soojin?” gumamnya mengenali Soojin. dia berhenti didepan ruangan yang tadi Soojin masuki. seperti penguntit profesional dia mulai mengikuti Soojin. masih sulit untuknya percaya bisa melihat langsung Soojin setelah sekian lama. Kyuhyun terus mengikuti Soojin yang sama sekali tidak menyadari keberadaannya.
Mereka menyeberangi jalan yang sama saat mereka bersisihan untuk pertama kalinya. hanya berjarak satu meter dari Soojin, mata Kyuhyun terus menatap lekat punggung itu takut-takut jika dia lengah gadis itu akan menghilang dari jarak pandangnya.
Soojin memasuki sebuah cafe, cafe yang sebelumnya sering dia datangi. dari pintu masuk Kyuhyun bisa melihat Soojin duduk disalah satu meja dan wanita itu tidak sendirian. ada seorang pria yang sudah lebih dulu berada disana. pria yang sama dengan pria yang menganggil gadis itu tempo hari.
Seorang pria yang sedang terburu-buru tanpa sengaja mendorong Kyuhyun hingga masuk kedalam cafe itu. Kyuhyun ingin marah tapi dia urungkan karena dia yang salah. dia yang menghalangi jalan pria itu untuk masuk.
Jarak dari tempatnya berdiri dengan meja yang gadis itu duduki tidak begitu jauh, Kyuhyun memasang topi mantelnya. berjalan menuju kasir berpura-pura ingin memesan sesuatu. dia berada diantrian nomor 3 karena itulah matanya bisa dengan leluasa memperhatikan Soojin.
“apa semua urusan kampus sudah beres?” tanya Minho disela dia menyesap kopinya.
“semuanya sudah beres, oh kasurku” Soojin membuat gerakan merentangkan tangannya.
“kau ini seperti beruang yang hibernasi dimusim dingin”
“terdengar menyenangkan. apa menurutmu aku harus mencobanya?”
“coba saja jika kau ingin tubuhmu sesubur beruang”
“aku bisa diet setelah itu” jawab Soojin dengan kibasan tangannya. keduanya diam setelahnya, ponselnya menarik perhatian Minho sementara Soojin larut dalam pikirannya sendiri.
“Soo-ah saat semester pertama berakhir dimusim panas apa kau ingin kembali ke Korea?” Minho bertanya dengan mata yang fokus pada layar ponselnya disertai gerakan tangan yang lincah mengetikan balasan sebuah pesan. “kau belum pernah pulang ke Korea kan? kau ingin kita pulang bersama?” merasa tidak mendapat jawaban Minho mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel ke wajah Soojin.
Pria itu berdecak. “pantas saja, dia melamun” Ekor mata Minho tak sengaja menangkap basah seorang pria yang tengah memperhatikan mereka. tepatnya yang sedang memperhatikan Soojin.
Minho memperhatikan Kyuhyun dengan penuh selidik, dan saat Kyuhyun menyadarinya untuk pertama kali mata mereka bertemu. Kyuhyun segera berpaling, membenarkan letak mantel penutup kepalanya.
Wajah Kyuhyun bukanlah wajah orang dengan niat jahat karena itu Minho tidak ambil pusing, toh sepertinya mereka berasal dari daratan yang sama.
“apa yang sedang dia pikirkan?” Minho mengamati Soojin dengan mata kosongnya. dia bertopang dagu memperhatikan Soojin, dan mulai tersenyum sendiri saat menyadari wajah itu serius namun matanya kosong.
Kyuhyun mendengus melihat Minho dengan gaya yang dianggap sebagaian orang manis itu memperhatikan Soojin secara terang-terangan. mendadak dia merasa kesal, tidak tapi dia marah dan tidak suka melihat cara pria itu memandangi Soojin. “menggelikan!” dengusnya.
“Sir, may i take your order?”
“Sir?”
Kyuhyun tersentak-tersadar melihat dua orang didepannya tadi sudah tidak ada. “may i take your order?”
“a hot chocolate”
Setelah itu Kyuhyun kembali mengamati Soojin diam-diam dan pria yang entah siapa namanya itu pria asing yang baru dua kali dia lihat. sepertinya mereka sangat dekat terbukti dengan keakraban mereka. lihatlah dia bahkan tidak sedekat itu dengan Soojin dulu. mendadak kekesalannya bertambah dua kali lipat.
Jangan berpikir jika dia cemburu. didalam kamus hidupnya tidak ada kata cemburu. jenis perasaan apa cemburu itu? bukankah cemburu itu kata yang selalu akrab dengan sepasang kekasih? sedangkan dia dan Soojin, mereka bukanlah sepasang kekasih. mereka hanya—dua orang yang belum menyelesaikan kisah mereka. tolong jangan buat dia mengulangi kata-kata menggelikan itu lagi.
“Sir, your order”
“how much is it?”
“$ 5”
Setelah memberikan uangnya Kyuhyun terpaksa menyingkir mencari meja kosong yang jauh dari meja Soojin namun tetap bisa mengawasi dua orang itu.
Meja yang Kyuhyun pilih cukup jauh dari meja Soojin dan dia yakin gadis itu tidak akan menyadari keberadaanya. Kyuhyun berdecak meski dia bisa mengawasi setiap gerak gerik keduanya tapi dia tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.
“apa yang kau pikirkan?’ kata Minho berusaha menyadarkan Soojin. “pria korea itu lagi?” bubuhnya.
“Eoh? kau mengataka apa tadi?”
“kau sedang memikirkan apa Han Soojin? apa sedang memikirkan sunbaenim-mu itu?”
Soojin melakukan hal yang sama seperti Minho, bertopang dagun dengan satu tangan.
“terkadang aku memikirkannya. Minho-ya apa dia masih menungguku?”
“aku rasa iya tapi, aku rasa juga tidak”
“jawaban seperti apa itu” ketus Soojin kesal disambut tarikan lebar dikedua sudut bibir Minho.
Orang lain akan salah paham melihat kedekatan mereka yang layaknya pasangan kekasih. hubungan mereka hanya sebatas pertemanan meski tidak ada yang namanya persahabatan murni antara pria dan wanita tapi saat ini kenyamanan itu hanya sebatas teman. Minho tau Soojin memiliki seseorang dihatinya.
Kyuhyun mendesis kasar melihat Minho tersenyum. dimatanya pria asing itu tersenyum dengan cara yang menjijikan. dan lagi kenapa mereka berdua harus sedekat itu saling memandang satu sama lain? apa mereka itu sepasang kekasih? jadi Han Soojin sudah memiliki kekasih selama disini?.
“bodohnya aku” kata Kyuhyun mengutuk dirinya sendiri. lihatlah betapa konyolnya apa yang dia lakukan hal seperti ini. menjadi penguntit dadakan. Kyuhyun beranjak dari duduknya meninggalkan cafe dengan rasa kesal. Han Soojin dan kebodohannya, dua hal yang membuatnya bertambah kesal.
~
Meski hari itu dia mengutuk dirinya atas apa yang dia lakukan tapi keesokan harinya dia melakukan hal kebodoh lainnya. menunggu gadis itu di dekat gerbang pintu masuk. udara masih dingin namun tidak sedingin hari-hari sebelumnya.
Dari kejauhan dia melihat Soojin yang berjalan diantara sekian banyak orang yang melintasi zebra cross, dan terus berjalan menuju gerbang pintu masuk.
Kali ini dia akan memuji gadis itu yang jauh terlihat lebih dewasa. rambut yang dicat pirang itu dibiarkan tergerai tak lupa poni rata yang selalu menutupi dahi indahnya.
Mungkin tidak ada lagi nada rengekan manja yang biasanya bibir ranum itu lontarkan. atau kenakalan yang sudah dia tinggalkan. yang dia tau gadis itu salah satu yang terbaik mendapat kesempatan masuk tanpa tes. kalian tau hanya kemungkinan mendapat kesempatan seperti itu hanya 1 : 1000 orang dan Soojin salah satu dari 5000 orang yang mendaftar.
Jarak mereka semakin dekat, semakin cepat pula dada Kyuhyun berdetak. dulu rasanya tidak seperti ini saat akan bertemu gadis itu. tapi sekarang dadanya berdesir gugup. dia melihat penampilannya, apa dia masih sesempurna dulu dimata gadis itu? apa dia tetap mengagumkan seperti dulu? apa dia masih setampan dulu? apa dia masih bisa membuat gadis itu terpesona?
Wajah senang Kyuhyun berubah seratus delapan puluh derajat menyadari keberadaan Minho yang berjalan dibelakang Soojin dengan mengendap-ngendap, mengejutkan Soojin hingga gadis itu memekik terkejut.
Sesaat mereka menjadi pusat perhatian. Soojin memukul Minho tepat didadanya. “kau ini” sengitnya mendelik Minho tajam. Minho hanya tertawa geli sambil mengelus dadanya dan berpura-pura mengiris sakit.
Soojin berjalan lebih dulu diikuti Minho yang belum bisa menghentikan tawanya.
Kyuhyun berbalik, memunggungi keduanya saat dua orang itu berjalan memasuki gerbang.
Lagi-lagi dia harus menghindar, menyembunyikan dirinya seperti penyecut. siapapun sebenarnya kau iti? kau sangat mengganggu. batin Kyuhyun.
Hingga terlalu sering dia menggunakan waktu lenggangnya untuk melihat Soojin diam-diam. saat dia memiliki keberanian untuk muncul dihadapan gadis itu saat itulah Minho —pria yang baru dia ketahui namanya— muncul membuat keinginannya menyurut.
.
.
Hari itu akhir musim dingin, tanda kehidupan bagi pepohonan dan bunga dimulai saat musim berganti. tinggalkan baju hangat karena udara sudah mulai bersahabat.
Musim semi adalah musim yang paling cerah menyambut bunga yang siap tumbuh dengan mekarnya, pepohonan dengan ranting yang rimbun. setiap orang pasti tidak sabar menunggu warna warni keceriaan musim semi yang sudah didepan mata.
Sama halnya dengan rutinitas sebagai pelajar. kali ini semua yang masuk kelas pagi menunjukan sedikit senyum mereka. mereka tidak harus bergelut dengan dingin atau berperang dengan kasur yang menjerit tidak ingin ditinggalkan. tidak ada yang lebih menyengkan selain bisa sepanjang hari tidur dibawah selimut yang hangat tanpa memperdulikan rintik salju menumpuk diluar sana.
Layaknya salju yang berlalu dan musim dingin yang siap berganti, mereka harus menyambutnya dengan suka cita, tentu saja dengan semangat yang jauh lebih besar.
Soojin salah satunya, mengenakan dress berwarna cerah meski tetap dengan mantelnya dia berjalan menuju gedung kelasnya dengan lebih semangat.
“ayo sambut dengan senyuman, musim semi segera datang” Soojin bernyanyi kecil. dia tersenyum setelahnya. namun dibalik senyuman itu menyimpan rasa rindu yang membuncah untuk kedua sahabatnya. sepenggal kalimat itu selalu mereka nyanyikan bersama saat menyambut musim semi. dan setelahnya mereka akan membuat banyak rencana. hal apa saja yang harus mereka lakukan sepanjang musim semi. dan camping salah satu kegiatan favorite mereka.
Bukan seperti camping pada umumnya. mereka hanya akan membangun sebuah tenda dengan api unggun dihalaman belakang rumahnya. atau menghabiskan waktu di mall memilih dress – dress cantik sebagain persediaan di musim semi.
Dia terus berjalan dengan pikiran yang melayang memikirkan kenangan yang membuatnya semakin merindukan kedua sahabatnya. tanpa memperdulikan orang disekitarnya yang melihatnya aneh karena tersenyum sendiri.
Tanpa Soojin sadari ada seorang pria yang berdiri tak jauh darinya. menunggu gadis itu hingga akhirnya menabrak dirinya.
Soojin tersentak saat wajahnya sudah berhadapan dengan dada seseorang. dia melihat tubuh besar dengan kemeja kotak-kotak merah yang tepat berada dihadapannya. saat kepalanya mulai terangkat dan mata mereka bertemu, hal yang terjadi adalah matanya terkunci oleh mata gelap yang menatapnya dalam.
Manik mata yang begitu bening hingga dia bisa melihat dirinya sendiri didalam mata itu. tetap sama, tetap tampan dan mempesona. rambutnya cokelat gelap, matanya masih setajam dulu dan bibirnya selalu terkatup rapat.
Kenapa mereka harus bertemu diakhir musim dingin? kenapa tidak dimusim gugur yang hangat, tapi melalui mata hitam itu dia bisa merasakan kehangat. dulu mungkin dia sedingin salju tapi sekarang ada kehangatan layaknya dimusim gugur.
“sunbaenim…”
Kyuhyun tersenyum mengetahui bahwa Soojin tidak melupakannya, gadis itu cukup terkejut dengan kemunculannya yang tiba-tiba.
Senyum Kyuhyun disadari oleh Soojin. pria yang sulit tersenyum kini tersenyum dengan mudah untuknya. waktu memang bisa mengubah segalanya dia ataupun Kyuhyun mereka memiliki perubahan seiring berjalannya waktu.
“senang bertemu denganmu” kata Kyuhyun terdengar sangat tulus.
Soojin tersenyum manis, membuat Kyuhyun berdecak melihat lesung pipi yang semakin mempermanis lengkungan bibir itu. pertemuan mereka memang begitu cepat, dan sama sekali tidak terduga. baru dua tahun lebih mereka berpisah tapi kini mereka sudah dipertemukan kembali.
~
Lembaran album itu terhenti di tahun 2016. dibarisan ketiga nomer dua terdapat oto seorang pria tanpa senyum dengan catatan penghargaan yang sudah diraihnya.
Pria itu Kyuhyun yang memberi efek kejutan untuk Soojin. jadi Cho Kyuhyun juga di Amerika? dan sekali lagi mereka menempuh pendidikan di univeraitas yang sama? ini takdir atau sebuah kebetulan? karena dia percaya segala sesuatu tidak ada yang kebetulah maka takdir yang membawa mereka hingga sedekat ini. tanpa mereka sadari jika mereka begitu dekat.
~
Mereka duduk disalah satu bangku kayu yang dipelitur mengkilap, bersih dari bekas salju namun sedikit basah karena embun pagi. mereka sama-sama menghadap lurus kedepan.
“aku dengar kau diterima dengan nilai terbaik” Kyuhyun membuka suara.
Hanya ekor mata Soojin yang melirik Kyuhyun setelahnya matanya kembali fokus kedepan. “seperti kau yang selalu menjadi yang terbaik, aku bekerja keras agar bisa menjadi yang terbaik”
“kau sudah membuktikan ucapanmu. kau bukan muridku yang bodoh lagi”
Soojin merindukan kata-kata itu. bodoh. orang-orang disini tidak pernah memanggilnya dengan kata itu. saat menginjakkan kakinya di kota ini dia menjadi Han Soojin yang baru dan meninggalkan semua keburukannya di Korea.
“aku selalu memikirkan hari ini, hari dimana kita bisa bertemu lagi” diam-diam Kyuhyun melirik Soojin, melihat seperti apa raut wajah Soojin. apa sama senangnya seperti dia atau malah sebaliknya kecewa.
Tapi wajah gadis itu tidak menunjukan keduanya. Soojin memang sudah berubah tidak seekspresif dulu. jika boleh jujur dia lebih suka Soojin yang ekspresif yang selalu mengungkap perasaanya lewat mimik wajahnya.
“untuk pertama kalinya setelah aku sampai disini aku memiliki beberapa planning didalam hidupku.” kata Soojin sambil menerawang keatas. seolah langit menjadi kanvas bagi tinta hitam yang mulai dia ukir. menuliskan 5 point yang dia buat beberapa bulan setelah berada disini.
“aku menginjakkan kakiku di negara ini saat usiaku 17 tahun. aku memulai semuanya dengan belajar, mengejar ketertinggalan, dan beradaptasi dengan lingkungan baru. seperti bayi yang harus merangkak agar dia bisa berjalan nantinya”
“aku sudah melewati proses itu dan saat aku menyukai belajar aku berpikir aku tidak pernah sekalipun mendapatkan penghargaan selama 17 tahun hidupku jadi aku bertekad untuk membuat perubahan. setidaknya aku harus memiliki prestasi disekolah”
“aku lulus sekolah diusia 20 tahun, aku harus bisa masuk ke Unversitas California dan aku harus masuk dengan nilai terbaik”
“diusiaku yang 24 tahun aku sudah harus lulus dan harus segera kembali ke Korea.”
“saat usiaku 25 tahun aku sudah harus memiliki karir yang bagus”
“sebelum usia 27 tahun aku sudah harus menikah dan memiliki anak. jadi aku masih memikiki 4 tahun sebelum kembali ke Korea dan bertemu denganmu”
Dengan mudah Kyuhyun memahami maksud Soojin. Takdir terlalu cepat mempertemukan mereka.
Sebelum ini Kyuhyun tidak memiliki planning apapun didalam hidupnya. tapi sekarang dia berpikir untuk membuat planning seperti Soojin.
“aku lulus sekolah diusia 20 tahun dengan nilai terbaik. aku masuk dengan mudah di Universitas ini diusia yang sama”
“aku tidak memiliki planning diusia berapa aku harus lulus tapi bagiku cukup 3 tahun aku menempuh Strata 1 dan satu tahun untuk menempuh strata 2″
“saat usiaku 25 tahun aku sudah harus kembali ke Korea dan harus siap menggantikan abeoji”
“mungkin aku akan menikah diatas usia 30 tahun tapi setelah aku pikir ulang aku akan memiliki anak diusia kepala 3 jadi aku berpikir untuk menikah lebih awal”
“saat usiamu 27 tahun berarti usiaku 29 tahun. tidakkah itu usia yang pas untuk kita menikah?”
“Eoh?”
Kyuhyun membuat kejutan dibalik kalimatnya. Darah Soojin berdesir hingga membuat suhu tubuhnya meningkat. wajahnya merona bukan karena dingin melainkan efek dari kalimat Kyuhyun.
“aku juga merasa pertemuan ini begitu cepat” lanjut Kyuhyun. mereka bertemu saat proses pendewasaan diri itu masih berlangsung.
“jadi, apa kita harus menganggap pertemuan ini tidak pernah terjadi?” tanya Soojin.
“aku akan menganggap ini sebuah hadiah, aku akan diam-diam melihatmu menjadi wanita dewasa yang seutuhnya. aku orang pertama yang akan melihat apa kau bisa mencapai planning-mu itu”
“kau akan lihat betapa kerasnya aku berusaha”
Soojin tersenyum lebar diikuti Kyuhyun yang tersenyum tanpa beban. seolah tersenyum bukan lagi sesuatu yang sulit untuknya.
Mereka beranjak dari duduk mereka bersamaan. “kalau begitu sampai jumpa 4 tahun lagi Kyuhyun-ah” kata Soojin kembali tersenyum. dia akan menunggu dengan sabar waktu yang membuatnya bisa memanggil Kyuhyun tanpa embel-embl sunbaenim.
Senyum Soojin mengingatkan Kyuhyun dengan pertemuan terakhir mereka. apa mereka dipertemukan hanya untuk mengucapkan salam perpisahan kembali?
“Sampai jumpa 4 tahun lagi Soojin-ah” ujar Kyuhyun.
Perlu diingat ini bukan awal untuk mereka, akan ada awal yang lebih indah dari pertemuan saat ini. Karena tidak ada pertemuan yang lebih indah selain pertemuan karena takdir. tangan tuhan sudah mengatur dengan sedemikian indah agar pertemuan itu bisa terjadi. karena keduanya percaya tidak ada pertemuan yang lebih indah selain pertemuan yang Tuhan atur.
Soojin lebih dulu melangkah namun saat bahu mereka bersisihan Kyuhyun menahan pergelangan tangannya.
“bisakah berjanji satu hal sebelum pergi?” mereka menoleh bersamaan. “berjanjilah untuk selalu menyimpan aku dihatimu. karena aku juga akan melakukan hal yang sama”
Soojin hanya tersenyum, tanpa Kyuhyun suruh juga dia akan selalu menyimpan nama Kyuhyun dihatinya.
Tanpa menjawab Soojin kembali berjalan, mungkin dulu dia selalu mengejar Kyuhyun, membuat Kyuhyun menjadi prioritas utamanya tapi sekarang ada impian diatas segalanya dengan Kyuhyun diurutan yang paling bawah. Tapi waktu yang terus berjalan akan membuat Kyuhyun kembali menjadi yang pertama.
Jadi bersabarlah hingga waktu membuatmu kembali menjadi yang pertama.
Begitu juga dengan Kyuhyun yang mulai melangkah berlawanan arah dengan Soojin.
Dihari-hari berikutnya mungkin mereka akan sering bertemu, sering bersisihan atau mungkin mendatangi tempat yang sama. bersikap seadanya hanya dengan senyuman kecil sebagai sapaan. Dan sepertinya kesibukan masing-masing membuat mereka akan merindukan satu sama lain. jika sudah seperti ini apa mereka harus saling mencari? atau menahan rasa rindu yang terus bertumpuk?.
Soojin bisa berlari, pergi ketempat Kyuhyun untuk sekedar memeluk pria itu atau Kyuhyun yang akan mencari Soojin untuk melepas rasa rindunya. nyatanya Kyuhyun hanya akan melihat gadis itu dari kejauhan, cukup dengan gadis itu baik-baik saja maka itu sudah mengobati kerinduannya. dan Soojin, dia hanya mencoba fokus pada tujuannya. pertemuan saat itu sama sekali tidak terpikir olehnya. tapi dia senang mengetahui Kyuhyun masih terus menunggunya. dan sekarang pria itu harus kembali menunggunya.
Kiss me on my shoulder
Ciumlah bahuku
Tell me it’s not over
Katakanlah semua ini belum berakhir
I promise to always come home to you
Aku berjanji kan selalu pulang padamu
Remind me that I’m older
Ingatkanlah aku bahwa kini aku dewasa
To be brave, smart, sweet and bolder
Agar aku berani, cerdas, manis dan tangguh
And don’t give up on what we’re trying to do
Dan jangan berhenti perjuangkan apa yang kita kejar
Don’t count the miles, count the I love you’s
Jangan hitung jarak, hitunglah kata-kata aku mencintaimu
Ciumlah bahuku
Tell me it’s not over
Katakanlah semua ini belum berakhir
I promise to always come home to you
Aku berjanji kan selalu pulang padamu
Remind me that I’m older
Ingatkanlah aku bahwa kini aku dewasa
To be brave, smart, sweet and bolder
Agar aku berani, cerdas, manis dan tangguh
And don’t give up on what we’re trying to do
Dan jangan berhenti perjuangkan apa yang kita kejar
Don’t count the miles, count the I love you’s
Jangan hitung jarak, hitunglah kata-kata aku mencintaimu
Don’t count the miles, count the I love you’s
– Christina Perri | Miles –
.
.
.
4 tahun kemudian…
Sepatu jenis pantofel hitam mengkilap melangkah pasti keluar dari mobilnya. bertepatan dengan seorang pria lainnya yang sudah menunggunya.
Banyak orang yang berada dilobi perusahaan. dia tidak melakukan apapun yang membuatnya menjadi pusat perhatian namun kedatangannya mampu membuat para wanita menghentikan kegiatan mereka sejenak hanya untuk mengagumi betapa pria itu membuat hati kaum wanita menjerit dalam diam. semua wanita akan menahan nafas jika bersisihan dengannya. dan hal pertama yang mereka cium adalah wangi maskulin yang tertinggal. ini gila hanya dengan bau tubuhnya mereka akan berfantasi liar. dan mereka akan bertanya seperti apa tubuh dibalik balutan jas formal itu.
“apa semua dokumen untuk meeting hari ini sudah siap?”
“ne Sajangnim”
“kau sudah melihat lokasi proyek baru kita?”
“ne Sajangnim”
“apa saja jadwalku hari ini?”
“pukul 9 pagi kita ada meeting dengan pemegang saham. di jam makan siang kau akan bertemu dengan Presdir dari Grup Han. pukul 3 sore waktunya untukmu datang ke lokasi proyek pembangunan di Incheon. pukul 7 malam—”
“kosongkan jadwalku pukul 7 malam” potong Kyuhyun cepat.
“tapi kau ada jadwal makan malam bersama putri dari Presdir Hong”
“aku tidak peduli. ada hal yang lebih penting dari sekedar makan malam.”
Selain urusan bisnis, terkadang dia harus melakukan hal tidak penting seperti makan malam bersama putri rekan kerjanya. maksudnya untuk membuatnya mau bekerja sama tak jarang mereka menggunakan anak gadis mereka untuk bisa membuat kesepakatan dengannya. mereka berpikir dia akan tertarik dengan putri mereka lalu terjadilah kesepakatan itu.
“tapi—”
“dokumennya” Kyuhyun mengadahkan tangannya yang mau tidak mau membuat sekretaris Bang menghentikan kalimatnya. itu berarti atasannya tidak ingin mendengar kalimat tapi darinya.
~
Seperti yang sudah dijadwalkan dia sudah berada disebuah restoran tertutup. 4 buah kursi mengelilingi meja persegi yang masih kosong. dua bangku sudah diisi oleh dia dan sekertarisnya. Bang Jung Woo. pria yang usianya jauh diatanya itu dulunya sekretaris ayahnya namun sejek satu tahun lalu dia menggantikan ayahnya memimpin perusahaan.
Kyuhyun melirik jam tangan miliknya. mereka datang 10 menit lebih awal karena perusahaan mereka yang mengajukan kerja sama tidak baik jika mereka datang terlambat.
“aku dengar kemarin Presdir Han jatuh sakit” kata Jung Woo. “tapi sepertinya kondisinya tidak buruk” mengingat pertemuan mereka tidak dibatalkan itu berarti sang Presdir dalam kondisi baik-baik saja.
Setelah kepergian Soojin kondisi Jaesuk perlahan membaik. dan beberapa hari terakhir kondisi Jaesuk menurun. maklum saja semakin bertambah usia semakin tubuh tidak bisa terlalu lelah.
Alasan terkuat Soojin pergi karena ayahnya yang sakit dan sekarang ayahnya kembali sakit. kapan kau akan kembali? kau harus cepat kembali, ayahmu membutuhkanmu. batin Kyuhyun.
Salah satu pintu ganda itu terbuka, keduanya berdiri menyambut kedatangan presdir Han dan sekretarisnya. namun yang masuk hanya sekretaris Ahn, pria itu berhenti dihadapan sekretaris Kyuhyun.
“maaf, kami sedikit terlambat”
Kyuhyun maupun Jung Woo terlihat bingung. Sekertaris Ahn mengatakan kami namun yang masuk hanya pria itu seorang diri.
“seperti yang kalian tau kondisi Presdir menurun karena itu dia tidak bisa datang tapi—”
Suara ketukan langkah kaki membuat mereka menoleh kearah pintu. mata almond itu tak langsung menatapnya namun saat mata itu bergerak naik, dan mata mereka bertemu dia merasa tubuhnya membeku. rambut pajang yang ikal di bagian bawahnya kini berganti kembali menjadi warna cokelat keemasan. wajah itu tetap sama, tetap cantik tanpa polesan bahan kimia yang tebal.
Soojin berdiri dihadapan Kyuhyun. mereka mengalami dejavu, seperti kejadian 4 tahun lalu. bukan dimusim dingin atau di musim semi tapi kali ini mereka bertemu di musim gugur.
“Annyeonghaseyo Han Soojin Imnida”
“dia putri Presdir Han yang akan menggantikan Presdir untuk sementara waktu”
Wajah Jung Woo berubah mengerti tidak dengan Kyuhyun yang menatap Soojin tanpa berkedip, baru dia meminta untuk gadis itu segera kembali dan sekarang Soojin sudah berdiri dihadapannya.
Soojin tersenyum menyadari wajah Kyuhyun yang masih terkejut. dan bagi Kyuhyun musim gugur kali ini jauh lebih indah dari tahun-tahun sebelumnya.
T.B.C
No comments :
Post a Comment