I Feel You Part 1

  No comments


I Feel You Part 1

Author                 : KeyNana

Title                      : I FEEL YOU
Genre                   : Romance, Family, School-life, Chaptered.
Main Cast           :
  • Kim Tae Hyung
  • Kang Ha Ni
Support Cast      :
  • Kang Daniel
  • Byun Baek Hyun
Haloha!
Adakah yang masih ingat dengan Author?Author datang dengan FF baru. Semoga kalian menyukainya ::
Cerita ini murni dari pemikiran author sendiri. Jikapun ada hal-hal atau apapun yang sama itu bukan kehendak author.
Gaun putih selutut terlihat begitu pantas menutupi tubuh mungil gadis membuatnya semakin cantik. Rambut hitam panjang dia biarkan terurai hanya menjepit sebagian dari rambut sampingnya dengan jepitan pita berwarna senada dengan gaunnya. Membuat gadis ini nampak seperti seorang putri. Sepatu hitam bertali dengan tinggi hanya sekitar 3 cm menambah kesan anggun pada gadis yang berkisar masih berada di usia 18 tahun-an ini.
Dengan anggun dia berjalan menuruni satu persatu anak tangga tepat pada karpet bermotif bunga. Tanpa senyuman di wajahnya hanya tatapan dingin tidak menghilangkan sedikitpun kecantikannya. Dia melihat sekelompok orang-orang yang berada di ruang tamunya duduk bersama dengan berbicang-bincang membicarakan berbagai hal.
Salah satu wanita di sana berdiri setelah menyadari kehadiran gadis ini. Dengan senyuman wanita itu mendekatinya dan merangkul putri tercintanya.
“Perkenalkan ini putri kami yang sangat kami cintai, Kang Ha Ni.”
“Selamat malam, perkenalkan nama saya Kang Ha Ni”
Meskipun setengah hatinya menolak pertemuan ini tetapi demi kehormatan keluarganya Ha Ni memperkenalkan diri dengan sopan kepada keluarga lainnya yang berada di sana.
“Kang Ha Ni,”
Suara pria terdengar jelas memanggil nama ‘Kang Ha Ni’. Kedua mata gadis ini membesar sama seperti yang di lakukan pria ini.
S-sunbae,”
“Apa ini. Apakah kalian sudah saling mengenal?” Tanya Ibu dari pria tersebut tertarik.
“Iya, dia adalah juniorku di sekolah,” Pria ini menjawab yang seperti sebuah kabar baik untuk kedua keluarganya.
Ibu Ha Ni langsung menuntun putrinya untuk duduk bergabung bersama mereka dan mendengar cerita mereka yang ternyata sudah saling mengenal satu sama lain.
“Benarkah. Kebetulan seperti apa ini, apakah kalian sudah benar-benar di takdirkan bersama?” Ibu Ha Ni terlihat begitu bersemangat,
“Tuhan sudah memberikan jalan untuk kalian berdua,”
Ha Ni maupun pria ini hanya diam sesekali mereka menatap satu sama lain dengan tatapan yang sama seolah bertanya “Apakah benar kita di jodohkan?”.
Pertemuan ini memang di susun oleh kedua orang tua mereka untuk menjodohkan mereka berdua.
<<>>
Ha NiPOV
Hari ini aku kembali pergi sekolah dengan perasaan yang tak bisa aku ceritakan. Bahkan aku sendiri masih tidak bisa mempercayai semuanya dan bagaimana pria itu dia. Bagaimana aku bisa bertemu dengan sunbae. Aku pikir akan menggila hanya dengan memikirkan ini.
Huh.”
Desahku sepanjang perjalanan, meskipun itu tidak membantuku sama sekali. Aku hanya tidak ingin memikirkannya dan lakukan seperti biasanya.
Akhirnya jam istirahat telah tiba. Semua siswa mulai keluar dari kelas ini satu persatu, tetapi aku masih duduk di tempatku. Aku tak ingin keluar hanya karena tak ingin menemuinya, bagaimana jika aku bertemu dengannya apa yang harus kulakukan?
“Kang Ha Ni,”
Seorang wanita yang duduk di bangku yang sama denganku, memanggilku. Lee Hye Na, dia adalah sahabatku satu-satunya.
“Apa kau baik-baik saja?”
Aku sedikit mengerutkan dahiku sedikit tak mengerti atas pertanyaan yang tiba-tiba ingin mengetahui keadaanku. Apakah saat ini aku terlihat buruk. Apa hanya memikirkan perjodohan itu membuat wajahku pucat? Aku berfikir dengan diriku sendiri, inginku mengambil cermin.
“Sedari tadi aku perhatikan, kau seperti memikirkan sesuatu?”
Mungkin karena sedari tadi aku tak banyak bicara sehingga dia beranggapan aku sakit. Tetapi, tebakannya benar.
“Jika aku tidak berfikir itu artinya aku gila” Jawab asalku mampu membuatnya tersenyum.
“Kau selalu saja bercanda.”
Aku hanya tersenyum, karena hanya itu yang bisa kulakukan.
“Jika terjadi sesuatu atau ada yang mengganggumu, katakan padaku. Aku akan mendengarkan dengan baik.” Ujar Hye Na yang membuat sedikit lega.
Apakah aku harus mengatakan ini padanya. Hanya dengan perhatiannya membuat hatiku sedikit lega.
[SKYLINE]
Suara ponselku terdengar, sebuah pesan masuk. Aku tersenyum, mungkin belum saatnya aku menceritakan ini pada Hye Na.
Aku membuka ponselku membaca pesan masuk yang baru saja aku terima.
Baek Hyun Sunbae
SMS/MMS
Wednesday, November 08,2017
Apa kau sudah selesai, cepatlah kemari.
kita makan bersama. 12.30 PM
“Hye Na, sepertinya aku harus pergi.”
“Baek Hyun sunbae sudah menghubungimu?”
Aku hanya menganggukkan kepalaku menjawab pertanyaannya.
“Kau mau ikut kami, kita makan bersama.”
“Untuk hari ini tidak, aku harus mengembalikan buku yang sudah ku pinjam dari perpustakaan.” Hye Na menolak dengan alasannya.
“Baiklah kalau begitu. Aku pergi,”
Hye Na hanya tersenyum dan aku meninggalkannya.
Baek Hyun, bagaimana aku menjelaskannya. Dia berada 1 tingkat dariku, dia kelas 3 dan dia adalah kekasihku. Kami pacaran sudah 5 bulan, memang angka yang kecil tetapi selama 5 bulan ini kami menikmati hari-hari kami sebagai pasangan yang bahagia. Mungkin aku sudah gila mengatakan pasangan bahagia dengan usia kami. Tetapi begitulah nyatanya, aku bahagia menjadi kekasihnya.
Aku bahagia dengannya sampai aku melupakan satu hal jika pasanganku sudah di tentukan oleh kedua orang tuaku. Saat aku berumur 17 tepat di hari ulang tahunku tahun lalu, Ibuku memberitahu jika aku sudah di jodohkan dengan putra sahabat sekaligus rekan bisnis keluargaku. Aku tidak bisa berbuat apapun lagi, saat itu aku hanya diam.
Keputusanku berkencan dengan Baek Hyun karena aku berfikir ini hanya akan sesaat, aku pasti akan menderita karena Baek Hyun cukup terkenal di sekolah. Tetapi aku salah, selama aku berkencan dengannya aku menikmatinya dan melupakan perjodohanku. Dan kini aku kembali mengingatnya sekaligus mengetahui pria yang akan menjadi pasanganku kelak.
Author POV
Seorang pria yang terlihat cocok dengan kacamata bulat yang ia kenakan, berdiri tepat di depan kantin sekolah dengan membawa 3 minuman bervitamin dan beberapa cemilan.
Bibir tipisnya bergerak tersenyum kala melihat seorang gadis datang menghampirinya.
Sunbae, apa kau sudah menunggu lama?”
Ha Ni langsung bertanya pada Baek Hyun, sang kekasih.
“Tidak terlalu,”
Ha Ni tersenyum lega mendengar jawaban dari Baek Hyun.
“Ayo pergi,”
Eoh. Kau sudah beli minuman.” Ha Ni melihat kedua tangan Baek Hyun yang penuh dengan minuman dan makanan.
Ah .. ini untukmu,”
Baek Hyun memberikan minuman dengan rasa jambu untuk Ha Ni, itu adalah kesukaan Ha Ni.
“Aku pikir kita akan makan di kantin,”
Meskipun menerima minuman itu dari Baek Hyun tapi Ha Ni tidak bisa membiarkan rasa penasarannya.
“Kita makan ini di Gedung Basket. Tae Hyung sedang berlatih di sana.”
Jawaban Baek Hyun cukup membuat gadis ini terdiam terpaku. Bahkan untuk sesaat dia lupa bernafas.
“Satu minggu lagi akan ada pertandingan basket jadi kita harus memberinya semangat.”
Baek Hyun tampak begitu antusias memberikan semangat pada sahabatnya, Tae Hyung tepatnya Kim Tae Hyung. Sementara Ha Ni hanya tersenyum dan menurut mengikuti langkah kaki Baek Hyun untuk pergi ke Gedung basket.
Dengan semangat Baek Hyun memasuki lapangan basket dengan Ha Ni hanya mengikuti perlahan di belakangnya. Baek Hyun memilih duduk di bagian pertama, agar bisa melihat sahabatnya bermain dengan jelas.
“Kim Tae Hyung, Fighting!”
Sebuah teriakan Baek Hyun yang memberi semangat pada Tae Hyung membuat pria yang lebih tinggi darinya melihat kearah mereka tepat pada Ha Ni. Dengan segera Ha Ni memalingkan wajahnya seolah dia tidak melihat pria yang sudah dipenuhi dengan peluh itu.
“Sudah kuduga, Tae Hyung memang yang terbaik.” Ujar Baek Hyun yang melihat Tae Hyung dengan kerennya berhasil memasukkan bola ke dalam ring.
Sunbae seharusnya bergabung di tim basket,”
“Aku. Aku tidak menyukai olahraga, kau tahu itu.”
“Jika kau bermain basket mungkin tinggimu akan bertambah.”
Baek Hyun menatap lekat Ha Ni setelah mendengar apa yang baru gadis ini katakan mengenainya.
“Apa kau bilang. Ya … kau mengejekku?”
“Tidak, ini hanya berbicara kenyataan. Lihatlah Tae Hyung sunbae dia bisa tumbuh tinggi karena dia pemain basket.”
“Dia memang terlahir tinggi,”
“Kalau begitu kau harus berusaha lebih keras. Karena kau terlahir pendek setidaknya kau berusaha untuk tinggi. Jika Tae Hyung sunbaeyang terlahir tinggi itu terus bermain basket apa jadinya dia ketika berusia 20 tahun. Huu ..pasti tinggi.”
Baek Hyun semakin terlihat kesal mendengar ocehan dari Ha Ni.
“Jika kau menyukai pria tinggi mengapa kau tidak berkencan saja dengan Tae Hyung.” Celetuknya membuat Ha Ni terdiam seketika.
Eoh. Kau diam, apa ini. Apakah kau benar-benar akan berkencan dengan Tae Hyung?”
“Aku kira kau tidak akan kemari.”
Kedatangan Tae Hyung sedikit membantu Ha Ni yang kehilangan kata-kata karena Baek Hyun perhatian lelaki yang begitu membenci olahraga ini teralihkan.
“Sudah kukatakan aku akan mendukungmu.” Ujar Baek Hyun seraya melempar botol minuman untuk Tae Hyung yang tadi ia beli.
Tae Hyung hanya tersenyum seraya menangkap botol yang di lempar Baek Hyun. Dengan tenang ia membuka tutup botol itu dan meminumnya cukup banyak.
“Kau sudah selesai?”
“Belum, aku akan segera masuk ke lapangan.”
Baek Hyun hanya diam sebelum dia mengerutkan bibirnya tak nyaman.
“Ha Ni-ah, tunggulah di sini. Aku ingin pergi ke kamar mandi.”
Ha Ni terkejut yang tiba-tiba Baek Hyun akan pergi,
“Tapi sun …
Baek Hyun sudah berlari pergi keluar dari lapangan.
Dan kini hanya tinggal Tae Hyung dan Ha Ni dengan suasana yang tiba-tiba seperti mereka berada di pemakaman.
“Suasana macam apa ini,” Desis Tae Hyung duduk di samping Ha Ni
Gadis ini hanya tersenyum canggung.
“Ini terasa canggung, benar?”
“I-iya.”
“Apa kau masih terkejut?”
“Iya, ..
Ahh .. aku tidak percaya jika itu sunbae,”
Tae Hyung tersenyum. Ha Ni tidak tahu bagaimana bisa menangani suasana seperti ini dengan Tae Hyung. Lelaki itu, sahabat Baek Hyun dan dia adalah pria yang di jodohkan kedua orang tuanya.
“Mengapa kau menyetujui perjodohan ini setelah kau memiliki Baek Hyun?”
Tae Hyung mulai tenang bertanya pada Ha Ni yang terlihat masih kaku.
“Sebenarnya aku hanya nekat,”
Tae Hyung mengerutkan dahinya seraya menatap Ha Ni.
“Sebelum aku berkencan dengan Baek Hyun sunbae. Aku sudah mengetahui jika aku akan di jodohkan.”
“Lalu, kau masih menerima perjodohan itu dan juga Baek Hyun.”
Hmm .. ketika aku menerima Baek Hyun sunbae, aku hanya berfikir ini hanya akan menjadi pasangan tak lebih.”
“Maksudmu, kau tidak ada rencana untuk menikah dengan Baek Hyun?”
Ha Ni terkekeh mendengar pertanyaan Tae Hyung,
Sunbae, aku berada di usia yang belum memikirkan hal itu. Aku masih ingin belajar.”
“Tapi kau berada pada hubungan perjodohan. Kau tahu bagaimana akhirnya dari sebuah perjodohan adalah pernikahan.”
“Lalu, apakah suatu saat nanti kita akan menikah?” Tanya Ha Ni membuat Tae Hyung terdiam.
“Semua belum ada jawabannya. Jadi, untuk saat ini aku hanya ingin menikmati kehidupanku sebagai seorang gadis berumur 18 tahun.”
Tae Hyung diam, dia mengerti maksud Ha Ni.
“Lalu, bagaimana denganmu sunbae. Mengapa kau menerima perjodohan ini, apakah kau tidak memiliki kekasih?”
“Tidak, aku tidak memilikinya.”
Ha Ni menolehnya bingung. Tae Hyung tak kalah tampan dari Baek Hyun bahkan dia lebih tampan dari temannya. Dia memiliki wajah yang sempurna.
“Aku mengetahui perjodohan ini disaat aku masuk pubertasku. Karena itu aku memutuskan untuk tidak mencintai siapapun, aku tidak ingin terluka atau melukainya karena aku tahu jika aku akan menikah dengan wanita lain.”
Penjelasan Tae Hyung membuat Ha Ni terdiam. Dia menatap Tae Hyung tak percaya jika pria ini memilih perjodohan itu di banding dengan perasaannya.
“Baek Hyun datang. Aku harus segera berlatih kembali.”
Tae Hyung bangkit lagi setelah melihat Baek Hyun masuk.
“Bukankah kalian harus pergi sekarang. Sudah waktunya masuk kelas.” Ujar Tae Hyung
Hmm .. kita akan pergi,”
“Terimakasih atas minumannya.”
“Semoga berhasil,”
“Ha Ni-ah, ayo pergi.”
Ha Ni hanya tersenyum seraya berdiri. Dia sekilas melihat Tae Hyung yang kembali berlatih bersama anggota timnya sebelum dia berjalan mengikuti Baek Hyun.
<<>>
Ha Ni POV
Setelah menyelasikan tugas sekolahku. Aku keluar kamar dengan membawa gelasku yang kosong, aku akan pergi ke dapur untuk mengisinya.
“Kau belum tidur?”
Ibuku yang berada di dapur tak melewatkan pertanyaan untukku.
“Setelah ini aku akan tidur.”
“Ha Ni-ah,”
“Ibu boleh bertanya?”
“Tentu saja,”
Kini aku duduk berhadapan dengan ibu di meja makan. Entah apa yang ingin ibu tanyakan padaku tetapi firasatku tidak enak.
“Apa benar Kim Tae Hyung satu sekolah denganmu?”
Benar saja, firasatku tidak pernah meleset. Ibu akan menanyai Tae Hyung padaku.
“Iya, dia adalah senior di sekolahku.”
“Lalu bagaimana dengannya. Apakah dia baik di sekolah?”
“Iya. Dia cukup terkenal di sekolah. Dia tampan, kapten tim basket, prestasinya di akui oleh sekolah.”
“Benarkah, itu artinya dia lelaki baik.”
Aku hanya tersenyum,
“Lalu, bagaimana pendapatmu tentangnya?”
Apa? Pendapatku? Aku harus menjawab apa?
“Tae Hyung sunbae, … dia baik.”
“Hanya itu?”
Tampaknya ibu sedikit kecewa dengan jawabanku.
“Apa yang ingin ibu dengar?”
“Sudahlah, hentikan. Cepat ambil airmu dan pergilah tidur.”
Aku tersenyum mengangguk lalu segera beranjak pergi dari tempat dudukku. Aku mengambil minuman untukku dan kembali ke kamar.
<<>>
Author POV
Kim Tae Hyung datang bergabung dengan kedua orang tuanya di meja makan. Dengan pakaian olahraga lengkap ia duduk setelah menyapa ayah ibunya.
“Di hari libur seperti ini kau masih harus berlatih?”
Song Jung Hwa menuangkan segelas susu putih untuk Tae Hyung.
“2 hari lagi pertandingannya tentu saja kita harus giat berlatih.” Jawab Tae Hyung seraya memakan roti panggang miliknya.
“Padahal hari ini ibu akan bersenang-senang dengan calon menantu-ku,” Ujar Jung Hwa membuat Tae Hyung menghentikan kunyahan roti di mulutnya.
“Menantu ..
“Semalam ibumu menghubungi Ha Ni dan mengajaknya pergi jalan-jalan. Ibumu sangat senang Ha Ni tidak menolaknya,” Jelas Kim Tae Kwang, sang ayah.
Tae Hyung hanya diam dan kembali memakan sarapannya.
Ha Ni POV
Aku tidak pernah menyangka jika hal ini datang padaku secepat ini, pergi berbelanja dengan ibu mertua. Tunggu? Calon ibu mertua, ahh ini terdengar jika aku juga menginginkan perjodohan ini. Entahlah, yang jelas saat ini aku pergi dengan ibu Kim Tae Hyung.
Aku pikir Kim Tae Hyung hanya menuruni sifat dari ayah-nya saja. Ibunya benar-benar banyak bicara tapi ini menyenangkan. Tae Hyung, menurutku dia sedikit pendiam. Setelah beberapa hari ini aku melihat dia berlatih, tidak banyak orang yang diajak berbicara. Setelah ia selesai Tae Hyung hanya menghampiri Baek Hyun dan berbicara dengannya.
Setelah berbelanja begitu banyak barang ibu Tae Hyung mengajakku pulang ke rumahnya. Aku hanya menurut sampai pada akhirnya kini aku berdiri di dapur rumah ini mengenakan celemek bermotif bunga dengan pisau yang ada di tanganku dan sayuran yang ada di hadapanku. Ya, aku membantunya memasak makan malam.
“Ha Ni-ssi, apakah kau tidak lelah?”
“Tidak, eommoni.”
Aku seperti sudah bicara dengan ibu mertuaku sendiri.
“Kau tidak perlu mengiyakan semua permintaanku. Kau merasa tertekan padaku,”
“Tidak, eommoni. Aku …
“Aku lebih suka jika kau bisa menolakku sesekali dan mengatakan pendapatmu, itu terasa kau putri-ku,”
Aku terpaku mendengarnya, Ibu Tae Hyung bukan hanya ingin menganggapku sebagai menantunya tetapi juga putrinya.
“Setelah nanti kau menikah dengan Tae Hyung, kau akan menjadi putriku. Putri di rumah ini, jadi mulai saat ini kau tidak perlu merasa tidak enak atau apapun itu, lakukan sesukamu. Ibu akan senang,”
Aku tidak bisa mengatakan apapun lagi selain hanya tersenyum dan mengiyakannya.
“Sekarang istirahatlah, biar ibu yang memasak ini semua.”
“Saya akan membantu anda,”
“Kau sudah cukup menemaniku pergi belanja. Sekarang istirahatlah di kamar Tae Hyung.”
“Kamar Tae Hyung berada di atas, kamar ke tiga.”
“Bolehkah saya masuk?”
“Tentu saja, sebentar lagi itu juga akan menjadi kamarmu?”
Aku kehilangan kata-kataku, bagaimana aku harus bereaksi saat ini. Aku rasa wajahku panas dengan tiba-tiba, apakah ini merah? Oh tidak.
“Istirahatlah di sana,”
“Baiklah kalau begitu, eommoni,”
Ibu Tae Hyung hanya tersenyum lalu aku pergi meninggalkan dapur setelah berpamitan dengannya.
Dengan perlahan aku menaiki anak tangga satu persatu. Aku melihat beberapa pintu kamar yang tertutup, Ibu Tae Hyung mengatakan kamar Tae Hyung adalah kamar ke tiga itu artinya kamar paling ujung. Aku berjalan melewati kamar pertama dan kedua dan kini aku berdiri tepat di kamar terakhir di sini.
Aku sedikit menghelas nafas panjangku, aku tahu jika kamar itu kosong sang pemiliknya masih di luar tapi entah mengapa aku gugup mungkin ini kali pertama aku masuk ke kamar seorang pria. Dengan perlahan aku memegang ganggang pintu kamar Tae Hyung dan membukanya.
Aku sedikit terkejut dengan keadaan kamar ini. Apakah kamar Baek Hyun juga seperti ini, jauh dari kata rapi. Bagaimana bisa aku tidur jika ranjangnya penuh dengan pakaian miliknya. Aku mendengus kesal, lalu ku tutup pintu kamarnya dan meletakkan tasku di atas meja yang sepertinya tempat belajar miliknya.
Aku mengambil satu persatu pakaian Tae Hyung. Aku tidak tahu ini kotor atau tidak, bau mereka sama, wangi. Ahh … aku sudah gila mengapa aku menghirup pakaian Tae Hyung.
Aku segera melipat pakaiannya dalam diam.
Tae Hyung’s POV
Akhirnya latihan hari ini berakhir, semua tubuhku terasa nyeri. Karena pertandingan sebentar lagi kami berlatih keras, jika biasanya kita di beri waktu istirahat sekitar 30 menit namun kali ini hanya ada 15 menit untuk kami beristirahat.
Aku masuk ke rumah, setelah menyapa Ibu yang masih memasak di dapur aku hanya langsung menaiki anak tangga untuk segera masuk ke dalam kamar, rasanya aku ingin tidur.
Aku membuka pintu kamarku tanpa mengganti pakaianku terlebih dahulu aku langsung membanting tubuhku ke atas tempat tidur, aku segera memejamkan kedua mataku dan tertidur.
Author POV
Tae Hyung hanya langsung membanting tubuhnya di atas ranjang tanpa melihat Ha Ni yang juga tertidur di sana. Ha Ni hanya menggeliat sedikit saat ranjang itu bergerak karena tubuh Tae Hyung namun setelah itu dia kembali tidur dengan pulas.
Setelah satu jam Ha Ni tertidur dengan nyenyak meskipun saat ini dirinya sedang berada di kamar Tae Hyung. Ha Ni perlahan mengerjapkan kedua matanya saat dia merasakan sesuatu memeluk pinggang kecilnya. Selain itu diapun merasa deruan nafas pada tengkuk lehernya.
Ha Ni menelan ludahnya sendiri, saat ini dia sudah sadar sepenuhnya dan mengetahui jika seseorang berada di sampingnya tetapi dia hanya tidak ingin membuka kedua matanya, bukan karena dia menginginkan ini tetapi karena dia takut.
Ha Ni menutup matanya kasar ketika pelukan Tae Hyung semakin erat pada pinggangnya. Dia tidak bisa diam begitu saja. Dengan perlahan Ha Ni membuka kedua matanya. Dia melihat ke bawah tepat pada perutnya. Dia menahan nafasnya ketika melihat tangan putih kekar melingkar begitu erat di perut kecilnya. Dengan perlahan dia membalikkan tubuhnya membuat Tae Hyung terusik.
Tae Hyung hanya menghela nafas panjangnya seraya melepas pelukannya dan kembali pada posisi terlentang. Sementara Ha Ni yang sudah sadar sepenuhnya menelan ludahnya dan berteriak.
“AAAAAAAAAAAA …”
Teriakan kencang Ha Ni berhasil membangunkan Tae Hyung di sampingnya. Seperti Ha Ni sebelumnya Tae Hyung membesarkan kedua matanya terkejut melihat Ha Ni berada di ranjang yang sama dengannya.
“YAK. APA YANG KAU LAKUKAN DI SINI?” Teriak Tae Hyung yang langsung bangun, duduk di atas ranjang.
EOMMAAAAAA.”
Ha Ni kembali berteriak setelah bangun. Selimut tebal Tae Hyung ia gunakan untuk menutupi tubuhnya meskipun pakaiannya masih lengkap.
“Ada apa?”
Song Jung Hwa yang mendengar teriakan dari keduanya langsung masuk kedalam kamar Tae Hyung. Matanya terkejut menemukan Tae Hyung bersama Ha Ni di satu ranjang dengan rambut yang tidak bisa di katakan rapi.
Omo.”
Eommoni, ini tidak seperti yang sedang anda pikirkan?” Ha Ni mencoba menjelaskannya.
“Memang apa yang ibu pikirkan, Ha Ni?”
“Ibu kira ada apa, kalian mengejutkan ibu. Ternyata kalian hanya tidur bersama.” Ucapan Jung Hwa berhasil membuat kedua mata Ha Ni membesar.
“Kami tidak tidur bersama, Ibu.” Tegas Tae Hyung
“Kalian tetap tidur bersama meskipun tidak melakukannya.”
“M-melakukan apa maksud, Ibu.” Tae Hyung terlihat begitu gugup.
Ahh melihat kalian berada di satu ranjang ingin rasanya aku meminta cucu pada kalian.”
Eomma/Eommoni.”
Jung Hwa hanya terkekeh.
“Cepat rapikan rambut kalian dan setelah itu ayo kita makan malam bersama.”
“Ha Ni, kau makan malam di sini. Oke.”
Jung Hwa masih tersenyum sebelum pergi dengan kembali menutup pintu kamar Tae Hyung.
Tae Hyung menatap Ha Ni ragu begitu pula dengan Ha Ni.
“Aku … aku akan mandi terlebih dahulu,” Ujar Tae Hyung yang langsung beranjak dari tempat tidurnya untuk segera masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan Ha Ni yang masih terdiam di tempat.
Setelah merapikan diriku dan juga ranjang Tae Hyung aku segera keluar dari kamar membawa tas miliknya kembali sebelum Tae Hyung selesai membersihkan tubuhnya.
Dengan perasaan yang masih malu Ha Ni menghampiri Jung Hwa yang sedang menyiapkan makan malam di atas meja.
“Ada yang bisa saya bantu, eommoni?” Tanya Ha Ni menahan malu,
Jung Hwa hanya tersenyum,
“Rapikan sendok sama garpu di atas meja saja, sayang.”
“Iya, eommoni.”
Ha Ni menurut dan melakukan apa yang di perintahkan Jung Hwa padanya.
Tak lama kemudian keluarga Tae Hyung sudah berada di meja makan siap untuk menyantap makan malam mereka. Tae Hyung maupun Ha Ni masih merasa terlihat kaku menahan perasaan malu masing-masing.
“Tadi ayah mendengar keributan di kamarmu, Tae. Apakah kalian bertengkar?” Tanya Kim Yong Kwang
“Tidak, Ayah. Kami tidak bertengkar.” Jawab Tae Hyung terdengar begitu gugup
“Mereka hanya terkejut mendapatkan satu sama lain di atas ranjang yang sama.” Jawab Jung Hwa yang kembali membuat Ha Ni menunduk malu begitupun dengan Tae Hyung.
“Apa?”
“Mereka sangat serasi di tempat tidur. Rasanya aku ingin segera menikahkan mereka.” Kembali Yong Hwa menggoda Ha Ni dan juga Tae Hyung.
“Ha Ni-ssi, apa kau ingin pulang sekarang?” Tawar Tae Hyung tiba-tiba
“Yak. Apa maksudmu, Ha Ni belum menghabiskan makanannya.” Ujar Jung Hwa
Aaa .. iya sunbae, aku harus pulang sekarang. Masih ada tugas sekolah yang harus ku kerjakan.” Jelas Ha Ni menyetujui ajakan Tae Hyung.
“Kalau begitu ayo, aku antar.” Ujar Tae Hyung yang langsung berdiri yang juga diikuti oleh Ha Ni.
“Tapi kau belum menghabiskannya.”
“Tidak apa-apa eommoni, saya sudah kenyang.”
“Terimakasih untuk hari ini. Saya permisi Eommoni-Aboenim.” Pamit Ha Ni
“Ya, sampaikan salam kami untuk keluargamu.” Ujar Yong Kwang
“Iya, nanti saya akan sampaikan.”
“Tae Hyung, hati-hati.” Pesan Yong Kwang semengatara Tae Hyung hanya tersenyum lebar senyuman kasnya.
Lalu merekapun pergi tanpa menghabiskan makan malam mereka.
“Padahal Ha Ni belum makan apapun,” Ujar Jung Hwa
“Kau membuatnya malu. Mengapa kau mengatakan hal-hal seperti itu?” Tanya Yong Kwang
“Tadi benar-benar lucu. Yeobo, bisakah kita menikahkan mereka secepatnya?” Tanya Jung Hwa
“Mereka masih harus sekolah, Setidaknya biarkan Tae Hyung berkuliah.”
“Aku benar-benar menginginkan mereka segera menikah.”
“Apakah kau begitu meyukai Ha Ni?”
Hmm .. dia sangat menyenangkan.”
Kim Yong Kwang hanya tersenyum.
Ha Ni POV
Aku merasa bersyukur saat Tae Hyung menawarkanku pulang. Aku sangat malu karena ibunya terus saja menggodaku bagaimanapun aku sudah berumur 18 tahun aku mengerti apa maksdunya.
Selama perjalanan kami masih tetap diam, tak ada pembicaraan apapun diantara kami. Mungkin karena kejadian tadi benar-benar memalukan. Bagaimana bisa aku satu ranjang bersamanya dan jangan lupakan satu fakta Tae Hyung memelukku. Dia memelukku dengan erat. Segera aku menggelengkan kepalaku ketika mengingat kembali bayangan itu.
Tiba-tiba saja dia menghentikan mobilnya tepat di sebuah cafe. Aku melihatnya kebingungan, sementara dia hanya membuka sabuk pengaman dan mengambil dompet hitam yang ia simpan dashboard mobil ini.
“Tunggu sebentar,” Dia hanya mengakatakan hal itu dan langsung keluar dari mobil meninggalkanku
Aku hanya melihatnya berjalan memasuki cafe itu.
Tak lama kemudian dia kembali masuk ke dalam mobil membawa makanan dan minuman yang ia beli darisana.
“Ini makanlah. Gara-gara aku kau melewatkan makan malammu.” Ujar Tae Hyung memberikanku satu burger dan minuman bersoda.
“Aku sudah kenyang, sunbae.”
“Makanlah, aku tahu kau belum makan sama sekali.” Ujar Tae Hyung
“Terimakasih, aku akan memakannya.”
Tae Hyung hanya tersenyum, ia juga memakan burger miliknya. Kami hanya memakan ini di dalam mobil. Hanya sederha tetapi mengapa menyenangkan.
“Untuk tadi, aku minta maaf. Aku tidak tahu jika kau tidur di kamarku.” Ujar Tae Hyung di tengah-tengah kita menikmati burger hangat ini.
“Kau pasti terkejut, maafkan aku.”
“Tidak apa-apa sunbae, ini hanya salah paham.” Aku tersenyum padanya dan tanpa aku sangka dia juga membalas senyumanku, tampan.
“Dan juga maafkan aku hanya membelikan ini untuk makan malammu.”
“Aku melihatmu tak nyaman karena Ibuku. Aku harap kau mengerti, aku bukan berniat untuk mengusirmu.” Dia kembali meminta maaf atas apa yang sudah ia lakukan meskipun dia menyelamatkanku.
Hehe .. apakah terlihat jelas?”
Hmm … Ibuku memang seperti itu, kau pasti lelah karena seharian ini harus bersamanya.”
“Tidak, Ibumu sangat menyenangkan. Aku menikmati hari liburku bersama Ibumu,”
“Benarkah?”
Aku hanya menganggukkan kepalanya.
“Lalu, jika nanti kita menikah apa kau yakin akan tinggal di rumah?”
Mendengar pertanyaan itu membuatku langsung tersedak. Menikah? Tinggal di rumah? Mengapa tiba-tiba?
Aigoo. Apa kau terkejut. Minumlah.”
Tae Hyung memberikan minuman soda untukku. Segera aku meminumnya.
“Aku tidak ingin tinggal di rumah. Aku ingin kita membeli tempat tinggal sendiri.” Ujarnya yang membuatku menatapnya. Mengapa dia yakin sekali jika kita akan menikah hanya karena perjodohan ini.
Sunbae, mengapa kau begitu yakin dengan perjodohan ini?” Tanyaku
“Mengapa, apa kau berfikir sebaliknya?”
Aku hanya diam,
“Itu karena kau tidak mencintaiku?”
Sunbae tahu jika aku ..
“Baek Hyun maksudmu?”
Aku menganggukkan kepalaku.
“Bisakah kau berfikir Baek Hyun hanya menjadi masa remajamu dan menjadikanku masa depanmu?”
Aku terdiam seketika mendengar ucapan Tae Hyung. Apakah dia menyatakan cintanya padaku?
Bersambung ….

No comments :

Post a Comment