NEORAGO part 1

  1 comment


NEORAGO part 1



image
NEORAGO
Author : DiraKimra17
Tittle : Neorago Part 1
Category : NC21, Yadong, Romance / Kekerasan, Chapter.
Cast :
Cho Kyuhyun.
Shin Kim Ra
Other cast : Other Super Junior member
-000-
Author’s note: Annyeonghaseyo… Dirakimra Imnida. Ini adalah karya pertama yang aku kirim di sini. Setelah sedikit muak melihat FF yang menumpuk di laptop, akhirnya dengan segenap keberanian aku mau membaginya untuk para penikmat FanFiction. Rata – rata tokoh utama saya adalah Iblis tampan sekaligus si bontotnya Super Junior. Saya mencintai Cho Kyuhyun. Muahahahaha.. sekian perkenalannya. Mohon kritik dan saran para pembaca. Selamat menikmati.
HATI – HATI! GA TYPO GAK GAUL!!!
w
“Ahhh… mmmhhhh…”

“Ahh… tuannnhh.. hajimaa.. Appoo…” Rintih seorang wanita yang saat ini sedang berada di bawah kuasa seorang pria.
Plak! Plak!

“Aaahh, ampuun tuan. Ampunnhhh.. sele-saikan cepaathh.. akuhh mohonn…” terdengar rintihan sang wanita.
Ini sudah puluhan kalinya pukulan dan tamparan sang pria mendarat di tubuh telanjang wanitanya malam ini. Entah itu di pipi, payudara atau pantat wanita itu. wanita malam yang dibayar mahal hanya untuk memuaskan sang ‘Tuan’.
Tanpa ampun, pria itu terus menumbuk miliknya pada tubuh wanitanya tanpa jeda. Semakin keras, semakin kuat. Seiring dengan tangan pria itu yang membuat luka hampir disekujur tubuh lawan main ranjangnya. Dan wanita itu hanya bisa pasrah dibawah kenikmatan dan siksaan – dalam arti sebenarnya- yang diberikan prianya. Pria yang membayarnya sangat mahal.
Ini sudah hampir 3 jam mereka bercinta. Entah berapa kali sang wanita mencapai puncak, namun sang pria belum sama sekali. Anehnya, dalam waktu 3 jam, mereka hanya melakukan satu posisi bercinta saja. Dari belakang.
Dan pria itu, juga masih belum mengeluarkan suaranya. Bahkan sebuah desahan pun tidak.
‘Brengsek. Aku sedang melayani pria gila yang sialannya sangat kaya. Sayang sekali aku tidak bisa melihat bagaimana wajah pria gila ini.’ Umpat wanita itu dalam hati.
-000-
Shin Kim Ra POV
Annyeong… Aku Kim Ra. Shin Kim Ra. Aku adalah Siswi di sebuah Sekolah menengah atas ternama Seoul. Aku cantik dan cerdas yang mampu membuat mata namja yang melihatku terpesona. Walaupun tinggi badanku jauh kalau dibandingkan para member girlsband di negara ini. Oppa ku bilang, aku mungil. Oh, ayolah! Ini karena aku masih 17 tahun kan? Meskipun begitu, tapi orang tuaku adalah orang kaya raya. Dan mereka membuatku memiliki segalanya.
Appa adalah pemilik perusahaan Shin-gyu Group. Kekayaan yang ia punya benar – benar membuatnya lupa daratan. Dia selalu saja menomor satukan pekerjaannya. Meeting di luar negeri, atau bahkan ‘meeting’ bersama wanitanya. Ia sudah biasa tidak pulang dalam waktu berbulan – bulan. Sedangkan Eomma, aku bersyukur karena Eomma adalah wanita yang kuat.
Yaa, Kuat dalam melayani namja – namja muda yang haus akan uang tentunya. Eomma adalah wanita yang akrab dengan dunia malam.
Lalu kenapa aku bersyukur? Setidaknya, kalau Appa dan Eomma mempunyai ‘hobi’ yang sama, mereka bisa saling pengertian, bukan? Aku tidak perlu merasakan melodrama yang memuakkan seperti yang ada di dalam film. Selalu menangis saat Eomma yang baik hati tersakiti dengan kelakuan Appa yang Brengsek. Benar, setidaknya aku tidak perlu melewati hal bodoh seperti itu. Aku tersenyum miris pada diriku sendiri.
Aku mempunyai seorang kakak laki – laki. Choi Siwon. Choi? Yaa, karena saat menikah dengan Appa, Eomma adalah seorang janda dengan seorang putra. Itulah kenapa aku dan siwon Oppa memakai marga yang berbeda. Karena kami berbeda ayah. Sekarang Siwon Oppa tinggal di London untuk meneruskan bisnis Appa-nya.
Itu adalah kehidupan keluargaku. Lalu bagaimana dengan kehidupan percintaanku? Aku malas membahasnya. Kehidupan percintaan macam ini membuatku ingin lari dari kenyataan. Akan aku ceritakan nanti, karena sekarang mobil yang membawaku sudah sampai di depan lobi sebuah perusahaan raksasa Korea.
Aku menyusuri koridor, naik lift ke lantai 17 dan akhirnya berada disini. Di depan ruangan Presiden Direktur. Aku menghela nafas dalam. Pertemuan terakhirku dengan Presdir itu berakhir dengan pecahnya barang – barang yang ada di ruangannya. Sekretaris pribadi Sang Presdir melihatku lekat, lalu aku balik melihatnya. Ada tatapan panik dan takut pada manik matanya. Ya sudahlah, toh aku hanya tinggal membuka knop pintu ruangan itu.
Aku melihat Sang Presdir. Dia sedang berkutat dengan berkas – berkas yang menumpuk di mejanya. Ia memakai kaca mata yang jarang ia pakai. Aku tahu, berkas itu pasti adalah pekerjaan yang sangat penting, sehingga dia tidak mempercayakan berkas itu pada matanya yang sudah menderita sedikit minus.
Dia tidak melihatku, walaupun aku yakin dia mendengar suara pintu terbuka. Itu pasti karena dia sudah tahu, aku yang datang. Hanya aku yang berani masuk ruangan ini tanpa mengetuk pintu.
“Sampai kapan mau berdiri disitu?” tanyanya dingin. Masih tetap memandang lekat berkas – berkas yang ada di mejanya. Aku menghembuskan nafasku kasar.
“Apa yang ingin anda bicarakan, Sajangnim? Aku hanya mempunyai waktu 30 menit sebelum kursus Matematikaku dimulai.” Jawabku tidak kalah cuek. Aku berjalan perlahan ke sofa yang ada di depan mejanya. Tentu saja setelah menutup rapat pintu yang tadi aku buka.
Setelah kalimatku selesai, dia memandangku. Melepas kacamatanya dan melihat ke arahku lagi. Dengan tatapan mata yang sama. dingin dan tajam. Memang tatapan seperti itu yang ia punya, untuk menatap siapapun. Dia melonggarkan dasinya sambil beranjak dari kursi besarnya. Berjalan beberapa langkah kedepan meja dan duduk diatas mejanya. Tepat di depanku.
“Sampai kapan kau seperti ini?” tanyanya lagi. Kali ini dengan memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana.
“Apa?” tanyaku tidak mengerti. Bagaimana aku bisa mengerti? Terlalu banyak masalah diantara kami. Dan sekarang aku tidak tahu, masalah mana yang sedang dibahas olehnya.
“Tinggalkan rumah itu!” Suaranya penuh penekanan. Aku membuang pandanganku darinya. Huuft, Jadi masalah ini.
“Sirheo!” jawabku pelan, tapi aku yakin dia mendengar desisanku.
“Masih saja keras kepala, eoh?”
“Sajangnim!” aku meninggikan suaraku menyebut jabatannya, yaitu Direktur. “Kita sudah sering membahas masalah ini. Jawabanku tetap sama. Aku tidak mau!” Dia tidak merespon. Aku tahu dia membutuhkan alasan. Akan ku berikan kalimat yang sudah berkali – kali aku katakan padanya. “Aku tidak mau meninggalkan rumah itu. Rumahku. Sekotor apapun, rumah itu tetap tempat diamana aku dibesarkan. Ada Appa dan Eomma-ku.”
“Sekaligus tempat dimana mereka menyakitimu.”
“CHO KYUHYUN!!!!!!!!!!” Aku membentaknya. Menyebut namanya secara frontal. Dia menegakkan badannya, berdiri gagah dengan kemarahan di matanya. Jujur aku sedikit takut dengan tempramen namja ini. “Jaga ucapanmu!” Suaraku pelan. Aku sendiri menahan emosi. Tapi yang tersulit, aku juga menahan tangis saat ini. “Mereka orang tuaku.”
“Dan kau adalah istriku!” Tegasnya. Aku menghempaskan badanku ke sandaran sofa. Menolehkan pandanganku ke arah jendela. Menerawang langit yang luas.
Aku memang tidak suka kalau namja ini mengungkit tentang bagaimana kotornya ‘hobi’ orang tuaku. Tapi aku lebih tidak suka mendengar dia menyebut bagaimana status diantara kami. Apa kalian kaget? Yaa, aku masih seorang siswa dari sebuah sekolah menengah. Tapi aku sudah menikah. Apalagi? Tentu saja pernikahan bisnis.
Aku menikah dengan namja ini satu tahun lalu. Namja yang sedang berdiri tegak di depanku ini, Presiden Direktur Cho Corps. Perusahaan kelas atas yang berkuasa. Namja yang tahun ini berusia 28 tahun, CHO KYUHYUN.
Sudah satu tahun kami menikah, kami tidak tinggal bersama. Tidak pernah sekalipun aku mengucapkan kata cinta. Apalagi suatu sikap dimana aku menunjukkan rasa cintaku. Bagaimana dengan Kyuhyun? Tidak jauh berbeda. Dari awal bertemu sampai sekarang, dia tidak pernah mengatakan bahwa dia mencintaiku.
Kami tidak saling mencintai.
Walaupun ini pernikahan bisnis, tapi dulu Kyuhyun melamarku seperti layaknya pasangan lain. Saat melamarku, ia hanya berkata bahwa dia ingin aku berada disisinya. Menjadi istrinya. Dan dengan ketololan maksimal, aku hanya mengangguk pelan. Menerima lamarannya.
Cukup lama aku terdiam, aku beranjak dari dudukku. Ku ambil tas ransel yang tadi kuletakkan di atas meja. Aku mendekat beberapa langkah padanya. Kalau alasanku yang sebenarnya tidak bisa membuatnya berhenti mengusikku, maka aku akan sedikit berbohong. Walaupun ini sangat keterlaluan. Aku tahu itu.
“Aku tetap tidak mau pergi dari rumahku. Aku tidak mau tinggal denganmu. Walaupun kita sudah menikah, tapi aku tidak pernah berniat untuk memulai apapun denganmu. Aku sudah terlambat mengikuti kelas matematikaku. Aku pergi. Selamat siang, Sajangnim.” Aku menunduk sopan sesaat. Lalu berlalu dari hadapannya.
Aku menarik nafas dalam, lalu berjalan cepat meninggalkan kantor ini.
“Yesung-Ssi, antarkan aku pulang!” parintahku pada supir pribadiku.
“Tapi Nona, bukankah anda ada kursus hari ini?” Jawabnya sambil menyalakan mesin mobil. Walaupun dia bertanya, tapi dia tetap menjalankan perintahku.
“Aniyo. Aku lelah. Aku ingin pulang.”
Sampai dirumah, kubuka kasar pintu kamarku. Melepas sepatu kiriku dan melemparkannya ke arah dinding. Kemudian sepatu sebelah kananku, aku lempar tepat kearah sebuah foto berbingkai yang memajang gambar pernikahanku dengan Kyuhyun. Praaanggg! Foto itu jatuh dan hancur.
“Cho Kyuhyun… Aku benci padamu!” Aku berlutut dan mengeluarkan bulir – bulir air mataku yang sedari tadi aku tahan.
Cho Kyuhyun. Namja itu sudah ku kenal beberapa tahun lalu. Saat itu dia masih menjadi mahasiswa. Dia adalah teman Siwon Oppa. Sejak saat itu, aku lebih sering memperhatikannya ketika dia berkunjung kerumahku. Dia adalah namja yang tampan.
Pertama aku melihatnya, aku langsung suka padanya secara fisik. Matanya yang tajam, hidungnya yang mancung, bibirnya yang tebal, giginya yang rata akan terlihat saat dia tertawa, bekas – bekas jerawat yang tercetak di pipinya, tubuhnya yang kekar, dan tangannya yang berotot namun berjari lentik. Itu semua mampu menghipnotisku.
Aku membuka laci yang ada di samping ranjangku. Mengambil sebuah buku yang di dalamnya aku selipkan beberapa foto. Foto dimana saat Siwon Oppa dan Kyuhyun masih kuliah.
Lembar berikutnya adalah foto saat Siwon Oppa, Kyuhyun dan Yesung….-Ssi. Foto itu diambil dihari kelulusan mereka. Yesung-Ssi?? Baiklah akan aku ceritakan. Yesung-Ssi yang ada di dalam foto ini dan Yesung-Ssi yang menjadi supir pribadiku adalah orang yang sama. Siwon, Kyuhyun dan Yesung, mereka bertiga bersahabat saat di bangku kuliah.
Bedanya, Choi Siwon adalah Putra dari pemilik Hyundai Group dan Cho Kyuhyun adalah putra tunggal pemilik Cho Corps. Sedangkan Kim Yesung adalah mahasiswa biasa. Setelah luluspun, dia tidak akan menjadi pewaris perusahaan besar seperti kedua sahabatnya. Dulu dia bekerja untuk Kyuhyun. Tapi setelah aku dan Kyuhyun menikah, dia menjadi Supir pribadiku. Atas perintah Kyuhyun tentunya.
Tapi apalah itu, satu hal yang aku tahu tapi kalian tak tahu adalah walaupun hanya supir, Yesung menerima gaji setara dengan manager utama dari Kyuhyun.
Pernikahanku dengan Kyuhyun dilangsungkan diam – diam saat itu. Masalah publik? ahh… kalian seperti tak tahu saja, uang bisa membeli segalanya. Termasuk menutup mulut setiap saksi yang melihatnya. Hanya keluarga kami, selebihnya Yesung, kepala sekolahku dan Tuan Lee Hyuk Jae, sekretaris pribadi Kyuhyun yang tahu.
Awal menikah, aku sempat tinggal bersamanya. Dirumah pribadinya. Tidak lebih dari 2 minggu. Itulah saat – saat dimana mulai muncul berbagai pikiran di kepalaku. Termasuk pemikiran kalau dia tidak pernah mencintaiku. Saat itulah aku melihat betapa dinginnya mahkluk itu. dia tidak peduli pada semua yang aku perbuat. Dia selalu sibuk dengan pekerjaannya. Selalu pulang malam. Apa kalian percaya, kalau dia bahkan tidak pernah menyentuhku sama sekali. Walau hanya berciuman pun tidak pernah. Dia terlalu dingin.
Hingga Suatu hari aku secara tidak sengaja melihat Kyuhyun berciuman dengan seorang gadis di dalam mobil. Itulah yang membuat aku angkat kaki dari rumahnya. Sekuat tenaga aku berusaha menghapus cinta konyolku padanya. ‘Aku benci padamu, Cho!’ itulah yang kalimat yang aku ucapkan berkali – kali dalam hati saat bertemu dengannya.
Brengsek sekali ‘kan pria itu!
-000-
“Yesung-Ssi, bisakah kita mampir ke toko roti di dekat sekolahku?” Perintahku sopan. Yesung hanya mengangguk sambil mengacungkan jempolnya.
Dalam perjalanan, kami tak berbicara apapun. Yesung memutar musik di mobil. Lagu yang aku suka juga. Your Eyes. Lagu yang dinyanyikan oleh dua personil dari group KRY. Ternyata Yesung ini mempunyai selera yang muda. Aku tersenyum kecil. Bibirku ikut bersenandung pelan mengikuti alunan lagu. Tapi beberapa saat kemudian, aku terdiam. Diam karena ada suara yang melantunkan lagu itu dengan suara yang lebih jelas.
“Eonjekkaji ne gyeothe nal dulsu issneun geonji… neolbeun sesange dan han saram, ojig nainde….” Yesung menyanyikan lagu itu tanpa salah, tidak satu nadapun. Ohh, aku sampai terbengong mendengarnya. “Apa aku terlalu berisik?” tanya Yesung saat dia mendapatiku melamun sambil menatapnya.
“Aniyo. Lanjutkan saja. aku juga tidak tertarik untuk mendengarnya.” Aku berbohong.
Tiba di sekolah, aku berjalan menuju koridor. Tapi saat aku melewati perpustakaan, tidak sengaja aku menabrak seseorang.
“Ahh..” teriakku spontan.
“Owh, Mian.” Namja itu meminta maaf. Aku menunduk sejenak.
“Gwaenchanayo. Nado joesonghaeyo.” Aku menatap namja itu dalam. Tampan. Senyumnya manis sekali.
“Donghae. Lee Donghae.” Dia tersenyum lagi. Ahh, manis sekali. Aku mengernyitkan keningku. “Appa-ku adalah pemilik yayasan pendidikan. Jadi aku ingin melihat langsung bagaimana salah satu sekolah yang dikelola yayasan kami. Dan mulai hari ini aku menjadi tenaga pengajar di sini.” Jawabnya jujur sekali. Dari tatapan mata, gaya tubuh dan kepolosannya, aku bisa melihat dia hanya ingin jujur. Tidak ada kesan pamer dan sombong. Aku hanya geli sendiri melihat betapa antusiasnya memperkenalkan diri.
“Heemmm.. sepertinya aku harus memanggilmu, Seonsaengnim.” Aku memujinya.
“Hahaha, terdengar bagus” Tawa Donghae. “Ini pengalaman pertamaku, menjadi guru.”
“Anda pantas dengan panggilan itu. Baiklah Ssaem, Aku harus pergi ke kelas.”
“Pertemuan yang tidak buruk, bukan? aku harap kita bisa berbincang lagi lain waktu.” Aku menoleh kearah Donghae, dia tersenyum. “Jalga!” katanya lagi. Aku membalas senyumnya.
-000-
Di parkiran sekolahku, aku tidak melihat mobil hitam yang sering dipakai Yesung. Tapi aku melihat mobil merah Kyuhyun. Dua sahabat itu pasti sedang kerja sama. aku mengembungkan kedua pipiku. Melihatku sedang berjalan malas kearahnya, Kyuhyun langsung keluar dari mobil. Sial! Dia terlihat errrrr…. tampan sekali. Dia memakai kemeja dan dasi berwarna senada. Warna kesukaanku. Hitam. Tanpa jas.
“Kenapa diam? Apa perlu aku bukakan pintu untukmu, Nona?” suara ketusnya keluar saat aku masih berdiri di hadapannya. Kyuhyun berjalan membukakan pintu mobil untukku. Tapi aku melewatinya begitu saja dan membuka pintu belakang. Aku duduk di bangku belakang. Aku lihat kadar ketampanannya sedikit menurun saat dia mendengus sebal.
Kyuhyun membuka pintu mobil yang tadi aku buka. Dia menunduk sehingga meyejajarkan wajahnya dengan wajahku. Menatapku tajam, itu adalah kebiasaannya. Aku tidak menatapnya. Aku tetap memandang lurus kedepan. Hal itu membuat Kyuhyun mencengkeram daguku. Tangannya yang besar mampu menggapai kedua pipiku dalam satu genggaman. Ia memaksaku untuk menatapnya.
“Apa aku supirmu, Hah?” Kyuhyun berkata pelan dengan rahang yang mengeras. Aku tau dia marah, tapi berusaha menahannya. Tempramen-nya buruk sekali. “Pindah ke depan!!” perintahnya sambil melepaskan cengkeraman tangannya dari wajahku.
“Ani.” Jawabku pelan.
“Kenapa selalu menentangku?”
“aku tidak mau. Aku tidak mau duduk di tempat yang pernah wanitamu duduki. Apalagi untuk kalian bercumbu dan bermesraan.” Terbayang lagi gambaran dimana Kyuhyun berciuman dengan seorang wanita setelah 2 minggu pernikahan kami. SIALAN!
Mendengar penjelasanku, Kyuhyun langsung menyipitkan mata dan menegakkan badannya. Ia berjalan menuju bangku kemudi.
Aku tidak tahu dia akan kemana. Aku sudah tidak peduli lagi. Seindah apapun tempat yang dituju, pasti tempat itu hanya akan memberi kenangan menyedihkan. Aku mengernyitkan dahiku saat mobil Kyuhyun berhenti di depan sebuah gedung berwana biru.
“Kenapa ke tempat seperti ini? Kau Mau apa?” tanyaku bingung.
“Membeli mobil.” Kyuhyun tampak sedang merapikan beberapa barang berharga dari mobilnya.
“Sekarang?”
“Apa seorang Cho Kyuhyun perlu menunggu sampai besok hanya untuk membeli mobil?”
Aku keluar dari mobil dengan kesal. Aku turunkan poniku yang tadi ku jepit. Baguslah kalau rambut ini mulai memanjang lagi. Kyuhyun masih sibuk memilih mobil yang pas. Lalu dia berjalan pelan kearahku.
“Pilih satu diantara semua itu. jangan meminta jenis yang sekarang tidak terlihat oleh matamu. Itu akan lama.” Kata Kyuhyun saat berdiri di sampingku.
“Kalaupun aku memilih yang itu, prosesnya akan tetap lama bukan?” kataku sambil menunjuk mobil sport berwarna putih. Apa namja ini benar – benar menganggapku miskin, sampai proses membeli mobil saja aku tidak tahu. Keterlaluan.
“Tuan Park, aku ambil yang ini.” Teriak Kyuhyun pada seseorang berjas cream. Bertepatan dengan itu Yesung datang. “Ahh, Orangku yang akan mengurus kelanjutan surat – suratnya.” Tambah Kyuhyun menunjuk ke arah Yesung yang baru keluar dari mobil.
“Ye, Tuan Cho. Kami akan mengurusnya untuk anda.” Jawab Tuan Park sambil tersenyum.
“Apa mobil ini untukmu, Nona?” tanya Yesung padaku. Aku menggeleng cepat. “Kenapa tiba – tiba membeli mobil, Kyu?” pertanyaannya dilimpahkan pada Kyuhyun. Kyu? ? ? Hahh, akrab sekali si Presdir dan Si Supir ini.
“Tanya saja pada gadis itu.” Kyuhyun hanya mengarahkan pandangannya padaku. “Yesung-ah tolong uruskan untukku!” Yesung mengangguk pelan. “Kaja!” Kyuhyun menarikku dan memasukanku kedalam mobil baru itu. aku duduk di bangku depan.
Aku lihat beberapa orang merapikan mobil ini dan memasang sesuatu di tempat plat mobil. Aku rasa sesuatu yang membuat mobil ini aman. Yaaps, tapi aku rasa yang paling aman adalah plat itu bertuliskan nama CHO KYUHYUN! Kalau sudah begitu, siapa yang berani mengusiknya. Aku masih asyik tertawa sinis saat Kyuhyun sudah duduk disampingku. Dia langsung melaju.
“Yesung-Ssi… aku ingin menggantinya.” Aku memecah keheningan.
“tto mwoya? Apa dia membuat kesalahan?” sahut Kyuhyun dingin.
“Aniyo. Aku tidak mau dia menjadi supirku. Dia tidak bekerja untukku, tapi untukmu. Aku tahu dia memata – matai ku dan melaporkannya padamu.”
“Itu adalah tugasnya dan aku yang membayar gajinya.”
“Kalau begitu biarkan dia bekerja untukku. Aku akan membayar gajinya.”
“Apa kau mampu membayarnya?”
“lagi – lagi kau meremehkan aku. Aku juga punya uang, Tuan Cho!” nada suaraku meninggi.
“Apa itu artinya kau akan meminta uang puluhan juta won per bulan pada ayahmu? Kau akan bilang untuk apa? Gaji supir?” Kyuhyun secara gamblang menyebutkan gaji Yesung. Walaupun aku kaget, tapi aku berusaha tenang. Aku sadar Kyuhyun bisa melakukan itu. dia memiliki segalanya. Menggaji yesung sebesar itu hanya untuk mengantar – jemputku, tidak akan membuatnya jatuh miskin. Bagaimana tidak, bahkan dia membeli mobil saja seperti membeli roti.
“Kalau begitu jangan Yesung.”
“Kalau bukan Yesung, maka aku sendiri yang akan mengantar jemputmu.” Jawab Kyuhyun santai.
“Ahhhh, jinjja.. itu bahkan lebih buruk.” Aku mengeluh. Aku tahu, kyuhyun sedang menyunggingkan senyum evilnya.
Ah, Tuhan. Apa namja ini benar – benar tidak mengerti? Aku benar – benar canggung dengan Yesung. Bayangkan saja? Seorang Yesung yang memanggil Presiden direktur Cho Corps dangan panggilan ‘Kyu..’ menjadi supirku. Walaupun gajinya setinggi langit, tetap saja dia adalah orang yang mengantarku kemana saja. orang yang mengikuti segala perintahku. Supir yang dulu selalu aku teriaki, kini berganti orang yang bahkan aku masih memakai –Ssi di belakang namanya. Supirku adalah sarjana lulusan terbaik. Gila!
“kapan kau melihatnya?” Tiba – tiba suara Kyuhyun membuyarkan lamunanku.
“Apa?” tanyaku acuh.
“Ciuman. Kapan kau melihatnya?” Dan pertanyaan itu, aku malas sekali membahasnya.
“Sudah lama sekali.”
“kapan?”
“Dihari aku meninggalkan rumahmu.” Kyuhyun langsung mengerem mobilnya mendengar jawabanku. Membuat aku terjerembab ke depan, untung saja aku memakai sabuk pengaman. Tapi justru sabuk pengaman itu yang menekan payudaraku terlalu keras. Benda ini sangat sensitif. Sakit sekali.
“Gwaenchana?” kyuhyun sedikit panik. Aku meringis memegang dadaku. Dengan cekatan, tangan Kyuhyun melepas sabuk pengamanku dan mengelus payudaraku. Beberapa detik kemudian aku sadar dengan apa yang dia lakukan.
“Apa yang kau lakukan?” aku menepis tangannya dan menyilangkan tanganku di dada. Sepertinya dia juga baru sadar. Dia menarik tangannya dan kembali pada posisi duduk yang benar. Tapi aku mendengarnya mendengus kesal.
“Sial! kenapa harus di saat seperti ini?” ucapnya pelan sambil menjambak rambutnya sendiri, tapi aku rasa kalimat itu bukan ditujukan untukku. Kemudian, Kyuhyun keluar dari mobilnya.
Beberapa menit, Kyuhyun kembali masuk kedalam mobil. Kali ini ada yang berbeda dari penampilannya. Kemeja yang tadi rapi, kini ia keluarkan sehingga bisa menutupi sampai paha atasnya. Lengannya ia gulung dan dia melepaskan dasinya. Itu membuatnya tidak setampan tadi, tapi lebih…. sexy. Cho Kyuhyun jangan buat aku gila dengan ketampananmu yang keterlaluan itu. Aaarrghh!!
“Mian.”
“Kenapa mendadak berhenti?” tanyaku pelan. Kyuhyun memandangiku.
“Apa kau meninggalkan rumahku karena ciuman itu?”
“50%.”
“Selebihnya?”
“Aku masih sekolah Cho Kyuhyun-Ssi.” Aku berbohong.
“Tidak bisakah kau memanggilku Oppa?” Aku menggeleng cepat. Ingin. Ingin sekali memanggilnya Oppa, tapi tidak pernah bisa. Aku merasa kalau mulutku pasti akan sariawan setahun kalau aku memanggilnya Oppa dalam keadaan sadar.
“Kita mau kemana?” aku mengalihkan pembicaraan.
“Makan siang di tempat biasa.” mhh… restoran itu. restoran mewah yang ada di pusat kota Seoul. “Wae?” dia bertanya lagi, mungkin karena aku tidak memberikan respon.
“Apa tidak sayang? Pergi ketempat mewah hanya untuk bertengkar?” tanyaku sedikit ketus. “Kau sudah 5 kali membawaku kesana dan kita selalu bertengkar. Terakhir, bahkan kau membiarkan aku pulang dengan taksi.”
“Kau berharap kita bertengkar lagi?”
“Dari tadi kita sudah bertengkar Kyuhyun-Ssi. Dan tempat yang kau bilang favorite-mu itu, sudah terlanjur memberi kesan buruk untukku.”
“Kalau begitu pulang saja.” Kyuhyun berkata ketus dan langsung membanting stirnya. Balik arah. Dia mengantarku pulang.
“kau tidak mampir?” tanyaku setelah sampai di rumah. Dia hanya diam. aku tahu dia marah. “Jangan terlalu kecewa, bertengkar di dalam mobil baru yang mewah juga sudah cukup berkelas, bukan?” aku membuka pintu mobil. “Jalgayo.” Salamku padanya sebelum menutup pintu mobilnya kembali.
-000-
1 bulan berlalu.
Ini adalah bulan aku sedang ujian tengah semester. Aku jadi sedikit sibuk karena harus mengikuti kursus di beberapa tempat. Jam pulang sekolahku pun jadi sedikit telat. Karena setelah pulang sekolah, biasanya akan ada tambahan pelajaran dari guru bimbingan. Dengan alasan sibuk, aku senang karena bisa menolak permintaan Kyuhyun yang menyuruhku untuk menemuinya. Efeknya adalah, selama satu bulan hanya beberapa kali bertemu. Jadi hanya beberapa kali juga kami bertengkar.
Selama satu bulan ini, aku sedikit terhibur dengan kehadiran seseorang yang sekarang sudah akrab denganku. Lee Donghae. Maj-a! Dia adalah putra pemilik Yayasan, yang dulu pernah menabrakku di depan perpustakaan. Dia mengajar kelas tambahan. Menggantikan guru pembimbing biologi. Itu sebabnya kami sering bertemu, sering mengobrol dan sekarang sangat akrab.
Dia adalah pria yang baik, manis, romantis dan sangat perhatian. Setidaknya padaku. Berbeda dengan namja yang hidupnya ber-merk Cho Kyuhyun itu. Tapi jujur saja, sejak aku jarang bertemu dengannya, aku merindukannya. Hanya saja, rasa malas selalu menghampiriku saat aku mengingat pasti akan beradu mulut lagi dengannya. Itu sebabnya, aku memilih untuk lebih menikmati persahabatanku dengan Donghae Ssaem daripada memikirkan Kyuhyun.
Beruntung, karena Donghae ada di lingkungan sekolah. Jadi Yesung pun tidak akan tahu, apalagi Presdir Cho. Karena Yesung tidak bisa mencampuri segala urusanku saat di dalam pagar sekolah.
Hari ini tidak ada tambahan kelas biologi sebenarnya, tapi aku melihat Donghae. Namja itu sedang berjalan kearahku. Dia sudah tersenyum manis walaupun jarak kami masih cukup jauh. Aku tidak membalas senyumannya. Aku hanya menikmati pemandangan itu.
“Hey… kenapa melamun sendirian?” sapanya saat duduk disampingku.
“Aniyo. Aku hanya sedang berfikir.”
“Ada masalah?”
“Eoh… Bab tentang bakteri.”
“ke laboratorium saja, aku bantu.” Aku menatap Donghae, polos. “Aku kan Guru pembimbing biologi.” Dia menarik tanganku.
Di laboratorium, Donghae mengeluarkan beberapa peralatan dari lemari kaca. Beberapa diantaranya sudah berbau menyengat. Donghae memakai labjas. Dia menarikku untuk duduk di sampingnya.
“ini ada beberapa contoh bakteri. Coba lihat baik – baik.” Kata Donghae tanpa melihatku.
“Kenapa ada yang berbau busuk?”
“Justru kalau tidak busuk, bakterinya tidak keluar.”
Hampir satu jam aku dan Donghae membahas tentang bakteri ini dan itu. cukup membantu memang. Tidak terasa, percakapan kami sudah keluar dari ‘kotak pelajaran’. Donghae sedang bercerita tentang bagaimana dia pernah mencintai seseorang yeoja saat dia masih kuliah. Dia menggambarkan yeoja itu sangat cantik. Dia bilang hampir mirip sepertiku. Itu sebabnya, pertama kali Donghae melihatku, dia langsung menyukaiku.
Aku tidak sadar, Donghae semakin mendekatkan tubuhnya padaku. Dia memandangku dalam. Jujur saja, aku sedikit terhipnotis dengan tatapannya. Tulus dan lembut. Donghae menyibak poniku dan semakin mendekatkan wajahnya padaku. Seperti perkiraanku, dia mulai memiringkan wajahnya. Dia membidik bibirku. Aku sedikit gemetar. Kalau dia benar – benar menempelkan daging lembut berwana merah miliknya itu dibibirku, berarti inilah ciuman pertamaku.
Ciuman pertama? Pertama?
Saat itu juga wajah tampan nan dingin Kyuhyun terlintas di benakku. Untung saja kesadaranku datang saat jarak antara wajahku dan Donghae masih berjarak 2 cm. Aku menahan dadanya. Menghentikan gerakannya.
“Donghae-Ssi, geumanhae! Aku harus kembali ke kelas, maaf.” Aku langsung berdiri dari dudukku dan berlari keluar ruangan lab. Meninggalkan Donghae yang hanya terdiam saja.
Aku terus berlari keluar gedung sekolahku. Mencari telephone umum. Aku menelepon Yesung untuk segera menjemputku. Sekarang. Aku tidak peduli walaupun ini masih jam 10 pagi. Keadaanku sangat berantakan akibat berlarian tadi. Kunciran kuda di rambutku sudah mengendur. Membuat beberapa helai rambutku lepas dari ikatan. Poniku tak beraturan. Aku tidak memakai rompi sekolah. Hanya kemeja putih ini yang sudah basah dengan keringat di punggungku.
Aku menunggu Yesung di Halte yang cukup jauh dari sekolah.
15 menit. Kurang lebih. Yesung sudah datang. Dia sedikit terkejut saat melihat keadaanku. Aku menghampirinya dengan jalan terpincang. Itu karena saat berlari menuju halte tadi aku sempat terjatuh. Lututku bahkan mengeluarkan sedikit darah. Sedangkan kedua telapak tanganku terluka saat aku berusaha menopang tubuhku agar tidak terjungkal tadi. Sampai di mobil, aku langsung duduk di belakang. Yesung masih melihatku.
“Yesung-Ssi, antarkan aku ke Cho Corps. Sekarang!” Kataku sedikit gemetar. Yesung hanya mengangguk dan menjalankan mobilnya.
Aku merasa gemetaran. Yaa, aku juga tidak tahu kenapa? Tapi aku merasa takut dan marah. Perbuatan Donghae barusan membuat aku merasa takut dan marah. Selama dalam perjalanan, Yesung tidak bergeming dan berusaha secepat mungkin sampai di kantor Kyuhyun. Dan kini, mobil itu sudah berhenti di lobi depan.
Aku berlari memasuki gedung bertingkat itu. seperti biasa, naik lift kelantai 17 dan menuju ruangan Presiden Direktur. Setelah susah payah, akhirnya aku melihat pintu ruangan Kyuhyun. Beberapa orang melihatku bingung. Tentu saja, penampilanku yang acak – acakan membuat mereka terheran. Dari kejauhan aku melihat sekretaris Lee Hyuk Jae. Sepertinya dia sudah menebak kalau aku akan menerobos masuk ruangan Presdirnya.
“Nyonya, maaf. Tapi Presdir sedang ada…”
Braaaaakkkkkk!!!
Kalimat Lee Hyuk jae terputus dengan suara keras dari pintu yang aku buka kasar. Disinilah aku sekarang. Di depan pintu ruangan Kyuhyun yang terbuka. Di dalam sana, aku lihat dia memang sedang ada tamu. Seorang namja yang juga berjas. Dan seorang wanita yang aku yakin itu adalah sekretaris si tamu.
Kyuhyun memandangku nanar dari kursinya. Ia tidak berkomentar atau marah. Itu pasti karena dia melihat keadaanku yang berantakan. Aku masih berdiri mematung. Aku mendengar suara langkah seseorang mendekatiku.
“Nyonya, maaf. Silahkan menunggu karena Presdir sedang ada Client.” Itu adalah suara Lee Hyuk Jae.
“Biarkan saja!” kata Kyuhyun lantang pada Lee Hyuk Jae. “ Tuan Yoo, saya minta maaf atas kejadian ini. Mari kita mengatur pertemuan lagi lain waktu.” Kata Kyuhyun lagi pada tamunya.
Setelah para tamu itu pergi dan Lee Hyuk Jae kembali ke mejanya, aku menutup pintu ruangan Kyuhyun dengan kasar. Aku berjalan cepat ke arah Kyuhyun yang sedang duduk di kursinya. Setelah aku berada di sampingnya, kuputar kursinya agar menghadapku. Dengan kasar aku melepas kaca mata yang ia pakai dan menyusupkan jari – jari tanganku di rambutnya. Membuat dahinya terekspos karena aku menyibak rambut atasnya. Aku juga menaikkan lututku di kursinya. tepatnya disisa Kursi yang menjadi celah pangkal pahanya. Bahkan aku sudah tidak peduli lagi saat pahaku menyentuh sesuatu yang mengeras disana. Karena yang menjadi targetku sekarang hanya satu.
Tanpa menunggu apapun lagi, aku menempelkan bibirku dengan bibirnyanya. Aku menciumnya. Bibir tebal yang selalu mengeluarkan kalimat ketus ini, sekarang sudah ada dalam lumatanku.
Aku tidak tahu bagaimana caranya berciuman. Tapi saat ini aku hanya mengikuti naluriku. Aku mengulum bibirnya dan menghisapnya kuat. Kadang juga menggigitnya pelan. Atas bawah bergantian. Entah sejak kapan bibirku bergetar. Air mataku juga sudah leleh. Aku menangis disela – sela ciuman kami. Aku berhenti saat aku merasa tangannya mulai menyentuh punggungku. Aku melepaskan bibir kami yang tadi menyatu. Wajahku sudah basah karena air mata.
“Aku membencimu Cho Kyuhyun…” aku terisak saat mengucapkannya. Setelah itu aku berbalik untuk meninggalkannya.
Namun, hanya beberapa langkah aku menjauh darinya, Kyuhyun menarikku. Dia menenggelamkan aku dalam pelukannya. Membiarkan aku menangis. Dia merambatkan tangan kirinya untuk mengelus punggungku, sedangkan tangan kanannya mengelus rambutku.
Hampir 1 jam berlalu. Sekarang aku sedang duduk di sofa. Kyuhyun berdiri di depanku dengan melipat tangannya di dada. Dia hanya berdiri disitu sejak aku melepaskan diri dari pelukannya. Aku juga sudah tidak menangis lagi. Amarah dan rasa takutku hilang dalam pelukannya. Aku memandang wajahnya. Dia berjalan perlahan mengambil kotak obat dan mengisi tempat kosong di sampingku. Lalu mengangkat kakiku yang terluka kepangkuannya.
“Apa yang terjadi? Apa yang membuat Nona muda ini datang dengan penampilan seperti habis membunuh, nyaris menghancurkan pintu, mengusir tamu penting dan hampir memperkosa seorang Presiden Direktur?” Kyuhyun tidak memandangku sama sekali.
“Apa kau tidak merasa kalau semua kalimatmu itu terlalu berlebihan, Cho Sajangnim?” aku menyipitkan mataku.
Kyuhyun diam saja. dia hanya menekuni lukaku yang sedang diobatinya.
Apa aku ini begitu buruk? Apa maksudnya datang dengan penampilan seperti habis membunuh? Apa dia sama sekali tidak tahu, kalaupun aku bisa membunuh orang, dia adalah orang pertama yang ingin aku lenyapkan dari dunia ini.
Dia bilang aku nyaris menghancurkan pintu dan mengusir tamu? Padahal sekarang pintu itu masih kokoh dan berfungsi dengan baik untuk menghalangi pandangan para karyawan diluar sana dari kegiatan kami di ruangan ini. Sedangkan tamu tadi? Ohh ayolah, kalian juga dengar kan’ bagaimana namja ini meminta Client-nya untuk mengatur pertemuan lagi. Kenapa dia melimpahkan semua kesalahan padaku? Jelas aku tidak terima, karena kesalahanku hanya satu.
Aku setuju kalau dia bilang aku hampir memperkosa seorang Presiden direktur. Karena aku juga tidak tahu darimana tubuhku menerima perintah semacam itu. yang pasti bukan dari akal sehatku.
“Wae? Apa masih tidak mau bicara?” tanya Kyuhyun lagi.
Tentu saja aku tidak akan bilang. Aku harus bilang apa? Bilang kalau barusan Donghae hampir merebut ciuman pertamaku? Sampai aku ‘memaksa’ Kyuhyun untuk merebutnya terlebih dulu? Jadi aku memilih untuk diam. Kyuhyun memandangku. Dia mengulurkan tangannya pada wajahku. Jari telunjuk dan jari tengahnya mengusap bibirku lembut. Berbanding terbalik dengan tatapan matanya yang memandangku tajam.
“Padahal mulutmu masih ada. Apa benda ini benar – benar tidak bisa bersuara? Atau kau sudah mengaturnya hanya untuk bertengkar denganku?” perkataannya membuatku memanyunkan bibirku. Aku menyingkirkan tangannya dari bibirku.
“Sambungkan telepon untuk Yesung-Ssi.” Kataku pelan dengan nada meminta, bukan memerintah. Kyuhyun menaikkan satu sudut bibirnya. Menghasilkan senyum yang aku tidak bisa menebak apa artinya. Setelah itu, dia meraih telepon yang ada di atas meja kecil di sudut sofa.
“Yesung-ah, Nona-mu ingin berbicara.” Hanya itu kalimat Kyuhyun pada Yesung. Setelah itu Kyuhyun memberikan gagang telepon padaku. Aku menerimanya.
“Yeoboseyo… Yesung-Ssi, tas ku masih ada di sekolah. Bisakah kau mengambilnya untukku?”

“Ahh, ye. Kau bawa pulang saja. akan ku telepon lagi kalau aku ingin pulang nanti. Gomawo.” Tanda terima kasihku menutup pembicaraan kami.
Aku memberikan telepon itu pada Kyuhyun. Aku menyandarkan badanku lagi. Saat itu, aku dengar suara pintu diketuk dari luar. Kyuhyun menyahut dan menyuruh orang itu masuk. Tebakanku benar. Orang itu pasti Lee Hyuk Jae.
“Sajangnim, ada tamu yang ingin bertemu dengan anda.” Kata Sekretaris Lee.
“Suruh datang lain waktu! Aku sedang tidak ingin bertemu tamu.” Jawab Kyuhyun.
“Tapi Sajangnim… Tamunya adalah Miss Seohyun.” Jawab Lee Hyuk Jae sedikit pelan dan hati – hati. Kyuhyun terdiam sejenak. Terlihat sedang berfikir.
“Geurae, antarkan dia ke ruangan meeting. Aku akan menemuinya.” Kyuhyun mengambil keputusan. Setelah Lee Hyuk Jae meninggalkan ruangan, Kyuhyun berjongkok di depanku. “Aku tahu kau masih ingin bersamaku lebih lama. Aku akan mengantarkanmu pulang nanti setelah jam kerjaku selesai. Sekarang, tunggulah disini. Aku akan kembali.” Kyuhyun beranjak berdiri dan bersiap meninggalkanku.
“Sajangnim…” Suaraku berhasil menghentikan langkahnya. Dia membalikan tubuhnya untuk menghadapku lagi. “Aku … lapar.” Lanjutku sambil menunduk. Kyuhyun tersenyum, hempasan nafasnya terdengar jelas di telingaku.
“Ara. tunggu saja!”
Kyuhyun sudah pergi. Tubuhnya sudah menghilang di balik pintu beberapa saat lalu. aku berjalan menuju kursi besarnya. Aku duduk di sana. rasanya sangat nyaman. Aku merasakan wajahku menghangat saat aku teringat ciuman kami di atas kursi ini. Jujur, aku malu sekali. Padahal, tidak pernah terlintas di pikiranku untuk melakukannya. Huuufffttt.
Aku duduk bersandar. Aku ingat – ingat lagi, Kyuhyun jarang sekali melakukan skinship denganku. Dia benar – benar tidak tertarik padaku. Apa karena terlalu sibuk bekerja membuatnya tidak tertarik dengan yeoja? Mhh.. yeoja? Aku tersenyum miris. Bagaimana mungkin? Tentu saja dia bermain dengan yeoja – yeoja lain di luar sana. Aku sendiri sudah pernah melihatnya berciuman dengan yeoja lain. Bahkan saat itu, kami sudah menikah 2 minggu dan aku tinggal dirumahnya.
Keterlaluan.
Lalu siapa yeoja yang ditemuinya tadi? Seohyun? Siapa dia? Aku merasa bahwa yeoja itu sangat spesial. Kyuhyun yang berniat untuk menolak semua pertemuan hari ini saja sampai berubah pikiran setelah mendengar nama yeoja itu. ahh apa yang sedang aku pikirkan? Apa aku sedang cemburu??
Aku masih sibuk dengan pikiranku saat seseorang mengetuk pintu dari luar. Aku membuka pintu. Ternyata petugas dari pantry. Dia membawa makanan yang di pesan Kyuhyun dari restaurant kesukaanku. Aku membawa makanan itu ke atas meja. Tapi sama sekali tidak berminat untuk membukanya. Memikirkan Kyuhyun barusan membuatku kehilangan selera makan. Akhirnya aku memutuskan untuk menyusul Kyuhyun ke ruang meeting. Tentu saja setelah merapikan penampilanku.
Aku melihat Kyuhyun di dalam sana. bersama seorang yeoja yang aku tidak tahu seperti apa wajahnya. Dia duduk memunggungi tempat aku berdiri. Aku hanya bisa melihat lekuk tubuhnya dan rambutnya yang panjang terurai. Kyuhyun duduk di depannya.
Mereka mengobrol santai. Setidaknya itu yang aku lihat. Bagaimana tidak santai, Kyuhyun saja betah memasang senyumnya. Walaupun bukan senyum yang terang – terangan, tapi tetap saja. aku risih melihatnya. Cukup lama aku berdiri, akhirnya Kyuhyun melihat keberadaanku. Dia berdiri dan melangkah keluar ruangan untuk menghampiriku.
“Bukankah aku bilang untuk menunggu di ruanganku?” kalimat Kyuhyun seperti baru keluar dari lemari es. Dingin sekali.
“Aku bukan peliharaanmu. Aku mau pulang.”
“Aku akan mengantarkanmu setelah jam kantor selesai.”
“Aku mau sekarang.”
“tunggu sampai aku selesai bicara dengannya.”
“Kau menolakku, Sajangnim? “ aku menatap manik matanya.
“Jangan kekanakan Cho Kim Ra!” Kyuhyun membentakku.
“Aku akan menelepon Yesung-Ssi. Karena kau membayar dia dengan gaji tinggi, jadi aku akan mempekerjakannya dengan baik. Aku tidak akan membuat namja itu memakan gaji buta. Lanjutkan saja meeting pentingmu, Sajangnim.” Kataku dengan nada penekanan saat mengucapkan ‘meeting pentingmu’. Aku membalikkan tubuh cepat dan menjauh darinya sebelum dia memarahiku. Dan akhir hari ini, kami bertengkar lagi.
-000-
Hari ini aku tidak masuk sekolah. Alasannya adalah sakit. Walaupun sebenarnya aku sama sekali tidak sakit. Ahh tidak. Ada yang sakit. Hatiku. Sejak pertengkaran menyebalkan dengan Kyuhyun beberapa hari lalu, aku masih saja merasa sedikit ngilu di lubuk hatiku. Kesal setengah mati kalau mengingat namja itu.
“Nona…” Aku mendengar seseorang memanggil namaku dari balik pintu. Suara namja dan aku kenal suara milik siapa itu.
“Yesung-Ssi… masuk saja.” aku tidak tahu kenapa aku mengizinkan dia masuk kamarku. Hal ini memberi tanda, kalau dia menjadi namja kelima yang boleh masuk kamarku. Setelah Appa, Siwon Oppa, Kyuhyun dan Park Jung Soo, Dokter pribadi keluarga Choi.
“Nona benar – benar tidak enak badan?” Tanya Yesung setelah melangkahkan kakinya di dalam kamarku.
Nona… Nona… Nona… dia selalu memanggilku Nona, tapi tidak pernah disertai dengan pandangan hormat. walaupun dia memanggilku Nona, tapi dia memandangku seperti aku ini Yeodongsaeng-nya. Seakan, kata Nona adalah panggilan kesangannya untukku. Tapi tak apalah. Aku nyaman dengan itu.
“Waeyo?”
“Kalau Nona benar – benar sakit, sebaiknya kita ke rumah sakit. Kalau Nona tidak sakit sebaiknya kita ke rumah Presdir Cho.”
“Ne? Kyuhyun? Kenapa aku harus kesana?”
“Presdir Cho sedang sakit.”
“Ahhh jinjja namja itu. Apa orang semacam dia bisa sakit? Aku kira penyakitpun akan takut pada uangnya.” Aku menggerutu dan berfikir sejenak. “baiklah. Kita kesana.” Aku beranjak dari ranjangku.
“Tidak mengganti pakaian, Nona?” Yesung menaikkan sebalah matanya.
Saat ini, aku hanya memakai kemeja yang panjangnya sampai 20 cm di atas lutut. Lengan panjangnya aku gulung beberapa lipat di bawah siku. Berpasangan dengan hot pants. Ini adalah seragam wajibku saat tidur. Aku tidak memakai gaun tidur maupun baby doll. Aku sudah terbiasa tidur dengan kemeja panjang.
“Piryo eobseo! Penampilanku tidak akan membuat penyakit Kyuhyun semakin parah.”
Aku dan yesung sudah dalam perjalanan ke rumah Tuan Muda Cho yang megah. Rumah itu, aku sedikit merindukan untuk beraktivitas disana. Ahh sudahlah, aku tidak ingin mengingatnya lagi. Aku meminta yesung untuk menambah kecepatan.
“Yesung-Ssi… kau pulang saja. akan ku telepon kalau nanti aku akan pulang.”
“Oke. Aku juga tidak berminat untuk menjenguk Presdir Cho.” Jawab Yesung ringan.
Aku menunggu mobil Yesung melaju sebelum aku mengetuk rumah Kyuhyun. Sekarang aku sudah beberapa kali memencet bel yang terpasang di dekat pintu.
“Nugu?” Aku mendengar suara serak dari dalam.
“Na! Nona Shin Kim Ra!” jawabku dengan suara angkuh.
“Molla.” Ahh namja ini benar – benar! Apa dia akan mempersulit hal sepele seperti ini?
“Ashh.. Jinjja! Na-ya!” aku berteriak di depan pintu. Okeh – okeh aku mengalah. Ini juga karena yesung sudah pergi. Kalau tidak, aku pasti memilih pulang daripada meladeni orang ini. “Cho Kim Ra-ya!” aku mengulang namaku dengan marga yang berbeda. Cho. Marga yang kusandang karena menikahi namja setengah iblis yang –katanya- sedang sakit itu.
Kyuhyun membuka pintu. Membuat aku bisa melihat wajahnya yang natural. Dia baru bangun tidur. Walaupun tidak setampan saat memakai jas, tapi wajahnya yang kusut dengan rambut berantakan, kelopak mata yang sedikit mengembung dan bercak bantal dipipinya, membuat namja ini lucu sekali.
Aku tersenyum kecil. Kyuhyun melihatku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Setelah itu dia menarikku kedalam. Melangkah masuk melewati ruang tamu dan ruang tengah. Naik ke lantai dua. Aku tahu tempat yang dia tuju.
Kamarnya.
Sesampainya dikamar, Kyuhyun melemparkanku ke ranjang. Dia sendiri langsung mengambil posisi di sampingku. Dia berbaring dan memejamkan matanya. Aku yang tidak tahu maksud tingkah lakunya hanya bisa memandang namja ini kesal.
“Aku sedang tidak berselera untuk bertengkar. Jadi jangan memancing keributan. Aku ingin istirahat. Temani aku tidur!” Perintah Kyuhyun.
Apa? Tidur bersama?
Aku masih terpaku di tempatku saat Kyuhyun tidur dengan memunggungiku. Tak lama, aku mendengar suara nafasnya yang mulai teratur dan dengkuran lirihnya. Dia tidur? Tapi tadi dia bilang… Ya Tuhan! Otakmu Shin Kim Ra! Aku mengharapkan apa? Kyuhyun bilang tidur, dan itu dalam arti yang sebenarnya. Sejak kapan otakku mesum begini.
Aku yakin kau merona sekarang. Untung Kyuhyun tidak melihatnya. Kalau tidak dia akan menggodaku dengan kalimat ketusnya. Memang dari dulu, satu – satunya saat dimana kami bersama tapi tidak bertengkar adalah saat tidur. Baiklah. Aku akan tidur lagi. Aku memunggunginya dan berusaha memejamkan mataku.
Jam sudah menunjukkan angka 7 saat aku mulai mengerjapkan mataku. Hoaammmm, rasanya lelah sekali. Padahal aku baru bangun tidur. Ehh, jam 7? Kalau aku kerumah Kyuhyun saja jam 11 siang, ahh berapa lama aku tidur? Aku bangun dari tidurku dan ternyata Kyuhyun sudah duduk di kursi samping ranjang.
“kau benar – benar tidur?” tanya Kyuhyun menyambutku.
“Hmmm…??” Aku menoleh ke arahnya.
“Ck, aku kira istriku mati. Nona muda macam apa yang tidur siang selama 8 jam?”
“Apa sekarang sudah sembuh? Apa seleramu untuk bertengkar denganku sudah pulih? Semangat sekali mencari masalah.” Gerutuku.
“Mandilah!”
“Sirheo! Apa kau tidak lapar?”
“sedikit.”
“Aku akan masak bubur untukmu. Gidaryo!” Aku beranjak dari ranjang dan berjalan mendekati Kyuhyun. “Apa benar – benar sudah sembuh?” aku menempelkan tanganku di dahinya. Demamnya sudah turun aku rasa.
Saat ini dia hanya menatapku. Posisi seperti ini. Posisi berdiri di depan Kyuhyun yang sedang duduk dikursi membuatku ingat sesuatu. Ciuman itu. Apa aku salah karena telah melakukannya? Dan apa aku salah kalau aku melakukannya? Lagi? Apa artinya pernikahan kami kalau semua ini masih saja sebuah kesalahan.
Aku ingin melakukannya lagi. Kali ini akal sehatku yang memerintahkannya. Cho Kyuhyun, mianhae. Aku mendekap wajahnya dengan kedua tanganku dan mengecup bibirnya singkat. Cup.
“Ini… supaya kau cepat sembuh.” Aku melepaskan tanganku dan berbalik darinya.
Tapi Kyuhyun menginginkan hal lain. Dia langsung merengkuhku dalam pelukannya dan mencium bibirku. Dia melumat bibirku kuat. Bahkan sesekali menggigit. Pelan, tapi lama kelamaan aku merasa gigitannya menyakiti bibirku. Aku membuka mulutku. Membuat akses untuk lidah kyuhyun agar dapat masuk. Dia menyatukan lidah kami yang basah.
“Aku sudah mencoba menahannya, tapi kau justru memulainya.” Kata kyuhyun disela –sela ciuman kami.
Kyuhyun masih asyik bermain di bibirku. Tapi kali ini aku merasa sentuhannya sangat kasar. Cengkraman tangannya di punggungku membuat aku sedikit meringis. Bahkan, rasa ciuman kami yang tadi hangat, sekarang berubah rasa. Ada tambahan rasa yang membuatku tidak nyaman. Aku yakin itu darah. Dan darah itu dihasilkan oleh bibirku yang terluka karena gigitan Kyuhyun.
Sekarang kyuhyun menggendong tubuhku ke ranjang dan menghempaskan tubuhku begitu saja. Kyuhyun langsung menindih tubuhku dan membuka kancing kemejaku kasar. Tidak semua, hanya beberapa. Kyuhyun meremas rambutku dan menjambaknya. Perlakuannya sedikit menyiksaku. Tidak sampai disitu, karena sekarang tangannya sudah sudah menjelajah tubuhku. Meremas kuat sekali. Aku tidak bisa menahannya.
“Aaaghhh… Kyuhyunhh.. sakiitttt..” aku setengah menjerit. Ini sakit. Aku bahkan tidak tahu sejak kapan air mataku sudah menganak sungai di pipiku.
Mendengar teriakanku, Kyuhyun menghentikan aktivitasnya dan bangkit dari tubuhku. Ia menjauh dariku beberapa langkah. Dengan nafas yang ia hembuskan kasar, Kyuhyun menatapku nanar. Tatapan yang dingin, marah dan rasa bersalah manjadi satu di kedua matanya.
“Rapikan pakaianmu!” Kyuhyun mendesis. Lalu dia menyambar handphone yang ada di atas meja. “Yesung-ah, jemput Nona-mu sekarang juga!” Setelah menutup telepon, Kyuhyun langsung keluar dari kamar.
Aku merapikan pakaianku. Menutup kembali kancing yang tadi sempat dibuka Kyuhyun. Aku masih menangis. Saat ini aku benar – benar merasa menjadi wanita yang tidak pernah di inginkan. Bahkan oleh suamiku sendiri. Hatiku terasa sesak. Padahal tadi, aku sama sekali tidak bermaksud untuk menghentikannya. aku hanya ingin mengatakan padanya kalau itu sakit. Aku ingin dia lebih lembut dalam memperlakukanku. Setidaknya ini adalah yang pertama untukku.
Hatiku sakit sekali.
Setelah lama, Kyuhyun masuk lagi kedalam kamar. Dia melihatku memeluk kedua lututku dan masih terlarut dalam tangisku. Kyuhyun menghampiriku dan menarik tanganku. Tidak kasar namun kuat. Dia menggandengku hingga keluar rumah. langit sudah gelap. Di halaman depan aku melihat mobil Yesung sudah terparkir menungguku.
“Bawa dia pulang!” perintah Kyuhyun pada yesung. Kyuhyun membuka pintu belakang. Tapi dengan gerakan cepat kau menutup pintu itu dan membuka pintu depan. Aku duduk disamping Yesung.
“Kaja!” Kataku pelan. “KAJA!!!!!!!!” aku mengulang kalimatku. Kali ini dengan berteriak. Yesung langsung memenuhi perintahku dan melaju meninggalkan Kyuhyun yang masih berdiri kaku.
“Uljima… ssstttt… uljima…” Kata Yesung menenangkanku. Sekarang Yesung menepikan mobilnya. Dia menggenggam tanganku. “Uljima…” aku menarik tanganku dari genggamannya.
“Kenapa berhenti disini?”
“Apa terjadi sesuatu?” Cih, pertanyaan apa itu? mana mungkin aku menjawabnya. Mana mungkin aku memberitahu padanya tentang yang terjadi diantara aku dan Kyuhyun tadi.
“Kyuhyun-Ssi… Apa dia punya kekasih? Atau… seseorang yang dia cintai?”
“aku rasa tidak ada, karena dia sudah menikahimu. Kalau yeoja yang dicintainya, harusnya ada. Dan itu adalah dirimu.”
“BOHONG!” bentakku. “Bodoh!.. kenapa aku harus membicarakannya denganmu? Tentu saja kau ada di pihaknya. Antar aku pulang!”
“Aku tidak membelanya. Tapi dia memang tidak bisa melakukannya denganmu.”
“Melakukan apa?” tanyaku ketus. Yesung menatapku dalam. Memperhatikan penampilanku. Astaga, dia pasti tau apa yang tadi aku dan Kyuhyun lakukan.
“Kyuhyun…” suara yesung sedikit menggumam. “Dia menderita kelainan.”
“Kelainan?”
“Seks.” Lanjut Yesung frontal.
TBC

1 comment :