My Last Choice For My Life
“…tapi ceritanya akan menarik lagi jika aku yang meninggalkanmu…”
=OoO=
Author’s PoV
On The Street.
01.30 PM
Hujan. Lagi. Cuaca di Seoul memang benar-benar tidak bisa ditebak. Terkadang hari sedang cerah, tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya tanpa memberi aba-aba. Dan yang dilakukan adalah berlari dengan cepat untuk mencari tempat berteduh. Sama seperti seorang gadis yang tengah berdiri dipinggir jalan menunggu kendaraan yang berlalu-lalang mulai berkurang dan memberinya kesempatan untuk menyebrang ke halte sebelum pakaiannya basah karena air hujan, walau nyatanya ia sedang berdiri dibawah pohon berdaun rindang yang tidak sepenuhnya membuat gadis itu terhindar dari hujan.
Tiba-tiba, seorang pria berdiri disampingnya dengan payung yang juga ikut meneduhi gadis itu. Tampan, batinnya. Tapi sayangnya ketampanan pria itu tidak membuatnya buta atau lupa akan dimana ia berpijak. Ia masih bisa merasakan gravitasi, bahkan masih dapat menyadari jika kendaraan mulai mengurang dan itu artinya ia siap untuk menyebrang. Pria itu juga mengikutinya hingga sampai di halte dan menutup payung biru dengan motif bunga-bunga berwarna putih. Ia heran, seorang pria mengenakan payung bermotif bunga? Tidakkah itu terlihat tidak normal? Biasanya kan pria tidak suka mengenakan payung dan memilih membiarkan pakaiannya basah kuyup karena hujan. Mungkin, pria yang ditemuinya kali ini berbeda.
“Terimakasih untuk payungnya,” ujar gadis itu sembari mengibas-ngibaskan tangannya ke lengan bagian kanan kaus panjang warna putih yang dikenakannya dari butiran hujan. Pria itu hanya tersenyum dan menatap lurus kedepan dengan dahi yang berkerut.
“Apa ada yang aneh?” tanyanya saat melihat sekilas ekspresi pria itu, masih sibuk dengan membersihkan baju dan tasnya yang basah.
“Ah, tidak,” jawab pria itu datar. Tanpa senyum sedikitpun.
“Kau ke arah mana?”
“Aku menunggu jemputan,” ujar pria itu masih dengan nada yang sama. Datar.
Oh, jadi dia menunggu jemputan. Gadis itu berujar dalam hati.
“Bis nya sudah datang. Aku duluan. Ah, ya, sekali lagi terimakasih untuk payungnya.” Gadis itu berpamitan dan langsung menaiki busdengan meninggalkan pria itu yang memasang ekspresi datar namun terlihat seperti… ada sebuah keanehan saat ia bertemu gadis itu. Bagaimana bisa gadis itu terlihat biasa-biasa saja saat melihatnya?
****
Kyunghee University.
07.30 AM
‘Dia tampan sekali~’ ‘Oh my God!’ ‘Aku ingin sekali menjadi kekasihnya.’. Yah, begitulah kalimat yang selalu keluar dari para mahasiswi di kampus saat pria itu berjalan dengan coolnya didepan mereka. Tak ayal jika sesibuk apapun mahasiswa yang tengah berdiri didepan loker mereka dan ketika pria itu hadir, akan ada saja waktu yang mereka buang hanya untuk menatap wajah tampan yang dirasa sudah kelewat batas itu. Contoh buruknya, para mahasiswi itu mengabaikan kehadiran dosen mereka yang secara tidak sengaja lewat bersamaan dengan pria itu. Oh, murid macam apa mereka sebenarnya?
Cho Kyuhyun. Pria tampan dengan sejuta pesona yang dapat menarik satu wanita cantik hanya dengan senyuman yang tidak ada manis-manisnya. Tentu saja, senyuman itu tidak berarti apa-apa, hanya sebuah senyum untuk menarik wanita saja. Tidak ada tulus-tulusnya. Jika saja ia tidak dilahirkan dengan wajah tampan dan memikat itu, mungkin kini hidupnya akan terasa normal-normal saja, seperti kebanyakan pria lainnya. Tapi itu juga bukan salahnya. Tuhan memang sangat baik dan memberinya wajah setampan malaikat juga semengerikan setan.
Pria sejuta wanita, begitu julukannya. Kata apalagi yang tepat untuk kelakuannya yang sering berganti-ganti wanita itu? Sebut sajalah Playboy. Dan kasihanlah mereka yang masih saja terpesona meskipun imej pria itu terbilang… buruk. Bahkan, ada seorang gadis yang sangat terobsesi untuk memilikinya dan membuat gadis itu melakukan operasi plastik hanya untuk didekati oleh Cho Kyuhyun. Dan yah, gadis itu beruntung, obsesinya terwujud meski hanya menjadi kekasih Kyuhyun selama dua hari.
BRUK!!
Pria itu kontan terkejut saat seorang gadis yang dengan ceroboh menabraknya dan membuat beberapa buku yang dibawa gadis itu jatuh berantakan. Sebenarnya, itu tidak sepenuhnya salah gadis itu, karena mereka bertabrakan tepat dibelokan koridor dan itu wajar saja.
“Nona, bisa kau perhatikan jalanmu dengan baik, hm?”
“Seharusnya kau yang-”
“Kau!” kedua orang itu serempak berseru dan saling menunjuk saat mereka mengetahui siapa orang yang menabrak dan ditabrak itu. Tentu saja, hal itu membuat para mahasiswa yang memang awalnya sedang memperhatikan Kyuhyun menjadi bertanya-tanya ada apa sebenarnya diantara dua manusia itu.
“Bagaimana kau bisa disini?” tanya gadis itu sembari membereskan novel terjemahan dengan ketebalan lima jari yang terjatuh dilantai dengan mengenaskan. Gadis itu memang sangat senang membaca novel meski harus membawa mereka ke kampus dan akan menghabiskan waktu berlama-lama diperpustakaan hanya untuk membacanya dengan memberi alasan kepada petugas perpustakaan jika ia sedang membaca materi kuliah dengan khusyuk. Alasan yang bagus untuk menghindari omelan petugas perpustakaan yang akan memarahinya jika niat yang sebenarnya untuk membaca novel.
Kyuhyun terkejut dengan pertanyaan gadis itu yang dirasanya cukup mustahil untuk mendapatkan pertanyaan semacam itu dikampus ini, apalagi dari seorang gadis. Astaga, gadis itu memang benar-benar tidak mengenalnya atau ia memang tidak setenar apa yang dibayangkan? Mana ada gadis yang tidak mengenalnya? Dan gadis itu benar-benar tidak seperti gadis lainnya, yang jika bertatapan muka dengannya akan kalap hingga tidak dapat berkata apa-apa. Tapi gadis itu… sama sekali berbeda dengan gadis lainnya.
“Jika kau memang belum tahu, aku menuntut ilmu disini, Nona.”
“Oh ya? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya,” ujar gadis itu dengan membersihkan cover novel dari debu. “Ngomong-ngomong, terimakasih untuk payungnya kemarin.” Gadis itu berjalan dengan santainya melewati Kyuhyun dan tatapan dari puluhan mahasiswa yang mengintimidasi.
“Ehm, Nona!” panggil pria itu, menahan langkah kaki gadis yang berjalan membelakanginya dan menoleh menatapnya. “Namamu….”
“Yoon Yeon Hyo.”
****
“Kau baru saja bertemu Cho Kyuhyun?” tanya seorang gadis sebagai sapaan kepada Yeon Hyo yang baru saja memasuki kelasnya.
“Cho Kyuhyun? Siapa dia?” tanya gadis itu polos seolah ia memang tidak mengetahui siapa itu Cho Kyuhyun. Dan kenyataanya, ia memang tidak mengenal pria itu sebelumnya.
“Astaga, Yeon Hyo~ya! Sepertinya kau harus mengenal dunia luar dan tidak terus-terusan membaca novel mu yang seberat barbel itu,” komentar gadis itu yang membuat Yeon Hyo mengernyit. “Kau benar-benar tidak tahu Cho Kyuhyun?”
“Tidak. Memangnya dia siapa, sampai-sampai aku harus mengenalnya begitu.”
“Ini,” ucap gadis itu menunjukan ponselnya pada Yeon Hyo yang menampilkan foto pria tersebut.
“Oh, dia. Dia menabrak ku dibelokan koridor dua tadi dan dia juga memberiku tumpangan payung kemarin siang. Memangnya kenapa?”
“Astaga,Yoon Yeon Hyo! Kau beruntung sekali!!” seru gadis itu.
“Hei Hei! Apanya yang beruntung? Ngomong-ngomong, kau tahu darimana?”
“Beritanya sudah menyebar, Yeon Hyo~ya. Apapun tentang pria itu, akan secepat kilat menyebar. Aku yakin, kau akan menjadi tenar sebentar lagi.”
“Terdengar seperti kiamat. Artinya, aku tidak bisa lagi berjalan dengan sesuka hati dan membaca novel-novel ini diperpustakaan tanpa pandangan dari mereka-mereka itu,” keluh Yeon Hyo sembari menunjuk ke arah gadis-gadis dikelas mereka yang sedang menatapnya dan mungkin juga sudah tau berita itu. Hidupnya benar-benar tidak tenang semenjak beberapa menit yang lalu. Saat bertemu pria itu.
****
Café.
02.00 PM
Cappucino panas dengan tingkat kemanisan yang pas. Sangat cocok diminum ketika dingin pada siang menjelang sore ini. Pria itu menatap ponsel yang berkali-kali diputarnya dengan tatapan kosong. Pikirannya ada pada gadis itu. Gadis yang ia temui dihalte di jam yang sama dengan cuaca yang sama dua hari yang lalu. Hujan. Terasa memiliki makna tersendiri untuknya. Ia menyukai hujan. Setiap tetes yang jatuh ditelapak tangannya. Semenjak mengenal gadis itu, hujan menjadi hal favoritnya. Karena hujan, ia bertemu dengan gadisnya.
“Ponsel mu berdering, Kyu,” ujar Changmin membuyarkan lamunan Kyuhyun. Pria itu mengangkat panggilan masuk yang entah dari siapa.
“Aku tidak membawanya,” ujar Kyuhyun sesaat setelah ia menjawab panggilan tersebut.
“Kau cari saja taksi dan jangan hubungi aku hanya untuk menyuruhku menjemputmu. Kita putus.” Kyuhyun mengakhiri panggilan itu secara sepihak dan menaruh ponselnya ke atas meja dengan sedikit kasar. Menatap Changmin yang sedang bergelut dengan notesnya dengan serius. Biasa, mencoba membuat lirik lagu.
“Sudah berapa wanita yang kau putuskan hari ini?” tanya Changmin tanpa beralih dari notes nya, sibuk mencoret dan menulis kembali kata-kata yang akan dijadikan lirik lagu.
“Empat. Dia yang terakhir,” jawab pria itu seraya menyesap cappucino yang mulai menghangat. Kebiasaanya yang satu itu sangat mudah ditebak oleh orang-orang terdekat Kyuhyun. Menjadikan seorang wanita sebagai kekasihnya dengan sesuka hati dan memutuskannya juga sesuka hati. Dimana letak kemanusiaannya dari pria itu?
“Jadi, kau tidak memiliki gadis untuk menemanimu malam ini?”
“Untuk apa? Mereka pasti akan mendekatiku sendiri tanpa harus aku yang mendekatinya,” jawab Kyuhyun dengan percaya diri.
“Se-ekor mangsa akan pergi begitu saja jika tidak cepat-cepat diterkam. Seperti dirimu. Jika para wanita itu tidak kau dekati juga, mereka akan pergi begitu saja. Kau membalas godaan mereka dan mereka juga akan merespon. Kau tahu kan maksudku?”
Sial. Sahabatnya yang satu ini memang sangat hebat dalam urusan beradu argumen dengannya.
****
Pub.
11.30 PM
Lampu yang berkelap-kelip dan berganti warna itu seolah tidak ada berhentinya seiring dengan semakin kerasnya volume musik yang dimainkan seorang DJ. Dibagian ujung ruangan, disediakan beberapa sofa eksklusif untuk para penyewa yang berani membayar mahal. Dan yah, Cho Kyuhyun termasuk pria yang menyewa tempat itu malam ini. Biasanya, ia akan bergabung dengan orang-orang lainnya yang berdiri ditengah-tengah ruangan dan mengikuti alunan musik yang dimaninkan. Tapi kali ini, ia lebih memilih duduk manis dan sesekali menyesap anggurnya sembari ditemani dengan teman-temannya juga wanita penggoda yang sama sekali terlihat tidak menarik dimatanya malam ini. Ada apa dengannya, eh?
“Sepertinya kau tidak menikmatinya,” komentar Changmin yang sedari tadi menatap Kyuhyun yang hanya menyesap anggurnya dan menatap nyalang ke arah kerumunan orang ditengah sana. Kyuhyun hanya tersenyum dan kembali melanjutkan kegiatannya tadi.
“Dia primadona baru ditempat ini,” ujar Changmin seraya mengendikan dagu ke arah wanita yang sedang berdiri didepan meja bartender dengan mini gaun berwarna putih yang sangat pas dengan tubuhnya, memperlihatkan dengan jelas siluet tubuh ramping yang dimilikinya. “Bayarannya cukup tinggi hanya untuk mengajaknya berbicara.”
“Oh ya? Lihat bagaimana wanita itu akan menghampiriku tanpa aku harus memberinya uang sebanyak tarif yang ditentukan,” ucap pria itu sembari memberikan senyum andalan nya pada wanita itu.
Benar saja. Wanita itu menghampiri Kyuhyun dengan sebotol anggur ditangannya. Liciknya pria itu.
“Kau mau tambah?” tanya wanita itu saat sudah berada didekat Kyuhyun. Menaruh botol anggur itu diatas meja dan mulai mendekati Kyuhyun. Sekitar empat menit wanita itu berbicara sendiri, tanpa mendapat balasan dari Kyuhyun dan juga tidak merasa kesal.
“Untuk berbicara dengamu aku harus membayar harga yang cukup tinggi, begitu katanya,” ujar Kyuhyun mulai mengeluarkan suara setelah mendengarkan wanita itu yang terus-menerus mengajaknya berbicara seperti seorang ibu yang sedang mendongeng. Wanita itu mengangguk. “Tapi dalam kasus ini, kau yang menghampiriku dan kau yang mengajakku berbicara. Jika aku tetap harus membayar untuk menjawab kata-katamu itu, lebih baik aku diam. Karena aku bukan tipe pria yang akan membuang uangnya untuk hal tidak berguna seperti itu, jika kau ingin tahu. Dan membayarmu untuk berbica itu tidak berguna. Apa yang aku dapatkan dari berbicaran denganmu, hm? Jadi… apa aku masih harus membayar?”
“Tidak.” Wanita itu menjawab dengan cepat dan mulai beralih ke telinga Kyuhyun, menjulurkan lidahnya untuk menjilat daun telinga pria itu.
“Nona, aku tidak ingin membayar apapun yang akan aku lakukan padamu, bagaimana?”
Wanita itu menghentikan kegiatannya dan seolah sedang mempertimbangkan sesuatu. Pria itu menyeringai. Berhasil mendapatkan wanita itu tanpa membayar sepeser pun.
“Bisa diterima. Jadi, kau akan memulainya darimana? Apa kau handal?” goda wanita itu.
“Brengsek,” umpat Kyuhyun sembari bangkit dan menaruh gelasnya dengan kasar ke atas meja, membuat sisa anggur yang ada pada gelas itu menjadi tumpah. “Dengar, aku tidak akan melakukan hal itu dengan wanita manapun. Jika kau berfikir akan mendapatkan hal itu dariku… itu hanya akan menjadi mimpi mu saja.”
Kyuhyun pergi meninggalkan Pub itu dan berjalan dengan cepat ke arah tempat parkir dengan diiringi tatapan dari beberapa pasang mata yang ia lewati.
“Tidak semua milik ku bisa mereka dapatkan.”
****
Kyunghee University.
09.00 AM
“Aku dengar kau sedang mengincarnya.” Kyuhyun dikejutkan dengan suara seorang gadis dari belakang yang diketahuinya salah satu dari ribuan wanita yang mengejarnya. Ia menatap gadis itu yang berdiri menyandar ke tembok dan memainkan kuku-kuku lentiknya. Choi Eun Hyo. Gadis yang entah berapa lama menyukainya tanpa merasa bosan. Gadis itu adalah gadis yang paling mencolok dari yang lainnya karena selalu tertangkap oleh indra pengelihatannya dimanapun dia berada. Mungkin karena gadis itu yang bertahan lama menyukainya.
“Tidak ada hubungannya dengan mu,” tukas Kyuhyun membalikan tubuhnya dan kembali menatap gadis yang tengah duduk sendiri di taman bagian tengah, dibawah pohon yang rindang dan terlihat sejuk. Gadis itu sedang membaca seraya mendengarkan musik dari earphone berwarna putih yang tertaut ditelinganya. Dan ia yakin jika yang dibaca gadis itu adalah novel terjemahan dengan tebal kira-kira lima jari.
“Aku bisa saja membantu mu untuk mendapatkan gadis itu. Mengingat kau tidak pernah merasa tertarik seperti ini terhadap seorang gadis,” tawar Eun Hyo yang mendapat tatapan antusias dari Kyuhyun.
“Oke, bagaimana caranya?”
“Tapi tunggu, aku memiliki satu syarat untuk ini. Jika kau menyanggupinya aku akan memberimu bonus dengan memberitahu tentang gadis itu.”
Kyuhyun mengerutkan dahinya dan menatap curiga pada gadis dihadapannya ini. “Syarat? Apa?”
“Setelah kau mendapatkan gadis itu atau membuat gadis itu jatuh cinta pada mu, kau harus meninggalkannya dan bersamaku. Bagaimana?”
Sial. Kecurigaannya terhadap gadis itu benar-benar terjadi. Gadis dihadapnnya ini… selalu memiliki cara untuk mendapatkan dirinya. Dan entah apa yang membuat Kyuhyun sama sekali tidak tertarik pada gadis itu. Sekarang yang menjadi masalah, bagaimana jika dia yang jatuh cinta pada gadis itu? Apa yang harus dilakukannya? Mengingkari janji dan tetap bersama gadis itu atau… meninggalkannya dengan menyisakan perasaan cinta yang tak terbalaskan?
“Baiklah, aku setuju. Sekarang beritahu aku tentang gadis itu,” tandas Kyuhyun.
“Dia. Yoon Yeon Hyo. Pernah menjalani hubungan dengan orang seperti mu. Seorang playboy. Kekasihnya itu juga dingin dan mempesona, sama seperti seorang Cho Kyuhyun. Entah apa yang gadis itu berikan pada kekasihnya dan membuat pria itu berhenti menjadi playboy dan bertahan dengannya, hingga suatu saat dimana pria itu dijodohkan dan meninggalkan Yeon Hyo. Membuat gadis itu seperti zombie. Bahkan novel terjemahannya itu terlihat tidak menarik untuk sekedar dipeganya. Itu sudah satu tahun yang lalu,” jelas Eun Hyo panjang lebar.
“Jadi, aku masih harus meninggalkannya?”
***
Book Store.
04.00 PM
“Aku tertarik padamu,” ucap Kyuhyun akhirnya setelah sekian lama mengikuti langkah kaki gadis itu yang terus berpindah-pindah dari bagian novel hingga buku pengetahuan yang ia yakin tak akan membuat gadis itu berminat untuk membelinya. “Bisakah kau menganggapku ada? Aku bukan hantu, Nona.” Gadis itu hanya diam. Mencoba mencerna kalimat yang baru saja keluar dari bibir pria itu. Sebenarnya, tidak perlu dicerna dalam-dalam seperti itu, ia hanya tidak yakin jika pria yang ditemuinya kurang dari seminggu itu mengatakan ketertarikan padanya.
“Jika kau lupa, ini tempat umum, Tuan.” Yeon Hyo kembali berjalan meninggalkan Kyuhyun. Ia hanya… shock. Apa itu bagian dari cara Cho Kyuhyun untuk mendapatkan seorang gadis?Batin gadis itu.
“Persetan dengan hal itu. Jika kau masih tetap mengacuhkan ku, aku akan mengatakannya dengan keras agar semua orang disini mendengar.”
“Oke,” putus gadis itu seraya menghembuskan nafas berat. “Masih ada beberapa buku dan novel yang harus kucari. Jika kau lelah, kau bisa pergi ke café dan tunggu aku disana jika kau mau.”
“Untuk apa aku pergi terlebih dahulu? Lagipula, tempat ini juga menyenangkan.”
“Lebih baik kau pergi saja dulu sebelum gadis-gadis itu menelanku hidup-hidup,” tukas Yeon Hyo sembari mengendikan dagunya ke arah remaja putri yang sibuk menatap gadis itu dengan tatapan yang mengintimidasi.
“Seharusnya kau merasa bangga bisa dekat dengan ku seperti ini. Mereka itu iri, kau tahu?”
“Dengar, sejak aku bertemu dengan mu, ah ani, sejak kau menabrak ku, hidupku menjadi tidak tenang. Aku jadi tidak bebas membaca novel diperpustakaan karena tatapan-tatapan mereka yang mengerikan itu. Dan berdekatan denganmu malah memperburuk keadaan,” tandas gadis itu, melengos meninggalkan Kyuhyun. Lagi.
“Ngomong-ngomong, yang buruk itu keadaan sekitarmu atau keadaan jantungmu, hm?”
Sial. Pertanyaan macam apa itu? Bagaimana bisa dia…
***
“Kau belum menjawabnya.” Kyuhyun menarik pergelangan tangan Yeon Hyo sebelum gadis itu berhasil masuk ke dalam taksi yang baru saja dihentikan olehnya.
“Menjawab apa?”
“Ketertarikan ku terhadap mu.”
“Kalau kau tidak bodoh, kau pasti tahu jika itu sama sekali bukan pertanyaan dan tidak membutuhkan jawaban. Lepaskan aku!” seru gadis itu, mengibaskan tangannya hingga lepas dari cengkraman Kyuhyun. Oh yeah, puluhan pasang mata mulai memperhatikan mereka sekarang. Bahkan beberapa orang yang berniat untuk memasuki pusat perbelanjaan itu malah berdiri dengan manisnya dan menonton aksi kedua manusia itu.
“Tapi aku membutuhkan jawaban darimu.”
“Jawaban apa yang ingin kau dengar dariku, hah?” cecar Yeon Hyo tajam. “Aku tidak tahu apa rencanamu melakukan semua ini padaku. Kau mencoba mendekatiku agar aku bisa kau dapatkan, begitu?”
“Apa hidupmu itu selalu dipenuhi oleh prasangka-prasangka buruk, hah? Aku hanya ingin mengenalmu, karena kau adalah gadis yang berbeda dari semua gadis yang pernah kutemui. Aku hanya penasaran pada sosok gadis bernama Yoon Yeon Hyo. Apa sulitnya memberi kesempatan untuk orang yang ingin berkenalan denganmu, hah? Apa kau memang orang yang tertutup atau karena imej yang selama ini melekat padaku membuat mu tidak memberi kesempatan padaku untuk mengenalmu, hm?”
Gadis itu berdiri mematung setelah pria dihadapnnya ini mengatakan hal yang sama sekali tidak pernah didengarnya dari pria lain. Oh oke, ini bukan karena tidak ada pria yang mendekatinya. Hanya saja, pria-pria yang ingin mengenalnya tidak pernah mengatakan hal seperti ini. Oh, wajahnya seperti apa sekarang, eh? Terlihat bodoh kah?
“Masuklah,” ujar pria itu mendorong tubuh Yeon Hyo yang sedikit menegang masuk kedalam taksi yang masih menunggunya. “Hati-hati.”
Mobil itu melaju dengan pelan. Meniggalkan Kyuhyun yang masih berdiri dan memandang mobil itu hingga terlihat kecil dan akhirnya hilang dari pandangannya. Ia sepertinya tidak sadar akan apa yang baru dikatakannya tadi pada gadis itu secara panjang lebar. Seperti sebuah kata hati yang disuarakan. Tidak mengandung kebohongan. Perasaan yang benar-benar murni. Ia bahkan tidak pernah berkata jujur pada wanita manapun. Semuanya hanya rayuan belaka.
“Aku tidak akan berhenti disini, Yeon Hyo~ya.”
***
Kyunghee University.
08.30 AM
Gadis itu berjalan melewati koridor dengan tatapan dari mahasiswa yang tiba-tiba saja menoleh dan menatapnya sepanjang koridor itu. Sebenarnya tidak ada yang menarik darinya. Hanya saja, semenjak ia mengenal Cho Kyuhyun, seolah semua yang ada dalam dirinya menjadi menarik, terutama oleh mahasiswa yang mengidolakan Kyuhyun ataupun gadis yang pernah berhubungan dengan pria itu.
Yeon Hyo berjalan melewati kelas seni yang ia yakin jika itu kelas Kyuhyun. Oh yeah, pria itu ada didepan dan sedang berbincang-bincang dengan beberapa temannya yang juga tak kalah terkenal.
“Kyu,” bisik Changmin seraya mengendikan dagunya pada Yeon Hyo yang baru saja berjalan melintasi mereka. Pria itu hanya melirik tanpa gadis itu ketahui. Seolah tidak peduli.
Kenapa ia tidak menyukai sikap Kyuhyun yang cuek padanya? Bukankah ia sendiri yang menginginkan hidupnya tidak diganggu pria itu? Lalu kenapa ia menjadi seperti ini? Sial.
Jadi hanya sebatas itu kemampuanmu? Tidak diberi kesempatan untuk mengenal seseorang dan kau menyerah begitu saja? Cih. Gadis itu mencibir dalam hati.
Yeon Hyo melangkah masuk kedalam kelasnya dengan hal yang sama seperti dikoridor tadi. Dengan santainya ia berjalan ke arah bangkunya dan langsung disambut tatapan dari sahabatnya itu. Astaga, se-penasaran itu kah mereka pada gadis yang dekat dengan Kyuhyun?
“Aku tahu, kau butuh penjelasan, kan?” tembak Yeon Hyo tepat sasaran. Ia mengeluarkan beberapa novel yang sudah dibawanya dan menaruhnya diatas meja.
“Apa yang ingin kau dengar dariku jika kau sendiri sudah mengetahui beritanya?” tanya gadis itu sembari membuka lembaran-lembaran novel.
“Karena beritanya belum tentu akurat. Jadi, aku butuh penjelasanmu.”
“Oke, biarkan aku mendengar beritanya dulu darimu dan aku akan mengoreksi kebenarannya,” tandas gadis itu enteng.
“Kau bertemu Kyuhyun di pusat perbelanjaan, kan?” tanya gadis itu yang dijawab anggukan dari Yeon Hyo. “Kyuhyun mengatakan tertarik padamu. Kau tidak berniat menjadikannya kekasihmu, kan?”
“Jadi, itu yang kalian takutkan? Seorang gadis yang sama sekali tidak pandai berdandan dan memasak akan menjadi kekasih Cho Kyuhyun, begitu? Kenapa tidak kau tanyakan saja pada pria itu? Bersedia menjadikan seorang gadis sepertiku menjadi kekasihnya atau tidak.”
“Bagaimana jika aku bersedia?” tanya seorang pria yang tiba-tiba sudah berdiri disamping Yeon Hyo dan membuat semua gadis yang ada disana membelalakan matanya.
“Kau-” tiba-tiba ia merasa tenggorokannya tercekat. Seperti ada biji kedondong yang menyangkut disana. “Apa yang kau lakukan disini, hah?”
“Aku ingin mendengar jawaban mu,” jawab Kyuhyun enteng.
“Jawaban apalagi?”
“Tentang, bagaimana jika aku bersedia menjadikanmu kekasihku.”
***
Café.
10.00 AM
“Kenapa mereka selalu menanyakan hal yang sama setiap bertemu dengan mu?” tanya gadis itu, merasa bosan akan pertanyaan yang dilontarkan setiap karyawan dan bahkan sang pemilik café yang bertanya jika ia adalah kekasih Kyuhyun.
“Karena kau gadis pertama yang aku ajak kesini.”
Yeon Hyo mengernyit. Tidak mengerti akan jawaban Kyuhyun yang ‘abu-abu’ seperti itu. Pria itu dikenal memiliki banyak gadis, jadi terdengar mustahil jika ia tidak pernah mengajak seorang gadis ke tempat ini. “Mereka semua mengenalmu, bukankah itu artinya kau sering kesini?”
“Ya. Tapi, aku tidak pernah membawa satupun gadis kesini. Karena aku merasa disini adalah tempat yang nyaman untuk menghabiskan waktu kosong yang membosankan. Dan kenyamanan adalah hal utama bagiku. Jika aku membawa semua gadis yang pernah dekat denganku ke café ini, maka semua gadis yang pernah dekat denganku akan mencariku ke tempat ini. Aku tidak suka privasi ku diganggu,” jelas Kyuhyun seraya menyesap kopi nya.
“Lalu, mengapa kau membawa ku ke tempat ini?”
“Karena kau membuatku nyaman. Dan aku juga tidak keberatan jika kau mencariku ke tempat ini,” tandas Kyuhyun enteng, sukses membuat gadis itu tersedak karena merasa kaget oleh jawaban pria itu yang diluar dugaan.
“Ngomong-ngomong, kau tadi berkata jika tempat ini juga menjadi tempat menghabiskan waktu kosong yang membosankan. Aku pikir kau tidak pernah merasa bosan, karena waktu mu itu ‘kan selalu dipenuhi oleh gadi-gadis diluar sana,” komentar Yeon Hyo.
“Aku juga manusia. Jadi, aku juga merasakan hal yang namanya bosan.”
“Lalu, apa kau tidak pernah bosan menggoda gadis diluar sana terus menerus?”
Great. Pertanyaan yang tepat. Orang-orang terdekat Kyuhyun belum pernah menanyakan hal itu padanya. Dan gadis itu melakukannya untuk yang pertama kalinya.
“Tentu saja bosan.”
“Kenapa kau tidak berhenti saja kalu begitu? Mengingat kelakuanmu itu sering membuat gadis diluar sana patah hati. Apa kau tidak kasihan pada mereka?”
“Bukan aku yang mendekati gadis-gadis itu terlebih dahulu. Harusnya mereka juga tahu jika aku tidak akan menjadikan mereka kekasih untuk jangka wanktu yang panjang. Gadis-gadis itu saja yang bodoh, masih saja mendekatiku,” jawab Kyuhyun, membuat Yeon Hyo menatapnya tajam.
“Jika kau lupa, aku ini juga seorang gadis,” protesnya dengan tatapan yang mengerikan. Pria itu hanya mengangguk pelan.
“Dan untuk soal bosan, aku baru saja berencana mengakhiri semuanya jika aku berhasil mendapatkanmu. Bukan untuk dipermainkan seperti mereka.”
***
“Karena Tuhan memberikan sebuah pertemuan yang mentakdirkan ku pada pilihan terakhir untuk hidupku. Kau.” – Cho Kyuhyun.
***
Yeon Hyo’s Home.
01.00 PM
“Dan untuk soal bosan, aku baru saja berencana mengakhiri semuanya jika aku berhasil mendapatkanmu. Bukan untuk dipermainkan seperti mereka.”
Sudah berapa kali kalimat itu muncul dipikirannya? Entahlah, ia tidak menghitungnya. Cho Kyuhyun. Pria itu datang tiba-tiba dan membuatnya berada di situasi yang tidak nyaman. Tapi disisi lain, pria itu, membuatnya merasakan apa yang pernah terjadi di masa lalu, bahagia. Sayangnya, kebahagian itu berakhir dengan kesedihan yang berkepanjangan. Membuatnya merasakan terpuruk pada lubang hitam cinta.
Trauma. Seolah ia masih ingat bagaimana takdir memutuskan sebuah perpisahan untuknya. Ia hanya takut, takut jatuh ke lubang yang sama. Mengalami hal yang pahit untuk kedua kalinya? Ia berharap tidak. Tapi, tak dapat dipungkiri juga olehnya jika sosok masa lalunya masih bertahan mendiami hatinya, bukan untuk waktu yang singkat.
Gadis itu baru saja akan menarik selimutnya sebelum ponselnya berdering, menandakan satu panggilan. Ia mengernyit menatap layar ponselnya yang menampilkan nama pria itu.
“Oh tidak. Tidak lagi,” keluh gadis itu sembari memutar-mutar poselnya, bingung antara menjawab panggilan itu atau mengabaikannya. Yeon Hyo menekan tombol merah pada ponselnya, memutuskan untuk tidak menjawab panggilan dari pria itu.
Angkat panggilanku atau aku datang ke rumah mu.
Sial. Pria itu memang selalu memilki ancaman yang sama sekali tidak bisa dihindari. Tidak mungkin ‘kan, jika pria itu datang kerumahnya? Yang ada ibunya akan mengira jika pria itu adalah kekasihnya.
Yeon Hyo menyilangkan kedua kakinya diatas kasur, menunggu panggilan dari Kyuhyun.
“Katakan saja apa maumu,” ujar gadis itu, tepat setelah ia mengangkat panggilannya. “Tidak usah basa-basi dengan mengatakan aku sedang apa, oke?”
“Ngomong-ngomong, rumah mu bagus juga.”
“Yak! Kau sedang dimana, hah?” tanya Yeon Hyo waspada.
“Aku didepan rumah mu.”
“Aish! Aku menjawab panggilanmu agar kau tidak datang ke rumah ku, bodoh! Cepat pergi!” omel gadis itu pada ponsel yang menguhubungkannya dengan Kyuhyun.
“Keluar atau… aku akan mengetuk pintu rumah mu, hm?”
“Sialan kau! Tunggu.” Yeon Hyo mematikan panggilannya dan bangkit dari ranjang, menghampiri pria yang sudah menunggu didepan rumah.
***
Kyunghee University.
11.00 AM
“Bagaimana kabarmu?” tanya seorang gadis memecah lamunan Yeon Hyo. Tidak biasanya gadis itu mengabaikan novelnya yang terbuka begitu saja.
“Buruk. Semalaman Kyuhyun mengajak ku keluar dan aku pikir tubuhku menjadi tidak enak seperti sekarang,” keluh Yeon Hyo menutup novel nya dan memasukan benda itu kedalam tas nya.
“Ngomong-ngomong, aku jadi jarang bertemu denganmu semenjak kau dekat dengan Kyuhyun.”
“Sepertinya, kau merindukanku,” cetus Yeon Hyo yang mendapat tatapan aneh dari sahabatnya itu.
“Ya. Sedikit.”
“Tentu saja. Kau pasti merindukanku walau hanya sedikit,” goda gadis itu seraya tersenyum.
“Aku pasti akan merindukamu Yeon Hyo~ya,” ujar Young Ah lirih. “Setelah aku pindah.”
“Apa? Kau pindah?” tanya Yeon Hyo tak percaya. Waktunya bersama Young Ah benar-benar tidak ada selain jam pelajaran. Ia selalu bersama Kyuhyun belakangan ini. “Tapi, kenapa?”
“Kau pasti tahu kan, jika ayah ku seorang Diplomat. Dan tugasnya akan dipindahkan ke China. Tapi, karena sebenatar lagi aku akan wisuda, appa mengundurnya hingga aku selesai menimba ilmu disini.”
“Aku juga akan merindukan mu, Young Ah~ya. Jaga dirimu baik-baik.”
“Hei hei! Masih ada dua bulan lagi. Tidak usah menasehatiku seperti itu. Kau terlihat tua,” ejek Young Ah yang sukses membuat Yeon Hyo mendaratkan jitakan dikepala gadis itu.
“Ugh, pangeranmu datang.”
Yeon Hyo menoleh dan mendapati pria itu tengah berdiri dibelakang. Sial. Bagaimana cara membuat penampilan pria itu buruk, eh? Hanya dengan kaus berwarna biru dan jaket putih yang sederhana saja terlihat menyilaukan. Penampilan pria itu benar-benar berpotensi membutakan mata setiap orang buta yang memandangnya.
“Bisa tidak, kau tidak mengganguku untuk satu hari saja,” dengus gadis itu beralih menatap taman didepannya. Berusaha menjaga matanya sebelum buta karena terlalu lama menatap pria tampan dibelakangnya.
“Young Ah-ssi, boleh aku pinjam sahabatmu?” tanya Kyuhyun membuat Young Ah menatap pria itu dengan mata membulat. Bukan karena bingung, tapi, karena pria itu mengetahui namanya. Menjadi gadis yang dikenal pria itu bukan hal mudah, pasalnya ia selalu dikelilingi gadis dan tidak mungkin juga jika Kyuhyun menghafal setiap nama gadis yang berkencan dengannya, apalagi hanya seorang gadis yang menggilai ketampanannya yang diluar batas itu. Dan Young Ah, termasuk gadis yang beruntung.
“Bawa saja. Lagipula, aku tidak membutuhkannya,” ujar gadis itu enteng dan mendapat tatapan tajam dari Yeon Hyo.
“Aku akan menelanmu setelah ini, Nona Park.”
“Dagingku tidak enak. Kau akan sakit perut setelah memakannya. Sudah sana pergi!”
***
“Kenapa harus aku? Kau kan bisa membawa gadis lain,” sungut gadis itu menyedot habis milkshake strawberry miliknya.
“Yang aku inginkan itu kau.”
“Hhh~ kenapa aku harus berhubungan dengan pria pemaksa sepertimu, eh? Dengar, aku sangat benci berada diacara yang mengharuskanku bersikap lemah lembut, mengenakan high heels dan make up. Kau sedang berniat membunuhku, ya?” tanya Yeon Hyo sarkastis.
“Aku tidak peduli. Besok, aku akan memberikan gaun dan semua yang kau butuhkan untuk datang ke pesta itu.”
“Terserah kau. Kau selalu mendapatkan apa yang kau inginkan, jadi tidak ada gunanya jika aku menolaknya,” tandas gadis itu ketus.
Kyuhyun baru saja mengajaknya untuk pergi ke acara ulang tahun temannya besok malam. Dan sialnya, ia harus menemani Kyuhyun ke acara membosankan seperti itu. Membaca novel dikamarnya, sendirian. Terdengar lebih baik dari pesta ulang tahun.
“Oke, itu artinya kau setuju.” Kyuhyun bangkit dan berjalan membelakangi Yeon Hyo. “Ah ya,” ucap pria itu tertahan dan menoleh kebelakang, menghadap Yeon Hyo. “Jangan tampil terlalu cantik didepanku atau kau akan mendapatkan resikonya.”
***
Young Ah’s Apartement.
08.30 PM
Kyuhyun menghentikan mobilnya didepan gedung apartemen Young Ah, sahabat Yeon Hyo. Gadis itu memang meminta Kyuhyun untuk menjemputnya apartemen sahabatnya. Yah, sahabatnya itu memang memiliki apartemen karena rumahnya yang berada di Busan.
Kyuhyun mengetuk pintu apartemen Young Ah dan menunggu ada yang membuka.
“Ah, Kyuhyun-ssi. Yeon Hyo sedang mengenakan sepatunya. Jadi, aku harap kau bisa menunggu sebentar,” ujar Young Ah sesaat setelah membuka pintu apartemennya. “Masuklah.”
“Tidak, terimakasih. Aku bisa menunggu disini jika sebentar,” tolak Kyuhyun.
“Oh, oke. Aku akan memanggilnya.”
Pria itu menyandarkan tubuhnya di dinding dengan tangan yang dimasukan kedalam saku celananya seraya menunduk. Memainkan sepatunya dan mengamati ukiran dikarpet bulu milik Young Ah.
“Kyu,” panggil Yeon Hyo membuat Kyuhyun mendongakan kepalanya.
Pria itu memerlukan waktu untuk kembali tersadar sebelum ia lupa bagaimana caranya berkedip. Mini dress berwarna cokelat muda dengan kerutan yang mengukir indah tubuh gadis itu benar-benar pas. Gadis itu mengenakan high heels berwarna senada serta rambut yang digulung ke atas dan menyisakan juntaian dibagian samping. Penampilan gadis itu membuat Kyuhyun berpikir bahwa sosok bidadari itu benar-benar ada, berada dihadapannya sekarang, terlihat begitu nyata dan tidak manusiawi.
“Kita jadi pergi tidak?” tanya Yeon Hyo membuyarkan lamunan Kyuhyun akan dirinya yang terlihat sangat sempurna malam ini. Pria itu mengangguk dan menunggu Yeon Hyo berjalan mendahuluinya. Oh Tuhan, berjalan dibelakang gadis itu dan memperhatikan setiap pergerakan tubuh gadis itu saat berjalan terasa sangat menyiksanya. Membuat pikirannya melayang ke fantasi gila tentang gadis itu.
Kyuhyun memutuskan untuk jalan terlebih dahulu sebelum pikirannya jauh menembus batas akan gadis itu malam ini. Jika itu terjadi, ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri. Sebenarnya siapa yang salah? Bukankah ia sendiri yang memilih gaunnya dan memberikannya pada gadis itu? Senjata makan tuan, eh?
Yeon Hyo merengut saat melihat Kyuhyun yang malah berjalan mendahuluinya, bukan nya berjalan bersama. Pria macam apa sebenarnya dia itu?
“Kau tunggu disini. Aku akan mengambil mobilnya,” ujar Kyuhyun saat sampai di depan gedung apartemen itu.
***
Sial. Gadis itu benar-benar merusak segalanya. Pikirannya, fokusnya, dan caranya untuk bernafas. Berdiam-diaman untuk waktu yang lama dalam keadaan seperti ini malah memperburuk suasana. Ia sudah cukup sabar dan bisa menahan saat berjalan bersama gadis itu di apartemen juga saat berada di lift. Dan kini, ia harus melakukan itu disaat seharusnya ia fokus menyetir agar tidak menabrak. Tapi gadis itu, merenggut fokusnya dan membuatnya kalang kabut, tak dapat berfikir jernih. Ia bisa saja, menepikan mobilnya dan… menerjang gadis itu diwaktu yang sama. Tapi, niatnya untuk menjaga gadis itu baik-baik melenyapkan semua ide gilanya.
Gadis itu merasakan gugup berada satu mobil dengan Kyuhyun saat ini. Ia mengambil mp3 nya dan memasang headset ketelinganya, berharap dapat menetralisirkan rasa gugupnya. Hasilnya nihil. Ia bahkan merasa telinganya itu menolak musik yang dimainkan, memaksanya untuk melepas benda itu dan kembali memasukannya kedalam tas hitam berukuran mini yang biasa dibawa pada acara pesta atau pertemuan resmi.
“Yeon Hyo~ya,” panggil Kyuhyun lirih, terlihat sekali jika ia menahan nafasnya.
“Hmm,” gumam Yeon Hyo menoleh ke arah Kyuhyun.
“Kau baik-baik saja?”
“Aku… butuh permen.”
***
Birthday Party.
08.40 PM
Kyuhyun menutup pintu mobilnya dan berjalan sejajar bersama Yeon Hyo. Acaranya sudah dimulai sepuluh menit yang lalu. Pria itu berjalan menghampiri pria yang sedang berjalan menyambut tamu yang lainnya, dan Yeon Hyo yakin jika pria itu adalah teman Kyuhyun yang merayakan ulang tahunnya hari ini.
“Hei!” sapa pria itu merangkul Kyuhyun dan menepuk punggungnya. “Kekasihmu?”
“Ah ya, dia Yoon Yeon Hyo,” ujar Kyuhyun, melingkarkan tangannya disekitar pinggul gadis itu dan menariknya mendekat.
“Senang bertemu denganmu.” Yeon Hyo membungkuk pelan. Merasa risih dengan sentuhan pria itu ditubuhnya. Oh oke, ini bukan karena dia membencinya. Hanya saja, kerja jatungnya mendadak semakin kencang dan tidak terkontrol. Meloncat-loncat kegirangan seperti ingin keluar.
Kyuhyun memalingkan wajahnya ke arah gadis itu dan berbisik pelan ditelinga Yeon Hyo. “Apa ada yang salah? Jantung mu berdetak kencang sekali. Aku bahkan bisa mendengarnya.”
Sialan. Sempat-sempatnya menggoda gadis itu dalam suasana seperti ini? Oh Tuhan, jika saja ada penggantian organ dalam, mungkin ia akan mengganti semua organ nya yang konslet karena pria itu. Yeon Hyo menyikut pinggang pria itu dan menatapnya penuh amarah.
“Aku harus menyambut tamu yang lain. Kalian bisa menikmati hidangan disini,” ujar pria itu pamitan, berhenti tepat disamping Kyuhyun dan berbisik. “Bukankah ini pertama kalinya kau mengajak seorang gadis ke acara seperti ini, eh?”
Kyuhyun hanya tersenyum dan kembali menatap Yeon Hyo yang masih menatapnya seprti tadi.
“Kau terlihat seksi jika seperti itu,” ujarnya sukses membuat gadis itu membelalakan matanya dan mematung ditempat, menatap punggung pria itu yang berlalu. Sihir apa yang digunakan pria itu hingga membuatnya menjadi seperti ini, eh?
***
09.00 PM
Pestanya memang belum selesai, tapi Kyuhyun memilih menarik gadis itu dan mengajaknya pulang. Sedari pesta berlangsung Kyuhyun sama sekali tidak meninggalkannya untuk semenit pun. Pria itu tahu, jika ia tidak mengenal satupun orang yang berada disana dan memilih untuk mengikatnya kemanapun langkahnya berjalan. Biasanya, pria akan meninggalkan pasangannya dan memilih bergabung dengan sahabat-sahabatnya untuk bercerita. Tapi, Kyuhyun melakukan hal yang berbeda. Mungkin iya jika ia pergi sendiri, seperti biasanya. Tapi kali ini, ia pergi bersama seorang gadis dan ia tidak akan membiarkan sedetik pun gadis itu lepas dari cengkramannya.
Teman-temannya memang sudah tahu jika Kyuhyun memiliki banyak gadis diluar sana. Tapi, untuk acara seperti ini ia tidak pernah mengajak satupun dari mereka. Alasannya, ia tidak ingin memperkenalkan yang bukan miliknya. Dan gadis itu, menjadi gadis pertama yang Kyuhyun kenalkan ke publik sekaligus menjadi gadis pertama yang digandeng pria itu untuk datang ke acara pesta. Bahkan pria itu sendiri yang memintanya.
Bukankah Kyuhyun sudah mengatakan jika ia tertarik pada gadis itu? Satu hal yang dipegangnya, jika itu miliknya maka tidak ada orang lain yang bisa memilikinya. Oke, gadis itu memang tidak merespon, tapi apa peduli Kyuhyun? Ia bisa mendapatkan apa yang diinginkanya, sekalipun dengan cara paksa. Dan pria itu, akan memperjuangkan hal yang diinginkan tersebut. Setelahnya, ia akan menjaganya dengan kemampuan yang dimilikinya. Ia hanya akan melepaskan gadis itu jika… gadis itu sendiri yang meminta. Tidak peduli dengan popularitasnya sebagai pria dingin dan tampan, ia akan menangis dan memperlihatkan bagaimana hancurnya ia jika dirinya yang kehilangan gadis itu. Terdengar mengerikan, kan?
***
Kyuhyun’s Apartement.
10.10 PM
“Kenapa kau membawaku kesini?” tanya Yeon Hyo tak mengerti dan menatap sekeliling tempat dimana ia dibawa Kyuhyun sekarang.
“Ini apartemenku.”
“Apa? Kau tidak sedang… kau tidak akan melakukannya padaku, kan?” tanya Yeon Hyo waspada. Di apartemen. Berdua. Malam hari. Apalagi jika bukan hal-hal yang tidak-tidak yang hinggap dipikirannya saat ini?
Yah, Kyuhyun memang membawa gadis itu ke apatemennya. Konyol memang. Satu-satunya alasan untuk membawa gadis itu kesini adalah, ia tidak tahan untuk berlama-lama satu mobil dengan gadis itu dan alternatifnya, ia membawa gadis itu ketempatnya karena jarak yang lebih dekat dibanding dengan jarak rumah gadis itu.
Yeon Hyo berdiri dengan ngeri dibagian pojok kamar pria itu seraya memainkan kukunya. Sedangkan Kyuhyun tengah melepas jas hitam nya dan juga jam tangan dengan harga yang bisa dikatakan diatas rata-rata dengan ukiran dibagian pinggirnya, lalu menaruhnya diatas kasur. Pria itu berjalan ke arah wastafel, membersihkan tangan dan jari-jarinya hingga ke setiap ruas-ruasnya. Ia berbalik, menatap Yeon Hyo dengan penuh minat seraya mengeringkan tangannya dengan handuk kecil dan berjalan pelan menuju gadis itu.
“Kau….” Suara gadis itu tercekat, seolah ada sesuatu yang mengganjal tenggorokannya saat ini.
“Bukankah aku sudah memperingatimu, jangan tampil cantik didepanku atau kau akan mendapatkan resikonya. Tapi, kau tidak mengindahkan peringatanku, Yeon Hyo~ya. Aku sudah cukup sabar untuk tidak menyentuhmu saat dipesta tadi dan saat kita akan berangkat maupun pulang. Malam ini kau cantik. Sangat cantik. Karenamu,” ujar pria itu menggantung. “Aku jadi kehilangan akal sehatku.”
“Oh jadi itu,” ucap gadis itu santai, walau sebenarnya jantungnya berdegup kencang sekali sekarang. “Bukankah kau sendiri yang memberiku mini dress ini? Dan yang membuatku tampil seperti ini adalah Young Ah, kenapa kau malah melampiaskannya padaku? Seharusnya, kau memberiku jins dan kemeja saja. Dan untuk pujiannya, terimakasih.”
“Oh ya? Tapi, yang membuatku gila itu kau. Kenapa aku harus menyalahkan Young Ah? Jika saja, wajahmu tidak secantik bidadari itu, kau tidak akan membuatku menjadi seperti ini, Yeon Hyo~ya. Jadi, seperti ini rasanya menggilai suatu ciptaan Tuhan yang sempurna tanpa cacat dan tiada bandingannya?”
“Ma… maksudmu… apa?” tanya Yeon Hyo gugup saat pria itu sudah berdiri dengan tegap dihadapannya, membuatnya bisa mencium bau parfum pria itu.
Kyuhyun meletakan kedua jarinya dibibir gadis itu, ibu jarinya berada tepat diatas bibir gadis itu, sedangkan jari telunjuknya berada dibawah dagu, menahan pergerakan ibu jarinya agar wajah gadis itu tidak bergerak kemana-mana saat Kyuhyun menghapus habis lipstik gadis itu, meski tidak sepenuhnya hilang. Ia mengelap ibu jarinya ke mini dress yang dikenakan Yeon Hyo dan kedua tangannya sudah berada di pinggang gadis itu. Menatap lurus manik mata gadis itu.
Tidak dalam hitungan detik, Kyuhyun sudah berhasil mengecup bibir gadis itu dan mengulumnya. Tangannya beranjak naik ke tengkuk Yeon Hyo dan menahan kepala gadis itu agar terus mendongak selagi ia merasakan tekstur kenyal yang berada didalam mulutnya. Pria itu memiringkan kepalanya dan semakin memperdalam ciumannya. Lidahnya mendesak untuk masuk dan mengeksplorasi mulut gadis itu. Manis dan terasa seperti sirup anggur yang tadi diminum gadis itu saat di pesta. Pria itu mencoba untuk mempertahankan tangannya ditengkuk Yeon Hyo agar tidak merusak rambut gadis itu juga mengindari hal yang tidak seharusnya dilakukan dengan gadis itu sekarang.
Yeon Hyo melingkarkan tangannya dipinggang Kyuhyun. Mengikuti permainan pria itu. Benar-benar ada yang aneh dengan organ dalamnya. Mereka seolah tidak perotes saat Kyuhyun menecup bibirnya. Seolah menyuruh saraf-sarafnya untuk melakukan hal yang sama. Otaknya berada diluar kendali. Dulu, kekasihnya pernah akan menciumnya, tapi seolah ada sesuatu yang menahannya untuk tidak memperbolehkan pria itu melakukannya. Tapi, kali ini… justru menyuruhnya untuk melakukannya.
Kyuhyun melepaskan tautan bibirnya dan menatap wajah gadis itu. Masih rapi. Ia melakukannya dengan baik. Pria itu lantas pergi ke dapur dan meneggak segelas air mineral dengan cepat. Ia nyaris tidak bernafas saat melakukannya. Ugh, sial. Gadis itu benar-benar membuatnya menjadi gila malam ini. Ia berjalan keluar dan melihat gadis itu tengah berdiri dibalkon, menatap gemerlap Seoul di malam hari.
“Pulang atau menginap disini,” ujar Kyuhyun memecah keheningan. “Jika kau ingin pulang, tunggu pakaianmu datang, aku sanksi jika bisa mengantarmu sampai didepan rumahmu jika kau masih mengenakan dress itu. Yang ada aku akan menepikan mobilku dan menerjangmu saat itu juga.”
“Terserah kau,” ucap gadis itu acuh tanpa melihat Kyuhyun yang berdiri disampingnya.
“Kalau begitu, kau menginap saja.”
“Untuk yang satu itu aku akan menolaknya.”
“Malam ini, bulannya terlihat cantik,” cetus Kyuhyun menatap nyalang kelangit. “Sama sepertimu, Yeon Hyo~ya.”
***
Kyunghee University.
08.00 AM
“Bagaimana semalam?” tanya Young Ah excited.
“Apanya?”
“Pestanya.”
“Biasa saja,” komentar gadis itu. “Bahkan membosankan. Tidak ada satu orangpun yang ku kenal disana. Tapi dia baik, tidak meninggalku sendirian. Kalau itu terjadi bisa-bisa aku terlihat seperti kambing bodoh.”
“Bibirmu kenapa?” tanya Young Ah penuh selidik dan mengamati bibir Yeon Hyo yang terlihat sedikit membengkak juga sangat merah.
“Aku menggigitnya semalaman karena malu,” ujar gadis itu berbohong dan cepat-cepat membereskan novel beserta mp3 nya. Ia bangkit dan pergi menuju kelasnya, meninggalkan sahabatnya yang masih terduduk ditaman.
“Yeon Hyo~ya! Kau tidak habis-”
“YAK!” seru Yeon Hyo memperingati sahabatnya yang berjalan mengikutinya setelah beberapa detik ia pergi dan berteriak tepat dikoridor, dimana banyak mahsiswa disana. Young Ah terkikik.
“Sepertinya, aku sudah bisa mengikhlaskan Kyuhyun untukmu. Dia juga terlalu sempurna untukku,” celoteh gadis itu tiba-tiba sejajar dengan Yeon Hyo. Sifat gadis itu memang kadang-kadang mudah berubah, satu detik tertawa lalu detik selanjutnya akan diam saja seolah tidak terjadi apa-apa.
“Oh ya? Memangnya kau itu siapa sampai harus mengikhlaskannya begitu? Lagipula, dia kan bukan milik mu,” tandas Yeon Hyo melangkah terlebih dahulu.
“Benar juga,” ujar Young Ah pada diri sendiri dan mematung untuk beberapa saat, memikirkan perkataan Yeon Hyo yang memang ada benarnya. Dan tidak menyadari jika sahabatnya itu sudah melengos duluan dan meninggalkannya seperti orang gila, berbicara sendiri.
***
01.00 PM
“Mau pulang bersamaku?” tawar Kyuhyun mengiringi langkah Yeon Hyo saat melewati taman bagian depan kampus.
“Aku bisa jalan,” tolak Yeon Hyo, berjalan mendahului Kyuhyun.
“Kalau begitu, aku akan mengantarmu, ah ani, menemanimu berjalan sampai rumahmu.”
“Kau ini sedang terkena apa, eh?” tanya Yeon Hyo meletakan punggung tangannya di kepala pria itu. Tidak panas. Normal, tapi kenapa tingkahnya menjadi aneh seperti ini?
“Aku tidak apa-apa,” jawab Kyuhyun dengan ganya yang cool.
“Jadi, kau benar-benar akan menemaniku?” tanya Yeon Hyo memastikan.
“Ya,” jawab pria itu singkat, melipat kedua tangannya didepan dada.
Gadis itu mengangguk dan mulai berjalan menyesuaikan langkah Kyuhyun. Untungnya, cuaca hari ini sedikit mendung, jadi tidak akan menguras keringat berjalan di tengah hari seperti ini. Gadis itu sesekali mendongak, menatap wajah Kyuhyun yang dipahat dengan sempurna itu. Lekukan matanya, sudut bibibrnya, alisnya, hidungnya, dan semua yang tercetak jelas diwajah pria itu. Kyuhyun menoleh, menatap gadis itu yang masih menatapnya tanpa melihat jalan.
“Aku tahu aku memang tampan, tapi tidak usah mengaggumiku seperti itu. Dan perhatikan jalan mu, Hyo~ya,” cibir Kyuhyun membuat Yeon Hyo tersadar dari kegilaannya pada pria itu. Tertangkap sedang menganggumi Kyuhyun dengan terang-terangan dan melupakan harga dirinya.
“Aku rasa, aku memiliki banyak waktu untuk mendengar jawabanmu selama kau menemaniku pulang,” cetus gadis itu tanpa menatap Kyuhyun yang menatapnya penasaran.
“Jawaban apa?”
“Aku akan mengajukan pertanyaan padamu dan kau harus menjawabnya sedetil mungkin, pastikan kau tidak melupakan seikitpun bagiannya. Bagaimana?” tawar gadis itu yang disambut Kyuhyun penuh minat. Pria itu juga penasaran. Pertanyaan macam apa yang diajukan gadis itu.
“Oke kalau begitu,” putus pria itu setuju.
“Sejak kapan kau menjadi pria yang senang memainkan wanita dan kapan kau akan mengakhiri semua kegilaanmu itu?”
“Aku tidak tahu persisinya. Tapi sepertinya saat aku memasuki perguruan tinggi. Kapan aku mengakhirinya? Bukankah sudah ku katakan, aku akan mengakhiri semuanya jika kau bersedia menjadi pengganti gadis-gadis diluar sana dan menjadi satu-satunya gadis yang selalu berada disampingku.”
“Itu tidak detail, Tuan Cho,” protes gadis itu dengan bibir mengerucut.
“Pertanyaan selanjutnya,” ujar Kyuhyun mengabaikan protes yang meluncur dari bibir gadis itu.
“Berikan aku alasan yang masuk akal, kenapa kau menjadi Playboy?”
“Alasannya simpel. Aku tidak ingin terikat dengan gadis manapun. Dan selama ini, tidak ada satupun gadis yang menggodaku berhasil mendapatkan kesan baik dariku. Mereka semua sama. Hanya memikirkan ketampanan dan kekayaan. Apa untuk menjadi seorang kekasih, pria harus tampan dan kaya? Lalu, bagaimana tentang cinta? Bukankah cinta tidak memandang apapun. Tulus. Murni karena perasaan masing-masing. Dan semua gadis yang berkencan denganku, mereka hanya melihatku dari segi pria tampan dan kaya,” jelas pria itu panjang lebar.
“Alasanmu, tidak ingin terikat dengan gadis manapun. Tapi yang kau jelaskan itu mengkritik para gadis yang sudah berkencan denganmu. Kan sudah kukatakan, berikan aku alasan yang masuk akal,” sungut gadis itu, memberi penekanan dibagian akhir kalimat.
“Ternyata kau benar-benar mendengarkanku, ya?” tanya Kyuhyun gamang dan berhasil mendapatkan jitakan dari gadis itu. “Oke. Awalnya, karena sebuah kisah yang entah benar atau tidak. Seorang pria yang terikat hubungan dengan seorang gadis, ia mencintai gadis itu. Sangat. Ia mengorbankan apapun untuk gadis itu, menjadikan gadis itu prioritas utamanya. Tapi apa balasan yang didapatkan olehnya? Ia ditinggal oleh gadis itu dan membuatnya seketika hancur dan terjatuh dititik terendah. Aku hanya tidak ingin mengalami nasib yaang sama dengan pria itu. Tapi sepertinya, aku juga akan merasakan kehancuran yang sama dengan pria itu jika kau meninggalkanku, Hyo~ya.” Kyuhyun menutup ceritanya dengan manis. Meraih tubuh gadis itu kedalam pelukanya saat pikirannya melayang pada suatu bayang dimana ia hancur karenaa ditinggl gadis itu.
Yeon Hyo merasa jika pria dihadapannya ini benar-benar mencintainya. Tapi juga tak dapat dibohongi jika ia juga memilki perasaan yang sama dengan Kyuhyun. Mencintai pria itu dengan perasaanya setelah sekian lama menutup diri pada pria lain. Tapi, traumanya akan masa lalu meleleh begitu saja saat Kyuhyun masuk kedalam hidupnya. Menjadi pengganggu menyebalkan yang ia rindukan. Perasaan seperti itu memang tak terelakkan. Memangnya siapa yang dapat menolak kehadiran cinta? Tidak ada.
Pria itu melepaskan pelukannya dan mengendikan dagunya kearah rumah dihadapan mereka.
“Sudah sampai?”
“Seperti yang kalu lihat,” jawab pria itu acuh.
“Aku bahkan baru mengajukan dua pertanyaan,” keluh gadis itu.
“Kau bisa mengajukannya lagi. Aku akan menjawabnya dengan jujur dan detail. Masuklah,” ujar pria itu lirih dan mengibaskan tangannya, menyuruh gadis itu masuk kedalam. Gadis itu tersenyum, berjalan membelakangi Kyuhyun dan berdiri tepat didepan pintu, menyempatkan diri untuk menoleh menatap pria itu yang masih menunggunya dengan kedua tangannya yang dilipat didepan dada.
“Masuklah. Aku akan pergi jika aku sudah bisa memastikan kau selamat sampai rumah.”
***
Myeongdong Street.
04.00 PM
Dua sosok manusia itu melangkahkan kakinya dengan santai dipinggir jalan dengan santai. Myeongdong yang dikenal sebagai distrik belanja Seoul terbesar itu memang tak pernah sepi pengunjung, entah dari penduduk lokal maupun wisatawan asing. Kyuhyun memilih menarik gadis itu dan melewati gang kecil yang berakhir pada jalanan berukuran sedang yang sangat sepi. Sore ini pria itu menarik dengan paksa gadis itu untuk berjalan-jalan, menikmati sebentar bagian kota Seoul. Dan ia sangat tidak menyukai keramaian, maka ia membawa gadis itu ke jalan dimana kedua kaki mereka melangkah sekarang.
“Ngomong-ngomong, satu bulan lagi kau akan wisuda, ya?” tanya Kyuhyun seraya menerawang ke langit. Gadis itu mengangguk pelan. “Kau tidak memintaku untuk datang?” tawar pria itu dengan percaya diri.
“Tidak usah kuminta, kau juga akan datang.”
“Benar,” ujar pria itu menganggukan pelan kepalanya.
Sudah lebih dari satu bulan ia mengenal pria itu. Mereka yang awalnya masih terlihat biasa saja dan canggung, kini hal itu sudah terpangkas oleh waktu. Kyuhyun hanya sekali mengatakan jika ia tertarik dengan gadis itu, membuat Yeon Hyo berfikir, sebenarnya hubungan mereka itu apa? Pria itu selalu memberi perhatian-perhatian kecil yang bahkan tidak terfikirkan oleh gadis itu sendiri. Kyuhyun sangat paham akan perasaannya yang mendalam pada gadis itu dari awal pertemuan mereka di halte. Ia bahkan rela meninggalkan teman kencannya saat sedang makan disebuah café dan membawa payung gadis itu untuk menghampiri Yeon Hyo.
Yeon Hyo mendongakan kepalanya yang sedari tadi menunduk. Ia memperhatikan sekelilingnya. Ia pernah melewati jalan ini.
“Kau cantik,” pujinya seraya mencubit pelan hidung gadis itu. Gadis itu berjalan dengan senyum yang tak lenyap dan menggandeng tangan kiri pria itu erat-erat. “Betapa beruntungnya pria yang akan menghabiskan waktu hidupnya denganmu.” Gadis itu mendongak, menatap wajah pria disampingnya. Ia tersenyum. Lagi.
Sekelebat kejadian yang pernah ia alami saat melewati jalan ini. Pria itu. Masa lalunya. Sore itu, diwaktu yang tak jauh berbeda, ia menghabiskan waktunya bersama pria yang menjadi kekasihnya. Pria itu mengatakan jika ia akan dilamar secepatnya, membuatnya merasakan kebahagian yang tak terhingga. Hingga janjinya itu pupus bersama hilangnya pria itu yang tanpa kabar.
Kyuhyun menarik tangan gadis itu masuk kedalam café. Yeon Hyo mengambil tempat duduk dibagian depan, dekat kaca. Ia menatap sekeliling café. Dulu, tempat ini sering dikunjunginya bersama pria masa lalunya. Ia lupa, kapan terakhir kakinya menginjak ditempat ini. Sudah terlalu lama, sampai membuatnya lupa.
“Kau mau apa?” tanya Kyuhyun pada Yeon Hyo.
“Milkshake strawberry.”
Pria itu mengangguk dan berjalan ke arah barista dan memesan satu milkshake strawberry dan Americano. Ia tetap berdiri disana, menunggu pesanannya siap.
Lonceng dibagian atas pintu café itu berbunyi, menandakan ada seseorang yang masuk. Yeon Hyo menolehkan kepalanya ke arah pintu itu dan terperanjat saat melihat pria yang mengenakan jubah dengan sentuhan modern sepanjang lutut berwarna hitam serta celana dan kaus yang dikenakan pria itu juga berwarna sama. Untuk waktu yang lama, pandangan mereka saling bertemu. Menemukan kisah masing-masing dimata mereka berdua.
“Hyo~ya, mereka bilang….” Kyuhyun menggantungkan kalimatnya saat melihat pemandangan didepannya. Dimana Yeon Hyo yang saling bertatap-tatapan dengan seorang pria yang pantas dikatakan tampan. “Tidak memilki milkshake strawberry,” lanjutnya yang langsung mengalihkan gadis itu, menatapnya.
“Lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?” tanya pria itu canggung.
“Kau menanyakan kabarku sekarang atau… satu tahun lalu?” gadis itu bertanya balik, membuat pria dihadapannya seolah terlihat merasa bersalah. “Seperti biasa. Aku selalu baik-baik saja,” ujar gadis itu, memamerkan senyum terpaksanya pada pria itu.
“Kim Myungsoo,” ucapnya memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangannya, berniat berjabat dengan Kyuhyun yang dengan baik disambut pria itu.
“Cho Kyuhyun,” balas Kyuhyun ramah.
“Senang bertemu denganmu,” ujar pria itu, menelisik mata Kyuhyun dengan mata elangnya. “Aku berharap kita tidak akan bertemu denganmu disituasi seperti ini,” ujarnya mengakhiri pertemuan itu dan membalikan tubuhnya dan pergi meninggalkan café itu.
“Dia…”
“Aku tahu,” sela Kyuhyun sebelum gadis itu berhasil mengatakan siapa sebenarnya pria yang tadi bertemu dengan mereka. “Masa lalumu?”
***
Book Store.
10.00 AM
Gadis itu terus mondar-mandir melewati tempat bagian novel. Merasa jika semua yang ada disana sudah dimilikinya. Tidak heran, mengingat ia sangat maniak pada novel. Ia sesekali membenarkan letak kacamata dengan bingkai berwarna hitamnya. Matanya tertuju pada novel yang menurutnya baru terdampar ditempat itu, hanya saja novel itu terselip dan membuat ia tidak jeli. Tangannya meraih benda itu disaat yang bersamaan tangan seorang pria juga menyentuh benda tersebut. Yeon Hyo mendongakkan kepalanya, menatap siapa pemilik tangan itu.
“Kau?”
***
Yeon Hyo’s Home.
07.00 PM
Yeon Hyo menghempaskan tubuhnya ke atas sofa dan menarik nafas sebanyak yang ia bisa. Ia baru saja membereskan beberapa barangnya yang berantakan karena kepindahannya dirumah berukuran sedang itu. Dua hari lalu, ia bertemu pria itu lagi. Kim Myungsoo. Membuat kepindahannya dibantu oleh pria itu tadi. Gadis itu memilih untuk pindah ke rumah baru dengan alasan jika Kyuhyun datang tiba-tiba, ia tidak perlu takut akan ketahuan ibunya. Lagipula, rumah itu juga milik orangtuanya. Ia merogoh sakunya dan mendapatkan benda kotak, langsung diketiknya beberapa nomor yang sudah dihafalnya diluar kepala.
“Kyu,” ujar gadis itu sesaat setelah sambungan telponnya diangkat oleh Kyuhyun. “Aku sudah pindah ke rumah baruku. Aku harap kau bisa datang besok.”
“Hmm.”
Yeon Hyo mengernyit. Tidak biasanya pria itu membalas perkataannya hanya dengan gumaman seperti itu. Aneh. Dan ia baru saja menyadari jika tadi, saat pria itu mengangkat panggilannya, hanya berkata ‘Ya, ada apa?’. Biasanya, pria itu akn marah-marah dan mengomel tidak jelas hingga ia harus membayar tarif lebih mahal karena harus mendengarkan omelan pria itu dahulu sebelum ia berhasil mengatakan niatnya menghubungi pria tersebut.
“Kau sakit?” tanya Yeon Hyo, terdengar jelas jika ada nada khawatir disana.
“Tidak, aku baik-baik saja. Urusi saja tubuhmu itu, makanlah banyak sayuran. Aku tahu, kau memang tidak menyukai sayuran, begitu juga aku. Tapi, sayuran itu menyehatkan, makanlah sebelum kau menyesal karena kau tidak merawat tubuhmu dengan baik. Jangan ceroboh. Lakukanlah sesuatu hal setelah kau berfikir matang-matang, jangan langsung mengambil keputusan dengan mudah. Jangan membaca dikegelapan, tidak baik untuk matamu. Behenti menjadi gadis yang mudah meledak, emosimu itu benar-benar menghawatirkan. Kau mudah sekali marah dan kesal, bisa-bisa urat yang ada diotakmu itu putus. Tidurlah, ini sudah malam. Kau pasti lelah.”
Pria itu memutus sambungannya tepat dengan jatuhnya buliran bening yang sudah mati-matian ia tahan. Pria itu… seperti akan meninggalkannya. Seolah tidak akan ada lagi waktu untuk mengatakan hal tersebut dilain waktu. Seolah pria itu hanya memilki hari ini saja untuk mengatakannya. Seolah pria itu akan pergi dan tak akan kembali.
***
Kyunghee University.
08.00 AM
Yeon Hyo melangkah dengan cepat, mencoba mencari sosok pria itu dikeramaian. Tidak sulit, ia hanya perlu menemukan teman-teman pria itu dan dia akan ada disana. Ia mulai tidak peduli dengan tatapan mahasiswa yang seolah menatapnya seperti orang gila, berlarian tanpa memandang jalan dan celingukan tidak jelas, ditambah raut wajah gadis itu yang sangat khawatir. Takut jika ia tidak menemukan sosok pria itu. Takut akan kebenaran jika pria itu benar-benar meninggalkannya.
Gadis itu mulai lelah. Ia frustasi. Beberapa butiran bening mulai jatuh dari pelupuk matanya dan menganak sungai di pipi gadis itu. Ia… tidak berhasil menemukan pria itu dimana-mana, bahkan dibagian pelosok kampus.
Kau tidak pergi. Ya, aku pasti bisa menemukanmu. Batin gadis itu yakin.
“Yeon Hyo~ya!” panggil seorang gadis yang berlari mendekatinya. Gadis itu membungkuk dan memegang lututnya, menarik nafas dan mendongak menatap Yeon Hyo yang sudah berhasil mengahapus airmata dipipinya.
“Kau menangis?” tanya Young Ah, menatap tajam mata sahabatnya itu. Young Ah bisa melihatnya, ada sisa airmata di ekor mata gadis itu. Yeon Hyo menggeleng pelan dan tersenyum miris.
“Kau sudah mendengar kabarnya?”
“Apa?” tanya Yeon Hyo lirih.
“Kau benar-benar tidak mengetahuinya?” tanya Young Ah sekali lagi untuk memastikan. Gadis itu lagi-lagi hanya mengangguk pelan. “Kyuhyun… dia meninggalkan kampus ini dan pindah ke China.”
Jantung gadis itu mencelos. Lututnya mendadak lemas dan tidak dapat menopang tubuh gadis itu dengan benar. Tubuhnya menjadi gemetar. Ini kenyataan dan… sangat pahit. Dugaanya semalam memang benar. Pria itu akan meninggalkannya.
BRUK!!
Tubuh beserta novel gadis itu merosot ke lantai. Lagi, air matanya keluar dengan mudahnya. Sebenarnya, ia sama sekali bukan tipe gadis yang mudah menangis. Hanya saja, jika sudah menyangkut orang-orang yang dicintainya, air mata itu seolah dapat mengalir begitu saja.
Ia tidak peduli lagi dengan pandangan mahasisiwa maupun mahasisiwi yang hilir mudik menatapnya aneh. Biarkan mereka berkata jika ia gila, karena kenyataanya ia memang gila. Ia hancur. Ia hanya merasa hidup sendiri dan ingin meluapkan semua perasaanya saat ini. Bibirnya terlalu kelu untuk mengumpat tentang pria itu, bahkan sepatah kata pun tak dapat diucapnya.
Young Ah berjongkok didepan Yeon Hyo, meraih tangan gadis itu dan menyeka air mata yang jatuh. Pria itu… tidak sejahat yang ada didalam bayangannya. Pria itu sangat jahat. Tega meninggalkan sahabatnya yang ia ketahui jika Yeon Hyo sudah menaruh hatinya pada Kyuhyun. Dan Kyuhyun, dia membawanya pergi. Entah akan kembali atau tidak. Kini, gadis dihadapannya, hidup ‘tanpa’ hati.
“Menangislah jika itu memang bisa membuatmu lebih lega.”
Air mata yang terus menetes semakin mengaburkan pandangan gadis itu. Hingga tidak menyadari jika ada seorang gadis dibalik tembok yang sedang mengamatinya. Choi Eun Hyo. Tersenyum bak seorang pemenang.
“Jadi, ini caramu untuk membuatnya hancur, Cho Kyuhyun.” Gadis itu berujar pada diri sendiri dengan nada yang sinis.
***
[ ♫ Jonghyun (SHINee) – So Goodbye ♫ ]
Yeon Hyo’s Home.
07.00 AM
Yeon Hyo mencoba membuka matanya yang terasa sangat rapat. Mungkin karena semalaman ia menangis. Ia bangkit dari kasunya dengan enggan. Berjalan ke arah meja makan, duduk dikursinya dan tidak melakukan apapun untuk waktu yang cukup lama. Buliran bening itu kembali jatuh, menetesi pipinya dipagi hari. Dengan gerakan pelan, ia menyeka air mata itu dan meraih beberapa roti beserta selai strawberry. Gadis itu memasukan rotin tersebut dengan gerakan yang sangat pelan dan kaku kedalam mulutnya.
Gadis itu berjalan kembali ke kamarnya dan membaringkan tubuhnya diatas kasur. Menatap kosong ke arah atas, lalu matanya kembali mengeluarkan cairan lagi. –air mata- itu tidak bisa lagi dikontrolnya. Seolah matanya itu rusak.
Kyuhyun tidak tahu betapa hancur dirinya sekarang. Atau bahkan, tidak ingin tahu? Pria itu pernah mengatakan jika tidak ingin merasakan kehancuran karena ditinggalkan olehnya. Tapi sekarang apa? Pria itu yang meninggalkannya. Menjadikannya seperti orang gila. Hancur tak bersisa.
“Kyu…,” isaknya pelan.
Dirinya seolah seperti selembar kertas yang terlepas dari bukunya. Tak ada lagi pegangan. Lalu kertas itu seperti terbakar dan terbawa angin hingga tak menyisakan secuil pun bagiannya. Hancur, melebur menjadi satu bersama terpaan angin.
Dua kali ia mengalami hal seperti ini. Membuatnya terlihat bodoh karena jatuh pada lubang yang sama. Seperti ini kah takdir mempermainkannya? Membuatnya jatuh lalu bangkit dan kemudian dihempaskan sekeras mungkin hingga jatuh lagi dan hancur. Seharusnya, ia memang tidak perlu mengenal pria lain dan jatuh hati lagi.
Semua sudah berlalu, ia juga tidak dapat memutar waktu kembali ke awal. Dimana ia masih bisa tersenyum dengan tulus, tidak merasakan sakit hati. Tidak membuat ia memilki kenangan pahit soal cinta.
Gadis itu bangkit dan merosot ke bawah sebelum kakinya berhasil melangkah. Ia menekuk kakinya dan membenamkan kepalanya disana. Isakan gadis itu semakin hebat, bahunya naik turun dengan begitu kencang. Ia mendongak, menyeka air matannya dengan kasar dan menatap tajam ke arah langit.
“AKU MEMBENCIMU CHO KYUHYUN!!” teriaknya, berhasil meluapkan perasaanya dua hari belakangan. Tapi semua itu tidak dengan cepatnya membuat Yeon Hyo kembali pada Yeon Hyo yang dulu. Semua butuh proses. Dan tidak mungkin jika gadis itu tidak meneteskan air matanya lagi.
“Cho Kyuhyun…”
***
01.00 AM
Seorang pria berlari menaiki beberapa anak tangga yang menghubungkannya dengan atap rumah yang kosong, hanya ada bangku kayu yang sudah mulai menua. Ia mengatur detak jantungnya yang tak berirama dan nafasnya yang tersengal. Matanya menangkap sosok gadis yang tengah duduk dibangku itu dan menatap nyalang lurus kedepan. Tampaknya gadis itu tidak menyadari kehadirannya. Myungsoo menegakan tubuhnya dan melangkah pelan.
“Jadi seperti ini pria itu memperlakukanmu, hm?” tanya Myungsoo datar, namun terdengar sangat jelas jika ia kecewa, dengan pria yang sudah membuat gadis itu seperti ini juga dengan gadis itu sendiri yang menyiksa dirinya sendiri hanya karena pria brengsek macam Cho Kyuhyun. Yeon Hyo bangkit dan menoleh, menatap Myungsoo samar.
“Bagaimana kau bisa tahu?” tanya gadis itu lirih, nyaris berbisik.
“Young Ah yang mengatakan padaku,” jawab pria itu dingin. “Berhentilah menangis. Pria itu bahkan tidak tahu keadaan mu sekarang, ia sudah tidak peduli lagi. Kenapa kau malah membuang air matamu itu dengan percuma hanya karena pria brengsek itu, hah? Lihatlah bagaimana kau sekarang ini. Mana Yeon Hyo yang ku kenal dulu?” tanya Myungsoo masih dengan nada yang sama. Dingin.
Gadis itu menunduk, meneteskan air matanya lagi. Myungsoo yang melihat buliran bening itu jatuh, merasakan hatinya teriris oleh belati tajam. Sakit. Gadis dihadapannya ini, gadis yang pernah berdiam dihatinya, bahkan sampai detik ini. Satu tahun ia habiskan untuk menyiksa dirinya sendiri karena kehilangan sosok yang dicintainya, gadisnya. Ia tidak pernah menerima perjodohan itu, ia malah menghindarinya dengan pergi ke Amerika. Bukan tanpa alasan. Ia melakukan itu semua, sebagai usahanya untuk mempertahankan gadis itu. Tapi ia mengambil jalan yang salah. Gadisnya kini telah memiliki pria yang lain dihatinya. Bukan dirinya lagi.
“Sialan,” umpat Myungsoo seraya menatap tajam ke arah gadis itu yang masih menunduk. “SUDAH KUKATAKAN BERHENTILAH MENANGIS!”
Gadis itu terkejut, menatap ngeri ke arah Myungsoo. Gadis itu tidak tahu. Tidak tahu jika air mata yang jatuh itu dapat membuat Myungsoo merasakan sesak yang teramat dalam. Tidak tahu jika pria dihadapnnya ini tidak bisa melihatnya seperti ini. Ia tidak tahu.
Myungsoo berjalan mendekati Yeon Hyo dan menarik tubuh gadis itu kedalam pelukannya, membiarkan bajunya basah oleh air mata gadis tersebut. Tangannya mengelus punggung gadis itu dengan gerakan yang menenangkan. Ternyata, perasaannya masih sama. Jantungnya masih berdetak dengan kencang saat memeluk gadis itu. Ia masih merasakan kenyamanan yang sama seperti satu tahun yang lalu. Hanya saja yang menjadi pembeda adalah… gadis itu bukan miliknya lagi. Menyedihkan.
Yeon Hyo membenamkan kepalanya di dada bidang Myungsoo, merasakan detak jantung yang begitu kencang, namun ia mendengarnya begitu teratur dan berirama. Sebenarnya, ia masih memiliki perasaan yang sama. Hanya saja, perasaan itu terhalang oleh Kyuhyun, sekalipun pria itu telah meninggalkannya sekarang. Perasaannya tidak mudah berubah. Masih pada sosok Cho Kyuhyun.
“Jangan hanya karena pria itu, kau menjadi seperti ini.”
“Kau juga pernah membuatku seperti ini,” ujar Yeon Hyo disela-sela tangisnya, masih dalam pelukan pria itu.
Myungsoo tersenyum miris. Mengetahui kenyataan jika ia juga pernah membuat gadis ini hancur, membuat dadanya terasa sesak. Pria macam apa dia sebenarnya? Ia bahkan tidak berbeda jauh dengan Kyuhyun. Myungsoo melepaskan pelukannya dan memegang bahu gadis itu, menatap tepat dimanik mata favoritnya dengan mata elangnya. Ia mendekatkan wajahnya dan mengecup pelan kening gadis itu.
“Maafkan aku. Sekarang, kau tidurlah.”
***
Incheon Airport.
04.00 PM
Yeon Hyo berjalan sejajar bersama Myungsoo yang menyeret kopernya. Sore ini ia dipaksa untuk mengantar kepulangan pria itu ke Amerika. Belum, ia belum bisa kembali seperti Yeon Hyo yang dulu. Ia masih seperti mayat hidup. Hanya saja, masih terlihat manusiawi. Gadis itu menghembuskan nafasnya ketika pengumuman penerbangan pesawat yang akan dinaiki Myungsoo akan segera lepas landas. Pria itu memutar tubuhnya, menghadap Yeon Hyo yang ada disampingnya. Dan mencengkram bahu Yeon Hyo. Tersenyum bak seorang malaikat.
“Aku akan pulang. Ketahuilah, Yeon Hyo~ya, perasaan ini,” ujar pria itu sembari menaruh tangannya didepan dada. “Masih milikmu. Kau bisa kembali padaku kapanpun kau mau. Cinta yang kumiliki dulu, masih sepenuhnya untukmu, tak ada yang berubah sedikitpun, bahkan bertambah. Aku tidak peduli jika saat ini pria yang ada dihatimu bukanlah diriku. Jika suatu saat aku kembali, dan pria itu tidak berada disisimu… aku akan menjadikanmu kekasihku lagi dan menyingkirkan posisi pria itu dihatimu. Aku tahu, semua ini salahku. Bodohnya aku yang tidak menghubungimu setelah kepergianku ke Amerika dan membuatmu menunggu dengan keadaan yang tidak jelas. Terimakasih untuk kenangan yang pernah kau berikan, Yeonnie.”
Pria itu berjalan dengan menyeret kopernya sedangkan Yeon Hyo hanya membatu ditempat dan memandangi punggung itu yang semakin menjauh. Ada rasa bersalah yang bergejolak dihatinya. Mengapa ia tidak menunggu pria itu kembali? Mengapa ia harus mengenal Kyuhyun? Mengapa ia harus jatuh cinta pada Kyuhyun? Mengapa dan mengapa, begitu banyak mengapa yang berkelebat dipikirannya. Gadis itu kembali meneteskan air mata. Ia hanya sedih dan merasa bersalan pada Myungsoo.
Tidak diduga, Myungsoo membalikan tubuhnya dan menatap Yeon Hyo yang masih disana, selama lima detik dan setelahnya ia berlari ke arah gadis itu, meninggalkan kopernya. Ia menangkupkan tangannya dipipi gadis itu dan meraih wajahnya mendekat. Tidak ada keraguan saat Myungsoo mendaratkan bibirnya dibibir gadis itu dan melumatnya pelan. Ia mengulum bibir itu lembut yang bercampur dengan air mata. Ia menikmati semua yang dilakukannya. Tidak peduli jika setelah ini Yeon Hyo akan marah dan membencinya. Ia hanya ingin melakukan ini sebelum melihat gadis itu telah menjadi milik pria lain. Akan terasa tidak sopan jika ia mencumbu gadis itu jika sudah ada yang memiliki. Pria itu memiringkan kepalanya dan meraup bibir kenyal itu kedalam mulutnya, merasakan sensasi yang sudah pernah ia rasakan dulu. Rasa senang yang membuncah dan jiwa raga yang bersuka cita.
Myungsoo melepaskan tautan bibirnya dan menghapus air mata gadis itu dengan ibu jarinya. Tidak menghiraukan padangan orang-orang yang melihat kejadian tadi.
“Aku… masih padamu, Yeon Hyo~ya,” ujar Myungsoo lirih dan terdengar begitu lembut ditelinga Yeon Hyo.
Dan pria itu mengacak-acak pelan poni Yeon Hyo sembari tersenyum sebelum benar-benar meninggalkan tempat itu.
***
“Yang terpenting bukanlah bagaimana hidup bahagia bersama orang yang kita cintai. Tapi, bagaimana membuat orang yang kita cintai hidup bahagia.” – Kim Myungsoo.
***
Kyunghee University.
08.30 AM
Yeon Hyo berdiri dengan gugup dipelataran gedung yang akan dijadikan acara wisuda hari ini. Ia menunggu seseorang, yang kedatangannya sangat diharapkan oleh gadis itu. Acara akan dimulai tiga puluh menit lagi dan ia tidak yakin bisa memulainya tanpa pria itu.
“Yeonnie, acaranya akan segera dimulai. Kau tidak masuk?” tanya pria paruh baya dengan suara beratnya, membuat Yeon Hyo tersadar dan menoleh ke sumber suara.
“Sebentar lagi, appa. Aku sedang menunggu seseorang,” jawab gadis itu sopan dan tersenyum. Yoon Hae Min –ayah Yeon Hyo- membenarkan dasinya dan menepuk bahu putrinya.
“Appa menunggumu lima belas menit, sayang.” Hae Min berlalu meninggalkan putrinya yang masih bertahan disana.
Lima belas menit telah berlalu dan ia harus masuk, sesuai dengan ucapan ayahnya. Ia melangkah masuk dengan berat hati dan menunggu acaranya dimulai. Beberapa profesor dan para pemilik saham kampus ini mulai menyampaikan beberapa patah kata, termasuk ayahnya yang menjadi pemilik saham terbanyak dikampus ini. Gadis itu memperhatikannya, namun tidak sepenuhnya. Ia masih berharap pria itu akan datang.
“Ngomong-ngomong, satu bulan lagi kau akan wisuda, ya?”
“Kau tidak memintaku untuk datang?”
“Tidak usah ku minta, kau juga akan datang.”
“Benar.”
Yeon Hyo kembali mengingat ucapan pria itu. Tanpa diminta, pria itu akan datang. Dia tidak perlu khawatir lagi. Dia akan datang. Yah, dia akan datang. Gadis itu baru mengingat jika sudah satu bulan Kyuhyun pergi meninggalkannya tanpa memberi kabar. Apa pria itu baik-baik saja? Apa dia masih senang memepermainkan wanita? Apa pria itu merindukannya? Semua itu hanya akan menjadi pertanyaan terpendam saja. Tidak akan pernah terlontar dari bibir gadis itu jika Kyuhyun tidak ada dalam jangkauan matanya. Satu bulan, tidak benar-benar membuatnya kembali seperti dahulu. Ia masih sering melamun dan air matanya masih sering menetes jika mengingat pria itu. Ia sendiri bahkan berani menjamin jika ia tidak akan baik-baik saja tanpa pria itu.
Disaat ia merindukan kehadiran pria itu, ia juga masih merasakan rasa bersalah pada pria masa lalunya. Ia tidak bisa kembali pada Myungsoo, tapi ia juga tidak bisa terus-terusan menunggu Kyuhyun tidak jelas seperti ini. Ia takut, takut jika semuanya akan berakhir sama seperti satu tahun yang lalu. Ia akan memilih melihat pria itu bahagia dengan gadis lain, asalkan ia masih bisa melihat sosok pria itu. Itu sudah cukup.
Acaranya sudah selesai, beberapa mahasiswa dan mahasisiwi memberikan selamat padanya. Gadis itu keluar dari kerumunan, mencari sosok pria itu. Ia terus mencari, setiap sudut dipandangnya dengan teliti. Nihil. Pria itu tidak ada disini. Tubuhnya mulai limbung dan nyaris jatuh kebawah sebelum ia berhasil menoleh kebelakang dan menemukan pria itu disana. Ditatapnya wajah pria itu. Sial. Apa masih harus mengagumi penampilan pria itu yang memabukan dengan kemeja lengan panjang hitam pas badan beserta dasi berwarna hitam juga denim dengan warna senada, ditambah rambut kecoklatan pria itu yang berantakan, ditengah-tengah terperangahnya ia saat dapat melihat pria itu dalam bentuk nyata, bukan imajinasinya. Penampilan pria itu terlihat lebih dewasa juga… tampan. Benar-benar tidak termaafkan. Ia mematung disana dan sedikit mendongak menatap pria itu. Matanya berkaca-kaca.
“Aku disini,” ujar pria itu membuat Yeon Hyo seolah melayang ke langit ketujuh. Ia senang, bisa mendengar suara pria itu lagi. “Bukankah aku sudah berjanji akan datang ke acara wisuda mu? Aku sudah disini, Hyo~ya.”
Sialan. Kenapa pengaruhnya se-dahsyat ini? Ia bahkan nyaris tidak bisa bernafas setelah mendengar suara pria itu lagi. Untuk jangka waktu yang lama tidak mendengar suara merdu itu dan kemuadian suara itu kembali mengisi gendang telinganya. Jika saja ia punya sayap, mungkin ia sudah terbang tanpa kendali memutari aula yang besar nan megah ini.
Yeon Hyo hanya terdiam. Tak sanggup berkata walau hanya satu abjad. Ia berusah menormalkan detak jantunganya dan semua kinerja oragan tubuhnya dulu saat ini. Semua terasa mati, berfikir jernih pun tidak bisa.
“Kyu…,” panggil gadis itu akhirnya, membuat Kyuhyun menarik kedua sudut bibirnya ke atas.
“Ini nyata. Kau tidak sedang bermimpi,” katanya meyakinkan Yeon Hyo dan meraih tangan gadis itu untuk menyentuh wajahnya. Gadis itu tersenyum dan meneteskan air mata haru nya. Dalam nada yang bergetar, gadis itu bergumam…
“Kau… kembali.”
Kyuhyun mengangguk pelan dan memejamkan matanya, merasakan sentuhan gadis itu yang dirindukannya.
“Aku akan selalu kembali kerumahku, Yeon Hyo~ya.”
***
“Bagaimana bisa aku pergi meninggalkanmu jika jantung ini pun berdetak untukmu” – Cho Kyuhyun.
***
At The Park.
11.30 AM
Oh, orang gila mana yang nekat datang ke taman saat matahari sedang terik-teriknya? Dan sialnya, ia malah menyetujui ajakan pria itu yang menyeretnya ketempat ini. Yah, memang banyak orang yang menghabiskan waktunya ditempat ini. Panas memang, tapi setidaknya beberapa pohon rindang yang membentuk sebuah lengkungan disetiap jalan dapat menghalangi sinar matahari yang langsung mengarah ke kulit. Tidak terlalu buruk.
“Cho Kyuhyun!” seru seseorang saat kedua sejoli itu berjalan melewati jalanan sepi ditempat itu. Pria itu menoleh, melihat siapa orang yang berani mengganggunya.
“Kau sudah berjanji padaku untuk meninggalkan Yoon Yeon Hyo dan bersamaku,” uajr gadis itu dengan penuh amarah. Yeon Hyo menatap Kyuhyun dengan tatapan ‘jelaskan-padaku-maksudnya’.
Kyuhyun berdehem dan menampilkan senyum separo nya. “Maaf, tapi ceritanya akan menarik lagi jika aku yang meninggalkanmu, Nona Choi,” tandas pria itu penuh penekanan dengan tatapan berkilat marah, namun masih terlihat tenang seperti biasa.
“Kau tidak bisa melakukannya seperti ini!”
“Kenapa tidak? Ini duniaku dan kau… kau hanya terjebak dalam permainanku, Nona. Aku mencintainya. Dan aku tidak sebodoh itu, meninggalkan gadis yang kucintai hanya untuk seorang gadis yang terobsesi padaku, seperti dirimu.”
***
Library.
08.00 PM
“Ini semua salahmu,” tuduh Yeon Hyo pada Kyuhyun yang mencoba mencari benda yang dapat menjadi penerangan.
Oh yeah, kali ini mereka berdua terperangkap di perpustakaan kampus karena Yeon Hyo yang sedang membaca novel dibagian ujung ruangan itu dan ditemani Kyuhyun, sehingga membuat pengawas perpustakaan tidak dapa melihat keberadaan mereka disana dan mengunci tempat itu dengan meninggalkan kedua manusia yang sedari tadi saling menyalahkan. Gadis itu memang sudah menyelesaikan kuliahnya, tapi hari ini ia sengaja datang hanya untuk membaca novel keluaran baru dengan seksama dan Kyuhyun berhasil menemukannya, mengacaukan semuanya.
“Berhenti menyalahkanku, oke? Sekarang lebih baik kita temukan penerangan terlebih dahulu sebelum hari semakin gelap.”
“Kalau kau tidak buta, ini malam hari dan sudah pasti gelap,” ucap gadis itu sarkastis.
“Aku menemukannya!” seru Kyuhyun saat berhasil menemukan dua batang lilin beserta pematik apinya. Ia melangkah mendekat ke arah meja gadis itu dan menyalakan satu lilin tersebut.
Akhirnya, ia dapat melihat wajah gadis itu. Satu bulan tidak bertemu gadis itu benar-benar menyiksanya, ia sekarat karena merindu. Ia pindah ke China karena perusahaan milik ayahnya yang disana mengalami penurunan drastis dan memintanya untuk menangani perusahaan tersebut. Tidak lebih dari setengah bulan, ia berhasil mengembalikan perusahaan itu pada posisi sebelumnya, bahkan semakin meningkat. Tapi sayangnya, ketika ia akan kembali ke Korea, ayahnya jatuh sakit dan memintanya untuk bertahan terlebih dahulu. Dan akhirnya sehari setelah ayahnya itu sudah kembali pulih, ia kembali ke Korea, tidak peduli lagi dengan permintaan ayahnya. Karena gadis dihadapannya sekarang ini lebih penting daripada perusahaan ayahnya itu.
Kyuhyun dan Yeon Hyo sama-sama melipat kedua tangan mereka diatas meja dan saling menatap. Hening. Untuk waktu yang lama, mereka saling bertatap-tatapan sampai akhirnya Kyuhyun mengeluarkan suara.
“Malam. Penuh bintang yang menghiasi langit gelap. Sama sepertimu yang selalu menghiasi hariku,” ujarnya tanpa mengalihkan pandangannya pada gadis itu.
“Malam tanpa bulan dan bintang. Sama seperti hal nya aku tanpa dirimu. Gelap.”
“Tapi kegelapan malam masih dapat dibunuh oleh sinar lampu. Aku akan menjadi lampu untuk kegelapan malam.”
“Seseorang bertanya padaku…”
“Apa yang akan kau lakukan jika aku… mati?” potong Kyuhyun cepat sebelum gadis itu berhasil mengatakan yang sebenarnya.
“Ada dua kemungkinan. Aku akan hancur menjadi serpihan-serpihan kecil dan terhapus oleh kencangnya angin atau… aku akan melanjutkan hidupku yang mungkin bisa dikatakan ‘baik-baik saja’ bersama bayanganmu yang selalu disampingku,” jawab gadis itu serius. Keduanya bukan keadaan yang ‘baik’ dimata Kyuhyun. Kemungkinan pertama, ia tidak mungkin bisa tenang jika gadisnya menjadi seperti itu. Kemungkinan kedua, hidup bersama bayangan seseorang yang kau cintai, namun sudah tidak dapat lagi kau jangkau. Apa itu mudah? Dan pada akhirnya hal itu akan berujung pada kemungkinan pertama. Hancur dan hilang.
“Bagaimana bisa aku tenang jika kau menjadi seperti itu,” protes Kyuhyun dengan nada datar.
“Kalau begitu,” gadis itu menggantungkan kalimatnya dan bangkit berdiri yang diikuti oleh Kyuhyun. “Jangan tinggalkan aku untuk kematian.”
Kyuhyun dengan cepat mencondongkan tubuhnya agar dapat meraih wajah Yeon Hyo dan mendekatkannya hingga ia bisa menjangkau bibir gadis itu, melumatnya secara bergantian dengan lembut. Kedua tangannya masih bertahan dipipi gadis itu dan ia memiringkan kepalanya, memperdalam ciuman mereka. Yeon Hyo mulai merasa tubuhnya sedikit sakit karena harus menahannya agar tidak benar-benar jatuh diatas meja juga susah untuk menghirup udara disekitarnya. Kyuhyun yang menyadari hal tersebut buru-buru melepaskan tautan bibir mereka dan membiarkan gadis itu mengambil nafas. Lagipula… berciuman diatas lilin membuat bibirnya terasa panas.
“Kau mengerikan,” komentar Yeon Hyo yang dibalas pria itu dengan smirk mematikannya. Oh yeah, untuk beberapa detik gadis itu juga ‘terhipnotis’. Keduanya kembali duduk.
“Ceritakan padaku hubungan antara kau dan Choi Eun Hyo,” desak Yeon Hyo.
“Dia… dia adalah gadis yang sangat terobsesi unutk memiliki ku. Dan suatu ketika, saat aku sedang memperhatikanmu dari jauh, dia menghampiriku dan mengatakan jika dia akan memberikanku informasi dan membantuku untuk mendapatkanmu. Tapi sayangnya, semua yang sudah kulakukan padamu itu semua murni usahaku, tidak ada campur tangannya. Jadi, untuk apa aku masih harus menepati janji jika aku diminta untuk meninggalkanmu dan bersamanya? Memangnya aku gila? Menyiksa diri sendiri untuk tidak memilikimu,” jelas Kyuhyun santai.
Yeon Hyo mengangguk pelan. Keduanya kembali bertatapan untuk waktu yang lama dalam keheningan.
“Hyo~ya, apa kau ingin tahu sesuatu?” tanya pria itu mengundang rasa penasaran Yeon Hyo.
“Apa itu?”
“Ada seorang pria yang sedang duduk bersama seorang gadisnya, mereka saling bertatapan. Pria itu merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah kotak yang berisi cincin. Lalu, pria itu mengambil cincin tersebut dan menyematkannya di jari gadis itu dan mengatakan….” Kyuhyun menggantungkan kalimatnya saat ia berhasil menyematkan cincin ke jari telunjuk gadisnya. “Aku mencintaimu. Dari semua kekurangan dan setiap bagian terkecil yang ada pada dirimu.”
Gadis itu tersenyum. Ia tahu, kali ini pria itu tidak sedang bercanda. Dia serius. Dan ia juga tidak bisa membohongi perasaanya untuk mengatakan ‘tidak’, ia akan mengatakan ‘ya’ tanpa ada keraguan. Ia menaruh tangannya diatas pungggung tangan Kyuhyun, menatap serius pria itu dengan mata yang berbinar bahagia.
“Aku juga mencintaimu. Dengan caraku yang mengikatmu dan menjadikanmu milikku untuk waktu sekarang, esok dan selamanya. Dan bagaimanapun keadaanya.”
*****
-EPILOGUE-
“Hai,” sapa Kyuhyun saat berhasil menemukan gadisnya yang tengah membaca novel kesayangan gadis itu beserta kacamat dengan frame berwarna hitam yang bertengger manis dihidungnya. Gadis itu mendongak, menatap Kyuhyun sebentar dan memutuskan untuk menutup novelnya agar tidak mengganggu.
“Kau terlambat, Tuan Cho,” ucap gadis itu seraya memutar tubuhnya ke samping, menatap Kyuhyun. Yah, pagi ini mereka memang berencana menghabiskan waktu bersama dan Kyuhyun terlambat menjemput Yeon Hyo sehingga membuat gadis itu memutuskan untuk datang terlebih dahulu ke taman kota.
“Aku terjebak macet, Nona Yoon,” kilah Kyuhyun dengan alasan palsunya. Yah, dia bangun kesiangan hari ini dan itu akan menjadi alasan yang konyol jika ia mengatakannya yang sebenarnya pada Yeon Hyo. Ia mengelus pelan pipi gadis itu dan menelusup ke helaian rambut ikal yang membingkai wajahnya.
“Kau pikir aku bodoh, hm? Ini masih pagi, Tuan Cho Yang Terhormat. Yang benar saja jika sepagi ini jalanan sudah macet.”
“Ah ya, aku tadi kerumahmu dan mengatakan sesuatu pada ibumu. Aku pikir ibumu terkejut akan hal itu,” ungkap Kyuhyun sembari membenarkan kerah jaketnya.
“Apa?” tanya Yeon Hyo penasaran. Ugh, pria ini memang sangat senang membuatnya penasaran. Seperti permainan tersendiri untuk pria itu.
“Kau tanyakan saja pada ibumu.”
Benar, bukan? Sekarang bisa bayangkan apa rasanya penasaran yang membuat ibunya sendiri terkejut akan perkataan pria itu? Jangan-jangan… Dia membongkar aib nya. Sial.
***
“Eomma, tadi pagi Kyuhyun mengatakan apa pada eomma?” tanya Yeon Hyo akhirnya setelah seharian dibuat penasaran oleh Kyuhyun. Ia baru sempat menanyakan itu malam ini karena pria itu yang mengembalikannya pada malam hari.
“Yang mana?” tanya Jin Ah –ibu Yeon Hyo- seraya memberskan meja makan. Yeon Hyo menghela nafas, frustasi karena penyakit pelupa ibunya itu tiba-tiba datang disaat ia penasaran seperti sekarang.
“Oh, ayolah eomma,” desak gadis itu manja, tangannya sibuk mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk kecil. “Ini bukan waktu yang tepat untuk lupa.”
“Ah itu… dia mengatakan akan menikahimu.”
Kontan, handuk yang sedang digunakannya untuk mengeringkan rambut itu terjatuh kelantai se-per sekian detik setelah ia mendengar penuturan ibunya, bernasib menyedihkan. Oh, wajahnya seperti apa sekarang? Sudah pasti terlihat seperti orang bodoh.
****
“Eommo-nim, jika anda tidak keberatan, bolehkah anak gadis mu itu kujadikan sebagai miliku dan membuatnya menghabiskan waktu bersamaku hingga kami seperti kalian, menua bersama.”
-END-
No comments :
Post a Comment