Tittle/Judul : The Death Of The Heart
Author : _Rain_Baek999
Category : NC-21+, Yadong, AU, Angst, Hurt, Psycology, Thriller, School life, OneShoot, Sad.
Word : 9.004 kata.
Cast:
Kim Yura – OC
Byun Baekhyun – EXO
Kim Yura – OC
Byun Baekhyun – EXO
Other Cast:
Kim Yoora – OC
Park Chanyeol – EXO
Park Hye Jin – OC
Kim Yoora – OC
Park Chanyeol – EXO
Park Hye Jin – OC
Cover By : Babythinkgirl @ Poster Channel
Disclaimer : Ini asli dari pikiran dan imajinasisaya sendiri. Diharapkan untuk tidak mengcopy paste karya saya TANPA IJIN!!!.Jika ada kesamaan latar, tempat, tanggal dan waktu, itu sama sekali tidak disengaja.
NOTE
Annyeong, Author kembali lagi membawa FF Oneshot milik Author yang lain. Setelah Crumbling beliefs dan We Got Lost, Author memutuskan mengirim FF ini di sini.
FF ini pernah Author post di salah satu Grub Facebook, jadi jika kalian pernah membca FF ini dengan nama Author yang sama berarti itu adalah saya. 😀
Lihat Genre di atas sebelum membaca FF ini. FF ini berisikan adegan dewasa, pembunuhan dan sebagainya. Sebelum membaca kalian lebih baik mempersiapkan diri kalian, takutnya nanti kalian shock dan tidak iklas dengan Ending FF ini. Dan baca FF ini saat kalian lagi tidak sibuk saja ya, soalnya Word untuk FF ini lumayan panjang. Takutnya nanti kalian akan bosan bacanya. 😀 Oke mungkin itu saja NOTE Author. Semoga kalian suka, happy reading~
…
Terkadang hidup tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Dimana kita akan merasa kecewa pada kehidupan yang kita jalani. Disitulah kita diberi kesempatan untuk mengubah hidup menjadi lebih baik. Tapi ada kalanya kita tidak bisa memilih jalan hidup dan menentukan takdir. Saat itulah kita merasa kecewa dan berharap semuanya akan berakhir. – Kim Yura
FF ini pernah Author post di salah satu Grub Facebook, jadi jika kalian pernah membca FF ini dengan nama Author yang sama berarti itu adalah saya. 😀
Lihat Genre di atas sebelum membaca FF ini. FF ini berisikan adegan dewasa, pembunuhan dan sebagainya. Sebelum membaca kalian lebih baik mempersiapkan diri kalian, takutnya nanti kalian shock dan tidak iklas dengan Ending FF ini. Dan baca FF ini saat kalian lagi tidak sibuk saja ya, soalnya Word untuk FF ini lumayan panjang. Takutnya nanti kalian akan bosan bacanya. 😀 Oke mungkin itu saja NOTE Author. Semoga kalian suka, happy reading~
…
Terkadang hidup tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Dimana kita akan merasa kecewa pada kehidupan yang kita jalani. Disitulah kita diberi kesempatan untuk mengubah hidup menjadi lebih baik. Tapi ada kalanya kita tidak bisa memilih jalan hidup dan menentukan takdir. Saat itulah kita merasa kecewa dan berharap semuanya akan berakhir. – Kim Yura
The Death Of The Heart
Terdengar suara rintihan di sebuah ruangan kosong dan suara decitan kasur yang bergema di seluruh ruangan. Udara di sekitar semakin meningkat menandakan ketegangan seksual yang terjadi diantara kedua insan yang sedang melakukan kegiatan seksual tersebut semakin panas. Udara dingin menguap tergantikan dengan udara panas yang memancar diantara mereka.
Pria itu mendorong pinggulnya keras dan cepat membuat decitan-decitan terus terdengar dari kasur. Peluh dan keringat menetes dari tubuh keduanya, tapi tak membuat pria itu menghentikan kegiatan tabu mereka.
Gadis yang berada di bawah kungkungan pria itu hanya bisa menggigit bibirnya kuat berusaha menahan desahan tiap desahan nikmat yang dia rasa. Dia tidak ingin mengeluarkan desahan menjijikkan tersebut dari bibirnya. Tapi tubuh dan bibirnya menghianatinya. Tubuhnya merespons dengan baik setiap sentuhan dan rangsangan dari pria itu tanpa terlewatkan sedikitpun. Dan bibirnya terus mengeluarkan erangan penuh nikmat tanpa seizinnya.
“Y-yura tubuhmu s-sangat nikhh… mat…” Erang pria itu keras sambil mendongakkan kepalanya menikmati setiap gesekkan Penisnya di dalam gadis itu. Gadis bernama Yura itu hanya diam tak menanggapi perkataannya. Dia berusaha sekuat tenaga menahan desahannya untuk tak keluar dari bibirnya.
“Ahh!” Yura tersentak dengan keras saat pria itu mengenai G-spot miliknya. Pria yang tidak lain dan bukan bernama Baekhyun tersebut mengangkat sudut bibirnya mendengar hal itu. Dia terus memukul di mana G-Spot gadis itu berada. Tubuh gadis itu bergetar hebat saat pria itu terus menumbuk Vaginanya dengan keras tepat sasaran.
“Eh, ehh… Ahh…” Desahan gadis itu. Baekhyun mendekatkan bibirnya tepat di telinga Yura dan berbisik di telingannya.
“Aku suka desahanmu…” Yura menggigit bibirnya mendengar suara berat pria itu. Baekhyun menggigit daun telinga gadis itu lembut dan menjilatnya kecil masih mempertahankan gerakan tubuhnya di bawah sana. Yura mencengkeram seprai dengan erat merasakan rangsangan di intinya.
“Mendesahlah untukku Yura…” Kata pria itu menekan lebih keras dan cepat di Vaginanya. Yura hanya bisa mendesis dan mendesah di waktu yang bersamaan.
“Mendesahlah dengan suara keras!” Teriak pria itu membuat tubuh Yura bergetar ketakutan tapi merasa nikmat di waktu bersamaan saat tubuhnya terus mendapat rangsangan.
“Ahhhh!” Desah panjang gadis itu saat mendapatkan Orgasme pertamanya.
“Y-ya seperti.” Kata Baekhyun dengan nafas berat dan seringai di bibirnya. Tubuh Yura bergetar hebat setelah Orgasmenya. Bibir Yura terus terbuka dan mengeluarkan rintihan-rintihan kecil. Baekhyun tak menghentikan gerakannya ataupun membiarkan gadis bernama Yura itu untuk mengambil nafas sejenak setelah Orgasmenya. Pria itu tak peduli dan terus menggerakan pinggulnya keluar masuk dengan cepat.
Yura mencengkeram seprai di sampingnya dengan keras melampiaskan setiap perasaan yang dia rasakan. Yura mengerjapkan kedua matanya. Pandangannya sedikit kabur setelah Orgasme pertamanya. Dia begitu lelah dan ingin semua ini cepat berakhir.
Vagina Yura berkedut-kedut kencang meremas Penis Baekhyun menandakan Orgasme keduanya akan kembali datang. Baekhyun mendengus dan mempercepat kembali gerakannya membuat Yura tak bisa menanganinya.
Bunyi alat kelamin mereka saling bertabrakan membuat libido Baekhyun semakin meningkat. Bunyi itu seperti musik pengiring sex mereka bagi Baekhyun. Pria itu tak bisa menahan gejolak sex yang sangat besar dari dirinya. Sedikitpun Baekhyun tidak pernah bosan dengan Yura. Malah semakin membuatnya ingin terus menyentuh gadis itu.
Baekhyun menekan Vagina Yura dengan keras membuat Penisnya masuk dengan dalam ke Vagina gadis itu. Yura bisa merasakan Penis Baekhyun menyetuh dinding Vaginanya dengan telak.
Yura memejamkan matanya erat dan menggigit bibirnya keras membuat bibirnya berdarah. Darah menetes melalui sela-sela bibirnya membuat penampilannya kacau tak tertahankan. Rambutnya begitu berantakkan menutupi wajah cantiknya.
Baekhyun menggertakkan giginya saat merasakan Penisnya semakin besar membuat jalan di Vagina Yura melambat. Baekhyun mempercepat gerakannya membuat tubuh Yura terlempar ke sana kemari. Dengan tidak sabaran Baekhyun menusuk Vagina Yura dengan keras dan…
“Argh!” Erang Baekhyun keras saat merasakan gelombang Orgasme yang sangat besar. Tubuhnya langsung roboh dan jatuh di atas tubuh Yura. Yura memejamkan matanya saat menerima Orgasme keduanya juga.
Keduanya menarik nafas dengan kasar dan cepat berusaha mendapatkan Oksigen sebanyak-banyaknya, seakan mereka akan mati jika tidak mendapatkannya.
Baekhyun mencabut Penisnya dengan perlahan dari Vagina Yura, membuat Yura mendesah kecil saat pelepasan kontak fisik mereka. Dia menghela nafas, akhirnya dia bisa merasa lega sekarang. Baekhyun berguling dan pergi ke samping gadis itu. Baekhyun mengambil selimut dan dengan lembut menyelimuti tubuh Yura dan dirinya.
Yura bisa merasakan kedua tangan kokoh pria itu melingkari pinggulnya. Memeluknya dengan erat tak ingin melepaskannya. Seakan jika dia melonggarkan pelukkannya, dia akan pergi darinya.
Yura hanya diam dan memejamkan matanya pelan yang lama kelamaan semakin berat. Dia tak repot-repot memprotes apa yang dilakukan Baekhyun. Lagi pula tidak ada yang dapat dia lakukan selain menurut dan mengikuti apa yang pria itu lakukan.
Inilah kehidupan seorang Kim Yura. Yang terjebak dalam sangkar tak berujung dengan seorang pria yang terlalu mencintainya.
The Death Of The Heart >>>
Matahari bersinar dengan terang menandakan malam pergi tergantikan oleh pagi yang cerah. Sosok seorang gadis cantik masih tertidur dengan indah di samping seorang pria yang memeluknya dengan erat.
Gadis itu bergerak dengan gelisah dalam tidurnya saat merasakan sinar matahari mengenainya di balik gorden-gorden cantik yang menutupi jendela kamar mereka. Dengan perlahan gadis itu membuka matanya menyesuaikan cahaya yang masuk menembus penglihatannya.
Ruangan berwarna putih dan pastel langsung memenuhi pandangannya. Dia menggosok matanya perlahan dan menutup mulutnya saat kantuk yang menyengat menghampirinya.
Dia meringis kecil saat merasakan sakit di bagian alat vitalnya. Sudah lebih dari 12 tahun dia selalu merasakan sakit setelah bercinta saat bangun di pagi hari. Tapi dia selalu melupakan hal itu. Hal kecil tapi identik yang terjadi pada dirinya.
Yura mengalihkan pandangannya ke samping dan langsung menemukan sosok seorang pria yang bertelanjang di balik selimut yang sedang memeluknya.
Yura, nama gadis itu, hanya menatap pria itu datar dengan ekspresi yang sulit untuk dijelaskan. Dengan perlahan dia melepaskan pelukan pria itu darinya dan memiringkan tubuhnya ke samping. Membelakangi pria itu dengan punggungnya. Dia sedang tidak ingin menatap pria itu.
Yura bisa merasakan pergerakan kasur di belakangnya. Pria yang tidak lain adalah Baekhyun mengerang kecil dalam tidurnya. Yura terdiam saat merasakan tangan hangat membungkus perutnya pelan. Yura mencengkeram erat selimut di tangannya saat merasakan benda lunak dan basah menempel di tengkuknya.
Yura mengeratkan cengkeramannya dan menggigit bibirnya kuat. Dengan perlahan Baekhyun menggerakan bibirnya dan menjilat kecil di beberapa tempat membuat ‘Hickey’ tanda kepemilikkannya di sana.
Tiba-tiba saja suara dering telepon bergema di dalam ruangan itu menghentikan kegiatan pagi pria itu. Pria yang di belakang Yura menggeram dan beranjak dari tempatnya untuk meraih panggilan tersebut. Yura menghembuskan nafasnya lega.
“Halo.” Panggil Baekhyun saat menekan tombol berwarna hijau di layar Ponselnya. Yura hanya diam di tempatnya mendengarkan setiap perkataan yang keluar dari bibir pria itu tanpa ketinggalan sedikit pun. Yura tidak tahu apa yang di bahas Baekhyun dalam teleponnya. Pembicaraan mereka begitu absurd baginya dan sangat susah untuk dia pahami.
“Hm baiklah, aku mengerti.” Kata Baekhyun lalu mematikan panggilan teleponnya. Yura langsung memejamkan matanya berpura-pura untuk tidur saat Baekhyun beranjak dari tempatnya menuju kamar mandi. Tidak lama kemudian Baekhyun keluar dari sana dengan tubuh bersih hanya menggunakan handuk yang melilit pinggangnya.
Baekhyun pergi ke lemari, mencari pakaian yang akan dia gunakan dan memakainya ke tubuhnya. Yura tetap memejamkan matanya dan berusaha tetap tenang agar terlihat masih tertidur.
Jantung Yura berdetak cepat saat dia merasa Baekhyun mendatanginya. Baekhyun berjongkok di depan Yura dan menatap wajah cantik gadis itu. Dia memindahkan anak rambut yang menutupi wajahnya dan menyelipkan ke belakang telinga gadis itu. Baekhyun mencium kening Yura lembut sebelum pergi.
Yura membuka matanya pelan saat mendengar suara pintu tertutup di belakangnya. Dia menatap lurus ke depan tanpa emosi sedikit pun di wajahnya. Yura bangun dari tempatnya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket. Setelah selesai dia mengambil pakaian bersih di lemari dan memakaikannya di tubuhnya.
Yura pergi ke kasurnya dan kembali duduk di sana menyandarkan tubuhnya dengan nyaman. Dia hanya menatap lurus ke luar jendela dengan pandangan kosong.
Inilah kehidupan Kim Yura, wanita berusia 30 tahun yang menghabiskan 12 tahun lebih sisa hidupnya di kamar ini dengan sosok seorang pria bernama Byun Baekhyun.
Yura tidak pernah pergi dari tempat ini setelah hari itu. Ya, hari di mana membuatnya ketakutan. Mengingat semua kenangan itu membuat dirinya kehabisan nafas seakan tercekik di ujung kematian. Tubuh Yura bergetar hebat saat ingatan itu kembali menghantuinya. Dia memeluk tubuhnya erat berusaha menenangkan dirinya. Seorang diri.
Yura menggigit bibirnya keras untuk mengurangi getaran tubuhnya. Tapi usahanya sia-sia. Kenangan itu terus menghantuinya. Membuat jiwanya tertekan dalam kenangan yang menakutkan.
The Death Of The Heart >>>
Yura membuka matanya pelan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Dia meringis merasakan sakit yang luar biasa dari kepalanya. Yura mengangkat tangannya merasakan sesuatu di sana. Infus? Dia mengerutkan alisnya melihat itu.
Yura membuka matanya pelan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Dia meringis merasakan sakit yang luar biasa dari kepalanya. Yura mengangkat tangannya merasakan sesuatu di sana. Infus? Dia mengerutkan alisnya melihat itu.
“Kau sudah bangun?” Yura mengalihkan perhatiannya ke sumber suara. Baekhyun duduk di sampingnya dengan tatapan khawatir(?) di matanya. Yura mengabaikan tatapan pria itu dan berusaha memfokuskan pandangannya.
“Dimana aku?” Tanya Yura dengan suara serak.
“Dimana lagi? Tentu saja di kamarmu.”
‘Benar.’ Pikir Yura. Baekhyun tidak mungkin akan membiarkannya pergi dari penjara ini. Yura tak menjawab perkataan baekhyun dan hanya diam di tempatnya sambil memandang jarum infus yang bertengger di tangannya.
“Makanlah. Aku sudah membuatkan bubur untukmu.” Yura menghadap Baekhyun yang sangat perhatian padanya lalu mengalihkan pandangannya ke bubur yang ada di atas meja.
“Setelah selesai makan istirahatlah.” Yura tidak menjawab dan hanya menganggukkan kepalanya pelan. Ada kehangatan di dalam hatinya saat Baekhyun bersikap lembut padanya tak seperti hari-hari biasanya.
“Tapi setelah kau sembuh kita akan bercinta lagi.” Baekhyun mengangkat sudut bibirnya memberikan seringainya kepada gadis itu. Hati Yura jatuh saat mendengar perkataan Baekhyun. Baekhyun pergi tanpa peduli. Meninggalkan Yura sendirian dalam keheningan, kedinginan dan hati yang kosong.
“Bajingan…” Desisnya dengan suara bergetar. Setetes air mata jatuh dari kelopak matanya membasahi pipi indahnya yang pucat. Dengan tangan bergetar Yura melepaskan infus dari tangannya dan menjatuhkan infus itu membuat suara besi berdentang dengan keras di lantai.
Dia membuang mangkuk yang berisikan bubur di mejanya, membuat mangkuk itu pecah dan makanan itu berhamburan di seluruh lantai. Yura mencengkeram rambutnya merasakan tekanan yang luar biasa yang dia rasakan.
Dia tidak sanggup lagi. Rasanya dia lebih baik mati dari pada menjalani hidup seperti ini. Hidup tanpa kebebasan dan hanya digunakan sebagai alat sex pemuas hawa nafsu seorang pria yang tergila-gila padanya.
Yura mencengkeram erat rambutnya merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya. Dia menjerit keras merasakan kepalanya seperti di pukul dengan kayu berulang-ulang kali. Yura terus menjerit dengan keras sampai akhirnya dia kembali pingsan tak sadarkan diri.
The Death Of the Heart >>>
Yura membuka kedua matanya secara perlahan. Dia menutupnya kembali dan membukanya lagi. Dia menggerakkan matanya berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk di rentina matanya. Dia melihat sekeliling dan melihat ruangan yang dia tempati berwarna pink perpaduan pastel.
Dia membuka matanya lebar dan bangkit dari tidurnya. Dia melihat sekeliling merasakan perbedaan yang sangat mencolok di sekitarnya. Dia memegang rambutnya yang sekarang berwarna coklat bergelombang (sebelumnya lurus berwarna coklat).
Dia meletakkan kakinya di lantai secara perlahan dan berjalan menuju cermin di meja rias yang tidak jauh darinya. Dengan perlahan Yura berjalan ke cermin dan melihat pantulan dirinya. Dia terdiam. Yura mengangkat tangannya perlahan menuju wajahnya dan dengan lembut menyentuh wajahnya yang kencang dan bercahaya.
“A-apakah ini nyata?” Tanya entah kepada siapa. Dia memutar tubuhnya saat mendengar suara ribut dari lantai bawah. Dia berjalan sedikit tergesa-gesa untuk membuka pintu kamarnya dan berjalan ke lantai bawah menuju keributan berada. Dia melihat seorang wanita berkelapa 4 sedang mengambil pecahan kaca yang berada di lantai dan membersihkan sisa-sisa kaca di sana.
“Oh apakah aku membangunkanmu?” Wanita itu berbalik dan menatap Yura yang berdiri terpaku dengan pandangan bodohnya.
“Eomma?” Tanya Yura hati-hati dengan suara kecil.
“Ya ini Eomma. Kau kira siapa hm?” Tanya wanita berkepala 4 itu sambil menyiapkan bahan makanan untuk dia masak. Wanita tua itu tersentak saat tiba-tiba Yura berlari ke arahnya dan memeluk tubuhnya erat dari belakang.
“Astaga kau mengagetkanku,” Kata wanita itu dengan suara sedikit naik.
“waeyo? Kau baik-baik saja?” Tanya Eommanya khawatir. Yura menganggukkan kepalanya cepat.
“Aku baik-baik saja. Aku hanya… Merindukanmu.” Gumam Yura yang masih dapat didengar oleh Eommanya. Eommanya tertawa kecil mendengar perkataan Yura.
“Kau sangat lucu sayang. Bagaimana kau bisa merindukan Eomma saat kita bertemu setiap hari?” ucap Eommanya merasa geli. Yura mengangkat bahunya.
“Molla. Aku hanya merasa merindukanmu saat ini,” Kata Yura pelan.
“Ara ara.” Kata Eommanya sambil mengelus rambut Yura dengan sayang dan mencium kening putrinya itu.
“Cha, sekarang lepaskan Eomma. Eomma ingin memasak untuk sarapan kita hari ini. Dan kamu harus segera mandi jika tidak ingin terlambat pergi ke sekolah.” Perintah Eommanya dan langsung di respons oleh Yura sigap.
“Yes Ma’am!” Teriak Yura dan langsung melesat pergi ke kamarnya. Ms. Kim hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat kelakuan putrinya itu.
Setelah sarapan pagi dengan makanan yang sangat lesat bersama Eommanya, Yura langsung pergi ke Sekolahnya ‘Kyunggi High School’ di antar oleh sopir pribadinya.
Dia keluar dari mobil saat Mr. Kang membukakan pintu untuknya dan melesat ke sekolahnya. Sepanjang jalan semua murid menatapnya dengan pandangan yang beragam. Dari kagum, iri sampai terpesona murid-murid di sana memandangnya.
Yura hanya memandang lurus dengan wajah tegapnya. Dia tak peduli dengan semua pandangan dan perhatian yang tertuju padanya. Dia berjalan dengan santai menuju lokernya dan melihat sahabatnya Park Hye Jin sudah berada di sana. Yura membalas lambaian tangan Hye Jin dan mendekat ke arah gadis itu.
“Kau terlihat berbeda.” Kata Hye Jin saat Yura berada di dekatnya dan membuka loker miliknya.
“Benarkah? Aku merasa seperti biasanya.” Jawab Yura dan mengambil beberapa buku yang akan mereka pelajari.
“Tidak, kau sangat berbeda hari ini. Kau terlihat… Bahagia?” Kata Hye Jin tak terlalu yakin.
“Itu hanya perasaanmu,” Kata Yura acuh dan mengambil buku-buku di lokernya. Hye Jin hanya mengangkat bahunya menanggapi perkataan gadis itu. Hye Jin melebarkan matanya dan tersenyum saat melihat idol sekolah berjalan mendekati mereka.
“Hei lihatlah ke sana.” Yura mengerutkan alisnya saat Hye Jin menyikut tulang rusuknya dengan siku. Dia berbalik dan menghadap ke arah Hye Jin untuk berbicara tapi dia membeku saat melihat kelompok populer melewatinya. Salah satu yang tertinggi berada di tengah dan terlihat sangat menonjol dari yang lain.
Pipi Yura memerah sedikit saat melihat pria itu. Yura membeku saat pria itu mengalihkan pandangannya ke arahnya. Membuat mereka menatap satu sama lain cukup lama. Yura bisa melihat senyuman tipis dari bibir pria itu ke arahnya dan sedetik kemudian pria itu menatap lurus ke depan dengan wajah datarnya.
“Apa kau lihat itu? Dia menatapmu!” Hye Jin menjerit dengan suka cita saat Yura melakukan kontak mata dengan Chanyeol. Yura memutar matanya mendengar jeritan sahabatnya.
“Itu hanya kontak mata biasa Hye Jin,” ucap Yura acuh.
“Oh ayolah, aku tahu kau menyukainya. Kau tidak bisa membohongiku.” Yura hanya diam dan berjalan menuju kelasnya. Hye Jin benar. Yura merasa senang saat melakukan kontak mata dengan Chanyeol walaupun itu singkat.
Yura sudah tahu perasaannya kepada pria tinggi itu. Dia menyukai Chanyeol saat tanpa sengaja pria itu membawanya ke ruang UKS saat dirinya Pingsan karena bola Basket. Chanyeol merawatnya dan menunggunya di sana sampai dirinya bangun. Yura tahu Chanyeol melakukan itu karena merasa bersalah dan memiliki tanggung jawab yang besar untuk dirinya. Karena telah membuatnya pingsan. Tapi tetap saja Yura menyukai sikap dan perlakuan pria itu padanya. Dan saat itulah Yura mengetahui perasaannya pada Chanyeol dan mulai mengembangkan perasaannya padanya. Sampai sekarang.
Yura membuka bukunya saat Yoon Saem masuk ke kelas mereka dan mulai mengajar. Selembar kertas berwarna Pink jatuh dari bukunya. Yura mengambil kertas tersebut dan membacanya.
‘Aku mencintaimu.’ – B
Yura mengerutkan alisnya dalam dan mencengkeram erat kertas tersebut. Sudah sebulan lebih dia mendapatkan surat-surat cinta misteries dari inisial B. Awalnya dia merasa lucu dan manis melihat surat-surat tersebut atas pengakuan pria itu. Tapi lama kelamaan surat itu membuatnya tidak nyaman dan mengganggunya. Tapi yang paling penting adalah siapa pria ini?
“Apa itu?” Tanya Hye jin penasaran dengan alis terangkat. Yura mengalihkan perhatiannya kepada sahabatnya itu dan tersenyum.
“Bukan apa-apa hanya kertas biasa,” Jawab Yura sambil tersenyum. Dia melipat kertas itu jadi bola kecil di tangannya dan menyelipkannya di bawah mejanya.
The Death Of The Heart >>>
Pagi menjelang dengan sangat cepat. Yura dan Hye Jin pergi ke loker mereka yang pada dasarnya bersebelahan. Yura berhenti di depan lokernya dan membuka lokernya untuk melihat setangkai bunga mawar dan sebuah surat di sana.
“Penggemar rahasia lagi?” Yura hanya diam tak menanggapi perkataan Hye Jin. Yura mengambil bunga itu dan juga suratnya.
‘Kau sangat cantik. Aku suka senyummu.’– B
Yura mencengkeram erat kertas di tangannya. Dia mulai merasa tidak nyaman dengan surat-surat itu. Tapi dia menepisnya. Dia menaruh bunga itu di lokernya kembali dan memasuki surat itu ke dalam tasnya. Dia mulai memilih buku-bukunya dan mengambilnya dengan cepat.
Yura mengerutkan alisnya saat merasakan tangan Hye Jin menusuk pinggangnya. Dia berbalik untuk menghadap sahabatnya itu tapi terdiam saat melihat Chanyeol tepat berada di depannya. Chanyeol mengangkat sudut bibirnya tipis membuat Yura membeku seperti orang bodoh.
Hye Jin yang melihat ekspresi sahabatnya itu terkikik. Yura melotot ke arah Hye Jin dan menyikut rusuk gadis itu cukup keras membuat Hye Jin memekik tanpa suara dan melotot ke gadis itu.
“Hai.” Sapa Chanyeol masih dengan senyuman tipis di bibirnya.
“Em, hai,” Balas Yura dengan canggung tapi tersenyum cerah ke arahnya.
“Apa yang sedang kau lakukan?” Tanya Chanyeol basa basi.
“Menyiapkan buku? Kurasa,” Kata Yura tak terlalu yakin dengan jawabannya. Tapi tetap mempertahankan senyumannya. Chanyeol mengangguk mengerti.
“Bagaimana kabarmu?”
“Baik. Kau?” tanya Yura kembali.
“Baik seperti biasa.” Jawab Chanyeol dengan suara berat khasnya.
“Baiklah, aku akan kembali ke kelasku. Senang melihatmu Yura. Melihat kau lagi nanti.” Kata Chanyeol dan pergi dari hadapan Yura.
“Ya. Senang melihatmu juga.” Kata Yura dengan wajah berseri dan senyuman yang tak lepas dari dirinya.
“Aw!” Pekik Yura keras saat merasakan sakit di pinggangnya. Siapa lagi kalau buka Hye Jin pelakunya.
“Lihat itu siapa yang kau ajak bicara!” Pekik Hye Jin antusias.
“Aku tahu, ini Chanyeol.” Kata Yura dengan kesal tapi tergantikan dengan senyuman cerah miliknya.
“Kita harus merayakannya! Aku akan menginap di rumahmu dan membeli beberapa Soju!” Pekik Hye Jin. Yura hanya terkekeh mendengar perkataan Hye Jin.
“Dan jangan lupakan ayam goreng untuk makanannya!” Timpal Yura dan mulai berjalan ke kelas bersama-sama.
“Oh tenang saja, aku tidak akan melupakan makanan wajib itu,” Kata Hye Jin semangat. Tanpa mereka sadari, seorang pria melihat semua yang terjadi dari awal dan mendengar perkataan kedua gadis itu.
“Aku mencintaimu Yura. Kau milikku dan selamanya akan menjadi milikku.” Kata pria misterius itu dengan pandangan sedih. Tapi detik berikutnya ekspresi sedih pria itu tergantikan dengan seringai yang menghiasi bibirnya.
The Death Of The Heart >>>
Detik demi detik, menit demi menit. Jam berganti hari dan hari berganti Minggu. Sudah seminggu saat Yura pertama kali (kembali) berbicara dengan Chanyeol. Semenjak itu keduanya semakin dekat hari demi hari. Semua murid merasa penasaran dengan hubungan mereka karena kerap kali murid-murid memergoki mereka menatap satu sama lain atau hanya berbicara berdua. Ya, hanya berdua.
“Sebenarnya apa hubunganmu dengan Chanyeol?” Tanya seorang gadis yang tidak lain adalah Hye Jin. Yura menghela nafasnya berat mendengar pertanyaan itu lagi dari sahabatnya. Hari ini sudah ketiga kalinya Hye Jin bertanya tentang hubungannya dengan Chanyeol.
“Kau tahu, ini sudah ketiga kalinya kau bertanya,” Kata Yura dengan bosan dan sedikit kesal.
“Jawab saja.” Desak Hye Jin tak sabar.
“Aku hanya berteman dengannya. Bukankah aku sudah mengatakannya?”
“Tapi tatapan dan gerak tubuh kalian tidak mencerminkan pertemanan,” Hye Jin mencibir tapi detik berikutnya tersenyum penuh kemenangan saat melihat sahabatnya terdiam tak bergerak.
“Apapun,” Kata Yura tak peduli setelah mengembalikan pikirannya. Mereka berjalan menuju kelas mereka dengan beriringan.
“Kau harus mengatakannya,” Kata Hye Jin tiba-tiba saat keheningan menyelimuti mereka berdua.
“Mengatakan apa?”
“Perasaanmu.” Yura terdiam dan menghela nafasnya. Dia berusaha menenangkan dirinya dan terlihat sebiasa mungkin. Tapi di dalam dia sangat kacau saat ini terutama jantungnya yang berdetak sangat kencang.
“Tidak akan,” Jawab Yura akhirnya setelah cukup lama.
“Kenapa tidak?!” Pekik Hye Jin frustrasi.
“Kau tahu aku Jin-ah. Aku bukan gadis yang akan mengutarakan perasaanku pada seorang pria.”
“Aku tahu. Tapi apa salahnya kau mengaku duluan padanya?”
“Kau tidak mengerti. Bagimu mungkin tidak. Tapi bagiku itu salah.” Hye Jin hanya menghela nafasnya. Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi jika Yura memang berkata seperti itu.
“Baiklah, itu hakmu. Tapi jangan menyesal jika suatu hari dia pergi dengan gadis lain karena aku sudah memperingatkanmu.” Yura meneguk air ludahnya keras tapi dia mengangguk.
Yura memang mencintainya. Tapi egonya lebih besar dari rasa cintainya kepada Chanyeol. Dia tidak akan mengutarakan perasaannya ke seorang pria kecuali pria itu yang mengutarakan perasaannya lebih dulu. Karena itu adalah prinsip hidup Yura dari dulu dan sampai selamanya. Karena Yura akan mempertahankan prinsipnya. Oleh sebab itu, Yura akan melakukan apapun untuk mendapatkan hati Chanyeol dan membuat pria itu mengutarakan perasaannya kepadanya.
Mereka memasuki kelas dan duduk di bangku mereka dengan cepat saat melihat Lee Saem masuk. Semua murid terdiam dan memberikan perhatian mereka kepada wanita tua ya ng berusia sekitar 50-an itu.
“Baiklah semuanya. Hari ini kita kedatangan siswi baru transferan dari California. Kim Yura mungkin mengenalnya.” Yura sedikit tersentak dan terkejut saat Ms. Lee menyebutkan namanya. Semua murid menatap Yura saat nama gadis itu di panggil. Mereka penasaran siapa murid baru itu. Yura mengangkat alisnya tinggi merasa penasaran juga.
“Baiklah murid baru kau boleh masuk.” Siswi itu langsung melangkahkan kakinya ke kelas membuat semua murid membulatkan mata mereka karena Shock. Termasuk Yura di bangkunya. Semua murid mulai berbicara saat melihat sosok seorang gadis berambut pirang lurus dengan panjang sepinggang. Bukan karena penampilan ataupun rambut gadis itu yang membuat mereka shock. Tapi wajah siswi baru itu yang sangat mirip dengan Yura.
“Semuanya tolong tenang dan diam!” Semua murid langsung terdiam saat mendengar suara tegas Ms Lee.
“Perkenalkan dirimu ke teman-teman barumu.” Perintah Ms. Lee. Siswi baru itu mengangguk dan kembali menghadap kelas. Matanya tanpa sengaja bertemu dengan Yura yang masih shock di bangkunya. Dia mengangkat sudut bibirnya tipis melihat gadis malang itu.
“Halo, aku Kim Yoora siswi transferan dari ‘Diamond Ranch High School’ California,” Kata Yoora sambil menatap semua teman barunya.
“Baiklah. Adakah yang ingin bertanya?” Ada sekitar 17 orang yang mengangkat tangan. Ms. Lee yang melihat itu berkata…
“Aku akan menunjuk 3 dari kalian. Tae Hyun sik, kau dulu.” Tunjuk Ms. Lee. Murid-murid yang mengangkat tangan merasa kecewa.
“Apa kau sudah punya kekasih?” Semua orang yang mendengar pertanyaan pria itu tertawa kecil dan beberapa sweatdrop. Yoora yang mendengar itu tersenyum.
“Belum. Aku masih lajang,” Semua murid laki-laki mendesah lega.
“Kim Eun Bi.” Tunjuk Ms. Lee selanjutnya.
“Kau sangat mirip dengan Yura. Bukan hanya wajah tapi marga kalian sama. Apakah kalian kembar?” Tanya gadis itu penasaran.
“Tanpa aku beritahu kalian bisa menebaknya bukan. 98% kami terlihat mirip. Bukankah itu sudah menjawab pertanyaanmu? Warna dan model rambut berbeda tidak akan membuat kami menjadi orang lain. Bukankah begitu saudara kembarku?” Yoora tersenyum dengan senyuman misteries di bibirnya. Semua murid tersentak mengetahui fakta tersebut dari siswi baru itu sendiri. Sedangkan Yura hanya bisa membeku di tempat duduknya tanpa bisa berkata apa-apa. Dia masih terkejut dengan semua kejadian ini.
“Cho Hye Ra kau yang terakhir.” Kata Ms. Lee. Gadis itu mengangguk dan bertanya pada Yoora.
“Mengapa kau pindah dari sekolah lamamu?”
“Aku Siswi transferan. Alasan lain aku pindah karena aku ingin membuat seseorang menderita karena telah meninggalkan aku dan Appa dalam penderitaan. Jika aku tidak bisa membalaskan demdamku, aku akan membalaskannya kepada orang yang paling dia sayangi. Putri tercintanya,” Kata Yoora sambil menatap Yura di kalimat terakhirnya. Yura bisa merasakan racun di setiap kata yang keluar dari bibirnya.
Semua orang masih terdiam setelah perkataan terakhir gadis itu. Sampai akhirnya Ms. Lee menyuruh Yoora duduk di bangku kosong paling belakang. Yoora mengangguk dan pergi ke mejanya. Saat melewati bangku Yura. Mata mereka bertemu. Keduanya menatap dalam ke mata masing-masing. Termasuk Yoora yang menatap Yura dengan tajam dan benci di dalam matanya.
Mereka menghentikan kontak mata saat mendengar suara Ms. Lee berbicara. Yoora mempercepat langkahnya dan duduk di bangkunya dengan nyaman dan tenang seorang diri.
“Yura kau baik-baik saja?” Tanya Hye Jin saat melihat wajah gadis itu tidak seperti biasanya dan sedikit pucat.
“Aku baik-baik saja.” Jawab Yura dengan senyuman tipis di bibirnya.
“Kau yakin?” Yura mengangguk meyakinkan sahabatnya itu. Hye Jin kembali ke papan tulis saat melihat tanggapan sahabatnya.
Yura mencengkeram roknya erat berusaha menenangkan dirinya. Dia bisa merasakan tatapan tajam Yoora padanya. Yura menghembuskan nafasnya pelan berusaha menenangkan dirinya dan fokus ke Ms. Lee yang menerangkan pelajaran.
The Death Of The Heart >>>
Yura masuk ke toilet perempuan dan mencuci tangannya di sana. Dia menyiramkan wajahnya dan menepuk pipinya pelan. Dia terdiam dan melihat pantulan dirinya di dalam cermin. Saat ini penampilannya sangat kacau. Bukan hanya penampilannya, tapi pikirannya juga. Dia mendengar suara derap langkah kaki mendekat ke arahnya. Dia terdiam dan menunggu untuk melihat siapa orang itu.
Dia membeku saat melihat Yoora tepat di depannya sambil menyilangkan kedua tangannya di bawah dada. Dia bisa melihat senyuman tipis saudara kembarnya.
“Aku lupa untuk menyapamu tadi. Halo adik? Bagaimana kabarmu?” Yura tak menjawab. Dia hanya diam masih menatap mata gadis itu.
“Kau tidak ingin menyapa kakamu hm?” Yura bisa merasakan bulu di sekitar lehernya berdiri tegak. Yoora mendekat ke arah Yura dan menarik rambut gadis itu membuat Yura menjerit. Yura memegang tangan Yoora keras berusaha membuat gadis itu melepaskan tangannya dari rambutnya. Tapi Yoora tidak membiarkan itu. Dia semakin kuat mencengkeram rambut Yura membuat gadis itu meringis.
“Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku.” Desis Yura tajam dengan suara tegas.
“Jika aku tidak mau apa yang akan kau lakukan?” Tantang Yoora. Yura diam tak menjawab perkataan Yoora.
“Oh aku tahu. Kau akan berteriak meminta bantuan bukan?” Kata Yoora dengan smirk miliknya.
“Jika kau berani berteriak aku akan menghancurkan wajah cantikmu itu yang sayangnya mirip denganku.”
“Apa maumu?” Tanya Yura tak menanggapi perkataannya. Dia tidak ingin mencari gara-gara dengan saudara kembarnya.
“Mauku? Membuatmu menderita.” Yoora tersenyum puas dengan kata-katanya.
“Yoora kau tahu, kita bisa menyelesaikan masalah ini dengan berbicara tanpa meninggalkan luka diantara kita. Eomma dan Appa mungkin takkan suka melihat kita seperti in-“
“Berhenti omong kosong! Tidak ada yang perlu kita bicarakan! Jangan pernah menyebut nama Appa dari bibir kotormu itu! Kau tidak tahu apa yang aku dan Appa rasakan saat Eomma dan kau meninggalkan kami! Kau tidak tahu rasanya di tinggalkan oleh orang yang sangat berharga dan kau cintai saat kau berusia 5 tahun! Kau tidak tahu dan takkan pernah!” Teriak Yoora marah. Yura hanya bisa meringis mendengar teriakan Yoora dan cengkeraman Yoora semakin kuat di rambutnya.
“Aku mungkin tidak bisa menyentuh wanita yang meninggalkanku dan Appa. Tapi sebagai gantinya aku akan menyakitimu. Aku akan membuatmu merasakan sakit seperti apa yang aku rasa. Aku akan membuatmu menderita selama sisa hidupmu.” Yoora menyeringai. Yura tak menjawab dan hanya memegang tangan Yoora erat untuk mengurangi rasa sakitnya.
“Juga, aku akan mengambil pria yang kau sayangi.” Yura membeku dan membulatkan matanya saat mendengar perkataannya.
“Dia cukup tampan dan manis. Kurasa aku menyukainya.” Kata Yoora dengan seringai yang semakin lebar.
“Kau tidak bisa (memilikinya).”
“Oh ya? Menurutmu begitu?” Tanya Yoora dengan senyuman licik di bibirnya.
“Kita lihat saja nanti siapa yang akan mendapatkan hatinya. Lagi pula kalian belum berkencan bukan? Aku masih mempunyai kesempatan untuk mendapatkannya.” Kata Yoora penuh percaya diri. Yura semakin keras mencengkeram tangan Yoora yang mencengkeram rambutnya erat. Yoora mendekat ke telinga Yura dan berbisik di telinga gadis itu.
“Aku akan membuatmu merasakan bagaimana rasanya saat orang yang paling kau sayangi meninggalkanmu dari hidupmu, Selamanya.” Yura menahan dorongan air mata yang akan jatuh dari matanya. Yoora menarik dirinya untuk menatap saudara kembarnya dan tersenyum sebelum melepaskan cengkeramannya dari rambut indahnya. Yura mendesis merasakan kulit kepalanya begitu sakit seakan rambutnya akan lepas dari kepalanya. Yoora pergi dengan rasa puas meninggalkan Yura dengan perasaan sakit di hatinya.
The Death Of The Heart >>>
Yura memandang lurus ke depan. Tidak ada cahaya di dalam matanya saat ini. Hye Jin yang melihat itu begitu khawatir. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada Yura setelah dia pergi ke kamar kecil.
Perasaan Yura saat ini begitu buruk. Setelah pertemuan itu, Yura terus diam tak berbicara. Di tambah lagi dengan surat dari pria misterius yang kembali datang ke lokernya. Membuat perasaannya yang buruk semakin buruk.
“Hei, kau baik-baik saja?” Yura mengalihkan pandangannya ke arah sahabatnya. Dia tersenyum kecil dan mengangguk. Hye Jin memang bukan gadis pintar tapi dia tidak sebodoh itu. Dia bisa melihat rasa sakit di dalam mata Yura, bahwa gadis itu sedang tidak baik-baik saja. Tapi dia tidak akan bertanya lagi. Karena Hye Jin tahu sahabatnya tidak ingin membuatnya khawatir.
“Ingin ke kantin?”Ajak Hye Jin menunggu respons Yura. Yura terdiam sebentar dan mengangguk setelah yakin untuk pergi. Keduanya beranjak dan pergi ke kantin dengan beriringan.
Semua murid sudah tahu kebenaran tentang dirinya yang mempunyai saudara kembar. Banyak dari kelas lain akan pergi ke kelasnya untuk melihat sendiri ataupun bertanya langsung padanya. Berita menyebar dengan cepat seperti roket. Yura masih menjadi perhatian. Tapi semenjak saudara kembarnya hadir, perhatian orang-orang semakin besar padanya. Yura hanya diam tidak mempedulikan tatapan siswa lain kepadanya.
Yura bisa melihat saudara kembarnya di kelilingi oleh gadis-gadis populer lain di sekolah. Sejak kecil Yoora memang seorang gadis yang pandai bicara dan mudah bergaul. Jadi tidak heran Yoora dapat membuat teman dengan cepat.
Yoora membalas tatapan adiknya yang saat ini menatapnya. Yoora mengangkat sudut bibirnya ke arah adiknya itu. Yura tidak mempedulikan. Dia pergi ke arah kafetarian, memesan makanan dan minuman di sana. Setelah selesai memesan, Yura pergi bersama Hye Jin menuju meja kosong.
Saat melewati meja Yoora, tanpa sengaja Yura tersandung membuat dirinya terjatuh dan semua makanannya berhamburan di lantai. Semua orang terdiam di dalam kantin. Tidak ada yang bersuara karena terkejut atas kejadian itu. Tapi detik berikutnya suara bisik-bisik dan tawa terdengar di telinga Yura. Yura mengepalkan tangannya kuat berusaha menahan emosinya yang kapan saja akan meledak.
Yoora mengangkat sudut bibirnya kecil yang hanya bisa Yura lihat. Yoora sengaja mengulur kakinya saat Yura melewati mejanya. Semua orang di sana mungkin tidak tahu, tapi Yura tahu bahwa Yoora sengaja melakukannya untuk membuatnya jatuh.
“Yura kau baik-baik saja?” Tanya Hye Jin. Hye Jin memegang tangan sahabatnya itu dan membantunya berdiri.
“Aku baik-baik saja. Terima Kasih,” Kata Yura tulus.
“Kau baik-baik saja adik kecil? Kau harus lebih berhati-hati dan lihat ke mana kakimu melangkah,” Kata Yoora sedikit mengejek di suaranya. Teman-teman Yoora tertawa mendengar perkataan gadis itu. Yura tak menanggapi dan pergi bersama hye Jin.
“Aku akan membantu membersihkan pakaianmu.” Yura mengangguk dan mereka pergi dari sana ke kamar mandi perempuan.
The Death Of The Heart >>>
Yura berjalan dengan pelan menuju pagar sekolahnya untuk pulang. Dia berhenti di pinggir lapangan Basket saat matanya melihat sesuatu yang menarik baginya. Yura membeku melihat Chanyeol sedang berbicara dengan… Yoora.
Pria itu terlihat santai saat berbicara dengan saudara kembarnya. Beberapa kali Yura menangkap Chanyeol tersenyum ke arah Yoora. Dan Yoora yang sengaja menyentuh tangan Chanyeol. Chanyeol sama sekali tidak keberatan tentang hal itu. Yura mengepalkan tangannya erat. Pembuluh darahnya mendesir dengan keras dan cepat menuju wajahnya.
Yura tidak akan membiarkan Yoora menang. Yura yang pertama mengenal Chanyeol dan Yura juga yang pertama kali mencintainya. Jadi hanya Yura yang bisa memiliki Chanyeol. Ya hanya dia, hanya dia seorang.
“Aku tidak akan membiarkanmu menang Kim Yoora,” Desis Yura tajam. Yura menatap dalam dan tajam keduanya sebelum akhirnya berjalan pergi menuju rumahnya berada.
The Death Of The Heart >>>
Yura pergi ke kantin di mana meja Yoora dan teman-temannya berada. Yoora terdiam saat melihat Yura berdiri di meja mereka. Dia melihat adiknya itu dengan alis terangkat bertanya-tanya apa yang diinginkan gadis itu.
“Kita perlu bicara,” Kata Yura tegas.
“Tentu saudara kembarku.” Jawab Yoora dengan senyuman di bibirnya. Yura berusaha menekan emosinya untuk tidak menonjok wajah cantik kembarannya.
Mereka pergi bersama dalam diam dengan Yura memimpin jalan. Yoora melipat tangannya mengikuti ke mana kembarannya itu membawanya. Yura berhenti saat mereka sampai. Yura membawa gadis itu ke atap Sekolah mereka untuk berbicara empat mata dengan leluasa. Yura berbalik dan menatap saudara kembarnya itu. Yoora menunggu dengan sabar Yura untuk berbicara.
“Aku tidak ingin mengatakan ini. Tapi kau yang memintaku,” Kata Yura sambil menatap tajam Yoora dan melanjutkan perkataannya.
“Aku tidak akan membiarkanmu mendapatkan Chanyeol dengan mudah. Aku akan melawanmu dengan segenap kekuatanku kalau memang hanya itu yang bisa aku lakukan untuk mendapatkan Chanyeol. Aku tidak akan segan-segan melawanmu walaupun kau saudara kembarku sekalipun.” Yoora mengangkat sudut bibirnya mendengar itu.
“Kau harus sangat mencintainya sampai kau berani menantangku,” Kata Yoora tenang dengan senyuman di bibirnya.
“Baiklah, aku menerima tantanganmu. Siapkanlah tisu untuk merayakan kekalahanmu saudara,” Kata Yoora (lagi) dengan senyuman mengejek.
“Tidak akan. Karena akulah yang akan menang.” Kata Yura yakin.
“Kita lihat saja nanti.” Yoora pergi setelah memberikan smirk ke adiknya.
The Death Of The Heart >>>
Yura dan Yoora berusaha dengan sebaik mungkin untuk mendapatkan hati Chanyeol. Mereka bersaing dengan sangat ketat tak ada yang ingin mengalah sedikit pun diantara keduanya.
Yura dan Yoora berusaha dengan sebaik mungkin untuk mendapatkan hati Chanyeol. Mereka bersaing dengan sangat ketat tak ada yang ingin mengalah sedikit pun diantara keduanya.
Murid-murid Kyunggi High School pun sudah mengetahui hal ini. Kedua kembar itu berusaha dengan keras untuk merebutkan hati Idol sekolah mereka. Berita menyebar dengan cepat. Chanyeol yang diperebutkan juga mengetahui hal itu. Tapi dia tidak melakukan apa-apa dan hanya menikmati kedua gadis itu memperebutkannya dan berusaha memenangkan hatinya.
Yura membuka lokernya dan melihat sebuah kertas kembali terselip di dalam lokernya. Dengan ragu dia mengambil kertas tersebut. Terakhir kali dia membuka surat dari pria misterius berinisial B itu adalah 5 hari yang lalu saat isi surat itu adalah…
‘Kau membuatku terluka. Tapi aku masih mencintaimu. – B’
Ya itulah isi surat 5 hari yang lalu. Setelah melihat surat itu, Yura tidak pernah lagi membuka surat-surat yang masuk di lokernya. Dia akan langsung membuangnya tanpa membuka surat-surat itu. Dia merasa isi surat-surat itu terlalu berlebihan. Yura melihat sekali lagi surat di tangannya. Meyakinkan dirinya haruskah dia membuka surat itu atau tidak. Dengan yakin dan perlahan, Yura membuka surat itu.
‘Kau membuatku sedih karena tidak membaca suratku. Tapi aku masih mencintaimu. Aku melihatmu setiap saat hanya untuk menontonmu berusaha mendapatkan perhatian pria lain. Tapi aku masih tetap mencintaimu.
Aku selalu berada di sekitarmu dan melihatmu sepanjang waktu. Aku tidak bisa berhenti untuk melihatmu sejak pertama kali kau ‘membantuku.’ Aku suka melihatmu tersenyum dan tertawa lepas. Senyumanmu begitu indah. Membuat hatiku bergetar hanya dengan senyumanmu. Kau sangat cantik Kim Yura. Aku tidak bisa berhenti untuk melihatmu sedetik saja. Aku tidak bisa.
Kau tidak pernah melihatku ataupun menyadari keberadaanku. Tapi aku tidak keberetan sedikitpun akan hal itu. karena aku mencintaimu Kim Yura. Sangat-sangat mencintaimu. Aku berjanji akan menemuimu. Saat itulah kita akan bersama. – B ’
Aku selalu berada di sekitarmu dan melihatmu sepanjang waktu. Aku tidak bisa berhenti untuk melihatmu sejak pertama kali kau ‘membantuku.’ Aku suka melihatmu tersenyum dan tertawa lepas. Senyumanmu begitu indah. Membuat hatiku bergetar hanya dengan senyumanmu. Kau sangat cantik Kim Yura. Aku tidak bisa berhenti untuk melihatmu sedetik saja. Aku tidak bisa.
Kau tidak pernah melihatku ataupun menyadari keberadaanku. Tapi aku tidak keberetan sedikitpun akan hal itu. karena aku mencintaimu Kim Yura. Sangat-sangat mencintaimu. Aku berjanji akan menemuimu. Saat itulah kita akan bersama. – B ’
Yura menjatuhkan surat itu dari tangannya. Tangannya bergetar hebat setelah membaca surat itu. Dia melihat ke sekelilingnya untuk mencari keberadaan pria itu tapi tidak ada satu orangpun di sekitarnya. Lorong tempatnya saat ini hanya… Kosong.
“Ini sudah keterlaluan!” Yura merobek surat itu ke potongan terkecil sampai dia yakin tidak akan ada satu orangpun yang bisa memperbaiki kertas itu. Yura menatap sekelilingnya sekali lagi untuk melihat keadaanya sebelum pergi dari sana.
“Sangat menyakitkan melihatmu merobek Suratku. Tapi aku tetap mencintaimu Yura. Takkan pernah berubah.”
The Death Of The Heart >>>
Yura mencari ponselnya saat mendengar suara dering Ponsel bergema di kamarnya. Dia melihat penelepon dan itu hanya nomor baru. Yura menatap lama ponselnya sebelum dia mengangkat panggilan tersebut.
“Halo.” Hening, tidak ada suara dari seberang sana.
“Halo?” Panggilnya sekali lagi. Yura mengerutkan alisnya saat tiba-tiba panggilan terputus.
“Dari siapa?” Tanya Hye Jin penasaran tapi tidak mengalihkan pandangannya dari ponselnya.
“Aku tidak tahu. Mungkin salah sambung.” Hye Jin mengangguk dan tetap fokus memainkan ponselnya.
The Death Of The Heart >>>
Yura berjalan sendirian menuju gerbang sekolah melalui lorong Sekolah. Dia berhenti dan membeku saat melihat sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya tepat berada di depannya. Satu air mata meluncur ke pipinya saat melihat Chanyeol pria yang dia cintai berciuman dengan saudara kembarnya.
Chanyeol menekan tubuh Yoora ke loker dengan Yoora memeluk leher Chanyeol dengan erat. Yura menggeleng kepalanya keras dan mundur dengan teratur. Dia memutar tubuhnya dan berlari sekuat tenaga menuju rumahnya.
Sekeras apapun Yura meyakinkan dirinya bahwa apa yang dia lihat adalah salah, otaknya terus mengatakan tidak. Bahwa apa yang dia lihat adalah benar. Yura berlari dengan kencang menuju rumahnya, tidak memedulikan orang-orang yang melihatnya dengan pandangan aneh.
Terdengar suara guntur dari langit diikuti petir yang menyambar. Orang-orang di sekitarnya terkejut karena ledakan dan kilat itu. Tiba-tiba saja hujan turun membasahi bumi. Semua orang berlari untuk menyelamati diri mereka dari serangan hujan. Yura tetap berlari dan tidak peduli dengan hujan yang sekarang ini membasahi seluruh tubuhnya.
Yura tersandung kakinya sendiri dan terjatuh ke tanah membuat lututnya terluka. Darah keluar cukup deras mengalir bersama air hujan menggenangi tanah. Yura menjatuhkan krystal bening dari matanya bercampur menjadi satu dengan air hujan. Luka di lututnya tidak terasa sakit baginya dibandingkan luka di dalam hatinya.
Yura menangis dalam diam dengan tubuh bergetar. Dia hanya ingin menangis dan terus menangis bersama hujan. Hatinya terluka tapi tidak berdarah dan itu lebih sakit dari luka di lututnya.
“M-mengapa bukan aku…” Tubuhnya bergetar saat mengatakan itu.
“Mengapa Yoora? Mengapa harus dia!” Teriak Yura marah melampiaskan perasaannya.
“Aku mencintai Chanyeol, mengapa tidak aku…” Yura terus menangis mengeluarkan semua apa yang dia rasakan.
“Mengapa dia? Mengapa?” Kata Yura pelan sambil tersedu-sedu.
“Jangan menangis,” Kata seorang pria jauh dari tempat Yura, melihat gadis itu dari kejauhan.
“Hatiku sakit saat melihatmu menangis.” Kata pria itu dengan wajah yang sangat sulit dijelaskan.
“Aku akan membuat orang-orang yang melukaimu menderita. Jadi kumohon jangan menangis Kim Yura.”
The Death Of The Heart >>>
Berita menyebar dengan sangat cepat. Semua murid sudah mengetahui Chanyeol dan Yoora telah berkencan. Semua murid membahas kedua pasangan itu terus menerus tanpa henti. Beberapa pria merasa iri dengan Chanyeol dan gadis-gadis merasa cemburu pada Yoora yang telah menaklukan hati pangeran di sekolah mereka. Tapi ada banyak juga yang mengucapkan selamat kepada kedua pasangan baru itu.
Berita menyebar dengan sangat cepat. Semua murid sudah mengetahui Chanyeol dan Yoora telah berkencan. Semua murid membahas kedua pasangan itu terus menerus tanpa henti. Beberapa pria merasa iri dengan Chanyeol dan gadis-gadis merasa cemburu pada Yoora yang telah menaklukan hati pangeran di sekolah mereka. Tapi ada banyak juga yang mengucapkan selamat kepada kedua pasangan baru itu.
Di sisi lain murid-murid juga membicarakan Yura. Semua murid tahu Yura dan Chanyeol pernah dekat dan digosipkan menjalin sebuah hubungan. Tapi semua itu hanya seperti angin yang berlalu tanpa bukti dari kedua orang tersebut.
Semua murid merasa kasihan kepada Yura. Mereka semua tahu tentang persaingan Yura dan kembarannya untuk mendapatkan Chanyeol. Tapi pada akhirnya Yoora lah yang memenangkan hatinya. Siswi transferan dari California dan bukannya Yura. Mereka merasa kasihan kepada Yura karena harus mengetahui kembarannya sendirilah yang akhirnya mendapatkan hati pujaan Sekolah tersebut.
“Kau baik-baik saja?” Tanya Hye Jin prihatin. Yura tersenyum kecil kepada sahabatnya.
“Aku baik-baik saja.” Hye Jin tidak yakin tapi mengangguk. Yura kembali melihat papan tulis dan mendengarkan Mr. Choi menerangkan pelajaran Sejarah. Bohong, Yura saat ini tidaklah baik-baik saja. Hatinya begitu sakit. Sangat sakit. Membuatnya ingin mati dalam tidur yang panjang dan takkan pernah bangun kembali. Jika bisa dia ingin pergi sejauh mungkin dari mereka. Sampai tidak ada satu orangpun yang dapat menemukannya.
Yura bisa merasakan tatapan Yoora di punggungnya seakan mengejek keadaannya saat ini. Yura mencengkeram tangannya erat menahan emosinya yang kapan saja akan meledak seperti Bom nuklir.
Pelajaran akhirnya berakhir. Semua murid pergi ke kantin untuk mengisi kekosongan perut mereka. Sepanjang jalan semua orang menatap Yura dengan pandangan kasihan ke arah gadis itu. Yura menundukkan kepalanya tak ingin melihat orang-orang di sana.
“Abaikan mereka.” Yura mengangkat kepalanya dan menatap sahabatnya. Yura bersyukur masih mempunyai sahabat yang mengerti tentang dirinya dan selalu hadir untuknya di saat dia membutuhkan topangan.
Yura mengangkat bibirnya untuk tersenyum dan mengangguk. Mereka terus berjalan ke kantin dan memesan makanan untuk mengisi kekosongan perut mereka.
The Death Of The Heart >>>
Yura membolak balikkan tubuhnya dengan gelisah. Sudah hampir tengah malam tepatnya jam 23.00 KST. Tapi dirinya belum bisa tidur sejak tadi. Dia merasakan perasaan yang tidak nyaman menggerogoti tubuhnya. Dia berusaha mengabaikan perasaan itu tapi tetap tidak bisa.
Yura membolak balikkan tubuhnya dengan gelisah. Sudah hampir tengah malam tepatnya jam 23.00 KST. Tapi dirinya belum bisa tidur sejak tadi. Dia merasakan perasaan yang tidak nyaman menggerogoti tubuhnya. Dia berusaha mengabaikan perasaan itu tapi tetap tidak bisa.
Yura bangkit dari tidurnya dan duduk. Dia menyandarkan tubuhnya ke kepala kasur dan berusaha untuk santai. Tiba-tiba saja Telepon rumah yang berada di kamarnya berbunyi. Yura menghadap telepon itu dan mengerutkan alisnya.
‘Siapa yang menelepon di tengah malam seperti ini?’ Pikirnya.
Dengan hati-hati dan perlahan, Yura berjalan ke arah telepon. Yura berhenti merasa ragu untuk mengangkat telepon tersebut. Telepon itu masih berdering keras menunggu Yura untuk mengangkatnya. Yura menghela nafasnya panjang dan mengambil ganggang telepon memutuskan mengangkat telepon tersebut.
Yura menunggu seseorang di seberang sana untuk berbicara tapi tak ada yang berbicara. Yang terdengar hanya suara deru nafasnya dan penelepon yang saling beradu.
“Halo…” Kata Yura akhirnya berbicara duluan dengan suara kecil.
“Halo.” Yura menggigil saat mendengar suara berat dan serak pria di balik telepon tersebut.
“Maaf, tapi kau siapa?” Tanya Yura berusaha membuat suaranya terdengar biasa.
“Untuk saat ini kau tidak perlu tahu siapa diriku. Yang harus kau tahu adalah bahwa aku mencintaimu, Kim Yura.” Yura menggigil dan bulu kuduknya berdiri tegak mendengar perkataan pria itu.
“Bagaimana kau tahu namaku?” Tanya Yura dengan suara bergetar. Sekarang dia mulai takut dengan penelepon tersebut. Dia ingin menutup panggilan itu tapi otaknya mengatakan tidak dan ingin mendengar apa yang pria itu katakan selanjutnya.
“Aku selalu tahu tentangmu Yura. Dimana kau berada, sedang apa kau saat ini, aku selalu tahu.” Yura membeku dan membulatkan matanya saat menyadari itu.
“K-kau Mr. B?” Tanya Yura tak percaya. Yura bisa mendengar tawa pria itu dibalik teleponnya.
“Aku senang kau akhirnya mengetahuiku Yura.”
“Apa maumu? Dan siapa kau sebenarnya?” Kata Yura tegas. Yura menggengam telepon rumahnya erat berusaha menenangkan dirinya.
“Sebentar lagi, kita akan bertemu. Kau akan tahu siapa aku sebenarnya. Aku menginginkanmu. Hatimu, jiwamu dan tubuhmu.” Kata pria itu dengan seringai.
“Kau benar-benar gila!” Teriak Yura tak habis pikir dengan pria itu.
“Ya, aku memang gila Yura. Gila karenamu.” Yura menyernyit mendengar perkataan pria itu merasa jijik dan takut di waktu yang bersamaan.
“Kau benar-benar sakit.” Kata Yura lagi mulai terdengar tenang tapi hatinya masih berdetak dengan sangat cepat. Mr. B tak menanggapi perkataan Yura dan melanjutkan perkataannya.
“Aku tidak peduli apa yang kau katakan. Aku menelponmu karena aku ingin memberikan kejutan kepadamu.” Yura menggenggam erat teleponnya merasakan perasaan yang tidak enak di dalam hatinya.
“Pergilah ke Galleria Foret Apartemen nomor 217.” Kata pria itu tenang dengan suara dalam.
“Ada apa di sana?”
“Datanglah dan akan aku pastikan kau tidak akan menyesal.” Kata pria itu lalu menutup teleponnya. Yura terdiam dengan wajah yang sulit untuk dijelaskan. Dia menaruh telepon rumahnya kembali ke tempatnya. Dia berpikir dengan keras dalam diamnnya.
‘Haruskah aku pergi?’ Pikirnya. Yura menggelengkan kepalanya tidak akan pergi ke tempat pria itu katakan. Yura berjalan menuju kasurnya tapi berhenti. ‘Tapi bagaimana jika sesuatu terjadi di Apartemen itu?’ Pikirnya lagi. Yura menggigit kuku jarinya berpikir keras apakah dia harus pergi atau tetap tinggal.
Yura berjalan menjuju lemari pakaian dan mengganti pakainnya. Dia telah memutuskan untuk pergi dan yakin dengan keputusannya. Yura berjalan cepat dan mencegat taksi untuk membawanya ke alamat di mana pria itu menyuruhnya pergi. Tidak lama Yura akhirnya sampai. Dia membayar dan langsung pergi dengan cepat ke Apartemen tersebut.
Yura naik ke dalam lift dan menekan angka 21 di mana kamar apartemen itu berada. Yura menggigit kuku jarinya dengan gelisah. Lift terbuka dan Yura langsung pergi menuju apartemen tersebut. Yura berhenti tepat di depan kamar Apartemen dan terdiam di tempatnya sejenak.
Dia membuka pintu apartemen dengan perlahan yang tidak terkunci. Yura melihat ke sekeliling ruangan. Apartemen itu begitu gelap. Yura berdiri di sana dan ragu apakah dia harus masuk atau tidak. Dia berjalan dengan pelan meyakinkan dirinya untuk masuk. Dia mencari saklar dan menekannya. Yura terpaku dan detik berikutnya dia menjerit ketakutan saat melihat Chanyeol dan Yoora tak bernyawa di hadapannya.
Yura menutup mulutnya yang bergetar melihat kedua orang itu. Posisi Chanyeol saat ini sedang duduk di sofa dengan kepalanya berada di tangannya sendiri terlepas dari tubuhnya. Sedangkan saudara kembarnya mati dengan tergantung di Apartemen itu.
Air mata jatuh membasahi pipinya yang pucat. Tubuhnya bergetar hebat tak bisa dia kendalikan. Dia mengalihkan perhatiannya ke dinding. Sebuah tulisan tercetak sangat jelas dengan darah sebagai tintanya.
Aku melakukan ini untukmu. Apa kau senang? – B
Yura merasa ngeri membaca tulisan di dinding tersebut. Dia mundur secara teratur lalu berlari meninggalkan Apartemen itu cepat dengan perasaan takut di tubuhnya. Dia mencegat taksi dan menyuruh sopir untuk pergi ke alamat yang telah dia berikan. Rumah Hye Jin.
Dia perlu seseorang untuk menenangkannya setelah melihat insiden tersebut. Dan Hye Jin adalah orang pertama yang dia pikirkan. Yura akan memberitahukan sahabatnya tentang semua yang dia lihat. Dia tidak bisa menyimpan ini sendirian. Dia sangat ketakutan dan dia perlu seseorang untuk menenangkannya.
Yura menyerahkan uangnya dan langsung keluar dari taksi. Yura terdiam saat melihat semua orang berkeliling di rumah Hye Jin. Dan ada garis polisi di sana. Jantung Yura mulai berdetak cepat dan kencang merasakan hal yang buruk telah terjadi di sana.
Yura berlari dan masuk ke garis polisi membuat para polisi berteriak padanya. Yura tak peduli dan tetap masuk. Dia pergi ke kamar sahabatnya yang ada di lantai dua dan membuka kamar tersebut. Dia membeku saat melihat Hye Jin tak sadarkan diri di bangku belajarnya dengan darah menetes dari perutnya.
Sebuah pisau telah tertancap di perut gadis itu. Yura terhuyung ke belakang melihat itu. Sahabatnya telah pergi.
Untukmu – B
Tulisan di dinding kamar Hye Jin. Yura mundur dan berlari dari sana secepat yang dia bisa. Tidak peduli pada para polisi yang berteriak ke arahnya dan orang-orang yang menggerutu padanya karena tak melihat langkahnya. Dia menabrak semua orang yang ada di depannya.
Yura memanggil taksi dan pergi dari sana dengan tubuh bergetar ketakutan. Dia memberi alamat ke sopir taksi untuk membawanya ke rumahnya. Satu air mata kembali lolos dari mata indah Yura. Dia menutup bibirnya yang bergetar. Dia merasa terpukul atas kematian sahabatnya.
Dia tidak tahu tujuan pria itu membunuh Yoora, Chanyeol bahkan sahabat terbaiknya sendiri. Tiba-tiba saja taksi itu berhenti. Yura mengerutkan alisnya melihat jalanan begitu macet dan semua mobil berhenti di tengah malam seperti ini.
“Apa yang terjadi?” Tanya Yura cemas kepada Sopir taksi.
“Maaf Miss. Sepertinya ada kecelakaan di sana.”
“Aku akan turun di sini.” Kata Yura saat melihat tempatnya. Dia hanya perlu berjalan 5 menit dari sini ke rumahnya. Dia menyerahkan uangnya ke Sopir itu dan keluar. Dia berjalan dengan rasa cemas dan ketakutan. Dia melihat sekelilingnya merasa tidak aman. Walau pun jalanan sangat ramai semua itu tidak akan menjamin keselamatannya.
Matanya tertuju pada kecelakaan yang tidak jauh darinya. Mobil Maybach Landaulet seharga US$ 1,2 juta (Rp. 12,3 miliar) hancur di bagian depannya bertabrakan dengan sebuah truk angkutan barang.
Yura merasa penasaran dan mendekat ke arah kecelakaan tersebut. Dia menyipitkan matanya dan melihat ke dalam mobil. Tubuhnya bergetar saat melihat seorang pria dan wanita berumur 40-an mati tak bergerak di sana.
“A-appa? (Ayah)” Kata Yura dengan suara kecil. Dia seakan tak percaya melihat itu dengan mata kepalanya sendiri. Dia mengalihkan pandangannya ke wanita di sebelah Appa kandungnya. Dia tak mengenal wanita itu. Dia mengalihkan pandangannya ke sebuah kertas yang terselip di bawah mobil. Dengan tangan bergetar Yura mengambil kertas itu dan membacanya.
Aku melakukannya untumu Yura. Aku mencintaimu – B
Yura menjatuhkan kertas itu dengan tubuh bergetar. Dia berbalik dan pergi dengan berlari menuju rumahnya dengan perasaan takut menggerogoti tubuhnya.
Yura menjatuhkan kertas itu dengan tubuh bergetar. Dia berbalik dan pergi dengan berlari menuju rumahnya dengan perasaan takut menggerogoti tubuhnya.
Jantungnya berdetak cepat dan pembuluh darahnya mendesir dengan deras ke seluruh tubuhnya. Dia ingin pergi. Sejauh-jauhnya dari pria misterius tersebut. Dia begitu takut, sangat takut seakan ingin membuatnya mati.
Yura membuka pintu rumahnya yang begitu besar dan masuk ke sana. Dia berhenti dan terdiam saat rumahnya begitu gelap dan.. sepi.
“Eomma…” Panggil Yura pelan. Tiba-tiba sebuah pikiran terlintas di dalam otaknya. Dia menggeleng dengan pikiran mengerikan yang hinggap di kepalanya.
“Tidak…” Yura berlari ke kamar Eommanya dengan tergesa-gesa untuk meyakinkannya bahwa pikirannya salah dan semua itu hanya perasaannya semata. Yura membuka kamar Eommanya keras dan melihat ke seluruh ruangan.
Yura membeku dan air mata meluncur dengan bebas dari matanya. Yura terjatuh tak berdaya tak bisa menopang berat tubuhnya lagi. Dia mengangkat tangannya pelan dengan tangan bergetar ke mulutnya. Berusaha menghentikan jeritannya yang akan keluar.
“Eomma…” Kata Yura dengan suara bergetar.
“EOMMA!” Teriak Yura tak bisa mengendalikan dirinya. Yura menangis dan menjerit dengan keras dengan semua apa yang dia lihat hari ini. Dia tidak bisa menerima dan mempercayainya. Dia tidak bisa.
“Mengapa…” Kata Yura dengan suara bergetar tak jelas.
“Mengapa ini terjadi padaku… Mengapa?” Kata Yura dengan tangisnya.
Yura berhenti menangis saat mendengar langkah kaki mendekat. Dia mendongak dan melihat siluet seorang pria berdiri tidak jauh darinya. Dia menyipitkan matanya untuk melihat siapa pria itu dan dia membeku saat melihat pria itu yang tidak lain dan bukan adalah…
“B-baekhyun?” Baekhyun hanya memberikan senyumannya kepada Yura dan menatap gadis yang dia cintai itu dalam.
“Mengapa kau di sini?” Tanya Yura. Tiba-tiba saja semua ini menjadi jelas. Surat, bunga, panggilan, dan pria berinisial B.
“K-kau…”
“Ya, akulah orangnya yang melakukan semua ini.” Kata Baekhyun dengan senyuman tidak merasa bersalah.
“Mengapa… Mengapa kau membunuh mereka? MENGAPA?!” Teriak Yura sudah tidak bisa menekan emosinya lagi.
“Aku melakukan ini untukmu. Karena aku mencintaimu Yura.”
“Kau gila. Kau benar-benar sakit. Jika kau mencintaiku, kau tidak akan melakukan semua ini kepadaku!”
“Aku mempunyai caraku sendiri untuk menunjukkan perasaanku padamu.” Yura tidak habis pikir dengan Baekhyun. Pria kutu buku yang pendiam di sekolahnya tega membunuh orang lain termasuk sahabat baiknya dan orang tuanya.
Yura mundur dengan takut saat Baekhyun mendekat padanya. Baekhyun berjongok dan memegang dagu Yura lembut untuk menatapnya. Yura menatap Baekhyun dengan mata ketakutan.
“Tidak akan ada lagi orang lain yang mengganggu kau dan aku. Setelah ini kita akan hidup dengan tenang dan bahagia tanpa ada orang lain yang mengetahui kita. Hanya kita berdua. Kau dan aku Kim Yura.” Baekhyun mengangkat sudut bibirnya.
Yura membuka matanya lebar dan terbangun dari tidurnya. Dia mengeluar masukkan nafasnya yang memburu dengan cepat. keringat memenuhi dahi dan lehernya.
“Itu hanya… Mimpi.” Gumamnya pelan. Yura memejamkan matanya erat berusaha menenangkan tubuh dan pikirannya.
Setelah lebih dari 12 tahun dia kembali mengingat kejadian mengerikan di dalam hidupnya. Tubuhnya bergetar mengingat semua adegan tiap adegan yang terputar di dalam otaknya dengan sangat jelas. Kenangan itu tidak pernah hilang dari pikirannya.
Yura mengeluarkan air mata dan menangis dalam diam. Semua kejadian itu membuat jiwanya tertekan. Dia sangat takut. Takut sekali.
“Aku tidak sanggup lagi.” Yura duduk dari tidurnya dan berdiri. Yura membuka laci dan menemukan sebuah pistol di sana. Dengan tangan bergetar dia meraih pistol itu dan menggenggamnya.
“Apa yang kau lakukan?” Yura memutar tubuhnya ke arah Baekhyun yang berdiri di depan pintu dengan rahang mengeras. Tubuh Yura bergetar. Dia menggenggam pistol itu erat di tangannya.
“A-aku…”
“Aku tanya apa yang kau lakukan?!” Teriak Baekhyun marah.
“Jangan mendekat!” Ancam Yura saat Baekhyun berjalan ke arahnya.
“Jika kau mendekat aku akan menembakkan pistol ini ke kepalaku.” Baekhyun membeku. Dia tidak bergerak seinci pun mendengar perkataan gadis itu. Dia tidak ingin mengambil risiko Yura menembak kepalanya.
“Yura turunkan Pistol itu.” Kata Baekhyun lembut berusaha menenangkan Yura.
“Tidak!” Kata Yura tegas.
“Sudah cukup aku menjalani hidup lebih dari 12 tahun di tempat terkutuk ini. Dan aku ingin mengakhirinya.”
“Jangan bermain-main Kim Yura!” Teriak Baekhyun marah mendengar perkataan gadis itu. Yura tertawa dengan tawa mengerikan.
“Kau kira aku sedang bermain? Kau salah Byun Baekhyun.” Untuk pertama kalinya setelah pembunuhan itu Yura menyebutkan nama Baekhyun dengan lengkap.
“Aku sudah tidak sanggup menjalani hidup seperti ini. Aku muak, aku lelah…” Baekhyun diam, dia hanya mendengarkan gadis itu berbicara.
“Aku tidak bisa hidup denganmu lagi Baekhyun…” Kata Yura dengan sedih. Suaranya bergetar dan air mata jatuh ke pipinya.
“Aku akan mengakhiri hidupku.” Yura mematikkan Pistolnya bersiap untuk menempak kepalanya.
“Jangan lakukan itu Yura. Kita bisa membicarakan hal ini bersama-sama.” Kata Baekhyun putus asa. Dia tidak bisa kehilangan gadis itu. Dia terlalu mencintainya. Yura menggelengkan kepalanya.
“Sudah terlambat Baekhyun.” Kata Yura pelan. Dia tersenyum manis untuk pertama kalinya kepada Baekhyun.
“Selamat tinggal. Aku juga mencintaimu…”
DOR!!!
“TIDAK!”
Tubuh Yura terjatuh lemas tak berdaya di lantai dengan kepala bolong karena tembakkan tersebut. Baekhyun terjatuh dari tempatnya menyaksikan gadis yang dia cintai dengan segenap hatinya mati di depan mata kepalanya sendiri.
“Mengapa… Mengapa kau menembak dirimu Yura?” Kata Baekhyun dengan pilu. Air mata jatuh dengan perlahan menetes ke pipinya. Baekhyun menangis tak kuasa melihat tubuh tak bernyawa Yura. Baekhyun berdiri dan berjalan ke gadis pujaannya. Genangan darah terbentuk di sekitar tubuh indah Yura.
Dengan perlahan Baekhyun merengkuh tubuh Yura dan memeluknya erat tak ingin melepaskan tubuh gadis itu. Baekhyun menangis keras merasa kehilangan satu-satunya orang yang paling dia sayangi. Baekhyun mencium kening gadis itu lembut.
“Aku mencintaimu Yura. Sangat-sangat mencintaimu.” Dia memeluk tubuh Yura erat tak ingin melepaskan tubuh rapuh gadis itu dari pelukannya.
Setelah beberapa menit seperti berjam-jam lamanya, Baekhyun berhenti menangis. Dia menatap lurus dengan pandangan kosong. Baekhyun kembali mengecup kening Yura lembut sebelum dengan perlahan melepaskan pelukkannya dan meletakkan tubuh tak bernyawa Yura di lantai. Dia mengambil pistol di lantai dengan perlahan.
“Jika kau mati tidak akan ada artinya aku hidup. Aku akan menyusulmu Yura. Kita akan bersama-sama dan hidup dengan bahagia. Tidak akan ada yang dapat memisahkan kita,” Kata Baekhyun tersenyum bahagia sambil menatap tubuh tak bernyawa Yura.
“Aku mencintaimu Kim Yura dan takkan pernah berubah.” Dan dengan itu Baekhyun menembakkan dirinya sendiri tepat di kepalanya.
DOR! Tubuh Baekhyun jatuh tepat di samping Yura.
Perbuatan Baekhyun memang salah, tapi apa yang berhubungan dengan cinta membuat orang-orang yang terlihat baik akan melakukan apapun untuk cinta mereka. Termasuk Baekhyun seorang pria kutu buku (dulu) yang melakukan apapun untuk gadis tercintanya, Kim Yura.
TAMAT
No comments :
Post a Comment