Note: part end ini ‘lumayan panjang’ ati-ati bikin ngantuk
pengennya di bagi dua tapi setelah dipikir ulang kayaknya rada ribet ok.. cuss happy reading typo nyempil…
Part 14 End~
“Tidak melulu soal cinta tapi ini juga tentang impian, harapan, dan masa depan…”
***
Sebuah mobil Hyundai putih meluncur bebas di jalan kota Seoul yang tidak terlalu padat. Sudah lewat dari jam kemacetan itu berarti sebuah hal yang patut disyukuri karena terhindar dari bisingnya klakson mobil yang saling bersahutan.
“Paman Ahn, apa kita tidak akan terlambat?”
Soojin bertanya dari belakang. Dia duduk di bangku belakang sementara Paman Ahn yang tak lain sekretaris kepercayaan ayahnya duduk disamping kemudi. Mereka tengah menuju ke sebuah restoran bukan untuk makan melainkan untuk meeting.
“Paman Ahn bisa aku lihat dokumennya?”
“Tentu saja” Seo Joon memberikan sebuah map pada Soojin. Sembari dia menjelaskan sedikit tentang meeting hari ini.
Ini meeting pertama untuk Soojin. Di bahkan belum resmi bergabung dengan perusahaan tapi ayahnya sudah memberinya tugas berat hari ini.
“Tuan Han sudah membuat kesepatakatan untuk proyek yang di Incheon. Hari ini kau hanya perlu menandatangi kontrak kerja samanya”
Perusahaan ayahnya adalah perusahaan kontruksi dimana biasanya kerja sama dilakukan dengan perusahaaan lain yang ingin membangun gedung baru atau tempat-tempat wisata baru.
Dalam proyek kali ini mereka akan membangun sebuah pusat perbelanjaan di tanah seluas seribu hektar. Saat membaca isi kontraknya Soojin terkejut membaca nama perusahaan yang akan bekerja sama dengan mereka.
“Ini perusahaan—”
“Iya, perusahaan kita sudah membuat kesepakatan dengan Cho Company”
“Cho Kyuhyun” gumam Sooojin.
“Kau mengenal Predir Cho Kyuhyun?” Soojin baru beberapa bulan kembali ke Korea tapi sepertinya popularitas presdir muda itu cepat menyebar. pikir Seo joon.
“Aku mengenalnya”
“Bagus sekali. Usia kalian tidak jauh berbeda, ini akan menjadi pekerjaan yang menyenangkan” Sepasang anak muda bertemu tentu saja itu bagus. Yakinlah Seo Joon tidak mengetahui apapun tentang keduanya. Yang dia tahu meeting kali ini akan sangat menarik.
~
“Dia masih muda, tapi pengalamannya cukup banyak. Kau bisa belajar banyak hal darinya”
Sepanjang jalan menuju ruang yang sudah dipesan atas nama Kyuhyun, Seo Joon mengatakan banyak hal yang semuanya memuji pria itu.
“Bahkan banyak presdir dari perusahaan lain yang menjodohkan putri mereka dengan Cho Kyuhyun”
“Lalu apa dia pernah berkencan dengan salah satu dari gadis itu?” Tanya Soojin merasa tertarik.
“Kau akan terkejut mendengarnya, dia menolak semua gadis itu”
“benarkah?” Soojin menahan senyum. Semakin mendekat pada ruangan itu dia tiba-tiba terserang gugup, berulang kali Soojin membuang nafas.
“Kau merasa gugup ya?”
Seo Joon mengerti rasa gugup Soojin bagaimanaapun ini kali pertama gadis itu terjun langsung menggantikan ayahnya. Tanpa perisapan lebih dulu.
“Aku sangat gugup paman”
“Kau pasti bisa melakukan yang terbaik” Seo Joon menepuk pundak Soojin memberi semangat.
Dia gugup bukan untuk meeting melainkan terlalu gugup untuk bertemu kembali dengan Kyuhyun setelah empat tahun berlalu.
Mereka berhenti di depan pintu ruangan saat ponsel Soojin berdering menandakan ada sebuah panggilan masuk.
“Paman kau duluan saja, aku terima telpon dulu” Seo Joon mengangguk dan melangkah masuk.
“Eohh Youngie-ah”
“Soo-ah kau ingat kan malam ini?”
“aku ingat”
“jangan terlambat ok? jam 7 malam”
“Eum”
“sampai jumpa nanti malam”
“Eoh”
Hanya pembicaraan singkat. Hyesoo hanya mengingatkan tentang acara penting malam ini. Soojin memasukan kembali ponselnya ke dalam tas tangan yang dia bawa.
Menarik nafas dalam sebelum memutar handle pintu dan masuk. Samar-samar dia mendengar obrolan yang terhenti karena ke datangannya.
Orang pertama yang dia lihat tentu saja Kyuhyun. Pria yang menatapnya dengan mata yang melebar tidak percaya.
Kyuhyun sama tampannya. namun lebih berwibawa dengan setelan jas mahal itu.
“Annyeonghaseyo Han Soojin Imnida”
“Dia putri Presdir Han yang akan menggantikan Presdir untuk sementara waktu”
Wajah Sekretaris Kyuhyun berubah mengerti tidak dengan Kyuhyun yang menatap Soojin tanpa berkedip. Soojin tersenyum berusaha menyadarkan Kyuhyun, bukan tersadar Kyuhyun malah terpesona melihat senyum itu. Benarkah gadis dihadapannya ini orang yang sama dengan gadis yang dulu mengejarnya mati-matian? bahkan Soojin yang sekarang terlihat berbeda dari Soojin si mahasiswi pintar yang dia temui empat tahun lalu.
“Presdir Cho” Jung Wan sedikit berbisik menyadarkan Kyuhyun.
“Ne? Oh” Kata Kyuhyun langsung bangkit dari duduknya. membuang jauh-jauh wajah bodoh yang membuat sekretarisnya merasa heran dengan sikapnya. Namun matanya tidak bisa menutupi rasa terkejut, kagum, dan ada rindu dibalik tatapan itu.
“Silahkan” Dia mempersilahkan Soojin dan Seo Joon untuk duduk.
Selanjutnya terjadi perbincangan serius mengenai kontrak kerja mereka. Soojin mendengarkan dengan serius berbeda dengan Kyuhyun yang hanya menatap Soojin dengan terang-terangan. Soojin menyadari hal itu, saat mata mereka bertemu dia tersenyum membuat Kyuhyun mengumpat.
Sial! Aku ingin melompat dan memelukmu.
~
“Senang bisa bekerja sama dengan kalian” Kata Soojin menunduk bersamaan dengan sekretarisnya.
“Kalau begitu kami permisi” Seru Seo Joon.
“Han Soojin”
Baru beberapa langkah Seo Joon dan Soojin berjalan suara Kyuhyun menghentikan keduanya termasuk sekretarisnya yang baru akan melangkah.
“Waeyo?”
Kyuhyun berdehem sebelum memgutarakan maksudnya. “Hari ini sebenarnya aku dan Presdir Han akan ke lokasi proyek tapi—”
Seo Joon menyela lebih dulu. “Aku lupa memberitahumu jika hari ini jadwal Presdir dan Presdir Cho ke lokasi proyek”
“Ahjussi apa kau akan ikut?” Tanya Soojin berbisik. Seon Joon menggeleng. “Hanya kau dan Presdir Cho”
Sejenak Soojin terdiam. Ke lokasi proyek bersama Kyuhyun dan itu berdua saja. “Baiklah Cho Kyuhyun Sajangnim bisa kita pergi sekarang?”
~
Mereka berada di satu mobil yang sama dengan Kyuhyun di jok kemudi dan Soojin di sampingnya. Kyuhyun yang berkali-kali mencuri pandang sementara Soojin menatap keluar jendela.
“Lama tidak bertemu” Kata Kyuhyun mengambil perhatian Soojin.
“Senang bertemu denganmu sunbaenim” Balas Soojin.
“Kapan kau kembali?” Itu pertanyaan yang sedari tadi berputar di benak Kyuhyun.
“Satu bulan yang lalu” Kyuhyun menoleh cepat. Sudah selama itu Soojin kembali tapi dia tidak tahu sama sekali.
“Aku tidak tahu jika kau sudah kembali selama itu”
“Sebenarnya tidak juga, Aku hanya beberapa hari di Seoul lalu pergi ke rumah Harabeoji di Wonju dan berlibur ke Jeju”
“Ahh” Kyuhyun mengangguk mengerti. Helaan nafasnya terdengar kecewa. Karena menjadi orang kesekian yang tahu jika Soojin telah kembali.
“Aku dengar kau lulus dengan gelar Cum Laude?”
“Berkat kerja keras”
Kyuhyun tersenyum mendengarnya. Di ingatannya Soojin masih seorang siswi yang menjadikan belajar sebagai musuh.
“Selamat atas keberhasilanmu”
“Gomawo”
“Omong-omong aku belum mengucapkan selamat padamu” kata Soojin
“Untuk?”
“Untukmu yang resmi di angkat menjadi Presdir. Meski sangat terlambat” Lagi-lagi Kyuhyun tersenyum dan berganti membuat Soojin yang terpesona. Senior dingin itu sudah sedikit berbeda dengan senyum yang langkah itu.
Setibanya di lokasi proyek, Soojin memandang jauh tanah kosong selauas 1000 hektar. Proyek sudah berjalan seperempat dengan rangkaian besi baja yang mulai terlihat bentuknya.
“Ayo” Ajak Kyuhyun.
Angin yang bertiup sedikit kencang membuat Soojin kerepotan dengan dress yang dia kenakan. Jika dia tahu dari awal dia tidak akan mengenakan dress yang hanya menyulitkannya.
Kyuhyun menoleh kebelakang, menyadari Soojin yang berjalan pelan di belakangnya. Dia melihat sekeliling dimana hanya ada para pria di sekitar mereka. Tak jarang pekerja pria itu terlihat melirik Soojin.
Kyuhyun kembali ke mobil mengambil sesuatu dari dalam sana lalu menghampiri Soojin dan langsung mengikatkan jas miliknya di pinggang Soojin.
Soojin tersentak dengan apa yang Kyuhyun lakukan. Posisi mereka saat ini membuat keduanya begitu dekat. Sangat dekat hingga aroma Kyuhyun bisa Soojin hidu.
Mata Soojin bergerak keatas namun dengan cepat menunduk menyadari wajah mereka begitu dekat.
“Lain kali jangan pakai dress”
“Paman Ahn tidak memberitaku”
“Sekalipun tidak ke lokasi proyek, pakaianmu terlalu minim untuk di pakai ke kantor” Kyuhyun menjauh setelah mengikat kuat tangan jasnya untuk menutupi bagian depan Soojin.
Mereka menemui kontraktor yang menangani proyek ini. Sebelum itu mereka memakai helm kerja untuk melindungi kepala mereka.
Kontraktor itu memberikan kertas cetak biru berisi sketsa gambar, Soojin memang tidak tahu banyak soal Arsitekktur proyek namun paman Ahn menjelaskan dengan detail dan itu sangat membantunya. Di bawah teriknya matahari mereka mendengar penjelasan singkat dari kontraktor itu mengenai proyek yang sedang berjalan. Sekali lagi Kyuhyun tersenyum, tanpa mengeluh panas atau terbakar karena matahari Soojin menyimak dengan serius.
~
Mereka kembali ke mobil setelah dua jam lamanya. Soojin bersandar pada kap mobil dengan memijat kakinya. Kyuhyun datang dengan dua kaleng minuman dingin.
“Kenapa kakimu?”
“Hanya sedikit sakit” Kata Soojin menegakkan tubuhnya sempurna.
“Gomawo” Ucapnya mengambil minuman dingin dari Kyuhyun.
Kyuhyun turut menyandarkan tubuhnya ke kap mobil. Matanya melirik ke bawah tepatnya ke kaki Soojin, dan memicing saat melihat ruam merah disana.
“Kamiku lecet” Kata Kyuhyun khawatir.
“Hanya lecet kecil” Gubris Soojin. berjalan di lokasi proyek dengan high heels setinggi 10 cm cukup membuatnya harus merendam kakinya semalaman di air hangat bercampur garam.
“Aku akan segera kembali”
“Kau akan kemana?” Cegah Soojin menahan pergelangan tangan Kyuhyun tanpa sadar. Saat sadar Soojin langsung melepaskannya.
“Aku akan cari air hangat untuk merendam kakimu”
“Tidak perlu. Kita langsung pulang saja” Tanpa menunggu Kyuhyun, Soojin berjalan ke dalam mobil, Sedikit terpincang karena menahan sakit.
Mata Kyuhyun mengikuti Soojin hingga masuk ke dalam mobil. Diam-diam sudut bibirnya tertarik. Soojin yang dulu pasti sudah merengek karena mendapat luka di kakinya tapi Soojin yang sekarang bahkan tidak mengeluh sama sekali. Lalu di menyusul masuk ke dalam mobil.
.
.
.
@Seoul Convension Center
Malam itu terasa meriah, banyak karangan bunga yang memenuhi depan hingga ke dalam gedung. hilir mudik kendaraan terus berdatangan. Di pintu masuk para wartawan dan wartawati lengkap dengan mic dan kamera mereka. terpasang spanduk besar bertajuk “Minji’s Show” dengan foto gadis itu yang tersenyum ceria.
Ini adalah konser perdana dari seorang Pianist muda berbakat Hwang Minji. Semua orang rela mengosongkan jadwal mereka di selasa malam hanya untuk menyaksikan alunan nada indah yang di ciptakan jentikan tangan cantik yang bermain di atas tuts piano. Sebagian besar mereka adalah teman-teman beserta guru-guru semasa Minji di Sekolah menengah atas. Sepanjang yang terdengar mereka berdecak kagum, tidak menyangka gadis pembuat onar akan menjadi orang yang terkenal.
Kursi yang mampu menampung hingga 1000 orang itu perlahan mulai terisi. Suasana sedikit redup karena cahaya terang menyorot tepat keatas panggung. Di tengah-tengah panggung terdapat sebuah piano besar berwarna putih.
Dari balik panggung seorang gadis meremas tangannya gugup. Kursi hampir terisi penuh oleh orang-orang yang amat menantikan penampilannya. Minji bersyukur sekaligus khawatir, bersyukur karena banyak orang datang untuk melihat penampilan pertamanya juga khawatir karena takut membuat kesalahan yang akan membuat mereka yang datang menjadi kecewa.
Tangannya yang mendingin dia satukan, menggosok kedua telapak tangannya itu agar menghangat. Dia kembali menuju ruang gantinya. Masih ada waktu 30 menit sebelum pertunjukannya di mulai. Dan debaran yang dia rasakan semakin menjadi-jadi.
“Astaga!” Pekiknya tertahan melihat seorang pria menyambutnya di depan pintu. “Kau mengagetkanku” Hyukjae menyengir, menyingkir untuk memberi Minji jalan.
“Aku datang untuk menenangkanmu” Ucap Hyukjae percaya diri.
“Aku begitu gugup”
Hyukjae tersenyum sebelum meletakan kedua tangannya di bahu Minji. “Buang jauh-jauh rasa gugupmu. Semua akan berjalan dengan lancar. Tunjukan yang terbaik Hwang Minji”
Mata Minji terkunci pada mata hitam Hyukjae seolah menghipnotisnya untuk sesaat. Melenyapkan rasa gugup bercampur cemas itu.
“Tunjukan keindahan yang kau miliki lewat nada yang kau mainkan. Buat kami bangga dan berdecak kagum padamu”
Mata Minji terlihat berkaca-kaca. Impian terbesarnya bukan hanya bisa bermain piano di hadapan banyak orang tapi juga mampu memberikan keindahan lewat nada yang dia mainkan. Dengan tiba-tiba Minji memeluk Hyukjae. Rasanya selalu nyaman memeluk pria itu.
“Terima kasih”
“Chaa kau harus bersiap-siap uri Minji-ah” Hyukjae menarik Minji untuk berdiri di hadapan cermin rias. Gaun putih sebatas lutut tanpa lengan, rambut hitam panjang yang dia gerai. Penampilannya terbilang sederhana namun sudah sangat sempurna.
“Hari ini kau terlihat cantik, tapi ada yang kurang” bisik Hyukjae menelisik penampilan kekasihnya.
Minji memperhatikan penampilannya. Apa yang kurang? Gaunnya cukup indah, rambutnya juga tertata rapi, riasan wajahnya juga tidak terlalu berat. lalu apa yang kurang?.
“Kau akan jauh lebih cantik jika memakai ini” Hyukjae mengangkat tangannya, lewat pantulan kaca Minji bisa melihat sebuah kalung indah di tangan Hyukjae.
Lalu Hyukjae memakaikan kalung itu ke leher Minji. Benar sekali, lehernya kosong tanpa ada perhiasan disana. Dia menatap kagum kalung liontin itu. memegang bandul berbentuk matahari.
“Ini indah”
“Kau suka?”
“Sangat”
“Kau tahu kenapa aku memberimu kalung matahari?”
“Kenapa?”
“Karena kau sepanas matahari saat sedang marah” Canda Hyukjae dengan nada serius.
“Kalau begitu kalungmu jelek, aku tidak suka!”
Mereka saling menatap lewat pantulan kaca. Tatapan Hyukjae begitu dalam untuk Minji. “Kau seperti matahari bagiku, jika tidak ada matahari duniaku pasti akan selalu gelap. Kau seperti pagi yang akan disambut hangat. Kau menjadi alasan aku untuk bisa tersenyum”
Wanita mana yang tidak akan meleleh mendengarnya. Kakinya, dia tidak bisa merasakan kakinya menapak di tanah. Dia merasa sedang terbang dikelilingi hamparan Cherry Blassom. Semburat merah terlihat mengintip di kedua pipi Minji.
“Aku tidak mudah tergoda Lee Hyukjae”
“Aku sedang tidak menggodamu. Aku hanya ingin kau tahu arti dirimu untukku”
Dia sadar betul pria seperti apa yang dia kencani. Pria mata keranjang yang pandai mengumbar kata manis. Jika sebelumnya dia tidak akan mudah percaya maka kali ini dia akan sangat mempercayai kata-kata Hyukjae. Dia bahkan rela menukar ingatannya hanya untuk selalu mendengar kalimat itu.
“Jadi, apa Lee Donghae yang mengajarimu kata-kata manis seperti tadi?”
“Sayangnya aku lah yang mengajarkan dia kata-kata manis”
Minji berkacak pinggang. “Jadi gadis mana lagi kau goda huh?” Hyukjae tertawa renyah. “Baru kau hari ini”
“Yakk!! Lee Hyukjae”
“Ahhh untung saja kau tidak menjadi penyanyi Hwang Minji” Hyukjae memegangi telinganya seolah suara Minji begitu memekakan telinganya.
“Aku setuju denganmu” Sela seseorang yang berdiri bersedekap di depan pintu.
“Aku sependapat” bubuh gadis di sebelahnya. Tidak ada yang lain selain dua orang itu, Song Hyesoo dan Han Soojin.
“Sejak kapan kalian disana?” Minji memicing curiga.
“Sejak… Kau seperti matahari bagiku, jika tidak ada matahari duniaku pasti akan selalu gelap. Kau seperti pagi yang akan disambut hangat. Kau menjadi alasan aku untuk bisa tersenyum” Hyesoo meragakan raut wajah serius Hyukjae saat mengatakannya, di tambah suaranya yang di buat berat.
Dan Soojin memasang wajah tersipunya.
“Yak!! wajahku tidak seperti itu!” Protes Minji.
“Kau tersipu seperti itu Hwang Minji. Aku melihatnya!”
“Kalian selesaikan saja urusan kalian” kata Hyukjae beranjak pergi. Akan melelahkan melihat berdebatan tiga sahabat yang tidak ada habis-habisnya dan yang pasti ketinganya tidak ada yang mau mengalah.
Setelah Hyukjae meninggalkan ruangan itu keduanya segera beringsut mendekati Minji. Tatapan mata kedua gadis itu tertuju pada kalung di leher Minji.
“Ini sangat indah” decak Soojin.
Dengan bangganya Minji menunjukan kalung itu pada kedua sahabatnya. “Dia pria yang sangat romatis. Aku hampir terbakar mendengar ucapannya tadi” Minji memegang satu pipinya, masih bisa merasakan jejak panas dipipinya.
“Aku iri padamu, sampai sekarang Joon Myun belum memberikan apapun padaku”
“Kau ini, apa kau lupa dia memberimu sepasang anting semimggu yang lalu”
“Anting itu hadiah ulang tahunku. Jadi wajar jika Joon Myun memberiku hadiah”
“Kalian sama-sama beruntung” kata Soojin iri. Bagaimana tidak, cukup dengan memiliki orang yang kita cintai saja rasanya sudah sangat bahagia.
“Apa kau sudah bertemu dengan Kyuhyun sunbae?”
“Kami sudah bertemu”
“Sungguh? Kapan?”
“Tadi pagi saat meeting”
“Maksudmu kalian bertemu sebagai rekan kerja?” Soojin mengangguk. “Lalu apa yang kalian bicarakan?”
“Tentu saja soal pekerjaan”
“Selain itu?”
“Hanya perbincangan ringan tidak ada yang serius”
“Astaga kalian ini benar-benar aneh. Lama tidak bertemu tapi hanya membahas soal pekerjaan”
“Sudah cepatlah bersiap-siap. Kami keluar dulu ok!” Soojin menarik Hyesoo keluar.
“Benar tidak ada yang kalian bicarakan selain pekerjaan?” Tanya Hyesoo ulang merasa belum puas.
“Memangnya apa yang bisa kami bicarakan selain pekerjaan?”
“Ck! Aku tidak habis dengan kalian berdua”
“Omong-omonh apa kau sudah tahu sekolah kita akan mengadakan acara reuni?”
Hampir di setiap tahunnya sekolah mereka mengadakan acara reuni akbar. Banyak senior yang akan datang, teman lama yang bertemu kembali dan hal yang paling menyenangkan mengenang masa-masa indah menjadi siswa dan siswi berseragam.
“aku sudah dengar”
“kau akan datang?”
“tentu saja. bagaimana denganmu?”
“aku pasti datang bersama Joon Myun. Kalau kau?”
“Entahlah mungkin datang sendiri”
“Aigoo menyedihkan sekali” Itu kalimat sindiran. “kenapa tidak ajak saja Kyuhyun sunbae?”
Seiring Soojin pergi dia tidak pernah lagi mendengar kabar tentang hubungan keduanya. Apa masih terus berlanjut atau sudah mengakhiri perasaan mereka.
“Harga diriku jauh lebih tinggi sekarang Song Hyesoo” Dia bahkan malu mengingat yang dulu-dulu. Bagaimana dia mengejar Kyuhyun hanya untuk menarik perhatian pria itu.
Hyesoo berdecih. Temannya ini memang sudah banyak berubah.
Mereka menuju barisan bangku nomor 3 dari depan. Di sana sudah ada Joon Myun yang melambaikan tangan kearah mereka.
Hyesoo duduk di sebelah Joon Myun dan Soojin mendengus iri melihat Hyesoo dengan manja memeluk lengan Joon Myun dan menyandarkan kepalanya disana.
Soojin menghempaskan tubuhnya di bangku sebelah Hyesoo. Dia melirik bangku kosong di sampingnya. Semoga pemilik bangku itu seorang pria tampan agar dia tidak menjadi nyamuk di antara sepasang kekasih itu.
Lampu di barisan bangku penonton mulai meredup yang menjadi pertanda acara akan segera di mulai. Semua perhatian tersita pada layar besar di panggung yang menyala. Instrumen musik berputar dan flasma menampilkan sebuah tulisan. “Behind the Scene. Hwang Minji’s Story of Life” Layar menampilkan kumpulan foto-foto Minji saat masih kecil. Perkembangan Minji dari bayi perempuan berpipi temban hingga menjadi balita perempuan dengan rambut yang sudah bisa dikuncir.
Layar itu kembali memuat tulisan. “saat pertama kali musik merebut hatinya” dan gambar yang di tampilkan adalah seorang gadis kecil berusia 3 tahun yang tengah menekan asal tuts piano. Mata itu jelas menggambarkan ketertarikannya pada benda panjang yang mengeluarkan bunyi itu.
Hyukjae yang melihatnya berkata bangga pada Donghae. “Lihat, saat masih kecil saja dia sudah terlihat menggoda”
“Kau menggerikan Lee Hyukjae” Dengus Donghae.
“Sepertinya kami memang sudah berjodoh” Donghae mengabaikan ucapan temannya itu, dia kembali pada layar flasma.
Minji kecil tumbuh menjadi gadis yang cantik.
“semua tidak semudah yang terlihat, impianku sempat ditentang”
Kalimat itu berhasil membuat semua orang mencelos. Jalan itu ternyata tidak mulus ada hambatan yang membuat imipian itu terasa sulit.
“Tapi aku tidak menyerah, akan ku buktikan dengan musik aku akan membuatmu bangga ayah”
“Huh, kenapa aku secengeng ini” Soojin menyeka cepat air mata yang lolos keluar. Dia salah satu orang yang melihat dan menyaksikan betapa Minji bekerja keras untuk mewujudkan impiannya.
Bangku disamping Soojin diisi oleh seorang pria dengan jas biru dongkernya. Namun perhatian gadis itu tidak teralih sama sekali.
Tulisan berganti dengan gambar Minji saat masuk keperguruan tinggi. Lebih dari 9 jam selama satu hari dia habiskan di depan piano. Karena nyatanya seorang pianist sejati bukan hanya sekedar bisa memainkan tuts-tuts piano melainkan seorang pianist harus bisa membuat keindahan lewat nada yang dia mainkan.
“Kerja keras ini terbayar lewat sebuah pengakuan”
Siapa bilang musik tidak akan pernah membawa kebanggan nyatanya dia bisa mengenakan toga diatas kepala. Berbaris di barisan paling depan dengan senyum di bibir kecilnya.
Tidak ada sumpah memang yang diambil karena pekerjaannya kelak bukalah pekerjaan yang membutuhkan sumpah layaknya yang lain.
“Itu bukanlah akhir melainkan awal dari sebuah impian masa muda”
Dia masih harus banyak belajar, karena nada tidak membutuhkan teori khusus karenanya dia bisa bereksperimen, menyalurkan rasa lewat alunan lembut.
“Kerja keras itu belum berakhir namun telah menampakan hasil. Hari ini aku bisa mewujudkan kerja kerasku. kini impian yang datang di masa kanak-kanak tidak berarkir sebagai sebuah mimpi…”
Dan gambar terakhir yang muncul dilayar flasma adalah foto pada saat latihan terakhir beberapa jam yang lalu. Dengan banner yang Minji pegang bertuliskan kata “Terima kasih”
Lampu menyoroti langkah Minji yang menaiki panggung. Tepuk tangan riuh hadir di tengah-tengah suasana haru.
Di barisan paling depan seorang pria paruh baya mengusap sudut matanya. Disampingnya istrinya sudah menangis terharu sejak tadi.
“Aku sangat bangga padanya. Putriku membuatku bangga” Kata tuan Hwang pada istrinya.
Minji berdiri tepat ditengah-tengah panggung, Memegang sebuah mic dengan tatapan pertama kali jatuh pada ayahnya. Ayahnya adalah orang yang paling menentangnya impiannya tapi tanpa ayahnya pula dia tidak akan bisa berdiri di panggung ini.
“Enam tahun lalu aku membuat perjanjian dengan orang yang paling menentang impianku. Appa kau masih ingat, kau memberiku waktu hingga usiaku 25 tahun untuk terus bermain piano dan membuatmu bangga. Saat itu dengan yakin aku mengatakan padamu bahwa aku akan berada diatas panggung untuk membautmu bangga sebelum usiaku 25 tahun. Aku membuktikannya pada hari ini”
“Appa jika bukan karenamu mungkin aku tidak bisa berada disini dan mengatakan semua ini. Meski begitu aku tahu kau orang pertama yang mendukungmu. Terima kasih appa”
Tuan Hwang membiarkan air matanya jatuh. Itu adalah air mata kebahagiaan, air mata kebanggan. Dia teramat bangga melihat putrinya berada diatas panggung dan membuktikan padanya jika bermain piano adalah sebuah mimpi yang sangat berarti.
“Gadis naif ini membuat riasanku berantakan” Soojin kembali mengeluh, menyeka air matanya. Sebuah sapu tangan terulur dihadapannya. Tangan itu berasal dari orang yang duduk disampingnya.
Soojin mengambil sapu tangan itu. “kamsahamnida” katanya tanpa melihat siapa pemilik sapu tangan ini. Ayolah wajahnya berantakan karena air mata, bagaimana bisa dia memperlihatkan wajahnya pada seseorang yang di yakini seorang pria itu.
Sapu tangan itu berwarna putih susu, Soojin menyapukan ujungnya pada sudut matanya. Namun gerakannya berhenti saat dia mencium aroma yang tidak asing berasal dari sapu tangan itu.
Di lihatnya disudut kanan terdapat bordiran sebuah inisial. CKH.
Jantungnya berdebar mengenali inisial itu. Pelan, Soojin memutar kepalanya dan benar saja pria itu Kyuhyun yang sedang fokus mendengarkan iringin piano yang mulai Minji mainkan.
“sunbaenim”
Kyuhyun menoleh dan tersenyum kecil. keduanya saling menatap diiringi musik klasik yang mendukung suasan saat itu. kedua pasang mata itu adalah mata yang saling merindukan. untuk pertama kalinya mereka bisa saling memandang lama. Waktu baginya berhenti berputar, jam pasir berhenti menjatuhkan butirannya. Kali ini bukan sebuah pertemuan yang formal seperti tadi, melainkan Cho Kyuhyun dan Han Soojin yang memiliki kisah yang masih terus berlanjut.
~
Mereka memilih berjalan menuju area parkir yang cukup jauh dari gedung utama namun itulah yang mereka harapkan. Selangkah demi selangkah menikmati waktu yang pada akhirnya membuat mereka kembali dekat.
Tangan Soojin berada di dalam saku mantel sementara tangan Kyuhyun berada di dalam saku celana kainnya. Tidak ada obrolan karena keduanya terlalu menikmati keheningan. Sesekali mencuri pandang namun jika tertangkap basah keduanya dengan cepat menghindar.
“Kakimu apa sudah lebih baik?” Kyuhyun menemukan bahan pembuka obrolan.
“Jauh lebih baik” Kata Soojin melirik kakinya yang mengenakan flat shoes.
“Lusa…” Kata Kyuhyun kembali menarik perhatian Soojin “Kau akan datang ke acara reuni sekolah?”
“Aku akan datang. Bagaimana denganmu?” Mereka berhenti di dekat mobil Soojin.
“Aku juga akan datang”
“Mau datang bersamaku?” Ajakan Kyuhyun rupanya menyentakkan Soojin. Si pria pintar dan si gadis bodoh akan datang bersama. Pastinya sangat mwnghebohkan. Soojin terlihat berpikir. “Bagaimana ya, sebenarnya sudah ada seseorang yang mengajakku datang bersama” Bohong Soojin. Sudah dia katakan Harga dirinya jauh lebih tinggi sekarang, Dia tidak ingin mengiyakannya langsung.
Kyuhyun terlihat kecewa dan hal itu membuat Soojin terlihat senang luar biasa.
“Tapi aku bisa menolaknya lagipula aku belum mengiyakanya”
“Jadi apa kau mau datang bersamaku?
Kembali Soojin terlihat berpikir sebelum mengangguk, Lalu keduanya tersenyum. Sungguh senyum yang terkesan malu itu bukanlah senyum yang biasa di tunjukkan Han Soojin si gadis penguntit dengan rasa malu yang sudah hilang dan Cho Kyuhyun si pria dingin yang ketus.
Soojin menuju mobilnya sebelum masuk di menoleh pada Kyuhyun. “Sampai jumpa sunbaenim”
“Sampai Jumpa lusa nanti Han Soojin” Kyuhyun mengangkat tangannya namun segera turun dan kembali dia simpan di dalam saku.
Saat mobil Soojin melewatinya, Kyuhyun tidak bisa menahan rasa senangnya lagi. Kewarasannya masih ada hingga tidak melompat seperti Pria bodoh. Ada apa dengan dirinya ini? dia seperti pria remaja yang baru merasakan cinta. Tetap dengan senyuman itu Kyuhyun berlalu menuju mobilnya.
Di sepanjang jalan konsentrasi Soojin terbagi antara jalan dan bayangan Cho Kyuhyun. Gadis itu tersenyum untuk beberapa alasan. Menelisik 6 tahun yang lalu, tidak pernah terpikir suatu saat mereka akan saling melempar senyum malu seperti tadi.
Kyuhyun selalu menampilkan wajah dingin, bicara seadanya dan selalu ketus terhadapnya. Tidak ada kalimat manis yang dia dapat hanya sindiran dan ejekan. Tapi tadi Kyuhyun tersenyum, bagaimana dia harus mendeskripsikan Kyuhyun yang sekarang. Begitu jauh berbeda.
Apa waktu sudah merubah Kyuhyun? bukan hal yang mustahil karena waktu juga merubahnya. Soojin kembali tersenyum, kali ini dengan gelengan kecil tak habis pikir.
***
Di lusa malam seperti yang mereka sepakati, keduanya datang bersama ke acara reuni sekolah. Acara itu di gelar di ballroom sebuah hotel. Mobil Kyuhyun berhenti di lobi, Secara bersamaan mereka keluar, Soojin dari sisi kanan dan Kyuhyun dari sisi kiri. Sebelum menaiki anak tangga Kyuhyun memberikan lengannya.
Soojin mengalungkan tangannya di lengan Kyuhyun. Mengikuti tema, mereka mengenakan pakaian santai karena ini bukanlah acara resmi jadi bukan gaun malam atau jas formal yang mereka kenakan. Kyuhyun memakai kemeja berwarna navy dengan sepan Jeans berwarna putih. sedangkan Soojin memakai Jumsuit putih dan rambut dikuncir kuda. Tidak ada pembicaraan soal busana tapi mereka terlihat kompak dengan warna yang senada.
Saat mereka masuk beberapa orang menyadari ke datangan mereka. Senang karena presdir muda yang banyak di bicarakan banyak orang itu menyempatkan diri untuk datang juga terkejut melihat siapa orang yang datang bersamanya. Dulunya seperti langit dan bumi tapi lihatlah sekarang keduanya berada dalam jajaran yang setara.
“Itu Han Soojin ‘kan?” Tanya seorang pria pada temannya. Teman pria itu mengangguk. “Dia semakin cantik saja”
“Sekarang dia bukan hanya cantik tapi juga cerdas. Kau tahu sebentar lagi dia akan menggantikan ayahnya”
“Aku sudah mendengar kabar itu”
“Apa menurutmu aku bisa mendekatinya?” Sambungnya.
“Kau pikir saja, seleranya yang dulu saja seperti Cho Kyuhyun bagaimana sekarang” Pria itu berdecak tak habis pikir dengan jalan pikiran temannya itu.
Sekarang Han Soojin itu mendekati sempurna di mata pria, Dia cantik, kaya raya, juga pintar. Pria mana yang tidak ingin menjadikannya kekasih.
“Lihatlah itu Soojin datang bersama Kyuhyun sunbae”
Ada tiga wanita yang menatap tanpa berkedip Kyuhyun maupun Soojin. “Melihat dia yang sekarang tidak heran Kyuhyun sunbae tertarik padanya” Komentar salah satunya dengan masam.
“Bagaimana mungkin gadis dengan nilai terburuk di sekolah bisa menjadi pemimpin perusahaan”
“Apa kau tidak tahu di Amerika dia masuk sekolah favorite. dia bahkan di terima di universitas ternama”
“Omo kau lihat yang Soojin kenakan itu baju rancangan Song Hyesoo”
Dua wanita lainnya menelisik baik-baik baju yang Soojin kenakan.
“Kau benar, baju itu rancangan Song Hyesoo musim gugur tahun lalu”
Tahun lalu di adakan sebuah festival untuk perancang-perancang muda berbakat di korea. Salah satunya baju hasil karya Hyesoo namun sayangnya baju-baju disana tidak diperjual belikan.
“Bagaimana dia bisa mendapatkannya? Padahal aku sangat menginginkan baju itu”
“Kau berteman dulu dengan Hyesoo baru bisa mendapatkan bajunya” Celetuk salah satu gadis.
“Tiga gadis pembuat masalah, jangankan juara kelas nilai yang tidak ada merah saja sudah bersyukur tapi sekarang…”
“Designer, Presdir, dan Pianist” Gadis itu berdecak antara iri juga kagum.
Minji dan Hyukjae yang sudah lebih dulu datang menghampiri Kyuhyun dan Soojin. “Omo kalian berdua datang bersamanya?” Tanya Minji berbisik.
“Menurutmu aku harus datang sendiri?”
“Itu terdengar menyedihkan”
“Dimana Hyesoo? apa dia belum datang?” Soojin mengedarkan pandang mencari keberadaan Hyesoo.
“Dari tadi aku belum melihatnya, pasti dia belum datang” Jawab Minji.
“Ji-ya aku dengar kau salah satu yang akan mengisi acaranya?”
“Eoh kepala sekolah memintaku bermain piano”
“Itu bagus sekali”
“Han Soojin?” Panggil seseorang dari arah belakang Soojin. Sebelum berbalik wajah Soojin terlihat terkejut mengenali suara itu.
“Minho-ya” Soojin menatap tidak percaya pria yang kini sudah berada di depannya. “Tepat! aku tidak salah mengenali”
“Kenapa kau bisa ada disini?”
Minho menyengir sebelum menjawab. “Aku datang bersama sepupuku”
“Siapa?’
Minho menunjuk satu orang yang membuat mulut Soojin terbuka tidak percaya. “Kim Ah Jung?” Pekiknya tertahan.
“Kau mengenalnya? Dia satu tahun diatas kita”
“Nuna” Panggil Minho membuat wanita bernama Ah Jung itu menoleh.
“Yak! Kenapa kau memanggilnya?”
“Memangnya kenapa?”
Melihat wajah tidak suka Soojin, Minho mengurungkan niat untuk mengajak Ah Jung bergabung.
Kalian masih ingat wanita yang membuat Soojin harus pindah sekolah? Wanita yang bertengkar dengannya dan kedua sahabatnya di kantin sekolah? Senior angkuh yang dia benci melebihi Park Sera sekalipun.
“Kau tahu karena siapa aku pindah sekolah?” Minho menggeleng. “Karena-Kim-Ah-Jung” Tekan Soojin disetiap kalimatnya.
Minho mengusap tengkuknya tidak enak. “Maaf aku tidak tahu soal itu”
“Tapi Soo-ya sebenarnya dia itu orangnya baik—” Dengan cepat Minho menghentikan kalimatnya saat Soojin mendeliknya tajam. “Dia memang sedikit menyebalkan” Ralat Minho. “Aku saja sering bertengkar dengannya”
“Omong-omong sejam kapan kau kembali ke Korea? Kenapa tidak memberitahuku”
“Baru dua hari aku kembali. Aku ingin menemui langsung tapi kita bertemu disini”
“Eoh kau pasti Hwang Minji?” Kata Minho pada Minji.
Minji yang sejak tadi hanya menyimak obrolan keduanya mengangguk. “Jadi kau yang namanya Choi Minho?” Kali ini Minho yang mengangguk.
“Soojin sering menceritakan tentangmu dan Hyesoo-Ssi. Omong-omong dimana Hyesoo-Ssi?”
“Dia belum datang” Jawab Minji cepat. Ini pertemuan pertamanya dengan Minho —teman yang sering Soojin ceritakan itu. Dia membuktikan apa yang Soojin katakan, Choi Minho tipe orang yang mudah berbaur meski mereka baru bertemu tapi tidak ada aura canggung sama sekali.
Sementara Soojin, Minji dan Minho sibuk berbincang Hyukjae mendekat pada Kyuhyun. “Kyu siapa pria itu? aku tidak pernah melihatnya di sekolah”
“Dia teman Soojin di L.A. Mereka dulunya satu sekolah”
“Mereka terlihat sangat dekat. Kau tidak cemburu?”
“Mereka Teman”
“Teman? Apa ada teman sedekat itu?” Hyukjae menyeringai diam-diam. Dia ingin Kyuhyun tahu bagaimana rasanya terbakar karena cemburu.
“Lihat baik-baik mereka bahkan tertawa tanpa beban”
“Astaga! Jika aku jadi kau aku akan sangat marah melihat gadis yang aku cintai tertawa seperti itu”
Kyuhyun membuang nafas kasar. Termakan oleh kata-kata Hyukjae. Baru Kyuhyun akan melakukan sesuatu teriakan Minji menghentikannya.
“Joon Ki-ya”
Perhatian mereka berpaling pada seorang pria yang tengah berjalan ke arah mereka.
“Park Joon Ki? Kau benar Park Joon Ki-ku?” Minji hampir saja melompat senang, beruntung Hyukjae menahannya dengan tatapan memperingati. Delikan Minji lebih tajam dari delikan Hyukjae membuat pria itu mengendurkan cengkraman tangannya.
“Joon Ki-ku. Cih!! Kekasihmu bahkan memanggil pria lain semesra itu” Balas Kyuhyun.
Sementara Minji yang sudah memeluk Joon Ki, Soojin masih mematung memperhatikan Joon Ki dari atas hingga bawah. Setelah kepergiannya komunikasi antara dia dan Joon Ki tidak sesering Hyesoo dan Minji. Karena itu Soojin cukup terkejut bertemu Joon ki kembali setelah 6 tahun lamanya.
“Soo-ya” Panggil Joon Ki lebih dulu sekaligus menyadarkan Soojin dari pikirannya.
“Joon Ki-ah aku— lama tidak bertemu”
“Kau tidak merindukanku? Kau hanya mengingat Hyesoo dan Minji tapi melupakan aku”
“Bicara apa kau ini” Soojin meninju lengan Joon Ki.
“Tidak ingin memelukku?” Tanya Joon Ki dengan tangan yang terbuka.
“Astaga! Berani sekali pria ini—” Kata Kyuhyun geram. Namun berhenti karena Hyukaje yang menertawakannya. Kyuhyun hanya bisa mendengus masam melihat Soojin tanpa pikir panjang memeluk Joon Ki.
“Kau saja belum pernah mendapat perlukannya tapi pria itu mencurinya darimu”
“Diam kau!”
“Joon Ki-ya ini Minho dia temanku saat di L.A sekarangpun masih”
Joon Ki dan Minho saling menyapa.
“Joon Ki-ya”
Suara lainnya mengambil perhatian merema. Gadis yang kini berjalan dengan dress putih polosnya menjadi pusat perhatian. Dia Park Sera yang membuat beberapa mata melirik Kyuhyun termasuk juga Soojin.
“Nuna” Panggil Joon setibanya Sera di dekatnya. Mereka datang bersama namun Joon Ki masuk duluan karena Sera harus menerima panggilan saat itu.
“Annyeong Ra-ya” Sapa Hyukjae
“Annyeong Hyukie-ya” Tatapa Sera berhenti pada Kyuhyun yang juga tengah memandangnya. Dia menarik sudut bibirnya. Tersenyum tipis. Dan Kyuhyun juga melakukan hal yang sama.
Setelah pengakuan yang Kyuhyun buat hubungannya dengan Sera tidaklah sebaik dulu. Ada jarak di antara kedunya. Sera menjauh dengan sendirinya dan Kyuhyun membiarkan hal itu. Dia mengerti rasa kecewa itu, mungkin marah atau malah benci. Karena itu Kyuhyun membiarkan Sera menjauh jika itu yang terbaik.
Sekarang mereka tak ubahnya dua orang asing.
“Soo-ya siapa gadis cantik itu?” Bisik Minho.
“Dia Park Sera kakak Joon Ki”
Soojin menyadari Minho yang menatap Sera terpesona dan tanpa berkedip. Soojin menyenggol lengan Minho yang membuatnya berpaling.
“Kenapa kau menatapnya seperti itu?”
Minho tak langsung menjawab lebih dulu dia memegang dadanya. “Di sini berdebar, sangat kencang.”
“Mwo?”
“Soo-ya seperti aku jatuh cinta padanya”
“Ehh?” Soojin tidak bisa menerima ucapan Minho begitu saja. “Jatuh cinta bagaimana?”
“Cinta pandangan pertama” Jawab Minho disambut helaan nafas kasar Soojin. “Pada Park Sera? yang benar saja!”
~
Pesta dimulai dengan beberapa sambutan yang diberikan. Selanjutnya acara yang ditunggu-tunggu adalah penampilan dari Minji dengan pianonya. Tidak hanya itu dansa adalah hal yang paling ditunggu-tunggu. Mereka akan berdansa bersama pasangan masing-masing lalu saat musik berganti mereka juga harus mengganti pasangan mereka dengan pasangan lainnya.
Joon Myun menarik Hyesoo ke lantai dansa begitu juga dengan Hyukjae. Baru Kyuhyun akan mengajak Soojin Minho lebih dulu menarik Soojin. dan Joon Ki harus berusaha keras merayu kakaknya agar mau berdansa dengannya.
“Nuna ayolah kita berdansa”
“Mana ada berdansa dengan kakaknya sendiri. Carilah gadis lain”
“Tidak ada peraturan yang melarang berdansa dengan kakaknya sendiri”
Sera tetap tidak mau dia menunjuk ke arah kumpulan gadis yang terlihat berharap dia ajak berdansa.
Dengan satu tarikan Joon Ki mengajak Sera memasuki lantai dansa dan Sera tidak bisa menolak detik berikutnya.
“Ehem..” Kyuhyun menoleh ke sumber suara. Dia menemukan seorang gadis berdiri disampingnya dengan senyum merayu.
“Sunbaenim..” Panggil gadis yang tak lain adalah Ah Jung. “Bagaimana jika kita berdansa?”
Sudah tentu hai itu di tolak Kyuhyun. “Maaf tapi aku sedang tidak ingin berdansa”
“Sayang sekali padahal aku sangat ingin” Katanya terlihat kecewa. Melihat Soojin dan Minho yang terlihat menikmati dansa mereka Kyuhyun berubah pikiran.
“Baiklah. Ayo”
Kyuhyun mengajak Ah Jung ke lantai dansa. Yang di sambut teriakan beberapa teman Ah Jung yang melihatnya sayangnya teriakan itu terendam oleh kuatnya musik yang mengalun.
“Kyuhyun sunbae benar-benar mengajaknya berdansa” Komentar salah satunya dengan iri.
Ah Jung mengalungkan tangannya di leher Kyuhyun. Hanya Ah Jung yang menikmati dansa itu karena Kyuhyun sendiri sibuk memperhatikan Soojin yang belum menyadari keberadaannya.
“Soo-ya Park Sera itu seperti apa orangnya?’ Tanya Minho dengan mata yang mencurin pandang pada Sera.
“Dia senior yang sambong. angkuh, aku tidak menyukainya”
“Tapi kau berteman baik dengan adiknya”
“Joon Ki berbeda. Dia baik dan tidak sombong. Kami berteman sejak di sekolah dasar.
“Jika di lihat dia seperti wanita yang baik”
Soojin mendengus. “Aku lebih tahu dia”
Kyuhyun tidak memperdulikan Ah Jung yang mengajaknya bicara bahkan dia merasa terganggu karena Ah Jung yang berusaha mengambil perhatiannya.
Apa yang mereka bicarakan. Batin Kyuhyun bertanya-tanya.
“Soo-ya kau mau membantuku?” Tanya Minho tanpa menggubiris ucapan Soojin. “Bantu aku mendekatinya”
“Apa kau sudah tidak waras! aku tidak memiliki hubungan yang baik dengannya”
“Tapi kau berhubungan baik dengan adiknya”
“Kau sudah gila rupanya. Choi Minho dia itu lebih tua dari. Kau ingin berkencan dengan wanita yang lebih tua huh?!”
“Apa masalahnya? Mantan kekasihku saja lebih tua dariku” Ingat Minho pada mantan kekasihnya yang dulu. Seorang gadis berkewarganegaraan swiss, bermata biru yang dia kencani meski usia mereka terpaut tiga tahun
“Aku lupa mengenai seleramu” Cibir Soojin.
Saat Soojin berpaling barulah dia menyadari keberadaan Kyuhyun. Mata Soojin melebar melihat wanita yang berdansa dengan Kyuhyun.
Sementara Kyuhyun tahu ekor mata Soojin mengawasinya dia berpura-pura menikmati kebersamaannya dengan Ah Junng. Bahkan menanggapi segala pertanyaan yang Ah Jung lontarkan.
Saat Musik berganti, saat itulah mereka harus mengganti pasarangan mereka. Orang yang berada di dekat mereka yang akan menjadi pasangan mereka selanjutnya. Minho yang sangat ingin berdansa dengan Sera harus menelan kekecewaan karena Sera berpindah pada Kyuhyun.
Benar, pasangan Sera selanjutnya adalah Kyuhyun. Minho berdecak karena pasangannya yang sekarang adalah kakak sepupunya sendiri.
“Hey bocah kenapa kau berdecak seperti itu!”
Sementara itu, Soojin berpasangan dengan Joon Ki.
“Padahal aku berharap mendapat gadis cantik”
“Maksudmu aku tidak cantik begitu?!”
Joon Ki tertawa. Sebuah kesenangan baginya bisa menggoda Soojin. Joon Ki dan Soojin memang bisa tertawa berbanding dengan Sera dan Kyuhyun.
“Bagaimana kabarmu?” Tanya Kyuhyun akhirnya setelah sekian lama saling membungkam.
“Baik”
“Selamat, karena kau menang dalam persidangan”
Kalian tidak bertanya-tanya apa pekerjaan Sera? Gadis itu seorang pengacara dan baru-baru ini Sera memenangkan kasus sengketa lahan yang sejak dua tahun lalu tidak pernah selesai.
“Terima kasih” Jawab Sera seadanya tanpa memandang Kyuhyun.
“Bagaimana caranya agar kau tidak menganggapku seperti orang asing?” Pertanyaan itu sontak membuat Sera menatap Kyuhyun.
“Kita dulu teman. Tidak, bahkan sahabat”
Meski tidak terlihat jelas tapi mata itu memancarkan kekecewaan mendengar pernyataan Kyuhyun. Sera memilih untuk kembali membuang pandangannya.
Untuk kedua kalinya musik berganti dan mereka harus kembali berganti pasangan. Minho mengambil kesempatan dengan berdiri di dekat Sera secaea otomatis membuat Sera menjadi pasangannya. Sementara Kyuhyun menarik tangan yang berada di dektnya tanpa tahu Siapa pemilik tangan itu.
Saat gadis itu berada di hadapannya barulah si pemilik tangan itu.
“Sunbaenim” Panggilan itu mewakili siapa yang sekarang berdansa dengannya, Han Soojin. Gadis itu Soojin.
Soojin meletakan tangannya di pundak Kyuhyun sementara Kyuhyun melingkarkan tangannya di sekitar Soojin.
Seperti dejavu mereka juga pernah berada di situasi seperti ini.
“Kenapa kau tidak menolaknya tadi?”
“Nde?”
“Saat pria itu menarikmu”
Soojin mengerti sekarang. Apa Cho Kyuhyun cemburu sekarang. Soojin menahan Senyum yang disadari oleh Kyuhyun. “Kenapa tersenyum seperti itu?!”
“Memangnya aku tersenyum?” Tanya Soojin balik yang tidak bisa Kyuhyun jawabb.
.
.
Setelah acara selesai Minho memaksa Soojin untuk mengajak Sera dan Joon Ki mampir di sebuah kedai.
“Ayolah Soo-ya Kau sudah berjanji akan membantuku”
“Kau hanya perlu mengajak mereka ke kedai seberang sana”
“Kali ini harus bantu aku”
Seperti anak kecil yang merengek pada ibunya akhirnya Soojin mengiyakannya.
Mereka duduk berlima di kedai di seberang hotel itu. Ada Kyuhyun yang juga ikut karena tidak mungkin dia pergi bersama Kyuhyun dan kembali tanpa Kyuhyun. Ini kali pertama Kyuhyun minum di kedai pinggir jalan seperti ini. Namun tidak bagi Soojin dan Minho. Di L.A juga ada kedai-kedai pinggir jalan. Mereka sering minum disana yang berbeda disana tidak ada soju.
Minho memesan dua botol soju dengan beberapa makanan.
“Soo-yah kau ingat saat di L.A kita sering makan di tempat seperti ini”
Soojin mengangguk. Dia mengambil sebotol soju dan menuangkannya untuk Minho. “Eoh aku yang selalu membayarnya padahal kau yang minum paling banyak”
“Kenapa hal itu yang kau ingat” Protes Minho. Dia menenguk habis soju itu dengan sekali tegukan. “Ahhh rasanya enk sekali”
Dia menyadari tiga orang lainnya yang hanya memperhatikannya. “Kalian tidak ingin minum?” Tanyanya pada Sera, Joon Ki dan Kyuhyun.
“Joon Ki-Ssi ini untukmu” Minho memberikan segelas soju.
“Nuna ini untukmu” Minho memberikan segelas soju pada Sera namun Sera hanya melihat gelas itu tanpa msngambilnya. “Kau tidak minum ya?” Tanya Minho hati-hati.
“Tidak, aku minum” Jawab Sera mengambil gelas itu dan langusung menenguk habis. Dia kembali meminta gelasnya diisi Soju dan Minho segera mengisinya. “Woahh kau kuat minum juga nuna” Puji Minho.
Ponsel Joon Ki berdering. Dia menjauh untuk mengangkat telpone.
Sementara Minho dan Sera yang seolah berlomba meminum soju, Soojin dan Kyuhyun hanya menjadi penonton. “Dia seperti maniak jika bertemu dengan alkohol” Cibir Soojin melihat Minho. Soojin mengisi gelasnya dengan soju namun Kyuhyun menarik cepat gelas itu dan meneguk habis isinya.
“Yak! apa yang kau lakukan huh!”
Kyuhyun mendesah merasakan cairan pekat itu mengalir di tenggorokannya. Mata Soojin menajam menatap Kyuhyun. “Kau jangan minum” Kata Kyuhyun melarang Soojin.
“Memangnya kenapa? aku ini wanita dewasa bukan lagi anak di bawah umur”
“Mungkin kau sudah lupa tapi aku tidak pernah lupa bagaimana kau mabuk” Jawab Kyuhyun santai. menuangkan kembali soju ke gelasnya.
Soojin mencebikan bibirnya. Kejadian itu sudah bertahun-tahun lamanya. Dia akui itu kali pertama dia minum alkohol jadi wajar satu baru minum 3 gelas dia mabuk. Dengan kesal Soojin mengambil kacang almond yang disediakan. Hanya itu yang bisa dia makan.
Joon Ki kembali. “Maaf sepertinya aku harus pergi sekarang”
“Secepat ini?”
“Orang kantor menghubungiku katanya ada masalah yang terjadi di kantor”
“Nuna ayo kita pulang. Aku akan mengantarmu dulu”
“Aku masih mau minum, kau pergi saja”
“Tapi kau sudah mabuk”
“Aku akan mengantarnya” Sahut Minho.
“Tidak! Tidak! Aku akan pulang sendiri dengan taksi”
“Tidak aman untuk wanita mabuk pulang sendiri. Aku yang akan mengantarnya sudah tidak perlu khawatir.
Joon Ki tidak bisa langsung mengiyakannya. Minho tetaplah orang asing bagaimana jika dia berbuat yang macam-macam pada Sera? Terlebih kakaknya itu sedang mabuk.
“Aku bukan orang jahat. Ck!”
Di bawah kolong kaki Minho menyenggol kaki Soojin. Minho memberi kode untuk Soojin membantunya meyakinkan Joon Ki.
“Minho benar, tidak aman jika Sera sunbaenim pulang sendiri. Lebih baik Minho yang mengantarnya”
“Aku akan menghajarnya jika dia sampai macam-macam” Bubuh Soojin.
Dengan sedikit berat hati Joon Ki mengiyakannya. “Baiklah. Aku percayakan nuna ku padamu”
“Tenang saja aku akan menjaganya dengan baik”
“Nuna aku pergi dulu”
“Eoh”
“Joon Ki-ya hati-hati” Kata Soojin sembari melambaikan tangannya.
Minho kembali memesan beberapa botol soju. Dia mengajak sera, Kyuhyun dan Soojin untuk kembali minum.
Minho menaruh kasar gelasnya membuat bunyi yang cukup keras. “Nuna kau tahu dadaku berdesir saat melihatmu” Minho bangun dari duduknya dan keseimbangannya sedikit linglung namun masih bisa dia kendalikan.
“Minho-ya apa yang kau lakukan. Cepat duduk!” Kata Soojin menarik Minho untuk duduk.
“Soo-ya kau tahu temanmu ini merasakan sesuatu yang asing”
“Kau sudah mabuk bodoh!”
“Yaa! Aku tidak mabuk” Minho menepuk wajahnya untuk membuat Soojin percaya namun bau alkohol yang begitu menyengat tidak bisa membohongi jika Minh sudah benar-benar mabuk.
“Nuna sungguh debaran dihatiku ini sangat kencang”
“Choi Minho apa kau sudah gila” Desis Soojin menahan malu karena beberapa orang memperhatikan mereka.
“Nuna aku rasa aku menyukaimu. Ini cinta pandangan pertama”
“Nuna kenapa kau diam saja?”
“Berhentilah bicara!” Soojin menarik Minho hingga duduk bahkan tanpa segan Soojin memukul kepala Minho. Sekeras apapun Minho mengutarakan perasaannya pada Sera gadis itu tidak akan pernah mendengarnya karena Sera sudah tidak sadarkan diri.
Sekitar 7 botol soju kosong yang telah di habiskan baik oleh Sera maupun Minho.
“Yak! Sakit!” Keluh Minho mengusap kepalanya.
“Kau bisa merasa sakit tapi tidak merasa malu”
“Sunbaenim bagaimana jika kita pulang sekarang?”
“Eoh? mereka…”
“Kita antar mereka dulu baru pulang, bagaimana?”
“Kau tunggulah disini aku akan ambil mobil” Setelah membayar barulah Kyuhyun mengambil mobilnya yang terparkir tak jauh dari kedai.
“Minho-ya kau bertambah berat” Keluh Soojin susah payah membopong Minho menuju mobil Kyuhyun. Ini bukan kali pertama dia membawa Minho dalam keadaan mabuk.
“Bisa-bisanya kau mengatakan ingin mengantarnya. Yang ada kami yang mengantarmu!”
Soojin mendesah lelah memasukan Minho ke dalam mobil sementara Kyuhyun dengan mudah menggendong Sera.
“Apa dia juga menggendongku seperti itu saat aku mabuk” Gumam Soojin tiba-tiba kesal.
“Kau tidak ingin masuk?”
“Eoh?” Soojin segera masuk menyusul Kyuhyun. Soojin menoleh ke bangku belakang melihat bagaimana kedua orang itu sudah terlelap.
“Dimana rumah Minho?”
“Seom dam-dong”
Setelah itu Kyuhyun tidak bertanya apapun lagi. Tidak ada musik yang berputar yang ada hanya deru nafas Minho yang terdengar jelas—menggambarkan betapa heningnya suasana.
“Jika dia mabuk seperti tadi bagaimana bisa kau mengatasinya” Untuk memecah keheningan Kyuhyun bertanya.
“Apartement kami di dekat jalan raya jika dia mabuk aku hanya perlu meminta bantuan petugas keamanan yang berjaga”
“Kalian begitu dekat” Itu pertanyaan yang ingin Kyuhyun tanyakan 4 tahun lalu tentang kedekatan Soojin dan Minho. Jujur saja dia tidak suka melih kedektan keduanya. Jika ini yang dinamakan cemburu maka dia cemburu melihat kedekatan keduanya.
“Kami teman yang sangat dekat”
“Hanya teman?”
Dahi Soojin mengerut namun segera mengerti. “Tentu saja”
“Tapi terlihat lebih”
“Lebih? maksudmu seperti hubunganmu dengan Sera sunbae begitu?”
Kyuhyun menoleh cepat. Terlihat tidak suka karena mengingatkannya pada kesalah pahaman yang dia buat. Kyuhyun melihat sera melalui kaca depan.
“Di perempatan jalan itu belok kiri” Soojin menunjukan arah ke rumah Minho. “Rumah putih di sebelah kiri itu rumahnya” Kyuhyun mengangguk dan memberhentikan mobilnya di depan rumah yang Soojin tunjuk.
Mereka berdua keluar sementara Soojin berjalan menuju intercome di dekat pagar, Kyuhyun membawa Minho keluar. Tak lama seorang pria keluar dari rumah. “Soojin-ah” Panggil pria yang tak lain kakak laki-laki Minho.
“Oppa Minho mabuk jadi kami mengantarnya pulang”
“Kenapa dia bisa bersamamu bukankah dia pergi bersama Ah Jung?”
“Kami pergi ke pesta yang sama. Setelah pestanya berakhir kami sedikit berbincang dan minum”
“Terima kasih sudah mengantarnya. Anak ini sangat menyusahkan saat sedang mabuk”
“Ne”
“Kau juga akrab dengan keluarganya” Gumam Kyuhyun masuk ke dalam mobil.
“Kau mengatakan apa tadi?”
“Tidak. Lupakan”
“Dasar aneh”
~
“Ini bukan ke arah rumah Joon Ki” Soojin hapal betul jalan ke arah rumah Joon Ki tapi mobil Kyuhyun berjalan berlawanan arah dengan rumah Joon Ki.
“Sera tidak tinggal bersama ibu dan adiknya lagi. Dia tinggal sendiri di apartmentnya”
Soojin mengangguk tanda mengerti. Namun dalam hati gadis itu bertanya-tanya. Kenapa Kyuhyun bisa tahu? Apa mereka masih berhubungan selama ini?
“Hyukjae mengirimkan alamatnya padaku” Jelas Kyuhyun seolah bisa membaca pikiran Soojin.
~
Harus Soojin akui dia tidak suka melihat Kyuhyun yang lagi-lagi menggendong Sera. Terkutuklah Sera yang mengenakan dres ketat hingga tidak memungkinkan untuk Kyuhyun menggendongnya dibelakang. Saat lift berdenting terbuka di lantai 6 betapa senangnya Soojin. Mereka berhenti di salah satu kamar.
“Kuncinya”
“Mwo?” Saat Kyuhyun menunjuk ke arah tas sera yang Soojin pegang barulah Soojin mengerti. Dia mencari key card. di dalam dompet Sera.
Saat masuk ke dalam Soojin terkesan melihat isi dalam Apartment Sera. Bisa dikatakan kecil karena hanya terdiri dari satu kamar tidur. Soojin menyingkap selimut dan Kyuhyun membaringkan Sera perlahan.
Baru mereka akan pergi Sera terbangun dengan membekap mulutnya. “Hoekk” Dengan limbung Sera menuju kamar mandi. memuntahkan semua isi perutnya di wastafel.
Soojin berdiri di ambang pintu sementara Kyuhyun sudah masuk dan memijat tengkuk Sera.
“Omo” Terik Soojin melihat Sera yang hampir saja terjatuh jika saja Kyuhyun tidak menahannya.
“Kepalaku sakit sekali” Kyuhyun membantu Sera kembali ke ranjangnya sementara Soojin teringat akan sesuatu segera bergegas menuju dapur.
Dia membuka lemari es mencari lemon juga madu. Biasanya dia akan membuatkan Minho perasan air lemon dicampur madu jika Minho minum terlalu banyak. Ini akan mengurangi sakit di kepala juga membuat perut terasa hangat.
Kyuhyun membantu Sera berbaring bahkan tanpa sungkan dia melepaskan sepatu yang masih Sera kenakan. Menyelimuti Sera dan barulah dia beranjak pergi.
Langkahnya tertahan karena sebuah tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
Dengan mata sayu Sera mentap Kyuhyun. “Kau selalu seperti ini. Pergi setelah membantuku” Ucapnya dengan suara parau. Bukannya dia tidak tahu Kyuhyun diam-diam sering membantunya sekalipun hubungan mereka memburuk.
“Jangan katakan apapun kepalamu akan bertambah sakit”
“Kenapa aku tidak bisa? Kenapa begitu sulit bagiku? Kenapa Cho Kyuhyun?”
“Sera-ya”
“Aku tidak bisa melupakanmu” Kata Sera terus terang tanpa ada yang harus dia tutupi. “6 tahun aku berusaha melupakan semuanya. Melupakan luka di hatiku. Melupakan cintaku dan juga melupakanmu”
“Tapi tidak bisa” Nadanya terdengar frustasi. “Apa yang harus aku lakuakan? Pergi jauh darimu? berulang kali ku coba. Jatuh cinta pada pria lain? pernah ku coba tapi berakhir dengan aku membohongi diriku”
“Sera-ya kau mabuk”
“Aku memang mabuk kau boleh anggap aku berbohong” Kata Sera melepaskan tangan Kyuhyun. Dia memejamkan matanya. berpura-pura tidur lebih tepatnya karena setelah Kyuhyun menjauh pergi dia membuka matanya yang berkaca-kaca.
Tanpa Kyuhyun sadari di atas bupet di samping pintu kamar Sera terdapat segelas lemon dengan campuran madu hangat. Kyuhyun mencari Soojin ke penjuru ruangan namun dia tidak menemukan keberadaan Soojin.
Saat dia keluar barulah Kyuhyun menemukan Soojin berdiri di dekat pintu dengan kepala yang menunduk ke bawah. Soojin yang menyadari keberadaan Kyuhyun menegakan kepalanya.
“Apa yang kau lakukan diluar?”
“Bagaimana keadaan Sera sunbaenim?” Tanyanya balik.
“Dia sudah tidur”
Soojin mengangguk dan berlalu lebih dulu. “Kenapa kau menunggu di luar?”
“Hanya ingin saja” Jawab Soojin tanpa menoleh.
“Aku tidak bisa melupakanmu. 6 tahun aku berusaha melupakan semuanya. Melupakan luka di hatiku. Melupakan cintaku dan juga melupakanmu”
“Tapi tidak bisa”
Dia pernah berada di posisi dimana ingin melupakan tapi tidak bisa. Dia mengerti perasaan Sera. Hanya itu yang dia rasakan saat ini.
***
Blizt kamera dan lampu sorot menyorot pada satu titik. Melalui arahan sang photographer seorang model dengan tubuh semampainya berpose di hadapan kamera. Garis rahang yang lebut, mata tajam, dan tatapan sexy itu membuat sang perancang mengangguk puas melihat hasil foto.
“Aku rasa jika diberi efek shadow ini akan jauh lebih mewah.” Kata Hyesoo di sambut anggukan setuju sang Photographer.
“Tatapannya sangat misterius. Aku sangat suka” Sekali lagi sang photographer mengangguk setuju.
“Na Young-Ssi” Panggil Hyesoo pada sang model. “Kau bisa istirahat. Pemotretan hari ini cukup sampai disini. Aku sangat puas dengan hasilnya”
“Terima kasih atas kerja kerasnya” Ujar Hyesoo sebelum Na Young berlalu.
“Masih ada dua satu sesi pemotretan, dimana model selanjutnya?” Kata si photographer.
Hyesoo melirik jam tangannya sebelum menjawab. “Kita istirahat dulu. satu jam lagi baru kita mulai. Soal model kau tidak usah khawatir aku sudah mempersiapkannya” Hyesoo tersenyum licik jelas sekali wajah itu telah merencakan sesuatu.
“Memang siapa modelnya?” Tanya seoarang pria yang baru saja bergabung.
“Kau akan tahu nanti. Bukan hanya rancanganku saja yang akan meledak tapi majalahmu juga” Kata Hyesoo membuat pria itu penasaran.
“Apa yang kau rencanakan Song Hyesoo”
“Kau akan tahu nanti. Dan aku jamin kau akan suka” Katanya berlalu pergi. Masih dengan senyum yang terkesan misterius itu.
~
“Dimana mereka?” Hyesoo berjalan mondar mandir di ruang ganti. Berulang kali dia mengecek ponselnya. “Sudah lebih dari lima belas menit kenapa mereka belum sampai juga”
Bunyi pintu terbuka membuat Hyesoo memutar tubuhnya cepat. Soojin mengerut bingung melihat Hyesoo yang seperti sedang menunggu seseorang dengan sedikit kecemasan. “Siapa yang kau tunggu?” Tanya Soojin belum beranjak dari pintu. Dengan tidak sabaran Hyesoo menarik Soojin masuk.
“Tentu saja menunggumu. Aku kira kau tidak akan datang!”
“Maaf aku sedikit terlambat. Jalanan macet, kau tahulah seperti apa Seoul”
“ya..ya..ya.. Apa lagi yang bisa kau katakan selain itu”
Soojin mendengus.
“Benoo” Teriak Hyesoo memanggil seseorang. Tak lama seorang wanita masuk menghampirinya.
“Cepat bantu dia. Semua sudah aku sediakan. Dan kau Han Soojin jangan menolak apapun yang dia lakukan terhadapmu!”
“Ayo” Ajak Benoo pada Soojin.
“Tunggu! apa maksudmu? memangnya apa yang akan dia lakukan terhadapku? apa yang sudah kau siapkan?”
Hyesoo menepuk dahinya. “bodohnya aku! kenapa aku bisa lupa memberitahumu”
“Dengarkan, aku kekurangan model. Dan kau sangat cocok untuk mengenakan baju rancanganku yang satu ini. Aku harap kau mau. Tidak! kau harus mau. Karena jika tidak—”
“Stop!” Potong Soojin. “Maksudmu aku harus mengenakan baju rancanganmu? lalu di foto begitu?”
“Aku mohon” Hyesoo menyatukan kedua tangannya. Wajahnya penuh Harap. “Aku tidak memiliki waktu untuk mencari model lain. Ayolah Han Soojin… bantu aku kali ini ya?”
Soojin membuang nafas kasar. “Pantas saja kau begitu ingin aku datang kesini” Sahut Soojin kesal.
“Aku tidak memiliki pilihan lain. Ayolah Han Soojin”
“Kau sahabatku terbaikku ‘kan? kau mau launcing perdanaku gagal hanya karena aku tidak mendapatkan model? Karir yang baru aku bangun bisa hancur begitu saja. Impianku. Ohh… aku tidak sanggup membayangkan semua itu”
Soojin memutar bola matanya malas. Jelas sekali kau sedang berakting. Umpat Soojin dalam hati.
“Soojin sahabat terbaik ku yang paling cantik kau mau ‘kan?”
Cih! Manis sekali mulut Hyesoo ini. Kembali Soojin mengumpat dalam hati. Meski merasa di tipu Soojin akhirnya mengiyakan. “Baiklah! Baiklah! Tidak usah berlebihan seperti itu”
“Sungguh? Kyaaa!” Hyesoo berteriak senang dan yang tidak Soojin sadari sudut bibirnya menarik senyum penuh arti.
“Kamar gantinya yang itu, Benoo yang akan membantumu”
Setelah memastikan Soojin masuk ke kamar ganti Hyesoo segera menghubungi seseorang.
“Dimana?”
“Apa tidak bisa lebih cepat sedikit?”
“Tidak, hanya saja tersisa 45 menit lagi”
“Baiklah, hati-hati”
Selanjutnya Hyesoo menyusul ke dalam ruang ganti. Dia ingin membantu Soojin, lebih tepatnya melihat reaksi gadis itu saat tahu baju seperti apa yang dia kenakan. Hyesoo menyeringai membayangkannya.
Di dalam kamar ganti sudah terdapat satu gaun yang terpasang di sebuah manek. Mata Soojin berbinar dengan mulut yang mengatakan “Wah” melihat gaun indah itu.
Gaun satin dengan pintalan-pintalan benang halus terajut dari atas hingga kebawah ekor yang menjuntai.
“Kau suka?” Suara itu berasal dari arah belakangnya. Hyesoo yang baru saja masuk.
“Ini indah sekali Yeongi-ya… Kau sendiri yang mendesainnya?”
Hyesoo mengangguk bangga. “Jadi, apa kau mau mengenakannya?”
Senyum Soojin surut berganti kerutan tipis di dahi. Dia menoleh pada Hyesoo yang sudah berdiri di sampingnya.
“Maksudmu, aku mengenakan gaun ini?!”
Hyesoo mengangguk pelan sembari memperhatikan perubahan raut wajah Soojin.
Soojin menghela nafas dalam dan sabar. “Ini gaun pengantin Song Hyesoo!” Murkanya dengan gigi terkatup.
“Lalu apa masalahnya?”
“Masalahnya? Kau masih mau bertanya masalahnya?!”
Hyesoo menyengir. “Tentang pasanganmu, aku sudah menyiapkannya. Dan kau pasti akan suka, kau bahkan akan berterima kasih padaku”
“Percaya diri sekali kau ini. Apa pria itu setampan Edward Pattinson? atau seseksi Jemmy Dornan? huh?”
“Dia lebih tampan dari Edward Pattinson dan lebih seksi dari Jemmy Dornan” Setengah hati Hyesoo mengatakannya. Ini sama saja dia memuji pria itu.
“Cih! apa ada orang seperti itu. Aku tidak bisa Yeongi-ah. Tidak bisa!”
“Kau tidak bisa berubah pikiran. Kau sudah mengiyakannya tadi”
“Setelah aku tahu kau menjebakku dua kali”
“Aku tidak menjebakmu. sudahlah aku tidak menerima penolaknmu. Sebaiknya cepat kenakan gaun ini agar aku bisa meriasmu”
“Aku tidak mau!”
“Kau tidak bisa menarik keputusanmu”
Dan selanjutnya kalian bisa menebaknya. Perdebatan itu terus berlanjut.
~
“Joon Myun-ah kau akan membawaku kemana?” Kyuhyun bertanya pada Joon Myun setelah selesai menerima panggilan. Juniornya saat di bangku sekolah menengah atas itu hanya tersenyum tanpa menjawab. Tak khayal hal itu membuat dahi Kyuhyun berkerut bingung.
Mobilnya minggir hingga berhenti di depan sebuah studio foto.
“Untuk apa kita kesini?”
“Hyung kau akan tahu saat kita tiba di dalam nanti”
Kyuhyun masih bertanya-tanya saat mereka memasuki studio. Pria seperti Mereka datang ke tempat seperti itu sudah tentu menjadi objek menarik. Joon Myun menghampiri seorang wanita.
“Subin-Ssi kau tahu dimana Hyesoo?”
“Dia di studio lantai bawah. ada pemotretan disana”
“Kamsahamnida”
“Jadi kau mengajakku untuk menemui kekasihmu huh?!” Decak Kyuhyun kesal. Dia melewati jam makan siangnya hanya untuk menemani Joon Myun menemui Hyesoo. “Kau membuang waktu ku saja”
Kyuhyun sudah akan berbalik pergi namun Joon Myun lebih dulu menahannya. “Bukan hanya aku tapi kau juga akan bertemu dengan seseorang”
Dan pikiran Kyuhyun hanya tertuju pada satu orang. “Soojin maksudmu?”
“Mungkin saja” Jawab Joon Myun mengangkat bahunya. Dia mengajak Kyuhyun untuk kembali berjalan.
Mereka menuruni anak tangga. Studio itu hanya terdiri dari dua lantai namun memiliki lantai bawah tanah sebagai studio pemotretan.
Saat itu studio terlihat sepi, mungkin karena sekarang jam makan siang. Hanya terlihat beberapa orang yang berlalu lalang dan ada seorang pria yang sedang mendorong troli baju yang melintas di depan mereka mengenali sosok Joon Myun.
“Chogi…” Kata pria itu menarik perhatian keduanya. “Hyesoo-Ssi sedang berada di ruang ganti yang disana” Tunjuk pria itu pada satu ruangan. Joon Myun mengangguk dan berterima kasih.
Tepat saat keduanya masuk Hyesoo keluar dari kamar ganti. “Akhirnya kalian datang juga” Katanya menghampiri keduanya. Kyuhyun terlihat tidak begitu memperdulikan Hyesoo dia lebih dulu mencari orang lain selain Hyesoo di ruangan itu.
Hyesoo memasang wajah seramah mungkin, mengingat hubungannya dengan Kyuhyun tidak begitu baik. Jika mengingat Kyuhyun dia hanya merasa kesal dan kesal. Tapi untuk kali ini dia membuang jauh rasa kesalnya.
“Kyuhyun sunbaenim” Embel-embal itu tidak pernah lepas. Dia rasa panggilan itu juga terdengar lebih sopan.
“Apa Joon Myun sudah mengatakan sesuatu padamu?”
Lebih dulu Kyuhyun melirik Joon Myun sebelum menggeleng. “Sebenarnya aku membutuhkan model pria untuk pemotretan. Apa kau bisa jadi modelnya?”
“Model? Aku? Yang benar saja!” Kyuhyun tertawa tak percaya. Dia menatap Joon Myung tajam. Dan Joon Myun hanya tersenyum masam. Di satu sisi temannya di sisi lain kekasihnya dan dua-duanya sama-sama suka mengancamnya.
“Pemotretannya tidak akan lama. Sunbaenim kau sangat cocok mengenakan baju rancanganku yang ini karena itu aku meminta bantuanmu”
“Aku tidak memiliki pengalaman menjadi model. Hyesoo-Ssi kau salah orang”
“Tapi—”
“Song Hyesoo, dimana kau? bagaimana penampilanku?” Soojin keluar dari kamar ganti dengan mengangkat gaunnya yang cukup berat. Masih berjalan dengan susah payah Soojin belum menyadari keberadaan dua orang lainnya.
“Gaun ini indah tapi menyu—”
Matanya terbuka lebar dengan mulut yang belum selesai mengucapkan kalimatnya. “Sunbaenim” Gumamnya dengan suara pelan.
Soojin melirik Hyesoo dengan tatapan bertanya “Apa ini juga bagian dari rencanamu?”
“Jadi sunbaenim kau mau jadi model prianya?”
“Model pria?” Tanya Soojin hampir saja memekik.
.
.
Keduanya berdiri kaku menghadap kamera. Kyuhyun berdiri dengan tangan menyatu di depan tanpa senyum sementara Soojin dengan tangan yang saling meremas dia tersenyum canggung terkesan di paksakan.
Hyesoo membunga nafas melihatnya. “Apa kalian akan terus seperti itu?”
“Ayo senyum. Senyum yang lebar dan tulus”
Soojin menarik senyumnya lebih lebar namun bukannya terlihat manis malah terlihat aneh.
Hyesoo mendekat dan berkacak pinggang. “Apa kau lupa cara tersenyum Han Soojin?”
“Menurutmu aku masih bisa tersenyum” Kata Soojin berbisik takut-takut Kyuhyun mendengarnya. “Kau sadar situasi apa yang sudah kau ciptakan huh?”
“Seharusnya kau berterima kasih padaku. Lihatlah sunbaenim impianmu itu begitu tampan” Mereka masih berbisik dan sempat-sempatnya Hyesoo menggoda Soojin. Tapi itu bukanlah bualan, Kyuhyun memang terlihat tampan dengan setelan Texudo putih pas dengan tubuhnya.
“Baiklah kita akan mulai sekarang” Kata sang photographer.
Hyesoo menjauh membiarkan sang photographer memberi instruksi pada keduanya.
“Kalian apa bisa lebih dekat lagi?” Kedua tersentak, sesuai instruksi keduanya bergeser satu langkah lebih dekat.
“Masih kurang dekat. Ayo lebih dekat lagi”
Dan lagi, mereka bergeser mendekat. “Kalian pegang buket bunga itu bersamaan”
“Bagus. Senyumlah”
Namun saat blitz kamera meredup senyum itu tak juga terlihat. keduanya hanya memasang wajah datar mereka.
“Kaku sekali ekspresi mereka” Keluh sang photographer pada Hyesoo. Hyesoo hanya bisa mengusap dahinya toh keduanya memang bukan model. Dia juga tidak bisa memarahi keduanya yang ada dialah yang menjadi sasaran kemarahan keduanya.
Sang Photographer yang gemas mendekat untuk mengatur posisi mereka secara langsung.
“Ini tidak akan sulit, aku hanya akan mengambil beberapa poto saja” Katanya melihat kecanggunga diwajah keduanya. dia memahami bagaimana pun keduanya bukan seorang model terbiasa dengan kamera.
“Sekarang kalian berhadapan”
Mereka memutar tubuh mereka kaku. Saling menghindar saat mata itu bertemu. Sungguh ini tidak nyaman terlebih mereka di tonton oleh banyak orang.
Hampir semua staf yang ikut andil dalam pemotretan kali ini menghentikan pekerjaan mereka untuk sekedar melihat dua orang itu. Cho Kyuhyun, presdir muda yang satu tahun terakhir begitu di gilai para gadis, menjadi bahan pembicaraan yang selalu menarik. Tampan, cerdas, kaya, sukses, gadis mana yang tidak berebut untuk mendapatkan Kyuhyun. Dan Han Soojin, pewaris tunggal perusahaan konstruksi terbesar di Korea. Digadang-gadang gadis itu akan menggantikan ayahnya memimpin perusahaan besar. Cantik, pintar, kaya pria mana yang tidak memimpikan gadis seperti itu.
Bukankah itu cukup membuat para wanita menelan pahit saliva mereka? mereka saja bisa berhenti hanya untuk mengagumi gadis itu bagaimana dengan kaum adam yang akan jelas-jelas memuja gadis itu.
“Kalian harus saling menatap. Anggap tidak ada siapapun disini hanya kalian berdua saja. Rasakan dia lewat matamu”
Dan seperti mantra mata mereka bertemu. Tidak bisa lagi menghindar karena sudah terpikat dengan mata yang berbeda jenis itu.
“Untuk kejadian kemarin malam, maaf”
“Kejadian yang mana?”
“Aku tidak tahu kau mendengarnya atau tidak tapi itu bukanlah keinginanku”
Kyuhyun menyadari perubabahan sikap Soojin sepulangnya dari Apartment Sera. Sepanjang jalan gadis itu hanya diam, jikapun dia bertanya hanya dijawab seadanya.
Soojin diam. Sebenarnya itu bukan salah Kyuhyun, dia juga tidak marah pada Kyuhyun hanya saja perasaan yang sekarang Sera alami dulunya pernah dia rasakan. Mungkin dia hanya terbawa perasaan hingga mempengaruhi suasana hatinya.
“Aku tidak marah padamu sunbaenim. Sungguh”
Soojin tersenyum akhirnya. Dan itu membuat Kyuhyun juga tersenyum dan tepat saat itu sang photographermengambil foto mereka.
“Ini baru benar” Katanya puas melihat senyum yang terlihat natural. Sangat pas untuk mewakili perasaan calon pengantin.
~
“Hasil foto kalian sangat memuaskan. Aku sangat yakin luanching perdana ku ini akan sukses” Hyesoo berseru senang. “Aku menyayangimu Han Soojin” Dia membentuk hati dengan kedua tangannya.
“Cih! kau senang sekali setelah menjebakku”
Mereka masih berada di ruang ganti sementara Joon Myun dan Kyuhyun menunggu diluar.
“Soo-ya bagaimana hubungan kalian?” Lagi-lagi pertanyaan yang sama. Gerakan Soojin yang membersihkan riasan yang dia rasa tebal terhenti. Dia melihat Hyesoo lewat pantulan cermin.
“Bagaimana ya? aku juga tidak tahu”
“Tidak ada kemajuan?”
Soojin memutar tubuhnya menghadap langsung Hyesoo. “Sebenarnya kami sempat bertemu 4 tahun lalu. Kau tahu ‘kan kami satu kampus?”
Hyesoo mengangguk. “Jadi kalian sempat bertemu?”
“Saat itu aku memintanya untuk menungguku 4 tahun lagi”
Mata Hyesoo melebar tidak percaya. “Mwo? Pria seperti itu menunggumu?”
“Dan dia benar-benar menungguku”
“Sekarang ‘kan kalian sudah bersama, lalu selanjutnya?”
Soojin mengangkat bahunya. “Song Hyesoo harga diriku jauh lebih tinggi sekarang. Aku tidak mungkin mengejar-mengejarnya lagi”
Hyesoo berdecak tidak percaya. “Apa Amerika membuatmu mendapatkan kembali pikiran rasionalmu? kemana Han Soojin yang mengejar mati-matian sunbae kaku itu?”
“Itu hanya masa lalu” Jawab Soojin tak acuh kembali membersihkan riasannya.
Di luar, Kyuhyun dan Joon Myun yang sedang berbincang kecil terhenti karena Soojin dan Hyesoo yang baru saja keluar dari ruang ganti.
“Aku lapar sekali” Keluh Hyesoo setibanya di dekat Joon Myun. “Bagaimana jika kita makan siang bersama?”
“Sudah lewat jam makan siang aku harus kembali ke kantor” Kata Kyuhyun.
“Aku juga harus kembali ke kantor” Sambung Soojin.
“Aku tidak menerima penolakan. lagi”
“Tapi—”
“Annyeonghaseyo” Sapa seorang wanita menghampiri mereka.
“Annyeonghaseyo” Sapa Hyesoo. Dia kenal betul siapa wanita itu.
“Jin Hae Imnida. Saya dari majalah J&J Magazine kami ingin melakukan sedikit wawancara dengan Presdir Cho dan nona Han Soojin, Apa kalian memiliki waktu?”
“Pas sekali. Kami baru saja ingin pergi untuk makan bagaimana jika selagi makan mereka mewawancarai kalian?”
Kyuhyun dan Soojin memasang wajah keberatan. Kyuhyun sudah berisap untuk menolak namun Hyesoo lebih dulu memotong. “Wajah kalian akan terpasang di cover depan majalah mereka, kalian akan semakin terkenal nanti, sudah terima saja” Katanya tanpa beban.
“Kita bisa jalan sekarang kan?”
“Song Hyesoo” Panggil Soojin tajam.
“Mari” Kata Hyesoo mengajak wanita itu dan turut menarik Soojin. Joon Myun mengusap tengkuknya tak enak hati. “Hyung…”
“Bagaimana bisa kau bisa bertahan dengan wanita seperti itu?”
“Entahlah, aku juga tidak tahu” Jawab Joon Myun mendapat tatapan prihatin Kyuhyun.
.
.
.
Di sebuah cafe yang tak jauh dari studio foto disanalah mereka memilih untuk makan. Di sela menunggu pesanan Jin Hae memutuskan untuk bertanya dengan sebuah pulpen dan catatan kecil yang sudah dia siapkan.
Jin Hae mulai dari Soojin.
“Soojin-Ssi aku dengar dulunya kau adalah murid yang suka membuat masalah, nilaimu juga sangat buruk dan soal pelajaran kau sering tertinggal lalu bagaimana bisa kau masuk ke sekolah favorite di L.A dan masuk universitas terkenal tanpa tes?”
Pertanyaan itu begitu to the point. Soojin tersenyum sebelum menjawab dan hal itu membuat Kyuhyun terpaku melihat. Lebih tepatnya terpesona. Bukan hanya pembawaan Soojin yang lebih dewasa namun senyum gadis itu jauh lebih anggun meski hanya tersenyum simpul.
“Menelisik kebelakang, aku sedikit malu mengingat bagaimana dulu aku begitu nakal. Sering membuat masalah, nilai rapot yang penuh merah, entah sebanyak apa aku mendapat hukuman hingga terkadang aku mendengar keluhan dari para guru yang bosan menghukumku” Soojin tertawa malu. “Tapi aku tidak pernah menyesalinya karena jika aku melewati masa mudaku tanpa kenakanlan berarti aku tidak menikmati masa mudaku”
Hyesoo mengangguk kuat. Dia sependapat dengan Soojin. Memangnya kenapa masa-masa sekolah itu sangat menyenangkan? karena di saat itulah kau bisa berbuat sesuka hatimu tanpa mencemaskan apapun.
“Saat itu aku belum dewasa karena sama sekali tidak mencemaskan masa depanku namun saat appa jatuh sakit dan perusahaan mengalami masalah, eomma mengatakan sesuatu yang membuatku mulai berpikir tentang masa depan”
“Orang-orang mengatakan jika tidak ada manusia yang bodoh mereka hanya malas dan aku percaya itu. Dengan kerja keras aku yang dulunya selalu mendapat nilai terendah kini bisa menjadi yang tertinggi. Aku yang tertinggal mungkin sekarang selangkah lebih maju dari mereka yang dulunya berpikir jika gadis manja yang hanya bisa membuang-buang uang orang tuanya ini tidak akan pernah bisa sesukses ini”
Jin Hae meletakan kedua tangannya fi depan dada. Dia sangat terkesan mendengarnya. “Kau membuatku tidak bisa berkata apa-apa, luar biasa” Ungkapnya.
“Apa hanya itu yang membuatmu berubah?”
“Tidak” Kata Soojin membuat semua memasang wajah penasaran mereka. “Saat itu aku juga sedang menyukai seseorang”
Jelas, Kyuhyun tersentak. Dia menjadi sasaran empuk jatuhnya tatapan Hyesoo dan Joon Myun. Dan Kyuhyun menahan nafas mendengar kalimat Soojin selanjutnya.
“Dia berbeda jauh dariku, dia murid yang pintar, tidak pernah membuat masalah, bahkan selalu menjadi yang terbaik. Jika aku tidak berubah dia mungkin tidak akan pernah melihat padaku karena itu aku bertekad untuk merubah diriku”
“Jadi alasan kedua karena cinta?” Sekali lagi wanita itu bertanya dengan kagum. “Aku terkesan mendengarnya” Katanya kemudian.
“Soojin-Ssi apa pria itu tahu perasaanmu?”
“Dia tahu, aku mengatakannya saat pertemuan terakhir kami”
“Lalu apa yang terjadi? apa yang dia katakan? apa dia juga menyukaimu?” Soojin melirik Kyuhyun yang duduk di sebelahnya. “Dia mengatakan padaku jika dia juga menyukaiku”
“Kalian resmi berpacaran saat itu?”
“Tidak. aku harus pergi untuk melanjutkan sekolahku. Kami sempat bertemu beberapa tahun kemudian hanya sekedar saling menyapa dan berbincang sesaat setelahnya kami kembali berpisah”
“Setelah kau kembali ke korea apa kau sudah bertemu dengannya?”
“Sudah”
“Apa perasaanmu tetap sama?”
Soojin tersenyum, nampak malu untuk menjawab secara gamblang. “Menurutmu?” Tanyanya balik.
“Menurutku kau masih menyukainya”
“Omong-omong siapa pria itu?”
Sejenak Soojin terlihat berpikir. “Dia seniorku di sekolah dulu. Hanya itu yang bisa aku katakan”
“Kau merahasikannya, baiklah itu tidak masalah” Nada Jin Hae terdengar kecewa. “Obrolan ini sangat menarik tapi sekarang aku ingin bertanya padamu Kyuhyun-Ssi”
Kyuhyun mengangguk. berdehem sesaat guna membasahi tenggorokannya yang kering. Dia terhanyut mendengar semua perkataan Soojin meski tidak terkejut namun cukup membuatnya tidak bisa berkata-kata.
“Kyuhyun-Ssi aku dengar dulunya kau sangat populer di sekolah? kau juga murid yang berprestasi”
“Itu benar dan jika aku boleh jujur sedikit melelahkan menjadi murid populer di sekolah” Semua tertawa termasuk Soojin yang tersenyum kecil. Hey dia juga populer di kalangan pria hanya saja Jin Hae tidak bertanya sepopuler apa dia dulu meski dengan otak yang dangkal. Satu-satunya orang yang tidak tertawa hanya Hyesoo, sebaliknya gadis itu mencibir Kyuhyun meski hanya di dalam hati. Sunbae kaku, sunbae dingin, sunbae pintar tapi sombong, sunbae tampan namun bermulut tajam. Dia satu dari dua orang yang dulunya tidak menyukai Kyuhyun dan orang kedua tentu saja Hwang Minji.
“Meski begitu aku tidak memiliki banyak teman. Aku hanya memiliki beberapa teman dekat mungkin karena aku tidak banyak bicara jadi mereka sering menganghapku sombong” Kyuhyun tertawa kecil.
Kyuhyun dulu dan sekarang jauh berbeda. Dan Soojin menyadari hal itu beberapa hari terakhir, Sekarang Kyuhyun lebih terbuka, pasti karena pekerjaan yang membuat dia mau tidak mau peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Karena pada dasarnya dunia kerja jauh berbeda dari dunia pelajar yang hanya ada buku, belajar dan sekolah. Dan tentu saja Soojin lebih menyukai Kyuhyun yang sekarang.
“Sebagai siswa yang populer pasti banyak gadis yang mendekatimu apa ada gadis yang kau sukai saat itu?”
Pertanyaan inilah yang Soojin tunggu-tunggu. Jujur saja dadanya berdegup dengan kencang.
“Tidak ada gadis yang menarik perhatianku sampai dia datang dan mengusikku”
Kini berganti Soojin yang menjadi objek jatuhnya tatapan Joon Myun dan Hyesoo.
Lengan Hyesoo menyenggol lengan Joon Myun. “Apa sebelumnya mereka sudah janjian?” Hyesoo bertanya dengan suara berbisik.
“Sepertinya sudah terjadi kesepakatan di antara mereka”
“Pintar juga mereka”
“Mengusikmu? Apa dia itu penggemarmu?”
“Tidak!” Jawab Soojin tanpa sadar. Penggemar apanya, dia bukan orang yang terobsesi pada Kyuhyun. Namun Soojin berbalik mengumpat dirinya. Bodoh! dan Menggigit bibir bawahnya. Jin Hae menatapnya heran.
“Maksudku sun—Kyuhyun-Ssi bukanlah artis jadi mana mungkin memiliki penggemar”
“Ahh.. Tapi tidak heran jika Kyuhyun-Ssi memiliki penggemar”
“Eoh… benar juga” Jawab Soojin merasa bodoh.
Kyuhyun menahan senyum dan kembali berkata. “Dia bukan penggemarku tapi dia salah satu yang menyukaiku” Soojin tidak bisa membantah karena memang itulah kenyataannya. “Dia berbeda dari yang lain. Secara terang-terangan menunjukan dirinya juga perasaanya. Awalnya aku merasa terganggu karena kepribadian kami sangat bertolak belakang. Tapi seiring berjalannya waktu aku terbiasa dengan sikap dan kelakuannya yang tidak biasa itu”
“Apa dia membawa perubahan dalam dirimu?”
“Ya, dia membuatku keluar dari zona nyaman yang ternyata tidak seburuk yang aku pikirkan”
“Dia pasti gadis yang sangat luar biasa. Apa kau menyatakan perasaanmu padanya?”
“Di saat terakhir aku memberitahunya”
“Apa kalian bersama setelahnya?”
“Tidak” Jawab Kyuhyun membuat Jin Hae bergumam menyayangkan. “Dia pergi untuk mengejar impiannya”
“Apa kau masih menunggunya hingga detik ini?”
“Kau tidak perlu menjawabnya” Potong Jin Hae cepat. “Aku yakin kau masih menunggunya”
“Setelah mendengar ini hal ini akan ada banyak wanita yang patah hati” Jin Hae berkata sedih. Mewakili harapannya dan wanita lainnya diluar sana yang pupus. Pria idaman mereka masih menunggu gadis yang entah seperti apa rupanya.
“Kenapa aku merasa kalian berdua memiliki kisah cinta yang hampir sama? Dan yang menariknya lagi Kalian satu sekolah bukan?”
Keduanya mengangguk bersamaan. “Soojin-Ssi apa kau tahu gadis yang Kyuhyun-Ssi tunggu?”
Soojin tersentak—tergagap untuk menjawab. Dengan kaku Soojin menggeleng. Hyesoo dan Joon Myun menahan senyum.
“Dan Kyuhyun-Ssi apa kau tahu pria yang membuat Soojin-Ssi berubah?” Kini Kyuhyun yang di buatnya tergagap. Sama halnya seperti Soojin, Kyuhyun hanya bisa menggeleng kaku. Konyol bukan jika mereka mengatakan “‘akulah pria itu dan akulah wanita itu”
“Jadi kalian sama-sama tidak tahu, bagaimana denganmu Song Hyesoo apa kau tahu pria yang membuat sahabatmu berubah?”
Kini Hyesoo yang tersentak mendapat pertanyaan yang tiba-tiba. Dia melihat Soojin yang menatapnya sedikit menajam dengan gelengan kecil. “Tentu saja aku tahu, tapi tatapan Soojin membuatku takut” Katanya disambut tawa Jin Hae. Soojin turut tertawa dengan senyum tidak enak.
“Bagaimana dengan Joon Myun-Ssi apa kau tahu wanita yang Kyuhyun-Ssi tunggu?”
Joon Myun berdehem sebelum menjawab dengan sesekali melirik Kyuhyun. “Dia sangat tertutup soal kisah cintanya jadi aku tidak tahu”
“Ohh sayang sekali padahal aku sangat penasaran” Kata Jin Hae gemas. “Baiklah terima kasih untuk hari ini, terima kasih sudah meluangkan waktu kalian.”
“Kau sudah ingin pergi? tidak ingin makan bersama kami?” Tanya Hyesoo.
“Tidak, kalian saja. Sekali lagi terima kasih”
Setelah Jin Hae pegi Hyesoo segera mencibir keduanya. “Sungguh akting kalian luar biasa” Hyesoo mengacungkan kedua jempolnya. “Aktor Cho Kyuhyun dan Aktris Han Soojin” Decak Hyesoo.
“Pemeran pembantu Song Hyesoo dan Kim Joon Myun kalian juga luar biasa” Balas Soojin menyindir.
“Kalian sungguh aneh” Komentar Joon Myun. Sama-sama saling menyukai bahkan sudah tahu perasaan satu sama lain tapi berlagak tidak tahu. “Aku sampai tidak habis pikir” Keluhnya lagi.
Soojin hanya bisa tersenyum kecil mendengarnya. Saat dia menoleh barulah Soojin sadar jika sedari tadi Kyuhyun memperhatikannya.
Untuk kesekian kalinya dia hanyut dalam tatapan itu. Hanya saling memandang dan berakhir dengan bertukar senyum.
Soojin merasa lega bisa mengatakan semuanya. Begitu juga dengan Kyuhyun secara tidak langsung dia memberitahu Soojin tentang perasaannya selama ini.
***
Hari itu adalah akhir pekan. Kyuhyun mengajak Soojin untuk bertemu, yang janggal hanya tempat pertemuannya. Kyuhyun memintanya untuk datang ke sekolah mereka yang dulu.
Di hari minggu sudah pasti sekolah sepi. Hari itu benar-benar sepi karena tidak ada kegiatan ekstra kulikuler yang di adakan. Entah apa maksud Kyuhyun mengajaknya bertemu di tempat seperti itu.
Memasuki area sekolah semakin dalam, kenangan manis itu membanjiri ingatan Soojin. Dia berhenti di depan sebuah tangga. Tangga itu membawanya menuju lantai dua tempat dimana kelasnya dulu berada. Meski terbilang singkat namun dia menghabiskan setengah harinya ditempat ini sudah tentu banyak hal yang terjadi.
Soojin tersenyum saat mengingat dia yang sering terlambat dan di hukum di luar kelas dengan duduk dilantai dengan tangan yang di angkat keatas. Jika lupa membuat tugas maka hukumannya adalah membersihkan toilet, gudang atau menyapu halaman belakang. Soojin tersenyum mengingat hal itu.
Soojin berhenti di depan pintu ruang kelasnya yang dulu. bangku nomor dua dari belakang disebelah kanan adalah tempat yang dulunya dia duduki. Teman-temannya, canda tawa mereka semua nampak jelas di ingatannya.
Hanyut dalam kenangan masa sekolah sampai membuatnya melupakan tujuannya datang ke tempat ini. Dimana Kyuhyun? Soojin berdiri disisi tembok pembatas. di bawah sana terdapat lapangan basket. Semua nampak sama yang berbeda hanya catnya saja. Dia selalu suka melihat pertandingan basket dari atas sini karena tidak perlu berdesak-desakan di bawah sana.
Saat dia berpaling ke arah lain Soojin menemukan keberadaan Kyuhyun yang duduk membelakanginya di bangku yang terdapat di taman kecil di dalam area sekolah. Dia tersenyum kecil mengingat bagaimana dia selalu duduk ditempat itu hanya untuk melihat Kyuhyun. Soojin memilih untuk turun dan menghampiri Kyuhyun.
“Sunbaenim kau sudah menunggu lama?” Pertanyaan Soojin menyadarkan Kyuhyun. Kepala Kyuhyun berputar seiring Soojin duduk disebelahnya. Ada Jarak diantara mereka.
“Kelas terakhirku” Tunjuk Kyuhyun dengan dagunya pada ruangan kelas di depan sana.
“Dan kelas pertamaku” Kata Soojin melakulan hal yang sama. Menunjuk ruang kelas di lantai dua sana.
“Bukankah kau sering menghabiskan waktumu ditempat ini?” Soojin mengangguk dan tersenyum kecil. Tatapan mereka sama-sama jatuh pada ruang kelas Kyuhyun. Tepatnya di bangku paling depan dimana dulunya Kyuhyun duduk.
“Apa yang kau lihat?”
“Kau sunbaenim” Itu adalah sebuah jawaban yang jujur. Kyuhyun yang duduk di bangku paling depan memudahkan Soojin memperhatikannya dengan leluasa.
“Kau tidak ingin bertanya hal yang sama?”
Soojin menoleh dengan raut bingung. “Apa yang kau lihat sunbaenim?”
“Kau Han Soojin” Kyuhyun menoleh membalas tatapan Soojin. “Jika kau dengan mudah melihatku maka aku dengan mudah menyadari keberadaanmu”
“Aku pikir kau tidak pernah menyadarinya”
“Hanya berpura-pura tidak tahu”
Soojin mendecih.
Kyuhyun menatap keatas. Dan Soojin melakukan hal yang sama. Cerah, langit sangat cerah, terlihat bahagia. Mengingatkan mereka pada kejadian 4 tahun lalu.
“Kau ingat apa yang kau katakan padaku empat tahun lalu?” Soojin mengangguk. “Point terakhirmu”
“Sebelum usiaku 27 tahun aku sudah harus menikah dan sebelum usiaku 30 tahun aku sudah harus memiliki anak”
“Apa kau ingat point terakhirku?”
“Kau ingin menikah diatas usia 30 tahun tapi kau akan memiliki anak di usia yang tidak muda lagi jadi kau berpikir untuk menikah lebih awal—”
“Menikahlah denganku”
“Nde?”
Butuh beberapa detik untuk Soojin mencerna kalimat Kyuhyun. Soojin menoleh perlahan pada Kyuhyun dan betapa terkejutnya dia mendapati di depannya sudah ada sebuah cincin di dalam kotak beludru merah. Mata Soojin naik ke mata hitam pekat Kyuhyun.
“Will you marry me?”
Soojin mengerjapkan matanya berapa kali. Sulit baginya untuk percaya. Katakan bagaimana bisa dia mempercayai apa yang dia dengar? Tapi cincin dan mata Kyuhyun membuatnya yakin jika ini bukanlah mimpi.
“Will you?” Ulang Kyuhyun dengan tegukan saliva yang terlihat jelas. Dia gugup juga takut. Takut-takut jika Soojin menolaknya.
Soojin membuka mulutnya namun tidak berkata apa-apa. Soojin berusaha menyadarkan dirinya sendiri. Mata Kyuhyun yang memancarkan harapan begitu besar membuat Soojin memiliki satu dorongan yang kuat.
“I do…” Jawab Soojin tiba-tiba.
Soojin tertawa kecil melihat reaksi Kyuhyun yang terkejut. Soojin memberikan tangannya yang disambut Kyuhyun dengan memasangkan cincin itu.
“Jadi sunbaenim kau melamarku di sekolah kita?”
“Bukankah sebagian pria melamar wanitanya di tempat pertama mereka bertemu. Dan aku melamarmu di tempat pertama kita bertemu”
Kyuhyun bukanlah tipe pria yang romantis tapi kata-katanya sangat menyentuh Soojin. Soojin mengangguk membenarkan. Matanya berkaca-kaca karena terlalu bahagia.
“Kau menangis…”
“Aku terlalu bahagia”
Kali ini Kyuhyun tidak akan membiarkan Soojin menangis karenanya. Dia menghapus air mata Soojin dengan ibu jarinya.
Bukankah kisah cinta seperti ini jauh lebih romatis? Mereka tidak berkencan, menyebut satu sama lain sebagai kekasih pun tidak. Pertanyaan cinta hanya sekali diucapkan. Mereka hanya menunggu, menunggu waktu yang tepat untuk saling memiliki.
Seperti kata-kata bijak diluar sana. Jangan takut untuk melepaskannya jika dia memang di takdirkan bersamamu dia akan kembali dengan cara yang mengangumkan.
***
Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat, mereka sudah melewati dua bulan dengan mengatur rencana pernikahan. Dua bulan terdengar lama untuk keduanya, mereka bisa menikah satu minggu setelah Kyuhyun melamarnya jika memang mereka mau namun mereka menyiapkan pernikahan dengan tidak terburu-buru.
Semenjak berita pernikahan tersebar luas baik teman maupun kenalan yang mengenal bagaimana mereka dulunya semasa sekolah tak henti-hentinya menghubungi mereka sekedar memastikan kebenaran kabar itu.
Siswa pintar dan berprestasi di sekolah menikah dengan siswi bodoh yang hanya bisa membuat masalah. Mereka pun tahu bagaimana Soojin begitu menyukai Kyuhyun, itu sudah menjadi rahasia umum bahkan teman sekelas Kyuhyun sangat hafal betul bagaimana Soojin yang dulunya suka memperhatikan Kyuhyun diam-diam dari taman kecil di depan kelas mereka.
Bahkan dari beberapa mereka menyempatkan mampir ke kantor Soojin hanya untuk menanyakan hal itu.
“Kapan kalian berkencan? kau baru beberapa bulan kembali ke korea bagaimana bisa kalian akan menikah?”
Itu menjadi pertanyaan yang sering dia dengar dan dia hanya menjawab apa adanya. “Kami tidak pernah berkencan. Kami bertemu setelah sekian lama lalu dia melamarku dan aku menerimanya”
“Dia melamarmu? Cho Kyuhyun sunbaenim melamarmu?” Terkadang pertanyaan ditanyakan seiring dengan tatapan menuduh. Seolah dia berbohong dengan mengarang cerita. Seorang Cho Kyuhyun melamar Han Soojin yang jelas-jelas sering dia abaikan dulunya. Tapi Soojin menjawabnya hanya dengan senyuman. Dengan memperlihatkan cincin di jari manisnya dia membuat teman-temannya berdecak iri. “Jika aku yang melamarnya mana mungkin cincin ini ada di jariku” Dengan sendirinya mereka akan percaya. “Kau sangat beruntung, aku sangat iri padamu”
Akhir pekan di bulan Oktober, bulan kedua di musim gugur. Mereka memilih bulan itu untuk mengucapkan janji suci. Bukan di gedung mewah, atau ballroom hotel bertaraf internasional bukan pula di gejera tua yang penuh sejarah. Mereka sepakat untuk melakukan pemberkatan di taman belakang rumah mereka. Rumah yang Kyuhyun beli dengan taman belakang yang sangat luas. Di antara hangatnya musim gugur, di bawah senja dan langit jingga mereka akan mengucapkan janji di hadapan Tuhan di saksikan keluarga besar mereka.
Ditengah-ditengah taman terpasang dua pilar yang sudah dihias dengan banyak bunga sebagai altar pemberkatan. Jalan setapak menuju altar di taburi dengan dua macam mawar. mawar putih dan mawar merah.
Di sisi kiri dan kanan terdapat barisan meja bundar dengan 6 kursinya.
Soojin suka tulip karena itu di setiap meja terdapat sebuah pot bunga kaca berbentuk memanjang yang berisi bunga tulip segar.
Udara hangat dengan angin yang bersahabat —bertiup pelan— memudahkan para pelayan untuk menghias tempat terbuka itu.
Hyomi bersama Hana turun tangan langsung mengatur setiap detail persiapan ini. Meski sebenarnya mereka bisa memakian jasa Wedding Organizer namun mereka ingin melakukannya langusung.
Hana menaburkan mawar di atas altar, tidak usah ditanya senyumnya itu tidak surut sedetikpun. sementara Hyomi tengah memberi instruksi pada beberapa pelayan untuk menghias tatanan meja. Setelah itu dia menghampiri Hana untuk membantu menaburkan mawar.
“Ini seperti mimpi saat anak-anak kita akan menikah” Kata Hana masih tidak percaya. Meski tidak tahu betul seperti apa kisah cinta anaknya Hana sempat mengira Kyuhyun sama sekali tidak tertarik pada Soojin.
Sejak Kyuhyun mengatakan akan menikahi Soojin dia berpikir Kyuhyun tidak serius tapi hari ini keraguannya musnah, Kyuhyun sangat serius saat mengatakan padanya “Ibu aku ingin menikahi Soojin” Jika mengingat bagaimana Kyuhyun mengatakannya pelupuk matanya selalu basah. Seperti saat ini, dia menyeka sudut matanya.
“Kenapa kau malah menangis? ini hari bahagia anak kita”
“Aku terharu Hyomi-ya, Kyuhyun-ku akan menikah dengan Soojin-mu”
Hyomi mengangguk. Dia pun sama. Dia tahu putrinya menyukai putra sahabatnya dan dia juga tahu putra sahabatnya itu tidak menyukai putrinya. Dia melihat senyum dimata Soojin saat berada dekat dengan Kyuhyun tapi tidak jarang dia melihat kesedihan di mata yang sama. Tapi siapa yang bisa mengira bahwa perasaan putrinya tidaklah bertepuk sebelah tangan. Dia merasa lega menyerahkan Soojin pada Kyuhyun. Sejak awal dia sudah mempercayai Kyuhyun untuk menjaga putri kesayangannya.
Hyomi menumpukan tangannya di atas tangan Hana. “Aku sempat menghawatirkan bagaimana ibu mertua Soojin kelak. Apa lebih cerewet dariku? apa akan menyayangi putriku seperti diriku? Saat tahu Kyuhyun yang akan menikahi Soojin semua kekhawatiranku hilang Hana-ya”
“Kau tahu aku sempat berpikir ingin menjodohkan Kyuhyun dengan Soojin. Apapun caranya Kyuhyun harus menikah dengan Soojin”
“Seperti kau yang membuat Kyuhyun menjadi guru privat Soojin”
Kedua tertawa. Butuh kerja keras dan kesabaran juga sedikit ancaman untuk membuat Kyuhyun mau menjadi guru privat Soojin dan Hyomi tahu itu karena Hana menceritakan semuanya.
“Jika Kyuhyun keras kepala maka aku jauh lebih keras kepala”
“Kau ini tidak pernah berubah” Decak Hyomi kembali melanjutkan perkerjaan yang sempat tertunda.
Dari atas Soojin memperhatikan keduanya. Dia ikut tersenyum saat kedua wanita itu tersenyum meski tidak tahu apa yang mereka bicarakan tapi raut wajah bahagia itu tidak bisa ditutupi.
Soojin tersentak saat sepasang tangan melingkar di tubuhnya dan deru nafas terasa di bagian lehernya, menjalar hingga kebagian telinga. Jantungnya berdegup dengan kencang setiap kali Kyuhyun nyentuhnya.
“Ini ruangan pengantin wanita mana boleh kau masuk”
Namun Kyuhyun mengidahkannya. Dia menyandarkan kepalanya di bahu Soojin. “Apa salahnya melihat pengantinku” Soojin merasakan panas di sekitar pipinya. Selalu saja seperti ini. Sesungguhnya dia belum terbiasa dengan Kyuhyun yang bersikap manis ataupun berkata lembut padanya.
“Masih ada 7 jam lagi sebelum pemberkatan” Kata Soojin membuat Kyuhyun menegakan kepalanya. dia ikut melihat keluar sana. Dimana ibunya dan ibu Soojin terlihat bersemangat mengatur semuanya.
“Dan setelah 7 jam kau akan menjadi nyonya rumh ini”
Soojin berbalik. Kini Kyuhyun memeluk pinggangnya. Soojin sedikit mendongak untuk melihat Kyuhyun.
“Aku masih belum percaya, ini seperti mimpi. ini nyata atau hanya dunia neverland?”
“Ini bumi, aku peterpan dan kau cucu Wendy” Soojin tertawa kecil.
“Kau yakin ingin menikahi ‘cucu Wendy’? jika kau tinggal di bumi kau bisa menua”
“Bukan masalah asal aku menua bersamamu”
Soojin menatap horor Kyuhyun. “Ucapanmu itu mengerikan. Belajar menggombal dari Lee Hyukjae?”
“Sedikit mengambil ilmunya”
Soojin berdecak tak percaya.
Dan Kini wajah Soojin berubah serius, menatap Kyuhyun selaras dengan raut wajahnya.
“Sunbaenim sebenarnya aku menyimpan sedikit ketakutan. aku tajut jika suatu saat kau menyesal menikahiku. Tidakkah ini terlalu cepat?”
“Bagimana jika kau yang menyesal menikahiku?”
Soojin menggeleng cepat. “Itu tidak akan pernah terjadi. Aku memilihmu jadi mana mungkin aku menyesal”
“Lalu apa bedanya dengan ku? Aku juga memilih mu lalu bagaimana mungkin aku bisa menyesalinya”
“Sunbaenim…”
“Sampai kapan kau akan memanggilku seperti itu?”
“Lalu kau mau aku memanggilmu seperti apa? Oppa? Chagi? Yeobo? Jangan harap! Itu menggelikan!”
“Gyeoul” Kata Kyuhyun membuat Soojin tersenyum. Gyeoul berarti musim dingin. Bagi Soojin Kyuhyun seperti musim dingin. “Dan kau harus memanggilmu Kaeul” Sahut Soojin. Kaeul yang berarti musim gugur.
“Tidak buruk”
Keduanya tertawa lalu memandang satu sama lain. Masing-masing masih menyakinkan diri jika sebentar lagi mereka akan saling memiliki.
Kyuhyun mendekatkan wajahnya. Menyentuh bibir Soojin lembut dan dalam. Mereke tersenyum disela ciuman hangat itu.
.
.
Sebenarnya pernikahan ini bukanlah pernikahan ala konglomerat atau orang-orang kaya pada umumnya. pernikahan ini terlalu sederhana, tidak ada kesan glamour, mewah namun tetap sakral dan hikmat. Semua yang datang hanya keluarga dan teman dekat. Mereka yang datang pun menyamai konsep, tidak berpakaian glamour ataupun berlebih semua serba sederhana dengan nuansa putih. Di sisi kanan altar terdapat sebuah sangkar berisi sepasang burung merpati dengan bulu seputih kapasnya. Soojin memesan khusus simbol kesetiaan itu.
Seperti merpati meski terbang sejauh mungkin dia akan kembali pada sangkar yang dia tempati.
Saat matahari mulai turun kursi-kursi mulai terisi penuh. Semua berbaur menjadi satu baik keluarga besar Soojin maupun Kyuhyun. Tidak sedikit teman-teman dekat yang mereka undang. Anehnya bangku hanya terisi oleh pria-pria sedangnya pasangan mereka tentu saja berada di dalam kamar yang sudah disulap menjadi ruang pengantin wanita.
“Hana, Dul, Set, Kimchi”
Soojin, Hyesoo, Minji serta kedua teman mereka baru saja mengambil foto bersama.
“Aigoo kau cantik sekali Soo-ya” Puji Hyesoo.
“Ini juga berkat kau Song Hyesoo. Gaun dan riasanmu ini sangat bagus” Soojin mengacungkan jempolnya.
Gaun yang kini Soojin kenakan adalah rancangan sahabatnya sendiri. Seperti konsepnya yang ringan, gaun ini juga sederhana bukan gaun panjang dengan ekor yang melambai-lambai melainkan hanya gaun yang panjangnya lima centi di bawah lutut. Rambutnya pun demikian di biarkan terurai dengan sisi kiri dan kanan yang diikat kebelakang dengan sebuah mahkota dari akar pohon yang di buat sedemikian rupa melingkar diatas kepalanya. Yang spesial adalah buket bunganya. Terdiri dari rangkaian Edelweiss putih yang Soojin rangkai sendiri. Sudah dia katakan pernikahan ini mereka siapkan tanpa terburu-buru.
Suasana mendadak hening saat pintu ruangan di ketuk. Yang membuat mereka terdiam adalah orang yang muncul di balik pintu itu.
“Kau—”
“Sera sunbaenim” Gumam Soojin menyebut nama wanita itu. Benar, wanita itu Park Sera yang kini berjalan menuju Soojin, Soojin yang awalnya duduk kini berdiri. Sera mengulurkan tangannya. “Selamat atas pernikahanmu” Katanya, Meski tidak terdengar bahagian namun ada ketulusan di balik kalimatnya. Soojin menerima uluran tangan Sera. “Terima kasih kau sudah mau datang”
“Bisa kita bicara berdua?”
Dahi Minji mengernyit, dengan cepat menentang. “Ini hari pernikahannya jangan kau rusak!” Cecar gadis itu cepat.
Sera berpaling pada Minji. “Aku tidak akan mengatakan hal yang aneh-aneh”
“Menurutmu kami akan percaya begitu saja huh? aku tahu sampai sekarang kau masih belum menyerah” Sergah Hyesoo.
“Kalian sudah salah paham”
“Berhentilah berakting” Geram Hyesoo.
“Yeoungi” Kata Soojin memperingati. Jangan buat keributan ini hari pernikahanku. Arti dibalik tatapannya.
“Dia itu Park Sera jangan lupakan itu” Desis Hyesoo kuat, sengaja agar Sera mendengarnya.
“Aku sendiri yang akan menghajarnya jika dia membuat masalah” Bisik Soojin agar Sera tidak mendengarnya.
“Kami hanya akan bicara sebentar” Kata Sera mengambil kembali perhatian Soojin dan Hyesoo.
Soojin memgangguk. Hyesoo mendengus tidak suka, dengan berat hati dia mengajak semua yang ada di sana untuk keluar.
“Kenapa kita keluar? Kau ingin membiarkan nenek sihir itu berkata yang macam-macam pada Soojin huh?” Protes Minji.
Hyesoo terus menarik Minji hingga benar-benar keluar, tidak seperti ketiga wanita lainnya yang memilih untuk ke bawah dan bergabung dengan yang lainnya, Hyesoo dan Minji memilih menunggu di dekat pintu. Setelah memastikan ketiga wanita itu jauh mereka dengan cepat menempelkan telinga mereka ke daun pintu.
“Kau mendengar sesuatu?” Tanya Hyesoo.
“Tidak. aku tidak bisa mendengar apapun”
Di dalam, kedua wanita itu saling memandang satu sama lain. Hingga Soojin yang membuka mulut lebih dulu. “Apa yang ingin kau bicarakan sunbaenim?”
“Aku bukan lagi seniormu jadi berhentilah memanggilku dengan embel-embel seperti itu”
“Intinya?” Potong Soojin cepat.
“Kau tidak sabaran” Desis Sera bersedekap di depan dada. “Well aku tidak menyangka ternyata kau pemenangnya. Kau memang pantang menyerah”
“Apa itu sebuah pujian?”
“Kau bisa menganggapnya seperti itu” Ada jeda di kalimat Sera. “Maaf” Katanya membuat dahi Soojin berkerut bingung. “Untuk kejadian bertahun-tahun yang lalu”
“Karena aku kau jatuh dari terbing dan terluka”
Soojin mulai mengerti sekarang. “Saat itu aku hanya ingin membuatmu menyerah tapi apa yang aku lakukan membuat Kyuhyun begitu marah padaku”
“Aku sungguh menyesal. Maaf Soojin-Ssi”
“Tidak perlu diingat lagi. Aku sudah melupakan kejadian itu” Lagi pula itu kesalahannya, kecerobohanya yang tidak berhati-hati.
“Aku memiliki sesuatu untukmu. Aku harap kau suka” Sera mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah kotak berukuran kecil dengan pita merah mudanya. “Hadiah pernikahan”
Soojin mengambilnya dengan memperlitkan sebuah senyuman. “Terima kasih. Boleh aku buka?”
“Silahkan saja”
Di dalam kotak itu berisi sebuah gelang tangan perak dengan bandul berbentuk lonceng dan daun maple.
“Ini indah sekali”
“Kau suka?”
“Sangat”
“Senang mendengarnya. Aku harus turun ke bawah”
“Sekali lagi terima kasih” Sera tersenyum membalas senyum Soojin. Tidak ada permusuhan lagi diantara mereka, mereka sama-sama pernah berjuang untuk mendapatkan satu pria dan hanya akan ada satu pemenang. Dan orang itu bukanlah dirinya.
Saat Sera membuka pintu dia terkejut mendapati Hyesoo dan Minji dengan posisi sedang menguping. Soojin tak kalah terkejutnya kemudian menahan tawa. Perlahan kedua gadis itu menegakan tubuh dengan gerakan angkuh. Memasang wajah sebiasa mungkin meski rasanya wajah mereka terbakar karena malu.
“Ck! Ck! Ck!” Decak Sera berlalu pergi.
“Apa yang kalian dengar dari hasil menguping?”
“Hey, itu kami lakukan agar saat dia melakukan sesuatu padamu kami akan langsung masuk dan menghajarnya”
“Memangnya kalian bisa mendengarnya?”
“Tidak!”
“Apa itu Soo-ya” Minji merebut hadiah yang Sera berikan. “Woahh ini indah sekali. Gelang perak”
“Wanita itu yang memberikannya?” Soojin mengangguk. “Apa dia bangun dari posisi yang salah? atau kewarasannya sudah berkurang?”
“Mungkin Tuhan sudah mengetuk pintu hatinya” Jawab Hyesoo asal.
“Ehem” Dehem seseorang mengambil perhatian ketiganya. Pria di ambang pintu itu tersenyum dan berjalan masuk. “Apa aku mengganggu nona-nona?”
“Paman tentu saja tidak” Kata Hyesoo pada Jaesuk. Pria yang masuk tak lain Jaesuk yang sekarang menunjuk jam di tangannya. Lima menit lagi pukul 5:30 saat matahari mengintip seperempat saat itulah dua anak manusia membuat janji pada Tuhan.
Minji dan Hyesoo mengangguk mengerti. “Kami menunggu di bawah” Kata Hyesoo.
“Tarik nafas lalu buang. Jangan gugup Ok?” Ujar Minji di balas anggukan Soojin sebelum mereka beranjak untuk turun.
“Lihatlah hari ini putriku sangat cantik” Kedua tangan Jaesuk berada diatas bahu Soojin untuk membimbing putrinya menghadapnya. “Apa-apaan ini rasanya baru kemarin aku menggendongmu tapi lihatlah kau sudah akan menjadi seorang istri”
“Appa” Panggil Soojin sedih. Soojin menyadari kesedihan di mata ayahnya.
“Hari ini datang juga saat aku harus menyerahkanmu. Karena pada dasarnya seorang putri tidak mungkin selamanya menjadi milik ayahnya” Jaesuk menyeka sudut matanya.
Soojin memeluk ayahnya. “Appa aku tetap milikmu sekalipun aku sudah menikah”
“Tidak perlu menghiburku”
Soojin tersenyum mendengarnya. “Aku akan sering mengunjungi kalian. Sungguh” Sebagai anak satu-satunya tentu saja orang tuanya akan merasa kehilangan tapi seharusnya orang tuanya sudah terbiasa karena hingga 6 tahun lamanya dia tinggal di negeri orang. Bisa dihitung dengan jari dalam setahun berapa kali mereka bertemu.
“Ini sudah waktunya” Jaesuk melepaskan pelukannya. Dia memberikan lengannya. Sebelum itu lebih dulu Soojin mengambil buket bunga di atas meja tak jauh darinya barulah mengalungkan tangannya ke lengan ayahnya.
Mereka mulai berjalan seiring Soojin menyandarkan kepalanya ke lengan ayahnya. Ini akan menjadi kesempatan terakhir dia bersandar pada ayahnya karena esok dan seterusnya lengan Kyuhyun yang akan dia jadikan sandaran.
“Appa… mau berjanji satu hal padaku?”
“Memangnya apa yang bisa aku janjikan?”
“Jangan sakit lagi, Jangan buat aku dan eomma khawatir. Appa kau banyak membuat eomma menangis setiap kali kau jatuh sakit. Jadi bisakan berjanji untuk selalu sehat? Tidak perlu bekerja keras lagi karena aku yang akan bekerja keras. Tidak perlu memikirkan perusahaan lagi karena aku yang memikirkannya. Berjanjilah padaku?”
Mereka berhenti di depan tangga. Soojin menegakan kepalanya. “Aku berjanji tidak akan sakit untukmu dan ibumu”
Mereka berbalas senyum dengan mata yang berkaca-kaca. Jika di perhatikan tarikan senyum mereka terbilang sama. Mereka menuruni anak tangga, saat itu musik pengiring sudah mulai terdengar.
Semakin mendekat ke arah taman dada Soojin semakin berdesir, gugup tentu saja. Jaesuk menggenggam tangan Soojin yang meremas lengannya tanpa sadar.
“Appa aku gugup” Gumam Soojin sembari berulang kali menarik nafas dan membuangnya.
“Jangan perhatikan yang lain. Cukup perhatikan Kyuhyun saja maka rasa gugupmu akan hilang” Saat mereka memasuki taman mata Soojin langsung tertuju pada Kyuhyun saja yang berdiri dengan gagahnya di atas altar di depan sana. Kedua tangannya menyatu di depan terlihat saling meremas. Kyuhyun sama gugupnya seperti dirinya.
Semua yang hadir nampak terpesona melihat Soojin. begitu cantik dengan gaun serta buket bunganya.
“Aku percayakan putriku padamu” Kata Jaesuk menyerahkan tangan Soojin pada Kyuhyun.
“Aku akan menjaga kepercayaanmu Abeonim”
Selanjutnya dia membawa Soojin ke atas altar dimana di hadapan mereka sudah ada seorang pendeta.
Saat mereka memulai sumpah, pengantin pria yang lebih dulu mengucapkan sumpahnya.
“Menjagamu melindungimu, membuatmu bahagia juga mencintaimu adalah kewajiban bagiku. Di hadapan tuhan dan seluruh keluarga aku berjanji sebagai seorang suami.”
“Melayanimu, merawatmu, menjagamu, membuatmu bahagia juga mencintaimu adalah keharusan bagiku. Di hadapan Tuhan dan seluruh keluarga aku berjanji sebagai seorang istri”
Saat cincin terpasang di jari mereka tepuk tangan menggema dan menyadarkan kedunya jika mereka berada dia antara banyak orang.
“Cium! Cium! Cium!” Ramai-ramai semua orang meneriakan kata itu. “Ciuman pertama kalian kami ingin melihatnya” Teriak Hyukjae dengan sebuah seringaian di sabut tawa yang coba sebagian orang tahan.
“Bagaimana ya apa aku harus menciummu?” Tanya Kyuhyun pada Soojin.
“Bagaimana ya apa aku harus mengizinkanmu menciumku?” Balas Soojin tak mau kalah.
“Apa statusku yang sekarang masih membutuhkan izinmu?”
“Ten—”
Kyuhyun menarik tengkuk Soojin. Menghentikan kalimat Soojin dengan mencium bibirnya. Ciuman itu terasa dalam dan manis seperti rasa cherry yang lip tint Soojin gunakan.
“Woahh” Gumam sebagian orang yang rata-rata keluar dari bibir muda mudi sementara mereka yang merasa berumur hanya melihatnya dengan malu.
“Anak muda memang menggebu-gebu” Komentar Young Hwan membuat Hana, Hyomi dan Jaesuk tertawa.
~
Pesta masih berlanjut hingga malam. Meski angin sedikit kencang tidak menyurutkan semangat mereka untuk menikmati pesta ini.
Kyuhyun mengajak Soojin berkeliling menyapa keluarganya atau memperkenalkan Soojin pada keluarga besarnya. Begitu juga sebaliknya Soojin memperkenalkan Kyuhyun kepada keluarga besarnya. Hingga mereka bergabung pada teman-teman mereka.
“Jangan minum lagi” Maki Minji melihat Hyukjae meraih satu gelas Sampanye.
“Ini yang terakhir!”
“Tidak! kau bisa mabuk.”
“Ayolah aku tidak akan mabuk secepat ini”
“Sekali tidak ya tidak!”
Kyuhyun dan Soojin melihat pertengkaran kecil itu. Lalu Kyuhyun berkata. “Hyukjae tipe pria yang tidak bisa diatur tapi Hwang Minji berhasil mengendalikannya.”
“Gadis seperti Minji memang di takdirkan untuk pria seperti Lee Hyukjae”
“Kenapa gadis itu selalu memperhatikanmu! Apa dia tertarik padamu!” Gerutu Hyesoo menyadari salah satu gadis tertangkap basah memperhatikan kekasihnya.
“Mungkin saja dia memperhatikan yang lain bukan aku” Kata Joon Myun menenangkan, karena pada dasarnya Song Hyesoo termasuk jenis wanita pecemburu.
“Bukan kau bagaimana? Jelas-jelas dia tersenyum padamu!”
“Tidak usah di hiraukan. Lagi pula aku tidak mengenalnya”
“Lihatlah bola matanya itu hampir keluar hanya karena menatapmu” Keberuntungan Hyesoo adalah dia mendapatkan pria penyabar seperti Joon Myun. Tidak sia-sia senyum malaikat yang lekat pada Joon Myun selaras dengan sifatnya yang penyabar.
“Sekali lagi Tuhan menunjukan keadilannya” Komentar Soojin.
Dan orang yang kesekian menjadi perhatian mereka adalah Lee Donghae dengan kekasih barunya. Seorang model yang bekerja sama dengan Hyesoo berkat Hyesoo pula Donghae bisa dekat dengan wanita itu. Na Young, Kim Na Young.
“Sepertinya Donghae juga sudah menemukan wanita yang tepat” Soojin mengangguk setuju.
Tak jauh dari Donghae dia melihat Joon Ki yang sedang mengobrol dengan seorang wanita. “Kyu kau tahu siapa wanita itu?”
“Dia sepupuku, Shim Chae Ra”
Dahi Soojin berkerut seperti tidak asing nama itu untuknya. “Shim? dia adik Changmin oppa?”
“Tepatnya”
Soojin baru tahu jika Shim Changmin memiliki seorang adik yang cantik. Sama seperti kakaknya yang tinggi Chae Ra memiliki tubuh yang bisa dikatakan tinggi untuk ukuran wanita.
“Lalu dimana Changmin oppa? kenapa dia tidak datang?”
“Dia sedang berkenala mencari gadis yang tepat. Katanya dia malu datang tanpa membawa seorang gadis”
“Cih! alasan macam apa itu”
Dan pandangan mereka berganti pada Minho dan Sera. Minho yang sedang berusaha mengajak Sera mengobrol namun gadis itu menanggapi Minho dengan malas.
“Mantan kekasihmu itu pantang menyerah sekali rupanya” Gumam Kyuhyun melihat bagaimana Minho yang bercerita panjang lebar meski Sera tidak begitu memperhatikannya.
“Dia sahabatku bukan mantan kekasihku!”
“Sama saja”
Tidak mau kalah Soojin juga mengatakan hal serupa. “Mantan kekasihmu juga sok jual mahal”
“Dia bukan mantan kekasihku. Dia hanya sahabatku”
“Apa bedanya?”
Kyuhyun mendengus. Sejak kapan Soojin pandai berdebat. Tidak ingin mengganggu mereka memilih untuk pergi ke sisi lain.
Soojin mengalungkan tangannya ke lengan Kyuhyun. “Kyu kita menikah tanpa pernah sekalipun berkencan” Itu merupakan keinginan mendasar setiap wanita bukan hanya dirinya saja.
“Lalu?”
“Bagaimana nanti jika kita berkencan?”
“Memangnya kau mau kita berkencan dimana? Taman hiburan?”
“Menurutmu kita masih pantas berkencan disana? Kita bukan lagi anak remaja” Perlu di ingat usianya sekarang 25 tahun sementara Kyuhyun 27 tahun. Mereka sudah cukup tua untuk berkencan di taman hiburan, seperti lotte world atau disneyland. Dia jadi mengingat saat dimana Kyuhyun mengajaknya pergi untuk pertama kali. Entah dalam rangka apa.
“Kau ingat, saat itu kau pernah mengajakku pergi ke disneyland? Tapi aku tidak tahu alasan di balik itu. Mau memberi tahuku?”
Kyuhyun nampak berpikir, kemudian tersenyum msmbuat Soojin terheran. “Saat itu aku hanya menepati janjiku padamu”
“Janji?”
“Berkencan saat kau dapat nilai sempurna di ujian matematika”
“Tapi aku tidak dapat nilai sempurna”
“Ya! Kau hanya dapat 50. Tapi itu bukan masalah setidaknya kau sudah melakukan yang terbaik”
Soojin menganggukkan kepalanya namun dia menyadari sesuatu yang mengganjal dari kalimat Kyuhyun. “Bagaimana kau tahu aku dapat 50? Aku tidak pernah memberi tahumu, lalu bagaimana kau bisa tahu?”
“Tidak mungkin Hyesoo atau Minji. Mustahil jika Joon Ki yang memberitahumu. Tapi tunggu kertas itu hilang. Benar, kertas itu hilang” Soojin memicing curiga.
“Apa? Kau berpikir aku mencurinya?”
“Tidak mungkin kertas itu berjalan sendiri dan menghampirimu”
“Tidak mungkin kertas itu berjalan dan menghampiriku jika saja kau tidak ceroboh dengan menjatuhkan isi tasmu” Kyuhyun mendorong pelan dahi Soojin. Namun dengan cepat dia mengusap dahi itu.
“Pantas saja aku mencari kemana-mana tapi tidak menemukannya” Soojin baru menyadari jika tangan Kyuhyun sekarang tengah membenarkan letak rambutnya lalu mengusap pelan kepalanya.
“Apa yang kau lakukan?” Tanya Soojin mendadak gugup.
“Memangnya apa yang aku lakukan?” Tanya Kyuhyun balik dengan sebuah senyum. Awalnya menatap Kyuhyun takut tapi akhirnya Soojin tersenyum juga. Bagaimana tidak Di ingatannya Kyuhyun bukanlah pria manis tapi dia melupakan satu hal semua itu sudah bertahun-tahun yang lalu.
Cho Kyuhyun yang sekarang adalah Cho Kyuhyun yang memperlakukanya dengan manis, Cho Kyuhyun yang beberapa jam lalu berjanji di hadapan Tuhan untuknya, Cho Kyuhyun yang tanpa sungkan menggenggam tangannya, memperkenalkan dia pada semua orang dengan bangga.
Soojin menatap lama tangannya yang di genggam oleh Kyuhyun. Dulu hanya sebuah mimpi tapi mimpi itu sudah menjadi kenyataan.
***
Pagi itu, Soojin mengayuh sepedanya dengan senyum yang tidak pernah surut. Disisi kirinya hamparan sungai mengalir tenang, udar pagi yang bertiup sedang cenderung dingin.
Meluncur sepeda lainnya yang menyamainya. “Mengayuhlah lebih cepat. Kakimu itu pendek sekali” Cibir Kyuhyun yang juga menaiki sepeda yang pada akhirnya mendahului Soojin.
“Yak! Tunggu aku”
“Cho Kyuhyun tunggu aku” Soojin mengayuh sepedanya lebih cepat berharap bisa menyusul Kyuhyun. Secepat apapun dia mengayuh tetap saja Kyuhyun berada di depannya.
Hingga mereka berhenti di tempat penyewaan sepeda. Di area itu memang tersedia sepeda yang bisa di sewakan bagi pengunjung. Sementara Kyuhyun mengembalikan sepedanya Soojin masih mengatur nafas yang terengah-engah.
“Dasar payah!” Kembali cibiran itu Kyuhyun lontarkan namun dengan senyum di bibirnya.
“Turun”
“Kau mau apa?”
Kyuhyun menggantikan Soojin duduk di sepeda. “Naiklah aku akan memboncengmu”
“Kenapa tidak dari awal” Gerutu Soojin.
“Bukan olaraga pagi namanya jika lemak di tubuhmu itu tidak berkurang— Yak!” Cubitan di perutnya membuat Kyuhyun berteriak.
“Maksudmu aku gendut begitu?”
Kyuhyun mulai mengayuh sepedanya. “Tidak, Kau itu seksi” Dengan menahan senyum juga nada menggoda dia menggatakannya.
Soojin mendesis namun wajahnya memerah karena malu. Soojin memeluk pinggang Kyuhyun lebih erat saat sepedanya melaju lebih kencang.
“Menyenangkan” Gumam Soojin tanpa sadar.
“Apanya yang menyenangkan?”
“Eoh? Sebelumnya ini aku belum pernah naik sepeda. Naik motor pun itu karenamu”
Soojin mengangkat satu tangannya ke udara. Merasakan sentuhan angin. Dia menyandarkan kepalanya ke punggung Kyuhyun.
“Kyu… Kenapa?”
“Kenapa apa?”
“Kenapa bisa kau mencintaiku?”
“Kenapa tidak”
Soojin tersenyum lalu kembali memeluk Kyuhyun dengan mata terpejam. Dan Kyuhyun membalas dengan menyentuh tangan Soojin yang melingkar ditubuhnya. Hal itu membuat cincin nikah mereka menyatu—berdenting.
Jika dua orang benar-benar saling menyukai satu sama lain, bukan berarti mereka harus bersama saat itu juga. Tunggulah di waktu yang tepat, maka kebersamaan itu akan menjadi hadiah yang hebat untuk orang-orang yang bersabar.
Sementara menanti, sibukkan diri untuk terus menjadi lebih baik. Waktu dan jarak akan menyingkap rahasia besarnya, apakah rasa itu semakin membesar atau semakin memudar. #Tere Liye
E.N.D
No comments :
Post a Comment