Image
Cast : Laura Lee
Lee Donghae
Cho Jihyun / Lee Jihyun
Genre : Family, Romance
Rating : PG 15
Length: Oneshot
This Story is Mine….Please Don’t Copy the story and Give me Comment and Like .Happy Reading ^^ 
********
Lee Family’s House, at 09.00 P.M KST.
Sepasang kaki mungil itu melangkah menuju ruangan yang menjadi ruang kerja ayahnya dengan langkah hati-hati. Ruang kerja sang ayah yang berdampingan dengan kamar tidur kedua orang tuanya itu membuat Laura Lee, gadis kecil berusia 5 tahun itu berjalan dengan langkah pelan agar sang ibu tidak memergokinya yang ternyata belum tidur padahal waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam.
Laura berdiri didepan ruang kerja Lee Donghae dan memekik girang saat melihat pintu ruang kerja ayahnya itu tidak tertutup rapat sehingga ia tidak harus bersusah payah membuka pintu ruangan itu. Laura mendorong pintu dengan pelan lalu berjalan menghampiri Donghae yang sedang fokus pada laptopnya. Laura mendekap amplop putih yang sedari tadi ia bawa lalu memperhatikan ayahnya yang sedang fokus pada pekerjaan sehingga tidak menyadari jika gadis kecil itu sudah berada disamping kursi kerjanya.

“Appa…”. Panggil Laura dengan suara pelan membuat Donghae langsung menolehkan kepalanya dan terkejut mendapati putrinya itu sudah berada disampingnya.
“Laura?sayang, kau belum tidur?”. Donghae mengalihkan tatapannya pada jam dinding diruang kerjanya lalu kembali menatap Laura yang menunjukkan wajah polosnya. “Sudah jam 9 sayang, aigo kalau Eomma tahu nanti Eomma akan memarahimu”.
“Karena itu Appa jangan berisik supaya Eomma tidak tahu, oke?”. Laura menunjukkan wajah aegyonya yang membuat Donghae tersenyum lalu mengangkat gadis kecil itu lalu memangkunya.

“Jadi kenapa anak Appa belum tidur?Mau Appa buatkan susu heum?”. Tanya Donghae yang dijawab dengan gelengan oleh Laura. “Tidak mau?waeyo?”. Donghae mengusap rambut hitam anaknya itu dan seketika mengerutkan kening saat Laura mengulurkan tangannya yang berisi sebuah amplop putih.
“Aku belum tidur karena aku ingin memberikan ini untuk Appa”.
“Apa ini sayang?”. Donghae menerima amplop itu lalu membukanya dan membaca isi dari sebuah kertas yang ada diamplop itu. “Undangan?”.
“Eummm…, dua hari lagi aku ikut lomba penyisihan Ballet Appa, dan kata saem yang menang nanti akan ikut serta dalam lomba tingkat nasional”. Laura menjelaskan isi undangan itu dengan wajah berbinar.
“Laura ikut lomba?Eomma tahu?”. Tanya Donghae yang langsung dijawab dengan gelengan oleh Laura.
“Eomma tidak tahu, oleh karena itu aku memberikan undangan ini kepada Appa saja karena aku ingin memberikan kejutan untuk Eomma. Appa tahu, aku sudah berlatih dengan Jinyoung Ahjumma jadi aku yakin pasti aku bisa menang Appa. Pokoknya Appa harus datang tapi Appa tidak boleh memberitahu Eomma karena aku akan memberikan kejutan kemenanganku nanti untuk Eomma”. Celoteh Laura dengan senyum polos dan mata berbinar membuat Donghae tersenyum dan langsung mencium puncak kepala anaknya itu. Pria berusia 33 tahun itu tidak menyangka jika putrinya akn tumbuh sebagai gadis kecil yang cerdas seperti ini.
“Oke, Appa tidak akan memberitahu Eomma. Tapi Laura harus janji bisa memenangkan lomba itu oke?dan Appa akan datang diam-diam ke sekolah”.
“Oke Appa, Gomawo”. Laura mencium pipi Donghae membuat pria itu memeluk tubuh gadis kecil itu.
“Nah sekarang Laura harus tidur, ini sudah malam dan besok Laura harus sekolah bukan?. Ayo Appa antar ke kamarmu”. Laura langsung mengalungkan tangannya ke leher Donghae yang membuat pria itu tertawa kecil lalu menggendongnya dan membawa gadis kecil itu menuju kamarnya.
*********
2 Days Later,
Lee Family’s House, at 07.30 A.M KST.
Laura menuruni tangga rumahnya dengan sedikit berlari membuat Jihyun memekik khawatir karena takut putrinya itu akan terjatuh. Tapi yang dikhawatirkan hanya tertawa polos melihat Eommanya dengan wajah seperti kena serangan jantung itu.
“Pagi Eomma..”. Laura memeluk pinggang Jihyun lalu menolehkan kepalanya dan melihat Han Ahjumma, wanita paruh baya yang sudah dikenal Laura sejak kecil itu tengah membawa piring beriskan nasi goreng. “Ahjumma Good Morning…”. Suara nyaring Laura membuat Han Ahjumma terkekeh kecil lalu mengusap rambut halus gadis kecil itu.
“Laura, Eomma tidak suka melihatmu berlari seperti tadi. Sayang nanti kalau kau jatuh bagaimana?”. Jihyun melepaskan pelukan Laura lalu menatap gadis kecil yang tingginya hanya sebatas pinggangnya itu dengan cemas. “Jangan ulangi oke, atau Eomma akan marah padamu”. Ucap Jihyun yang membuat Laura menganggukkan kepalanya patuh.
“Arraseo Eomma”. Laura duduk dikursinya lalu mengedarkan pandangannya mencari ayahnya yang tidak terlihat pagi ini. “Eomma, Appa eodiga?”. Tanya Laura lalu mengambil sendok yang diberikan oleh Han Ahjumma.
“Appa sudah berangkat ke kantor sayang, ada apa heum?”. Jihyun menatap Laura yang disambut gadis kecil itu dengan gelengan pelan. Laura menundukkan kepalanya dengan bibir yang mengerucut. Otaknya memikirkan apakah ayahnya nanti akan datang ke sekolahnya, karena tumben sekali ayahnya itu sudah berangkat kerja sepagi ini. Biasanya ayahnya masih sempat ikut sarapan bersamanya bahkan bisa mengantarkannya ke Taman Kanak-Kanak, tempat sekolahnya.
“Sayang, ada apa heum?”. Tanya Jihyun dengan alis yang tertaut melihat wajah putrinya yang tiba-tiba menjadi murung.
“Tidak ada apa-apa Eomma”. Jawab Laura lesu lalu memakan nasi goreng yang ada dihadapannya dengan perasaan sedikit kesal.
*********
LEE Corp, at 09.00 A.M KST
Donghae’s Office Room
“Sedang sibuk?”. Donghae mendongakan kepalanya dan tersenyum melihat Jihyun yang berdiri diambang pintu ruang kerjanya itu lalu menunjukkan paper bag berwarna coklat yang dibawa oleh perempuan berusia 26 tahun itu. Jihyun menutup kembali pintu ruang kerja suaminya itu lalu melangkahkan kaki jenjangnya menuju meja kerja Donghae.
“Dengan siapa kesini heum?”. Tanya Donghae lalu bangkit dari duduknya dan menghampiri sang istri yang tengah meletakkan paper bag berisikan kotak makanan dimeja yang ada diruang kerjanya itu. Donghae menghampiri istrinya yang sudah duduk disova lalu mencium kening perempuan itu.
“Aku datang sendiri, kebetulan aku akan ke butik dan aku ingat Oppa tadi pagi belum sarapan jadi aku membawakan makanan ini untu sarapanmu”. Jihyun tersenyum cantik lalu membuka kotak makanan yang berisikan sandwich kesukaan suaminya. “Ayo dimakan dulu”. Jihyun memgang tangan Donghae membuat pria tampan itu duduk disamping istrinya lalu mengambil sandwich dan memakannya. “Bagaimana rasanya?”.
“Selalu enak seperti biasa”. Jawab Donghae yang membuat Jihyun tersenyum senang.
“Ah iya, bagaimana pertemuan Oppa dengan klien dari Jepang tadi?”. Tanya Jihyun penasaran. Tadi pagi Dongha memang buru-buru berangkat keperusahaannya karena ada pertemuan penting dengan klien dari Jepang yang akan bekerja sama dengan perusahaan suaminya.
“Kita berhasil bekerja sama dengan mereka, kau tidak lupa bukan jika aku ini salah satu CEO berpengaruh di Korea Selatan?”. Jihyun tertawa lalu menepuk pelan lengan suaminya saat mendengar tingkat kepercayaan diri suaminya itu. “Sayang, tolong minumnya”. Jihyun mengambilkan tumbler berisikan air mineral yang tadi juga ia bawa dari rumah kepada Donghae.
Tok..Tok… Donghae dan Jihyun menolehkan kepala mereka saat pintu ruangan itu terbuka dan memperlihatkan sekretaris Donghae yang tengah membungkuk sopan kepadanya itu.
“Maaf Sangjanim, ada Nona Choi Raena yang ingin bertemu dengan anda”.
“Raena Eonni?Ah biarkan dia masuk Hana-ssi”. Ucap Jihyun yang mendapat anggukan patuh dari sekretaris Donghae itu. Dan tak lama pintu ruangan kembali terbuka dengan seorang perempuan yang juga tidak kalah cantik dari Jihyun.
“Eonni….”. Pekik Jihyun lalu menghampiri Raena dan langsung memeluk perempuan itu. “Aku merindukanmu, astaga sudah lama sekali aku tidak bertemu denganmu”.
“Aigoo, bahkan aku sudah bosan selalu bertemu dengan suami itu terus”. Canda Raena yang membuat Jihyun tertawa pelan lalu melihat suaminya yang tengah mendesis pelan itu.
“Kalau bukan perusahaan kita bekerja sama juga aku malas selalu ada meeting denganmu Raena-ssi”. Gerutu Donghae lalu menghampiri sahabatnya dan juga istrinya itu. “Jadi ada apa, kau datang keperusahaanku?Bukankah meeting kita ditunda menjadi lusa ya?”. Tanya Donghae yang membuat Raena menghebuskan nafas beratnya lalu melihat Jihyun dan Donghae dengan bingung.
“Hah, sebenarnya aku sedang bingung. Hari ini Daehyun berulang tahun dan ia merengek kepadaku sejak semalam untuk mengajaknya makan diluar, merayakan ulang tahunnya seperti biasa saja tapi…”.
“Tapi?”. Tanya Donghae penasaran dengan permintaan dari anak sahabatnya yang usianya terpaut satu tahun dengan Laura itu. Choi Raena adalah sahabat Donghae sejak mereka kecil dan dahulu ketika mereka SMA, mereka sempat mempunyai hubungan sebagai sepasang kekasih tapi tidak lama merek putus karena merasa mereka lebih nyaman untuk menjadi sepasang sahabat hingga akhirnya Raena menikah dengan teman baik Donghae saat kuliah, Choi Siwon dan menghasilkan seorang putra. Tapi dua tahun setelah Daehyun lahir, kecelakaan hebat menimpa Siwon membuat pria itu meninggal dunia. Dan sejak itu Donghae dan Jihyun membantu Raena untuk mengurus Daehyun dan menganggap pria kecil itu seperti anak mereka sendiri.
“Tapi Daehyun meminta makan bersamanya itu seperti keluarga yang utuh, ada Eommanya dan Appanya. Astaga aku sudah menjelaskannya berulang kali, tapi anak itu sangat menginginkan sseseorang yang bisa menjadi sosok Appanya hari ini saja”. Lesu Raena membuat Jihyun mengusap punggung perempuan itu.
“Umm,,bagaimana kalau Donghae Oppa saja Eonni”. Ucap Jihyun yang membuat Raena dan Donghae menatapnya. “Daehyun kan sudah menganggapmu seperti Appanya jadi kau saja yang menemani Raena Eonni makan bersmanya”. Jihyun tersenyum kepada Donghae membuat Donghae memikirkan sejenak ide istrinya itu.
“Aku juga tidak keberatan, yasudah aku bisa membantumu Na-ya. Kapan kau akan makan bersama Daehyun?”. Tanya Donghae membuat Raena menatap sepasang istri itu tidak percaya dan lega sekaligus.
“10, ah Gomawo Donghae-ya, Jihyun. Hah aku tidak tahu apa jadinya jika aku tidak bisa mengabulkan permintaan anak itu”. Ucap Raena lega membuat Jihyun dan Donghae tersenyum hangat kepadanya.
*********
Lee Family’s House, at 11.30 A.M
“Oh, Laura sudah pulang?”. Tanya Jihyun kepada anaknya yang melewati ruang tamu dengan kepala tertunduk itu. Laura hanya menatap ibunya sekilas lalu kembali melangkahkan kakinya menaiki tangga rumahnya. “Sayang..”. Panggil Jihyun yang tidak dihiraukan oleh gadis kecil itu. Jihyun mengerutkan keningnya merasa bingung dengan sikap anaknya yang terlihat sedih seperti itu, biasanya jika gadia kecil itu pulang sekolah pasti dia akan menyapa Jihyun dan menceritakan kejadian yang dialaminya disekolah.
“Jihyun Eonni”. Jihyun berbalik badan dan melihat Jinyoung yang tengah meletakkan paper bag dimeja sambil tersenyum kepadanya. “Itu pakaian Ballet Laura, Eonni”. Ucap Jinyoung yang membuat Jihyun menautkan alisnya. Ballet? Seingatnya sebelum Laura berangkat sekolah ia tidak menyiapkan pakaian Ballet anaknya itu dan seingatnya juga hari ini bukan jadwalnya Laura latihan Ballet bersama Jinyoung.
“Bukankah hari ini tidak ada latihan?”. Tanya Jihyun yang membuat Jinyoung menghela nafas lalu menatap Jihyun.
“Sebenarnya hari ini disekolah Laura sedang ada perlombaan Ballet, Eonni. Tapi Laura memohon kepadaku untuk tidak memberitahu Eonni karena dia ingin memberikan kejutan kepada Eonni dengan berita kemenanganya. Tapi, Laura memberitahu lomba itu kepada Donghae Oppa dan kata Laura, Oppa sudah berjanji akan datang kesekolah. Sejak lomba akan dimulai Laura murung dan selalu menanyakan kepadaku apakah Appanya sudah datang hingga akhirnya namanya dipanggil untuk menampilkan tariannya. Tadinya aku ingin menelfon Eonni, tapi Laura memintaku untuk tidak memberitahukannya kepada Eonni. Aku sempat khawatir saat Laura menangis karena dia tidak menang dan Appanya yang tidak datang”. Cerita Jinyoung yang membuat Jihyun mencelos hatinya. Pantas saja anaknya itu pulang dengan wajah murung dan sedih. Jihyun menghembuskan nafas beratnya lalu tersenyum kepada Jinyoung.
“Jinyoung-ah gomawo ne karena tadi kau sudah menemaninya”. Ucap Jihyun lalu mendongakan kepalanya, menatap lantai atas rumahnya dengan perasaan sedih.
*********
Jihyun mengetuk pintu kamar Laura lalu membukanya dengan pelan. Perempuan cantik itu melihat anaknya yang tengah berbaring membelakanginya diranjangnya yang dibaluti dengan bed cover bergambar hello kity itu. Jihyun menghampiri ranjang Laura lalu duduk dipinggir ranjang itu dan memperhatikan anaknya yang tengah memgang boneka barbienya.
“Laura tidak ingin makan?ini sudah jam makan siang”. Jihyun mengusap lembut rambut Laura lalu mencium puncak kepala gadis kecil itu yang masih nampak diam tapi Jihyun bisa melihat mata anaknya itu yang mulai berkaca-kaca. “Gwenchana, walaupun Laura tidak menang tapi Laura sudah membuat Eomma bangga dengan Laura”. Ucap Jihyun pelan dan hatinya ikut merasakan sedih saat Laura mulai meneteskan airmatanya. “Tidak apa-apa sayang, Eomma yakin lain kali Laura pasti menang”. Jihyun tersenyum lembut dan kembali mengusap rambut Laura.
“Eomma….”. Laura menatap Jihyun lalu beranjak memeluk ibunya itu menangis didalam pelukan Jihyun. “Eomma hikss…hiksss Appa jahat. Appa tidak menepati janjinya, Appa jahat Eomma hikss..hiksss”. Laura memeluk leher Jihyun dengan erat membuat Jihyun mengusap punggung gadis kecil itu dengan sayang.
“Aniya. Appa tidak jahat. Tadi itu Appa…..”.
“Tidak, Appa jahat..Appa sudah janji kepada Laura tapi Appa mengingkarinya. Appa jahat, aku marah dengan Appa”. Ucap gadis kecil itu dengan nada tersendat-sendat karena tangisannya yang semakin kencang. Jihyun hanya bisa menghela nafas dan berusaha untuk menenangkan anaknya itu. Ia sama sekali tidak tahu jika Donghae sudah berjanji kepada Laura, membuat ia tadi menyarankan Donghae untuk membantu Raena.
*********
Lee Family’s House at 08.30 P.M KST
“Sayang..”. Jihyun menghentikan langkah kakinya yang akan menuju dapur melihat Donghae yang tengah berjalan menghampiriya. “Oppa baru pulang?”. Jihyun meletakkan gelas air minum Laura yang akan diisikan air olehnya di meja lalu mengambil jas dan tas kerja Donghae dari tangan pria itu.
“Umm, tadi ada meeting sebentar…Hahh aku lelah sekali”. Ucap Donghae memijat tengkuknya lalu menggulung lengan kemejanya hingga siku. “Laura eodiga?tumben sekali ia tidak menonton kaset kartus kesukaannya”. Tanya Donghae menatap Jihyun bingung. Biasanya jika ia pulang, pasti Laura dan Jihyun sedang menonton kaset kartu kesukaan gadis kecil itu diruang santai. Dan biasanya juga Laura akan teriak memanggil namanya jika ia sudah pulang dan minta digendong olehnya.
“Laura, ummm dia ada dikamarnya Oppa”. Ucap Jihyun kikuk lalu menatap Donghae menimbang-nimbang apakah ia harus menanyakan tentang tidka ingatnya Donghae dengan janjinya kepada Laura atau tidak.
“Waeyo sayang?”. Donghae memegang tangan Jihyun dan menatap istrinya itu intens. “Ada apa eoh?kau terlihat seperti ingin menyampaikan sesuatu?”.
“Oppa…”.
“Hmmm?”.
“Aku….aku ingin bertanya, apakah kau sebelumnya berjanji kepada Laura untuk melihat perlombaan Balletnya?”.
“Ne?”. Donghae terdiam sejenak namun tak lama sebuah ingatan tentang janjinya kepada Laura langsung terlintas dikepalanya. “Astaga sayang, aku tidak ingat jika aku sudah janji dengannya”. Ucap Donghae dengan tatapan khawatir. Pria itu benar-benar lupa jika ia sudah janji dengan Laura. Pekerjaan yang menumpuk akhir-akhir ini dan proyeknya yang sedang berjalan membuat Donghae harus sering bertemu dengan klien dan seharusnya ia tadi tidak menyetujui usulan Jihyun untuk membantu Raena. “Laura pasti marah kepadaku, astaga sayang maaf aku benar-benar tidak ingat”. Ucap Donghae dengan raut wajah sedihnya membuat Jihyun memegang tangannya lalu mengusapnya.
“Aku tahu Oppa, kau pasti tidak sengaja melupakannya. Dan aku yakin Laura tidak marah kepadamu. Mungkin sekarang ia hanya kecewa, tapi besok dia juga sudah akan melupakannya”. Ujar Jihyun menenangkan Donghae lalu tersenyum hangat kepada suaminya itu.
********
Laura menolehkan kepalanya saat pintu kamarnya terbuka, gadis kecil itu langsung menundukkan kepalanya dan berjalan menuju ranjangnya melihat Donghae yang memasuki kamarnya.
“Laura sudah ingin tidur?”. Tanya Donghae yang tidak dijawab oleh Laura membuat senyum yang tadinya menghiasi wajah pria itu kini menghilang. Hatinya mencelos melihat anaknya yang mengacuhkannya itu dan perasaan bersalah itu semakin menderanya melihat mata gadis kecilnya itu yang sembab. Donghae berjalan menuju ranjang Laura dan berniat untuk duduk dipinggir ranjang gadis kecil itu.
“Don’t sit in here…”. Donghae menghentikan niatannya dan hatinya semakin sedih melihat anaknya itu menghidarinya. Donghae menundukkan kepalanya dan merutuki kesalahannya yang melupakan janjinya kepada putri kecilnya. Ingin sekali ia memukul wajahnya sendiri karena membuat anaknya itu menangis seharian karena kebodohannya.
“Eomma…”. Laura menatap Jihyun yang berdiri diambang pintu kamarnya membuat Donghae juga menolehkan kepalanya pada istrinya itu. Tatapan sedih darinya membuat hati Jihyun kembali ikut sedih. Jihyun melangkahkan kakinya menuju ranjang Jihyun dan ia mengusap lengan Donghae lalu menghampiri anaknya yang sudah berbaring diranjangnya. “Eomma aku mengantuk”. Ucap Laura yang membuat Jihyun mengusap kepala gadis kecil itu.
“Yasudah kalau begitu Laura tidur, air minumnya Eomma letakkan dimeja”. Jihyun membenarkan letak selimut Laura lalu mencium kening gadis itu. Jihyun berdiri disamping Donghae dan melihat pria itu yang menatap putrinya dengan wajah bersalahnya.
“Don’t kiss me Appa…”. Donghae tersenyum getir dan memandang Laura yang sudah memejamkan matanya dengan kecewa. Bahkan putrinya sudah tidak mau dicium olehnya, kau memang bodoh Lee Donghae. Umpatnya pada dirinya sendiri.
“Selamat tidur sayang…”. Donghae tersenyum sedih lalu keluar dari kamar Laura membuat Jihyun memandang punggung suaminya itu dengan nanar. Jihyun menatap Laura sejenak sebelum akhirnya keluar dari kamar Laura dan menutup pintu kamar anaknya itu.
********
Jihyun terbangun dari tidurnya saat merasakan tenggorokannya terasa kering. Ia membuka matanya dan melihat jam dinding yang ada dikamarnya menunjukkan pukul I malam. Jihyun menolehkan kepalanya dan ia langsung terduduk saat melihat Donghae yang tidak ada disebelahnya.
“Oppa?”. Jihyun menatap kamar mandi yang ada dikamarnya itu namun tidak ada suara yang menjawab panggilannya. Ia turun dari ranjang lalu keluar dari kamarnya dan melihat kelantai satu rumahnya yang tidak ada siapa-siapa. Jihyun berjalan menuju ruang kerja Donghae dan hasilnya pun sama tidak ada Donghae saat ia membuka pintu ruangan itu. Jihyun mengerutkan kening saat melihat pintu kamar Laura yang terbuka sedikit dan dengan langkah cepat ia langsung menuju kamar putrinya itu. Hatinya langsung terasa lega melihat Donghae yang ternyata berada dikamar Laura. Pria itu berbaring disamping Laura sambil mengelus rambut gadis kecil itu dan sesekali merapikan letak selimut Laura. Jihyun menghampiri suami dan anaknya itu lalu duduk setengah berbaring diranjang Laura sambil memeluk bahu Donghae dan menyandarkan kepalanya dipundak suaminya itu.
“Aku pikir Oppa kemana”. Ucap Jihyun pelan membuat Donghae menghentikan usapan tangannya pada kepala Laura lalu menatap istrinya itu. Donghae hanya diam dan kembali mengusapkan tangannya pada kepala Laura lalu beralih mengusap pipi chubby gadis kecil itu dengan pelan.
“Aku merasa baru kemarin aku melihat Laura lahir, rasanya sangat cepat melihat sekarang ia sudah tumbuh menjadi gadis kecil yang cantik dan pintar”. Ucap Donghae dengan helaan nafas beratnya membuat Jihyun hanya tersenyum dan ikut memperhatikan putrinya yang terlelap dalam tidurnya itu. “Aku merasa seperti bukan Appa yang baik. Aku sering sekali melewatkan perkembangan anakku sendiri”.
“Aniyo, Oppa adalah the best Appa untuk Laura”. Jihyun mengusap lengan Donghae dan tersenyum kepadanya. Donghae tersenyum kecil dengan tatapan mata yang masih memperhatikan wajah Laura.
“Rasanya sungguh menyesakkan melihat Laura mendiamiku seperti ini”. Donghae menatap sendu Laura lalu mendekatkan wajahnya keLaura dan mencium kening putrinya itu cukup lama. “Mianhae sayang, Appa salah. Tidak seharusnya Appa melupakan janji Appa kepadamu. Maaf….Mianhae”. Donghae mengusap kembali pipi Laura dengan tatapan sedih.
**********
Children Garden School, at 10 A.M KST.
Laura menundukkan kepalanya dan menatap sepatu sekolahnya dengan bibir yang mengerucut. Sudah 10 menit ia menunggu Eommanya yang akan menjemputnya tapi sosok ibunya itu belum terlihat hingga sekarang. Laura menatap kedepan dan tak lama sebuah mobil yang sangat dikenalnya itu berhenti didepan sekolahnya. Gadis kecil itu menunggu siapa yang akan keluar dari mobil itu dan berharap bukan ayahnya yang menjemputnya hari ini. Gadis kecil itu masih merasa marah dengan ayahnya bahkan tadi pagi ia mengacuhkan ayahnya saat sarapan dan memilih untuk diantar kesekolah oleh supir pribadi dirumahnya daripada harus diantar oleh Donghae. Laura masih mengamati mobil itu dan perasaan kesal kembali menghinggapinya melihat sosok ayahnya yang keluar dari mobil berwarna hitam mengkilap itu.
“Laura sudah menunggu lama?Maaf tadi jalanan macet jadi Appa telat menjemput Laura”. Donghae mesejajarkan tubuhnya dengan putrinya itu lalu tersenyum lembut kepadanya. Laura hanya diam dan anak itu lebih memilih untuk mengalihkan pandangannya membuat Donghae menghela nafas beratnya.
“Ah Laura sudah dijemput?”. Seorang wanita berusia 35 tahun menghampiri Laura membuat Donghae berdiri lalu tersenyum ramah kepadanya. Wanita yang dikenal sebagai guru Laura itu membungkukkan badannya pada Donghae lalu mengamati wajah Laura yang murung. “Aigoo Laura kenapa?Appa sudah menjemput kenapa wajah Laura sedih eoh?”. Wanita yang bernama Shin Nara itu mengusap rambut Laura yang diikat satu itu.
“Saem…”. Laura mendongakan kepalanya lalu memgang tangan Nara membuat wanita itu menundukkan kepalanya dan menatap Laura. “Saem, tolong telfon Eomma. Aku ingin Eomma yang menjemputku”. Ucap Laura membuat Donghae menatap anaknya itu sedih. Nara mengalihkan tatapannya kepada Donghae lalu menatap Laura kembali.
“Waeyo?bukankah sudah ada Appa?”.
“Aniyo Saem, aku ingin Eomma”. Rengek Laura sambil menggerakkan tangan Nara. Gadis kecil itu tidak ingin pulang dengan ayahnya karena masih merasa marah dengan pria itu.
“Sayang, Eomma sedang pergi kerumah Harabeoji jadi Eomma tidak bisa menjemput Laura. Pulang dengan Appa saja ne”. Donghae membujuk Laura dengan lembut. Hari ini ia harus lebih bersabar dengan sikap putrinya karena anak itu ternyata masih mendiamkannya.
“Saem….”. Laura mengacuhkan perkataann Appanya dan kembali menatap Nara dengan tatapan memohon membuat Nara mengalihkan tatapannya kepada Donghae. Pria itu hanya bisa menghela nafas beratnya lalu menganggukkan kepalanya kepada Nara, meminta wanita itu untuk menuruti kemauan anaknya itu.
“Baiklah, tunggu sebentar ne”. Nara mengambil ponselnya dari saku celananya lalu mencari kontak nomor Jihyun dan tak lama nada panggilan itu terdengar setelah ia mendekatkan ponsel itu ketelinganya. “Yeobseyo Jihyun-ssi, maaf mengganggumu tapi ini Laura ingin berbicara denganmu. Ne tunggu sebentar”. Nara menundukkan kepalanya lalu menyerahkan poselnya itu kepada Laura.
“Eomma..”. Ucap Laura manja setelah ia mendekatkan ponsel itu ketelinganya. “Kenapa Eomma tidak menjemputku?”. Laura menunggu jawaban dari Eommanya dan tak lama kerucutan dibibirnya kembali tercipta setelah mendengar penjelasan Eommanya yang ternyata harus pergi kerumah kakeknya karena kakeknya sedang sakit. “Arraseo Eomma”. Jawabnya pelan lalu menyerahkan ponselnya kepada Nara. “Gomawo Saem, Laura pulang dulu”. Laura menundukkan kepalanya lalu berjalan melewati Donghae dan menuju ke mobil Donghae terparkirkan.
“Apa Laura sedang mendiamkan anda Donghae-ssi?”. Tanya Nara membuat Donghae mengalihkan pandangannya lalu tersenyum kecil pada wanita itu.
“Dia memang sedang marah padaku, kalau begitu aku permisi Nara-ssi”. Donghae tersenyum lalu berjalan menuju mobilnya dan membukakan pintu mobil untuk Laura.
**********
Donghae berulang kali menolehkan kepalanya dan melihat Laura yang duduk disampingnya dengan diam. Wajah gadis itu terlihat murung dan tidak suka karena akhirnya harus pulang bersamanya.
“Laura ingin makan dulu?Ahjumma sedang tidak ada diumah, jadi jika Laura lapar kita akan membeli makanan dulu”. Laura hanya menggelengkan kepalanya membuat Donghae menghela nafasnya dan menyabarkan dirinya. Ternyata membujuk Laura ketika sedang marah itu jauh lebih susah dari pada membujuk Jihyun. Ia menatap dalam Laura lalu kembali memperhatikan jalan yang ada dihadapannya dengan rasa bersalah yang kembali mendera hatinya.
*********
Lee Family’s House
Donghae menuruni tangga rumahnya dan melihat Laura yang sedang menonton acara kartun di televisi sambil memeluk boneka hello kitynya. Setelah menjemput Laura tadi Donghae memilih untuk tidak kembali ke kantor karena dirumah sedang tidak ada orang kecuali penjaga rumahnya. Supir pribadi keluarganya itu sedang mengantar Jihyun ke ruamah orang tuanya dan Han Ahjumma sedang ijin untuk pulang kerumahnya hingga dua hari kedepan. Donghae yang sudha berganti pakaian dari pakaian kantornya menjadi kaos putih dan jeans hitam itu berjalan menghampiri Laura lalu duduk disamping gadis kecil yang terlihat fokus dengan acara kartunnya itu.
“Sudah waktunya makan siang, Laura ingin makan dengan apa?”. Tanya Donghae yang tidka dijawab dengan anakknya itu. Sepertinya Laura benar-benar sedang mogok bicara kepadanya. Ucap Donghae didalam hatinya. “Appa buatkan sosis goreng ne?Laura tunggu disini sebentar”. Donghae mengusap rambut anaknya itu lalu beranjak menuju dapur. Walaupun Laura tidka mau berbicara kepadanya tapi ia harus tetap membuatkan makanan untuk anaknya itu karena ini sudah waktunya Laura untuk makan siang. 10 menit kemudian Donghae kembali keruang tv dengan nampan yang berisikan nasi dan sosis goreng beserta air minum. Pria itu meletakkan nampan tersebut ke meja lalu menatap anaknya yang tengah melirik makanan yang ia bawa itu namun dengan cepat Laura mengalihkan pandangannya menuju tv kembali membuat Donghae mengulum senyumnya melihat sikap anaknya itu. “Sudah Appa buatkan, Laura makan ya”. Laura tidak menjawab perkataan Donghae membuat pria itu menganggukkan pelan kepalanya. “Yasudah kalau begitu nanti kalau sudah lapar, Laura makan oke?kalau Laura butuh apa-apa Appa ada diruang kerja Appa”. Donghae tersenyum lalu beranjak pergi meninggalkan Laura. Sebelum menaiki tangga ia melihat Laura kembali dan tersenyum geli melihat anaknya itu yang langsung memakan makanan buatannya itu. Ia memang sengaja meninggalkan Laura karena ia yakin anak itu tidak akan makan jika ia masih berada dihadapannya.
“Astaga, anakku itu kenapa menggemaskan sekali”. Ucapnya sambil menggelengkan kepala lalu melanjutkan langkah kakinya menaiki tangga untuk menuju ruang kerjanya.
********
Laura menolehkan kepalanya kekiri dan ke kanan, gadis kecil itu merasa bosan karena tidak ada yang bisa ajak main untuk saat ini. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang dan biasanya jika ada ibunya ia akan mendengarkan dongeng yang dibacakan oleh Jihyun sebelum ia tidur siang. Tapi kali ini ibunya sedang tidak ada membuat dirinya tidak bisa untuk tidur siang. Ia sedang merajuk kepada Donghae jadi tidak mungkin gadis kecil itu meminta ayahnya untuk membacakan dongeng kepadanya. Laura berjalan sambil membawa boneka hello kitynya menuju halaman belakang rumahnya. Gadis kecil itu menghampiri sepedah mininya lalu menaikinya dan menjalankannya dengan pelan mengitari halaman rumahnya. Namun karena terlalu asyik dengan sepedahnya itu Laura tidak memperhatikan jalan didepannya sehingga ia tidak memberhetikan sepedanya saat akan menabrak bangku yang ada dihalaman rumahnya itu membuatnya akhrinya terjatuh ketanah.
“Eomma appo…”. Laura meringis kesakitan dan matanya mulai berkaca-kaca melihat lututnya yang tergores kerikil-kerikil kecil membuat lutut gadis kecil itu berdarah sedikit. “Hiks…hiksss Appa”. Tangisnya yang berubah menjadi kencang membuat Donghae yang tadinya sedang mencari keberadaan anaknya itu berlari menuju halaman rumahnya dan langsung menghampiri Lura yang terduduk ditanah.
“Astaga sayang,kau kenapa?”. Panik Donghae melihat Laura menangis sambil melihat lututnya yang berdarah itu. “Astaga kau terjatuh sayang”. Donghae memegang pelan kaki Laura lalu membawa gadis kecil itu kedalam gendongannya.
“Appa appo..hiksss sakit Appa”. Laura memeluk erat leher Donghae dan menangis semakin kencang membuat Donghae mengusap rambut anaknya itu lalu membawa Laura menuju ruang tamu. Donghae berniat untuk meletakkan Laura disova tapi anak itu semakin erat memeluk leher Donghae dengan gelengan kepalanya.
“Appa mengambil kotak P3K dulu, Laura duduk disini ne?lutut Laura harus diobati”. Donghae membujuk anaknya itu namun Laura hanya menggelengkan kepalanya membuat Donghae menghela nafas lalu akhirnya membawa Laura ikut mengambil kota P3K yang selalu ada dirumahnya itu.
“Appa obati dulu lukanya ya”. Setelah mengambil kotak P3K dan meletakkan Laura di sova Donghae membersihkan luka dilutut anaknya itu dengan pelan dan hati-hati. Ia jadi ikut meringis sakit saat anaknya kembali menangis kencang ketika ia memberikan obat merah dilutut gadis kecil itu. Donghae memberikan plester dilutut Laura lalu menatap wajah anaknya yang memerah karena terus menangis. “Sudah selesai, nanti lukanya pasti cepat sembuh”. Donghae mengusap air mata anaknya itu lalu mencium kening Laura. Donghae kembali menggendong Laura dan menenangkan anaknya yang masih terdengar isakan tangisnya itu.
“Appa sakit….”.
“Sssttt…nanti sakitnya juga hilang, Laura tidur saja nanti setelah bangun pasti sakitnya hilang”. Donghae mengusap kepala Laura yang bersandar dipundak kananya itu dan membawa gadis kecil itu berjalan kecil untuk menidurkan Laura. Dan gadis kecil itu menganggukkan kepalanya pelan dan kembali bersandar pada pundak Appanya dan sepertinya gadis kecil itu sudah melupakan kemarahannya pada Appanya.
*********
“Laura, Eomma pulang…Eoh?”. Jihyun menghentikan langkahnya melihat Donghae yang meletakkan jari telunjuknya didepan bibir meminta agar perempuan itu tidak berisik. Setelah Jihyun tidak berkata lagi Donghae tersenyum lalu kembali mengelus punggung Laura yang tertidur didalam gendongannya. Jihyun menghampiri suaminya itu lalu mengusap rambut anaknya. “Dia sudah tidak marah kepadamu?”. Tanya Jihyun yang dijawab dengan gelengan oleh Donghae.
“Sepertinya tidak, aku harus berterima kasih kepada sepedahnya karena membuatnya jatuh sehingga ia melupakan kemarahannya kepadaku”.
“Astaga Laura terjatuh?”. Jihyun membulatkan matany lalu melihat luka yang ada dilutut putrinya itu. “Apa lukanya tidak apa-apa?”. Tanya Jihyun khawatir.
“Tidak apa-apa sayang, hanya sedikit berdarah. Kau tahu sendiri bukan Laura tidak suka melihat darah, walaupun seidikit tapi tangisannya kencang sekali tadi”. Ucap Donghae dengan senyuman yang membuat Jihyun ikut tersenyum.
“Kalau begitu, sini biar aku yang menggendongnya Oppa. Pasti Oppa lelah karena menggendongnya berjam-jam”.
“Aniyo, biarkan saja. Kemarin aku sudah didiamkan olehnya jadi biarkan hari ini aku menggendongnya. Aku rindu sekali dengan putriku ini”. Donghae mencium kening Laura lalu menatap Jihyun yang tersenyum melihat pemandangan dihadapannya itu. “Ah iya bagaimana keadaan Abeonim. Sakitnya tidak parah kan?”.
“Appa sudah baikkan, biasa Oppa karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya jadi Appa melupakan pola makannya”.
“Syukurlah kalau begitu”. Lega Donghae lalu kembali mengusap punggung Laura.
********
Lee Famiy’s House, at 07.30 A.M KST.
“APPA…..ayo kita berangkat, nanti aku telat”. Teriak Laura dari ruang tv membuat Jihyun menatap Donghae yang tengah memakai jas hitmnya itu dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.
“Sepertinya dia sudah benar-benar lupa”. Ucap Jihyun lalu menghampiri Donghae dan membenarkan letak dasi suaminya itu.
“Dan aku senang sekali akan hal itu”. Donghae tersenyum simpul membuat Jihyun membalas senyumnya. “Gomawo sayang”. Ucap Donghae menatap Jihyun lekat membuat perempuan itu menautkan kedua alisnya. “Karena idemu untuk meninggalkan Laura dirumah berdua denganku akhirnya dia sudah tidak marah lagi kepadaku”. Donghae mengelus pipi istrinya dengan lembut.
“Aku tidak melakukan apapun kenapa harus bertemimakasih”. Jihyun tersenyum. “Lagipula aku memang yakin Laura tidak akan marah lama-lama kepada Appanya. Yasudah cepat sana berangkat”. Jihyun menepuk pelan dada Donghae.
“Hei kau melupakan sesuatu eoh”. Jihyun mengerutkan keningnya lalu tersenyum kecil saat melihat Dongha menunjuk bibirnya. “Vitaminku”. Donghae tersenyum menggoda membuat Jihyun tertawa lalu mengecup bibir itu cepat. “Yak, itu bukan vitamin namanya”.
“Wae?Aishh sudah sana berangkat Oppa, kau tidak mau kan anakmu itu merajuk kembali padamu”. Ucap Jihyun lalu berbalik badan untuk membereskan piring kotor sisa sarapan mereka namun dengan cepat tangan kekar Donghae mengapit pinggangnya dan mmbalikkan tubuh istrinya itu hingga menghadapnya. Jihyun membulatkan matanya dan semakin terkejut saat Donghae langsung mencium bibirnya. Awalnya biasa tapi detik berikutnya pria itu memperdalam ciumannya dna melumat bibir istrinya itu membuat Jihyun akhirnya membalas perlakuan suaminya di bibirnya.
“APPA……”. Sontak Jihyun langsung mendorong dada Donghae dna menatap pria itu dengan kesal sekaligus malu membuat Donghae tertawa lalu mengusap rambut Jihyun. “APPA QUICKLY”. Teriak Laura lagi.
“IYA SAYANG…..Aku berangkat ne”. Donghae tersenyum kepada Jihyun lalu menghampiri putrinya yang sudah menunggunya didepan pintu rumah mereka itu.
******END******